You are on page 1of 3

BAB 4

PEMBAHASAN

Pasien laki-laki berumur 55 tahun datang ke Poli Mata RSML dengan

keluhan utama mata kiri berair terus menerus. Pada anamnesis didapatkan keluhan

mata kiri berair terus menerus sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan tersebut muncul

setelah pasien kecelakaan di Surabaya yaitu terkena kayu. 3 bulan yang lalu sudah

sempat di operasi di undaan tetapi keluhan mata berairnya masih belum membaik.

Selain mata berair, pasien juga mengeluh mata sebelah kiri terasa susah untuk

digerakkan dan terasa cekot-cekot. Pasien belum pernah mengalami kondisi

seperti ini sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan bahwa OS tampak

edema palpebral inferior, konjungtiva palpebral inferior melekat pada konjungtiva

bulbi. Melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik ditegakkan diagnosis OS

simblefaron et causa trauma oculi.

Keluhan mata berair pada mata kiri pasien kemungkinan terjadi akibat

adanya kerusakan pada ductus nasolacrimal pasca trauma yang mengakibatkan air

mata tidak dapat diekskresikan secara normal melalui saccus lacrimalis, sehingga

air mata akan ditumpahkan ke depan sehingga timbul keluhan mata berair atau

nrocoh. Keluhan mata kiri susah untuk digerakkan kemungkinan terjadi akibat ada

nya perlengketan konjungtiva palpebra inferior dengan konjungtiva bulbi, hal ini

yang dinamakan simblefaron.

Tujuan dari terapi simblefaron adalah melepaskan perlekatan antara

konjungtiva palpebra inferior dan konjungtiva bulbi dengan cara simblefarektomi.

Tujuan dari terapi obstruksi ductus nasolacrimal et causa trauma oculi adalah
memperbaiki saluran air mata agar keluar melalui saccus lacrimalis dengan cara

rekonstruksi ductus nasolacrimalis. Terapi medikamentosa pada pasien ini adalah

Xitrol e.o. 3x1 OS, Repitel 6x1 OS, Asam mefenamat 3 x 500 mg, serta

penambahan gentamicin salep mata 2 x 1 OS pasca operasi.

.Pemberian xitrol berfungsi untuk mengurangi keradangan pada mata.

Pemberian repitel bertujuan untuk mempercepat proses reepitelialisasi pada

konjungtiva. Pemberian asam mefenamat bertujuan untuk anti nyeri sebelum dan

sesudah operasi. Pemberian gentamicin salep mata pasca operasi bertujuan untuk

mencegah adanya infeksi karena banyak pembuluh darah yang terbuka setelah

dilakukan operasi.

Yang harus dimonitor pada perlekatan konjungtiva palpebra inferior

dengan konjungtiva bulbi dan fungsi lakrimasi. Monitor perlekatan konjungtiva

palpebra inferior dengan konjungtiva bulbi untuk mengevaluasi apakah sudah

terjadi perbaikan pada tatalaksana simblefaron. Pemeriksaan fungsi lakrimasi

untuk menilai apakah ada perbaikan pada rekonstruksi ductus nasolacrimalis.

Prognosis pada pasien ini baik jika ditangani dengan cepat dan tepat.
BAB 5

KESIMPULAN

Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi

dan drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan

berbagai unsur pembentuk cairan air mata, yang disebarkan diatas permukaan

mata oleh kedipan mata. Kanalikuli, saccus lacrimalis, dan ductus naso lakrimalis

merupakan komponen ekskresi sistem ini yang menghasilkan sekret ke dalam

hidung.

Simblefaron adalah perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva

bulbi, dan konjungtiva forniks. Simblefaron dibagi menjadi 3, yaitu : simblefaron

partialis anterior : perlengketan antara konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi

atau kornea. Simblefaron partialis posterior : perlengketan antara konjungtiva

forniks. Simblefaron totalis : perlengketan antara konjungtiva palpebra, bulbi dan

forniks.

Simblefaron dapat disebabkan akibat trauma kecelakaan, operasi, luka

bakar oleh zat kimia, dan peradangan. Simblefaron dapat mengakibatkan gejala

gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus, kornea dan penglihatan terganggu.

Terapi yang dapat diberikan jika terjadi simblefaron yaitu jika ringan dapat

dilepaskan dan diberi salep mata, tetapi pada keadaan yang hebat dapat dilakukan

operasi plastik berupa simblefarektomi.

You might also like