You are on page 1of 10

Vitiligo

Rika Lukas1, Hendra Tarigan Sibero2


1
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwiijaya –
Rumah Sakit Umum Pusat Moehammad Hoesin, Palembang
2
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung –
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek, Bandar Lampung

Abstrak
Vitiligo merupakan penyakit kulit dan membran mukosa kronis akibat destruksi melanosit, dengan karakteristik makula
depigmentasi, mempunyai faktor predisposisi multifaktorial dan faktor pencetus seperti trauma, terbakar matahari, stres,
dan penyakit sistemik. Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, tetapi terdapat beberapa teori yang menjelaskan
tentang hilangnya melanosit epidermal pada vitiligo. Teori patofisiologi vitiligo yang paling berperan antara lain mekanisme
autoimun, sitotoksik, biokimia, oksidan-antioksidan, neural, dan virus. Manifestasi klinis berupa makula amelanotik
berwarna putih susu atau seperti kapur, biasanya berbatas tegas dan tepi dapat berlekuk. Klasifikasi vitiligo antara lain
segmental, akrofasial, generalisata, dan universal, atau berdasarkan pola daerah yang terkena yaitu jenis fokal, campuran,
dan mukosa. Penyakit endokrinopati yang sering ditemukan pada pasien vitiligo antara lain disfungsi tiroid, penyakit
hipertiroid lain (penyakit Grave) atau hipotiroid (tiroiditis Hashimoto). Pemeriksaan laboratorik yang membantu dalam
membangun diagnosis vitiligo, antara lain kadar thyroid stimulating hormone, anti-nuclear antibody, dan darah lengkap.
Pada pemeriksaan histologi tidak ditemukan melanosit pada lesi kulit. Pengobatan berupa tabir surya, kortikosteroid
topikal, imunumodulator topikal, kalsipotriol topikal, pseudokatalase, kortikosteroid sistemik, PUVA, NBUVB, laser excimer,
bioskin, laser helium neon, khellin, L-fenilalanin, antioksidan, depigmentasi, autologous thin thiersch grafting, suction blister
grafts, transplantasi kultur melanosit autologous, kamuflase, TNF-α, dan imunosupresan sistemik. [JuKe Unila 2015;
5(9):94-103]

Kata kunci: etiologi, pengobatan, vitiligo

Vitiligo
Abstract
Vitiligo is a disease of skin and mucous membranes caused by chronic destruction of melanocytes, characterized by macular
depigmentation, has a multifactorial predisposing factors and precipitating factors like trauma, sunburn, stres, and systemic
disease. The etiology of this disease is unknown, but there are several theories that explain the loss of epidermal
melanocytes in vitiligo. The pathophysiology of vitiligo includes autoimmune mechanism, cytotoxic, biochemical, oxidant-
antioxidant, neural, and virus. The clinical manifestation is amelanotic macule that appear chalk or white milk colour,
usually well-demarcated, the margin may be scalloped. The classifications are segmental vitiligo, akrofacial, generalized,
and universal, or by pattern of involvement as focal, mixed, and the mucosa. Endocrinopathy that is often found in
patients with vitiligo include thyroid dysfunction, other hyperthyroid disease (Grave's disease) or hypothyroidism
(Hashimoto thyroiditis). Laboratory examinations are helpful, including thyroid stimulating hormone level, anti-nuclear
antibody, and complete blood count. Histological examination found no melanocytes in the skin lesions. Treatments are
sunscreens, topical corticosteroids, topical imunumodulator, topical calcipotriol, pseudokatalase, systemic corticosteroids,
PUVA, NBUVB, excimer laser, bioskin, helium neon laser, khellin, L-phenylalanine, antioxidant, depigmentation, autologous
thin thiersch grafting, suction blister grafts, transplantation of autologous cultured melanocytes, camouflage, TNF-α, and
systemic immunosuppressants. [JuKe Unila 2015; 5(9):94-103]

Keywords: etiology, treatment, vitiligo

Korespondensi: dr. Hendra Tarigan Sibero, M. Kes, Sp.KK, alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 0822324455554, e-
mail hendraikkel@yahoo.co.id

Pendahuluan Vitiligo banyak terjadi pada usia di bawah 20


Vitiligo ialah penyakit kulit dan membran tahun, tetapi juga dapat terjadi pada usia
mukosa kronis yang terjadi akibat destruksi lanjut. Prevalensi laki-laki dan perempuan
melanosit, dengan karakteristik makula adalah sama. Angka kejadian vitiligo di bagian
depigmentasi, faktor predisposisi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit
multifaktorial, dan faktor pencetus seperti Pusat Moehammad Hoesin tahun 2011 adalah
trauma, terbakar matahari, stres, serta 29 kasus.1-3
penyakit sistemik. Prevalensi penyakit ini cukup Vitiligo mempunyai beberapa predileksi,
tinggi yaitu kisaran 1% pada populasi di dunia. antara lain periorifisial, wajah, genital,
Rika Lukas dan Hendra Tarigan Sibero| Vitiligo

