You are on page 1of 27

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hemodialisa

2.1.1 Pengertian

Hemodialisa merupakan suatu membran atau selaput semi

permiabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat

sampah. Proses ini disebut dialisis yaitu proses berpindahnya air atau zat,

bahan melalui membran semi permiabel. Terapi hemodialisa merupakan

teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa

metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air,

natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain

melalui membran semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan

dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra

filtrasi (Brunner & Suddarth, 2001).

Hemodialisis adalah pengobatan yang bertujuan untuk menghapus

akumulasi sisa produk metabolik dan untuk memperbaiki komposisi

elektrolit darah melalui suatub pertukaran antara darah pasien dan cairan

dialisa meniru cairan ekstraseluler yang normal melintasi membran

semipermeabel (Man, Zingraff, & Jungers, 1995)

Proses hemodialisis yang terjadi didalam membran semipermiabel

terbagi menjadi tiga proses yaitu osmosis, difusi dan ultrafiltrasi (Curtis &

Roshto, 2008). Osmosis adalah proses perpindahan zat terlarut dari bagian

10
Universitas Sumatera Utara
11

yang berkonsentrasi rendah kearah konsentrasi yang lebih tinggi. Difusi

adalah proses perpindahan zat terlarut dari konsentrasi tinggi kearah

konsentrasi yang rendah. Sedangkan ultrafiltrasi adalah perpindahan cairan

karena ada tekanan dalam membran dialyzer yaitu dari tekanan tinggi

kearah yang lebih rendah (Curtis & Roshto, 2008)

2.1.2 Tujuan

Hemodialisis tidak mengatasi gangguan kardiovaskuler dan endokrin

pada penderita PGK. Tindakan hemodialisis bertujuan untuk

membersihkan nitrogen sebagai sampah hasil metabolisme, membuang

kelebihan cairan, mengoreksi elektrolit dan memperbaiki gangguan

keseimbangan basa pada penderita PGK (Levy, Morgan & Brown, 2004).

Tujuan utama tindakan hemodialisis adalah mengembalikan keseimbangan

cairan intraseluler dan ekstraseluler yang terganggu akibat dari fungsi

ginjal yang rusak (Himmelfarb & Ikizler, 2010)

2.1.3 Prinsip Hemodialisa

Tindakan Hemodialisa memiliki tiga prinsip yaitu: difusi, osmosis

dan ultrafiltrasi (Brunner & Suddart, 2010). Sisa akhir dari proses

metabolisme didalam darah dikeluarkan dengan cara berpindah dari darah

yang konsentrasinya tinggi ke dialisat yang mempunyai konsentrasi rendah

(Smeltzel et al, 2008). Ureum, kreatinin, asam urat dan fosfat dapat

berdifusi dengan mudah dari darah ke cairan dialisat karena unsure-unsur

Universitas Sumatera Utara


12

yang tidak terdapat dalam dialisat. Natrium asetat atau bicarbonate yang

lebih tinggi konsentrasinya dalam dialisat akan berdifusi kedalam darah.

Kecepatan difusi solut tergantung kepada koefisien difusi, luas permukaan

membrane dialiser dan perbedaan konsentrasi serta perbedaan tekanan

hidrostatik diantara membrane dialysis (Prince & Wilson, 2005)

Air yang berlebihan akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui

proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan

gradient tekanan; dengan kata lain air bergerak dari daerah dengan tekanan

yang lebih tinggi (tubuh klien) ketekanan yang lebih rendah (dialisat).

Gradient ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan tekanan

negative yang dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin hemodialisa.

Tekanan negative sebagai kekuatan penghisap pada membrane dan

memfasilitasi pengeluaran air sehingga tercapainya keseimbangan.

(Brunner & Suddart, 2010).

2.1.4. Proses Hemodialisa

Efektifitas hemodialisa dilakukan 2 – 3 kali dalam seminggu selama

4 – 5 jam atau paling sedikit 10 – 12 jam perminggunya (Black & Hawk,

2005). Sebelum dilakukan hemodilisa maka perawat harus melakukan

pengkajian pradialisa, dilanjutkan dengan menghubungankan klien dengan

mesin hemodialisa dengan memasang blood line dan jarum ke akses

vaskuler klien, yaitu akses untuk jalan keluar darah ke dialiser dan akses

masuk darah ke dalam tubuh. Arterio Venous (AV) fistula adalah akses

Universitas Sumatera Utara


13

vaskuler yang direkomendasikan karena kecendrungan lebih aman dan

juga nyaman bagi pasien. (Brunner & Suddart, 2010).

Setelah blood line dan akses vaskuler terpasang, proses hemodialisa

dimulai. Saat dialysis darah dialirkan keluar tubuh dan disaring didalam

dialiser. Darah mulai mengalir dibantu pompa darah. Cairan normal salin

diletakkan sebelum pompa darah untuk mengantisipasi adanya hipotensi

intradialisis. Infuse heparin diletakkan sebelum atau sesudah pompa

tergantung peralatan yang digunakan (Hudak & Gallo, 1999). Darah

mengalir dari tubuh melalui akses arterial menuju ke dialiser sehingga

terjadi pertukaran darah dan sisa zat. Darah harus dapat keluar masuk

tubuh klien dengan kecepatan 200-400 ml/menit (Price & Wilson, 2005).

