You are on page 1of 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENANGANANAN NYERI SENDI PADA LANSIA DI BANJAR TAMAN


DESA PENATIH DANGIN PURI

OLEH :

KELOMPOK 1
DAN
KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Nyeri Sendi Pada Lansia di Banjar
Taman Desa Penatih Dangin Puri

Topik : Penatalaksanaan Nyeri Sendi Pada Lansia


Sub Topik : Penatalaksanaan Nyeri Sendi Dengan Kompres Jahe
Sasaran : Lansia di Br. Taman Desa Penatih Dangin Puri
Tempat : Di Balai Br. Taman Desa Penatih Dangin Puri
Hari/tgl : Jumat, 06 Oktober 2017
Waktu : 40 menit
Penyaji : Made Aryawa Putra

A. LATAR BELAKANG
Penuaan merupakan sebuah proses yang terjadi pada manusia secara perlahan
sesuai dengan tingkat pertumbuhannya. Proses menua mengakibatkan
terjadinya kemunduran secara fisik, psikologis, dan sosial (Utami & Kartinah,
2009). Penuaan bukan merupakan sebuah penyakit melainkan suatu proses
yang akan dilalui secara terus menerus menyebabkan perubahan secara
kumulatif yang merupakan suatu proses terjadinya penurunan daya tahan
tubuh didalam menghadapi rangsangan dari dalam atau luar tubuh sampai
akhirnya nanti mengalami sebuah kematian (Nugroho, 2008).

Proses penuaan akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial,
ekonomi, maupun kesehatan. Ditinjau dari aspek kesehatan, dengan semakin
bertambahnya usia maka lansia semakin rentan dengan keluhan fisik, baik
karena faktor alamiah maupun penyakit (Kemenkes RI, 2013). Gangguan
musculoskeletal seperti nyeri sendi merupakan keluhan yang paling sering
dialami lansia (Fitriani, 2009). Menurut Nugroho (2008) Keluhan pada lansia
yang berusia 55 tahun keatas 8% diantaranya mengalami keluhan pada
sendinya, terutama linu, pegal, dan terkadang terasa sangat nyeri. Bagian
yang terkena biasanya adalah persendian pada jari-jari tangan dan kaki, tulang
punggung, sendi lutut dan panggul.
Upaya penanganan nyeri sendi dapat dilakukan dengan dua strategi yaitu,
farmakologis dan non farmakologis. Penanganan farmakologis dengan obat
anti nyeri (OAINS) jangka panjang harus dihindari karena seringkali terjadi
efek samping misalnya perdarahan gastrointestinal dan gangguan fungsi
ginjal. Upaya penanganan dengan nonfarmakologis dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu dengan mengistirahatkan sendi yang meradang selama
eksaserbasi, kompres hangat, distraksi, relaksasi dan berolahraga (Brunner &
Sudarth, 2010). Kompres hangat menggunakan jahe merupakan salah satu
terapi complementer memiliki kandungan enzim siklo-oksigenasi yang dapat
mengurangi peradangan pada nyeri sendi. Selain itu jahe juga memiliki efek
farmakologis yaitu rasa panas dan pedas, dimana rasa panas ini dapat
meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah, mamfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit
sesudah aflikasi panas (Anggraini, 2010).

Dari hasil SMD yang dilakukan pada tanggal 20-23 Sepetember 2017, dari 86
KK didapatkan data lansia (Usia >46 tahun) sebanyak 111 lansia di Br. Taman
dan sebanyak 22 orang (20%) mengeluh nyeri sendi punggung bawah selama
6 bulan terakhir. Penanganan nyeri sedang sampai berat yang dilakukan lansia
di banjar Taman adalah dengan melakukan pengobatan di puskesmas
sedangkan pada nyeri ringan tidak dilakukan pengobatan. Berdasarkan hal
tersebut, maka terkait permasalahan yang terjadi akan dilakukan penyuluhan
mengenai penatalaksanaan nyeri sendi dengan kompres hangat jahe di Banjar
Taman Desa Penatih.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit, lansia diharapkan mampu


memahami tentang nyeri sendi serta mampu menerapkan penatalaksanaan
nyeri sendi.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit, sasaran diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian nyeri sendi
2. Menjelaskan penyebab nyeri sendi
3. Menjelaskan faktor berhubungan dengan nyeri sendi
4. Menjelaskan tanda dan gejala nyeri sendi
5. Menjelaskan penatalaksanaan nyeri sendi dengan kompres hangat jahe

