Professional Documents
Culture Documents
Patofisiologi
Cavitas oral, uvula, anterior pillar, posterior pillar dan tonsil adalah
tempat-tempat yang paling sering terbentuk abses. Diantara anterior pillar dan
posterior pillar terdapat ruang peritonsiler, ruang retropharyngeal, ruang
parapharyngeal dan banyak pembuluh darah. Kebanyakan abses peritonsiler
didahului adanya gangguan atau penyakit sebelumnya di tonsil. Apabila terjadi
infeksi akut di tonsil maka infeksi akan menyebar ke ruang peritonsiler sehingga
menyebabkan selulitis peritonsiler atau bisa juga terjadi obstruksi di kelenjar
Weber. Kelenjar Weber adalah kelenjar saliva yang terletak di pole tonsil, pole
superior tonsil dan duktusnya menuju fossa tonsilaris. Apabila terdapat penyakit
di tonsil, tonsillitis kronis dan lain-lain maka akan menyebabkan obstruksi di
duktus tersebut dan menyebabkan stasis yaitu adanya kolonisasi bakteri sehingga
terjadi infeksi bakteri yang berlanjut menjadi selulitis. Jika selulitis ini tidak
diterapi dengan baik maka akan berlanjut menjadi abses peritonsiler. Abses dapat
pecah sendiri, sembuh sendiri atau menyebar ke ruang retropharyngeal sampai
ruang parapharyngeal. Gangguan ini juga bisa berkembang menjadi mediastinitis
melalui pembuluh darah carotis dan bisa sampai terjadi sepsis dan menyebabkan
kematian.
Komplikasi
Histopatologi
makroskopik
Progosis
Soepardi, EA et al. 2008. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran Uniersitas Indonesia. Jakarta.
Adams et al. 1997. BOIES: Buku Ajar Penyakit THT. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
Fachruddin, darnila. 2006. Abses Leher Dalam. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan, Telinga-Hidung-Tenggorokan, hal. 185. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Kartosoediro S, Rusmarjono. 2007. Abses Leher Dalam. Edisi VI. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia EGC.