You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN APLIKASI KLINIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGUE


HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG ANGGREK
RUMAH SAKIT UMUM BALUNG KABUPATEN JEMBER

Oleh

Wahyu AdindaYuli P
NIM 152310101186

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITA JEMBER
2018
BAB 1. TINJAUAN TEORI

1.1 Anatomi Fisiologi


Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit. Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:
a. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan
mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen.
b. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5.000 – 9.000
sel/mm³.
c. Trombosit (sel pembeku darah)
Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam
peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara
200.000 – 300.000/mm³ darah.
Struktur Sel
1. Membran sel (selaput sel)
Membran struktur elastic yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-10nm.
Hampir seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus gabungan protein
lemak yang merupakan lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel.
Membran ini bertugas untuk mengatur hidup sel dan menerima segala
untuk rangsangan yang datang.
2. Plasma
Bahan-bahan yang dapat dalam plasma: anorganik (garam mineral, air,
oksigen, karbohidrat, amoniak), bahan organis (karbohidrat, lemak,
protein, hormon, vitamin dan asam nukleat).
1.2 Definisi DHF
Penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau biasa disebut
dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan di tularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian pada anak, serta sering menimbulkan kejadian
luar biasa atau wabah di masyarakat khususnya pada balita (Tjokronegoro
dan utama, 2005 dalam Sipahutar, 2015)
1.3 Epidemiologi DHF
Virus dengue di Indonesia, penyakit ini pertama kali dilaporkan pada
tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian
24 orang (41,3%). Setelah itu, setiap tahunnya selalu terjadi KLB di
beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah
penderita 79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada
tahun-tahun berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah kematian turun
secara bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun
2008 sebanyak 137.469 orang dengan kematian 1.187 orang atau case
fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun 2009 sebanyak 154.855 orang
dengan kematian 1.384 orang atau CFR 0,89% (Candra, 2010).
1.4 Etiologi DHF
Penyebab DHF adalah Arbovirus (Arthropodborn Virus) dari famili
Flaviviridae dan genus Flavivirus, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes (Aedes albopictus dan Aedes aegepty). Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, yang
masing-masing akan menimbulkan gejala yang berbeda-beda jika
menyerang manusia. Serotipe yang menyebabkan infeksi paling berat di
Indonesia adalah DEN-3 (Mansjoer, 1999).
1.5 Klasifikasi DHF
Penyakit DBD dibagi/diklasifikasikan menurut berat ringannya penyakit
(Hastuti, 2012), meliputi:
a. Derajat I
Disebut derajat I apabila terdapat tanda-tanda demam disertai dengan
gejala konstitusional non-spesifik, satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah tes tourniquet positif.
b. Derajat II
Disebut derajat II apabila terdapat tanda-tanda dan gejala perdarahan
spontan biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.
c. Derajat III
Disebut derajat III apabila telah terdapat tanda-tanda shock, yaitu dari
pengukuran nadi didapatkan hasil cepat dan lemah; tekanan darah
menurun; penderita gelisah; dan tampak kebiru-biruan pada sekitar
mulut, hidung, dan ujung-ujung jari.
d. Derajat IV
Disebut derajat IV apabila penderita telah jatuh pada keadaan shock,
penderita kehilangan kesadaran dengan nadi tak teraba dan tekanan