membran mukosa, daerah ekstensor, tangan, dapat berkaitan dengan biosintesis melanin,
dan kaki. Vitiligo generalisata merupakan jenis respon terhadap stres oksidatif, dan regulasi
yang paling banyak ditemukan. Patogenesis autoimunitas. Jenis Human Leukocyte Antigen
pasti belum diketahui, tetapi diduga terjadi (HLA) yang berperan dalam vitiligo antara lain
gangguan neurogenik simpatetik, stres A2, DR4, DR7, dan Cw6. Onset vitiligo pada
oksidatif, dan autoimun. Lesi vitiligo dapat suseptibilitas genetik ini terjadi setelah ada
terasa gatal dan sering terjadi fenomena faktor pencetus yang kemudian menyebabkan
Koebner. Penyakit ini biasanya terjadi secara destruksi melanosit.1,4,5
persisten, jarang terjadi repigmentasi spontan, Penyakit autoimun yang berkaitan
dan mempunyai pola perifolikular. Perjalanan dengan vitiligo antara lain gangguan tiroid,
penyakit vitiligo sulit diprediksi dan terdapat khususnya tiroiditis Hashimoto dan penyakit
respon yang bervariasi terhadap pengobatan. 4 Grave, disertai dengan endokrinopati lain
Sari pustaka ini dibuat untuk menambah seperti penyakit Adison dan diabetes melitus.
pengetahuan terkait patogenesis dan Gangguan lain yang juga berkaitan dengan
pengobatan vitiligo yang terus berkembang vitiligo tetapi masih diperdebatkan, antara lain
pesat, sehingga diharapkan dapat membantu alopesia areata, anemia pernisiosa, lupus
dalam memahami penyakit vitiligo secara eritematosus sistemik, inflammatory bowel
keseluruhan. disease, artritis rematoid, psoriasis, dan
sindrom poliglandular autoimun. Bukti yang
Isi meyakinkan patogenesis autoimun adalah
Vitiligo terjadi di seluruh dunia, dengan ditemukan autoantibodi di dalam sirkulasi
prevalensi 0,1-2%.1 Vitiligo secara umum pasien vitiligo. Pasien vitiligo yang disertai
berawal pada masa anak atau dewasa muda, penyakit autoimun biasanya mempunyai kadar
dapat terjadi di semua usia, dengan onset 25 hidroksi vitamin D yang rendah.1,6
puncak usia 10-30 tahun. Pasien dengan Antigen yang berperan dalam vitiligo
riwayat keluarga vitiligo mempunyai rerata antara lain antigen dengan berat molekular 35,
onset lebih dini menderita vitiligo. Penyakit 40-45, 75, 90, dan 150 kDa. Antigen yang sering
kulit ini tidak dipengaruhi ras tertentu atau ditemukan adalah VIT 40/75/90, sedangkan
jenis kelamin, tetapi perempuan lebih banyak antibodi yang jarang ditemukan adalah
mencari pengobatan dengan alasan kosmetik. antibodi dengan berat molekul 35-150 kDa.
Prevalensi puncak pada perempuan adalah Antigen yang terdapat dalam sel pigmen hanya
dekade pertama, sedangkan prevalensi puncak antigen VIT 90, sedangkan antigen VIT 40 dan
pada laki-laki adalah dekade kelima.2 VIT 75 ditemukan pada sel pigmen dan non
Vitiligo merupakan suatu kelainan pigmen. Melanosit sangat sensitif terhadap
poligenik multifaktorial dengan patogenesis toksik atau cedera yang diperantarai imun
yang kompleks. Etiologi pasti penyakit ini daripada keratinosit atau fibroblast . Tirosinase
belum diketahui, tetapi virus mungkin dan tirosinase-related protein 1 dan 2 (TRP-1
merupakan salah satu etiologi vitiligo. Terdapat dan TRP-2) merupakan enzim yang penting
beberapa teori yang menjelaskan tentang dalam sintesis melanin dan terletak pada
hilangnya melanosit epidermal pada vitiligo. melanosom. Faktor yang juga berperan penting
Teori patogenesis vitiligo yang paling berperan dalam vitiligo adalah antibodi SOX 9 dan SOX
antara lain mekanisme autoimun, sitotoksik, 10 (faktor transkripsi dalam diferensiasi sel dan
biokimia, oksidan-antioksidan, dan neural. berasal dari neural crest).4
Teori konvergen menyatakan faktor stres, Patogenesis dari vitiligo sampai saat ini
akumulasi bahan toksik, autoimun, mutasi, belum jelas. Diperkirakan ada beberapa
perubahan lingkungan seluler, dan migrasi kemungkinan. Menurut teori mekanisme imun
melanosit yang terganggu, mempunyai peran seluler, terjadi destruksi melanosit pada vitiligo
dalam patogenesis. Beberapa penelitian juga dapat diperantarai secara langsung oleh
menyatakan peran genetik yang bermakna autoreaktif sitologi sel T. Jumlah sirkulasi
terhadap vitiligo.1,2 sitotoksik limfosit CD8+ yang meningkat, reaktif
Riwayat menderita vitiligo pada terhadap Melan-A/Mart-1 (antigen melanoma
beberapa anggota dalam satu keluarga yang dikenali sel T), glikoprotein 100, dan
menunjukkan mungkin terdapat suseptibilitas tirosinase. Sel T CD8+ yang teraktivasi dapat
genetik yang berperan dalam vitiligo. Gen ditemukan pada kulit sekitar lesi vitiligo.1