Gambar 2.1 proses hemodialisa

Universitas Sumatera Utara


14

Proses selanjutnya darah akan meninggalkan dialiser. Darah

meninggalkan dialiser akan melewati detector udara. Darah yang sudah

disaring kemudian dialirkan kembali kedalam tubuh melalui akses venosa

(Hudak & Gallo, 1999). Dialysis diakhiri dengan menghentikan darah dari

klien, membuka selang normal salin dan membilas selang untuk

mengembalikan darah pasien. Pada akhir dialysis, sisa akhir metabolism

dikeluarkan, keseimbangan elektrolit tercapai dan buffer system telah

diperbaharui (Brunner & Suddart, 2010).

2.1.5. Komplikasi Hemodialisa

Selama proses hemodialisis sering muncul komplikasi yang berbeda-

beda untuk setiap pasien. Menurut Brunner dan Suddart (2010) salah satu

komplikasi selama hemodialisis adalah hipertensi. 1) Intradialytic

Hypotension (IDH) : Intradialytic Hypotension adalah tekanan darah

rendah yang terjadi ketika proses hemodialisis sedang berlangsung. IDH

terjadi karena penyakit diabetes millitus, kardiomiopati, left ventricular

hypertrophy (LVH), status gizi kurang baik, albumin rendah, kandungan

Na dialysate rendah, target penarikan cairan atau target ultrafiltrasi yang

terlalu tinggi, berat badan kering terlalu rendah dan usia diatas 65 tahun, 2)

Kram otot; Kram otot yang terjadi selama hemodialisis terjadi karena

target ultrafiltrasi yang tinggi dan kandungan Na dialysate yang rendah. 3)

Mual dan muntah Komplikasi mual dan muntah jarang berdiri sendiri,

sering menyertai hipotensi dan merupakan salah satu presensi klinik

Universitas Sumatera Utara


15

disequillibrium syndrom. Bila tidak disertai gambaran klinik lainnya harus

dicurigai penyakit hepar atau gastrointestinal. 4) Sakit kepala; Penyebab

tidak jelas, tapi bisa berhubungan dengan dialisat acetat dan

disequillibrium syok syndrome (DDS). 5) Emboli udara; Emboli udara

dalam proses hemodialisis adalah masuknya udara kedalam pembuluh

darah selama prose hemodialisis. 6) Hipertensi Keadaan hipertensi selama

proses hemodialisis bisa diakibatkan karena kelebihan cairan, aktivasi

sistem renin angiotensin aldosteron, kelebihan natrium dan kalsium,

karena erythropoietin stimulating agents dan pengurangan obat anti

hipertensi.

2.2 Konsep Tidur

2.2.1. Pengertian Tidur

Tidur adalah bagian dari penyembuhan dan perbaikan (McCance &

Huether, 2006), mencapai kualitas tidur yang baik penting untuk

kesehatan, sama hal nya sembuh dari penyakit (Potter & Perry, 2010)

Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena

dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat

mengembalikan kondisi seseorang pada keadaan semula, dengan begitu,

tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali.

Proses pemulihan yang terhambat dapat menyebabkan organ tubuh tidak

bisa bekerja dengan maksimal, akibatnya orang yang kurang tidur akan

cepat lelah dan mengalami penurunan konsentrasi (Ulimudiin, 2011)

Universitas Sumatera Utara


16

2.2.2. Fisiologi Tidur

Tidur adalah proses fisiologis yang berputar dan bergantian, dengan

periode jaga yang lebih lama. Siklus tidur bangun memengaruhi dan

mengatur fungsi fisiologis dan respon prilaku (Potter & Perry, 2010).

Pengaturan tidur dan terbangun diatur oleh batang otak (Reticular

Activating System dan Bulbar Synchronizing Region), thalamus dan

berbagai hormone yang diproduksi oleh hypothalamus. Beberapa

neurohormon dan neurotransmitter juga dihubungkan dengan tidur dan

terbangun. Produksi yang dihasilkan oleh dua mekanisme serebral dalam

batang otak ini menghasilkan serotonin. Serotonin merupakan

neurotransmitter yang bertanggung jawab terhadap transfer impuls-implus

syaraf ke otak. Serotonin berperan sangat spesifik dalam menginduksi rasa

kantuk, juga sebagai modulator kapasitas kerja otak.

Dalam tubuh serotonin diubah menjadi melatonin. Melatonin

merupakan hormone katekolamin yang diproduksi secara alami dalam

tubuh tanpa dengan bantuan cahaya. Katekolamin yang dilepaskan dari

neuron-neuron Reticular Activating system akan menghasilkan hormone

norepineprin, yang umumnya hormone ini akan merangsang otak untuk

melakukan peningkatan aktivitas. Pada orang dalam keadaan stress atau

cemas, kadar hormone ini akan meningkat dalam darah yang akan

merangsang system saraf simpatik sehingga seseorang akan terasa terus

terjaga (Guyton, 1991; Rubin, 1999; Potter & Perry, 2006)

Universitas Sumatera Utara


17

Ada dua teori pada tingkatan tidur dimana gelombang otak yang

berbeda-beda, otot dan aktivitas mata diasosiasikan dengan berbagai tahap

tidur (Izac, 2006). Tidur normal melibatkan dua tahap, yaitu : Tidur Non

Repid Eye Movement (NREM) dan Repid Eye Movement (REM). Selama

tidur NREMseseorang yang sedang tidur akan maju melalui empat tahap

selama 90 menit siklus tidur yang khas. Kualitas tidur mulai dari stadium 1

hingga stadium 4 akan menjadi semakin mendalam. Tidur yang lebih

ringan adalah karakteristik tahap 1 dan 2 dimana seseorang lebih mudah

terjaga. Tahap 3 dan 4 melibatkan tidur yang lebih dalam, disebut tidur

gelombang lambat. REM adalah fase pada akhir setiap siklus tidur (Potter

& Perry, 2010).