darah tidak terukur. Kondisi seperti ini disebut DSS (Dengue Shock
Syndrome).
1.6 Patofisiologi DHF
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypty yang mengakibatkan toksin masuk ke peredaraan darah dan
menyebar ke sel-sel dalam tubuh sehingga terjadi infeksi dengue. Pertama-
tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam
atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali). Virus kemudian
akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibodi
yang akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5,
akan dilepas C3a dan C5a yang berfungsi untuk melepaskan histamine yang
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah sehingga akan terjadi perembesan plasma
ke ruang ekstra seluler (Mansjoer, 1999).
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit>20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trombositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin
dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF (Mansjoer, 1999).
1.7 Manifestasi Klinis DHF
Demam berdarah dengue menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Demam atau riwayat demam akut, berlangsung 2 – 7 hari, sering bifasik
2. Manifestasi perdarahan, ditandai dengan :
- Tes torniquet positif
- Adanya petekie di tubuh
- Perdarahan dari mukosa, gastro intestinal tractus (GIT), tempat
suntikan, atau lokasi lain
- Hematemesis atau melena
2 Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
3 Bukti terdapat kebocoran plasma karena meningkatnya permeabilitas
vaskular adalah :
- Peningkatan hematokrit ≥ 20%.
- Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites dan
hipoproteinemia ( Garna H., 2012).
1.8 Pemeriksaan Penunjang DHF
Pemeriksaan laboratorium dilakukan terutama untuk mendeteksi
perubahan hematologis. Parameter laboratorium yang dapat diperiksa
(Mansjoer, arif. 2009) antara lain hemoglobin, hematokrit, hitung trombosit,
uji serologi HI (Haemagglutination inhibiting antibody), Dengue Blot.
Trombositopenia ringan sampai nyata bersamaan dengan hemokonsentrasi
adalah gejala yang spesifik. Leukosit normal pada 1-3 hari pertama,
menurun saat akan terjadi syok, dan meningkat saat syok teratasi
1.9 Penatalaksanaan DHF
a. Farmakologi
a. Antipiretik
Antipiretik diberikan untuk menurunkan demam. Jenis antipiretik
yang dianjurkan berasal dari golongan paracetamol atau
acetaminophen dan menghindari jenis asetosal atau salisilat karena
dapat merangsang lambung sehingga akan memperberat apabila
terdapat perdarahan lambung (Rampengan, 2008).
b. Antikonvulsan (obat anti kejang)
Jenis antikonvulsan yang dianjurkan adalah diazepam 10 mg secara
rektal atau intravena dan Phenobarbital 75 mg secara intramuskular
sesuai penatalaksanaan kejang pada anak. Obat kejang diberikan bila
kejang (Rampengan, 2008)
c. Jenis cairan yang direkomendasikan WHO menurut Mansjoer dkk
(2009)
a) Kristaloid
- larutan ringer laktat atau dekstrosa 5% dalam ringer laktat,
- larutan ringer asetat atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer
asetat dan
- larutan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dalam larutan garam
faali)
b) Koloid (dekstran 40 dan plasma)
b. Non Farmakologi
Dasar pengobatan DBD bersifat simtomatik dan supportif yaitu
mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan
pereabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Rasa haus dan
keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia dan
muntah. Pasien perlu diberikan air minum 50 ml/kg berat badan
dalam 4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi,
anak diberi cairan pengganti 80-100 ml/kg berat badan dalam 24 jam
berikutnya (Mansjoer dkk., 2009). Jenis minuman yang dianjurkan
adalah yang mengandung gula, protein dan ion seperti jus buah, teh
manis, sirup, susu serta larutan oralit (Soedarto, 2012)
BAB 2. CLINICAL PATHWAY

