Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Gambar 2.5 Struktur dari (a) nanokomposit nanopartikel-polimer, dan (b) nanokomposit
nanolayer-polimer
Nanokomposit juga dapat dibedakan dari bentuk nanomaterial
(nanoreinforcer atau nanofiller) yang digunakan. Secara umum, ada berbagai
bentuk dari nanomaterial. Suatu parameter yang penting dalam menentukan bentuk
dari nanomaterial adalah rasio luas permukaan per volume. Semakin besar rasio
luas permukaan per volume material nano, maka sifat-sifatnya akan semakin baik.
Dari plot rasio luas permukaan per volume terhadap rasio aspek (panjang per
diameter) suatu material nano, diperoleh dua bentuk material nanoyang paling
optimum, yaitu bentuk platelet dan fiber [McCrum et al, 1996]. Oleh karena itu,
jenis nanokomposit yang penting adalah nanokomposit yang menggunakan fiber
(contoh: karbon nanotube) dan nanokomposit yang menggunakan platelet (contoh:
silika clay berlayer).
Gambar 2.6 Plot rasio luas permukaan per volume nanomaterial vs rasio aspek
Berdasarkan struktur morfologinya, nanokomposit dapat dibedakan
menjadi nanokomposit terinterkalasi dan nanokomposit tereksfoliasi. Struktur
morfologi ini dipengaruhi oleh interaksi organik-anorganik yang terjadi antara
rantai polimer dengan nanomaterial anorganik. Struktur nanokomposit dikatakan
tereksfoliasi jika nanomaterial mengalami delaminasi hingga ukurannya mencapai
skala nanometer dan jarak antar nanomaterial cukup jauh sehingga periodisitasnya
hilang. Hal ini dapat terjadi karena interaksi antar partikel nanomaterial jauh lebih
kecil daripada interaksi antar rantai polimer. Apabila interaksi nanomaterial lebih
besar dibanding interaksi antar rantai polimer, maka yang terjadi adalah rantai
polimer akan menyisip di antara partikel nanomaterial yang masih mempertahankan
periodisitasnya. Struktur yang demikian disebut terinterkalasi. Perlu diperhatikan
bahwa belum tentu nanokomposit memiliki struktur baik tereksfoliasi maupun
terinterkalasi secara mutlak, karena pada kenyataannya, beragam morfologi
nanokomposit dapat ditemukan. Oleh karena itu, yang biasa diamati adalah
kecenderungan struktur nanokomposit, apakah mengarah ke tereksfoliasi atau
terinterkalasi.
Selain kedua struktur tersebut, ada kemungkinan bahwa rantai polimer tidak
berinteraksi sama sekali dengan nanomaterial anorganik yang ditambahkan.
Akibatnya, rantai polimer terpisah dari nanomaterial dan membentuk dua fasa.
Struktur yang demikian disebut teragregasi atau mikrokomposit, dan bukanlah
merupakan suatu nanokomposit.
Gambar 2.7 Struktur nanokomposit: (a) teragregasi, (b) terinterkalasi, dan (c) tereksfoliasi
Metode One-Pot terbagi menjadi dua, yaitu metode One-Pot fasa tunggal
dan metode polimerisasi interfasial. Pada metode One-Pot fasa tunggal, baik garam
anorganik maupun monomer dilarutkan dalam air, kemudian direaksikan disertai
pengadukan hingga didapat polimer nanokomposit. Pada metode polimerisasi
interfasial, monomer dilarutkan dalam pelarut organik, lalu ditambahkan air
sehingga terbentuk lapisan dua fasa. Kemudian, garam anorganik ditambahkan ke
dalam lapisan dua fasa. Proses ini dilakukan dengan menjaga agar tetap terbentuk
dua fasa, sehingga pengadukan tidak dilakukan. Pembentukan polimer
nanokomposit pada metode polimerisasi interfasial terjadi di permukaan lapisan
antara fasa air dan fasa organik. Ag-PEDOT merupakan contoh nanokomposit yang
disintesis dengan metode One-Pot fasa tunggal, sedangkan Au-PDA merupakan
contoh nanokomposit yang disintesis dengan metode polimerisasi interfasial.