2.2.3. Fungsi Tidur

Tujuan tidur belum jelas. Tidur berkonstribusi dalam menjaga

kondisi fisiologis dan psikologis. Tidur NREM membantu perbaikan

jaringan tubuh (McCance & Huether, 2006). Selama tidur NREM, fungsi

biologis lambat. Denyut jantung normal orang dewasa sehat sepanjang hari

rata-rata 70-80 denyut permenit atau kurang jika individu berada dalam

kondisi fisik yang sangat baik. Namun, selama tidur denyut jantung turun

sampai 60 denyut permenit atau kurang. Ini berarti bahwa selama tidur

jantung berdetak 10-20 kali lebih lambat dalam setiap menit atau 60-120

kali lebih sedikit dalam setiap jam. oleh karena itu, tidur nyenyak

bermanfaat dalam mempertahankan fungsi jantung (McCance dan

Universitas Sumatera Utara


18

Huether, 2006; Potter & Perry, 2010). Buysse (2005) Didalam Potter dan

Perry (2010) menjelaskan tidur REM diperlukan untuk menjaga jaringan

otak dan tampaknya menjadi penting bagi pemulihan kognitif. Tidur REM

berhubungan dengan perubahan aliran darah otak, peningkatan aktivitas

korteks, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin

2.2.4. Kualitas Tidur

Kualitas tidur dapat dilihat melalui tujuh komponen, yaitu: 1)

subjektif kualitas tidur yaitu : penilaian subjektif diri sendiri terhadap

kualitas tidur yang dimiliki, adanya perasaan terganggu dan tidak nyaman

pada diri sendiri berperan terhadap penilaian kualitas tidur. 2) latensi tidur

yaitu : berapa waktu yang dibutuhkan sehingga seseorang jatuh tertidur,

berhubungan dengan gelombang tidur seseorang. Dikenal ada 2

gelombang tidur manusia yaitu : tidur gelombang lambat dan tidur

paradoksial. 3) efisiensi tidur yaitu : akan didapatkan melalui persentase

kebutuhan tidur manusia, dengan menilai jam tidur seseorang dan durasi

tidur seseorang sehingga dapat disimpulkan apakah sudah tercukupi atau

efisiensi tidurnya. 4) penggunaan obat tidur dapat menandakan seberapa

berat gangguan tidur yang dialaminya, karena penggunaan obat tidur

diindikasikan apabila orang tersebut sudah sangat terganggu pola tidurnya

dan obat tidur dianggap perlu untuk membantu tidur. 5) Gangguan Tidur:

seperti adanya menggorok, gangguan pergerakan, sering terbangun untuk

ke kamar mandi dan mimpi buruk, dapat mempengaruhi proses tidur

Universitas Sumatera Utara


19

manusia. 6) Daytime Dysfunction atau adanya gangguan pada kegiatan

sehari-hari diakibatkan oleh perasaan ngantuk. 7) Durasi tidur : dinilai dari

waktu mulai tidur sampai waktu terbangun, waktu tidur yang tidak

terpenuhi akan menyebabkan kualitas tidur yang buruk.

2.2.5 Kualitas tidur pada pasien yang menjalankan hemodialisa

Kualitas tidur pada pasien uremik memiliki konsekuensi gangguan

lebih besar dibandingkan pada populasi umum. Walaupun gangguan

kualitas tidur nya terjadi pada malam ahri, namun dapat mempengaruhi

fungsi individu selama 24 jam. Gangguan kualitas tidur yang terjadi dalam

jangka waktu panjang bahkan bisa mempengaruhi gaya hidup dan emosi

individu secara keseluruhan. Selain itu juga mempengaruhi status

kesehatan, hubungan interpersonal, merasa tidak kompeten akibat merasa

putus asa ketika bangun sendirian di malam hari dan merasa bahwa

kualitas tidur yang baik tidak pernah tercapai.

Efek dari kualitas tidur yang tidak terpenuhi adalah gangguan tidur

salah satu nya adalah insomnia. Insomnia dapat menyebabkan pasien

menjadi agresif, distress, kerusakan kognitif, merasa tidak punya kekuatan

dan menjadi depresi. Pada akhirnya, insomnia yang dialami pasien yang

menjalani hemodialisa akan menyebabkan penurunan kualitas hidup yang

memiliki korelasi positif dengan kelangsungan hidup pasien. (Novak, et al,

1094; Unruh et al, 2008; Elder et al, 2008)