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 95


Rika Lukas dan Hendra Tarigan Sibero| Vitiligo

Jumlah sel T-helper pada lesi vitiligo berkurang. menyebabkan akumulasi 7BH4 dan H2O2. 7BH4
Transforming growth factor-β diketahui yang meningkat akan menghambat fenilalanin
berfungsi menghambat aktivitas vitiligo, tetapi hidroksilase. Hal ini mengakibatkan 6BH4
penyakit autoimun dapat menyebabkan T meningkat. 6-biopterin bersifat sitotoksik pada
regulator berkurang, sehingga pada pasien konsentrasi yang tinggi.4
vitiligo dapat ditemukan kadar serum Menurut teori gangguan sistem
transforming growth factor-β yang merupakan antioksidan-oksidan, yakni toksik radikal bebas
produk utama T regulator berkurang. Hal ini dapat menyebabkan destruksi melanosit. Kadar
dapat menyebabkan imunitas seluler oksida nitrat yang meningkat dapat ditemukan
meningkat, sehingga maturasi sel T regulator pada melanosit dan serum pasien vitiligo.
berkurang dan mengakibatkan inhibisi Nukleotida tunggal polimorfisme pada katalase
inflamasi terganggu. Produksi sitokin dapat mempengaruhi fungsi subunit enzim
proinflamasi seperti IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α tersebut. Akumulasi H2O2 menyebabkan
meningkat pada pasien vitiligo.4,7 aktivitas katalase berkurang sehingga fungsi
Kulit normal perilesi mengalami katalase juga berkurang. Sintesis melanin yang
perubahan degenerasi melanosit, vakuolisasi terganggu, berkaitan dengan 6-biopterin yang
sel basal, infiltrat limfosit, dan melanofag pada menghasilkan kadar H2O2 yang tinggi. Selain
bagian atas dermis. Hal ini terutama terjadi itu, vitiligo juga dapat berkaitan dengan
pada penyebaran vitiligo yang aktif. Pada sel T norepinefrin dan monoamin oksidase yang
epidermotropik kulit perilesi juga terdapat meningkat, H2O2 sebagai bahan toksik, dan
rasio CD8/CD4 yang meningkat dan banyak aktivitas glutation peroksidase yang berkurang.
antigen limfosit kutaneus yang mendekati Gangguan kalsium juga dapat mempengaruhi
melanosit. Sel T ini menyatakan aktivasi aktivitas tioredoksin/tioredoksin reduktase dan
molekul interleukin-2 (CD25), kompleks keseimbangan oksidatif.1,4
histokompatibilitas mayor II (HLA-DR), dan Menurut teori neural, yakni vitiligo
sekresi interferon gama yang menyebabkan segmental sering terjadi dengan pola
migrasi sel T ke kulit dengan meningkatkan dermatomal. Hal ini menyebabkan timbul
adhesi intraselular ekspresi molekul-1. suatu hipotesis neural yang menyatakan
Pada darah perifer pasien vitiligo ditemukan sel mediator kimia tertentu dari akhir serabut
T CD8+ spesifik Melan-A dalam jumlah yang saraf dapat mengakibatkan produksi melanin
besar disertai antigen limfosit kutaneus. berkurang.1 Disregulasi sistem saraf lokal atau
Jumlah sel dipengaruhi oleh lamanya penyakit.4 sistemik dapat menyebabkan kerusakan
Menurut hipotesis autositotoksik, melanosit . Pewarnaan imunohistokimia dapat
metabolit toksik yang berasal dari lingkungan menggambarkan neuropeptida Y intralesi dan
seperti fenol atau kuinon, atau yang berasal perilesi yang meningkat. Lesi vitiligo juga dapat
dari sintesis melanin, dapat menyebabkan memperlihatkan kadar norepinefrin yang
kerusakan melanosit pada individu yang meningkat dan aktivitas asetilkolin esterase
mempunyai suseptibilitas genetik. Defek parasimpatis yang menurun. Neurotransmiter
melatonin tanpa disertai sintesis melanin yang dapat secara langsung menyebabkan sitotoksik
meningkat akan menyebabkan kerusakan terhadap sel atau secara tidak langsung
selular.4 menyebabkan vasokonstriksi lokal sehingga
Menurut teori biokimia, menyatakan terjadi hipoksia kemudian stres peroksida
disregulasi biopterin merupakan faktor hidrogen. Konsentrasi norepinefrin lokal yang
pencetus sitotoksik melanosit dan vitiligo. tinggi dapat menyebabkan aktivitas N-metil
Pteridin (6R)-L-eritro 5,6,7,8 transferase menurun dan aktivitas tirosin
tetrahidrobiopterin (6BH4) dan (7R)-L-eritro hidroksilase meningkat. Kadar katekolamin
5,6,7,8 tetrahidropterin (7BH4) meningkat yang tinggi mungkin menyebabkan aktivitas
pada vitiligo. 6BH4 merupakan kofaktor enzimatik katekol-o-metiltransferase intralesi
penting hidroksilase fenilalanin yang meningkat, yang pada keadaan normal akan
merupakan enzim yang mengubah fenilalanin menetralisasi neurotransmiter dan bahan
menjadi tirosinase. 6BH4 yang meningkat toksik, dimana bahan toksik ini dapat
akibat aktivitas berlebihan enzim GTP- mengakibatkan kerusakan sel 4.
siklohidrolase I atau aktivitas enzim 4a-hidroksi Menurut teori konvergen, vitiligo dapat
BH4 dehidratase yang berkurang dapat terjadi akibat beberapa jalur patologi yang

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 96


Rika Lukas dan Hendra Tarigan Sibero| Vitiligo

berbeda. Beberapa ahli berpendapat vitiligo terdapat pada siku, lutut, jari, dan pergelangan
bukan satu jenis penyakit, tetapi merupakan tangan fleksor.1
suatu sindrom.1 Vitiligo dengan onset masa anak
Menurut hipotesis melanositoragia, mempunyai predileksi lesi awal yang berbeda
yakni teori ini menjelaskan tentang gesekan dengan onset vitiligo lambat. Predileksi lesi
minor dan/stres lain dapat menyebabkan vitiligo onset masa anak antara lain kelopak
migrasi dan hilangnya melanosit. Gesekan mata dan ekstremitas bawah, sedangkan
ringan selama 4 menit pada kulit non lesi pada daerah utama vitiligo onset lambat antara lain
pasien vitiligo dapat menyebabkan gangguan ekstremitas atas, khususnya tangan. Vitiligo
produksi melanosit setelah 4-24 jam. Hal ini onset masa anak mempunyai prevalensi yang
dikenal dengan fenomena Koebner. Tenasin lebih tinggi juga menderita penyakit alergi dan
sebagai suatu molekul matiks ekstraselular prevalensi yang lebih rendah dalam hal juga
yang menghambat adhesi melanosit dan menderita penyakit tiroid. Lesi vitiligo dapat
fibronektin, jumlahnya meningkat pada vitiligo didahului terbakar matahari berat, kehamilan,
dan berperan dalam hilangnya melanosit. trauma pada kulit, dan/atau stres emosi.2
Fenomena Koebner lebih sering terjadi pada Repigmentasi spontan terjadi pada 10-
vitiligo generalisata daripada vitiligo 20% pasien vitiligo, terutama area yang
segmental. Fenomena Koebner terjadi secara terpajan sinar matahari. Prematur rambut abu-
klinis pada daerah tekanan atau gesekan abu dan uveitis dapat terjadi pada pasien
seperti siku dan lutut. Lesi depigmentasi pasca vitiligo. Pemeriksaan seksama fundus okular
traumatik biasanya mempunyai bentuk linear dapat memperlihatkan abnormalitas.7
panjang atau artefaktual. Waktu interval Klasifikasi vitiligo antara lain segmental,
fenomena Koebner pada vitiligo bervariasi akrofasial, generalisata, dan universal, atau
tergantung pada daerah tubuh, jenis trauma, berdasarkan pola daerah yang terkena yaitu
atau respon koebnerisasi individu. Pada jenis fokal, campuran, dan mukosa.1 Vitiligo
fenomena Koebner, beberapa faktor inflamasi nonsegmental pada anak biasanya mempunyai
yang lepas akibat trauma kulit antara lain TNF- jumlah lesi lebih banyak dan permukaan tubuh
α, IL 6, Hsp70, Hsp 72, Hsp90, dan ICAM-1. yang lebih luas. Pada vitiligo fokal, lesi biasanya
Langkah berikutnya, beberapa autoantigen berupa makula soliter atau beberapa makula
spesifik menginduksi reaksi lokal pada kulit.4,8 tersebar pada satu area, distribusi lesi ini paling
Sedangkan menurut hipotesis sisa sering di daerah saraf trigeminus, tetapi dapat
melanosit yang berkurang, menyatakan bahwa juga timbul di leher dan badan. Pada vitiligo
perkembangan dan pertahanan melanosit segmental, makula unilateral dengan distribusi
diatur oleh keratinosit yang berasal dari faktor dermatomal atau kuasi dermatomal, vitiligo
sel induk dengan cara terikat pada reseptor c- jenis ini diduga akibat disfungsi simpatetik dan
kit membran tirosin kinase. Reseptor c-kit yang terbanyak pada dermatomal trigeminus . Onset
berkurang pada melanosit perilesi dan ekspresi pada usia dini dan tidak berkaitan dengan
faktor sel induk dari sekitar keratinosit yang penyakit tiroid atau penyakit autoimun lain.
menurun dapat berperan dalam patogenesis Jenis vitiligo ini sering terjadi pada anak.
vitiligo.4 Perubahan peptide neural sering terlibat dalam
Pada pasien vitiligo tampak beberapa patogenesis penyakit ini. Pasien vitiligo
manifestasi klinik berupa makula amelanotik segmental sering timbul patches rambut putih,
berwarna putih susu atau seperti kapur, yang disebut poliosis. Pada vitiligo akrofasial,
biasanya berbatas tegas dan tepi dapat depigmentasi pada jari bagian distal dan area
berlekuk. Lesi dapat dilihat dengan periorifisial.1 Vitiligo generalisata, vitiligo jenis
pemeriksaan menggunakan lampu Wood. Lesi ini disebut juga vitiligo vulgaris dan merupakan
meluas secara sentrifugal dan dapat timbul di jenis vitiligo yang paling banyak ditemukan.
semua area tubuh, termasuk membran Lesi berupa patches depigmentasi luas dengan
mukosa. Lesi awal sering timbul di area kulit distribusi yang biasanya simetris. Lesi sering
yang terpajan sinar matahari, tangan, lengan terdapat pada daerah sensitif atau tekanan,
bawah, kaki, dan wajah, serta area kulit yang gesekan, dan/ atau trauma, serta sering terjadi
sering terjadi gesekan dan trauma.7 Vitiligo secara progresif. Pada keadaan lanjut, rambut
pada wajah sering timbul di daerah perioral sering terkena. Vitiligo generalisata sering
dan periokular. Pada ekstremitas, lesi sering berkaitan dengan riwayat kelainan autoimun

