You are on page 1of 54

Ekosistem Air Payau dan Permasalahannya

Ekologi dan Ilmu Lingkungan

Ekosistem Air Payau dan Permasalahannya

Oleh:

1. Apriyatno K5412012

2. Bambang Septiawan K5412019

3. Dimas Yurizandi K5412026

4. Ella Septiami K5412028

5. Khusnul Khotimah K5412040

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara suatu komunitas yang berupa kumpulan
spesies atau organisme yang mendiami suatu tempat dengan lingkungan abiotiknya. Ekosistem
merupakan suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat hubungan antara struktur dan fungsi. Struktur
yang dimaksudkan dalam definisi ekosistem tersebut adalah berhubungan dengan keanekaragaman
spesies (species diversity). Ekosistem yang mempunyai struktur yang kompleks, memiliki
keanekaragaman spesies yang tinggi. Sedangkan istilah fungsi dalam definisi ekosistem menurut A.G.
Tansley berhubungan dengan siklus materi dan arus energi melalui komponen komponen ekosistem.

Menurut UU Lingkungan Hidup Tahun 1997, Ekosistem merupakan tatanan kesatuan secara utuh
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Unsur-unsur lingkungan
hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya tersusun
sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup
sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak dapat
dipisah-pisahkan.

Ekosistem perairan payau merupakan suatu zona peralihan air tawar dengan air laut, dimana organisme
yang tumbuh didominasi oleh vegetasi hutan bakau atau mangrove. Estuaria (aestus, air pasang)
menurut definisi Pritchard (1967) adalah suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan langsung
dengan laut terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut, dimana air laut bercampur dengan air
tawar dari buangan air daratan. Contohnya, muara sungai, teluk pantai, rawa pasang surut, dan badan
air di balik pantai. Ciri-ciri ekosistem perairan estuari adalah arus yang tenang, residence time yang
lama, adanya stratifikasi suhu, oksigen terlarut lebih rendah dari perairan mengalir, dan tidak ada
adaptasi khusus dari organisme penghuninya. Dari hal tersebut terlihat bahwa suhu adalah faktor
pengontrol yang mempengaruhi aktifitas metabolisme dalam rantai makanan. Cahaya merupakan faktor
abiotik yang sangat menentukan laju produktifitas primer perairan. Cahaya matahari ini merupakan
faktor pembatas yang cepat memudar karena kedalaman dan kekeruhan (Boyd 1982).

Mangrove merupakan salah satu ekosistem langka, karena luasnya hanya 2% permukaan bumi.
Indonesia merupakan kawasan ekosistem mangrove terluas di dunia. Ekosistem ini memiliki peranan
ekologi, sosial-ekonomi, dan sosia-budaya yang sangat penting; misalnya menjaga stabilitas pantai dari
abrasi, sumber ikan, udang dan keanekaragaman hayati lainnya, sumber kayu bakar dan kayu bangunan,
serta memiliki fungsi konservasi, pendidikan, ekoturisme dan identitas budaya. Tingkat kerusakan
ekosistem mangrove dunia, termasuk Indonesia sangat cepat akibat pembukaan tambak, penebangan
hutan mangrove, pencemaran lingkungan, reklamasi dan sedimentasi, pertambangan, sebab-sebab alam
seperti badai/tsunami, dan lain-lain. Restorasi mangrove mendapat perhatian luas mengingat tingginya
nilai sosial-ekonomi dan ekologi ekosistem ini. Restorasi dapat menaikkan nilai sumber daya hayati
mangrove, memberi mata pencaharian penduduk, mencegah kerusakan pantai, menjaga biodiversitas,
produksi perikanan, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Ekosistem Air Payau?

2. Apa fungsi dari ekosistem air payau?


3. Apa contoh Ekosistem Air Payau?

4. Apa permasalahan yang terdapat di Ekosistem Air Payau?

5. Bagaimana penyelesaian masalah yang ada di Ekosistem Air Payau?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang Ekosistem Air Payau serta fugsinya

2. Untuk mengetahui contoh dan permasalahan yang terdapat di Ekosistem Air Payau

3. Untuk mengetahui penyelesaian masalah yang terdapat di Ekosistem Air Payau.

KAJIAN TEORI

A. Ekosistem Air Payau

Perairan payau adalah suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan langsung dengan laut
terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut, dimana air laut bercampur dengan air tawar dari
buangan air daratan, perairan terbuka yang memiliki arus, serta masih terpengaruh oleh proses-proses
yang terjadi di darat. Ekosistem perairan payau memiliki salinitas yang berada di antara salinitas air laut
dan salinitas air tawar dan tidak mantap. Dari musim ke musim, dari bulan ke bulan dari hari ke hari,
bahkan mungkin dari jam ke jam dapat saja terjadi perubahan. Perubahan ini disebabkan proses biologis
yang terjadi di dalam perairan tersebut serta adanya interaksi antara perairan tambak dengan
lingkungan sekitarnya. Misalnya ketika hari hujan, air tawar masuk kedalam petakan tambak
menyebabkan kadar garam air tambak menurun. Atau ketika populasi fitoplankton berkembang pesat
akibat pemupukan, kandungan oksigen dalam air tambak pada malam hari menyusut drastis.

B. Parameter Penyusun Perairan Ekosistem Air Payau

Secara umum komponen penyusun perairan payau terdiri dari komponen abiotik yang meliputi
parameter fisik dan kimia sedangkan komponen biotik meliputi parameter biologi. Semua karakteristik
tersebut merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi kelangsungan hidup organisme ekosistem
payau.

1. Parameter Kimia

Parameter kimia air payau mencakup konsentrasi zat-zat terlarut seperti oksigen (O2), ion hidrogen
(pH), karbon dioksida (CO2), amonia (NH3), asam sulfida (H2S), nitrogen dalam bentuk nitrit (NO2-N),
dan lain-lain. Beberapa diantara yang penting dijelaskan seperti di bawah ini.

a. Oksigen Terlarut

Ikan bandeng membutuhkan oksigen yang cukup untuk kebutuhan pernafasannya. Oksigen tersebut
harus dalam keadaan terlarut dalam air, karena bandeng tidak dapat mengambil oksigen langsung dari
udara. Ikan bandeng dan organisme-perairan lainnya mengambil oksigen ini tanpa melibatkan proses
kimia.

b. DO meter (Dissolved Oxygen Meter)

Oksigen masuk dalam air payau melalui difusi langsung dari udara, aliran air, termasuk hujan, dan proses
fotosintesa tanaman berhijau daun. Kandungan oksigen dapat menurun akibat pernafasan organisme
dalam air dan perombakan bahan organik. Cuaca mendung dan tanpa angin dapat menurunkan
kandungan oksigen di dalam air. Untuk kehidupan ikan bandeng dengan nyaman diperlukan kadar
oksigen minimum 3 mg per liter. Oksigen terlarut di dalam air (Dissolved Oxygen = DO). Dapat diukur
dengan titrasi di laboratorium serta dengan metode elektrometri menggunakan Dissolved Oxygen
Meter (DO meter).

c. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman air payau dinyatakan dengan nilai negatif logaritma ion hidrogen atau nilai yang
dikenal dengan istilah pH.

Kalau konsentrasi ion hidrogen (H+) tinggi, pH akan rendah, reaksi lebih asam. Sebaliknya kalau
konsentrasi ion hidrogen rendah pH akan tinggi dan reaksi lebih alkalis. pH air payau sangat dipengaruhi
pH tanahnya. Penurunan pH dapat terjadi selama proses produksi yang disebabkan oleh terbentuknya
asam yang kuat, adanya gas-gas dalam proses perombakan bahan organik, proses metabolisme perairan
dan lain-lain.

d. Konsentrasi Karbondioksida

Karbondioksida di dalam air dapat berasal dari:

- Hasil pernafasan organisme dalam air sendiri

- Difusi dari udara

- Terbawa oleh air hujan

- Terbawa oleh air.

Konsentrasi karbondioksida yang terlalu tinggi di suatu perairan akan berbahaya bagi makhluk hidup
yang terdapat di perairan tersebut. Bahaya ini meliputi :

- Gangguan pelepasan CO2 waktu ikan bernafas

- Gangguan pengambilan O2 waktu ikan bernafas

- Penurunan pH

Sebaliknya CO2 yang terlalu sedikit akan berpengaruh negatif kepada fotosintesis karena gas ini
merupakan bahan baku pembentukan glukosa (siklus Calvin-Benson). Kandungan CO2 yang baik untuk
budidaya ikan tidak lebih dari 15 ppm. Pengukuran CO2 umumnya menggunakan metoda titrasi.

e. Amonia (NH3)

Amonia di perairan payau berasal dari hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan
nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air; dapat pula berasal dari dekomposisi bahan
organik (tumbuhandan biota akuatik yang telah mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur. Kadar
amonia di perairan payau juga dipengaruhi oleh kadar pH dan suhu. Makin tinggi suhu dan pH air maka
makin tinggi pula konsentrasi NH3. Kadar amonia dapat diukur secara kolorimetri, yakni
membandingkan warna air contoh dengan warna larutan standar setelah diberi pereaksi tertentu.
Biasanya menggunakan alat bantu spectrofotometer.

f. Asam Sulfida (H2S)

Asam sulfida yang merupakan salah satu asam belerang; terdapat perairan payau sebagai hasil proses
dekomposisi bahan organik dan air laut yang banyak mengandung sulfat. Kandungan H2S di perairan
payau dapat diukur secara kolorimetri, yakni membandingkan warna air contoh dengan warna larutan
standar setelah diberi pereaksi tertentu.

2. Parameter Fisika
a. Salinitas

Salinitas atau kadar garam adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat di perairan dan
menggambarkan padatan total di air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, bromida dan
iodida dikonversi menjadi klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas ini dinyatakan
dalam satuan gram/kg air atau permil (0/00). Nilai salinitas sangat menentukan jenis perairan tersebut,
di alam dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

- Perairan tawar, salinitas <0,50/00

- Perairan payau, salinitas >0,50/00 – 300/00

- Perairan laut, salinitas >300/00

Pada perairan payau dapat dikelompokkan lagi berdasarkan kisaran salinitas yang ada yaitu:

- Oligohalin, salinitas 0,50/00 – 3,00/00

- Mesohalin, salinitas>3,00/00 – 160/00

- Polyhalin, salinitas >16,00/00 – 300/00

Perubahan salinitas bisa terjadi sewaktu-waktu. Ketika hujan lebat air tawar masuk ke dalam tambak.
Keadaan ini dapat menyebabkan penurunan salinitas. Peningkatan salinitas terjadi dikala musim
kemarau, pada saat penguapan air tinggi dan pergantian air terbatas.

b. Suhu air

Suhu air sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan organisme di dalam air, termasuk
ikan. Secara umum peningkatan suhu hingga nilai tertentu diikuti dengan peningkatan pertumbuhan
ikan. Di atas nilai tersebut pertumbuhan mulai terganggu, bahkan pada suhu tertentu ikan mati. Suhu ini
berkaitan dengan kelarutan gas di dalam air, khususnya oksigen. Pada keadaan suhu perairan payau
tinggi, maka kelarutan oksigen terlarut akan rendah. Sebaliknya, proses metabolisme organisme malah
semakin cepat, yang berarti memerlukan oksigen makin tinggi.

c. Kecerahan

Kecerahan perairan payau sangat bergantung kepada banyak sedikitnya partikel (anorganik) tersuspensi
atau kekeruhan dan kepadatan fitoplankton. Kecerahan menggambarkan transparansi perairan, dapat
diukur dengan alat secchi disk. Nilai kecerahan (yang satuannya meter) sangat dipengaruhi oleh keadaan
cuaca, waktu pengukuran, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan
sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.

C. Sifat-Sifat Ekosistem Air Payau

Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar, salinitas di estuaria sangat bervariasi. Baik menurut
lokasinya di estuaria, ataupun menurut waktu. Berikut adalah sifat-sifat ekologis estuaria secara umum:
1. Salinitas yang tertinggi berada pada bagian luar, yakni pada batas wilayah estuaria denganlaut,
sementara yang terendah berada pada tempat-tempat di mana air tawar masuk keestuaria.
Pada garis vertikal, umumnya salinitas di lapisan atas kolom air lebih rendahdaripada salinitas air di
lapisan bawahnya. Ini disebabkan karena air tawar cenderung ‘terapung’ di atas air laut yang
lebih berat oleh kandungan garam. Kondisi ini disebut ‘estuaria positif’ atau ‘estuaria baji garam’. Akan
tetapi ada pula estuaria yang memilikikondisi berkebalikan, dan karenanya dinamai ‘estuaria negatif’.
Misalnya pada estuaria-estuaria yang aliran air tawarnya sangat rendah, seperti di
daerah gurun pada musimkemarau..

2. Laju penguapan air di permukaan, lebih tinggi daripada laju masuknya air tawar ke estuaria,
menjadikan air permukaan dekat mulut sungai lebih tinggi kadar garamnya. Air yang
hipersalin itu kemudian tenggelam dan mengalir kearah laut di bawah permukaan.
Dengandemikian gradient salinitas air nya berbentuk kebalikan daripada ‘estuaria positif’.

3. Dinamika pasang surut air laut sangat mempengaruhi perubahan-


perubahan salinitas danpola persebarannya di estuaria. Pola ini juga ditentukan oleh geomorfologi dasar
estuaria.

4. Perubahan-perubahan salinitas di kolom air dapat berlangsung cepat dan dinamis, salinitassubstrat
di dasar estuaria berubah dengan sangat lambat.

5. Substrat estuaria umumnya berupa lumpur atau pasir berlumpur, yang berasal dari sedimen yang
terbawa aliran air, baik dari darat maupun dari laut.
Sebabnya adalah karena pertukaranpartikel garam dan air yang terjebak di antara partikel-
partikel sedimen, dengan yang beradapada kolom air di atasnya berlangsung dengan lamban.