Universitas Sumatera Utara


20

2.3 Massage

2.3.1. Pengertian Back Massage

Terapi Pijat (massage) merupakan upaya penyembuhan yang aman,

efektif, dan tanpa efek samping, serta bisa dilakukan sendiri maupun

dengan bantuan yang sudah ahli (Firdaus, 2011). Pijat adalah manipulasi

terhadap jaringan lunak, umumnya dengan menggunakan tangan, untuk

menstimulasi dan merelaksasi serta mengurangi stress dan kecemasan

(Craven & Hirnle, 2002). Massage merupakan penanganan perawatan dari

bagian luar tubuh yang dilakukan dengan perantara tangan. Bagian tubuh

yang dilakukan massage adalah otot. Massage membutuhkan sentuhan

yang pasti dan kuat. Massage tidak dilakukan jika keluhan nyeri berasal

dari tulang dan sendi (Perry & Potter, 2010). Massage tidak dilakukan

pada kondisi jantung yang tidak baik, tekanan darah tinggi, sendi, dan

peningkatan tekanan pembuluh kapiler.

2.3.2. Metode Terapi Back Massage

Metode terapi massage dibagi menjadi dua, yaitu metode terapi

massage secara umum dan khusus. Massage secara umum adalah gerakan

dan tekanan gerakan massage, residen yang di massage merasakan

relaksasi. Gerakan pengurutan yang dilakukan harus dengan sentuhan

halus, ringan secara perlahan dan merata. Frekuensi melakukan terapi

massage juga harus disesuaikan dengan keadaan kulit, usia, dan tujuan

perawatan. Arah pengurutan dilakukan dengan gerakan tegak lurus

terhadap lipatan kulit atau sejajar dengan arah serabut otot. Massage

Universitas Sumatera Utara


21

tangan dan kaki dimulai dari ujung kaki dan tangan dengan arah menuju

jantung (Perry & Potter, 2005)

2.3.3 Prosedur Terapi Back Massage

Massage yang diberikan dilakukan dengan gerakan-gerakan pokok.

Menurut Perry dan Potter (2005), Prosedur terapi back massage yaitu

eflaurege, petrisage, friction, tapotemen, dan fibrasi (Sinclair, 2006).

Eflaurage adalah gerakan mengusap yang dilakukan secara

bersamaan dan berturut-turut kearah atas. Eflaurage sering digunakan

untuk wajah, leher, kulit kepala, punggung, dada, lengan dan kaki.

Eflaurage memiliki efek sedatif sehingga selalu diberikan pada awal dan

akhir terapi massage (Perry & Potter, 2005). Manfaat Eflaurage adalah

menghilangkan secara mekanis sel-sel epitel yang mati, mempercepat

pengangkutan zat-zat sisa dan darah yang mengandung karbondioksida,

memperlancar aliran limfe baru dan darah yang mengandung nutrisi dan

oksigen, sebagai sarana untuk pertukaran zat metabolism di semua

jaringan menjadi meningkat, dan sebagai upaya untuk meningkatan

pemberian nutrisi pada lapisan kulit (Sinclair, 2006).

Gerakan selanjutnya adalah gerakan friksi atau gerakan menggesek.

Gerakan ini memberikan tekanan pada kulit. Gerakan ini bermanfaat untuk

memperlancar sirkulasi darah, mengaktifkan kelenjar kulit, menghilangkan

kerutan pada kulit, dan memperkuat otot kulit.

Universitas Sumatera Utara


22

Lakukan pijatan melingkar ringan dengan kedua ujung jari yang

ditekan secara tegak lurus pada bagian-bagian yang dipijat. Adapun

manfaat gerakan ini adalah peningkatan penyembuhan jaringan-jaringan

yang mengalami kerusakan, memproduksi kelenjar-kelenjar lemak oleh

tekanan dan pelepasan dengan gerakan menepuk. Hal ini dapat bermanfaat

untuk memberikan kelembaban pada kulit (Perry & Potter, 2006).

Selanjutnya adalah gerakan petrisage. Gerakan ini menggunakan ujung

jari dan telapak tangan untuk menjepit beberapa bagian kulit. Pijatan jenis

ini perlu sedikit tekanan yang dilakukan secara ringan dan berirama.

Adapun manfaat dari gerakan Petrisage adalah memperlancar penyaluran

zat-zat dalam jaringan ke dalam pembuluh-pembuluh darah dan getah

bening (Sinclair, 2006).

Manfaat petrisage adalah sebagai peningkatan hantaran nutrisi

keseluruh tubuh dengan memperlancar aliran darah dan kelenjar getah

bening. Jika aliran darah dan getah bening tidak lancar, maka terjadilah

pembendungan yang dapat dihindarkan secara positif melalui pengurutan

meremas (Sinclair, 2006).

Gerakan selanjutnya adalah tapotemen. Tapotemen merupakan

gerakan ketukan yang berturut-turut dan cepat, yang dilakukan dengan

seluruh tangan atau ujung jari. Ketukan dilakukan untuk mengembalikan

tonis otot-otot yang kendur dan pula untuk merangsang ujung urat syaraf.

Gerakan mencincang adalah gerakan menepuk yang dilakukan dengan

menggunakan bagian samping luar kedua tangan, yang ditepukkan pada

Universitas Sumatera Utara


23

kulit secara berturut-turut dan berganti-ganti untuk pengurutan punggung,

bahu dan lengan. Khasiat gerakan Tapotemen yaitu menyegarkan otot-otot,

melancarkan peredaran darah dan getah bening pada tempat yang diurut

(Perry & Potter, 2005).

