You are on page 1of 3

HEMATOTHORAKS

1. Pengertian Hematothoraks atau hemothoraks adalah adanya darah


(definisi) dalam rongga pleura dan dapat disebabkan karena
trauma tumpul atau tajam, juga mungkin merupakan
komplikasi dari beberapa penyakit. Hematotoraks dapat
bersifat simptomatik namun dapat juga asimptomatik.
Sumber perdarahan berasal dari darah yang berada pada
dinding dada , parenkim paru – paru , jantung atau
pembuluh darah besar umumnya berasal dari arteri
interkostalis atau arteri mamaria interna.
Dapat diklasifikasikan menjadi:
- Hemotorax Kecil, apabila volume kurang dari 300-
500 ml
- Hemotorax moderate, apabila volume darah
melebihi 500-100 ml.
- Hemotorax besar (large hemotorax), apabila
volume darah dalam rongga pleura lebih dari 1000
ml
- Hemotorax Masif, akumulasi darah dalam rongga
pleura dengan volume lebih dari 1500 m

2. Ananmnesa Nyeri dada yang berkaitan dengan trauma dinding dada,


sesak nafas, distres pernapasan berat, napas pendek,
takikardi,hipotensi, pucat, dingin, dan takipneu
anemiasampai syok. Bila penyebab trauma perlu
ditanyakan jenis trauma, mekanisme, waktu terjadi

3. Pemeriksaan Adanya tanda-tanda shok seperti hipotensi, dan nadi


Fisik cepat, pucat, akral dingin, tachycardia, dyspnea,
hypoxemia, anxiety (gelisah), cyanosis, anemia, deviasi
trakea ke sisi yang tidak terkena, gerak dan
pengembangan rongga dada tidak sama (paradoxical),
penurunan suara napas atau menghilang pada sisi yang
terkena, dullness pada perkusi serta adanya krepitasi
saat palpasi.
4. Kriteria  Anamnesis
Diagnosis  Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang : Chest X-ray
5. Diagnosis Hemothoraks
6. Diagnosis Tension pneumothoraks, hemothoraks masif, dan
Banding tamponade jantung
7. Pemeriksaan - Chest x-ray : adanya gambaran hipodense pada
Penunjang rongga pleura di sisi yang terkena dan adanya
mediastinum shift.
- CT Scan : diindikasikan untuk pasien dengan
hemothoraks yang untuk evaluasi lokasi clotting
(bekuan darah) dan untuk menentukan kuantitas atau
jumlah bekuan darah di rongga pleura.
- USG : USG yang digunakan adalah jenis FAST dan
diindikasikan untuk pasien yang tidak stabil dengan
hemothoraks minimal.
- Nilai BGA : Hipoksemia mungkin disertai hiperkarbia
yang menyebabkan asidosis respiratori. Saturasi O2
arterial mungkin menurun pada awalnya tetapi
biasanya kembali ke normal dalam waktu 24 jam.
- Cek darah lengkap : menurunnya Hb menunjukan
jumlah darah yang
hilang pada hemothoraks.
8. Terapi Tujuan utama terapi dari hemothoraks adalah untuk
menstabilkan hemodinamik pasien, menghentikan
perdarahan dan mengeluarkan darah serta udara dari
rongga pleura.

Stabilisasi hemodinamik, dengan resusitasi seperti


diberikan oksigenasi, cairan infus, transfusi darah,
dilanjutkan pemberian analgetik dan antibiotik. Langkah
selanjutnya untuk penatalaksanaan pasien dengan
hemothoraks adalah mengeluarkan darah dari rongga
pleura yang dapat dilakukan dengan cara:
- Chest tube (Tube thoracostomy drainage)
- Thoracotomy : bila dijumpai perdarahan massif
atau inisial jumlah produksi darah di atas 1500 cc,
bila produksi darah di atas 5 cc/kgBB/jam atau bila
produksi darah 3-5 cc/kgBB selama 3 jam berturut-
turut.
- Trombolitik agen

9. Edukasi Penyebab, rencana pengobatan dan perawatan serta


evaluasi
10. Prognosis Secara umum prognosis baik. Kematian biasanya
disebabkan oleh empiema (pada 5% pasien) atau
fibrothoraks ([ada 1%kasus). Pada nontrauma, perjalanan
pasien bergantung kepada penyebab yang mendasarinya
11. Kepustakaan Henry MM, Thompson, JN.2012. Hemothorax. Dalam:
Clinical surgery Edisi ke-3. Philadelpia: Elsevier Saunders

Broderick, Stephen R. 2013. Hemothorax etiology,


diagnosis, and management. Division of Cardiothoracic
Surgery, Department of Surgery, Washington University
School of Medicine, USA

Ajmal S, Khan M. A, Jadoon H, Malik S. A. 2007.


Management protocol of multiple fractures at Pakistan
Institute of Medical sciences, Islamabad,Pakistan. J Ayub
Med Coll Abbottabad. Volume 19, issue 3. Diakses
melalui: http://www.ayubmed.edu.pk/JAMC/PAST/19-
3/13%20Samira%20Ajmal.pdf

May J, Ades A. 2013. Porous diaphragm syndrome:


haemothorax secondary to haemoperitoneum following
laparoscopic hysterectomy. BMJ Case Rep [internet]
diakses melalui: http://casereports.bmj.com

You might also like