You are on page 1of 15

BAB I

PEMBAHASAN

A. Definisi

Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini

dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama

Chicken – pox.

Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus

Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.

Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang

disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul

bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan.

Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang

disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi

di bagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94)

Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di

kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah

infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala

konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh,

disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000).


B. Etiologi

Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus. Menurut Richar E,

varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus varicella-

zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua

penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda.

Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi

varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu

tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-

Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat

ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela dapat dilihat

dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang

terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.

C. Klasifikasi

Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :

1. Varisela congenital

Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut

sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat.

Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki.

Risiko terjadinya varisela congenital sangat rendah (2,2%), walaupun pada

kehamilan trimester pertama ibu menderita varisela. Varisela pada

kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada

saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak

diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah

kelainan fetus.
2. Varisela neonatal

Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari

sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang

terpajan akan menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-

zoster immune globulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%.

Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama

sejak lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat antibody dari

ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga lainnya selain

ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa risiko tinggi harus diberikan

profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan infeksi maternal bila

timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam

5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif

(ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus

diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela

maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis

untuk memberikan antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir

profilaksis bila terpajan varisela maternal.

D. Manifestasi Klinik

 Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.

 Didahului stadium prodromal yang ditandai :

a. Demam

b. Malaise

c. Sakit kepala

d. Anoreksia
e. Sakit punggung

f. Batuk kering

g. Sore throat yang berlangsung 1-3 hari.

 Stadium : erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang

khas, seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi

pustule, kemudian pecah menjadi kusta, sementara proses ini

berlangsung, timbul lagi vesikel baru sehingga menimbulkan

gambaran polimorfi.

 Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar

secara satrifugal ke muka dan ekstremitas. (Prof.dr. Marwali Harahap,

2000 : 94 – 95 )

E. Patofisiologi

Menyebar Hematogen.

Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar Neuron pada

ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus bisa kembali

menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster.

Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh,

tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata , termasuk

bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu kurang dari seminggu , lesi

teresebut akan mengering dan bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 –

3 minggu bekas pada kulit yang mengering akan terlepas.

Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu

orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin
penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang

terinfeksi.

Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian

tubuh melalui kelenjar getah bening.

Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan pesatnya

ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada masa kanak-kanak

dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua membiarkan anak-

anaknya terkena cacar air lebih dini.

Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara

bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-

anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.

Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja

dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela

terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada

remaja dan dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.

E. Komplikasi

Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi komplikasi dapat

berupa infeksi kulit. Komplikasi yang paling umum ditemukan adalah :

1. Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air

terjadi pada anak yang usianya lebih tua atau cenderung pada orang

dewasa.

2. Acute Cerebral Ataxia Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan

cenderung lebih mungkin tejadi pada anak yang lebih tua.

Komplikasi ini ditandai dengan gerakan otot yang tidak


terkoordinasi sehingga anak dapat mengalami kesulitan berjalan,

kesulitan bicara, gerakan mata yang berganti-ganti dengan cepat.

Ataxia ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu

beberapa minggu atau bulan.

Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan komplikasi

yang serius seperti cacar air yang berat dan seluruh tubuh, pneumonia dan

hepatitis yang termasuk dalam kelompok tersebut :

1. Bayi dibawah usia 28 hari.

2. Orang dengan kekebalan tubuh rendah

3. Komplikasi yang terjadi pada orang dewasa berupa ensefalitis,

pneumonia, karditis, glomerulonefritis, hepatitis, konjungtivitis, otitis,

arthritis dan kelainan darah (beberapa macam purpura).

4. Infeksi pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan

congenital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang

kelahiran dapat menyebabkan varisela congenital pada neonatus.

F. Pencegahan

1. Hindari kontak dengan penderita.

2. Tingkatkan daya tahan tubuh.

3. Imunoglobulin Varicella Zoster

 Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan0 terjadinya cacar air. Bila

diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.

 Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar iar

beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan.


G. Penatalaksanaan

1. Nyeri diberikan analgetik

2. Terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotic

3. Defisiensi imunitas diberikan antiviral/imunostrimulator.

4. Sejak lesi muncul dalam 3 hari pertama diberikan asiklovir.

5. Untuk mencegah fibrosis ganglion diberikan kortikosteroid.

6. Pengobatan tropical tergantung pada stadium, pada 5 stadium besikal

diberikan bedak untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi

infekel sekunder. (Arif Mansjoer, 2000 : 129)


BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktivitas / Istirahat

Tanda : penurunan kekuatan tahanan

2. Integritas ego

Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan,

kecacatan.Tanda : ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri,

marah.

3. Makan/cairan

Tanda : anorexia, mual/muntah

4. Neuro sensori

Gejala : kesemutan area bebas Tanda : perubahan orientasi, afek,

perilaku kejang (syok listrik), laserasi corneal, kerusakan retinal,

penurunan ketajaman penglihatan

5. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban suhu.