Gerakan yang terakhir adalah gerakan vibration. Vibration adalah

gerakan menggetar untuk merangsang atau menenangkan urat syaraf dan

menghilangkan kerut pada wajah. Pada pijatan ini gunakan ujung jari dan

telapak tangan untuk menggetarkan kulit secara bergantian. Khasiat

gerakan vibrasi adalah untuk melemaskan jaringan-jaringan dan

menghilangkan ketegangan (Bain, 2006).

2.4 Akupresur

2.4.1 Pengertian

Akupresur atau yang biasa dikenal dengan terapi totok/tusuk jari

adalah salah satu cara untuk fisiotherapi dengan memberikan pemijatan

dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh. Terapi akupresur

merupakan pengembangan dari ilmu akupuntur, sehingga pada prinsipnya

metode therapy akupresur sama dengan akupuntur, yang menbedakannya

terapi akupresur tidak menggunakan jarum dalam proses pengobatannya.

Akupresur berguna untuk mengurangi ataupu mengobati berbagai jenis

penyakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan dan kelelahan. Proses

pengobatan dengan teknik akupresur menitik beratkan pada titik-titik saraf

tubuh. Dikedua telapak tangan dan kaki kita terdapat titik akupresur untuk

Universitas Sumatera Utara


24

jantung, paru-paru, ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid, pangkreas, sinus dan

otak (Fengge, 2012)

2.4.2. Teknik memijat pada terapi akupresur

Fengge (2012) dalam buku nya menjelaskan teknik memijat untuk

akupresur yaitu dengan pertama kali yang harus diperhatikan sebelum

melakukan pijat akupresur adalah kondisi umum si penderita. Pijat

akupresur tidak boleh dilakukan terhadap orang yang sedang dalam

keadaan terlalu lapar ataupun terlalu kenyang. Dan pada perempuan yang

sedang dalam keadaan hamil muda. Selain kondisi pasien ruangan untuk

terapi akupresur harus diperhatikan. Suhu ruangan yang digunakan untuk

terapi tidak boleah terlalu panas atau terlalu dingin, sirkulasi udara

ruangan baik dan tidak diperbolehkan melakukan pemijatan diruangan

yang berasap. Pijatan bisa dilakukan setelah menemukan titik meridian

ynag tepat, yaitu timbulnya reaksi pada titik pijat berupa rasa nyeri, linu

dan pegal. Dalam terapi akupresur pijatan bisa dilakukan dengan

menggunakan jari tangan (jempol dan jari telunjuk). Lama dan banyaknya

tekanan (pemijatan) tergantung pada jenis pijatan. Pijatan untuk

menguatkan (Yang), untuk kasus penyakit dingin, lemah, pucat/lesu, dapat

dilakukan dengan maksimal 30 kali tekanan, untuk masing-masing titik

dan pemutaran pemijatannya searah jarum jam, sedangkan pemijatannya

yang berfungsi melemahkan (Yin) untuk kasus penyakit panas, kuat, muka

Universitas Sumatera Utara


25

merah, berlebihan/hiper dapat dilakukan dengan minimal 50 kali tekanan

dan cara pemijatannya berlawanan jarum jam.

Essanovia (2014) menjelaskan beberapa teknik totok saraf

(akupresur) pada tubuh jika dilakukan dengan tangan.diantaranya :

2.4.2.1. Teknik mencubit

Totok dilakukan dengan memberikan tekanan dengan menggunakan ibu

jari dan telunjuk tangan kanan pada titik saraf organ yang dijadikan target totok.

Teknik ini hanya dapat dilakukan pada jari-jari tangan, kaki dan pada kuku yang

merupakan lokasi dimana meridian-meridian utama itu berada.

2.4.2.2. Teknik menepuk

Teknik ini dilakukan dengan menepuk permukaan tubuh tertentu dengan

telapak tangan. Fungsinya ialah untuk mendorong energi dan darah untuk

mengalir. Tekniknya ialah dengan merapatkan kelima jari dan menepuknya pada

target totok yang merupakan titik meridian tertentu sesuai dengan tujuan terapi.

Teknik ini dilakukan sebanyak 5-10 kali pada setiap meridiannya.

2.4.2.3. Teknik mengetuk

Teknik ini dilakukan dengan mengetuk-ngetuk titik yang menjadi target

totok dengan jari. Jari yang digunakan bisa dengan jari tengah, jari telunjung atau

kedua jari tersebut secara bersama-sama. Teknik ini dilakukan secara berkala

setiap dua atau tiga detik. Ini dilakukan selama beberapa menit sesuai dengan

kebutuhan.

Universitas Sumatera Utara


26

2.4.2.4. Teknik menekan

Teknik ini dilakukan dengan menekan titik-titik yang menjadi target

totok saraf dengan menggunakan ibu jari. Bisa dengan ibu jari kanan atau kedua

ibu jari sekaligus. Jika menggunakan ibu jari tangan kanan, lakukan dengan

sedikit menekuk ruas ujung nya pada titik saraf organ yang ditotok. Jika dilakukan

dengan kedua ibu jari maka lakukan penekanan tersebut secara bersamaan pada

titik saraf organ yang dijadikan target totok.

