Professional Documents
Culture Documents
BAB 1. PENDAHULUAN
atau mengancam keselamatan. Intra Aortic Balloon Pump (IABP) dapat mengurangi
resistensi ejeksi ventrikel kiri, serta meningkatkan aliran darah koroner dan sistemik.
Teknik pemasangan IABP dilakukan dengan insersi balon yang diisi gas helium
dengan ukuran 8-9.5 Fr melalui arteri femoralis ke dalam aorta desendens. Alat
tersebut dimasukkan melalui jalur pembuluh darah untuk mengurangi komplikasi
pada pembuluh darah dan perdarahan.Balon dideflasi secara sinkronisasi sewaktu
awal sistolik sehingga menurunkan afterload ventrikel kiri sedangkan fraksi ejeksi
ventrikel kiri dan stroke volume ditingkatkan sehingga mengurangi konsumsi oksigen
miokard. Inflasi balon terjadi sewaktu awal diastolik yang meningkatkan aliran darah
koroner dan perfusi perifer.
3
2.1 Definisi
Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat aliran darah keotot
jantung terganggu (Suyono, 2001). Sedangkan menurut Hudak & Gallo (1997)
Infark Miokard Akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan
arteri koroner Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya ateroksklerotik pada dinding
arteri koroner, sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan oto jantung.
Aterosklerotik adalah suatu penyakit pada arteri-arteri besar dan sedang
dimana lesi lemak yang disebut Plak Ateromatosa timbul pada permukaan dalam
dinding arteri. Sehingga mempersempit bahkan menyumbat suplai aliran darah ke
arteri bagian distal (Hudak & Gallo, 1997).
Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke
ototjantung yang terganggu.Hal ini bisa disebabkan trombus arteri koroner oleh
ruptur plak yang dipermudah terjadinya oleh faktor-faktor seperti hipertensi,merokok
dan hiperkolesterolemia..
Umumnya IMA didasari oleh adanya arterosklerosis pembuluh darah
koroner. Nekrosis miokard ini hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri
koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plaque arterosklerosis yang tidak stabil,
juga seringkali mengikuti ruptur plague pada arteri koroner dengan stenosis ringan.
Kerusakan miokard ini terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan
irreversibel dalam 3-4 jam dan akan terus mengalami proses injury selama beberapa
minggu atau bulan.
Secara morfologis IMA dibedakan atas dua jenis yaitu IMA transmural,
yang mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri
koroner; dan IMA sub-endokardial dimana nekrosis hanya terjadi pada bagian dalam
dinding ventrikel dan umumnya berupa bercak-bercak dan tidak konfluens. IMA sub-
4
endokardial dapat regional (terjadi pada distribusi satu arteri koroner) atau difus
(terjadi pada distribusi lebih dari satu arteri koroner).
2.2 Etiologi
Terjadinya Infark Miokard Akut biasanya dikarenakan aterosklerosis
pembuluh darah koroner.Nekrosis miokard akut terjadi akibat penyumbatan total
arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak
stabil.Juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri coroner dengan stenosis ringan.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya IMA antaralain: merokok,
hipertensi, obesitas, hiperkolesterolemia, DiabetesMellitus, kepribadian yang
neurotik.
Penyebab penurunan suplay darah mungkin disebabkan karena penyempitan
kritis arteri koroner karena arterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli
ataupun trombus. Penurunan aliran koroner juga dapat diakibatkan oleh adanya shock
atau perdarahan.Pada setiap kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplay
dan kebutuhan oksigen dijantung.
2.3 Patofisiologi
Infark Miokard merupakan blok total yang mendadak dari arteri koroner.
Lamanya kerusakan miokardial bervariasi dan tergantung pada besarnya daerah yang
diperfusi oleh arteri yang tersumbat.Gambaran dari infark miokard ini juga
tergantung pada lokasi dan luasnya daerah sumbatan pada arteri koroner.
Dua jenis komplikasi penyakit IMA terpenting adalah komplikasi
haemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA, daerah miokard setempat
akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan
ejection fraction, stroke volume dan peningkatan volume akhir sistolik dan akhir
diastolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik akan diikuti oleh
kenaikan tekanan akhir atrium, dan pada peningkatan tekanan atrium kiri diatas 25
mmHg yang lama kan menyebabkan transudasi cairan kejaringan interstisium paru
5
(gagal jantung). Perburukan haemodinamik ini bukan saja disebabkan karena daerah
yang mengalami infark, tetapi juga daerah yang mengalami iskhemik disekitarnya.
Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya
dengan bantuan rangsangan adrenergik, untuk mempertahankan curah jantung tetapi
dengan akibat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas
tidak memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskhemia atau bahkan
sudah terjadi fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih
normal, maka perburukan haemodinamika akan minimal, sebaliknya bila infark yang
terjadi luas dan miokard yang berkompensasi sudah buruk akibat iskhemia atau infark
lama maka akan terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan
menyebabkan terjadinya gagal jantung. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan
bentuk serta ukuraan ventrikel kiri dan ketebalan ventrikel baik yang terkena infark
maupun yang tidak. Perubahan tersebut menyebakan remodelliong ventrikel yang
nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel yaitu timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin
membaik, maka fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini
disebabkan karena daerah-daerah yang sebelumnya terjadi iskhemia mengalami
perbaikan. Daerah-daerah tersebut akan mengalami akinetik, karena terbentuk
jaringan parut yang kaku. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila
iskhemia berkepanjangan atau infark meluas, karena akan timbul penyulit mekanis
seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan anurisma ventrikel akan
memperburuk faal hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA yang terjadi terutama pada saat-saat
pertama setelah serangan.Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan masa
refrakter, daya hantar rangsang dan kepekaan terhadap rangsangan. Sisten syaraf
otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia karena pasien IMA umumnya
mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan kecenderungan bradiaritmia
meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan
mempertinggi kecenderungan terjadinya fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.