D. Biota Dan Produktivitas Ekosistem Air Payau

Biota-biota yang hidup di daerah estuaria harus mampu beradaptasi dengan habitat disana. Seperti
salinitas yang berubah-ubah. kadang-kadang tinggi, kadang-kadang rendah, sehingga menyebabkan
minimnya populasi yang mampu hidup disana. Populasi disana juga mengadakan migrasi dari air tawar
ke air laut, sehingga hal itu merupakan alasan ekonomi yang utama untuk melestarikan habitat estuaria.

Fauna
Spesies ikan yang menggunakan estuaria sebagai jalur imigrasi dari laut ke sungai dan sebaliknya
seperti sidat dan ikan salmon.

a. Flora Air Payau

Contoh Flora Perairan Payau diantaranya:

Ø Tumbuhan Lamun (sea grass) di daerah hilir estuaria

Contoh: Zostrea, Thalassia, Cymodocea

Ø Algae hijau yang tumbuh di dasar perairan.

Contoh: Ulva,, Enteromorpha, Cladophora

Ø Algae mikro dan diatom yang hidup sebagai plankton nabati atau hidup melekat pada daun lamun.

Contoh: Nitzchia, Asterionella, Skeletonema.

Diantara organisme kecil yang menjadi dasar rantai makanan yaitu: haloplankton yang terdiri dari
sedikit species, meroplankton yang cenderung lebih banyak spesiesnya, hal tersebut mencerminkan
keseragaman habitat estuaria.

Alasan-alasan mengapa estuaria memiliki produktivitas yang tinggi adalah :


1. Estueria mendapat keuntungan dari keragaman jenis produsen
yang terprogram untukberfotosintesis sepanjang tahun.

2. Peranan penting dalam pasang surut dalam menimbulkan suatu ekosistem dengan permukan air
berfluktuasi.

3. Estuaria adalah suatu perangkat nutrient yang tinggi, yang


berstratifikasi dan sebagaipenyimpanan dan pendaurulangan nutrient oleh bentos.

Ada tiga komponen fauna di estuaria yaitu komponen lautan, air tawar, dan air payau. Binatang
laut stenohalin merupakan tipe yang tidak mampu mentolerir perubahan salinitas. Komponen ini
terbatas pada mulut estuaria. Binatang laut eurihalin membentuk sub kelompok kedua. Spesies ini
mampu menembus hulu estuaria. Komponen air payau terdiri atas polikaeta Nereisdiversicolor,
berbagai tiram (crassostrea), kerang(Macomabalthica), siput kecil (hydrobia), dan udang
(palaemonetes). Komponen terakhir berasal dari air tawar. Organisme ini tidak dapat mentolerir
salinitas di atas 5‰ dan terbatas hulu estuaria.

Spesies yang tinggal di estuaria untuk sementara seperti larva, beberapa spesies udang dan ikan yang
setelah dewasa berimigrasi ke laut. Spesies ikan yang menggunakan estuaria sebagai jalur imigrasi dari
laut kesungai dan sebaliknya seperti sidat dan ikan salmon.

Jumlah spesies yang mendiami estuaria sebagaimana yang dikemukakan Barnes (1974), pada umumnya
jauh lebih sedikit daripada yang mendiami habitat air tawar atau air asin di sekitarnya. Hal ini Karena
ketidakmampuan organisme air tawar mentolerir kenaikan salinitas dan organisme air laut mentolerir
penurunan salinitas estuaria.

PEMBAHASAN

A. Ekosistem Mangrove

Menurut Nybakken (1992) organisme yang tumbuh di perairan payau didominasi oleh vegetasi hutan
bakau atau mangrove. Istilah mangrove merupakan perpaduan antara bahasa
portugis mangue (tumbuhan yang tumbuh dipinggir laut) dan bahasa inggris grove (komunitas
tumbuhan yang tumbuh dipinggir laut). Mangrove adalah vegetasi yang tumbuh dengan baik pada zona
pasang surut sepanjang garis pantai tropis diantaranya rawa, delta, dan muara sungai. Sebagian
mangrove dijumpai sepanjang garis besar pantai bersubsrat lumpur yang terbebas dari pengaruh angin
dan arus. Mangrove juga dapat tumbuh pada pantai berpasir, terumbu karang, dan sekitar pulau.
Perbedaan antara ekosistem mangrove dengan sungai dan danau terlihat dari perbedaan salinitas
perairan. Slinitas perairan mangrove lebih tinggi disbanding dengan air tawar karena, terdapat
pencampuran antara air payau dengan air laut (Odum 1993).

Dari segi biologi mangrove berfungsi sebagai pemelihara keanekaragaman fauna dan sumber energi
utama di daerah mangrove dan sekitarnya. Ekositem mangrove menyokong kehidupan berbagai fauna
karena, hutan mangrove merupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah pemijahan (spawning
ground), dan daerah pencari makan (feeding ground) berbagai jenis ikan, udang, dan biota akuatik
lainnya. Secara fisik, hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai, tebing
sungai, sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah serta sebagai kawasan penahan air. Perakaran
dari pohon mangrove yang kokoh memiliki kemampuan untuk meredam pengaruh gelombang,
menahan lumpur, melindungi pantai dari erosi, gelombang pasang, dan angin topan. Struktur akar
mangrove yang kusut menjadi perangkap bagi sedimen yang ada disekitarnya. Vegetasi mangrove yang
umumnya tumbuh pada daerah muara yang merupakan daerah pemupukan sedimen yang berasal dari
sungai memiliki kemampuan menyerap dan memanfaatkan logam berat yang terkandung di dalam
subsratnya.

Fungsi mangrove dari segi ekonomi adalah dapat dilihat dari pemanfaatannya oleh masyarakat yang
tinggal di daerah sekitar hutan mangrove. Tercatat dari sekitar 67 produk yang dapat dimanfaatkan dari
hutan mangrove, di antaranya makanan, minuman, obat-obatan, peralatan rumah tangga, dan
pertanian (Aksomkoae 1993). Pemanfaatan hutan mangrove antara lain untuk kepentingan
perdagangan, industry pariwisata, pertanian, produksi hutan, pemukiman, industri, dan fasilitas
perkapalan walaupun beberapa kegiatan tersebut dapat mengganggu daerah estuary dan menyebabkan
berkurangnya jenis spesies yang hidup di perairan.

B. Permasalahan Ekosistem Mangrove

Keberadaan ekosistem mangrove tidak terlepas dari gangguan atau ancaman-ancaman terhadap
kelangsungan hidupnya, baik berupa ancaman alami maupun ancaman yang datangnya dari manusia.
Ancaman alami seperti banjir, kekeringan dan hama penyakit, sedangkan ancaman dari manusia yang
merupakan faktor dominan penyebab kerusakan mangrove dalam hal pemanfaatan yang berlebih
(Saparinto, 2007).

Adanya tekanan pada ekosistem mangrove dari dalam disebabkan oleh pertambahan penduduk dan
tekanan dari luar sistem karena reklamasi lahan dan eksploitasi hutan mangrove yang semakin
meningkat sehingga menyebabkan terjadinya perusakan secara menyeluruh (Cahyo, 2007). Kegiatan
yang memberikan sumbangan terbesar tehadap kerusakan mangrove adalah pengambilan kayu untuk
keperluan komersial serta peralihan peruntukan untuk tambak dan pertanian. Sedangkan kematian
mangrove secara alami tidak memberikan data signifikan yang patut dicurigai sebagai penyebab
kerusakan hutan mangrove (Saparinto, 2007).

Secara umum, ada beberapa permasalahan yang timbul karena ketidaktahuan akan nilai alamiah yang
dapat diberikan oleh ekosistem mangrove dan ketiadaan perencanaan untuk pengembangan secara
terpadu. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 2 (Dahuri, 1996)

Tabel 2.2. Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Ekosistem Mangrove

Kegiatan Dampak
Ø Berubahnya komposisi tumbuhan mangrove
Ø Tebang Habis Ø Tidak berfungsinya feeding
ground dannursery ground

Ø Peningkatan salinitas
Ø Pengalihan Aliran Air Tawar
Ø Menurunnya tingkat kesuburan tanah

Ø Mengancam regenerasi stok ikan

Ø Pencemaran laut oleh bahan pencemar dari


Ø Konversi Lahan Menjadi kegiatan pertanian dan perikanan
Lahan Pertanian Dan
Ø Pendangkalan perairan pantai
Perikanan
Ø Abrasi

Ø Intrusi air laut

Ø Pembuangan Limbah Cair Ø Penurunan kadar oksigen terlarut

Ø Kemungkinan terlapisnya pneumatofora dan


mengakibatkan matinya mangrove
Ø Pembuangan Limbah Padat
Ø Perembesan bahan-bahan pencemar dalam
sampah padat

Ø Tumpahan Minyak Ø Kematian mangrove

Ø Penembangan Di Sekitar Ø Pengendapan sedimen yang berlebihan,


Kawasan Mangrove matinya mangrove

C. Contoh Kasus Kerusakan Ekosisterm Mangrove

Salah satu contoh kasus kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah di daerah pesisir Kabupaten
Rembang. Beberapa faktor yang menjadi penyumbang terbesar kerusakan ekosistem mangrove di
pesisir Kabupaten Rembang adalah: pertambakan, penebangan pepohonan, reklamasi dan sedimentasi,
serta pencemaran lingkungan.
a. Pertambakan udang/ikan dan garam

Konversi ekosistem mangrove menjadi tambak merupakan faktor utama penyebab hilangnya hutan
mangrove dunia, tidak terkecuali di pesisir Kabupaten Rembang. Di kawasan ini tambak merupakan
pemandangan umum, baik tambak udang dan bandeng maupun tambak garam. Pada musim penghujan,
tambak garam yang bersalinitas tinggi biasanya juga diubah menjadi tambak bandeng, sehingga
kawasan ini menjadi pemasok bandeng budidaya terbesar di Jawa Tengah setelah kabupaten tetangga
baratnya, Pati. Kawasan pesisir Rembang juga menjadi penghasil garam terbesar di Jawa Tengah.
Pertambakan ditemukan sepanjang pantai mulai dari Pecangakan hingga Lasem. Tambak-tambak ikan
dan udang di kawasan ini dikelola secara intensif hingga jauh ke arah daratan. Hampir semua pantai
yang mengalami sedimentasi membentuk dataran lumpur dan memiliki ekosistem mangrove diubah
menjadi areal tambak, meskipun beberapa areal tambak yang jauh dari bibir pantai tampaknya tidak lagi
produktif akibat perubahan kondisi hidrologi, edafit (tanah sulfat asam), penyakit dan pencemaran
lingkungan, sehingga tambak beserta sarana produksinya dibiarkan rusak tidak terurus. Pertambakan
rakyat secara nyata mempengaruhi keberadaan mangrove di sekitarnya. Pada saat ini tidak lagi tersisa
ekosistem mangrove alami. Ekosistem mangrove yang ada merupakan ekosistem buatan
yang diupayakan oleh pemerintah, masyarakat, dan para pihak lain.

b. Penebangan vegetasi mangrove

Pembukaan lahan untuk tambak udang memiliki andil besar bagi kerusakan mangrove di luar hutan,
sedangkan penebangan secara tidak lestari merupakan penyebab utama kerusakan mangrove di dalam
hutan (Suara Pembaruan, 11/08/2002). Di pesisir kabupaten Rembang, tidak ada lagi hutan alami
mangrove, meskipun demikian tumbuhan mangrove hasil restorasi di Pasar Banggi sudah menyerupai
hutan kembali mengingat usianya sudah lebih dari 15 tahun, waktu yang diperlukan ekositem mangrove
yang rusak untuk menyembuhkan diri sebagaimana kondisi asli. Ekosistem mangrove di kawasan ini
relatif terjaga mengingat adanya perhatian serius dari pemerintah kabupaten dan kelompok-kelompok
tani yang memiliki hak mengelolanya, yakni terdapat kesepakatan bahwa setiap luasan hutan yang
dibuka harus didahului dengan penanaman mangrove hingga kondisi mapan pada dataran lumpur dan
pasir di arah laut. Namun kawasan ini tidak bebas sama sekali dari ancaman penebangan, terdapat
pencurian kayu untuk bangunan rumah maupun kayu bakar, meskipun demikian besarnya peran
kelompok tani dapat meminimalkan ancaman tersebut. Salah satu kawasan yang dibabat sisa-sisa
ekosistem mangrove untuk pertambakan dapat dijumpai di Pecangakan, Kaliori.

c. Reklamasi dan sedimentasi


Reklamasi pantai untuk kepentingan industri dan pelabuhan telah banyak dilakukan di pantai utara
Jawa. Di Kabupaten Rembang, reklamasi pantai untuk kegiatan usaha relatif masih terbatas. Salah satu
rencana reklamasi pantai yang tampaknya akan berdampak serius adalah rencana pembangunan
pelabuhan pendaratan ikan di pusat kota Rembang yang tidak jauh dari kawasan mangrove Pasar Bangi.
Dermaga pelabuhan direncanakan jauh menjorok di tengah laut, untuk menghindari kawasan mangrove
yang dangkal dan berlumpur, namun aktivitas pelabuhan ikan yang besar dengan segala hiruk-pikuk
perahu, manusia, dan sarana lainnya diyakini akan berdampak pada ekosistem mangrove. Besarnya
volume kedatangan perahu nelayan dapat menimbulkan riak di laut sehingga menghambat pemantapan
bibit baru dan menggerus lumpur yang ada. Kegiatan ini dipastikan juga akan menghasilkan limbah yang
dapat mencemari ekosistem mangrove.

