Professional Documents
Culture Documents
II-1
atau evaporator. Umumnya alat yang digunakan adalah distilasi dengan keadaan vakum.
Parameter terpenting pada proses pemurnin CHP ini adalah temperatur. Hal ini
dikarenakan CHP dapat meledak dengan kasar apabila melewati temperatur tertentu. Oleh
karena itu pada proses ini dilakukan dengan keadaan vakum dengan suhu tidak boleh
melebihi 130 0C (Ulmann, 1982). Selain dapat menyebabkan ledakan, apabila CHP
dipanaskan sampai suhunya melebihi 130 0C maka akan menyebabkan dekomposisi CHP
menjadi radikal bebas dan terbentuk α-dimethyl benzyl alcohol dan acetophenone.
Setelah melewati tahap pemekatan, CHP kemudian diumpankan ke reaktor dimana
cumene hydroperoxide dipecah menjadi phenol dan aseton. Reaksi ini biasanya dilakukan
pada kondisi suhu rendah (60oC-100oC) dan tekanan rendah, dengan adanya asam sulfat
(0,1-0,2%) sebagai katalis.). Umumnya beberapa proses di industri menggunakan reaktor
jenis CSTR (Continuous Stired Tank Reactor ) dimana panas dari reaksi dihilangkan
dengan cara menguapkan dan mensirkulasikan aseton kembali. Untuk mencegah terjadinya
pembentukan byproduk, maka waktu tinggal yang dianjurkan berkisar 45-60 s (Mc Ketta,
J.J., 1977). Tetapi nyatanya impuritis seperti acetophenone, α-methylstyrene, α-dimethyl
benzyl alcohol dan cumylphenol (CP) tetap akan terbentuk pada proses ini. Adapun reaksi
yang tejadi pada proses ini adalah:
H2SO4
C6H5C (CH3)2OOH C6H5OH + CH3COCH3
(Cumene hydroperoxide) (Fenol) (Aseton)
Sebelum memasuki proses pemurnian, campuran produk dan impuritis harus
melalui tahapan netralisasi. Tujuan proses netralisasi ini adalah untuk menghilangkan
katalis asam agar tidak terjadi korosi pada alat selanjutnya. Proses netralisasi umumnya
digunakan dengan penambahan larutaan NaOH dengan ph 5-6. Dan kemudian reaksi anatar
katalis dan NaOH dipisahan menggunakan separator (dekanter ). Reaksi yang terjadi pada
proses penetralan meliputi :
H2SO4 + 2 NaOH → Na2SO4 + 2 H2O
Setelah dilakukan pross penetralan, campuran produk yang terdiri dari aseton,
fenol, air, cumene, acetophenone, α-methylstyrene, α-dimethyl benzyl alcohol dan
cumylphenol (CP) dipisahkan dengan menggunakan proses distilasi. Dalam proses yang
ditunjukkan pada diagram alir, aseton dikeluarkan pada bagian atas yaitu pada kolom
pertama yang selanjutnya dimurnikan dengan menggunakan distilasi. Bagian bawah dari
kolom ini kemudian divakumkan untuk mengirimkan cumene yang tidak bereaksi dan hasil
samping α-methylstyrene pada bagian atas. Jika cumene yang dihasilkan tidak murni, maka
II-2
harus diproses kembali dan α-methylstyrene juga harus dimurnikan. Hal ini dapat
dilakukan dengan katalis hidrogenasi dari α-methylstyrene menjadi cumene dengan
fraksionasi yang cermat. Pada akhir proses, α-methylstyrene menjadi hasil samping. Bagian
bawah dari kolom yang masih vakum selanjutnya didistilasi untuk memisahkan
acetophenone dan cumene dari phenol. Phenol merupakan produk pada bagian atas dengan
hasil 90-92%.
Hydrogen Hydrogenator
Acetone Phenol
cumene Separator
Oxidizer
Distillation
Air
Finishing
Vacuum
Column
Column
Column
Sulfuric
Acid Acidifier
Acetophenone
II-3
Reaksi pada produk, yang terdiri dari natrium fenat, natrium klorida, air dan
reaktan yang tidak bereaksi didinginkan dengan melewati heat exchanger menuju ke
acidifier (penetral). Pada reaksi ini terbentuk dua lapisan, untuk yang lapisan organik
selanjutnya dipisahkan dan di proses kembali sedangkan untuk yang lapisan cair kemudian
diolah dengan asam klorida untuk mengubah natrium fenat menjadi phenol. Hasil proses
ini yaitu 90-95% berat yang berdasarkan pada klorobenzena. Setalah pemisahan fenol,
lapisan cair sisa yang masih banyak mengandung natrium klorida, kemudian dipisahkan
larutan fenol yang telarut dengan menggunakn metode distilasi uap.