C. RENCANA KEGIATAN
1 Nama Kegiatan : Penyuluhan Penatalaksanaan Nyeri Sendi
2 Waktu dan tempat : Jumat, 6 oktober 2017, jam 09.00 WITA di Balai
Br. Taman Desa Penatih Dangin Puri
3 Pengorganisasian :  Penyuluh : Made Aryawa Putra
kelompok  Moderator : Ida Ayu Juliantari
 Observer : Natalia Kahi Wonji
 Pemandu Demonstrasi: Yohana Dewi
 Fasilitator : mahasiswa PSIK B Universitas
Udayana
4 Sasaran : Lansia di Br. Taman Desa Penatih Dangin Puri

5 Alat dan Media :  Power Point (PPT)


 Leaflet
 LCD
 Jahe
 Parutan
 Baskom

6 Metode : Ceramah dan tanya jawab


Demonstrasi

7 Susunan Acara :

a. Proses Kegiatan
No Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audien Waktu
1. Pendahuluan: 5 menit
b. Menyampaikan salam a. Membalas salam
c. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan dengan
d. Menjelaskan tujuan
aktif
e. Menyampaikan kontrak
c. Mendengarkan dan
waktu
memberikan respon
f. Apersepsi
2. Penjelasan Materi
a. Mendengarkan, 25 menit
a. Menjelaskan
memperhatikan
pengertian nyeri punggung
b. Melakukan demonstrasi
bawah c. Menanyakan hal-hal yang
b. Menjelaskan belum jelas
penyebab nyeri punggung
bawah
c. Menjelaskan
faktor berhubungan dengan
nyeri punggung bawah
d. Menjelaskan
tanda dan gejala nyeri
punggung bawah
e. Menjelaskan
penatalaksanaan nyeri
punggung bawah
f. Melakukan
demonstrasi kompres
hangat jahe
3. Evaluasi 5 menit
a. Mengevaluasi penerimaan a. Menjawab pertanyaan
informasi
b. Memberikan pertanyaan
lisan
4. Penutup 5 menit
a. Menyimpulkan hasil a. Aktif bersama dalam
penyuluhan menyimpulkan.
b. Memberikan salam b. Membalas salam
Total Waktu 40 menit
b. Setting Tempat

Keterangan :

Penyuluh dan peserta dalam


penyuluhan duduk berhadapan.

= Penyaji

= Peserta Penyuluhan

= Observer

= Moderator

8. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
 Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap, disiapkan
minimal 15 menit sebelum penyuluhan dan dapat digunakan dalam
penyuluhan, yaitu :
 Power point (PPT)
 LCD
Alat dan bahan yang digunakan seperti parutan, jahe, baskom
disiapkan 15 menit sebelum demonstrasi.
 Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan disampaikan melalui
Power point (PPT). Materi dan media sudah disiapkan minimal dua
hari sebelum penyuluhan.

 Persiapan Peserta
Penyuluh sudah mengontrak waktu dengan sasaran yang akan
diberikan penyuluhan sehari sebelum penyuluhan dilakukan.
 Persiapan Tempat
Tempat yang akan dipakai untuk melaksanakan penyuluhan sudah
siap dengan baik minimal 15 menit sebelum penyuluhan dimulai.
 Persiapan Pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada sasaran sudah
dipersiapkan ketika penyusunan materi.
b. Evaluasi Proses
 Penyuluhan dimulai dan berakhir sesuai dengan kontrak waktu
yang telah disepakati
 Penyuluh sampai di tempat penyuluhan minimal 15 menit sebelum
penyuluhan dimulai.
 Peserta yang hadir 50% dari jumlah total peserta
 Kesesuaian peran dan fungsi organisasi penyuluh
 Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
penyuluhan memahami materi penyuluhan yang diberikan.
 Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
 Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara
penyuluh dengan sasaran.
 Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan
berlangsung.
 Peserta penyuluhan tidak mengganggu peserta lain
 Peserta dapat melakukan demonstrasi kompres hangat jahe
c. Evaluasi Hasil
 Jangka Pendek
a. Peserta mengerti dan menjelaskan kembali pengertian nyeri
sendi
b. Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali 3 dari 7
penyebab nyeri sendi
c. Peserta mengerti dan dapat menjelaskan faktor yang
berhubungan dengan nyeri sendi
d. Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali 3 dari 7 tanda
dan gejala nyeri sendi
e. Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali
penatalaksanaan nyeri sendi
 Jangka Panjang
Meningkatnya pengetahuan peserta penyuluhan mengenai
penatalaksanaan nyeri sendi.
Materi SAP:

NYERI SENDI

A. Definisi Nyeri Sendi


Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau
yang berpotensial untuk menimbulkan kerusakan jaringan (Brunner &
Suddarth, 2011). Menurut International Association for Study of Pain, nyeri
adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya kerusakan actual maupun potensial atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
Sendi adalah pertemuan antara dua tulang atau lebih, sendi memberikan
adanya segmentasi pada rangka manusia dan memberikan kemungkinan
varisi pergerakan diantara segmen-segmen serta kemungkinan variasi
pertumbuhan (Brunner & Suddarth, 2011). Nyeri sendi merupakan suatu
gejala yang ditandai dengan adanya peradangan pada sendi seperti
terjadinya pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan
terjadinya gangguan gerak (Handono & Richard, 2013).