Sedimentasi merupakan faktor dinamis yang dapat mendorong terbentuknya ekosistem mangrove,
namun sedimentasi dalam skala besar dan luas dapat merusak ekosistem mangrove karena tertutupnya
akar nafas dan berubahnya kawasan rawa menjadi daratan. Sedimentasi di pesisir Kabupaten Rembang
memungkinkan terus bertambah luasnya daratan ke arah laut, dan memungkinkan pertumbuhan
ekosistem mangrove. Namun sesuai dengan pola masyarakat yang terus membuka tambak ke arah laut
mengikuti arah pertumbuhan mangrove, maka pada dasarnya perluasan daratan ini tidak menyebabkan
bertambah luasnya ekosistem mangrove, kecuali di Pasar Bangi, yang hutan mangrovenya cenderung
lebih sulit dibuka untuk tambak karena adanya campur tangan kelompok-kelompok tani yang berusaha
mempertahankannya. Sebaliknya perluasan tambak ke arah laut menyebabkan tambak-tambak lama
menjadi terletak jauh dari bibir pantai dan terjadi perubahan pola hidrologi, air tidak lagi dapat
menggenangi tambak pada saat pasang surut harian, akibat buruknya manajemen drainase. Kawasan
tambak ini pada akhirnya banyak yang dipusokan akibat tingginya biaya operasional dan tidak lagi
ekonomis.

d. Pencemaran lingkungan

Pencemaran yang terjadi baik di laut maupun di daratan dapat mencapai kawasan mangrove, karena
habitat ini merupakan ekoton antara laut dan daratan. Bahan pencemar seperti minyak, sampah, dan
limbah industri dapat menutupi akar mangrove sehingga mengurangi kemampuan respirasi dan
osmoregulasi tumbuhan mangrove, dan pada akhirnya menyebabkan kematian. Di pesisir pantai
Rembang bahan pencemar yang umum dijumpai di kawasan mangrove adalah sampah domestik, seperti
lembaran plastik, kantung plastik, sisa-sisa tali dan jaring, botol, kaleng dan lain-lain. Secara khas di
pesisir Pasar Bangi, terdapatUlva yang dapat mengapung dan menutupi bibit mangrove sehingga
mengganggu upaya restorasi. Menurut Setyawan dkk. (2004) pencemaran logam berat (Fe, Cd, Cr, dan
Pb) belum menjadi ancaman serius kawasan mangrove di pesisir Rembang, selanjutnya Setyawan dkk.
(2005c) juga menyatakan bahwa pupuk kimia (NO3-, NH4+) juga belum menjadi ancaman bagi
ekosistem ini, meskipun demikian perkembangan kota dan pertanian tetap berpotensi untuk
menyumbangkan bahan pencemar di masa depan, termasuk adanya upaya membangun pelabuhan ikan
di Pasar Banggi.

D. Pencegahan Kerusakan Ekosistem Mangrove

Untuk konservasi hutan mangrove dan sempadan pantai, Pemerintah RI telah menerbitkan
Keppres No. 32 tahun 1990. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai, sedangkan kawasan
hutan mangrove adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat hutan mangrove yang berfungsi
memberikan perlindungan kepada kehidupan pantai dan lautan. Sempadan pantai berupa jalur hijau
adalah selebar 100 m dari pasang tertinggi kearah daratan.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan melestarikan hutan mangrove antara lain:

1. Penanaman kembali mangrove

a. Penanaman mangrove sebaiknya melibatkan masyarakat. Modelnya dapat masyarakat terlibat


dalam pembibitan, penanaman dan pemeliharaan serta pemanfaatan hutan mangrove berbasis
konservasi. Model ini memberikan keuntungan kepada masyarakat antara lain terbukanya peluang
kerja sehingga terjadi peningkatan pendapatan masyarakat.

b. Pengaturan kembali tata ruang wilayah pesisir: pemukiman, vegetasi, dll. Wilayah pantai dapat
diatur menjadi kota ekologi sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai wisata pantai (ekoturisme) berupa
wisata alam atau bentuk lainnya.

2. Peningkatan motivasi dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan mangrove
secara bertanggungjawab.

3. Ijin usaha dan lainnya hendaknya memperhatikan aspek konservasi.

4. Peningkatan pengetahuan dan penerapan kearifan local tentang konservasi.

5. Peningkatan pendapatan masyarakat pesisir.

6. Program komunikasi konservasi hutan mangrove.

7. Penegakan hukum.

8. Perbaikkan ekosistem wilayah pesisir secara terpadu dan berbasis masyarakat. Artinya dalam
memperbaiki ekosistem wilayah pesisir masyarakat sangat penting dilibatkan yang kemudian dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Selain itu juga mengandung pengertian bahwa konsep-
konsep lokal (kearifan lokal) tentang ekosistem dan pelestariannya perlu ditumbuh-kembangkan
kembali sejauh dapat mendukung program ini.
KESIMPULAN

Mangrove adalah tenaman penting untuk keseimbangan alam, kestabilan garis pantai, serta mencegah
erosi air laut. Di Indonesia keadaan mangrove sangat memprihatinkan. Indonesia memiliki hutan
mangrove seluas kira-kira sembilan juta hektare. Namun, 70 persen diantaranya sudah hilang untuk
tambak, perkebunan, kelapa sawit, serta pembangunan pedesaan maupun perkotaan. Konservasi
mangrove merupakan area yang sangat penting, namun kadang terabaikan begitu saja. Mangrove
bukan hanya tentang melindungi lingkungan, tetapi juga mata pencaharian bagi penduduk desa.

Dalam program konservasi dan rehabilitasi hutan mangrove, pemerintah lebih berperan sebagai
mediator dan fasilitaor (mengalokasikan dana melalui mekanisme yang ditetapkan). Sementara
masyarakat sebagai pelaksana yang mampu mengambil inisiatif. Oleh karena itu, harus adanya
kesadaran dari masyarakat untuk mememelihara dan melestarikan hutan mangrove bukan malah
merusaknya. Jika ingin membuat tambak harus memperlihatkan ekosistem yang ada agar dapat berjalan
seimbang tanpa harus merusak ekosistem yang sudah ada.

Kita harus melestarikan hutan bakau atau mangrove yang sudah ada karena banyak fungsi dari hutan
mangrove tersebut, yaitu : habitat jenis-jenis satwa lebih dari 100 jenis burung hidup dihutan mangrove,
pelindung terhadap bencana alam, pengendapan lumpur, penambahan unsur hara, penambat racun,
sumber alam dalam kawasan (in-situ dan luar kawasan (ex-situ), sumber plasma nutfah, rekreasi dan
pariwisata, transportasi, sarana pendidikan dan penilitian, pemeliharaan proses-proses dan sistem
alami, dan memelihara iklim mikro.

Daftar Pustaka

Setyawan, AD. 2006. Permasalahan Konservasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Kabupaten Rembang,
Jawa Tengah. Biodiversitas 7 (2): 159-163

Raswin, muhammad. 2003. Pembesaran ikan Bandeng, Modul pengelolaan air tambak. Pdf

Anonim. 2013. Makalah Mangrove; dalam http://mineminecute.wordpress.com/2013/03/16/ makalah-


mangrove/, diakses tanggal 13 November 2013

Anonim. 2009. Ekosistem Estuari; dalam http://geografibaru.blogspot.com/2009/ 11/ekosistem-


estuari.html, diakses tanggal 13 November 2013
Sagita. 2012. Makalah Ekosistem Hutan Mangrove dan Pesisir Pantai; dalam http://zezesagita
.blogspot.com/2012/02/makalah-ekosistem-hutan-mangrove-dan.html, diakses tanggal 13 Novemmber
2013

Rahayau Asih. 2012. Ekosistem Mangroove dan Pantai; dalam http://rahayuasih.wordpress


.com/2012/02/22/ekosistem-mangrove-dan-payau/, diakses tanggal 13 November 2013

Prahastianto, Fajar. 2011. Karakteristik Ekosistem Perairan Payau; dalam http://fajarprahasti


anto.blogspot.com /2011/09/karakteristik-ekosistem-perairan-payau.html, diakses tanggal 13
November2013

Kasim, Ma’Ruf. 2005. Pola Percampuran Estuari; dalam fitrianiulfatus.files.wordpress.com/.../mk-


ekosistem-air, diakses tanggal 19 November 2013

http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem, diakses tanggal 19 November 2013

Jayarana, Arif. 2010. Menalangi Dampak Kerusakan Ekosistem Perairan Payau; dalam
http://arifjayarana.blogspot.com/2010/11/menalangi-dampak-kerusakan-ekosistem.html, diakses
tanggal 19 November 2013
Air tawar
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Air tawar ialah air yang tidak berasa lawan dari air asin. Merupakan air yang tidak mengandung
banyak larutan garam dan larutan mineral di dalamnya.
Saat menyebutkan air tawar, orang biasanya merujuk ke air dari sumur, danau, sungai, salju,
atau es. Air tawar juga berarti air yang dapat dan aman untuk dijadikan minuman bagi manusia.
Air Samudera dan lautan tersusun dari banyak garam natrium chlorida (NaCl) hingga air terasa asin,
yang tidak bisa dan tidak nyaman untuk dikonsumsi oleh manusia.
Untuk mendapatkan air tawar dari air laut bisa dilakukan dengan cara osmosis terbalik, suatu proses
penyaringan air laut dengan menggunakan tekanan dialirkan melalui suatu membran saring. Sistem
ini disebut SWRO (Seawater Reverse Osmosis) dan banyak digunakan pada kapal laut atau
instalasi air bersih di pantai dengan bahan baku air laut.
Anggun Nur Angraeni
 Beranda
 instagram
 About me
 tumblr
Sabtu, 19 November 2016

EVAPORASI

Materi Evaporasi dalam Mata Kuliah Fisika II yang saya rasa cukup terlambat mempostingnya ini semoga bisa
bermanfaat khusunya bagi jurusan Teknik Lingkungan, segala apa yang ada di dalam materi ini saya ambil dari
website - website yang telah saya tulis link nya di dalam daftar pustaka. semoga bermanfaat bagi kita semua.
Terimakasih

EVAPORASI

Disusun Oleh :
Anggun Nur Angraeni (153800020)

Dosen Pembimbing:
Drs. Setyo Purwoto, S.T., M.T

Mata Kuliah :
FISIKA II

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA

SURABAYA

2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir semester 2 mata kuliah
FISIKA IIini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga berterima kasih pada Bapak
Drs. Setyo Purwoto, S.T., M.T yang telah memberikan tugas, ilmudanmembimbing kamidalammatakuliah
FISIKA II.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai “EVAPORASI” dalam mata kuliah Fisika II. Penulis menyadari sepenuhnya
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, penulis berharap
adanya kritik dan saran mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami oleh siapa saja yang membacanya.Sekiranya
proposal yang telah penulis susun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun oranglainyang
membacanya.Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan.Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Surabaya, Juni 2016


Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi
gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara
berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan.Penguapan ialah bagian esensial dari siklus air.
Uap air di udara akan berkumpul dan menjadi awan.Lantaran pengaruh suhu, partikel uap air yang
berukuran kecil bisa bergabung (berkondensasi) menjadi butiran air dan turunlah hujan. Siklus air terjadi
terus-menerus. Energi surya menggerakkan penguapan air dari danau, samudera, embun serta sumber
air lainnya.Dalam hidrologi penguapan & transpirasi (yang melibatkan penguapan di dalam stomata
tumbuhan) dengan kolektif diistilahkan sebagai evapotranspirasi.

Evaporasi merupakan penguapan air dari permukaan air, tanah, dan bentuk permukaan bukan
vegetasi lainnya oleh proses fisika. Energi (radiasi) matahari dan ketersediaan air adalah dua unsur
utama dari proses evaporasi. Evaporasi dapat terjadi pada tubuh perairan (seperti laut, sungai, danau,
waduk) permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan (disebut transpirasi), adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan dan kelambatan evaporasi dan transpirasi disuatu kawasan ada bermacam-
macam antara lain: temperatur air dan udara, kelembaban udara, kecepatan tiupan angin, tekanan
udara, intensitas sinar matahari, dan lain-lain.

Sedangkan alat yang digunakan dalam proses evaporasi dinamakan evaporator, yaitu suatu alat yang
memiliki fungsi untuk mengubah keseluruhan atau sebagian suatu pelarut dari sebuah larutan
berbentuk cair menjadi uap sehingga hanya menyisakan larutan yang lebih padat atau kental.

Dalam bab – bab selanjutnya akan dijelaskan secara rinci mengenai prinsip kerja evaporasi, tujuan
evaporasi, cara kerja, jenis - jenis evaporasi rumus evaporasi, hingga alat evaporasi.
I.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud evaporasi?

2. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi laju evaporasi ?

3. Apa saja prinsip dan tujuan dari evaporasi?

4. Apa saja jenis – jenis evaporasi ?

5. Bagaimana cara kerja dari evaporasi ?

I.3 TUJUAN

1. Supaya mahasiswa dapat mempelajari lebih dalam tentang evaporasi

2. Supaya mahasiswa dapat memahami cara kerja evaporasi dan hal – hal yang berkaitan dengan evaporasi

3. Suapaya mahasiswa dapat mengaplikasikan prinsip, cara kerja dan proses evaporasi dalam dunia nyata

I.4 MANFAAT

1. Mahasiswa dapat mempelajari lebih dalam tentang evaporasi

2. Mahasiswa menjadi paham tentang hal – hal yang berkaitan dengan evaporasi

3. Mahasiswa dapat mengaplikasikan prinsip kerja dan proses evaporasi dalam dunia nyata

BAB II

PENDAHULUAN

II.1 EVAPORASI

Penguapan / evaporasi ialah proses perubahan molekul dalam kondisi cair (seperti air) dengan
spontan menjadi gas (uap air). Proses ini ialah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan bisa
dilihat dari lenyapnya cairan secara terus menerus saat terpapar pada gas dengan volume signifikan.

Rata-rata molekul tak mempunyai energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Jika tidak cairan
akan berubah menjadi uap dengan cepat. Saat molekul-molekul saling bertumbuhkan mereka saling
bertukar energi di berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Kadang transfer
energi ini sangat berat sebelah sehingga salah satu molekul memperoleh energi yang cukup buat
menembus titik didih cairan. Jika ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul itu bisa terbang ke dalam
gas dan menguap.

Ada cairan yang nampak tak menguap pada suhu tertentu di dalam gas tertentu (contoh: minyak
makan di suhu kamar). Cairan ini mempunyai molekul-molekul yang cenderung tak menghantar energi
satu sama lain dalam pola yang cukup buat member satu molekul “kecepatan lepas” energi panas yang
dibutuhkan untuk berubah menjadi uap. Tapi cairan ini sebenarnya menguap, hanya saja prosesnya
lebih lambat dan karenanya lebih tak terlihat.

