Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.2.1. U mum
Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2005
adalah tersedianya data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan
sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen
kesehatan secara berhasilguna dan berdayaguna sebagai upaya menuju
Kota Semarang yang Sehat.
1.2.2. Khusus
Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah :
1.2.2.1. Diperolehnya Data / informasi umum dan lingkungan yang meliputi
lingkungan fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi;
1.2.2.2. Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang
meliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat;
1.2.2.3. Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi
cakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan.
1.2.2.4. Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan perencanaan
kegiatan program kesehatan;
1.2.2.5. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program –
program kesehatan;
1.2.2.6. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh
berbagai sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah
Sakit maupun Unit-Unit Kesehatan lainnya;
1.2.2.7. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan
pelaporan kesehatan.
BAB II
2.2. Kependudukan
2.2.1. Pertumbuhan Penduduk, Persebaran dan Kepadatan Penduduk,
Komposisi Penduduk, Kelahiran, Kematian dan Perpindahan
2.2.1.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Semarang menurut data BPS sampai dengan
akhir Desember tahun 2005 sebesar : 1.419.478 jiwa, terdiri dari 705.627
jiwa penduduk laki-laki dan 713.851 jiwa penduduk perempuan. Dengan
jumlah sebesar itu Kota Semarang termasuk dalam 5 besar
Kabupaten/Kota yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di Jawa
Tengah.
Tabel a : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2001 - 2005
Tahun Jumlah Penduduk Tingkat pertumbuhan
Setahun ( % )
2001 1.332.320 1,73
2002 1.350.005 1,33
2003 1.378.193 2,09
2004 1.399.133 1,52
2005 1.419.478 1,45
Sumber data : Kantor BPS Kota Semarang
16,00
14,00
12,00
10,00
Nilai 8,00
CBR
6,00
CDR
4,00
2,00
0,00
2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
2.3. PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
masyarakat yang berperan meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi
pendidikan suatu masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya.
Sebagai gambaran tingkat pendidikan penduduk Kota Semarang pada
tahun 2005 adalah sebagai berikut :
Tabel c : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Kota Semarang Tahun 2005
No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan
Jumlah % Jumlah %
1. Tdk / blm pernah 33.790 5,91 521.922 43,65
sekolah
2. Tidak / belum tamat SD 121.482 21,23 151.996 12,71
3. S D/MI 134.450 23,49 168.225 14,07
4. S L T P/MTs 116.520 20,36 145.789 12,19
5. S L T A/MA 122.376 21,38 153.122 12,81
6. Akademi 21.708 3,79 27.165 2,27
7. Universitas 21.942 3,83 27.457 2,29
Jumlah: 572.268 100,00 1.195.676 100.00
Sumber data : BPS Kota Semarang
BAB III
PEMBANGUNAN KESEHATAN KOTA
3.1 DASAR
Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok
yang menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam
penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan
pembangunan kesehatan:
3.1.1 Perikemanusiaan
Setiap kegiatan proyek, program kesehatan harus berlandaskan
perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3.2.2 MISI
Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi
kesehatan di seluruh wilayah Kota Semarang, yang bertanggung jawab secara
teknisterhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kota
Semarang. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi yang diemban oleh
6) Meningkatnya derajad kesehatan ibu, ibu maternal, bayi, balita, apras, remaja
dan usila
a. cakupan K-1 ibu hamil : 95%
b. cakupan K-4 ibu hamil : 90%
12) Terwujudnya kualitas air dan lingkungan perumahan yang lebih sehat
sehingga dapat melindungi masyarakat dari penyakit yang dapat
disebabkan oleh lingkungan
a. cakupan air bersih : 95%
b. kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan : 85%
c. kualitas air bersih yang memenuhi syarat kesehatan : 70%
d. rumah sehat : 85%
e. penduduk yang memanfaatkan jamban : 90%
f. rumah yang mempunyai SPAL : 80%
g. TPA-TPS yang memenuhi syarat kesehatan : 90%
h. Tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan : 75%
i. Tempat pengelolaan pestisida sehat : 100%
13) Tersedianya produk makanan dan minuman yang beredar memenuhi syarat
kesehatan
a. Industri makanan minuman rumah tangga yang memenuhi syarat
kesehatan : 75%
b. Tempat pengelolaan makanan sehat : 75%
BAB 4
PENCAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Gambaran masyarakat Kota Semarang masa depan yang ingin dicapai oleh
segenap komponen masyarakat melalui pembangunan kesehatan Kota Semarang
adalah : Kota Semarang Sehat 2010 yang mandiri dan bertumpu pada potensi
daerah. Terdapat beberapa keterkaitan dari beberapa aspek yang dapat mendukung
meningkatnya kinerja yang dihubungkan dengan pencapaian pembangunan
kesehatan, diantaranya adalah : (1) indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir,
yang terdiri atas indikator mortalitas, morbiditas dan status gizi. (2) indikator hasil
antara, yang terdiri atas indikator keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat,
akses mutu pelayanan kesehatan serta (3) indikator proses dan masukan yang terdiri
atas indikator pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan
dan kontribusi sektor terkait.