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 97


Rika Lukas dan Hendra Tarigan Sibero| Vitiligo

personal atau keluarga. Vitiligo universal, lesi kelenjar sebasea/folikel rambut, degenerasi
berupa makula dan patches depigmentasi di saraf dermal, dan degenerasi akhir serabut
hampir seluruh tubuh, sering berkaitan dengan saraf. Pada pemeriksaan histokimia, tidak
sindrom endokrinopati multiple. Vitiligo tampak DOPA positif melanosit pada epidermis
universal merupakan gambaran akhir vitiligo lapisan basal. Pada pemeriksaan mikroskopik
generalisata . Vitiligo mukosa, lesi yang terlibat elektron, sel langerhans menggantikan
hanya pada membran mukosa. Vitiligo melanosit yang hilang. Vitiligo inflamasi
campuran (mixed vitiligo), vitiligo jenis ini menggambarkan adanya infiltrat limfosit dan
mempunyai karakteristik keterlibatan histiosit. Pada vitiligo, jumlah sel yang
segmental yang kemudian disertai onset mengekspresikan c-kit sebagai suatu tirosin
vitiligo bilateral.1,2,4,9,10 kinase transmembran, yang merupakan sandi
Varian klinis mempunyai beberapa dari c-kit proto onkogen, berkurang secara
macam varian. Vitiligo trikrom mempunyai nyata pada tepi epidermis lesi daripada
karakteristik makula depigmentasi dan epidermis non lesi, dan tidak ada sama sekali
hipopigmentasi, serta kulit dengan pigmentasi pada bagian tengah lesi.1,4,7
normal. Pada perjalanan penyakit ini, area Pengobatan vitiligo sampai sekarang
hipopigmentasi berkembang menjadi masih bervariasi, diantaranya yaitu
depigmentasi penuh. Vitiligo kuadrikrom penggunaan tabir surya membantu mencegah
mempunyai lesi seperti vitiligo trikrom, terbakar matahari, menyebabkan kerusakan
ditambah dengan hiperpigmentasi marginal akibat sinar berkurang, sehingga tidak terjadi
atau perifolikular. Variasi vitiligo jenis ini lebih fenomena Koebner. Tabir surya juga
sering terjadi pada jenis kulit yang lebih gelap. menyebabkan perubahan warna kulit
Vitiligo pentakrom mempunyai lesi seperti berkurang, sehingga tidak tampak kontras
vitiligo kuadrikrom, ditambah dengan makula dengan lesi vitiligo.1
hiperpigmentasi biru abu-abu yang Kortikosteroid topikal digunakan untuk
menggambarkan area melanin pada dermis. pengobatan pada area tertentu vitiligo dan
Varian klinis vitiligo yang jarang adalah confetti sering menjadi terapi lini pertama untuk anak.
type atau vitiligo ponctue. Lesi vitiligo varian ini Lesi pada wajah mempunyai respon terbaik
berupa beberapa makula kecil hipomelanosis terhadap kortikosteroid topikal. Lesi pada leher
diskret di atas kulit normal atau dan ekstremitas (kecuali jari tangan dan jari
hiperpigmentasi. Vitiligo inflamasi mempunyai kaki) juga mempunyai respon yang baik.
karakteristik klinis berupa eritema pada batas Respon yang lebih baik pada wajah, mungkin
makula vitiligo.1,4 akibat permeabilitas kulit wajah yang tinggi
Pada pemeriksaan histologi pasien terhadap kortikosteroid, banyak sisa melanosit
vitiligo, tidak ditemukan melanosit pada lesi dari kulit wajah yang tidak terlibat, dan
kulit. Pada dermis bagian atas, terdapat repigmentasi terjadi secara difus pada wajah.1
infiltrat limfositik perivaskular dan perifolikular Lesi lokalisata dapat diobati dengan
pada tepi lesi vitiligo dan pada lesi awal. kortikosteroid potensi tinggi selama 1 sampai 2
Melanosit pada tepi lesi vitiligo tampak besar, bulan, kemudian secara bertahap diganti
sering vakuolisasi, disertai proses panjang dengan kortikosteroid potensi lebih rendah.1
dendrit yang berisi granul melanin. Pewarnaan Pemeriksaan lampu Wood dapat digunakan
khusus DOPA dapat mendeteksi melanosit untuk memonitor respon terhadap
aktif. Pewarnaan dengan HMB45 (anti-GP100), pengobatan. Apabila tidak terlihat respon
Mel-5 (anti-TRP1), dan NKI/beteb (abti-pMel- dalam waktu 3 bulan, terapi harus dihentikan.
17) dapat mendeteksi melanosit aktif dan Repigmentasi maksimal terjadi dalam waktu 4
dorman. Pan-melanoma cocktail bulan atau lebih. Pasien dengan warna kulit
(HMB45+tirosinase + MART-1; Biocare Medical, yang lebih gelap sering mempunyai respon
Concord, CA) dapat memperbesar lapangan yang lebih baik terhadap kortikosteroid topikal.
pandang. Pada kasus yang sudah lama, tampak Pasien vitiligo yang diobati dengan
perubahan degeneratif. Pada beberapa kasus, kortikosteroid topikal misalnya betametason
terdapat clear cell suprabasal di kulit perilesi, valerat 0,1% dan klobetasol propionat 0,05%,
infiltrat sel inflamasi mononuklear, epidermis mempunyai efek repigmentasi yang serupa
menipis, demoepidermal junction tidak terlihat, atau sedikit lebih baik dibandingkan dengan
degenerasi kelenjar keringat, degenerasi inhibitor kalsineurin topikal. Kortikosteroid