6. Keamanan

Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5

hari sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler pada kulit.

7. Data subjektif

Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit

kepala.
8. Data Objektif :

 Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik kemerahan

pada kulit yang berisi cairan jernih.

 Metabolik : peningkatan suhu tubuh.

 Psikologis : menarik diri.

 GI : anoreksia.

 Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan

kurangnya intake makanan.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

C. Intervensi

1. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.

Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam.

Intervensi Rasional

1. Tekankan pentingnya teknik cuci 1. Mencegah kontaminasi silang,

tangan yang baik untuk semua individu menurunkan resiko infeksi.

yang datang kontak dnegan pasien

2. Gunakan skort, sarung tangan, 2. Mencegah masuknya organisme

masker dan teknik aseptic, selama infeksius


perawatan kulit.

3. Awasi atau batasi pengunjung bila 3. Mencegah kontaminasi silang dari

perlu pengunjung

4. Cukur atau ikat rambut di sekitar 4. Rambut merupakan media yang baik

daerah yang terdapat erupsi. untuk pertumbuhan bakteri.

5. Bersihkan jaringan nekrotik / yang 5. Meningkatkan penyembuhan.

lepas (termasuk pecahnya lepuh)

6. Awasi tanda vital 6. Indikator terjadinya infeksi.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.

Tujuan : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi

jaringan.

Intervensi Rasional

1. Pertahankan jaringan nekrotik dan 1. mengetahui keadaan integritas kulit.

kondisi sekitar luka.

2. Berikan perawatan kulit 2. menghindari gangguan integritas

kulit

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan

kurangnya intake makanan

Tujuan : terpenuhinya kebutuhan nitrisi sesuai dengan kebutuhan.

Intervensi Rasional

1. Berikan makanan sedikit tapi sering 1. Membantu mencegah distensi gaster/

ketidaknyamanan dan meningkatkan


pemasukan

2. Pastikan makanan yang disukai/tidak 2. Meningkatkan partisipasi dalam

disukai. Dorong orang terdekat untuk perawatan dan dapat memperbaiki

membawa makanan dari rumah yang pemasukan.

tepat.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.

Tujuan : pasien dapat menerima keadaan tubuhnya.

Intervensi Rasional

1. Bantu memaksimalkan kemampuan 1. memanfaatkan kemampuan dapat

yang dimiliki pasien saat ini menutupi kekurangan.

2. Eksplorasi aktivitas baru yang dapat 2. memfasilitasi dengan memanfaatkan

dilakukan. keletihan.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

Tujuan : adanya pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan.

Intervensi Rasional

1. Diskusikan perawatan erupsi pada 1. Meningkatkan kemampuan

kulit. perawatan diri dan menngkatkan

kemandirian.
D. Implementasi

Diagnosa 1

 Menekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua

individu yang datang kontak dengan pasien.

 Menggunakan skort,masker, sarung tangan dan teknik aseptik selama

perawatan luka.

 Mengawasi atau membatasi pengunjung bila perlu.

 Mencukur atau mengikat rambut disekitar daerah yang terdapat

erupsi.

 Membersihkan jaringan mefrotik.yang lepas (termasuk pecahnya

lepuh).

 Mengawasi tanda vital.

Diagnosa 2

 Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.

 Memberikan perawatan kulit

DiDiagnosa 3

 Memberikan makanan sedikit tapi sering.

 Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang terdekat


untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.

Diagnosa 4

 Membantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini.

 Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.

Diagnosa 5

 Mendiskusikan perawatan erupsi pada kulit.

E. Evaluasi

Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi

dan masalah gangguan intebritas kulit dikatakan teratasi apabila :

1. Fungsi kulit dan membran mukosa baik dengan parut minimal

2. Krusta berkurang

3. Suhu kulit, kelembapan dan warna kulit serta membran mukosa normal

alami, tidak terjadi kelainan neurogik.

4. Tidak terjadi kelainan respiratorik.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Varicella adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zooster yang

menyerang kulit dan mukosa.

2. Penyakit ini disebabkan oleh virus Varicella Zooster. Penamaan virus

ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan

penyakit Varicella. Sedangkan kreativitasnya menyebabkan Herpes

Zooster.

3. Pada beberapa kelompok yaitu :

 Bayi dibawah usia 28 hari

 Orang dengan kekebalan tubuh rendah.

B. Saran

Diharapkan kepada mahasiswa (i) dapat mengetahui apa itu Varicella dan

jadikan sebagai ilmu keperawatan dalam kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.

Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

Varisela . http://www.aventispasteur.co.id/news.asp?id7

Varisela Klinikku. http://www.klinikku.com/pustaka/medis/integ/varisela-

klinis.html

Cacar Air. http://www.medicastore.com/med/detail_pyk_php?id=&iddtl

You might also like