120 113
97 97
100
80
0
2003 2004 2005
Tahun
jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2005 sebanyak 13
orang dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 27.621.
ibu nifas
77%
16
14
14
12 11
10
Jumlah
8 Kematian Ibu
6
6 5
4
2
0
2002 2003 2004 2005
Tahun
2500
2000
1500
Jumlah
1000
500
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Kasus 1428 986 607 1128 1621 2297
IR 11.01 7.05 4.56 3.59 11.8 16.3
Kematian 8 10 3 10 7 38
CFR 0.6 1 0.5 0.9 0.43 1.7
Tahun
trendnya terdapat peningkatan kasus dan IR pada tahun 2003, 2004 dan
2005. Wilayah dengan pencapaian IR DBD tertinggi yaitu Kecamatan
Ngaliyan (IR = 25,01 per 10.000 penduduk) dan yang terendah yaitu
Kecamatan Genuk (IR = 8,56 per 10.000 penduduk). Peningkatan kasus DBD
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu angka bebas jentik dan partisipasi
masyarakat yang belum optimal dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit DBD.
b. Angka Kematian
Pada tahun 2005, jumlah kematian akibat DBD meningkat menjadi 38
orang dari 7 orang pada tahun 2004, sehingga diperoleh CFR sebesar 1,7%.
Walaupun CFR DBD Kota Semarang masih dibawah target Kota Semarang
dan SPM yaitu 2% namun masih terdapat kecamatan dengan CFR > 2%
yaitu : Semarang Tengah (2,38%), Semarang Selatan (2,95%), Genuk
(9,67%), Ngaliyan (2,42%) dan Tugu (2,7%).
b. Angka Kematian
CFR dihitung berdasarkan jumlah penderita yang meninggal akibat
penyakit diare yang berobat di puskesmas. Berdasarkan data dari tahun 2001
– 2005, tidak terdapat laporan mengenai penderita diare yang meninggal. Hal
ini berarti penderita diare yang berobat di puskesmas dapat ditangani dengan
baik sehingga tidak ada yang dinyatakan meninggal.
pelayanan penderita diare dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini
karena didukung dengan pengetahuan dari petugas puskesmas yang
meningkat berkat adanya pelatihan dan evaluasi program yang diadakan oleh
DKK Semarang, namun hasil tersebut belum merupakan cakupan
sebenarnya karena sasaran yang digunakan sebagai pembandingnya
dihitung berdasarkan target DKK.
(RFT, Releasing From Treatment ). Namun jumlah ini masih belum memenuhi target
yang ditetapkan dalam SPM yaitu >90%.
B. HIV/AIDS
Jumlah kasus HIV yang ditemukan tahun 2005 sebagian besar didapat
dari hasil skrining sero survei pada kelompok perilaku resiko tinggi sebanyak 773
orang (Wanita Penjaja Seks (WPS) langsung 520 orang, WPS tidak langsung 97
orang, Napi 129 orang, IDU 20 orang) dan laporan rumah sakit. Dari survei
tersebut ditemukan kasus HIV sebanyak 75 orang : 50 orang dari hasil VCT, 23
orang dari hasil sero survei dan 2 orang dari laporan Rumah Sakit. Jumlah ini
meningkat 55 orang dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan untuk kasus
AIDS sebanyak 11 kasus (3 orang meninggal), meningkat 4 orang dibandingkan
tahun sebelumnya.