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 98


Rika Lukas dan Hendra Tarigan Sibero| Vitiligo

topikal potensi sedang dan potensi tinggi pada vitiligo. Kalsipotriol mempunyai efek
efektif untuk anak dengan vitiligo. Penggunaan repigmentasi yang lebih rendah daripada
kortikosteroid topikal dan fototerapi ultraviolet kortikosteroid topikal. Vitamin D dapat
A (UVA) menyebabkan repigmentasi 3 kali lebih menginduksi melanosit imatur di folikel rambut
cepat daripada pengobatan topikal monoterapi untuk memproduksi melanin dengan cara
lain. Beberapa efek samping kortikosteroid stimulasi diferensiasi dan ekspresi melanin
antara lain atrofi epidermal, telangiektasia, reseptor endotelin. Analog vitamin D3
striae distensae, folikulitis steroid, dan efek menginduksi ekspresi reseptor endotelin pada
samping akibat absorbsi sistemik. Cara melanosit imatur seperti cel NCC-melb4, tetapi
pemberian intermiten (setiap 4-6 minggu) tidak pada melanosit matur seperti sel NCC-
dapat mengurangi risiko efek samping lokal melan5. Mekanisme kerja utama analog
dan sistemik.1,11 vitamin D3 topikal antara lain mengatur
Imunomodulator topikal, yakni topikal aktivasi, proliferasi, migrasi melanosit dan
takrolimus merupakan suatu makrolid aktivasi sel T. Pada pasien vitiligo terdapat
imunosupresan yang dapat menghambat gangguan homeostasis kalsium pada
aktivasi dan maturasi sel T dengan cara keratinosit dan melanosit yang dapat
memblok transkripsi beberapa sitokin, seperti diperbaiki dengan meningkatkan konsentrasi
IL-2, IL-3, IL-4, IL-5, tumor nekrosis faktor α, kalsium ekstraseluler. Topikal kalsipotriol
dan interferon gama. Takrolimus ini juga 0,005% dapat menimbulkan repigmentasi pada
meningkatkan apoptosis sel T. Topikal pasien vitiligo. Obat ini dapat dikombinasikan
takrolimus salep 0,03-0,1% efektif untuk dengan topikal kortikosteroid pada dewasa dan
repigmentasi vitiligo, dioleskan dua kali sehari anak. Efek repigmentasi dari terapi kombinasi
untuk lesi lokalisata, terutama pada wajah dan ini lebih baik daripada monoterapi. Sinar
leher. Hal tersebut karena inhibitor kalsineurin fototerapi dapat menyebabkan efek
ini mempunyai efek imunomodulator. repigmentasi dari kalsipotriol berkurang. Efek
Kalsineurin merupakan suatu protein samping kalsipotriol topikal antara lain iritasi
intraseluler pada limfosit dan sel dendritik. ringan.11
Kalsineurin yang teraktivasi akan berfungsi Katalase merupakan suatu enzim yang
sebagai faktor transkripsi untuk sitokin seperti ditemukan pada kulit yang dapat menyebabkan
IL-2 dan tumor nekrosis faktor α. Takrolimus radikal bebas berkurang. Kombinasi human
menyebabkan jumlah tumor nekrosis faktor α catalase (pseudokatalase) dan fototerapi
pada jaringan berkurang dan proliferasi spektrum sempit UVB (NB-UVB) dapat
melanosit dan melanoblas meningkat. menimbulkan repigmentasi dan mencegah
Pimekrolimus dan takrolimus memberikan efek progresivitas penyakit. 11
yang baik pada vitiligo. Kombinasi salep Kortikosteroid sistemik berperan dalam
takrolimus dan ultraviolet B (UVB) atau laser imunosupresi, tetapi jarang digunakan sebagai
excimer (308 nm) lebih efektif daripada pengobatan konvensional untuk vitiligo.
monoterapi salep takrolimus. Topikal inhibitor Kortikosteroid sistemik terapi denyut dapat
kalsineurin aman digunakan untuk pengobatan digunakan untuk pengobatan vitiligo. Steroid
jangka pendek dan jangka panjang. Efek sistemik terapi denyut dan sinar NB-UVB
samping yang dapat terjadi antara lain eritema, memberikan respon repigmentasi lebih baik
pruritus, rasa terbakar, iritasi, hiperpigmentasi, daripada psoralen dan UVA dan fototerapi
dan akne. Pengobatan ini aman untuk orang spektrum luas UVB. Kortikosteroid sistemik
dewasa dan anak. Menurut FDA, topikal mempunyai beberapa efek samping, antara
kalsineurin sebaiknya dihindari pada anak usia lain insomnia, akne, agitasi, gangguan
kurang dari 2 tahun, dan hanya takrolimus menstruasi, berat badan naik, hipertrikosis,
0,03% yang dapat diberikan pada anak usia 2- dan insufisiensi adrenal.1,11
15 tahun. Penggunaan topikal inhibitor Kombinasi topikal atau oral 4,5,8-
kalsienurin dan fototerapi dapat memberikan trimetilpsoralen, 8-metoksipsoralen atau 5-
efek yang lebih baik.1,11 metoksipsoralen dan iradiasi UVA 320-400 nm
Kalsipotriol merupakan suatu analog (PUVA) efektif untuk pengobatan vitiligo.
vitamin D3 topikal yang mempunyai efek Pasien dianjurkan mengkonsumsi psoralen 0,6
imunomodulator dan meningkatkan mg/kg 2 jam sebelum dilakukan penyinaran.
perkembangan melanosit dan melanogenesis Terapi ini membutuhkan waktu yang lama,