2.4.3. Metode Polimerisasi Oksidatif
Polimerisasi oksidatif merupakan metode yang digunakan untuk membuat
nanokomposit (nanopartikel anorganik)-polimer, dan proses ini terjadi antara
koloid anorganik dengan monomer dengan adanya pengoksidasi kuat. Adanya
pengoksidasi kuat akan menyebabkan monomer terpolimerisasi dengan
nanopartikel anorganik. Metode ini tidak membutuhkan temperatur tinggi karena
pada metode ini, polimerisasi selalu terjadi pada temperatur di bawah 10 °C.
oksidatif adalah
Gambar 2.9 Skema sintesis nanokomposit Ag-POT dengan metode polimerisasi oksidatif
Gambar 2.10 Skema sintesis nanokomposit grafit-PANI dengan metode polimerisasi oksidatif
2.4.4. Metode Elektrokimia
Sintesis elektrokimia merupakan metode sederhana untuk mensintesis
polimer nanokomposit. Metode elektrokimia dilakukan dengan menggunakan sel
elektrokimia yang memakai tiga elektroda, yaitu elektroda kerja, elektroda
pembanding, dan elektroda counter. Metode ini banyak dipakai untuk mensintesis
polimer nanokomposit yang memiliki sifat daya hantar listrik, dan merupakan cara
terbaik untuk memperoleh film nanokomposit yang langsung dilapiskan pada
elektroda yang digunakan.
Tabel 4 Contoh polimer nanokomposit yang disintesis dengan metode elektrokimia
1. Metode Termal
2. Metode Inner-Matrix Synthesis (IMS)
3. Metode Template-Assisted Synthesis
4. Metode Reversible Addition-Fragmentation Chain-Transfer (RAFT)
Polymerization Synthesis
5. Metode Self-Assembly Synthesis
6. Metode Melt-mixing
7. Metode Microwave-Induced synthesis
8. Metode Catalitic Chain Transfer Polymerization (CCTP) Synthesis
9. Metode Polimerisasi Emulsi
10. Metode Fotopolimerisasi
1. Peningkatan viskositas
Viskositas merupakan faktor penting yang menentukan kemudahan suatu
polimer dalam pemrosesan di pabrik. Polimer yang terlalu kental (viskositas tinggi)
akan lebih sulit dialirkan sehingga menyulitkan proses pengolahan polimer menjadi
produk. Dengan penambahan nanopartikel, viskositas polimer nanokomposit akan
meningkat sehingga lebih sulit untuk diproses dibandingkan polimernya.
2. Kesulitan dalam proses dispersi dan distribusi nanopartikel
Untuk membuat polimer nanokomposit dengan kualitas tinggi, maka
dibutuhkan dispersi nanopartikel yang homogen dan distribusi yang merata pada
matriks polimer. Untuk itu, dibutuhkan interaksi yang baik antara nanopartikel
dengan polimer. Beberapa nanopartikel harus dipreparasi terlebih dahulu sebelum
dibuat menjadi nanokomposit. Apabila dispersi atau distribusi kurang baik, maka
akan terjadi agregasi sehingga nanokomposit yang terbentuk kurang baik atau
bahkan tidak terbentuk sama sekali
3. Penurunan sifat-sifat tertentu
Pembuatan polimer nanokomposit, selain meningkatkan sifat-sifat polimer
dan nanopartikel, ternyata juga dapat menyebabkan penurunan pada sifat-sifat
tertentu. Misalnya, penurunan kekuatan impak dan kekerasan pada poliamida
setelah dimodifikasi menjadi nanokomposit.
3.1. Kesimpulan
Luan, Jingfei; Wang, Shu; Hu, Zhitian; Zhang, Lingyang. Synthesis Techniques,
Properties and Applications of Polymer Nanocomposites. Current Organic Synthesis,
2012, 9, 114-136.
Downing-Perrault, Alyssa. Polymer Nanocomposites Are The Future. 2005.
University of Wisconsin-Stout.
A. Hule, Rohan; J. Pochan, Darrin. Polymer Nanocomposites for Biomedical
Applications. Mrs Bulletin, 2007, 32.
S. Anandhan and S. Bandyopadhyay (2011). Polymer Nanocomposites: From
Synthesis to Applications, Nanocomposites and Polymers with Analytical
Methods, Dr. John Cuppoletti (Ed.), ISBN: 978-953-307-352-1.
Optimization of Polymer Nanocomposite Properties. Diedit oleh Vikas Mittal
Copyright © 2010 WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim
ISBN: 978-3-527-32521-4
http://en.wikipedia.org/wiki/Nanocomposite
http://en.wikipedia.org/wiki/Polymer_nanocomposite
http://en.wikipedia.org/wiki/Nanoparticle
http://www.understandingnano.com/nanocomposites-applications.html
http://www.cem.msu.edu/~kanatzid/Nanocomposites.html
http://www.azonano.com/article.aspx?ArticleID=1832
http://www.nanocompositech.com/review-nanocomposite.htm
http://www.news-medical.net/health/Nanoparticles-What-are-
Nanoparticles.aspx
http://www.tifac.org.in/index.php?option=com_content&id=523:nanocompos
nano--technology-trends-a-application-
potential&catid=85:publications&Itemid=952