You are on page 1of 15

SIMULASI RESERVOIR

TUGAS KELOMPOK MANDIRI KE-3


MODELING RESERVOIR ARCHITECTURE

DISUSUN OLEH

AHMAD FAUZAN 143210308


LEO CANDRA 143210149
MARISSA OZI 133210312
ROMAL RAMADHAN 143210709
ULUL AMRI SUZALIN 143210366

KELAS VIII B

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah yang maha kuasa, yang telah memberikan
begitu banyak karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini merupakan suatu makalah yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah simulasi reservoir serta sebagai tambahan materi dan ilmu bagi kami dan responden
makalah ini.
Sehubungan dengan rampung nya makalah ini, kami ingin mengucapkan terima kasih
atas dukungan berbagai pihak, Bapak Tommy Erfando ST MT selaku dosen simulasi
reservoir yang membimbing dan memberikan arahan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini serta teman teman yang merupakan satu kelompok diskusi yang
berperan penting dalam penyelesaian makalah ini.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan yang terdapat dalam penulisan dan materi
dalam penyusunan makalah ini, semoga apa yang kami buat ini bermanfaat. Amin

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................... .... 2


DAFTAR ISI................................................................................... .... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................... .... 4
A. Latar Belakang............................................................. .... 4
B. Rumusan Masalah....................................................... .... 5
C. Tujuan Penulisan.......................................................... .... 5

BAB II PEMBAHASAN............................................................... .... 6


A. Maping....................................................................... ..... 6
B. Grid Preparation.......................................................... ..... 7
C. Model Types................................................................. ..... 12
D. Basic Simulator Volumentric Exercises........................... 14

BAB III PENUTUP.................................................................... ...... 14


A. Kesimpulan............................................................... ...... 14
B. Saran........................................................................ ....... 14

DAFTAR RUJUKAN....................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemodelan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis: model lapangan, window area
model, Dan model konseptual. Model lapangan digunakan untuk mencocokkan kinerja
seluruh bidang. Model ini memperhitungkan interaksi antara semua sumur dan lapisan.
Hasil model lapangan sudah dicocokkan dengan skala lapangan dan tidak memerlukan
scalling lanjut. Kelemahan dengan menggunakan model lapangan adalah dengan
menggunakan grid yang besar dan relative kasar.
Grid merupakan sistem yang berisikan sel dan dimensi. Grid reservoir memiliki
rancangan yang berbeda. Proses grid yang paling serbagununa digunakan dengan
mapping 3D reservoir. Teknik mapping modern yang dihasilkan computer, dapat
mengatur dan mengubah lebih cepat pada mapping yang dihasilkan dengan cepat. Peta
yang dihasilkan mungkin tidak termasuk semua yang interpretasi dati ahli geologi
mungkin ingin memasukkan dalam model, particularly berkaitan dengan kesalahan,
tetapi peta yang dihasilkan oleh komputer dalam program mapping 3D tidak memiliki
masalah sehingga sering dikaitkan dengan susun dari pandangan rencana 2D peta.
Proses grid yang paling serbagununa digunakan dengan mapping 3D reservoir.
Teknik mapping modern yang dihasilkan computer, dapat mengatur dan mengubah lebih
cepat pada mapping yang dihasilkan dengan cepat. Dahlberg (1975) mengatakan salah
satu analisis pertama dari manfaat relatif dari tangan ditarik dan komputer peta yang
dihasilkan. Peta yang dihasilkan mungkin tidak termasuk semua yang interpretasi dati
ahli geologi mungkin ingin memasukkan dalam model, particularly berkaitan dengan
kesalahan, tetapi peta yang dihasilkan oleh komputer dalam program mapping 3D tidak
memiliki masalah sehingga sering dikaitkan dengan susun dari pandangan rencana 2D
peta .