Evaporasi merupakan penguapan air dari permukaan tanah, air, dan permuaakan bukan vegetasi
lainnya oleh proses fisika. Energi matahari dan ketersediaan air adalah dua unsur utama dari proses
evaporasi. Evaporasi dapat terjadi pada tubuh perairan (seperti laut, sungai, danau, waduk) permukaan
tanah dan tumbuh-tumbuhan (disebut transpirasi), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
dan kelambatan evaporasi dan transpirasi disuatu kawasan ada bermacam-macam antara lain:
temperatur air dan udara, kelembaban udara, kecepatan tiupan angin, tekanan udara, intensitas sinar
matahari, dan lain-lain. Kombinasi antara proses evaporasi dan transpirasi merupakan evaporasi total
(evapotranspirasi) yang juga disebut dengan Consumtive use. Evapotranspirasi dapat terjadi dalam dua
keadaan, yaitu terjadi pada saat cukup air disebut Evapotranspirasi potensial, dan evapotranspirasi yang
terjadi sesungguhnya, dalam arti kondisi pemberian air seadanya disebut Evapotranspirasi aktual.
Kehilangan air oleh proses evaporasi dan transpirasi dapat mempercepat terjadinya kekeringan dan
penyusutan debit sungai pada musim kemarau, umumnya didaerah tropis.

Bagi pakar hidrology, kehilangan air akibat evaporasi biasanya dilihat dari dua sisi. Pertama,
evaporasi dari permukaan (Eo) yaitu penguapan air langsung dari danau, sungai dan badan air lainnya.
Kedua, kehilangan air melalui vegetasi oleh proses-proses intersepsi dan transpirasi. Selama proses
evaporasi dapat terjadi perubahan-perubahan pada bahan, baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain perubahan viskositas, kehilangan aroma,
kerusakan komponen gizi, terjadinya pencokelatan dll.

“Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Di
dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk, meningkatkan larutan sebelum
proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air.” (Praptiningsih, 1999)

II.2 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EVAPORASI

Proses perubahan bentuk dari air menjadi uap air terjadi baik pada evaporasi maupun
evapotranspirasi. Penguapan dipengaruhi oleh kondisi klimatologi, yang meliputi: radiasi matahari,
temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan bidang permukaan.

1. Radiasi Matahari

Sebagian radiasi gelombang pendek ( shortwave radiation ) matahari akan diubah menjadi
energi panas di didalam tanaman, air dan tanah. Energi panas tersebut akan menghangatkan udara di
sekitarnya. Panas yang dipakai untuk menghangatkan partikel – partikel berbagai material di udara
tanpa mengubah bentuk partikel dinamakan panas – tampak ( sensible heat ). Sebagian energi matahari
diubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan menyebabkan perputaran udara dan uap di
atas permukaan tanah. Hal ini menyebabkan udara di atas permukaan tanah jenuh, sehingga
mempertahankan tekanan uap air yang tinggi pada permukaan bidang evaporasi.

2. Ketersediaan Air

Melibatkan jumlah air yang ada dan juga persedian air yang siap untuk terjadinya evaporasi.
Permukaan bidang evaporasi yang kasar akan memberikan laju evaporasi lebih tinggi daripada bidang
permukaan rata karena pada bidang permukaan kasar besarnya turbulent meningkat.

3. Temperatur

Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh terhadap evaporasi.Semakin


tinggi temperatur semakin besar kemampuan udara untuk menyerap uap air.Selain itu semakin tinggi
temperatur, energi kinetik molekul air meningkat sehingga molekul air semakin banyak yang berpindah
ke lapis udara di atasnya dalam bentuk uap air.Oleh karena itu di daerah beriklim tropis jumlah evaorasi
lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub (daerah beriklim dingin).Untuk variasi harian dan
bulanan temperatur udara di Indonesia relatif kecil.
4. Kelembaban Udara

Pada saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara tepat di atas permukaan air
lebih rendah di banding tekanan pada permukaan air.Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan
terjadinya penguapan.Pada waktu penguapan terjadi, uap air bergabung dengan udara di atas
permukaan air, sehingga udara mengandung uap air.

Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air.Apabila jumlah uap air yang
masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya juga semakin tinggi.Akibatnya perbedaan tekanan uap
semakin kecil, yang menyebabkan berkurangnya laju penguapan.Apabila udara di atas permukaan air
sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu penguapan
terhenti.Kelembaban udara dinyatakan dengan kelembaban relatif.

Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan perairan laut cukup luas, mempunyai
kelembaban udara tinggi.Kelembaban udara tergantung pada musim, di mana nilainya tinggi pada
musim penghujan dan berkurang pada musim kemarau. Di daerah pesisir kelembaban udara akan lebih
tinggi daripada di daerah pedalama.

5. Kapasitas Kadar Air dalam Udara

Kapasitas kadar air dalam udara secara langsung dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suhu di
tempat tersebut. Beasarnya kadar air dalam udara di suatu tempat tersebut. Proses evaporasi
tergantung pada deficit tekanan uap jenuh air, Dvp,( saturated vapour pressure deficit ) di udara atau
jumlah uap air yang dapat diserap oleh udara sebelum udara tersebut menjadi jenuh. Sehingga,
evaporasi lebih banyak di daerah pedalaman karena kondisi udara cenderung lebih kering daripada di
daerah pantai yang lembab karena penguapan dari permukaan air laut.

6. Kecepatan Angin

Ketika pengupan berlangsung, udara di atas permukaan bidang penguapan secara bertahap
menjadi lembab, sampai pada tahap ketika udara menjadi jenuh dan tidak mampu menampung uap air
lagi. Pada tahap ini, udara jenuh di atas permukaan bidang tersebut akan berpindah ke tempat lain
akibat beda tekanan dan kerapatan udara, dan demikian, proses penguapan air dari bidang penguapan
tersebut akan berlangsung secara terus – menerus. Hal ini terjadi karena adanya pergantian udara
lembab oleh udara yang lebih kering atau gerakan massa udara dari tempat dengan tekanan udara lebih
tinggi ke tempat dengan tekanan udara lebih rendah ( proses adveksi ) dalam hal ini kecepatan angin di
atas permukaan bidang penguapan sangat penting. Penguapan air di daerah lapang lebih besar dari
daerah dengan banyak naungan karena di daerah lapang perpindahan udara menjadi lebih bebas.

7. Bidang Permukaan

Secara alamiah bidang permukaan penguapan akan mempengaruhi proses evoporasi melalui
perubahan pola perilaku angin. Pada bidang permukaan yang kasar atau tidak beraturan, kecepatan
angin akan berkurang oleh adanya proses gesekan. Tapi, pada tingkat tertentu, permukaan bidang
penguapan yang kasar juga dapat gerakan angin berputar ( turbulent ) yang dapat memperbesar
evaporasi. Pada bidang permukaan air yang luas, angin kencang juga dapat menimbulkan gelombang air
besar dan dapat mempercepat terjadinya evopotranspirasi.

II.3 TUJUAN EVAPORASI

Tujuan dari evaporasi adalah memekatkan larutan yang mengandung zat yang sulit menguap
(non-volatile solute) dan pelarut yang mudah menguap (volatile solvent) dengan cara menguapkan
sebagian pelarutnya. Pelarut yang ditemui dalam sebagian besar sistem larutan adalah air.Umumnya,
dalam evaporasi, larutan pekat merupakan produk yang diinginkan, sedangkan uapnya diembunkan dan
dibuang. Sebagai contoh adalah pemekatan larutan susu, sebelum dibuat menjadi susu bubuk. Beberapa
sistem evaporasi bertujuan untuk mengambil air pelarutnya, misalnya dalam unit desalinasi air laut
untuk mengambil air tawarnya.Evaporasi berbeda dengan distilasi, dalam hal uap yang dihasilkan
biasanya merupakan komponen tunggal; bahkan jika uapnya adalah multikomponen, tidak ada usaha
untuk memurnikan uapnya menjadi fraksi-fraksi komponen penyusunnya. (Nuryanti, 2011)

II.4 PRINSIP – PRINSIP EVAPORASI

1. Penguapan atau evaporasi merupakan perubahan wujud zat dari cair menjadi uap

2. Penguapan betujuan memisahkan pelarut (solvent) dari larutan sehingga menghsilkan larutan yang
lebih pekat

3. Evaporasi merupakan proses pemisahan terroal, dipakai secara luas untuk merekatkan cairan dalam
bentuk larutan, suspensi maupun emulsi dengan cara menguapkan pelarutnya, umumnya air dan cairan.

4. Evaporasi menghasilkan cairan yang lebih pekat, tetapi masih berup cairan pekat yang dapat dipompa
sebagai hasil utama, reaksi kadang-kadang ada pula cairan volatile sebagai hasil utama, misalnya selama
pemulihan pelarut.

II.5 MACAM – MACAM EVAPORASI

1. Evaporasi potensial (ETp)

Menggambarkan laju maksimum kehilangan air dari suatu lahan yang sangat ditentukan oleh
kondisi iklim pada keadaan penutup tajuk tanaman pendek yang rapat dengan penyediaan air yang
cukup dan ditentukan oleh parameter-parameter iklim.

2. Evaporasi standar (ETo)


Adalah evaporasi pada suatu permukaan standar yang dapat diperoleh dari lahan dengan lahan
tajuk penuh oleh rerumputan hijau yang ditanam pada lahan subur berkadar air tanah cukup tinggi
antara 8-15 cm.

3. Evapotranspirasi tanaman (ETc)

Pada kondisi standar adalah ET dari suatu lahan luas dengan tanaman sehat berkecukupan hara
dan bebas hama penyakit, yang ditanam pada kondisi air tanah optimum dan mencapai produksi penuh
di bawah keadaan suatu iklm tertentu. Nilai ETc berubah-ubah menurut umur atau fase perkembangan
tanaman.

4. Evaporasi aktual (ETa)

Menggambarkan laju kehilangan air dari suatu lahan bertanam pada kondisi aktual iklim,
tanaman dan lingkungan tumbuh serta pengelolaan.

II.6 RUMUS EVAPORASI

1. Cara Dalton (Perumusan Dasar)

E = C (ew – ea)f(u)

Keterangan :

E = Evaporasi dari permukaan air (open water)

C= Koefisien tergantung dari tekanan barometer

u = Kecepatan angin

ew = tekanan uap jenuh muka air danau

ea = tekanan uap diatasnya

2. Cara Rohwer

E = 0,484 (1 + 0,6 V ) (ew – ea)


Keterangan :

E = evaporasi (mm/hari)

e.w = tekanan uap jenuh dengan temperatur sama dengan temperatur air (milibar)

e.a = tekanan uap air di udara (milibar)

V = kecepatan angin rata-rata dalam sehari

3. Cara Penman

E0 = 0.35 (Pa – Pu) (1 + U2/100

Keterangan :

E0 = Penguapan (mm/hari)

Pa = Tekanan uap jenuh pada suhu rata harian (mmHg)

Pu = Tekanan uap sebenarnya (mmHg)

U2 = Kecepatan angin dalam mile/hari, sehingga bentuk U2 dalam m/dt masih harus dikalikan dengan 24
x 60 x 60 x 1600

II.7 EVAPORATOR

II.7.1. DEFINSI EVAPORATOR

Evaporator merupakan salah satu alat yang sering digunakan dalam proses perindustrian.
Merupakan alat yang digunakan untuk mengevaporasi larutan.Evaporasi sendiri artinya adalah
menghilangkan air dari larutan dengan mendidihkan larutan di dalam tabung evaporator.Evaporasi
bertujuan untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tidak mudah menguap dengan
pelarut yang mudah menguap. Atau bisa dikatakan bahwa evaporasi adalah proses penguapan.
Evaporator berfungsi untuk mengubah sebagian atau keseluruhan pelarut dari suatu larutan dari betuk
cair menjadi uap.
Pada dunia industri, manfaat dari alat ini ialah untuk pengentalan awal cairan sebelum diolah
lebih lanjut, pengurangan volume cairan dan untuk menurunkan aktivitas air.Evaporator memiliki dua
prinsip dasar yaitu untuk menukar panas dan untuk memisahkan uap air yang terlarut dalam cairan.
Pada umumnya evaporator terdiri dari tiga bagian yaitu:

 Tempat penukar panas

 Bagian evaporasi (tempat dimana liquid mendidih lalu menguap)

 Bagian pemisah untuk memisahkan uap dari cairan

Hasil dari evaporator berupa padatan atau larutan yang berkonsentrasi dan larutan yang telah
dievaporasi biasanya terdiri dari beberapa komponen volatil (mudah menguap).

Ada empat komponen dasar yang dibutuhkan untuk melakukan penguapan, yaitu

 Sebuah tabung penguapan

 Sebuah alat pindah panas

 Sebuah kondensor

 Sebuah metode untuk menjaga tekanan vakum.

Keempat komponen ini harus diperhatikan dalam merencanakan suatu evaporator.Sistem


tekanan vakumnya harus dapat mengalirkan gas yang tidak terkondensasi agar bisa menjaga tekanan
vakum yang diinginkan di dalam tabung penguapan.Panas yang cukup harus dialirkan atau diberikan ke
produk untuk penguapan sejumlah air yang diinginkan, serta sebuah kondensor yang berguna untuk
mengembangkan dan memindahkan uap air yang diprosuksi melalui penguapan.

II.7.2. JENIS – JENIS EVAPORATOR

1. Pan Evaporasi

Cara kerja :

Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana


larutan didihkan.Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam selubung (jaket) atau
dalam pipa spiral yang dicelupkan.Kadang-kadang ketel dipanasi api langsung. Pengaduk dapat
ditempatkan didalamnya.Evaporator ini murah dan operasinya sederhana.
2. Horizontal Tube Evaporator

Cara Kerja :

Feed masuk (diluar pipa),baru kemudian steam (didalam pipa)didalam pipa atau tube terjadi
perpindahan panas karena adanya pemanasan,sehingga liquid yang diluarnya mendidih dan uap yang
terjadi mengalir keatas, kemudian liquidnya menjadi pekat,lalu dikeluarkan melalui lubang bagian dasar
evaporatorsedangkan, kondensat dikeluarkan melalui lubang yang sudah disediakandemikian juga gas
non kondensat dikeluarkan melalui vent.