Untuk itu telah dilakukan upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular untuk mengurangi resiko penularan dan penurunan kejadian
sakit di masyarakat diantaranya melalui peran Komisi Penanggulangan AIDS
Daerah (KPAD) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) tentang pencegahan
dan pemberantasan HIV/AIDS. Selain itu juga, melalui pendirian klinik VCT di
beberapa Rumah Sakit seperti RSUP Karyadi, RSUD Tugurejo, RSUD Kota
Semarang dan RS Panti Wilasa Citarum.
Dari hasil skrining darah di PMI terhadap virus HIV selama tahun 2005
telah diperiksa darah donor sejumlah 26.439 orang. Dari jumlah tersebut yang
positif HIV/AIDS sebanyak 9 (0,03%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
HIV/AIDS tidak hanya menjangkiti kelompok resiko tinggi saja tetapi juga sudah
mengenai masyarakat umum. Namun demikian darah tersebut sudah langsung
dimusnahkan sehingga semua pasien yang akan menerima darah donor bebas
dari virus HIV.
Berikut ini data 10 besar penyakit yang ada di Kota Semarang pada tahun
2005 berdasarkan laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit:
Tabel j : Data 10 Besar Penyakit di RS dan Puskesmas Tahun 2005
No Rumah Sakit Jumlah Puskesmas Jumlah
1. Infeksi saluran nafas bagian 43.370 Infeksi akut lain pada 88.041
atas akut lainnya saluran nafas
2. Cedera YDT lainnya, YTT 23.879 Influensa 16.304
dan daerah badan multiple
3. Demam yang sebabnya 23.780 Laringitis dan Trachitis 15.341
tidak diketahui
4. Peny. Kulit dan jaringan sub 20.569 Faringitis 14.859
kutan lainnya
5. Diare dan gastroenteritis 14.873 Gangguan otot lainnya 14.682
oleh penyebab infeksi
tertentu
6. Penyakit Pulpa dan Peripikal 13.719 Hipertensi Esensial 14.044
1. Melakukan pelacakan terhadap anak usia sama atau kurang dari 15 tahun yang
mengalami kelumpuhan layuh mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa
awal
2. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan,
sebanyak 2 kali selang waktu pengambilan I dan II > 24 jam
3. Mengirim kedua specimen tinja ke laboratorium Bio Farma Bandung dengan
pengemasan khusus/baku
4. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologis adanya virus polio
liar di dalamnya
5. Diagnosa akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini
dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan adanya
kelumpuhan atau tidak
Kasus AFP yang ditemukan di Kota Semarang tahun 2005 sebanyak 9 kasus
(target = 4 kasus), meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 6 kasus, terbanyak
pada golongan umur 5 -14 thn sebanyak 6 kasus, 1-4 thn sebanyak 3 kasus
sehingga untuk tahun 2005 diperoleh AFP rate sebesar 2,25 per 100.000 (target ≥
1/100.000 penduduk). Kasus AFP ditemukan pada 7 kecamatan yaitu :Semarang
Tengah (1 kasus), Semarang Selatan (1 kasus), Semarang Barat (1 kasus),
Tembalang (2 kasus), Banyumanik (2 kasus), Mijen (1 kasus), Ngalian (1 kasus).
AFP
transisi ini dipengaruhi oleh adanya berubahnya gaya hidup, urbanisasi dan
globalisasi. Penyakit yang tergolong dalam penyakit tidak menular (degeneratif) yaitu
: Neoplasma (Kanker), Diabetes Mellitus, Gangguan mental, Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah, dan lain-lain.
AMI 486 kasus, Hipertensi 6.543 kasus (Rumah Sakit), 33.958 kasus (Puskesmas),
dan Stroke 2.160 kasus.
180 162
160
140
120
Jumlah
100
80
60
40 24 20
20 3 2
0
Difteri Kerac. Mkanan Parotitis Kerac. Ikan Campak
Jenis KLB
Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup sebanyak 25.109 bayi dan
jumlah Balita yang ada (S) sebesar 113.210 anak. Untuk kasus bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2005 yaitu sebanyak 196 bayi, meningkat
dari tahun sebelumnya yaitu 134 bayi. Sedangkan jumlah Balita yang datang dan
ditimbang (D) di posyandu dari seluruh balita yang ada (S) yaitu sejumlah 92.673
(81,86%) dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak 73.649
anak (79,47%) dan Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 681 anak (0,73%).
Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah adalah
masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan masyarakat yang kurang, kontaminasi makanan dan minuman balita
akibat lingkungan yang tidak sehat dan prioritas hidup lainnya selain makanan
bergizi. Kasus gizi buruk yang ditemukan di Kota Semarang pada tahun 2005
sebesar 17 kasus dan terdapat 2 balita yang meninggal. Dari seluruh kasus gizi
buruk tersebut telah dilakukan intervensi melalui program Jaring Pengaman Sosial
Bidang Kesehatan (JPSBK) khususnya upaya perbaikan gizi masyarakat dalam
bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari, pemberian bantuan
modal pada kepala keluarga, perawatan serta pengobatan baik di puskesmas
maupun di Rumah Sakit.
Tabel k : Perkembangan Status Gizi Balita Tahun 2003 - 2005
Prevalensi (kasus)
No Status Gizi
2003 2004 2005
1. Gizi buruk 0,63 1,23 0,94
2. Gizi kurang 9,75 11,56 11,09
3. Gizi baik 86,65 83,68 85,98
4. Gizi lebih 2,97 3,53 1,99
kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Pada tahun 2005 jumlah KK yang
memiliki persediaan air bersih sebanyak 321.790 KK (92,61%) dari 347.473 KK yang
diperiksa, dan hal ini berarti telah sampai pada target yang telah ditetapkan pada
Renstra tahun 2005 yaitu 91%. Secara umum sumber penyediaan air bersih di Kota
Semarang ini berasal dari ledeng (55,81%), sumur gali (31,18%), sumur pompa
tangan (11,18%), sumur artesis (0,41%) dan perpipaan (0,03%), dimana sebagian
besar pengelolaan sumber air bersih dilakukan oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air
Minum) Kota Semarang.
4.3.3.2 Jamban
Keberadaan jamban keluarga sangat penting dalam sebuah keluarga.
Pengelolaan sebuah jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai
upaya untuk mencegah terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan
Puskesmas, pada tahun 2005 diketahui bahwa 234.598 KK (82,12%) telah
memanfaatkan jamban keluarga dari 286.947 KK yang dilakukan pemeriksaan.
Apabila dibandingkan dengan target Rencana Strategik tahun 2005 yaitu 79,90%,
maka cakupan keluarga yang telah memiliki jamban keluarga sudah memenuhi
target tersebut.
(70%). Jumlah ini telah melebihi target yang telah ditentukan dalam renstra 2005
(66,90%).
100
90
80
70
60
Jumlah 50 2004
40 2005
30
20
10
0
air bersih jamban p.air limbah
maka pembinaan pada institusi masih belum memenuhi target tersebut (pencapaian
72,71%). Belum seluruh institusi yang ada di Kota Semarang tercakup dalam
kegiatan pembinaan oleh karena keterbatasan tenaga dan dana untuk kegiatan
tersebut, tetapi secara bertahap setiap tahun jumlah institusi yang dibina
ditingkatkan.
3) Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita dan Pra Sekolah (1-6
tahun)
Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak balita dan pra sekolah
adalah anak umur 1 – 6 tahun yang dideteksi dini tumbuh kembang sesuai
dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali. Pelayanan
DDTK anak balita dan prasekolah meliputi kegiatan deteksi dini masalah
kesehatan anak menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),
monitoring pertumbuhan menggunakan Buku KIA/KMS dan pemantauan
perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa dan sosialisasi dan
kemandirian), penanganan penyakit sesuai MTBS, penanganan masalah
pertumbuhan, stimulasi perkembangan anak balita dan prasekolah,
pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih mampu.
Hasil cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra
sekolah di tingkat Kota Semarang pada tahun 2005 yaitu sebesar 52,32%.
Puskesmas dengan cakupan DDTK tertinggi yaitu Puskesmas Karanganyar
(115,56%) dan Puskesmas Krobokan (107,58%), sedangkan cakupan
DDTK terendah pada Puskesmas Rowosari (14,53%). Apabila
dibandingkan dengan target DDTK Tahun 2005 (50%), maka cakupan
DDTK anak balita dan prasekolah di Kota Semarang sudah mencapai target
tersebut, namun belum bisa memenuhi target SPM Propinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 yaitu sebesar 65%.
4.4.1.3. Imunisasi
Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta
anak balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar
lengkap terdiri dari BGC 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali.
Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan
imunisasi campak karena imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir yang
diberikan pada bayi. Cakupan bayi yang diimunisasi DPT1 pada tahun 2005 sebesar
93,98% (target : 95%) dan bayi yang telah memperoleh imunisasi campak sebesar
91,19% (target : 85%) dari sasaran sejumlah 25.109 bayi. Penurunan cakupan
imunisasi DPT disebabkan terjadinya keterlambatan penerimaan vaksin dari Dinkes
Propinsi sehingga beberapa bulan terjadi kekosongan vaksin DPT yaitu pada bulan
Februari, Juli, September dan Oktober. Cakupan imunisasi tertinggi terjadi di
Kecamatan Banyumanik (109,45%) dan Kecamatan Tembalang (109,45%).
Evaluasi cakupan imunisasi dasar dapat juga menggunakan nilai angka
drop out (DO) yang dapat dilihat dari selisih cakupan imunisasi DPT1 dikurangi
cakupan campak. Angka Drop Out (DO) imunisasi dasar lengkap di Kota Semarang
tahun 2005 sebesar 2,97%, dimana jumlah ini termasuk baik bila dibandingkan
dengan target DO yaitu <10%. DO imunisasi tertinggi terdapat di Kecamatan
Pedurungan (13,11%) dan terendah di Kecamatan Banyumanik (-8,2%). Masih
tingginya DO imunisasi dapat disebabkan oleh karena adanya perbedaan jumlah
sasaran pada perencanaan dibandingkan dengan sasaran riil yang berbeda
(mencolok), dimana pada saat penentuan jumlah sasaran masih berdasarkan angka
estimasi bukan hasil pendataan.
150
100
Cakupan
50
4.4.1.4 Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut (Usila) dan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan pra usila dan usila yang dimaksudkan adalah
penduduk usia 45 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
2. Peserta KB Baru
Dari 33.811 peserta KB Baru (14,55%), secara rinci mix kontrasepsi yang
digunakan adalah sebagai berikut :
- Suntik : 54,71% Grafik Persentase Pemakaian Kontrasepsi
Peserta KB Baru di Kota Semarang Tahun
- Pil : 14,85% 2005
Implant
- Kondom : 5,85% 7% MOP/MOW
5%
IUD
- IUD : 8,21% 9%
3. Peserta KB Aktif
Hasil pembinaan peserta KB Aktif selam tahun 2005 sebesar 183.154 (78,81%)
dengan mix kontrasepsi sebagai berikut :
- Suntik : 61,06% Grafik Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta
KB Aktif di Kota Semarang Tahun 2005
- Pil : 18,88% IUD
Implant MOP/MOW
4%
- IUD : 4,91% Kondom,
7% 2%
5%
- Implant : 3,82%
- Kondom : 7,15% Pil
Suntik
63%
19%
- MOP/MOW : 2,09%
30000
25000
20000
Cakupan
Jumlah PUS
15000
KB aktif
10000
5000
0
Semarang Utara
Banyumanik
Gayamsari
Semarang Sltn
Semarang Brt
Semarang Tmr
Gajahmungkur
Semarang Tgh
Tembalang
Ngalian
Candisari
Pedurungan
Mijen
Genuk
Gunungpati
Tugu
Kecamatan
b. P3 NAPZA
Berdasarkan data laporan puskesmas, kegiatan penyuluhan,
pencegahan dan penanggulangan dan penyalahgunaan NAPZA tahun 2005,
sasarannya tidak hanya pada sekolah dan masyarakat saja melainkan juga
pada masyarakat umum. Cakupan pelayanan NAPZA pada tahun 2005
Bed Occupation Rate (BOR), standar yang ideal untuk suatu Rumah
Sakit adalah antara 60% s.d 80%. Manfaat Angka Penggunaan Tempat Tidur (BOR )
adalah untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit. Prosentase
BOR yang digunakan pada penderita Rawat Inap di Rumah Sakit se- Kota Semarang
pada tahun 2005 sebesar 77,30 dengan jumlah tempat tidur sebanyak 3.434 buah.
Apabila dibandingkan dengan BOR tahun 2004 sebesar 51,40 , maka terdapat
peningkatan penggunaan tempat tidur di RS, dan angka ini sudah dapat mencapai
standar yang ideal untuk Rumah Sakit.