4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada kasus ini yaitu terkait dengan:
1. Bagaimanakah Maping
2. Bagaimanakah Persiapan Grid
3. Bagaimanakah Model Types
4. Bagaimanakah Basic Simulator Volumentric Exercises

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari rumusan masalah tersebut adalah:
1. Untuk Mengetahui Maping
2. Untuk Mengetahui Grid Preparation
3. Untuk Mengetahui Model Types
4. Untuk Mengetahui Basic Simulator Volumentric Exercises

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mapping
Parameter digital yang berbeda digunakan dalam grid atau struktur ketinggian , tiga
arah orthogonal dalam permeabilitas , porositas, ketebalan gross, ketebalan yang bersih
dari gros, fracrure dan aquifer. Hasil map yang telah didigitasikan dengan melapisi grid
diatas map dan membaca nilai setiap grid.. Berikut ini adalah gambar dari proses digital :

Gambar A1. Peta Digital


Sumber: Fanchi, John R. 2001. Principles of Applied Reservoir Simulation. Houston. Gulf
Publishing Company
Resolusi model tergantung pada resolusi grid. Sebuah kotak halus membagi reservoir
ke dalam banyak blok kotak kecil. Memberikan respresentasi numerik yang paling
akurat, tetapi memiliki biaya besar. Sebuah grid memiliki gridblocks lebih sedikit, tetapi
gridblocks kasar harus lebih besar dari gridblocks baik untuk menutupi model volume
yang sama. Akibatnya, grid kasar lebih murah untuk menjalankan grid , tetapi Hal ini
juga kurang akurat. Hilangnya akurasi paling jelas ketika grid kasar digunakan untuk
model antara face seperti kontak cairan dan front perpindahan. Hal ini penting bahwa
kotak halus didefinisikan oleh data yang dapat memberikan akurasi yang tepat.
Proses gridding yang paling serba guna digunakan dengan mapping 3D reservoir.
Teknik mapping modern yang dihasilkan computer, dapat mengatur dan mengubah lebih

6
cepat pada mapping yang dihasilkan dengan cepat. Dahlberg (1975) mengatakan salah
satu analisis pertama dari manfaat relatif dari komputer mapping yang dihasilkan. Peta
yang dihasilkan mungkin tidak termasuk semua yang interpretasi dari ahli geologi
mungkin ingin memasukkan dalam model, particularly berkaitan dengan kesalahan,
tetapi peta yang dihasilkan oleh komputer dalam program mapping 3D tidak memiliki
masalah sehingga sering dikaitkan dengan susun dari pandangan rencana 2D peta .
Masalah lain dengan computer generated maps adalah jumlah detail yang dapat
diperoleh. Peta yang dihasilkan komputer dapat menggambarkan reservoir dengan grid
yang jauh lebih halus dari pada menggunakan dalam simulator reservoir. Sebagai contoh,
sebuah program mapping pada komputer seperti yang dijelaskan oleh Englund dan
Sparks (1991) atau Pannatier (1996) dapat menggunakan kotak dengan satu juta atau
lebih untuk mewakili reservoir, namun simulasi reservoir grid blok biasanya 100.000
atau kurang. Ini berarti bahwa representasi reservoir di program pemetaan komputer
harus ditingkatkan, atau coarsened, untuk digunakan dalam simulator reservoir.

B. Grid Preparation
Grid merupakan sistem yang berisikan sel dan dimensi. Grid reservoir memiliki
rancangan yang berbeda. Dapat dilihat dari tipe grid, Aziz (1993). Persamaan sistem
hubungan oriental sangat diperlukan dalam simulasi dan bisa digambarkan dalam satu
dimensi, dua dimensi, tiga dimensi, dan dalam kartesien atau hubungan silinder. Model
horizontal 1D digunakan dalam sistem linear yang tidak tergolong dalam efek gravitasi.
Contoh model horizontal 1D adalah core floods dan pemisahan linear pada garis
horizontal. Model core floods berbagai macam variasi, yaitu penentuan saturasi dalam
data seperti kurva permeabilitas relatif. dipping reservoir 1D didefinisikan sebagai
sebuah model yang spesifik terhadap fungsi struktur berdasarkan jarak dari awal
keberadaan grip.
Gambar 16-1 menunjukkan contoh dari 2D grid. Grid 2D bisa digunakan dalam model
areal dan gerakan fluida yang bersimpangan. Orientasi grid dalam 2D digambarkan
dalam perbandingan gambar 16-1c dan gambar 16-2. Meskipun gambar 16-1c lebih
sedikit terhambat, yang mana memiliki komputasi yang lebih efisien, gambar 16-2 bisa
digunakan dalam beberapa keadaan. Sebagai contoh, gambar 16-2 dapat digunakan
terhadap gambar 16-1c jika batas reservoir tidak dapat diketahui atau aquifer yang
dibutuhkan mengapit reservoir terhadap perilaku reservoir tersebut (Fanchi : 2001)

7
Dalam pengunaan grid 2D untul model penuh selanjutnya menjadi lebih baik bahkan
tenaga yang diberikan akan meningkat dan menjadi besar seperti model 3D. Gambar 16-
3 menunjukkan model grid 3D yang sederhana yang biasanya dikenal dengan grid “layer
cake”.