3. Vertikal Tube Evaporator

Cara Kerja :

Feed masuk evaporator kemudian masuk tube melalui bawah (tinggi cairan hampir sama dengan
tinggi tube) steam masuk ke pembungkus tube (dirongga steam). Jadi cairan berada didalam tube
sedangkan steam berada diluarnya, cairan akan mendidih didalam tube. Cairan yang sudah pekat keluar
disalurkan melalui down take dan dikeluarkan dari bawah evaporator, sedangkan kondensat, vapol, dan
non kondensat gas keluar dari tempat yang sudah disediakan. Luas down take 75-100% dari luas
gabungan seluruh tube.
4. Falling Film Evaporator

Cara Kerja :

Zat cair masuk dari atas, lalu mengalir ke bawah didalam tabung panas itu dalam bentuk film,
kemudian keluar dari bawah. Tabung-tabungnya biasanya agak besar, diameternya antara 2 sampai
10in. Uap yang keluar dari zat cair itu biasanya terbawa turun bersama zatcair, dan keluar dari bawah
unit itu. Evaporator ini bentuknya menyerupaisuatu penukar kalor jenis tabung, yang panjang, vertikal,
dan dilengkapidengan separator zat cair-uap di bawah, dan distributor (penyebar) zat cair di atas.

5. Agitated film evaporator

Cara Kerja :

Umpan masuk dari puncak bagian bermantel dan disebarkan menjadi film tipis yang sangat turbulen
dengan bantuanmn daun-daun vertikal agitator (pengaduk).
 Jenis-jenis evaporator berdasarkan cara pemanasannya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Direct Fired Evaporator, merupkan jenis evaporator dengan cara pengapian langsung dimana apai dan
pembakar gas dipisahkan dari cairan mendidih dengan pembatas dinding besi atau permukaan untuk
memanaskan.

2. Submerged Combution Evaporator, yaitu evaporator yang dipanaskan oleh api yang menyala dibawah
permukaan cairan, dimana gas yang panas bergelembung melewati cairan.

3. Steam Heated Evaporator, adalah evaporator yang menggunakan pemanas steam atau uap lain yang
dapat dikondensasi, sumber panas dimana uap terkondensasai pada suatu sisi di permukaan pemanas
dan kemudian panas ditransmisi lewat dinding ke cairan yang mendidih.

 Evaporator berdasarkan penggunaannya dapat dibedakan menjadi :

1. Yang pertama bila kita hanya menggunakan satu evaporator saja, uap dari zat cair yang mendidih
dikondensasikan dan dibuang. Metode ini disebut dengan evaporasi efek-tunggal (single-effect
evaporation). Walaupun metode ini sederhana, namun proses ini tidak efektif Dalam penggunaan uap.
Untuk menguapkan llb air dari larutan, diperlukan 1 – 1.3 lb uap.

2. Yang kedua, jika uap dari satu evaporator dimasukkan ke dalam rongga uap (steam chest) evaporator
kedua, dan uap dari evaporator kedua dimasukkan ke dalam kondenser, maka metode ini akan menjadi
efek dua kali atau biasa disebut eveporasi efek-dua (double-effect evaporation).

3. Yang ketiga, ketika evaporator yang digunakan dalam suatu metode lebih dari satu, seperti misalnya uap
dari evaporator kedua dimasukkan ke dalam rongga uap evaporator ketiga, dan berlanjut sampai
beberapa evaporasi, maka metode ini disebut evaporasi efek-ganda (multiple-effect evaporation).

 Selain itu, terdapat klasifikasi jenis evaporator lainnya yang biasa digunakan. Jenis – jenis utama
evaporator tabung dengan pemasukan uap yang lazim dipakai adalah evaporator tabung horizontal, dan
evaporator vertikal tabung panjang.

1. Evaporator tabung horizontal


Gambar 1.1 Evaporator Tabung Horizontal

Sumber :http://www.scribd.com/doc/15812827/Evaporators

Dapat dilihat contoh evaporator tabung horizontal diatas.Evaporator ini memiliki tabung
yang tidak terlalu tinggi, tetapi berbentuk horizontal sehingga mempunyai ukuran yang lebih lebar
dibandingkan dengan evaporator jenis lainnya. Evaporator tabung horizontal biasanya digunakan untuk
kapasitas yang kecil dan untuk mengevaporasikan larutan yang encer dan larutan ini tidak berbusa dan
tidak meninggalkan deposit padatan pada tabung evaporator.

2. Evaporator vertikal tabung panjang

Gambar 1.2 Evaporator Vertikal Tabung Panjang


Sumber :http://www.scribd.com/doc/15812827/Evaporators

Evaporator jenis ini memiliki tabung yang panjang dan tidak terlalu lebar.Tabung dari
evaporator sendiri mempunyai panjang sekitar 12 sampai 20 feet dengan diameter 1 sampai 2 inci.Zat
cair dan uap mengalir ke atas di dalam tabung sebagai akibat dari peristiwa didih zat cair yang terpisah
kembali ke dasar tabung dengan gravitasi.

II.7.3. PRINSIP KERJA EVAPORATOR

Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, evaporator merupakan alat untuk menegevaporasi
larutan sehingga prinsip kerjanya merupakan cara kerja dari evaporasi itu sendiri. Cara kerjanya ialah
dengan menambahkan kalor atau panas yang bertujuan untuk memekatkan suatu larutan yang terdiri
dari zat pelarut yang memiliki titik didih yang rendah dengan pelarut yang memiliki titik didih yang tinggi
sehingga pelarut yang memiliki titik didih yang rendah akan menguap dan hanya menyisahkan larutan
yang lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang tinggi.

Proses evaporasi memiliki ketentuan, yaitu:

1. Pemekatan larutan didasarkan pada perbedaan titik didih antar zat-zatnya.

2. Titik didih cairan dipengaruhi oleh tekanan.

3. Dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normal.

4. Titik didih cairan yang mengandung zat yang tidak menguap akan tergantung tekanan dan kadar zat
tersebut.Beda titik didih larutan dengan titik didih cairan murni disebut kenaikan titik didih (boiling
range).

II.7.4. PENGGUNAAN EVAPORATOR

Dalam dunia industri baik industri yang berskala besar maupun kecil, penggunaan evaporator
tentunya sangat dibutuhkan agar dapat menghasilkan produk sesuai dengan yang diinginkan, seperti
industri kimia dan industri makanan, contohnya proses pembuatan garam, bahan baku garam dihasilkan
dari air laut yang tentunya memiliki kandungan air, sehingga garam akan dimasukkan ke dalam evapotor
dan dievaporasikan agar mengubah air menjadi uap dan dikeluarkan sehingga yang tersisa hanya larutan
mineral-mineral yang terdapat dalam evaporator. Khusus untuk industri migas, evaporator digunakan
untuk memekatkan larutan crude oil dengan menghilangkan kadar airnya sehingga meringankan kinerja
kolom Destilasi. Skala komersial, proses evaporasi membutuhkan peralatan pendukung seperti
kondensor,
perangkap uap, injeksi uap dan evaporator itu sendiri. Dalam industri gula, khususnya pembuatan gula
putih, terjadi beberapa tahapan pengolahan, yaitu pemerahan nira, pemurnian, penguapan, kristalisasi,
pemisahan kristal, dan pengeringan.

Untuk menghilangkan kadar uap air yang terdapat di dalam nira dilakukanlah proses penguapan
atau evaporasi. Di pabrik gula, penguapan dilakukan dengan menggunakan beberapa evaporator dengan
sistem multiple effect yang disusun secara dapat ditukar agar dapat dibersihkan bergantian.
Digunakan evaporator efek-ganda agar proses evaporasi berjalan lebih efektif dan efisien.
Evaporasi dimulai dengan memasukkan nira yang akan di evaporasi ke dalam evaporator pertama. Nira
ini akan dievaporasi sehingga terbentuk nira yang lebih pekat, serta uap dan kondensat. Uap hasil
penguapan tadi digunakan lagi dalam evaporator kedua, dan umpan yang dimasukkan adalah nira yang
lebih pekat tadi.Dan berlanjut terus untuk evaporator ketiga dan seterusnya, hingga didapat nira kental
yang berwarna gelap dengan kepekatan kurang lebih 60 brik.Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang ke
kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.Gambar dibawah merupakan salah satu evaporator
dalam pembuatan nira, tetapi dalam pembuatannya digunakan beberapa evaporator jenis ini yang
disusun sedemikian rupa hingga bekerja dengan baik.

II.7.5. KAPASITAS ALAT

Untuk evaporator jenis tabung dengan pemanasan uap, maka performa evaporator diukur
berdasarkan atas kapasitas evaporator tersebut.Kapasitas didefinisikan sebagai banyaknya pon air yang
diuapkan per jam. Agar dapat memindahkan energi panas sesuai dengan keinginan, maka permukaan
perpindahan panas evaporator harus mempunyai kapasitas perpindahan panas yang cukup, agar semua
refrigeran yang akan diuapkan di dalam evaporator dapat berlangsung dengan optimal dan
menghasilkan pendinginan yang maksimum pula. Pemindahan panas yang berlangsung di evaporator
daoat terjadi dalam du cara yaitu konveksi dan konduksi. Besarnya kapasitas perpindahan panas pada
evaporator tergantung pada lima variabel, yaitu luas area permukaan, beda suhu, faktor konduktivitas
panas, ketebalan material yang digunakan, serta waktu.Contohnya evaporator vakum. Evaporator jenis
ini biasanya terbuat dari bahan stainles stell 312 dan 308.dengan kapasitas dari 20 liter sampai dengan
120 liter.

II.7.6. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Segalanya yang terdapat di dunia ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing –
masing.Begitu pula dengan alat – alat yang sering digunakan dalam perindustrian.Terdapat beberapa
kelebihan serta kekurangan dari evaporator yang sering digunakan.Contohnya dalam evaporator
tabung-horizontal sirkulasi alam, kelebihannya evaporator jenis ini terus beroperasi, relatif lebih murah,
dan baik untuk cairan non-viskos yang mentransfer panas tinggi.Kekurangannya evaporator jenis ini
tidak cocok untuk cairan viskos atau kental karena akan memperburuk sirkulasi cairan.
II.8 CONTOH GAMBAR EVAPORASI

BAB III

PENUTUP
III.1 KESIMPULAN

Evaporasi merupakan penguapan air dari permukaan tanah, air, dan permuaakan bukan
vegetasi lainnya oleh proses fisika. Energi matahari dan ketersediaan air adalah dua unsur utama dari
proses evaporasi. Evaporasi dapat terjadi pada tubuh perairan (seperti laut, sungai, danau, waduk)
permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan (disebut transpirasi),Penguapan dipengaruhi oleh kondisi
klimatologi, yang meliputi: radiasi matahari, temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan angin,
dan bidang permukaan. Tujuan dari evaporasi adalah memekatkan larutan yang mengandung zat yang
sulit menguap (non-volatile solute) dan pelarut yang mudah menguap (volatile solvent) dengan cara
menguapkan sebagian pelarutnya. Evaporasi potensial (ETp), Evaporasi standar (ETo), Evapotranspirasi
tanaman (ETc), Evaporasi aktual (ETa)

Evaporator merupakan salah satu alat yang sering digunakan dalam proses perindustrian.
Merupakan alat yang digunakan untuk mengevaporasi larutan.Pada umumnya evaporator terdiri dari
tiga bagian yaitu:

 Tempat penukar panas

 Bagian evaporasi (tempat dimana liquid mendidih lalu menguap)

 Bagian pemisah untuk memisahkan uap dari cairan

Cara kerjanya ialah dengan menambahkan kalor atau panas yang bertujuan untuk memekatkan
suatu larutan yang terdiri dari zat pelarut yang memiliki titik didih yang rendah dengan pelarut yang
memiliki titik didih yang tinggi sehingga pelarut yang memiliki titik didih yang rendah akan menguap dan
hanya menyisahkan larutan yang lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang tinggi.