Proses kaustik dapat digunakan jika air garam natrium klorida dan benzena
digunakan sebagai bahan baku. Air garam diubah dengan menggunakan sel elektrolit
menjadi hidrogen, klorin, dan kaustik soda. Benzena yang telah terklorinasi, menghasilkan
klorobenzena dan asam klorida. Klorobenzena terhidrolisis menggunakan soda kaustik
cair. Natrium fenat yang dihasilkan dinetralkan dengan asam klorida (hasil samping) dari
klorinasi menghasilkan fenol dan air garam. Untuk hasil akhirnya dikembalikan kembali
pada awal proses. Proses chlorobenzene (caustic) saat ini digunakan oleh salah satu
perusahan di Amerika Serikat. Dalam mengambil seluruh keuntungan dari proses ini, dapat
dilakukan dengan cara pengoperasian untuk memulihkan dan memurnikan hasil samping
proses, yaitu o- dan p-phenylphenol dan diphenyl oxide. Adapun reaksi yang terjadi pada
proses ini yaitu :
C6H5Cl + 2NaOH C6H5ONa + NaCl + H2O
C6H5ONa + HCl C6H5OH + NaCl
Benzene
Water
Hydrogen
Chlorin
Brine Chlorine
Hydrogen
Vent
Chlorinator
Absorption
e
tower
Neutralizer
Caustic Chlorobenzene
Vacuum
Column
and
Pump
Soda separator
Reactor
Phenol
Recovered brine (NaCl)
Diphenyl
Gambar 2.2 Blok Diagram Proses Chlorobenzene Oxide
II-4
pengenceran pada asam. Ketika konsentrasi dari asam sulfat turun hingga dibawah 78%,
maka proses sulfonasi berhenti. Untuk menghindari hal tersebut, proses sulfonasi harus
dilakukan secara continue pada fase uap dengan melewatkan uap benzena melalui arah
yang berlawan dengan daerah reaksi asam sulfat pekat (66oBe, 96%). Benzena akan
bereaksi dengan asam dan juga sifat azeotrop nya akan menghilangkan air pada proses
reaksi. Suhu pada daerah reaksi dipertahankan sekitar 150oC. Hasil sulfonasi hanya
beberapa persen saja dari asam sulfat bebas yang tersisa, yang kemudian langsung
dinetralkan di dalam tangki netralisasi. Hasil pada proses ini yaitu terdiri dari benzena, air,
dan uap dari asam yang terkondensasi serta benzena yang diproses kembali.
Produk proses sulfonasi ditambahkan secepat mungkin pada penetral yang berisi
larutan natrium sulfit atau juga dapat menggunakan asam natrium karbonat. Sulfur
dioksida didihikan dan kemudian disalurkan menuju acidifiers. Campuran yang dihasilkan
dari pencampuran benzenesulfonat dan natrium sulfat difiltrasi pada suhu mendidih.
Endapan natrium sulfat dikeluarkan dari liquid yang panas dan masih tetap pada
penyaringnya, kemudian mother liquor dari benzene sulfonat di pompa menuju ke tangki
campuran.
Pada tangki campuran diisi dengan pencampuran soda kaustik dan dipanaskan
sampai suhu 300oC dengan gas atau minyak bakar. Pada suhu tersebut (300-320oC)
natrium benzenesulfonat dimasukkan dibawah permukaan leburan kaustik dan
menggunakan sekitar 3 mol alkali/mol. Suhu dipertahankan pada 300-310oC selama
beberapa jam dan sampai pada suhu akhir sekitar 380oC selama 1 jam. Setelah peleburan
selesai (5-6 jam), tangki dikosongkan dan leburan diencerkan dengan air atau diencerkan
dengan fenol untuk kemudian dicuci dengan air dari proses sebelumnya. Larutan natrium
fenat, natrium hidroksida, dan natrium sulfat yang terbentuk kemudian diasamakan dengan
sulfur dioksida yang diperoleh dari netralisasi asam sulfonat. Asam sulfat dalam jumlah
kecil biasanya dibutuhkan untuk menyelesaikan proses pengasaman. Fenol mentah akan
terpisah pada bagian atas dari larutan yang mengandung natrium sulfit dan natrium sulfat.
