You are on page 1of 15

PROPOSAL

EVALUASI TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DI DESA


SUKUR KECAMATAN AIRMADIDI KABUPATEN MINAHASA UTARA
TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

OLEH
ELKE MAMONDOL
NIRM : 1503004

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES) MUHAMMADIYAH
MANADO
2017
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang
dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit
berikut gejalanya (Tjay dan Rahardja, 2007).
Obat tidak dapat digunakan sembarangan tanpa ada indikasi penyakit yang
jelas. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat yaitu
indikasi, dosis, cara penggunaan serta efek sampingnya, karena bila hal tersebut
diabaikan maka akan menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan. Salah
satu obat yang harus diperhatikan penggunaannya adalah antibiotika. Antibiotika
merupakan obat yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat menghambat
pertumbuhan atau dapat membunuh mikroorganisme lain (Anief, 2004).
Akibat yang dapat timbul karena penggunaan antibiotika yang tidak tepat
adalah terjadinya resistensi kuman atau bakteri. Selain itu, resistensi dapat juga
terjadi akibat penggunaan antibiotika yang berlebihan. Resistensi terhadap
antibiotika adalah obatnya tidak mampu membunuh kuman atau kumannya
menjadi kebal terhadap obat (Anief, 2004).
Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia Endang Rahayu
Sedyaningsih, menyatakan bahwa sekitar 92% masyarakat di Indonesia tidak
menggunakan antibiotika secara tidak tepat dan ketika digunakan secara tepat,
antibiotika memberikan manfaat yang tidak perlu diragukan lagi. Namun bila
dipakai atau diresepkan secara tidak tepat (irrasional prescribing) dapat
menimbulkan kerugian yang luas dari segi kesehatan, ekonomi, bahkan untuk
generasi mendatang (Utami, 2012 dalam Serliani 2014).
Berdasarkan observasi awal di Desa Sukur Kecamatan Airmadidi
Kabupaten Minahasa Utara, diperoleh informasi bahwa ada kecenderungan
masyarakat menggunakan antibiotika secara tidak tepat. Diperoleh informasi
bahwa, terkadang masyarakat hanya menggunakan antibiotika satu tablet atau dua
tablet saja. Sebagai contoh, ketika mengalami sakit gigi, hanya menggunakan
amoksisilin satu tablet saja dan menghentikan pengobatan setelah sakitnya
berhenti, padahal penggunaan antibiotika 3-5 hari sesuai dengan aturannya. Dari
uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang evaluasi tingkat
pengetahuan masyarakat di Desa Sukur Kecamatan Airmadidi Kabupaten
Minahasa Utara tentang penggunaan antibiotika.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Desa Sukur Kecamatan
Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara terhadap penggunaan antibiotika?

I.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat
pengetahuan masyarakat Desa Sukur Kecamatan Airmadidi Kabupaten
Minahasa Utara terhadap penggunaan antibiotika.

I.4 Batasan Masalah


Adapun penelitian ini di batasi pada pengguanaan antibiotik golongan
penisilin yaitu amoksisilin dan ampisilin serta golongan sefalosporin yaitu
sefadroksil.

I.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan antibiotika
berdasarkan aturan penggunaanya.
2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya yang ada di Desa
Sukur Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Topogragi Desa Sukur


Sukur adalah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Airmadidi,
Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Luas wilayah ini
adalah (Ha): 1200 Ha, yang terdiri dari Perkampungan : 231 Ha, sawah : 76 Ha,
ladang :90 Ha, perkebunan : 224 Ha, hutan : 212 Ha, rawa : 50 Ha, tanah kosong :
235 Ha, perairan : 37 Ha, tanah kritis : -, lain-lain : 25 Ha. jumlah penduduk desa
ini sebanyak 3,328 jiwa. Mata pencaharian masyarakat mayoritas karyawan
swasta= 446, petani= 291, tukang= 200, wiraswasta= 183, Abri/Polri= 93, dan
PNS= 63. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sukur bermacam-macam ada
yang hanya minimal lulusan SD, SMP, maupun SMA. Tetapi yang dominan
adalah lulusan SMA. Jumlah fasilitas kesehatan= posyandu 1, poskesdes= 1,
dokter 2, perawat=7.