6
PATHWAY
Resiko kelebihan
volume cairan
Toleransi aktivitas
Hipoksia sel
Iskemik miokard
Aterosklerosis
Trombosis
c. Trombolitik
Untuk melarutkan thrombus yang telah terbentuk di arteri koroner,
memperkecil penyumbatan dan meluasnya infark, teombolitik yang biasa
digunakan adalah streptokinase, aktifasi plasminogen jaringan (5-14) dan
amistropletase.
d. Analgetik
Pemberian dibatasi hanya untukk pasien yang tidak efektif dengan pemberian
nitrat dan antiloagulan, analgetik pilihan adalah morvin sulfat secara IV
3. Bed rest bertahap sesuai dengan kondisi
4. Tindakan pembedahan
a. Percutaneus Coronary Intervensi (PCI)
Dilakukan biasanya bersama PTCA atau sesuai dengan kondisi pasien. Dengan
menggunakan kateterisasi jantung plak ateroma/ thrombus penyebab penyumbatan pada
arteri koroner dipecah dan dilarutkan pembuangan sehingga dapat memperbaiki
vasikularisasi koroner.
b. Intra Aortic Balloon Pump (IABP)
Intra Aortic Ballon Pump adalah bentuk bantuan hemodinamik yang paling
sering diberikan pada pasien infark miokard akut dengan komplikasi syok
kardiogenik.Intra Aortic Balloon Pump (IABP) merupakan alat bantu
jantung mekanik yang bermanfaat pada pasien dengan masalah sirkulasi
yang nyata atau mengancam keselamatan. Intra Aortic Balloon Pump (IABP)
dapat mengurangi resistensi ejeksi ventrikel kiri, serta meningkatkan aliran
darah koroner dan sistemik. Teknik pemasangan IABP dilakukan dengan
insersi balon yang diisi gas helium dengan ukuran 8-9.5Frmelalui arteri
femoralis ke dalam aorta desendens. Alat tersebut dimasukkan melalui jalur
pembuluh darah untuk mengurangi komplikasi pada pembuluh darah dan
perdarahan. Balon dideflasi secara sinkronisasi sewaktu awal sistolik
sehingga menurunkan afterload ventrikel kiri sedangkan fraksi ejeksi
10
- Kontusio kardiak
- Komplikasi mekanik pasca MI
b. Indikasi Bedah
- Disfungsi miokard pascaoperasi
- Penyapihan (weaning) CPB
- Dukungan jantung sewaktu koreksi defek anatomis
- Mempertahankan patensi graftpascaoperasi CABG
- Pulsatile flow selama CPB
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengkajian Primer
Pengkajian Primer adalah pengkajian pokok yang harus dilakukan. Pengkjian
primer itu sendiri meliputi beberapa hal yaitu sebagai berikut.
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
13
Menarik diri
3.2 Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan timbunan asam laktat yang ditandai
dengan :
· wajah meringis
· gelisah
· delirium
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS
Kriteria Hasil:
· Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
· ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang
· tidak gelisah
Intervensi :
- Observasi karakteristik, lokasi, dan waktu nyeri.
- Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
- Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, misalnya nafas dalam, perilaku distraksi,
visualisasi, atau bimbingan imajinasi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
· Paru bersih
· Berat badan ideal ( BB ideal TB -100 - 10 %)
Intervensi :
· Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung
keseimbangan cairan
· Observasi adanya oedema dependen
· Timbang BB tiap hari
· Pertahankan masukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
· Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuretik.
· Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi nafas dan
adanya bunyi tambahan misal krakles, ronki dll.
· Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas misalnya ,
batuk, penghisapan lendir dll.
· Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
· Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama kerja atau
tanda vital berubah.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
IABP adalah alat bantu untuk meningkatkan kemampuan jantung untuk
jangka waktu tertentu. Biasanya pasien dalam keadaan yang cukup berat.Alat ini
berupa balon dimasukkan kedalam aorta.Balon mengembang dan
menguncupdisesuaikan dengan kerja jantung.IABP tidak sama dengan angioplasti
dengan balon dan stenting. Intra Aortic Balloon Pump (IABP) merupakan alat bantu
jantung mekanik yang bermanfaat pada pasien dengan masalah sirkulasi yang nyata
atau mengancam keselamatan. Intra Aortic Balloon Pump (IABP)dapat mengurangi
resistensi ejeksi ventrikel kiri, serta meningkatkan aliran darah koroner dan
sistemik.Teknik pemasangan IABP dilakukan dengan insersi balon yang diisi gas
helium dengan ukuran 8-9.5 Fr melalui arteri femoralis ke dalam aorta
desendens.Alat tersebut dimasukkan melalui jalur pembuluh darah untuk mengurangi
komplikasi pada pembuluh darah dan perdarahan.
4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini terdapat beberapa saran bagi
perawat yaitu menambah pengetahuan bagi perawat bahwa teknik Intra Aortic
Balloon Pump (IABP) dapat diterapkan pada penderita infark miokard yang
mengalami komplikasi syok kardiogenik
22
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Vol 2. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Suyono, S. et all. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.