III.2 DAFTAR PUSTAKA

(04 April 16) https://id.wikipedia.org/wiki/Penguapan diakses 14 Mei 2016

(01 November 15)http://www.bangkubiru.com/2015/11/pengertian-evaporasi-kondensasi.html diakses 14 Mei 2016

(05 Januari 15) http://www.prosesindustri.com/2015/01/evaporator-dan-prinsip-kerjanya.html diakese 14 Mei 2016

(27 Maret 13) http://www.galeripustaka.com/2013/03/pengertian-dan-faktor-evaporasi.htmldiakses 14 Mei 2016

http://www.arisprasetyobudi.xyz/2015/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html diakses 14 Mei 2016

http://geograph88.blogspot.co.id/2015/03/faktor-yang-memengaruhi-evaporasi.htmldiakses 14 Mei 2016

(Frida, 27 November 15) http://materi-kuliah-13.blogspot.co.id/2015/11/evaporasi.html diakses 14 Mei 2016

(Ria, 02 September 12) http://kusumaworld25.blogspot.co.id/2012/09/evaporator.html diakses 14 Mei 2016


(08 Juni 16)http://bicara-teknik-kimia.blogspot.co.id/2011/06/pengertian-dan-tujuan-evaporasi.html diakses 05 Juni
2016

(22 Maret 15 )http://catatananakpertanian.blogspot.co.id/2015/03/evaporasi.html?m=1 diakses 05 Juni 2016

(02 Desember 10 )http://susantoteknikmesin.blogspot.co.id/2010/12/evaporasi.html diakses 05 Juni 2016

Bambang Triatmodjo. 2010. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Offset

http://icuk.esy.es/kd4/unduh/Evaporator.pdf diakese 14 Mei 2016

(21 Januari 12)http://agzik.blogspot.co.id/2012/01/evaporasi-dan-evapotranspirasi.html?m=1 diakses 14 Juni 2016

Diposting oleh Anggun Nur Angraeni di 11/19/2016 07:25:00 PM

asrullah santo
Publik
21 Des 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi
matahari dan angin.Evaporasi adalah salah satu kaedah utama dalam industri kimia untuk memekatkan larutan yang encer.
Pengertian umum dari evaporasi ini adalah menghilangkan air dari larutan dengan mendidihkan larutan di dalam tabung yang
sesuai yang disebut evaporator. Evaporasi bertujuan untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tidak
mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap.
Evaporator merupakan salah satu alat yang banyak digunakan di industri kimia untuk memekatkan suatu larutan. Peristiwa yang
terjadi pada proses di evaporator adalah evaporasi. Sedangkan pengertian evaporasi sendiri merupakan proses perubahan molekul
yang memiliki fasa cair dengan spontan menjadi fasa gas. Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Evaporasi?
2. Apakah Perbedaan Antara Proses Evaporasi Dengan Proses Lainnya?
3. Apa Saja Factor-Faktor Yang dapat Mempengaruhi Proses Evaporasi?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Teori Dari Evaporasi.
2. Untuk Mengetahui Perbedaan Proses Evaporasi Dengan Proses Lainnya.
3. Untuk Mengetahui Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Evaporasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI EVAPORASI

Evaporasi dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami dan
evaporasi yang dimaknai proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas (steam) dalam suatu peralatan.
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang
konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut
yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap.
Evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat cair mendidih (Warren L. Mc Cabe,
1999).
Evaporasi didasarkan pada proses pendidihan secara intensif, yaitu :
· Pemberian panas ke dalam cairan.
Makin tinggi pressure makin besar panas yang dibutuhkan jadi pressure perlu diturunkan untuk mendapatkan kondisi
operasi yang optimal.
· Pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap.
Peristiwa bubbling yaitu terbentuknya nukleat sebagai awal pembentukan gelembung.
· Pemisahan uap dari cairan.
· Mengkondensasikan uapnya
Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan) dengan penambahan panas(Robert B.Long, 1995).
Panas dapat disuplai dengan berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan steam.
Proses evaporasi yang berlangsung secara alami ialah proses penguapan yang terjadi begitu saja diruang lingkup dunia, dengan
bantuan sinar matahari secara langsung, tanpa adanya alat-alat bantu dari manusia, inilah yang dimaksud dengan evaporasi ataau
penguapan secara alami. Sedangkan evaporasi atau penguapan dengan penambahan steam sebagai alat penyuplai panasnya
adalah salah satu upaya manusia dalam menciptakan produk baru dengan menggunakan system kerja evaporasi alami yang
ditransfer kedalam proses menggunakan mesin-mesin. Evaporasi ini berlangsung dengan adanya mesin atau alat-alat penyuplai
panas pengganti dari sinar matahari, alat tersebut dinamakan evaporator.
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari
bentuk cair menjadi uap. Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, yaitu untuk menukar panas dan untuk memisahkan uap
yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat
dimana cairan mendidih lalu menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke dalam
kondensor (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya.
Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat berupa padatan atau larutan berkonsentrasi. Larutan yang sudah
dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa komponen volatile (mudah menguap). Evaporator biasanya digunakan dalam
industri kimia dan industri makanan. Pada industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin jenuh (merupakan
contoh dari proses pemurnian) dalam evaporator.
Evaporator mengubah air menjadi uap, menyisakan residu mineral di dalam evaporator. Uap dikondensasikan menjadi air yang
sudah dihilangkan garamnya. Pada sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas oleh cairan
pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan energi panas). Evaporator juga digunakan untuk
memproduksi air minum, memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi lain.
Titik didih cairan yang diuapkan pada evaporasi dapat dikontrol dengan mengatur tekanan pada permukaan uap-cair. Artinya,
jika penguapan terjadi pada temperatur tinggi, maka evaporator dioperasikan pada tekanan tinggi pula. Beberapa evaporasi dalam
industri secara normal bekerja pada tekanan vacum untuk meminimalkan kebutuhan panas.
Pada proses pendidihan secara alami, perubahan titik didih sebagai perubahan temperatur dapat ditingkatkan. Beberapa tipe
pendidihan yang berbeda mempunyai koefisien perpindahan panas yang berbeda pula. Tipe-tipe tersebut adalah (Bell, 1984) :
- pendidihan secara konveksi alami
Pendidihan konveksi alami terjadi ketika cairan dipanaskan pada permukaannya. Pada tipe ini, koefisien perpindahan panas
meningkat dengan perubahan temperatur, tetapi relatif lambat
- pendidihan nukleat
Pada pendidihan nukleat terbentuk gelembung-gelembung uap pada interface cairan dan padatan dari permukaan perpindahan
panas. Pendidihan pada tipe ini terjadi dalam sebuah ketel atau reboiler thermosifon yang digunakan pada proses industri.
Koefisien perpindahan panas pada tipe ini lebih besar.
- pendidihan film
Pendidihan film terjadi ketika perubahan temperature sangat tinggi dan penguapan terjadi secara berkesinambungan pada
permukaan perpindahan panas. Koefisien perpindahan panas meningkat seiring dengan meningkatnya perubahan temperatur.
Namun, nilai koefisien perpindahan panasnya lebih rendah jika dibandingkan pendidihan nukleat.
Ø Prinsip-prinsip evaporator:
· Penguapan atau evaporasi merupakan perubahan wujud zat dari cair menjadi uap
· Penguapan betujuan memisahkan pelarut (solvent) dari larutan sehingga menghsilkan larutan yang lebih pekat
· Evaporasi merupakan proses pemisahan terroal, dipakani secara luas untukk merekatkan cairan dalam bentuk larutan,
suspensi maupun emulsi dengan cara menguapkan pelarutnya, umumnya air dan cairan.
Evaporasi menghasilkan cairan yang lebih pekat, tetapi masih berup cairan pekat yang dapat dipompa sebagai hasil utama, reaksi
kadang-kadang ada pula cairan volatile sebagai hasil utama, misalnya selama pemulihan pelarut.

Ø Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung :


· Interface evaporation, yaitu transformasi air menjadi uap air di permukaan tanah. Nilai ini tergantung dari tenaga yang
tersimpan.
· Vertikal vapour transfers, yaitu perpindahan lapisan yang kenyang dengan uap air dari interface ke uap (atmosfer bebas).

B. PERBEDAAN EVAPORASI DENGAN PROSES LAIN

1. Evaporasi dengan pengeringan.


Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair (kadang-kadang zat cair yang
sangat viskos) dan bukan zat padat. Perbedaan lainnya adalah, pada evaporasi cairan yang diuapkan dalam kuantitas
relatif banyak, sedangkan pada pengeringan sedikit.
2. Evaporasi dengan distilasi.
Evaporasi berbeda pula dari distilasi, karena uapnya biasa dalam komponen tunggal, dan walaupun uap itu dalam bentuk
campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha unutk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Selain itu, evaporasi
biasanya digunakan untuk menghilangkan pelarut-pelarut volatil, seperti air, dari pengotor nonvolatil. Contoh pengotor
nonvolatil seperti lumpur dan limbah radioaktif. Sedangkan distilasi digunakan untuk pemisahan bahan-bahan nonvolatil.
3. Evaporasi dengan kristalisasi.
Evaporasi lain dari kristalisasi dalam hal pemekatan larutan dan bukan pembuatan zat padat atau kristal. Evaporasi
hanya menghasilkan lumpur kristal dalam larutan induk (mother liquor). Evaporasi secara luas biasanya digunakan
untuk mengurangi volume cairan atau slurry atau untuk mendapatkan kembali pelarut pada recycle. Cara ini biasanya
menjadikan konsentrasi padatan dalam liquid semakin besar sehingga terbentuk kristal.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES EVAPORASI

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi percepatan evaporasi antara lain :


1. Suhu
Walaupun cairan bisa evaporasi dibawah suhu titik didihnya, namun prosesnya akan cepat terjadi ketika suhu di sekeliling lebih
tinggi. Hal ini terjadi karena evaporasi menyerap kalor laten dari sekelilingnya. Dengan demikian, semakin hangat suhu
sekeliling semakin banyak jumlah kalor yang terserap untuk mempercepat evaporasi.

2. Kelembapan udara
Jika kelembapan udara kurang, berarti udara sekitar kering. Semakin kering udara (sedikitnya kandungan uap air di dalam
udara) semakin cepat evaporasi terjadi. Contohnya, tetesan air yang berada di kepingan gelas di ruang terbuka lebih cepat
terevaporasi lebih cepat daripada tetesan air di dalam botol gelas. Hal ini menjelaskan mengapa pakaian lebih cepat kering
di daerah kelembapan udaranya rendah.
3. Tekanan
Semakin besar tekanan yang dialami semakin lambat evaporasi terjadi. Pada tetesan air yang berada digelas botol yang udaranya
telah dikosongkan(tekanan udara berkurang), maka akan cepat terevaporasi.
4. Gerakan udara
Pakaian akan lebih cepat kering ketika berada di ruang yang sirkulasi udara atau angin lancar karena membantu
pergerakan molekul air. Hal ini sama saja dengan mengurangi kelembapan udara.
5. Sifat cairan
Cairan dengan titik didih yang rendah terevaporasi lebih cepat daripada cairan yang titik didihnya besar. Contoh, raksa dengan
titik didih 357°C lebih susah terevapporasi daripada eter yang titik didihnya 35°C.
6. Kedalaman dan luas permukaan
Semakin luas suatu permukaan atau semakin dalam maka penguapan semakin besar pula.
7. Tofografi
Semakin tinggi suatu daerah maka semakin kecil pula penguapan yang akan terjadi.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang
konsentrasinya lebih tinggi. Evaporat or adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau keseluruhan sebuah
pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap. Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, untuk menukar panas dan
untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Aplikasi dari evaporator antrara lain digunakan pada pabrik gula, pabrik,
garam, industri bahan kimia, industri makanan dan minuman, dan kilang minyak.

B. SARAN
Sebagai mahkluk social, lingkungan ialah dunia kita. Sebagaimana dijelaskan pada makalah kmi diatas, bahwa evaporasi itu
pada lingkungan alam jadi lebih mudahnya dalam megkaji materi ini, kita melakukan praktikum langsung dengan lingkungan
sekitar melihat proses evaporasi erjadi dan menganalisanya.
DAFTAR PUSTAKA

ir sangat penting bagi kesehatan manusia. Namun, populasi manusia yang terus meningkat
membutuhkan lebih banyak air, pangan, energi, dan bahan baku sehingga semakin memperketat
persaingan. Masalahnya adalah kita bersaing dengan alam yang juga membutuhkan air untuk
menjaga ekosistemnya. Kita terus menyalahgunakan sumber daya air yang ada di Bumi,
sekarang kita harus siap untuk menerima konsekuensinya. Meskipun tiga perempat dari bumi
adalah air, tetapi hanya satu persen yang tidak layak untuk dikonsumsi manusia. Dengan kondisi
seperti ini, air menjadi berbahaya bagi kesehatan bila diminum dalam kondisi darurat. Jika kita
minum air yang tidak murni, meskipun di dalamnya terdapatmineral
yang diperlukan manusia, hal ini akan membuat tubuh kita seperti filter alami. Dengan
sendirinya, tubuh kita akan menyaring racun dan polutan yang telah mencemari air yang kita
minum.

Penyediaan air bersih kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan lingkungan atau kesehatan masyarakat, yang memiliki peran dalam mengurangi
jumlah orang dengan penyakitnya, terutama penyakit yang berhubungan dengan air, dan
berperan penting dalam meningkatkan standar atau tingkat (kualitas) hidup. Sampai saat ini,
penyediaan air bersih bagi masyarakat masih dihadapkan pada beberapa masalah yang kompleks
dan sampai sekarang belum dapat sepenuhnya diatasi. Salah satu masalah yang kita hadapi saat
ini adalah masih rendahnya tingkat pelayanan air kepada masyarakat. Sehingga, hal itu akan
memiliki efek pada kesehatan manusia.
Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, kontaminasi oleh mikroorganisme (bakteri
atau virus) ke badan air dan pasokan air yang sering terjadi, dan kali ini dengan faktor kimia
polusi dan fisika, misalnya kontaminasi oleh senyawa polutan mikro yang mutagenik dan/atau
penyebab kanker (karsinogenik) perlu diwaspadai. Hal ini sering muncul sebagai akibat dari
urbanisasi dan industrialisasi dan juga karena penggunaan teknologi produksi yang sering tidak
atau kurang ramah terhadap lingkungan atau kesehatan masyarakat.

Pada tahun 2013, dari sekitar dua ratus jutaan orang Indonesia, hanya 20% yang memiliki akses
ke air bersih. Sebagian besar berada di daerah perkotaan. Adapun sisanya, atau sekitar 80%
masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi air yang tidak layak untuk kesehatan. Hal itu
dibuktikan oleh penelitian Jim Woodcock, konsultan masalah air dan sanitasi dari bank dunia,
hasilnya adalah bayi di Indonesia kurang lebih 100.000 tewas setiap tahun akibat diare, penyakit
yang paling mematikan sekunder untuk infeksi saluran pernapasan akut. Penyebab utama, jelas
kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi.

Menurut pendapat saya, ada dua masalah utama yang menyebabkankualitas air yang
buruk di Indonesia. Masalah pertama adalahkurangnya
kesadaran masyarakat di Indonesia tentang lingkungan.Masih banyak penduduk selalu mengarah
pada kualitas air yang burukdi Indonesia, terutama pada sumber daya air yang
seharusnyamenjadi sumber mata pencaharian. Masalah kedua, adalah alokasi anggaran yang
rendah untuk masing-masing daerah yang digunakanuntuk meningkatkan
pelayanan air bersih dan sanitasi. Dua masalahutama di atas, tampaknya tidak ada
habisnya. Bahkan dari tahun ke tahun semakin besar danbertambah kompleks untuk ditangani.