Virus dengue (arbovirus)

Melalui gigitan nyamuk

Re infection virus dengue deng serotip

Bereaksi dengan antibodi

Menimbulkan respon
trombositopenia
Peradangan Terbentuk kompleks
antibody dalam
sirkulasi darah Leukosit
Hipertermi Menstimulasi
medulla vomiting Pengaktifan system
complemen dan Suhu
Dilepaskannya
Mual dan muntah
anvilatoksin C3a dan C5a Nyeri otot (otot perut)

Anoreksia Melepaskan histamine Nyeri


yang bersifat vasoaktif

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Permeabilitas dinding
pembuluh darah

Resiko perdarahan

Resiko Syok
hipovolemik
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 Pengkajian
Pengkajian secara umum yang dapat dilakukan pada pasien adalah meliputi:
1. Identitas
Identitas klien meliputi; nama, umur (secara eksklusif, DHF paling sering
menyerang anak-anak deng usia < 15 tahun di daerah tropis Asia, dan
terutama terjadi pada saat musim hujan (Nelson, 2000), jenis kelamin,
alamat, pendidikan dan pekerjaan.
2. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama pasien DHF adalah adanya demam lebih dari
tiga hari disertai dengan kelemahan dan tanda-tanda perdarahan pada
kulit seperti petekie dan mimisan.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi
anatara hari ke-3 dan ke-7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi perdarahana pada kulit.
b. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang di derita klien, apa pernah mengalami
serangan ulang DHF.
c. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau
sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan
klien atau pun penyakit lain.
4. Pola Nanda

5. Pemeriksaan fisik
Pada kasus DHF, hasil pemeriksaan fisik sering menunjukkan gejala
demam yang terjadi secara mendadak berlangsung selama 2–7 hari, yang
dapat diserta dengan anoreksia, nyeri punggung, nyeri tulang dan
persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah. Selain itu mudah ditemukan
tanda-tanda perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi dan purpura, serta perdarahan ringan hingga
sedang pada saluran cerna bagian atas sehingga menyebabkan
haematemesis, dengan biasanya didahului dengan nyeri perut hebat. bila
terjadi syok, hasil pemeriksaan fisik akan menunjukkan tanda gejala
berupa kulit dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan
dan kaki, gelisah dan sianosis disekitar mulut, nadi cepat, lemah, sampai
tidak teraba, serta tekanan darah menurun (tekanan sistolik≤80 mmHg,
diastolik≤20 mmHg).
5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Lab Normalnya
HB 11,7 g/dl 12.0 – 15.5
Leukosit 2,100 /u/ 4.000-10.500
Eritrosit 4.57 juta/u/ 390-550
Trombosit 48.000 /u/ 150.000-350.000
Haematokrit 33 vol% 35-45
Tes Torniquet Positif

3.2 Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue yang di
tandai oleh kulit kemerahan, peningkatan suhu tubuh diatas kisaran
normal.
2. Resiko defisit cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan kulit kering, kelemahan, haus, peningkatan suhu tubuh.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan nyeri
abdomen, menghindari makanan, kurang makan, dan mual muntah
4. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni) ditandai dengan bercak merah pada
kulit
5. Resiko Syok hipovolemik behubungan dengan perdaraha yang
berlebih, pindanya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi anak
3.3 Intervensi

Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi keperawatan


No
keperawatan
1. Hipertermi Setelah dilakukan NOC : NIC :
berhubungan dengan tindakan keperawatan Thermogulasi Fever treatmaent (perawatan demam)
proses infeksi virus 1x24 jam demam Kriteria hasil: 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital
dengue yang di tandai menurun 1. (080018) Penurunan suhu 2. Monitor warna kulit dan suhu
oleh kulit kemerahan, kulit 3. Tutup pasien dengan selimut aau pakaian
peningkatan suhu tubuh 2. (080007) Tidak ada ringan tergantung pada fase demam
diatas kisaran normal perubahan warna kulit 4. Dorong konsumsi cairan
5. Tingkatkan sirkulasi udara
2. Resiko Setelah dilakukan NOC : NIC: Wound Care
ketidakseimbangan tindakan keperawatan Keseimbangan Cairan 1. Monitor karakteristik dari luka
volume cairan 1x24 jam resiko defisit Kiteria Hasil :
berhubungan dengan cairan membaik 1. (060107) Keseimbangan 2. Bersihkan dengan normal salin
kehilangan cairan aktif intake dan output dalam 24 3. Pantau proses penyembuhan luka
ditandai dengan kulit jam 4. Instruksikan pasien dan keluarga menjaga
kering, kelemahan, 2. (060116) Elastisitas turgor kebersihan luka
haus, peningkatan suhu kulit membaik 5. Informasikan kepada pasien dan keluarga
tubuh. 3. (060115) Tidak ada rasa haus mengenai tanda-tanda infeksi
yang berlebihan
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan NOC: Nutritional status NIC:
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan Indikator: Nutrition monitoring
kebutuhan berhubungan 1x24 jam nutrisi 1. Mampu mengidentifikasi 1. Monitor berat badan pasien
dengan gangguan pasien dapat terpenuhi kebutuhan nutrisi
keseimbangan insulin, 2. Tidak terdapat tanda-tanda 2. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
makanan dan aktivitas malnutrisi biasa dilakukan
jasmani 3. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
4. Monitor lingkungan selama makan