Lapisan fenol yang terbentuk kemudian di pisahkan (didistilasi) dalam keadaan vakum
untuk menghasilkan fenol yang murni, sedangkan untuk lapisan cair diproses dengan
menggunakan steam untuk menghilangkan sisa fenol, sedangkan untuk cairan hasil
pemisahan dapat digunakan sebagai air make up. Bagian dari endapan sulfit digunakan
untuk menetralkan campuran benzenesulfonat dan asam sulfat, dan sisanya dapat
dikristalkan dan dikeringkan untuk menghasilkan natrium sulfat anhidrat (hasil samping).
II-5
Hasil kualitas pada proses ini diperoleh sekitar 85% dengan berdasarkan pada benzene.
Reaksi yang terjadi pada proses ini yaitu:
C6H6 + H2SO4 C6H5SO3H + H2O
2C6H5SO3H + Na2SO3 2C6H5SO3Na + SO2 + H2O (+ Na2SO4)
H2SO4
C6H5SO3Na + 2NaOH C6H5ONa + Na2SO3 +H2O
C6H5ONa +SO2 +H2O 2C6H5OH + Na2SO3 ( +Na2SO4)
Water
Caustic
Soda
Sulfuric
Water
Vacuum
Column
Acid Phenol
Vaporizer Fusio
Sulfonator Acidifier
n pot
Waste
Steam
still
sulfite tank Filter Dilute phenol
wash water
Sodium Crystallizer
Sulfate
Recovered sodium sulfite
sludge
Sodium
Sulfate
II-6
Pada kolom distilasi primer, fenol dan uap air mengalir melalui bagian atas kolom,
dan asam benzoat keluar melalui bagian bawah kolom yang kemudian dialirkan kembali
menuju reaktor. Produk yang keluar dari bagian bawah reaktor akan diekstraksi dengan air
panas, methanol atau eter untuk memulihkan zat organik yang kemudian diproses kembali
(Faith et al, 1955).
Campuran cairan fenol yang kental dari kolom primer terpisah menjadi dua lapisan.
Semakin kebawah pada bagian kolom, semakin banyak kandungan phenol. Lapisan
tersebut akan dialirkan ke dalam kolom phenol, dimana kandungan air yang masih ada
pada lapisan akan dihilangkan dan produk fenol akan dialirkan meninggalkan bagian
bawah kolom. Hasil phenol yang terbentuk akan dimurnikan lebih lanjut. Phenol juga
dapar diperoleh kembali dari lapisan cair kolom primer dan campuran dari kolom phenol
yang kemudian dipisahkan dengan menggunakan pemisahan fraksinasi lanjut. Gas yang
tidak terkondensasi pada reaktor kondensor didinginkan untuk lebih memulihkan zat
organik. Reaksi yang terjadi pada proses ini yaitu :
C6H6CH3 + 1 ½ O2 C6H5COOH + H2O
C6H5COOH + 1 ½ O2 C6H5OH + CO2
Recycle toluene
Mixer
Distillation Column
Catalyst Water
Reactor
Cooler
separator
Benzoic acid
Distillation Column
Catalyst separator
Oxidizer
Penol and
water to dist
Air and
Steam
Phenol
II-7
2.2 Seleksi Proses
Berdasarkan uraian singkat mengenai proses yang dapat digunakan untuk
menghasilkan produk fenol, dapat dilihat kelebihan dan kekurangan proses sebagai berikut:
Tabel 2.1 Seleksi Proses Pembuatan Fenol
Parameter Macam Proses
Cumene Oxidation Chloro Benzena Toluene
Benzena sulfonat Oxidation
(Caustic)
Bahan Cumene, oksigen, Dyphenyl Benzena, asam Toluen,
Baku Asam Sulfat, oxide, sulfat, NaOH, oksigen, phenyl
NaOH soda cair, dan sodium benzene dan
benzene dan sulfat methanol
NaCl
Proses 1. Proses oksidasi 1. Reaksi 1. Reaksi 1. Oksidasi
Reaksi cumene Chlorinasi Sulfitasi Toluene
2. Proses 2. Reaksi 2. Reaksi 2. Oksidasi
pemekatan Kaustisasi Netralisasi asam
3. Proses 3. Reaksi 3. Reaksi fusi benzoate
pembentukan Hidrolisis 4. Proses 3. Hidrolisa
phenol 4. Proses Pengasaman phenyl
4. Proses Distilasi 5. Proses benzoate
netralisasi Distilasi 4. Proses
5. Proses Distilasi
pemurnian
II-8
Dari berbagai pertimbangan yang telah diuraikan pada Tabel 2.1, maka proses yang
dipilih dalam pembuatan phenol adalah proses cumene oxiditation dengan pertimbangan
sebagai berikut :