Gambar B1. Grid 2D


Sumber: Fanchi, John R. 2001. Principles of Applied Reservoir Simulation. Houston. Gulf
Publishing Company
Teknik yang tersedia untuk approsimasi terhadap pembagian fluida pada 2D cross-
sectional dan model 3D yang mempengaruhi permeabilitas relatif dan kurva tekanan
kapiler. Kurva yang diubah dikenal dengan kurva pseudo. Contoh teknik pseudoization
yaitu perkiraan keseimbangan vertikal (VE). Prinsip asumsi VE adalah pemisahan fluida
pada dimensi vertikal. Asumsi ini dijelaskan pada kondisi ketika aliran vertikal relatif
lebih cepat dari aliran vertikal.

Gambar B2. Grid 3D


Sumber: Fanchi, John R. 2001. Principles of Applied Reservoir Simulation. Houston. Gulf
Publishing Company

8
Kondisi ini terjadi ketika permeabilitas vertikal reservoir sebanding dengan besarnya
permeabilitas horizontal, dan ketika perbedaan densitas sangat berpengaruh, seperti dalam
sistem gas-minyak, sistem gas-air.
Salah satu pertimbangan dalam grid 2D terhadap ketetapatan grid diubah dengan
berkembangnya teknik simulasi reservoir. Selanjutnya, meskipun model 3D dapat
digunakan dengan ketetapan grid yang saling menerima hubungan sejak model 2D,
ekspektasi modern sering digunakan dalam jenis persamaan grid yang sama. Memang,
biasanya berpendapat bahwa kemampuan teknologi dapat ditambahkan dengan lengkap
terhadap sebuah siste yang dikenal dengan “gambaran besar” kepahaman sistem dalam
mempelajari hasil tersebut tergantung pada model yang rumit.
Model coning pada lubang sumur menggunakan tipe grid 2D dan grid 3D, tetapi
dijelaskan ada silinder daripada koordinat kartesien. Model coning (radial)
mengambarkan tekanan yang cepat dan perubahan saturasi. Throughput tinggi,
menyatakan bahwa besarnya laju alir melalui penampang yang relatif kecil, dekat lubang
sumur gridblock biasanya bersimulasi efektif berdasarkan formasi yang lengkap. IMPES
biasanya digunakan dalam model coning, tetapi sesuai perkembangan sangat berkurang.
Kecilnya timesteps tidak menjadi masalah jika waktu yang diperlukan pada sejarah
permodelan sangat pendek, seperti pada test tekanan transien.
Gridblocks adalah istilah dalam titik sudut geometri atau blok pusat geometric seperti
pada gambar:

Gambar B3. Gridblock


Sumber: Fanchi, John R. 2001. Principles of Applied Reservoir Simulation. Houston.
Gulf Publishing Company

9
Ada sedikit perbedaan komputasi antara hasil temuan corner-point dan block-centered
geometri. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah corner-point geometri. Sehingga
memungkinkan menjabarkan penggunaan corner-point yang sangat berbeda.
Pedoman pemilihan ukuran grid:
- Tidak ada aturan baku dalam pemilihan ukuran grid
- Analisa sensitifitas performa
- Rule utama yang biasa digunakan (3-5 block diantara sumur produksi & 5-10 block
antara sumur injeksi dan produksi)
Menurut Chirhlow, H.B.,(1977) Penyelesaian persamaan diferensial secara numerik
memerlukan pembagian daerah yang di dalam boundary menjadi kotak-kotak (daerah-
daerah) yang lebih kecil atau sering disebut blok atau grid, dimana untuk blok - blok atau
grid-grid ini variabel-variabel ditentukan sehingga harga variabel yang dihitung adalah
harga rata-rata di dalam blok. Di dalam simulasi reservoir dikenal dua macam grid
sistem, yaitu blok centered dan point lattice. Pemakaian dari grid dan type koordinat
disesuaikan dengan problem yang akan dikerjakan, misalnya type boundary, bentuk
reservoir dan sebagainya.
Dua tipe grid yang sering digunakan antara lain :
1. Block-Centered Grid
Parameter-parameter dihitung di tengah cell atau blok, dimana tidak ada titik pada
batas grid.