5. Monitor turgor kulit


5. Risiko syok Setelah dilakukan NOC: Shock Prevention NIC:
berhubungan dengan tindakan keperawatan Indikator: Shock prevention
kehilangan cairan dan 1x24 jam tidak Irama jantung, nadi, frekuensi 1. Monitor sirkulasi
elektrolit dalam sel terdapat tanda gejala napas, irama pernapasan dalam
syok batas yang diharapkan 2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi
jaringan
3. Monitor input dan output
4. Monitor tanda awal syok

5. Kolaborasi pemberian cairan IV dengan


tepat
6. Risiko infeksi Setelah dilakukan NOC: Risk contol NIC:
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Pasien mampu mampu Infection control
penurunan antibodi 1x24 jam infeksi dapat mengidentifikasi tanda dan 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
dihindari gejala infeksi pasien lain
2. TTV dalam batas normal 2. Batasi pengunjung

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah


melakukan tindakan
4. Beri penjelasan kepada pasien tanda dan
gejala infeksi
5. Kolaborasi pemberian antibitok
2 Resiko defisit cairan  Keseimbangan cairan Managemen cairan
berhubungan dengan kehilangan  Hidrasi 1. Monitor status hidrasi (kelembapan
cairan aktif ditandai dengan kulit  Status Gizi: makanan dan asupan cairan membrane mukosa, nadi adekuat,
kering, kelemahan, haus,  Asupan tekanan darah ortostatik), jika
peningkatan suhu tubuh. Kriteria hasil: Diperlukan

1. Mempertahankan urin output sesuai 2. Monitor TTV

dengan usia dan BB, BJ urin normal 3. Monitor masukan makanan/ cairan dan

2. TD, Nadi, Suhu tubuh dalam batas hitung intake kalori harian

Normal 4. Kolaborasi pemberian cairan iv

3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 5. Monitor status nutrisi

4. Elastisitas turgor kulit baik, membrane 6. Dorong keluarga untuk membantu

mukosa lembab, tidak ada rasa haus pasien makan

yang berlebihan 7. Monitor BB

3 Perubahan nutrisi kurang dari  Status Gizi: makanan dan asupan cairan Managemen Nutrisi
kebutuhan tubuh berhubungan  Status Gizi: asupan gizi 1. Kaji adanya alergi makanan
dengan ketidakmampuan  Pengendalian berat badan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
mencerna Makanan ditandai Kriteria hasil menentukan jumlah kalori dan nutrisi
dengan nyeri abdomen, yang dibutuhkan pasien
menghindari makanan, kurang 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
makan, dan mual muntah dengan tujuan intake Fe
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
badan protein dan vitamin C
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan 5. Berikan subtansi gula
nutrisi 6. Yakinkan diet yang dimakan
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
5. Menunjukkan peningkatan fungsi mencegah konstipasi
pengecapan dari menelan 7. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
6. Tidak terjadi penurunan berat badan kalori
yang berarti 8. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
9. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Monitoring Nutrisi
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan BB
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa di lakukan
4. Monitor interaksi anak dan orang tua
selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Monitor tugor kulit
7. Monitor mual muntah
8. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
9. Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan konjungtiva