Beberapa aspek kesehatan yang berhubungan dengan kualitas airantara lain:


A. Waterborne Disease, seperti:

a. Disentri
b. Tifus dan Paratyphus
c. Kolera
d. Hepatitis A
e. Akut Anterior Poliomelistis

B.Penyakit yang berhubungan dengan kesehatan


Menurut saya, ada tiga langkah strategis yang akan diambil olehpemerintah untuk mengatasi
masalah air dan sanitasi. Langkahpertama dan yang paling mendasar di sini adalah
bahwa pemerintah terus mempromosikan upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan sekitarnya. Langkah kedua adalah akan dieksekusi, setelah kesadaran
masyarakat dapat ditingkatkan,pemerintah menaikkan anggaran untuk meningkatkan fasilitas
akses ke air bersih dan sanitasi. Langkah ketiga, jika dalam arti anggarantelah mencapai titik
maksimum, sehingga tidak dapat diangkat lebih jauh, pemerintah juga dapat bekerja
sama dengan lembaga-lembaga internasional yang terkait dengan itu. Mari kita pergunakan
sumber air dengan bijak dengan menjaga kualitas air dari berbagai resiko pencemaran penyakit.
KUMPULAN TUGAS
Minggu, 03 Januari 2016

KRISIS AIR BERSIH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan
hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia. Ketersediaan air
di dunia ini begitu melimpah ruah, namun yang dapat dikonsumsi oleh manusia untuk keperluan air
minum sangatlah sedikit. Selain itu, kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya
ketersediaan air bersih itu dari hari ke hari. Semakin meningkatnya populasi, semakin besar pula
kebutuhan akan air minum. Kekurangan air telah berdampak negatif terhadap semua sektor, termasuk
kesehatan. Tanpa akses air minum yang higienis mengakibatkan 3.800 anak meninggal tiap hari oleh
penyakit. Begitu peliknya masalah ini sehingga para ahli berpendapat bahwa pada suatu saat nanti, akan
terjadi “pertarungan” untuk memperbuatkan air bersih ini. Sama halnya dengan pertarungan untuk
memperebutkan sumber energi minyak dan gas bumi.

Disamping bertambahnya populasi manusia, kerusakan lingkungan merupakan salah satu


penyebab berkurangnya sumber air bersih. Abrasi pantai menyebabkan rembesan air laut ke daratan,
yang pada akhirnya akan mengontaminasi sumber air bersih yang ada di bawah permukaan tanah.
Pembuangan sampah yang sembarang di sungai juga menyebabkan air sungai menjadi kotor dan tidak
sehat untuk digunakan. Di Indonesia sendiri diperkirakan, 60 persen sungainya, terutama di Sumatera,
Jawa, Bali, dan Sulawesi, tercemar berbagai limbah, mulai dari bahan organik hingga bakteri coliform
dan fecal coli penyebab diare. Pembabatan hutan dan penebangan pohon yang mengurangi daya resap
tanah terhadap air turut serta pula dalam menambah berkurangnya asupan air bersih ini. Berkaitan
dengan krisis air ini, diramalkan 2025 nanti hampir dua pertiga penduduk dunia akan tinggal di daerah-
daerah yang mengalami kekurangan air. Ramalan itu dilansir World Water Assesment Programme
(WWAP), bentukan United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco). Lembaga
itu menegaskan bahwa krisis air didunia akan memberi dampak yang mengenaskan. Tidak hanya
membangkitkan epidemi penyakit yang merenggut nyawa, tapi juga akan mengakibatkan bencana
kelaparan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Manfaat Air Bagi Kehiduan Manusia?

2. Bagaimana Gambaran Umum Krisis Air Bersih di Indonesia?

3. Apa Penyebab Terjadinya Krisis Air Bersih di Indonesia?

4. Bagaimana Dampak Yang ditimbulkan Akibat Krisis Air Bersih di Indonesia?

5. Bagaimana Pencegahan dan Penanggulangan Krisis Air Bersih di Indonesia?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui Manfaat Air Bagi Kehiduan Manusia.

2. Mengetahui Gambaran Umum Krisis Air Bersih di Indonesia.

3. Mengetahui Penyebab Terjadinya Krisis Air Bersih di Indonesia.

4. Mengetahui Dampak Yang ditimbulkan Akibat Krisis Air Bersih di Indonesia.

5. Mengetahui Pencegahan dan Penanggulangan Krisis Air Bersih di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manfaat Air Bagi Kehiduan Manusia

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh
kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga
dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan
untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit
yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan
wabah penyakit dimana-mana.
Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi
pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia
yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6%, dan darah 83%.

Setiap hari kurang lebih 2.272 liter darah dibersihkan oleh ginjal dan sekitar 2,3 liter diproduksi menjadi urine.
Selebihnya diserap kembali masuk ke aliran darah. Dalam kehidupan sehari-hari, air dipergunakan antara lain untuk ke-
perluan minum, mandi, memasak, mencuci, membersihkan rumah, pelarut obat, dan pembawa bahan buangan industri.

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata- rata
kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan
bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.Berikut adalah manfaat sumber daya air
sebagai pendukung kehidupan :

1. Sumber bahan pangan. Manusia dan hewan dapat memperoleh sumber makanan dari perairan, seperti
berbagai jenis ikan, rumput laut, kepiting, udang, kereang dan lainnya.

2. Prasarana lalulintas air antar pulau atau antarbenua. Wilayah yang didominasi oleh perairan sangat
bergantung pada lalulintas air, seperti adanya sungai atau laut inilah hubungan antar wilayah dapat
erjalin.

3. Fungsi energi seperti pembangkit tenaga. Pergerakan air pasang dan surut dapat menghasilkan energi
listrik. Selain itu, arus laut dapat dimanfaatkan ebagai energi pendorong perahu secara alami.

4. Fungsi rekreasi. Kondisi pantai, danau, dan lau yang indah dan bersih difungsikan sebagai objek wisata.

5. Fungsi pengaturan iklim. Perbedaan sifat fisik air laut dan daeratan dapat memengaruh gereakan udara
(angin). Hal ini selanjutnya memanaskan perairan dan mengakibatkan penguapan kemudian turun
sebagai hujan.

6. Sebagai tempat usaha perikanan. Manusia memanfaatkan perairan sebagai usaha perikanan, seperti
tambank udang, pengembangbiakan kerang mutiara dan sejenisnya.

7. Sumber mineral, seperti garam, kalium karbonat, dan sejenisnya

8. Sumber bahan tambang, seperti minyak bumi, timah, gas alam, dan sejenisnya

Dengan ke 8 manfaat sumber daya air ini kita dapat memaksimalkan sumber daya air yang ada
dan tentunya tetap menjaga dan melestarikannya untuk kebutuhan sekrang dan masa yang akan
datang.

2.2 Gambaran Umum Krisis Air Bersih di Indonesia

Di Indonesia, dengan jumlah penduduk mencapai lebih 200 juta, kebutuhan air bersih menjadi
semakin mendesak. Kecenderungan konsumsi air diperkirakan terus naik hingga 15-35 persen per kapita
per tahun. Sedangkan ketersediaan air bersih cenderung melambat (berkurang) akibat kerusakan alam
dan pencemaran.

Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih. Penduduk Indonesia
yang bisa mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, baru mencapai 20 persen dari total
penduduk Indonesia. Itupun yang dominan adalah akses untuk perkotaaan. Artinya masih ada 82 persen
rakyat Indonesia terpaksa mempergunakan air yang tak layak secara kesehatan.
 Contoh Kasus Krisis Air Bersih di Perkotaan

Pertengahan Februari 2007, warga di kawasan Jakarta Utara mengeluhkan kenaikan harga air
yang gila-gilaan. Seperti dilaporkan sejumlah media, harga air bersih di sebagian wilayah Jakarta Utara
naik sampai lima kali lipat dari harga sebelumnya. “Dulu harga per gerobak (isi 6 jeriken) hanya 10 ribu.
Sekarang naik jadi 50 ribu,” ujar Sukirman, warga RT 02 Kelurahan Rawa Badak Jakata Utara. Kelangkaan
dan kenaikan harga air gerobakan itu terjadi akibat terputusnya aliran PAM.

 Contoh Kasus Krisis air bersih di Pedesaan

Di Kampung Legok Pego di Desa Drawati, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Warga disana kebanyakan menampung air hujan dari atap rumah ke dalam jeriken-jeriken plastik untuk
dimanfaatkan pada musim kemarau. Menurut Kepala Dusun VI Desa Drawati Emen Suparman, kesulitan
yang dihadapi warga kampung Legok Pego bukan hanya kelangkaan air. Infrastruktur yang buruk
ditambah lokasi yang terpencil menyebabkan warga kesulitan mengakses sarana pendidikan dan
kesehatan. Kepala Dusun menambahkan, dulu ada sembilan mata air yang terletak di perbukitan dan
bisa mengalirkan air saat kemarau. Tapi sekarang, mata air itu berhenti mengalir. Warga yang
membutuhkan air bersih harus berjalan kaki sejauh 3,5 kilo meter ke mata air terdekat. Sampai sekarang
dinas sosial Kabupaten Bandung masih mencari cara menolong warga desa Drawati. Dua cuplikan
peristiwa tadi menunjukkan krisis air atau ancaman kelangkaan air di Indonesia memang betul-betul
ada.

Tanda-tanda bahwa air tanah sudah tercemar dapat dikenali melalui pengamatan fisik. Beberapa
di antaranya seperti :

1. Warna kekuningan akan muncul jika air tercemar chromium dan materi organik. Jika air berwarna
merah kekuningan, itu menandakan adanya cemaran besi. Sementara pengotor berupa lumpur akan
memberi warna merah kecoklatan.

2. Kekeruhan juga merupakan tanda bahwa air tanah telah tercemar oleh koloid (bio zat yang lekat seperti
getah atau lem). Lumpur, tanah liat dan berbagai mikroorganisme seperti plankton maupun partikel
lainnya bisa menyebabkan air berubah menjadi keruh.

3. Polutan berupa mineral akan membuat air tanah memiliki rasa tertentu. Jika terasa pahit, pemicunya
bisa berupa besi, alumunium, mangaan, sulfat maupun kapur dalam jumlah besar.

4. Air tanah yang rasanya seperti air sabun menunjukkan adanya cemaran alkali. Sumbernya bisa berupa
natrium bikarbonat, maupun bahan pencuci yang lain misalnya detergen.

5. Sedangkan rasa payau menunjukkan kandungan garam yang tinggi, sering terjadi di daerah sekitar
muara sungai.

6. Bau yang tercium dalam air tanah juga menunjukkan adanya pencemaran. Apapun baunya, itu sudah
menunjukkan bahwa air tanah tidak layak untuk dikonsumsi.

Ciri-ciri air yang tidak tercemar adalah air yang memiliki susunan kimia normal ,Ciri fisiknya
bening , bersih , dan tidak berbau ,Ciri ini tentu saja harus dibedakan dengan air-air yang kerap kita
temui dan kita konsumsi setiap hari , misalnya sirup , air sop ,soft drink dsb. Kenyatannya ada juga air
yang berwarna ,tapi sebenarnya tidak tercemar.Seperti bisa kita temui pada air sungai , ada sebagian air
sungai berwarna coklat bukan berarti telah tercemar tetapi karena telah tercampur tanah yang tergerus
seiring dengan aliran sungai .

2.3 Penyebab Terjadinya Krisis Air Bersih Di Indonesia

1. Perilaku Masyarakat masih menganggap air sebagai benda Manusia sosial. sumber air baku (sungai),
difungsikan berbagai macam kegiatan sehari-hari, termasuk digunakan untuk mandi, cuci dan
pembuangan kotoran/sampah. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa air hanya urusan
pemerintah atau PDAM saja, sehingga tidak tergerak untuk mengatasi masalah air minum secara
bersama.

2. Populasi pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia memberikanyang terus konsekuensi logis


terhadap upaya-upaya pemenuhanbertambah kebutuhan hidupnya. Disatu sisi kebutuhan akan
sumberdayadan sebaran air semakin meningkat pesat dan disisi lain kerusakan dan pencemaran
sumberdaya air semakin meningkat pula sebagaipenduduk implikasi industrialisasi dan pertumbuhan
populasi yang tidakyang tidak disertai dengan penyebaran yang merata sehinggamerata. menyebabkan
masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air bersih dan sanitasi dasar.

3. Kerusakan penggundulan hutan merupakan penyebab utamaLingkungan kekeringan dan kelangkaan air
bersih. Kawasan hutan yang selama ini menjadi daerah resapan air (catchment area) telah rusak karena
penebangan liar. b. Global Warming Pemanasan global telah memicu peningkatan suhu bumi yang
mengakibatkan melelehnya es di gunung dan kutub, berkurangnya ketersediaan air, naiknya permukaan
air laut dan dampak buruk lainnya.

4. Pencemaran Air Sungai-sungai di Pulau Jawa umumnya berada pada kondisi memprihatinkan akibat
pencemaran limbah industri dan limbah domestik. Padahal sebagian besar sungai itu merupakan sumber
air bagi masyarakat, untuk keperluan mandi, cuci, serta sumber baku air minum olahan (PAM).

5. Manajemen Pengelolaan Air yang Kurang Baik Kurangnya koordinasi antara institusi terkait kurangnya
koordinasi antara institusi yang terlibat menyebabkan kegagalan program pembangunan Indonesia di
sektor air. Anggaran yang tidak mencukupi Menurut Depkes, selama 30 tahun terakhir, anggaran yang
dialokasikan untuk perbaikan sanitasi (termasuk penyediaan air bersih) hanya sekitar 820 juta dolar AS
atau setara Rp 200 per orang per tahun. Padahal kebutuhannya mencapai Rp 470 per rupiah per tahun.
Buruknya Kinerja PAM/PDAM Pada umumnya PDAM secara rata rata nasional mempunyai kinerja yang
belum memenuhi harapan. Seperti tingkat pelayanan yang rendah (32%), kehilangan air tinggi (41%),
konsumsi air yang rendah (14 m3/bulan/RT).