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 99


Rika Lukas dan Hendra Tarigan Sibero| Vitiligo

dapat dilakukan selama 6 bulan sampai ditutup dan mata dilindungi dengan kacamata
beberapa tahun. Psoralen yang terpajan UVA UV-block. Lesi di wajah dan jenis kulit lebih
akan terikat dengan DNA dan menghambat gelap yang diterapi dengan NBUVB
replikasi sel. Hal ini menyebabkan repigmentasi memberikan respon repigmentasi yang baik.
pada area vitiligo, tetapi tidak diketahui Efek samping NBUVB antara lain pruritus, rasa
mekanisme pasti yang berperan dalam proses terbakar, eritema, deskuamasi,
repigmentasi ini. Fototerapi PUVA hiperpigmentasi, hiperpigmentasi sementara,
menyebabkan stimulasi aktivitas tirosinase lepuh, ulserasi, photoaging, dan xerosis. Tidak
(suatu enzim penting dalam proses sintesis ada dosis pajanan maksimum untuk
melanin) dan melanogenesis. Fototerapi PUVA NBUVB.11,12
juga menimbulkan efek imunosupresif lokal. Terapi laser yang banyak digunakan
Efek lain PUVA adalah menyebabkan stimulasi untuk vitiligo adalah laser excimer
melanosit folikular untuk melakukan migrasi ke monokromatik, yang merupakan suatu
dalam epidermis dan menempati daerah teknologi nonablatif yang memancarkan sinar
sekitar kulit depigmentasi. Hal ini mungkin ultraviolet secara koheren. Panjang gelombang
disebakan sitokin dan kemotaktan yang lepas spesifik laser ini tergantung pada halogen dan
dari keratinosit epidermis. Proses ini sumber gas mulia. Laser excimer merupakan
menghasilkan repigmentasi perifolikular. suatu induktor yang lebih poten dalam
Fototerapi PUVA juga menyebabkan hipertrofi apoptosis sel T daripada NBUVB. Laser xenon
melanosit dan hiperaktif melanosom. Efek chloride excimer monokromatik memancarkan
samping yang sering terjadi adalah panjang gelombang 308 nm yang serupa
hiperpigmentasi yang tidak diharapkan di dengan fototerapi NBUVB 311 nm dan laser
sekitar area vitiligo akibat reaksi fototoksik dan Bioskin. Laser excimer (308 nm) dalam
pruritus yang hebat akibat psoralen. pengobatan vitiligo dilakukan 3 kali seminggu
Pengobatan jangka panjang vitiligo dengan selama lebih dari 12 minggu untuk mencapai
fototerapi PUVA dapat menyebabkan xerosis, repigmentasi yang baik. Dosis awal adalah 50-
keratosis, lentigenes PUVA, photoaging, dan 100 mJ/cm2.1,11 Mekanisme kerja terapi laser
hipertrikosis. Fototerapi PUVA juga sedikit hampir sama dengan terapi sinar konvensional,
meningkatkan risiko keganasan kulit tetapi terapi laser dapat diarahkan ke target
nonmelanoma dan melanoma. Pajanan daerah yang diterapi, iradiasi seluruh tubuh
maksimum yang direkomendasikan terhadap lebih rendah, dan sedikit terkena pada kulit
PUVA terbatas pada 1000 J/cm2 atau 200 kali sehat. Pengobatan ini memberikan hasil
pengobatan.1,7,11 terbaik pada wajah. Jenis kulit menurut
Narrowband ultraviolet B memancarkan Fitzpatrick yang lebih tinggi memberikan
sumber sinar polikromatik. Iradiasi NBUVB (311 respon repigmentasi yang lebih baik daripada
nm) merupakan salah satu terapi pilihan untuk terapi sinar konvensional.1 Pasien yang
vitiligo. Terapi ini lebih efektif daripada topikal beraktivitas di luar ruangan, perempuan hamil,
PUVA pada vitiligo generalisata. Iradiasi NBUVB dan pasien dengan gagal hati atau ginjal juga
menginduksi tirosinase yang merupakan enzim dapat diterapi dengan cara ini. Hal ini
penting untuk produksi melanin, dan disebabkan tidak terdapat bahan
1,11
meningkatkan HMB45 pada permukaan fotosensitizing dan drug-induced toxicity.
melanosom. Selain itu, NBUVB juga Bioskin merupakan suatu alat terkini
meningkatkan faktor pertumbuhan fibroblas yang membawa fototerapi UVB 311 nm
dan endotelin-1 lepas dari keratinosit. Hal ini (mikrofototerapi). Terapi kombinasi Bioskin
menyebabkan proliferasi melanosit juga memberikan hasil repigmentasi yang lebih baik
meningkat. Migrasi melanosit dapat meningkat daripada Bioskin monoterapi.11
akibat NBUVB dengan cara stimulasi ekspresi Fenilalanin merupakan suatu asam
fosforilase fokal adhesi kinase (p125FAK) pada amino yang penting untuk melanogenesis pada
melanosit dan meningkatkan ekspresi aktivitas melanosit. Kalsium melanosit yang bergantung
matriks metalloproteinase-2 dari melanosit. L-fenilalanin berkurang pada pasien vitiligo. L-
Iradiasi diberikan 2-3 kali dalam seminggu. fenilalanin dapat digunakan secara topikal atau
Pengobatan ini harus dihentikan apabila tidak oral. Pengobatan vitiligo dengan L-fenilalanin
terdapat perbaikan dalam waktu 6 bulan 1. dapat digunakan pada semua pasien yang
Pada saat dilakukan pengobatan, area genital terpajan sinar UVA. Pasien dengan luas lesi