Gambar B4. Block-Centered Grid


https://wwwbrr.cr.usgs.gov/projects/GW_ModUncert/mchill/pubs/journal/awr.02.shtml
2. Lattice Grid
Parameter-parameter dihitung pada perpotongan garis grid sehingga terdapat
beberapa titik pada garis batas grid.

10
Gambar B5. Lattice Grid
Sumber: http://www.learnnc.org/lp/pages/4458

Efek orientasi grid:


- Perfoma dipengaruhi orientasi grid terhadap lokasi sumur.
- Permasalahan multi-dimentional & multi-phase
- Penting jika M fluida pendesak > M fluida didesak

Gambar B6. Efek Orientasi Grid


Sumber: http://infohost.nmt.edu/~petro/faculty/Engler571/simulation-3-griddesign.pdf

Gambar B7. Efek Orientasi Grid


Sumber: http://infohost.nmt.edu/~petro/faculty/Engler571/simulation-3-griddesign.pdf

11
- Untuk simulasi dengan molibitas rasio baik, efek orientasi grid dapat dikurangi
dengan grid refining
- Model diagonal grid menunjukan distorsi
- Grid orientation effect lebih terlihat pada mobilitas rasio buruk

C. Model Types
Pemodelan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis: model lapangan, window area
model, Dan model konseptual. Model lapangan digunakan untuk mencocokkan kinerja
seluruh bidang. Model ini memperhitungkan interaksi antara semua sumur dan lapisan.
Hasil model lapangan sudah dicocokkan dengan skala lapangan dan tidak memerlukan
scalling lanjut. Kelemahan dengan menggunakan model lapangan adalah dengan
menggunakan grid yang besar dan relative kasar.
Window area model di rancang untuk melihat area yang lebih kecil dari lapangan.
Model ini sering dibangun dari deskripsi model lapangan. Window area model
memungkinkan resolusi yang lebih baik grid atau waktu penyelesaian lebih singkat jika
model berjalan lebih cepat dari model lapangan. Window area model yang berguna untuk
mempelajari mekanisme pemulihan dan untuk menentukan persiapan grid digunakan
kreatifitas dalam model lapangan, khususnya yang berkaitan dengan layering. Model
lapangan memerlukan layering cukup untuk melacak kontak cairan. Gerakan atau
kedalaman informasi lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan penelitian. Window
area model memiliki kelemahan tidak mampu secara akurat membuat model fluks
melintasi batas-batas Window area model ini berarti efek dari sumur Window area model
tidak diperhitungkan kecuali melalui kondisi batas. beberapa simulator komersial akan
waktu keluaran kondisi batas tergantung untuk digunakan dalam Window area model.
Meskipun informasi ini bermanfaat, proses rumit dan hasilnya tidak akurat. Sejarah
lapangan dapat digunakan untuk memandu pengembangan Window area model, tetapi
hanya utilitas terbatas sebagai criteria untuk memvalidasi kinerja window Model. 1995
telah dibahas konsep lebih lanjut dan penerapan teknik windowing dinamis yang
dirancang untuk meminimalkan kesulitan mempersiapkan dan Window area model
berhumbungan dengan model lapangan.
Salah satu jenis yang paling berguna dari pemodelan adalah model konseptual. Model
konseptual dapat dibangun dengan cepat dan hanya membutuhkan deskripsi perkiraan
bahwa bagian dari reservoir relevan dengan studi konseptual. Kebutuhan sumber daya
komputer yang relative kecil jika dibandingkan dengan window area models. Hasil

12
model konseptual yang kualitatif dan terbaik digunakan untuk membandingkan konsep-
konsep seperti layering vertikal. Mereka juga dapat digunakan untuk mempersiapkan
kurva pseudo untuk digunakan di lapangan atau daerah window area models. misalnya,
saturasi blok dalam model dengan zona transisi tergantung pada kedalaman titik pusat
blok. Sebagai hasilnya, grid yang vertical kasar mungkin memiliki pendekatan kasar dari
zona transisi. pemodelan yang lebih akurat dari gradient kejenuhan dalam zona transisi
membutuhkan vertical perbaikan jaringan atau penggunaan kurva seudo. Kelemahan
model konseptual adalah bahwa hasil tidak langsung terdeskripsi pada bidang tertentu.
Karena tidak ada kecocokan sejarah, Hasil model konseptual harusdi lihat sebagai
kualitatif dari pada kuantitatif informasi yang dapat diterapkan untuk bidang spesifik di
window area model dan model lapangan.