2.2 Obat
2.2.1 Pengertian
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992, definisi obat
adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Adapun pengertian obat secara khusus adalah :
1. Obat Jadi
Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau capuran (serbuk, cairan,
salep, tablet, pil, suppositoria, dll) yang mempunyai teknis sesuai FI/lain yang
ditetapkan pemerintah.
2. Obat Paten
Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama
sipembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli pabrik yang
memproduksinya.

3. Obat Baru
Obat baru adalah obat yang terdiri atau berisi zat, baik sebagai bagian yang
berkhasiat, ataupun yang tidak berkhasiat, misalnya: lapisan, pengisi, pelarut,
pembantu atau komponen lain, yang belum dikenal sehingga tidak diketahui
khasiat dan kegunaannya.
4. Obat Asli
Obat asli adalah obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah
Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam
pengobatan tradisional.
5. Obat Essensial
Obat essensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan
masyarakat terbanyak dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial yang ditetapkan
oleh MENKES.
6. Obat Generik
Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam FI untuk
zat berkhasiat yang dikandungnya.

2.2.2 Penggolongan obat menurut undang-undang


1. Narkotik (obat bius atau daftar O = opium) merupakan obat yang
diperlukan dalam bidang pengobatan dan IPTEK dan dapat menimbulkan
ketergantungan dan ketagihan (adiksi) yang sangat merugikan masyarakat
dan individu jika dipergunakan tanpa pembatasan dan pengawasan
dokter.misalnya candu/ opium, morfin, petidin, metadon, kodein dll.
2. Psikotropika (obat berbahaya) merupakan obat yang mempengaruhi
proses mental, merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran,
perasaan atau kelakuan orang. Misalnya golongan ekstasi, diazepam,
barbital /luminal.
3. Obat keras (daftar G = geverlijk = berbahaya), adalah semua obat yang:
a. Mempunyai takaran / dosis maksimal (DM) atau yang tercantum dalam
daftar obat keras yang di tetapkan pemerintah.
b. Diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi
hitam atau huruf “ K” yang menyentuh garis tepinya.
c. Semua obat baru, kecuali dinyatan oleh pemerintah (Depkes RI) tidak
membahayakan.
d. Semua sediaan parenteral/ injeksi/ infus intravena.
4. Obat bebas terbatas (daftar W = waarchuwing = peringatan), adalah obat
keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam bungkus aslinya
dari produsen/ pabriknya dan diberi tanda lingkaran bulat berwarna biru
dengan garis tepi berwarna hitam serta diberikan peringatan (P NO.1 s/d P
NO.6, misalnya P NO.1: awas obat keras, bacalah aturan pakainya).
5. obat bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas dan tidak
membahayakan bagi pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan, diberi
tanda lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi tepi hitam
(pengolongan obat menurut undang-undang dalamSyamsuni, 2006).

2.3 Antibiotika
2.3.1 Pengertian
Antibiotik adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh berbagai spesies
mikroorganisme dan bersifat toksik terhadap spesies mikroorganisme lain. Sifat
toksik senyawa-senyawa yang terbentuk mempunyai kemampuan menghambat
pertumbuhan bakteri (efek bakteriostatik) dan bahkan ada yang langsung
membunuh bakteri (efek bakterisik) yang kontak dengan antibiotik tersebut
(Sumardjo,2009).
2.3.2 Sejarah Antibiotika
Antibiotik untuk pertama kalinya ditemukan secara kebetulan oleh
dr. Alexander Fleming (Inggris, 1928, Penisilin). Tetapi penemuan ini
baru dikembangkan dan digunakan pada permulaan perang dunia II di
tahun 1941, ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan untuk
menanggulangi infeksi dari luka-luka akibat pertempuran. Kemudian, para
peneliti diseluruh dunia menghasilkan banya zat lain dengan khasiat
antibiotis. Tetapi berhubung dengan sifat toksisnya bagi manusia, hanya
sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat (Tjay dan Rahardja
2007).

2.3.3 Mekanisme Kerja


1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, seperti Beta-laktam
(penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-
laktamase), basitrasin, dan vankomisin.
2. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein, misalnya aminoglikosid,
kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin,
klaritromisin), klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.
3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat, misalnya
trimetoprim dan sulfonamid.
4. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat, misalnya
kuinolon, nitrofurantoin (PERMENKES No. 2406).