Gross Death Rate (GDR), adalah angka kematian untuk tiap-tiap 1000
penderita keluar maksimum adalah 45. Manfaat GDR (Gross Death Rate) untuk
mengetahui mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Angka ini bisa untuk menilai
mutu pelayanan jika angka kematian kurang dari 48 jam rendah. GDR Kota
Semarang pada tahun 2005 sebesar 3,8 meningkat dari tahun 2004 yang mencapai
3,5.
Neath Death Rate (NDR), manfaat NDR adalah untuk mengetahui mutu
pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Semakin rendah NDR suatu Rumah Sakit,
berarti bahwa mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit makin baik. NDR yang
masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 penderita keluar. Pencapaian
NDR di Kota Semarang pada tahun 2005 sebesar 2,00, meningkat dari tahun 2004
yang hanya 1,90, sehingga secara keseluruhan pelayanan rumah sakit di Kota
Semarang telah baik.
5% 0%
2% 1% 12%
1%1%
4%
4%
18%
12%
1%
6%
33%
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan di Kota
Semarang berdasarkan data dari bagian kepegawaian DKK, Sie Perijinan Tenaga
Kesehatan dan Laporan Ketenagaan Rumah Sakit se Kota Semarang sebanyak
7.516 orang.
Rasio tenaga kesehatan Kota Semarang (puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas
Kesehatan Kota Semarang) dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Semarang
tahun 2005 dapat diperoleh data sebagai berikut:
a. jumlah tenaga medis sebesar 190,95 per 100.000 penduduk
b. jumlah perawat sebesar 184,04 per 100.000 penduduk
c. jumlah bidan sebesar 62,57 per 100.000 penduduk
d. jumlah tenaga farmasi sebesar 39,36 per 100.000 penduduk
e. jumlah tenaga gizi sebesar 9,38 per 100.000 penduduk
f. jumlah tenaga kesehatan masyarakat sebesar 7,26 per 100.000 penduduk
g. jumlah tenaga sanitasi sebesar 4,80 per 100.000 penduduk
h. jumlah tenaga teknisi medis sebesar 30, 52 per 100.000 penduduk
Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 27 – tabel 32.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berbagai upaya yang telah dilaksanakan dalam pembangunan
kesehatan, antara lain upaya peningkatan dan perbaikan terhadap derajat
kesehatan masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan
sumber daya kesehatan. Hasil-hasil kegiatan pembangunan kesehatan di 16
kecamatan di Kota Semarang selama periode 1 (satu) tahun tergambar dalam
Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2005.
Secara umum upaya-upaya yang telah dilakukan dalam
pembangunan kesehatan telah menunjukkan hasil yang cukup baik, namun
masih ada beberapa program kesehatan yang belum mencapai hasil yang
optimal. Keberhasilan maupun kekurangan dalam pencapaian upaya-upaya
pembangunan kesehatan di Kota Semarang selama tahun 2005 adalah
sebagai berikut :
a. Jumlah kematian bayi di Kota Semarang pada tahun 2005 berdasarkan
laporan puskesmas (SP3) sebesar 97 bayi (untuk kematian perinatal dan
neonatal). Sedangkan untuk jumlah kematian Balita pada tahun 2005
sebanyak 25 anak dari 113.210 balita yang ada.
b. Jumlah Kematian Ibu Maternal pada tahun 2005 mengalami peningkatan
dari tahun 2004 yaitu 5 orang menjadi 11 orang (dari 27.621 KH) , tetapi
lebih rendah dari AKI SDKI 2002/2003 sebesar 307/100.000 KH.
c. Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2004
mencapai 2.271 kasus meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 1.621
kasus. Jumlah kematian akibat Penyakit DBD sebanyak 38 orang.
Peningkatan kasus DBD disebabkan oleh angka bebas jentik dan peran
serta masyarakat yang masih rendah dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit DBD.
d. Berdasarkan laporan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3),
jumlah kasus malaria klinis di Kota Semarang mengalami penurunan yaitu
dari 294 kasus pada tahun 2004 menjadi 62 kasus pada tahun 2005.
e. Berdasarkan data laporan triwulan (Puskesmas, BP4 dan Rumah Sakit)
penemuan penderita baru BTA (+) dari tahun 2004 ke tahun 2005
mengalami peningkatan yaitu dari 558 menjadi 812 kasus
f. Penderita diare tahun 2005 menurut golongan umur < 5 tahun sebanyak
10.501 dan golongan umur > 5 tahun sebanyak 14.976 penderita. Apabila
dibandingkan dengan jumlah sasaran 53.161 penderita dan target Standar
Pelayanan Minimal (75%), cakupan penemuan penderita diare di Kota
Semarang belum memenuhi target (47,92%).