D. Basic Simulator Volumetric


Reservoir simulator menghitung volume reservoir menggunakan prosedur yang sama
dengan prosedur yang diuraikan dalam bagian ini. Volume Vb total setiap gridblock
didefinisikan dalam sistem Cartesian (x,y,z) dihitung dari ketebalan formasi masing-
masing panjang gridblock sepanjang x dan y.
Vв = h ΔχΔү
Porositas dan total ketebalan formasi kemudian digunakan untuk menghitung volume
pori gridblock
Vp = ɸ η Vв = ɸηhΔχΔү = ɸhnet ΔχΔү
Dimana ketebalan bersih didefinisikan oleh hnet =η h. volume fase ι .. di gridblock
pada kondisi reservoir adalah produk dari kejenuhan volume yang gridblock pori dan
fase, dengan demikian.
Vt = Sι Vp = SιɸhnetΔχΔү
Dimana Sι adalah kejenuhan fase ι . total volume Model yang menghitung dengan
menjumlahkan semua gridblock.
Banyak simulator komersial menyediakan variasi pada prosedur sederhana yang
diuraikan di atas. perbandingan simulator reservoir menghitung volumetrics dari sumber
lain, seperti material balance atau computer mapping, menyediakan sarana memvalidasi
estimasi volumetrik menggunakan sumber-sumber independen.

13
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Grid merupakan sistem yang berisikan sel dan dimensi. Grid reservoir memiliki
rancangan yang berbeda. Dapat dilihat dari tipe grid, Aziz (1993). Persamaan sistem
hubungan oriental sangat diperlukan dalam simulasi dan bisa digambarkan dalam satu
dimensi, dua dimensi, tiga dimensi, dan dalam kartesien atau hubungan silinder. Model
horizontal 1D digunakan dalam sistem linear yang tidak tergolong dalam efek gravitasi.
Proses grid yang paling serbagununa digunakan dengan mapping 3D reservoir. teknik
mapping modern yang dihasilkan computer, dapat mengatur dan mengubah lebih cepat
pada mapping yang dihasilkan dengan cepat. Dahlberg (1975) mengatakan salah satu
analisis pertama dari manfaat relatif dari tangan ditarik dan komputer peta yang
dihasilkan. Peta yang dihasilkan mungkin tidak termasuk semua yang interpretasi dati
ahli geologi mungkin ingin memasukkan dalam model, particularly berkaitan dengan
kesalahan, tetapi peta yang dihasilkan oleh komputer dalam program mapping 3D tidak
memiliki masalah sehingga sering dikaitkan dengan susun dari pandangan rencana 2D
peta .
Pemodelan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis: model lapangan, window area
model, Dan model konseptual. Model lapangan digunakan untuk mencocokkan kinerja
seluruh bidang. Model ini memperhitungkan interaksi antara semua sumur dan lapisan.
Hasil model lapangan sudah dicocokkan dengan skala lapangan dan tidak memerlukan
scalling lanjut. Kelemahan dengan menggunakan model lapangan adalah dengan
menggunakan grid yang besar dan relative kasar.

B. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita
semua mengenai Modeling Reservoir Architecture. Dengan adanya makalah ini
membuat pembaca lebih memahami dengan seksama mengenai Modeling Reservoir
Architecture itu sendiri. Memang tidaklah sempurna makalah ini dibuat, namun semoga
bermanfaat bagi pembacanya.

14
DAFTAR RUJUKAN

Aziz, K. 1993. Reservoir Simulation Grids: Opportunities and Problems. Journal of


Petroleum Technology.
Chirclow, H.B., “Modern Reservoir Engineering A Simulation Approach”; Prenticre-
Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1977.
Dahlberg, E.G. 1975: "Relative Effectiveness of Geologists and Computers
in Mapping Potential Hydrocarbon Exploration Targets," Mathematical
Geology, Volume 7, pp. 373-394.
Englund,E. and A. Sparks 1991: "Geo-EAS 1.2.1 User's Guide,"EPA Report
MOO/8-91/008 Environmental Protection Agency-EMSL, Las Vegas.
Fanchi, John R. 2000. Principles of Applied Reservoir Simulation. Houston. Gulf
Publishing Company
Pannatier, Y. 1996: VARIOWIN: Software for Spatial Data Analysis in
2D, New York: Springer-Verlag.

15

You might also like