B. Etiologi :
Berdasarkan jumlah sendi yang terkena, nyeri sendi dikelompokkan
menjadi dua yaitu nyeri pada satu sendi dan nyeri pada beberapa sendi.
Pada kasus nyeri di salah satu sendi, sendi lutut merupakan organ yang
paling sering terkena. Ada beberapa macam penyebab nyeri sendi,
diantaranya:
1. Chondromalacia patellae atau kerusakan tulang rawan di belakang
tempurung lutut.
2. Haemarthrosis atau perdarahan di dalam ruang sendi akibat retak
lutut atau ligament robek. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang
yang dalam pengobatan obat golongan antikoagulan.
3. Gout Artritis. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit berulang
serta panas dan kemerahan pada kulit di sekitar sendi yang
mengalami peradangan. Jempol kaki adalah sendi yang biasanya
terkena pertama kali. Selanjutnya sendi sendi lain juga ikut
mengalaminya.
4. Patah tulang
5. Dislokasi sendi yang terjadiu secara berulang.
6. Kanker
Sedangkan macam-macam penyebab terjadinya nyeri di beberapa
sendi tubuh adalah
1. Osteoarthritis atau pembengkakan jaringan di dalam dan di
sekitar sendi akibat kerusakan permukaan pelindung tulang. Cedera
serius pada sendi, obesitas dan factor usia adalah hal-hal yang
meningkatkan risiko terkena penyakit ini.
2. Rheumatoid artritis. Gejala sakit ini pada kondisi lengkap
kerap hilang dan timbul secara silih berganti dan meyebabkan
Penderitanya Lelah. Bagian sendi yang mengalami inflamasi
biasanya sendi jari jari tangan, pergelangan tangan dan pergelangan
kaki.
3. Infeksi virus yang dapat menyebabkan radang sendi,
misalnya Rubella dan Hepatitis.
4. Artritis yang tergolong langka, misalnya Reactive Arthritis,
Juvenile Arthritis Dan Ankylosing Spondylitis.
C. Manifestasi Klinis
Terdapat banyak sekali penyebab persendian sakit. Nyeri sendi dapat
merupakan gejala tunggal atau menjadi bagian lain banyak gejala lain
yang dialami. Manifestasi nyeri sendi dapat bervariasi seperti rasa tidak
nyaman saat disentuh, pembengkakan, peradangan, kekakuan dan
pembatasan gerakan (Brunner & Suddarth, 2011).
D. Penanganan Nyeri Sendi
Walaupun lansia lebih banyak mengalami rasa nyeri dibandingkan usia
muda, namun laporan rasa nyeri pada lansia seringkali lebih rendah dan
pengobatannya tidak adekuat. Prinsip utama pada penatalaksanaan rasa
nyeri adalah menghilangkan serangan rasa nyeri. Penatalaksanaan nyeri
yang efektif bagi lansia terdiri dari pendekatan secara farmakologik dan
non farmafologik.
1. Pendekatan farmakologik
Lansia sangat rentan untuk mengalami efek samping suatu pengobatan,
oleh karena itu pada pemberian obat untuk mengobati rasa nyeri perlu
diperhatikan dosis yang akan diminum. Usia berhubungan erat dengan
efek metabolisme obat di dalam tubuh, jadi pemberian obat pada lansia
harus dilakukan dengan hati-hati. World Health Organization (WHO)
mengembangkan pendekatan secara medikasi untuk mengontrol rasa nyeri
pada penderita kanker yang ternyata bermanfat pula bagi penderita rasa
nyeri lainnya. Protokol WHO menganjurkan penatalaksaan rasa nyeri
dilakukan secara konservatif dan bertahap untuk mengurangi terjadinya
efek samping. Selanjutnya pasien diberikan pengobatan bila obat yang
diberikan pada tahap awal tidak efektif. Pendekatan secara “tangga
analgesik” (analgesic ladder) diawali dengan pemberian nonopioid
analgesik asetaminofen, siklo-oksigenase 2 (CO-2) inhibitor dan obat anti
inflamatori non-teroid (OAINS/nonsteroidal anti-inflammatory
drugs/NSAIDs) (Prasetyo, 2010)
Asetaminofen merupakan pilihan utama untuk mengobati rasa nyeri ringan
sampai sedang pada lansia dan pemberiannya harus dibatasi.
2. Pendekatan Non Farmakologi
Walaupun pendekatan secara farmakologik lebih banyak digunakan dalam
penatalaksaan rasa nyeri, intervensi secara non-farmakologik merupakan
strategi yang harus dimasukkan pada penatalaksanaan rasa nyeri kronik
pada lansia. Pendekatan non-farmakalogik merupakan pengobatan yang
efektif untuk rasa nyeri yang ringan dan sedikit terjadi efek samping
(Kasran & Kusumaratna, 2006).
Pengobatan alternatif komplementer (complementary and alternative
medication/ CAM) dapat pula diberikan, terutama bagi penderita yang