2.4.3 Waktu yang dibutuhkan untuk akupresur

Alviani (2015) menerangkan bahwasanya waktu yang dibutuhkan

untuk melakukan pijat refleksi tidaklah sama masing-masing orang. Hal

ini dikarenakan kondisi tubuh tiap orang berbeda sehingga kemampuan

untuk menahan rasa sakit pun berbeda pula. Jika daya tahan tubuhnya

tidak kuat maka proses pemijatanpun akan memakan waktu lama.

Sebaliknya jika daya tahan tubuhnya kuat, waktu yang dibutukan dalam

proses pemijatan hanya sebentar.

Dalam pijat refleksi/akupresur untuk kondisi tubuh normal masing-

masing titik refleksi membutuhkan waktu sekitar 5 menit setiap pemijatan.

Sedangkan untuk tubuh yang sedang sakit keras, proses pemijatan

berlangsung lebih lama, yaitu sekitar 10 menit. Jadi total waktu yang

dibutuhkan untuk memijat seluruh titik refleksi yang bersangkutan kurang

dari 30 menit atau bisa juga sekitar 45-60 menit tergantung pada

penguasaan teknik serta pengalaman si pemijat.

Universitas Sumatera Utara


27

2.4.4 Manfaat Pijat Refleksi

Pijat refleksi mungkin belum banyak digunakan dalam dunia medis

modern. Alviani (2015) menjelaskan ada beberapa menfaat pijat refleksi

untuk kesehatan : 1) Melancarkan sirkulasi darah, hal ini menjadikan pijat

refleksi sangat dikagumi para ahli kesehatan adalah manfaatnya untuk

melancarkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Sirkulasi darah yang lancar

akan mengalirkan oksigen keseluruh tubuh dengan lebih maksimal dan

efektif. Semakin banyak jumlah oksigen yang mencapai sistem organ vital,

semakin optimal fungsi organ tersebut dan juga sistem metabolisme tubuh.

Dengan demikian proses penyembuhan penyakit menjadi lebih cepat,

begitu pula pertumbuhan kembali sel-sel yang rusak. 2) Memperbaiki

fungsi saraf, semakin bertambah usia, ujung saraf kita juga semakin

berkurang sensitifitasnya. Pijat refleksi menstimulasi lebih dari 7000 saraf

yang berbeda. Hal ini meningkatan fungsi dan reaktivitasnya. Membuka

dan membersihkan jalur saraf dapat membantu meningkatkan kemampuan

dan fleksibilitas organ dan anggota tubuh. Pijat refleksi juga sangat baik

untuk mempertahankan ketajaman saraf. 3) Meningkatkan energy, dengan

menyelaraskan fungsi organ dan sistem otot, pijat refleksi membantu

meningkatkan metabolisme dan proses penciptaan energy dalam tubuh.

Jika anda membutuhkan tambahan energy atau selalu merasa lesu,

mungkin refleksi bisa membantu anda. 4) Relaksasi dan Rekreasi, pijat

refleksi juga efektif memberikan ketenangan jiwa. Ketika seseorang telah

lelah dengan rutinasnya seharian selama satu minggu, maka sisakan akhir

Universitas Sumatera Utara


28

minggu dengan memanjakan diri. Salah satu caranya adalah dengan

melakukan perawatan lengkap relaksasi dengan pijat refleksi tubuh.

Minimal, lakukanlah pijat refleksi untuk kaki saja. Bagian kaki saja bila

dipijat dengan benar akan mampu membuat suasana hati menjadi lebih

damai dan tenang. Apalagi jika pemijatan dilakukan oleh orang lain. Kita

cukup duduk bersandar sambil memeluk bantal. Ditambah dengan suasana

yang aman dan nyaman, membantu memperbaiki mood kita. 5) Meredakan

sakit kepala, pijat refleksi banyak digunakan sebagai metode untuk

menghilangkan sakit kepala. Ketegangan otot merupakan salah satu

penyebab sakit dan pijat refleksi dapat mengurangi tingkat rasa sakit pada

kepala dengan menghilangkan ketegangan pada otot. Selain itu, sakit

kepala yang disebabkan oleh stress juga dapat dihilangkan. Stress dan

factor psikologis lainnya seringkali menimbulkan gejala sakit kepala

misalnya migran. 6) Stimulan sistem saraf, jalur saraf yang terbuka akan

bermanfaat bagi sistem saraf pusat

2.4.5 Hal yang dilarang saat melakukan pijat refleksi

Alviani (2015) menerangkan beberapa larangan yang mesti ditaati

demi tercapainya keberhasilan. Dengan menaati aturan-aturan yang

ditetapkan kita bisa terhindar dari segala hal negative yang akan

merugikan kesehatan. Adapun larangan-larangan tersebut adalah: 1) Bagi

sipemijat, jangan tergesa-gesa mencuci tangan setelah memijat. Ini

dimaksudkan agar kesehatan diri sendiri tetap terjaga. 2) Hindari

Universitas Sumatera Utara


29

melakukan pijat refleksi satu jam sesudah makan. Ini bertujuan agar

makanan yang masuk kedalam tubuh bisa dicerna secara maksimal. 3)

Jangan memaksa untuk memijat jika kondisi tubuh sedang tidak sehatatau

lemah karena seseorang yang akan dipijat memerlukan energy yang cukup.