2.4 Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Krisis Air Bersih Di Indonesia

Penyakit yang paling privatisasi akan membuat akses sering menyerang masyarakat terhadap air
menjadi saat krisis air bersih terbatas dan mahal. Karena seluruh melanda adalah diare, biaya
pengelolaan dan perawatan Cholera, hepatitis, jaringan air dan sumber air lainnya Disentri, Malaria,
bergantung semata pada pemakai Penyakit cacing. Ini dalam bentuk tarif. Sebenarnya bisa dikatakan
dengan komersialisasi air, mereka sebagai penyakit endemis di Indonesia, yang memiliki uang paling
banyaklah artinya terjadi terus- yang akan mendapat air paling menerus di semua banyak. Masyarakat
miskin yang tidak daerah, baik di punya uang justru makin sulit perkotaan maupun di mendapat air
sehingga banyak orang pedesaan. yang tidak mampu mendapat air sehat untuk minum.
2.5 Pencegahan Dan Penanggulangan Krisis Air Bersih Di Indonesia

Berdasarkan UU RI No.7 Th. 2004 Pasal 21 tentang konservasi sumber daya air,Pemeliharaan
kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air Pengendalian pemanfaat sumber
air, Pengisian air pada sumber pengaturan prasarana dan sarana sanitasi,Perlindungan sumber air dalam
hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air,Pengendalian
pengolahan tanah di daerah hulu,Pengaturan daerah sepadan sumber air,Rehabilitasi hutan dan lahan,
dan atau Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam. Hal-hal yang bisa
kita lakukan:

1. Membuat hutan kota dan taman-taman kota.

2. Menata ulang tata kota agar berbasis ekologis.

3. Membuat “rumah” untuk cacing tanah. dilakukan untuk menanggulangi kelangkaan air pada musim
kemarau.

4. Melakukan upaya konservasi air dengan cara menampung atau menyimpan air pada saat berlebih untuk
digunakan pada saat dibutuhkan (kemarau) terutama untuk pemenuhan kebutuhan domestik.

5. Pembangunan tempat penampungan air hujan seperti situ, embung, dan waduk sehingga airnya bisa
dimanfaatkan saat musim kemarau.

6. Menjaga kelestarian sawah sebagai preservasi air.

7. Memulai program penghijauan pada lahan kosong.

8. Penggunaan teknologi Biogas guna mengurangi risiko polusi sungai dan sumber air oleh kegiatan
peternakan.

9. Mendaur ulang air limbah atau disebut juga Aqua Industrial Water Treatment.

10. Menegakkan kegiatan tanam 1000 pohon (selama daur hidupnya pohon mampu menghasilkan 250
galon air).

11. Mengurangi pencemaran air baik oleh limbah rumah tangga, industri, pertanian maupun pertambangan.

12. Pengembangan teknologi desalinasi untuk mengolah air asin (laut) menjadi air tawar.

Dan kesemua itu musti dilakukan secara terintegrasi, berkelanjutan dan sesegera mungkin
kecuali kalau kita memang menikmati dan bangga dengan krisis air bersih di negara yang kaya air
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Air adalah SDA yang penting untuk kelangsungan hidup makhluk hidup.

 Penyebab terjadinya krisis air bersih di kota-kota besar di Indonesia antara lain karena: Perilaku
manusia, populasi yang terus bertambah, kerusakan lingkungan, dan manejemen pengelolahan air yang
kurang baik.

 Dampak yang ditimbulkan akibat krisis air bersih di kota-kota besar di Indonesia adalah dampak di
bidang kesehatan dan dampak di bidang ekonomi.

 Pencegahan dan penanggulangan krisis air bersih di kota-kota besar di Indonesia antara lain dengan
mengadakan kegiatan usaha konservasi air yang bertujuan untuk keseimbangan alam, penghematan
energi serta konservasi habitat.

3.2 Saran

Untuk melestarikan Sumber Daya Air harus dengan adanya tindakan konservasi air seperti
memelihara daerah resapan air dengan Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu serta rehabilitasi
hutan, membuat hutan dan taman kota serta menata ulang kota seperti mengadakan penghijauan. Perlu
adanya upaya seperti menata ulang sistem irigasi yang bisa dilakukan supaya potensi mata air tetap
terjaga dan terpelihara dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan oleh penduduk dengan sebaik-
baiknya.
Kelangkaan air
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kelangkaan air menyebabkan manusia mencari sumber yang tidak bersih


Sementara di tempat lain, air digunakan secara boros

Peta kelangkaan air fisik dan ekonomi tahun 2006

Kelangkaan air adalah minimnya jumlah air yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan di suatu
wilayah. Kelangkaan air telah mempengaruhi setiap benua kecuali Antartika, dan sekitar 2.8 miliar
manusia hidup di daerah yang mengalami kelangkaan air setidaknya sebulan dalam setahun. Lebih
dari 1.2 miliar manusia memiliki akses terhadap air minum yang tidak mencukupi.[1]
Kelangkaan air dapat disamakan dengan stres air, defisit air, dan krisis air.[2][3] Stres air dapat
disebut juga kesulitan mendapatkan sumber air bersih untuk digunakan pada periode waktu tertentu
dan dapat memperparah kelangkaan air.[4] Kelangkaan air dapat disebabkan oleh perubahan
iklim karena berubahnya pola cuaca seperti terjadinya pergantian ekstrem antara kekeringan dan
musim banjir. Pencemaran air dan peningkatan jumlah populasi manusia yang membutuhkan air
juga menjadi penyebab kelangkaan air.[5]
Kelangkaan air dapat merupakan hasil dari dua mekanisme, yaitu kelangkaan air secara fisik
dan kelangkaan air secara ekonomi. Kelangkaan air secara fisik dihitung berdasarkan jumlah air
yang tersedia secara alami dan kebutuhannya di suatu wilayah. Kelangkaan air secara ekonomi
dikarenakan kemiskinan yang terjadi meski air tersedia secara mencukupi. Berdasarkan UNDP,
kelangkaan air secara ekonomi lebih sering terjadi karena perebutan air antara kebutuhan rumah
tangga, pertanian, industri, dan pelestarian lingkungan.[6]
Pengurangan kasus kelangkaan air merupakan tujuan pemerintahan di berbagai negara di
dunia. PBB menekankan pentingnya akses terhadap air dan sanitasi bagi penduduk suatu negara.
Negara yang mengadopsi Millenium Development Goals menyatakan bahwa pada tahun 2015 akan
mengurangi kasus kelangkaan air menjadi setengahnya.[7]

Daftar isi
[sembunyikan]

 1Stres air
 2Kelangkaan air secara fisik dan ekonomi
 3Efek kelangkaan air bagi lingkungan
 4Berkurangnya sumber daya air
o 4.1Air tanah
o 4.2Gletser
 5Lihat pula
 6Referensi
 7Bahan bacaan terkait
 8Pranala luar

Stres air[sunting | sunting sumber]


Lebih dari seperenam manusia di dunia hidup di daerah yang mengalami stres air, yang berarti
mereka tidak memiliki akses yang mencukupi ke air minum.[6] Sekitar 1.1 miliar jiwa dari manusia
yang hidup dalam lingkungan stres air berada di negara miskin dan berkembang. Wilayah atau
negara disebut "stres air" ketika suplai air tahunan berada di bawah 1700 kubik meter per orang per
tahun.[8] Pada level di antara 1000 dan 1700 meter kubik per orang per tahun, suplai air terjadi
secara periodik. Di bawah 1000 meter kubik per orang per tahun, kelangkaan air terjadi. Pada tahun
2006, 700 juta jiwa di 43 negara hidup di bawah batas suplai air 1700 meter kubik per orang per
tahun.[6] Stres air sedang meningkat di China, India, Afrika sub Sahara. Kawasan dengan wilayah
yang paling mengalami stres air adalah Timur Tengah dengan rata-rata suplai air 1200 meter kubik
per orang per tahun. Di China, lebih dari 538 juta orang hidup di kawasan stres air di sekitar basin
sungai di mana penggunaan sumber daya air jauh melebihi tingkat pengembaliannya.[6]
Perubahan iklim diperkirakan telah menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah air tawar
yang tersedia. Perubahan iklim mlelehkan gletser lebih cepat dari tingkat pengembaliannya,
mengurangi jumlah air yang mengalir di sungai, dan memperkecil danau. Di berbagai
tempat, akuifer dipompa berlebihan. Meski air tawar secara keseluruhan tidak dipompa secara
habis, banyak sumber air tawar yang telah tercemar sehingga tidak bisa digunakan sebagai air
minum dan untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan industri. Petani harus berjuang untuk
mempertahankan produktivitas dengan jumlah air yang terbatas, sedangkan perkotaan dan industri
harus mencari cara untuk menghemat penggunaan air.[9]
Sebuah studi yang dipubikasikan Journal of Climate menemukan bahwa di sebelah tenggara
Amerika Serikat, kelangkaan air terjadi lebih disebabkan oleh peningkatan populasi. Setelah
melakukan pengambilan data iklim dan cuaca serta melakukan permodelan dengan laju
peningkatan populasi manusia, disimpulkan bahwa kondisi ini akan tetap terjadi.[10]

Kelangkaan air secara fisik dan ekonomi[sunting | sunting sumber]


Kelangkaan air secara fisik adalah kondisi di mana sumber daya air tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan suatu wilayah atau negara, termasuk air untuk memenuhi kebutuhan
pelestarian ekologi.[6] Kondisi ini juga terjadi di wilayah di mana air terdapat dalam jumlah yang
banyak namun dipompa secara berlebihan untuk kebutuhan lain seperti irigasi. Gejala yang
memperlihatkan kelangkaan air fisik mencakup degradasi lingkungan dan turunnya tinggi muka air
tanah.[11]
Kelangkaan air secara ekonomi disebabkan oleh kurangnya investasi di infrastruktur dan teknologi
untuk menyediakan air bagi kebutuhan manusia. Adanya manusia yang masih mencari air dari
tempat yang jauh merupakan salah satu tanda adanya kelangkaan air secara ekonomi.

Efek kelangkaan air bagi lingkungan[sunting | sunting sumber]

Kapal yang terbengkalai di lokasi yang sebelumnya merupakan Laut Aral, kini merupakan tanah gersang yang mengalami salinisasi parah

Kelangkaan air memiliki berbagai dampak negatif bagi lingkungan. Penggunaan air yang berlebih
terkait erat dengan kasus kelangkaan air. Kelangkaan air menyebabkan peningkatan kadar
garam tanah, pencemaran nutrisi, hilangnya rawa, dan penyusutan tepi sungai.[6][12] Seama lebih
dari seratus tahun yang lalu, lebih dari setengah lahan basah di bumi telah hilang.[5] Lahan basah
seperti rawa dan tepi sungai merupakan habitat yang penting bagi mamalia, burung, ikan, amfibi,
dan invertebrata, juga bagi manusia karena berbagai jenis lahan pertanian (seperti sawah) dibangun
di atas lahan basah. Lahan basah juga berfungsi sebagai penyaring air dan perlindungan
dari banjir. Laut Aral merupakan contoh kasus di mana kelangkaan air akibat irigasi berlebihan
menyebabkan suplai air ke lokasi ini terhenti, menyebabkan hilangnya 58 ribu kilometer persegi
perairan, dan salinisasi tanah terjadi sepanjang tiga dekade terakhir.[5]
Subsiden adalah "tenggelamnya" tanah secara perlahan maupun tiba-tiba, dan merupakan petunjuk
adanya kelangkaan air tanah. Di Amerika Serikat diperkirakan 17 ribu mil persegi lahan telah
mengalami subsiden, dan 80 persen di antaranya merupakan hasil dari penggunaan air tanah
secara berlebihan.[13]

Berkurangnya sumber daya air[sunting | sunting sumber]


Selain air permukaan seperti sungai dan danau, sumber air tawar lain seperti air
tanah dan gletser telah menjadi sumber air masyarakat yang dapat diperhitungkan. Air tanah adalah
air yang terkumpul di bawah permukaan tanah dan dapat digunakan melalui sumur atau mata air.
Air tanah terkumpul di lapisan yang disebut dengan akuifer. Gletser menyediakan air tawar setelah
meleleh. Gletser menyuplai air bagi danau dan sungai di berbagai tempat di dunia. Karena
pertumbuhan populasi manusia yang eksponensial menyebabkan jumlah air yang digunakan dari
kedua sumber ini juga meningkat.[14]
Air tanah[sunting | sunting sumber]
Air tanah sebelum abad ke 20 merupakan sumber air yang jarang digunakan. Pada tahun 1960an,
penggunaan air tanah terus meningkat. Perubahan pengetahuan, teknologi, dan pembiayaan
memfokuskan pengembangan pada usaha ekstraksi air tanah. Pertanian juga mulai menggunakan
air tanah sebagai sumber air irigasi dan mampu memperluas usaha produksi pangan hingga ke
daerah yang kering.[15] Air tanah kini menyediakan air minum bagi setengah populasi
dunia.[16] Sejumlah besar air yang tersimpan di bawah tanah di sebagian besar akuifer
memiliki kapasitas penyangga (buffer) sehingga dapat diambil dengan batasan jumlah tertentu di
musim kering tanpa menyebabkan masalah.[14] Hingga tahun 2010 rata-rata air tanah yang diambil
sebanyak 1000 km kubik per tahun dengan 67% digunakan di irigasi dan 11% untuk kebutuhan
industri.[14] Negara dengan tingkat ekstraksi air tanah terbesar adalah India, China, Amerika Serikat,
Pakistan, Iran, Bangladesh, Meksiko, Arab Saudi, Indonesia, dan Italia dengan total 72% dari
seluruh air tanah yang diserap.[14] Air tanah menjadi sumber air yang penting untuk kehidupan
manusia dan ketahanan pangan bagi 1.2 hingga 1.5 miliar jiwa manusia di Afrika dan Asia.[17]
Meski air tanah merupakan sumber yang cukup penting, satu masalah yang menghinggapi
ketersediaan air tanah adalah laju pengembalian air tanah (replenishment) yang di bawah laju
ekstraksinya.[18] Ekstraksi berlebihan dapat mengalihkan aliran air tanah yang sebelumnya menuju
ke air permukaan sehingga volume danau dan sungai menjadi mengecil.[14]Hilangnya air tanah
dapat memicu salinisasi tanah, subsiden tanah, dan berkurangnya volume mata air.

You might also like