menyukainya (Kasran & Kusumaratna, 2006). Pendidikan pada pasien dan
pendampingnya dalam penatalaksanaan rasa nyeri sangat diperlukan dan
efektivitas dari program ini dalam meningkatkan penanganan rasa nyeri
telah dilaporkan.
Pendidikan dapat diberikan secara perorangan atau kelompok dengan
menggunakan media cetak untuk mendorong pasien dan pendampingnya
memahami bahwa penanganan rasa nyeri meliputi terapi secara
farmakologik dan nonfarmakologik (Kasran & Kusumaratna, 2006).
Kegagalan untuk mengobati rasa nyeri pada lansia seringkali terjadi bila
edukasi pada penderita dan pendampingnya tidak cukup memadai.
Penderita dengan rasa nyeri kronik tidak hanya disarankan untuk
meningkatkan kekuatan otot dan mencegah terjadinya disfungsi, tetapi
diperkenalkan pula penggunaan terapi panas, dingin atau mengurut
(massage) (Kasran & Kusumaratna, 2006).
Jika gejala nyeri sendi masih tergolong ringan, bisa ditangani di rumah
dengan cara:
a. Berisitirahat dengan cukup
b. Mengompres bagian sendi yang sakit dengan
kantong es selama 15-20 menit.
c. Hindari aktivitas fisik atau gerakan gerakan
yang melibatkan sendi yang meradang.
d. Kompres Jahe
Kompres jahe dapat menurunkan nyeri reumathoid artritis (Santoso,
2013). Mengompres berarti memberikan rasa hangat pada klien
dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan rasa hangat
pada bagian tubuh tertentu yang memerlukannya. Komponen utama
dari jahe segar adalah senyawa homolog fenolik keton yang dikenal
sebagai gingerol. Pada suhu tinggi gingerol akan berubah menjadi
shogaol yang memiliki efek panas dan pedas dibanding gingerol
(Misrah, 2009). Efek panas dan pedas pada jahe inilah yang dapat
meredakan nyeri, kaku dan spasme otot pada arthritis reumatoid.
Sehingga jahe juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit, jahe
juga banyak mempunyai khasiat seperti antihelmetik, antirematik, dan
peluruh masuk angin. Jahe mempunyai efek untuk menurunkan
sensasi nyeri juga meningkatkan proses penyembuhan jaringan yang
mengalami kerusakan, penggunaan panas pada jahe selain
memberikan reaksi fisiologis, antara lain: meningkatkan respon
inflamasi (Utami, 2005).
e. Cara melakukan Kompres jahe
1) Persiapan alat
 Parutan jahe
 Baskom kecil
 Handuk kecil
2) Bahan
 Jahe 100gram
 Air secukup nya
3) Cara kerja
Untuk pelaksaan kompres hangat jahe dapat mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut
 Siap kan jahe 100 gram.
 Cuci jahe dengan air sampai bersih
 Parut Jahe
 Siapkan wadah dan isi dengan air hangat suhu 40-50 0C
secukup nya
 Masukan handuk kecil ke dalam air hangat tersebut
kemudian tunggu beberapa saat sebelum handuk di peras
 Peraskan handuk kemudian tempelkan ke daerah sendi yang
terasa nyeri klien.
 tambahkan parutan jahe di atas handuk tersebut.
 Pengompresan dilakukan selam 20 menit
 Setelah selasai bereskan semua peralatan yang telah dipakai.
Sebaik kompres hangat jehe dilakukan dua kali dalam sehari
pagi dan sore agar mendapatkan hasil yang optimal. (An, 2010)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, I. (2006). Diagnosis dan Tatalaksana Osteoathritis: Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid II, Jakarta : FKUI.
http://reumatologi.or.id/var/rekomendasi/Rekomendasi_IRA_Osteoarthritis_
2014.pdf

Brunner, L., & Suddarth, D. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.
Edisi 8. Vol.3. Terjemahan oleh Kuncara, H., Hartono, A., Ester, M., Asih, Y.
Jakarta: EGC

Dharmady, (2004). Gangguan Muskolokeletal, Jakarta: EGC.

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Situasi dan Analisis Lanjut Usia.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
lansia.pdf.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC

Utami, R.D.P., Kartinah. (2009). Hubungan Antara Karakteristik Personal


dengan Sikap Lansia Terhadap Pelayanan di Panti Werdha Dharma Bhakti
Surakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Jawa Tengah: Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhamadyah Surakarta. (online).
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/4296.

You might also like