Bila sengaja dipaksakan, maka tubuh akan gampang sakit. 4) Jangan

memijat terlalu keras dan lama untuk penderita penyakit jantung, diabetes,

kanker dan lever. Cukup lakukan pemijatan tidak lebih dari dua menit saja.

5) Jika anda ingin mulai melakukan pengobatan dengan metoda pijat

refleksi, penggunaan berbagai jenis obat kimia sebaiknya dihentikan. Hal

ini bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan. Akan tetapi jika

anda kebetulan penderita sakit jantung atau diabetes, hal tersebut tidak

perlu dilakukan. Alasannya penderita penyakit jantung dan diabetes masih

memerlukan obat-obat untuk proses penyembuhan secara medis. 6)

Khusus untuk penderita sakit ginjal akut, sebaiknya jangan mengkonsumsi

air putih lebih dr 150 cc

2.4.6 Posisi Tubuh Ketika Memijat

Posisi tubuh saat memijat juga perlu diketahui agar pemijat dan yg

dipijat sama-sama nyaman. Alviani (2015) menjelaskan posisi yang baik

untuk pemijatan yang cukup menggunakan kaki, si pemijat bisa

memposisikan pasien dengan duduk bersandar sambil memeluk bantal

untuk rasa nyamannya. Usahakan untuk memilih kursi yang empuk dan

memiliki sandaran tinggi dan agak menjorok keluar. Untuk terapi seluruh

badan, si pemijat bisa memposisikan pasien di tempat tidur, usahakan

Universitas Sumatera Utara


30

posisi pemijat sama tinggi dengan tempat tidur pasien. Posisi yang harus

diperhatikan dalam melakukan pemijatan adalah posisi tangan pemijat.

Berikut beberapa posisi pijat yang bisa digunakan oleh terapi:

2.4.6.1 Bagian telapak kaki

Ketika memijattelapak kaki kita menggunakan telapak ibu jari dan ujung

jari. Tehnik yang digunakan adalah mengurut. Bagaimana posisi tubuh pemijat?

Lebih baik pemijat berada diujung kaki pasien atau berada disamping sebelah

bawah tubuh paien. Untuk posisi tangan, gunakan kedua tangan (untuk posisi

menggenggam) memegang telapak kaki. Ibu jari tangan kanan berada ditelapak

kaki(bagian atas), sedangkan jari lain berada dipunggung kaki (bawah). Tangan

kiri bisa untuk menopang kaki depan (dibawah jari-jari kaki).

2.4.6.2 Kaki bagian dalam

Posisikan tangan menggenggam kaki pasien bagian luar. Tempatkan jari-

jari tangan dibalik telapak kaki, kecuali ibu jari. Kemudian letakkan ibu jari pada

kaki sebelah dalam atau diatas titik refleksi. Kedua ibu jari ini nanti akan

digunakan untuk mengurut titik refleksi. Sedangkan jari-jari lain digunakan untuk

menopang kaki pasien.

2.4.6.3 Kaki bagian atas dan dalam

Kedua bagian ini memiliki kesamaan posisi tangan. Bedanya hanya pada

posisi ibu jari yang akan melakukan pengurutan pada titik refleksi. Posisi kedua

tangan usahakan agar menggenggam kaki, yakni tangan kiri menopang kaki

bagian bawah dibagian depan. Sedangkan tangan kanan, ibu jari berada diatas titik

refleksi, jari lainnya berada dibawah kaki tepat tepat dibawah titik refleksi.

Universitas Sumatera Utara


31

2.4.6.4 Bagian telapak tangan,

Cara memijat dibagian telapak kaki. Posisi jari-jari tangan yang memijat

berada dipunggung tangan pasien (dibawah titik refleksi), kecuali ibu jari yang

berada ditelapak tangan.

2.4.6.5 Bagian punggung tangan,

Posisi tangan pemijat berada diposisi sebaliknya ketika sedang memijat

telapak tangan. Kali ini jari-jari tangan pemijat berada ditelapak tangan pasien,

kecuali ibu jari, ini karena ibu jari digunaakan untuk melakukan pengurutan pada

punggung tangan. Usahakan jari-jari lainnya berada tepat dibawah titik refleksi.

Ini supaya jari-jari pemijat bisa menopang tangan pasien.

2.4.7. Reaksi tubuh terhadap akupresure

Alviani (2015) didalam buku nya menjelaskan terdapat beberapa

reaksi yang akan ditimbulkan oleh tubuh selama atau setelah dilakukan

pijat refleksi/akupresur, diantaranya. 1) Jika dilakukan pemijatan bagi

penderita sakit kepala akut, maka rasa sakit tersebut perlahan akan hilang.

Akan tetapi tak lama kemudian akan muncul kembali. Meski demikian,

tetap lanjutkan pemijatan karena rasa sakit tersebut merupakan awal dari

kesembuhan. 2) Selama pemijatan, seseorang yang tubuh nya menderita

luka atau terjadi peradangan, biasanya temperature atau suhu badan akan

meningkat. Gejala tersebut sangat umum terjadi sehingga tidak perlu

menghentikan pemijatan. 3) Bagi yang menderita sakit pinggang atau

punggung, akan merasakan sakit didaerah tersebut selama pemijatan. Ini

Universitas Sumatera Utara


32

menandakan bahwa system peredaran darah dibagian tersebut tidak normal

kembali. 4) Untuk penderita penyakit ginjal, biasanya akan mengeluarkan

urine berwarna agak keruh yaitu kecoklatan atau kemerah-merahan. Ini

merupakan tanda yang bagus karena semua racun dan kotoran berhasil

dikeluarkan. 5) Jika setelah pemijatan urat darah berubah menonjol, itu

berarti sirkulasi darah justru semakin lancar. Namun jika bagian tumit

membengkakitu menandakan bagian kelenjar masih tersumbat sehingga

dibutuhkan pemijatan secara terus menerus.