1. Proses berada pada tekanan dan suhu yang rendah sehingga proses berlangsung lebih
aman dan lebih ekonomis
2. Hasil samping yang dihasikan berupa aseton yang memiliki nilai jual
3. Yield fenol yang dihasilkan cukup besar yaitu 90-92%
4. Kemurnian produk fenol cukup besar yaitu 99-99,5 %.
II-9
ke 4 (R-140) dengan kondisi suhu operasi sebesar 97oC dan 3,5 atm. Konsentrasi
cumene hydroperoxide yang dihasilkan adalah 32-40 % (w/w) dengan yield sebesar 91,2
% mol. Waktu tinggal pada setiap reaktor adalah sekitar 3 jam. Reaksi yang terjadi pada
reaktor yaitu reaksi eksotermis sehingga panas yang dihasilkan dari proses didinginkan
dengan menggunakan jacket pendingin dimana pendingin yang digunakan adalah
2. Proses Pemekatan
Hasil produk akhir dari reactor (R-140) yang berupa CHP dan Cumene ditampung
pada tangki (F-151). Sebelum memasuki alat distilasi vakum (D-150), produk tersebut
dialirkan menuju alat Heat Exchanger (E-153) untuk menaikkan suhunya sampai 105oC.
Pada alat distilasi ini (D-150), Suhu harus dijaga tidak boleh dari 110 oC dengan
tekanan...... Produk destilat dari proses destilasi merupakan cumene yang tidak bereaksi
dan produk bottom merupakan cumene hydroperoxide. Pada proses destilasi ini
konsentrasi cumene hydroperoxide yang dihasilkan sekitar 80%.
II-10
H2SO4
C6H5C (CH3)2OOH C6H5OH + CH3COCH
(Cumene hydroperoxide) (Phenol) (Acetone)
4. Proses Netralisasi
Sebelum proses pemurnian, hasil dari proses ini dinetralisasi terlebih dahulu untuk
memisahkan katalis asam sulfat dengan menggunakan larutan sodium hidroksida encer
(%NaOH). Proses netralisasi tersebut terjadi di dalam mixer (M-220). Setelah proses
netralisasi yang bertujuan untuk menghilangkan katalis, kemudian setelah proses
netralisasi terbentuk 2 lapisan berupa lapisan organik dan lapisan aqueous. Campuran
tersebut kemudian dipisahkan dengan menggunakan alat dekanter (H-311)
Berikut kelompok fase pada proses netralisasi :
Tabel 2.2 Hasil Proses netralisasi berdasarkan fase
Komponen Phase Lapisan
CHP
Fenol
DMBA
Acetophenone
Organic Phase Atas
Cumylphenol
AMS
cumene
Aseton
Water
Aqueous phase Bawah
Na2SO4
II-11
hydroperoxide (CHP) memiliki titik didih yang berbeda. Berikut adalah Tabel titik didih
dari campuran hasil proses dekomposisi cumene hydroperoxide :
Tabel 2.2 Titik Didih Komponen Campuran Hasil Dekomposisi Cumene
Hydroperoxide
Titik Didih (oC)
Komponen
pada Tekanan 1 atm
Aseton 56
Cumene 152,4
Cumene hydroperoxide 153
α-methylstyrene 165,4
Fenol 181,4
Dimethyl benzyl alcohol 218
Cumyl phenol 335
Pada Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa aseton memiliki titik didih terendah pada
campuran tersebut. Sehingga, pada tahap distilasi pertama (D-310) dengan kondisi
operasi......... akan menghasilkan aseton sebagai top product (distilat). Kemudian bottom
product yang dihasilkan pada proses distilasi pertaama masuk ke dalam kolom distilasi
ke dua (D-320) untuk memisahkan cumene dan α-methylstyrene. Kondisi operasi.....
Selanjutnya adalah proses pemisahan fenol dengan menggunakan distilasi kolom
tahap 3 (D-320). Pada tahapan pemurnian dengan menggunakan distilasi ini hasil
kemurnian fenol yang dihasilkan pada distilat adalah 99,2% dengan produk bottom
adalah tar yang terdiri dari acetophenon dan impurutis lainnya
Hydrogen Hydrogenator
Acetone Phenol
cumene
Oxidizer Neutralization
Distillation Column
Distillation Column
Air
Finishing
Column
Sulfuric
Cleavage
Acid
Acetophenone
Gambar 2.5 Blok Diagram Proses Pembuatan Fenol dengan Cumene Oxidation
II-12