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 100


Rika Lukas dan Hendra Tarigan Sibero| Vitiligo

kurang dari 25% permukaan tubuh, onset depigmentasi pada vitiligo universalis dan
penyakit sebelum usia 21 tahun, dan lesi mempunyai efektivitas yang baik. Frekuensi
simetris memberikan respon yang baik.11 dan durasi optimal terapi laser belum diketahui
Antioksidan yang dapat digunakan untuk secara jelas.1,7,11
vitiligo antara lain metionin sulfoksida Thin split-thickness grafts merupakan
reduktase (MSR), katalase, superoksida pengobatan vitiligo dengan menggunakan
dismutase, dan polipodium leukotomos. skalpel atau dermatom yang diletakkan pada
Stres oksidatif berperan dalam patogenesis daerah resipien yang telah dipersiapkan
vitiligo. Antioksidan MSR merupakan agen yang dengan cara yang sama atau dengan
penting dalam mengurangi kerusakan yang dermabrasi. Cara ini dapat dilakukan pada area
disebabkan oksidatif reaktif. Kadar MSR yang akromia dengan luas 6-100 cm2. Teknik ini
rendah akan meningkatkan sensitivitas telah dimodifikasi untuk pengobatan vitiligo,
melanosit terhadap stres oksidatif dan akhirnya yaitu melakukan graft dengan cara dermatom
menyebabkan kematian sel. Terapi antioksidan mekanik. Pengobatan ini memberikan hasil
oral menyebabkan aktivitas katalase meningkat yang baik pada bibir, dapat dilakukan dalam
dan oksigen reaktif berkurang. Kombinasi waktu yang cukup singkat, tetapi
fenilalanin oral dan topikal memberikan hasil membutuhkan anestesia umum dan dapat
yang lebih baik daripada monoterapi. mengakibatkan timbul jaringan parut
Katalase dan superoksida dismutase hipertrofik pada daerah donor atau resipien.1
merupakan enzim dengan bahan antioksidan. Teknik suction blister grafts digunakan
Beberapa kasus vitiligo yang menggunakan untuk membentuk jaringan graft donor
kombinasi psudokatalase/kalsium topikal dan epidermal. Teknik ini menciptakan bula
fototerapi UVB jangka pendek, memberikan subepidermal pada daerah donor. Teknik ini
respon repigmentasi pada wajah dan tangan. mengambil atap bula dari daerah donor
Katalase/superoksida dismutase topikal dengan cara bedah dan ditransplantasikan ke
mungkin mempunyai efektivitas yang sama daerah resipien. Teknik membentuk bula
dengan betametason 0,05% topikal. dilakukan dengan cara meletakkan mangkuk
Polipodium leukotomos (PL) merupakan atau syringe dengan tekanan negatif konstan.
tanaman pakis yang ditemukan di daerah Fototoksik lokal juga bisa digunakan untuk
subtropik Amerika. Ekstrak tanaman ini bersifat membentuk bula donor. Grafts dapat diambil
antioksidan, imunomodulator, dan dari beberapa macam daerah, tetapi lengan
fotoprotektif. Kombinasi ekstrak PL 250 mg dan bagian fleksor merupakan daerah yang paling
fototerapi NBUVB menyebabkan repigmentasi baik untuk membentuk bula. Produksi suction
di kepala dan leher. Pada orang tanpa vitiligo, blisters menyebabkan epidermis terpisah
PL oral mengurangi fototoksisitas PUVA dan dengan dermis secara cepat di atas dermal-
fototerapi UVB di kulit. Katalase/superoksida epidermal junction, epidermis yang
dismutase topikal mempunyai beberapa efek mengandung pigmen ikut terangkat dan
samping, antara lain eritema sementara, menempati area akromia yang telah disiapkan
pruritus, dan pengelupasan.11 dengan liquid nitrogen blisters. Lepuh yang
Pasien vitiligo yang gagal dengan terapi terbentuk mempunyai ukuran 2-2,5 cm dan
repigmentasi, terapi depigmentasi mengandung melanosit . Pada lesi yang besar
memberikan hasil yang baik secara kosmetik. dapat dilakukan grafts multipel. Repigmentasi
Efek bahan depigmentasi topikal dan terapi yang terjadi dapat menyebar sampai daerah di
laser dapat bersifat tidak permanen. luar graft . Pigmentasi akan terbentuk dalam 3-
Monobenzyl ether of hydroquinone 6 bulan, tetapi dapat terbentuk fisura akromia
(Monobenzone) digunakan untuk depigmentasi antara graft pada area resipien. Cara ini jarang
sisa kulit normal pada pasien vitiligo . menimbulkan jaringan parut karena dermis
Monobenzone merupakan toksin phenolic yang donor dan resipien tidak ikut terangkat.
menyebabkan destruksi melanosit epidermis. Kegagalan repigmentasi dapat disebabkan
Monobenzone tersedia dalam bentuk krim 20- respon Koebner. Terapi cara ini ditambah
40%. Penggunaan monobenzone dapat dengan terapi sinar dapat meningkatkan
menyebabkan timbul iritasi dan alergi. repigmentasi.1,11
Laser Q-switched ruby dan laser Q-switched Teknik Autologous Mini-Punch Grafts ini
alexandrite telah digunakan untuk dilakukan dengan cara full-thickness punch