g. Penderita Pneumonia yang dilaporkan di Kota Semarang pada tahun 2005
mengalami peningkatan apabila dibandingkan tahun 2004 yaitu dari 1.546
balita menjadi 1.636 balita. Dari segi cakupan pelayanan dan penanganan
terhadap penderita juga terdapat peningkatan dari tahun sebelumnya
menjadi 16,80% (tahun 2004 : 11,05%)
h. Penderita Kusta di Kota Semarang yang dilaporkan dari 16 kecamatan
sebanyak pada tahun 2005 mengalami peningkatan dari 12 orang pada
tahun 2004 menjadi 20 orang yaitu terdiri dari penderita Kusta tipe MB = 16
orang dan PB = 4 orang. Prevalensi kusta tahun 2005 sebesar 0,15% per
10.000 penduduk, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang
hanya mencapai 0,06 per 10.000 penduduk.
i. Berdasarkan laporan dari puskesmas pada tahun 2005 didapatkan penyakit
infeksi menular seksual sebesar 113 kasus. Sedangkan data cakupan IMS
dari Rumah Sakit pada tahun 2005 didapatkan 187 kasus. Sedangkan
jumlah kasus HIV yang ditemukan tahun 2005 sebagian besar didapat dari
hasil skrining sero survei pada kelompok perilaku resiko tinggi sebanyak
773 orang (Wanita Penjaja Seks (WPS) langsung 520 orang, WPS tidak
langsung 97 orang, Napi 129 orang, IDU 20 orang) dan laporan rumah
sakit. Dari survei tersebut ditemukan kasus HIV sebanyak 75 orang : 50
orang dari hasil VCT, 23 orang dari hasil sero survei dan 2 orang dari
laporan Rumah Sakit.
j. Kasus AFP yang ditemukan di Kota Semarang tahun 2005 sebanyak 9
kasus (target = 4 kasus), meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 6
kasus, terbanyak pada golongan umur 5 -14 thn sebanyak 6 kasus, 1-4 thn
sebanyak 3 kasus sehingga untuk tahun 2005 diperoleh AFP rate sebesar
2,25 per 100.000 (target ≥ 1/100.000 penduduk)
k. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
tertinggi yaitu Campak 115 kasus, dan Difteri 24 kasus, sedangkan untuk
penyakit lainnya seperti Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum dan Polio
di Kota Semarang Tahun 2005 tidak ditemukan adanya kasus kematian.
l. Data kasus penyakit tidak menular tahun 2005 di Kota Semarang : Kasus
penyakit kanker yang ditemukan sebanyak 2.067 kasus ( Kanker Payudara
710 kasus, Kanker Serviks 708 kasus, Kanker Hepar 141 kasus, Kanker
Paru 92 kasus dan kanker lainnya 420 kasus ) ; Diabetes Mellitus sebanyak
18.129 kasus ; kejadian gangguan mental sebanyak 859 kasus ( 342 kasus
gangguan mental di Rumah Sakit dan 517 kasus di Puskesmas ) ; kasus
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ( Angina Pektoris 882 kasus, AMI
489 kasus, Hipertensi 7.179 kasus (Rumah Sakit), 33.958 kasus
(Puskesmas), dan Stroke 2.160 kasus )
m. Dilaporkan pada tahun 2005 di Kota Semarang terjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB) sebanyak 31 macam kejadian yaitu : Difteri (24 kejadian), Keracunan
Ikan (1 kejadian), Keracunan Makanan (4 kejadian), Campak (1 kejadian),
Gondong/ Parotitis (1 kejadian). Dari semua kasus KLB yang ada, terjadi
kematian akibat KLB Difteri (1 orang) dan Keracunan ikan (1 orang)
n. Pada tahun 2005 di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup
sebanyak 25.109 bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar 113.210
anak. Untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada
tahun 2005 yaitu sebanyak 196 bayi, meningkat dari tahun sebelumnya
yaitu 134 bayi. Sedangkan jumlah Balita yang datang dan ditimbang (D) di
posyandu dari seluruh balita yang ada (S) yaitu sejumlah 92.673 (81,86%)
dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak 73.649
anak (79,47%) dan Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 681 anak
(0,73%).
o. Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2005, pemberian ASI Ekslusif
sudah mencapai 31,45% (7.896 bayi dari 25.109 bayi yang ada). Walaupun
begitu jumlah ini masih belum memenuhi target yang ditetapkan dalam
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 80%.
p. Pada tahun 2005 di Kota Semarang dari 346.687 rumah tangga, baru
97.444 (28,10%) rumah tangga yang diperiksa dengan hasil yang telah
berperilaku hidup bersih dan sehat sebanyak 76,13% terdiri atas strata
utama 61.575 RT (63,19%) strata paripurna 12.607 RT (12,94%).
q. Pada tahun 2005 Posyandu yang ada di Kota Semarang berjumlah 1.417
buah, terdiri dari 598 posyandu purnama (42,20%) dan 297 posyandu
mandiri (20,96%) sehingga jumlah total posyandu yang tergolong purnama
dan mandiri adalah 895 posyandu (63,16%)
untuk pelayanan kesehatan pada pekerja sektor informal dari 1.153 pekerja
yang terdata, baru 373 (32,35%) yang mendapatkan pelayanan kesehatan
aa. Cakupan pelayanan NAPZA pada tahun 2005 berupa kegiatan penyuluhan
NAPZA oleh tenaga kesehatan baru mencapai 511 kegiatan (1,83%) dari
27.891 seluruh kegiatan penyuluhan
bb. Hasil cakupan pelayanan kesehatan pada anak sekolah pada tahun 2005 di
Kota Semarang meliputi : Siswa SD/MI sebanyak 22.593 (16,30%) ; Siswa
SLTP dan SLTA sebanyak 11.573 (16,21%)
cc. Pencapaian hasil kinerja Rumah Sakit di Kota Semarang meliputi : BOR
(77,30) ; LOS (7,40) ;TOI (2,2) ; GDR (3,8) ; NDR (2,00).
dd. Pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas se-Kota Semarang pada tahun
2005 menunjukkan pencapaian sebesar 0,25%. Sedangkan untuk
pelayanan kesehatan jiwa di Rumah Sakit telah mencapai 2,42%.
ee. Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di
puskesmas pada tahun 2005 yaitu tumpatan gigi tetap sebanyak 4.559
dengan rata-rata per bulan sebesar 380 tindakan dan pencabutan gigi tetap
sebanyak 9.577 dengan rata-rata per bulan sebesar 798, dengan rasio
untuk tambal dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,48
ff. Hasil kegiatan pelayanan transfusi darah di Kota Semarang sebesar
99,49% (64.323 kantong darah) dari kebutuhan 64.652 kantong darah
gg. Rasio tenaga kesehatan Kota Semarang (puskesmas, Rumah Sakit dan
Dinas Kesehatan Kota Semarang) dibandingkan dengan jumlah penduduk
kota Semarang tahun 2005 dapat diperoleh data sebagai berikut:
• jumlah tenaga medis sebesar 190,95 per 100.000 penduduk
• jumlah perawat sebesar 184,04 per 100.000 penduduk
• jumlah bidan sebesar 62,57 per 100.000 penduduk
• jumlah tenaga farmasi sebesar 39,36 per 100.000 penduduk
• jumlah tenaga gizi sebesar 9,38 per 100.000 penduduk
• jumlah tenaga kesehatan masyarakat sebesar 7,26 per 100.000
penduduk
• jumlah tenaga sanitasi sebesar 4,80 per 100.000 penduduk
• jumlah tenaga teknisi medis sebesar 30, 52 per 100.000 penduduk
hh. Alokasi anggaran kesehatan untuk Kota Semarang pada tahun 2005
sebesar Rp. 23.352.201.350,- atau meningkat 1,03 % dari tahun 2004 yaitu
sebesar Rp. 22.666.624.500,-.
5.2. Saran
a. Masih diperlukan perhatian yang lebih besar pada masalah kesehatan dan
penyakit dalam rangka menuju Kota Semarang Sehat 2010 yaitu :
- Kematian bayi, balita dan ibu melahirkan
- Gizi pada balita, ibu hamil, dan anak sekolah
- Penyakit Demam Berdarah, ISPA, Diare, Pneumonia, AFP dan TB Paru
- Perilaku hidup sehat masyarakat
- Kebersihan Lingkungan