2.5. Landasan teori.

Pasien yang menjalankan hemodialisa memiliki komplikasi

diantaranya adalah kram otot, dimana menurut Thomas (2003) didalam

Kallenbach et al, (2005) menjelaskan intradialytic muscle cramping biasa

terjadi pada ekstremitas bawah, beberapa factor terjadinya kram

diantaranya perubahan osmolaritas, ultrafiltrasi yang terlalu dan

ketidakseimbangan kalium dan kalsium intra atau ekstra sel. Efek dari

kram otot tersebut yang berasal dari peningkatan kadar kalium dan

kalsium mengakibatkan kualitas tidur pasien pasien yang menjalankan

hemodialisa, teori ini dibuktikan pada penelitian Saber et al (2012)

mengatakan kualitas tidur merupakan factor penting dan menentukan

dalam kualitas hidup pada pasien dialysis, banyak pasien dialysis kronis

mengeluh kurang tidur.

Universitas Sumatera Utara


33

Teori self-care Dorothea E. Orem memandang pasien sebagai

individu yang memiliki potensi untuk merawat dirinya sendiri dalam

memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan, dan mencapai

kesejahteraan (Tomey & Alligood, 2006). Upaya mandiri yang dilakukan

oleh penderita yang menjalankan Hemodialisa disebut juga dengan self-

care dialysis yang merupakan integrasi dari pendekatan teori self-care

Orem yaitu self care agency (Raziyeh, Simin, & Abdolail, 2013)

Self care agency adalah kemampuan manusia atau kekuatan untuk

melakukan perawatan diri. Upaya peningkatan self care agency pada

panderita Therapy Hemodilisa dapat dilakukan dengan sistem suportif dan

edukatif yaitu memberikan bantuan berupa pemberian informasi dan

dukungan pendidikan dengan harapan penderita dapat melakukan

perawatan secara mandiri. Perawat bekerjasama dengan Pasien

Hemodialisa untuk menetapkan tujuan manajemen diri (self care) dan

mendukung perilaku manajemen diri yang positif di bidang aktivitas fisik,

peningkatan kualitas tidur dan memperbaiki kualitas hidup (Hunt, 2013)

Kemampuan individu untuk melakukan self care dipengaruhi oleh

basic conditioning factors seperti; umur, jenis kelamin, status

perkembangan, status kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem

perawatan kesehatan (diagnostik, penatalaksanaan modalitas), sistem

keluarga, pola kehidupan, lingkungan serta ketersediaan sumber (Fawcett,

2006)

Universitas Sumatera Utara


34

. Self

Care

Therapeuti
Self Care Theory of Nursing
k Self Care
System
agency demand

Self Care
deficit

Supportive/
Educative System
Melakukan therapy
Nursing
back massage dan
agency
akupresur

Peningkatan Kualitas
Tidur pada pasien
yang menjalankan
hemodialisa

Dikutip dari: Tomey & Alligood (2006), Smeltzer & Bare (2010), IRR

PERNEFRI (2015)

Universitas Sumatera Utara


35

2.7. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara konsep

konsep yang ingin diamati melalui suatu penelitian dan akan mengarahkan peneliti

untuk menganalisa hasil penelitian (Wood dan Habber, 2005). Pada penelitian ini

terdapat tiga siklus yang saling berhubungan, siklus I Pretest peneliti membagi

kuesioner kualitas tidur saat pasien menjalankan Hemodialisa kemudian yang hasil

kualitas tidurnya buruk akan diberikan inform concent untuk kesediaan menjadi

responden dengan menjelaskan tujuan penelitian, setelah pasien bersedia menjadi

responden kemudian peneliti meminta izin untuk kunjungan rumah guna melakukan

intervensi keperawatan (Therapy Back Massage) selama 3 hari berturut-turut

kemudian pada saat HD berikutnya responden dilakukan penilain kualitas tidur

Posttest intervensi. Siklus II dihitung dari Posttest therapy back massage sampai

pretest untuk intervensi akupresur, pada siklus II tidak dilakukan intervensi apapun

untuk mencegah hasil kualitas tidur bias antara posttest Therapy Back Massage dan

Pretest Akupresur. Siklus III dilakukan pada pasien yang sama pada siklus I dengan

intervensi Akupresur

Universitas Sumatera Utara


36
35

Skema 2.2 kerangka konsep


Karakteristik
respond
en :
usia,
SIKLUS II
Therapy Back Akupresur:
POST
massage: PRE TEST mengurangi
PRE TES POST
Prosedur Kualitas ataupun T
TES T
terapi back tidur mengobati
Kualitas ES
T
massage sebelum berbagai jenis
tidur T
Kualitas
yaitu penyakit dan Kualita
tidur
effleuredge, nyeri serta s
petrisage, mengurangi
SIKLUS I SIKLUS III

Universitas Sumatera Utara

You might also like