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 101


Rika Lukas dan Hendra Tarigan Sibero| Vitiligo

grafts ukuran 1,2-1,25 mm sebesar 4-5 mm menyebabkan kematian melanosit dan


yang diletakkan di daerah resipien dengan menghambat diferensiasi sel induk melanosit.11
ukuran yang sama. Ukuran graft tersebut Sitokin ini berperan dalam mengatur imunitas
dapat mengurangi efek “cobblestoning” (trap selular, menghambat melanogenesis, dan
door) dan kerusakan daerah donor akibat graft apoptosis. Belum ada penelitian yang
ukuran besar, tetapi mengandung melanosit mengevaluasi efikasi inhibitor Tumor Necrosis
yang cukup untuk stimulasi repigmentasi Factor-α pada vitiligo, tetapi terdapat laporan
perifolikular . Teknik ini memberikan hasil yang tentang pasien spondilitis ankylosing yang
baik dalam repigmentasi dan kosmetik. mendapatkan terapi infliximab, ternyata terjadi
Penambahan terapi sinar akan memberikan repigmentasi pada lesi vitiligo. Beberapa pasien
hasil yang lebih baik.1,11 pasoriasis yang mendapatkan inhibitor Tumor
Melanosit dapat dikultur dari keratinosit Necrosis Factor-α juga memperlihatkan
dan dapat digunakan untuk repigmentasi area perbaikan pada lesi vitiligo yang
kulit depigmentasi.7 Daerah resipien yang akan dideritanya.11,14
dilakukan graft harus dipersiapkan terlebih Imunosupresan mempunyai peran yang
dahulu. Terdapat banyak teknik untuk penting dalam mengobati vitiligo. Azatioprin
mengambil epidermis kulit depigmentasi meningkatkan hasil fototerapi PUVA pada
sebelum meletakkan jaringan graft. vitiligo. Siklofosfamid yang diberikan secara
Transplantasi melanosit murni yang telah terapi denyut bersama deksametason
bermultiplikasi dalam kultur dengan beberapa menyebabkan repigmentasi pada pasien
macam cara merupakan suatu metodologi dengan vitiligo universal yang rekalsitran
ideal. Transplantasi kultur melanosit terhadap steroid sistemik.11
membutuhkan waktu yang lama dan biaya Pencegahan terkait kejadian vitiligo
yang mahal. Transplantasi kultur melanosit sampai saat ini belum ditemukan, tetapi
Autologous efektif pada kulit tipe II-VI dan steroid sistemik atau pseudokatalase topikal
kurang respon pada lesi vitiligo di bibir dan dapat memperlambat depigmentasi.1
ujung jari tangan dan jari kaki (lip-tip vitiligo).
Pasien dengan vitiligo segmental atau vitiligo Ringkasan
fokal mempunyai respon yang paling baik Vitiligo ialah penyakit kulit dan membran
terhadap terapi cara ini.11,13 mukosa kronis dengan karakteristik makula
Teknik kamuflase antara lain kosmetik depigmentasi berbatas tegas. Prevalensi vitiligo
dan tato. Kamuflase harus direkomendasikan di dunia 0,1-2% dengan onset puncak usia 10-
kepada pasien dengan tingkat pengobatan 30 tahun. Penyebab pasti belum diketahui,
apapun karena dapat memberikan tetapi terdapat beberapa teori yang
kenyamanan secara kosmetik. Kosmetik tidak menjelaskan tentang hilangnya melanosit
memberikan efek terhadap penyakit vitiligo, epidermal pada vitiligo. Teori patofisiologi
tetapi dapat membantu dalam hal psikososial, vitiligo yang paling berperan adalah
terutama pada pasien dengan lesi vitiligo di mekanisme autoimun, sitotoksik, biokimia,
wajah, kepala, dan leher. Bahan self-tanning oksidan-antioksidan, neural, dan virus. Lesi
merupakan kamuflase semipermanen. Bahan dapat dilihat dengan menggunakan lampu
aktif yang umumnya terdapat pada self-tanners Wood. Pengobatan bervariasi antara lain tabir
dan sering digunakan untuk pengobatan vitiligo surya, kortikosteroid topikal, imunumodulator
adalah dihidroksiaseton (DHA). Zat warna dari topikal, kalsipotriol topikal, pseudokatalase,
DHA dapat menetap sampai 10 hari. kortikosteroid sistemik, PUVA, NBUVB, laser
Mikropigmentasi dermal permanen atau tato excimer, bioskin, L-fenilalanin, antioksidan,
terutama membantu untuk lesi mukosa. Efek depigmentasi, autologous thin split-thickness
yang merugikan dari tato ini antara lain grafting, suction blister grafts, transplantasi
koebnerisasi, reaksi alergi terhadap tinta tato, kultur melanosit autologous, kamuflase,
dan pewarnaan yang tidak sesuai, misalnya inhibitor Tumor Necrosis Factor-α, dan
tato dengan tinta warna cokelat atau cokelat imunosupresan sistemik.
hitam akan menghasilkan warna biru abu-abu
(efek Tyndall).11,13 Simpulan
Tumor Necrosis Factor-α merupakan Peningkatan pemahaman tentang
suatu sitokin proinflamasi yang dapat vitiligo adalah penting untuk dapat

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 102


Rika Lukas dan Hendra Tarigan Sibero| Vitiligo

meningkatkan pendekatan dan pelayanan 7. Anstey AV. Disorders of skin colour.


klinisi terhadap pasien vitiligo. Dalam: Burns T, Breathnach S, Cox N,
Griffiths C, editor. Rook’s textbook of
Daftar Pustaka dermatology. Edisi ke-8. Chichester:
1. Halder RM, Taliaferro SJ. Vitiligo. Dalam: Blackwell Publishing Ltd.; 2010.
Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, 8. Geel NV, Speeckaert R, Taieb A, Picardo
Leffell D, Wolff K, editor. Fitzpatrick’s M, Bohm M, Gawkrodger DJ, et al.
dermatology in general medicine. Edisi ke- Koebner’s phenomenon in vitiligo:
7. New York: McGraw-Hill Inc; 2008. European position paper. Pigment Cell
2. Nicolaidou E, Antoniou C, Miniati A, Melanoma Res. 2011; 24(3):564-73.
Lagogianni E, Matekovits A, Stratigos A, et 9. Ezzedine K, Gauthier Y, Leaute-Labreze C,
al. Childhood-and later-onset vitiligo have Marquez S, Bouchtnei S, Jouary T, et al.
diverse epidemiologic and clinical Segmental vitiligo associated with
characteristics. J Am Acad Dermatol. 2011; generalized vitiligo (mixed vitiligo): a
66(6):954-8. retrospective case series of 19 patiens. J
3. Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Am Acad Dermatol. 2011; 65(5):965-71.
Moehammad Hoesin. Data rekam medis 10. Homan MWL, Sprangers MAG, de Korte
divisi dermato-kosmetologi poliklinik ilmu JD, Bos JD, Van der Veen JPW.
kesehatan kulit dan kelamin rumah sakit Characteristics of patients with universal
umum pusat Moehammad vitiligo and health-related quality of life.
Hoesin/Fakultas Kedokteran Universitas Arch Dermatol. 2008; 144(8):1062-4.
Sriwijaya. Palembang: RSUPMH/FK Unsri; 11. Felsten LM, Alikhan A, Petronic-Rosic V.
2011. Vitiligo: a comprehensive overview
4. Alikhan A, Felsten LM, Daly M, Petronic- treatment options and approach to
Rosic V. Vitiligo: a comprehensive treatment. J Am Acad Dermatol. 2011;
overview introduction, epidemilology, 65(3):493-514.
quality of life, diagnosis, associations, 12. Nicolaidou E, Antoniou C, Stratigos AJ,
histopathology, etiology, and work-up. J Stefanaki C, Katsambas AD. Efficacy,
Am Acad Dermatol. 2011; 65(3):473-91. predictors of response and long-term
5. Birlea SA, Fain PR, Spritz RA. A Romanian follow-up in patients with vitiligo treated
population isolate with high frequency of with narrowband uvb phototherapy. J Am
vitiligo and associated autoimmune Acad Dermatol. 2007; 56(2):274-8.
diseases. Arch Dermatol. 2008; 13. Gupta S, Olsson MJ, Kanwar AJ, Ortonne
144(3):310-6. JP. Surgical management of vitiligo. J Am
6. Silverberg JI, Silverberg AI, Malka E, Acad Dermatol. 2006; 57(6):1105-6.
Silverberg NB. A pilot study assesing the 14. Tolaymat L. Repigmentation of chronic
role of 25 hydroxy vitamin d levels in generalized vitiligo following etanercept
patients with vitiligo vulgaris. J Am Acad therapy for seronegative inflammatory
Dermatol. 2010; 62(6):937-41. arthritis. J Am Acad Dermatol. 2010; 62(3
Suppl 1):AB121.

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 103

You might also like