4 Resiko terjadi perdarahan  keparahan kehilangan darah bleeding precautions (tindakan


berhubungan dengan penurunan  pembekuan darah pencegahan pendarahan)
factor-faktor pembekuan darah kriteria hasil 1. monitor TTV ortostatik
(trombositopeni) ditandai 1. tidak ada hematuria dan hematemesis 2. catat nilai Hb dan HT sebelum dan
dengan bercak merah pada kulit 2. kehilangan darah yang terlihat sesudah terjadinya perdarahan
3. tekanan darah dalam batas normal sistol 3. monitor ketat tanda-tanda
dan diastole perdarahanhindari terjadinya konstipasi
4. tidak ada distensi abdominal dengan menganjurkan untuk
5. plasma, PT, PTT dalam batas normal mempertahankan intake cairan yang
adekuat dan pelembut feses
5 Resiko Syok hipovolemik - Pencegahan syok Syok prevention (Pencegahan syok)
behubungan dengan perdaraha - Managemen syok 1. Monitor TTV
yang berlebih, pindanya cairan Kriteria hasil: 2. Monitor input dan output
intravaskuler ke ekstravaskuler 1. Nadi dalam batas yang di harapkan 3. Monitor hemodinamik invasi yang
2. Irama jantung dalam batas yang sesuai
diharapkan 4. Monitor tanda dan gejala asites
3. Frekuensi nafas dalam batas yang 5. Monitor tanda awal syok
diharapkan 6. Tempatkan pasien pada posisi
4. Irama nafas dalam batas yang supinasi, kaki elevasi untuk
diharapkan meningkatkan preload dengan tepat
5. Natrium serum dalam batas normal 7. Berikan cairan iv dan oral yang tepat
6. Kalium serum dalam batas normal 8. Berikan vasodilator yang tepat
7. Klorida serum dalam batas normal 9. Ajarkan kepada keluarga pasien
8. Kalsium serum dalam batas normal tentang tanda dan gejala datangnya
9. Magnesium serum dalam batas normal syok
10. PH darah serum dalam batas normal 10. Ajarkan kepada keluarga pasien cara
Hidrasi mengatasi syok
Indicator: Syok management (syok managemen)
- mata cekung tidak ditemukan 1. Monitor fungsi neurologis
- demam tidak di temukan 2. Monitor fungsi renal (e.g BUN dan Cr
- TD dalam batas normal Lavel)
- Hematokrit dalam batas normal 3. Monitor Tekanan Nadi
4. Monitor status cairan, input output
5. Catat gas darah arteri dan oksigenasi
6 Kecemasan orang tua  kecemasan kontrol diri Anxiety reduction( penurunan
berhubungan dengan kondisi  level cemas kecemasan)
anak  koping 1. Gunakan pendekatan yang
kriteria hasil menenangkan
1. mampu mengidentifikasi dan 2. Nyatakan dengan jelas harapan
mengungkapakan gejala cemas terhdap pelaku pasien
2. mengidentifikasi, mengungkapkan dan 3. Temani pasien dan keluarga untuk
menunjukkan teknik untuk mengontrol memberikan keamanan dan
cemas mengurangi takut
3. TTv dalam batas normal 4. Dorong keluarga untukl menemani
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa anak
tubuh dan tingkat aktivitas 5. Intruksi pasien dan keluarga untuk
mengungkapakanperasaan, ketakutan,
menunjukkan berkurangnya kecemasan persepsi
6. Intruksi pasien dan keluarga
menggunakan teknik relaksasi
3.4 Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Candra, Aryu. (2010). Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan


Faktor Risiko Penularan. Semarang: UNDIP.
Garna H. 2012. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi 3.
Hastuti, Oktri. (2012). Demam Berdarah Dengue. Yogyakarta: Kanisius. (online),
diakses melalui
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16366/2/Chapter%20II.pdf,
pada tanggal 12 juli 2015.
Mansjoer, Arif. (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius.
Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD.

Mansjoer, arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke 3. Jakarta : FK


UI

Rampengan. 2008. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Penerbit Buku.. Jakarta:
Kedokteran EGC

Setiadi. (2007). Anatomi Fisiologi Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu


Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Salemba Medika

You might also like