2.3.4 Klasifikasi Antibiotik:


2.3.4.1 Penisillin
1. Benzilpenisilin fenoksimetilpenisilin: Bensilpenisilin (PenisilinG),
Feniksimetilpenisilin (penisilin V),
2. Penisilin tahan penisilinase : Flukloksasilin, Kloksasilin
3. Penisilin spektrum luas : Amoksisilin, Ampisilin, Bakampisilin, Co
amoksiklav, Pivampisin
4. Penisilin antipseudomonas: Piperasilin, Piperasilin + Tazobaktam,
Sulbenisilin, Tikarsilin, Tikarsilin + Asam Klavulanat.
5. Mesilinam : Pivmesilinam

2.3.4.2 Sefalosporin dan antibiotik beta-laktam lainnya


1. Sefalosporin : Sefadroksil, Sefaklor, Sefaleksin, Sefamandol, Zefasolin,
Sefditoren Pivoksil, Sefepim Hidroklorida, Sefatamet, Sefiksim,
Sefodizim, Sefoperazon, Sulperazon (Sefoperazon + Sulbaktam,
Sefotaksim, Sefotiam, Sefpirom, Sefpodoksim, Sefproksil, Sefradin,
Sefsulodin, Seftazidim, Seftibuten, Seftizoksim, Seftriakson, sefuroksim,
Sefalotin, Sefdinir.

2.3.4.3 Antibiotik beta-laktam lain


1. Aztreonam, Ertapenem, Imipenem, Meropenem.
2.3.4.4Tetrasiklin
1. Demeklosiklin, Doksisiklin, minosiklin, Tetrasiklin.
2.3.4.5 Aminoglikosida
1. Amikasin, Gentamisin, Kanamisin, Netilmisin.
2.3.4.6 Makrolida
1. Azitromisin, Eritromisin, Klaritromisin, Roksitromisin, Spiramisin.
2.3.4.7 Kuinolon
1. Asam Nalidiksat, Fleroksasin, Levofloksasin, Moksifloksasin,
Norfloksasin, Ofloksasin, Pefloksasin, Siprofloksasin, Sparfloksasin,
Asam Pipemidat, Kotrimoksazol kombinasi Trimetoprim dan Sulfa
Metoksazol dengan perbandingan 1: 5, Sulfadiazin, Sulfadimidin,
Sulfasalazin, Trimetoprin.
2.3.4.8 Antibiotik Lain
1. Kloramfenikol : Kloramfenikol
2. Klindamisin : Klindamisin, Linkomisin
3. Vankomisin dan teikoplanin : Vankomisin
4. Spektinomisin : Spektinomisin
5. Polimiksin : Kolistin
6. Linezolid : Linezolid

2.3.4 Prinsip Penggunaan Antibiotika


Prinsip penggunaan antibiotik didasarkan pada dua pertimbangan utama:
1. Penyebab bakteri
Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan hasil
pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun didalam
praktek sehari-hari, tidak mungkin melakukan pemeriksaan mikrobilogis
untuk setiap pasien yang dicurigai menderita suatu infeksi. Di samping itu,
untuk infeksi berat yang memerlukan penanganan segera, pemberian
antibiotik dapat segera dimulai setelah pengambilan sampel bahan
biologik untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman. Pemberian
antibiotik tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada
educated guess.
2. Faktor pasien
Di antara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian
antibiotik antara lain fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan
terhadap infeksi (status imunologis), daya tahan terhadap obat, beratnya
infeksi, etnis, usia, penggunaan pengobatan konkomitan, untuk wanita
apakah sedang hamil atau menyusui, atau sedang mengomsumsi
kontrasepsi oral (BPOM, 2008).

2.4 Pengetahuan
2.4.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini terjadi
karena seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Peningkatan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penciuman,
penglihatan, pendengaran, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan, 2010).
Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku
seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan
kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat dapat merubah persepsi
masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya pengetahuan juga dapat mengubah
perilaku masyarakat dari yang negatif menjadi positif, selain itu pengetahuan
juga membentuk kepercayaan (Wawan, 2010).
2.4.2 Tingkat Pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang suatu obyek yang diketahui dan dimana dapat
menginterprestasikan secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang sudah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysis)
Analisis yaitu kemampuan untuk menyatakan atau menjabarkan suatu materi
atau obyek ke dalam keadaan komponen-komponen tetapi masih di dalam
struktur organisasi tersebut dan masih saling berkaitan satu sama lain. Analisis
merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikas atau
penilaian terhadap materi atau obyek. Penilaian itu berdasarkan suat kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dimiliki seseorang
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon
yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan akan berfikir sejauh
mana keuntungan yang akan mungkin mereka peroleh dari gagasan
tersebut.
2. Paparan Media Massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronika berbagai informasi
dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering
terpapan media masa (televisi, radio, majalah, pamflet) akan memperoleh
informasi yang lebih hanya dibandingkan dengan orang yang tidak pernah
terpapar informasi media masa.
a. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan
status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga
dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan
akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.
b. Hubungan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara batinnya akan lebih terpapar informasi. Sementara
faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu
sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi
media.
c. Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dan
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian yang dilaksanakan ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan
metode survei analitik yaitu dengan pendekatan secara cross sectional.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukur Kecamatan Airmadidi
Kabupaten Minahasa Utara, dan waktu pengumpulan data dari responden
dilakukan pada bulan februari 2018.

3.3 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah sebagian masyarakat Desa Sukur
Kecamatan Airmadidi Kabupaten Sulawesi Utara dengan jumlah penduduk
3.328 jiwa
2. Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik Purposive
Sampling yaitu teknik penentuan sampel yang didasarkan atas kriteria
tertentu, antara lain :
a. Minimal pendidikan SMA
b. Status ekonomi rendah
c. Bersedia untuk mengisi kuesioner
Rumus yang dipakai sebagai berikut:

N
𝑛=
1 + N (d)2

N
𝑛=
1 + 3,328. (0,05)2

3,328
𝑛=
1 + 3,328.0,0025

3,328
𝑛=
9,32

𝑛 = 357 (sampel)

Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar Populasi
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan, yaitu 0,05
(Indeks Kepercayaan 95%)
Maka perhitungan sampel adalah sebagai berikut:

3.4 Jenis dan Sumber Data


Data penelitian ini berupa data primer. Data primer merupakan data yang
sumber datanya dikumpulkan dengan membagikan kuesioner kepada responden.
3.5 Variable Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah evaluasi tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap antibiotika, dengan subvariabel yaitu pengetahuan, indikasi,
aturan pakai dan efek samping.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


1. Pengumpulan data survei awal atau sirvei pendahuluan dilakukan dengan
menyebarkan angket (kuesioner).
2. Kuesioner dibuat menggunakan Rating Scale (Sugyono, 2005) dalam bentuk
check list (√) yang berisi 4 opsi jawaban, yaitu sangat mengetahui,
mengetahui, tidak mengetahui dan sangat tidak mengetahui.

3.8 Definisi Operasional


1. Pengetahuan adalah unsur yang menunjukan seberapa banyak yang
diketahui masyarakat mengenai antibiotik terkait dengan penggunaannya,
yang dinyatakan dalam persen (%). Pengetahuan tentang antibiotik ini
meliputi pengetahuan, indikasi, aturan pakai, dan efek samping.
2. Masyarakat adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal di Desa
Sukur Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara.

1.8 Kerangka Konsep

Fariabel Dependen Variabel Independen

Pengetahuan Penggunaan antibiotik


masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

A. Wawan dan Dewi M., Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap, dan
Perilaku Manusia (Yogyakarta: Nuha Medika, 2011), hlm. 11.
Anef, M., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Anief, M., 2004, Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaannya,
Gadjah Madah University Press, Yogyakarta, hlm.16-17.
BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Hlm. 356-419.
Damin Sumardjo. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.
hlm.423.
Notoadmodjo Soekidjo, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni, (Jakarta: Rieneka
Cipta, 2007) hlm. 144.
Serliani, 2014, ´ Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Manurunge Kecamatan
Ulaweng Kabupaten Bone tentang Penggunaan Antibiotik´, Proposal
Penelitian, Makassar: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Farmasi.
Syamsuni, H.A. (2006). Ilmu Resep . Jakarta: EGC. Hlm. 6-17.
Tjay, H.T., Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-Efek Sampingnya Edisi VI, PT Elex Media Komputindo, Jakarta,
hlm. 65.
Undang-Undang Nomor 23, Tahun 1992, tentang Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406, tentang Pedoman
Penggunaan Antibiotik.

You might also like