You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastritis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok
kondisi dengan satu hal yaitu radang selaput perut . Peradangan ini (gastritis)
sering kali adalah hasil dari infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang menyebabkan
radang perut yang paling sering ditemukan. Di negara berkembang prevalensi
infeksi Helicobacter Pylori pada orang dewasa mendekati angka 90%.Sedangkan
pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi. Penelitian serologis yang
dilakukan secara cross sectional bertambahnya prevelansi penyakit ini sesuai
dengan pertambahan usia. Penyebab penyakit ini adalah gram negative, basil yang
berbentuk kurva dan batang. Namun, banyak faktor lain seperti cedera traumatis,
penggunaan obat penghilang rasa sakit tertentu atau minum alkohol terlalu
banyak, merokok, kafein lada, steroid , mekanis iritasi bakterial, obat anti
inflamasi terutama aspirin juga dapat berkontribusi untuk terjadinya gastritis.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi
perlahan-lahan dari waktu ke waktu (gastritis kronis).Dalam beberapa kasus,
gastritis dapat menyebabkan ulkus pada lambung dan peningkatan risiko kanker
perut.Bagi kebanyakan orang, gastritis tidaklah serius dan dapat dengan cepat
mereda bahkan sembuh dengan pengobatan.
Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak fungsi
lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung hingga
menyebabkan kematian (Saydam, 2011).
Tujuan utama dalam pengobatan gastritis ialah menghilangkan nyeri,
menghilangkan inflamasi dan mencegah terjadinya ulkus peptikum dan
komplikasi.Berdasarkan patofisiologisnya terapi farmakologi gastritis ditujukan
untuk menekan faktor agresif (asam lambung) dan memperkuat faktor defensif
(ketahanan mukosa). Sampai saat ini pengobatan ditujukan untuk mengurangi
asam lambung yakni dengan cara menetralkan asam lambung dan mengurangi
sekresi asam lambung. Selain itu, pengobatan gastritis juga dilakukan dengan
memperkuat mekanisme defensif mukosa lambung dengan obat-obat sitoproteksi
(Dipiro, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Gastritis?
2. Bagaimana patofisiologi dari Gastritis?
3. Apa saja penyebab dari Gastritis?
4. Apatanda dan gejala dari Gastritis?
5. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Gastritis?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Gastritis
2. Untuk mengetahui patofisiologi Gastritis
3. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari Gastritis
4. Untuk mengetahui apa tanda dan gejala dari Gastritis
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Gastritis
6. Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
Gastritis.
1.4 Manfaat
Agar mengetahui tentang penyakit gastritis lebih dalam sehingga dapat
mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit gastritis.Serta dapat menambah
wawasan dan informasi dalam penanganan penyakit gastritis sehingga dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik.
BAB II
KONSEP MEDIK

2.1 Definisi
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan lain.Ini bukanlah penyakit, namun sebuah kondisi yang
disebabkan oleh beragam faktor yang berbeda, seperti konsumsi alcohol
berlebihan, stres, muntah-muntah yang kronis, atau obat-obatan tertentu. Infeksi,
refluks empedu, bakteri, dan anemia pernikus juga penyebab umum dari gastritis
lainnya. Pada kebanyakan kasus, gastritis bukanlah kondisi yang serius. Namun,
jika dibiarkan, hal tersebut dapat menyebabkan hilangnya darah dalam jumlah
banyak karena ulkus dan/atau kanker lambung.
2.2 Klasifikasi
a. Gastritis kronik
Gastritis kronik merupakan suatu peradangan pada bagian mukosa
lambung dengan waktu hingga menahun.Gastritis kronik ini seringkali
dihubungkan ke karsinoma lambung dan juga ulkus peptik, namun
hubungan sebab akibat di antara keduanya masih belum diketahui.
b. Gastritis Akut Erosi
Gastritis yang kedua adalah gastritis akut erosif, merupakan peradangan
yang terjadi di permukaan mukosa lambung dan bersifat akut, disertai
terjadinya kerusakan erosi.Untuk perjalanan penyakit umumnya bersifat
ringan, walaupun terkadang bisa mengakibatkan keadaan darurat medis,
yaitu pendarahan pada saluran cerna bagian atas.
2.3 Etiologi
1. Obat analgetik-antiinflamasi terutama aspirin. Aspirin dalam dosis yang
rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung
2. Merokok: rokok ini mengandung zat kimia yang berbahaya bagi tubuh
terutama pada system pencernaan. Efeknya yaitu melemahkan katup
esophagus dan pylorus, memeprcepata pengosongan lambung. Rokok ini
juga dapat menggangu factor defensive lambung (menurunkan sekresi
biokarbonat dan aliran darah di mukosa, meperburuk peradangan .
3. Alkohol: mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi (merangsang) dan
mengikis permukaan lambung
4. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan, gagal
pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat
5. Makanan yang merangsang (panas, pedas, asam)dapat meningkatkan
produksi asam lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan
menurunkan kemampuan fungsi dinding lambung
6. Bakteri: Haecobacteri pylory, endotoksin bakteri dari stapilokokus,
Escherichia coli, atau Salmonella dapat juga menyebabkan gastritis
2.4 Patofisiologi
Penyebab (konsumsi obat NSAID, alkohol, stress) erosi mukosa lambung

Perfusi mukosa lambung terganggu

Timbul infark kecil/perdarahan

Terganggu sekresi asam lambung


(keadaan asam pada mukosa lambung dapat mempercepat kerusakan mukosa)

Kembung, mual, muntah, dan nyeri epigastrium (nyeri uluh hati)


2.5 Manifestasi Klinik
1. Nyeri seperti terbakar, karena terdapat luka di lambung, sehingga luka
tersebut terkena cairan asam lambung yang menyebabkan nyeri
2. Nyeri ulu hati setelah makanan, karena lapisan lamnung mengalami iritasi
akibat dari mengkonsumsi makan yang pedas ataupun asam
3. Anoreksia (kurang nafsu makan), pola makan yang kurang baik dan tidak
teratur sehingga terjadi luka pada bagian lambung. Luka pada lambung
ini tidak baik , sebab tubuh akan susah mencerna makanan, sehingga
penderita tersebut menjadi kiurang nafsu makan
4. Mual, muntah dan cegukan (regurgitasi), karena terjadi kontraksi otot
abdominal dan otot dada yang di sertai dengan penurun diafragma dan di
control oleh otak
5. Malaise (tidak enak badan), tidak enak badan ini disebabkan karena
penderita mengalami nyeri di bagian perut
6. Perut kembung bisa menyebabkan kentut, karena lambung kurang baik
dan menurunkan fungsinya, sehingga banyak udara yang terjebak didalam
lambung, dan udara tersebut tidak bisa dikeluarkan sehingga perut
kembung dan membuat rasa tidak nyaman di perut.
7. Rasa asam di mulut, karena terjadi peningkatan asam lambung akibat dari
makanan yang mengandung pedas dan asam
8. Hemorhagi (perdarahan), karena dilambung sudah terjadi inflamasi atau
peradangan yang disebabkan oleh kerusakan erosi pada mukosa lambung
2.6 Penatalaksanaa
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor
utamayaitu etiologinya , diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta obat-
obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan:
a. Medik
1. Bila perdarahan lambung: antikoagulan
2. Pemberian obat-obatan anti kilonergik, anti emetik, analgetik dan sedative,
antasida, antibiotik
3. Terapi pendukung: intubasi, cairan intra vena
4. Pembedahan: untuk mengangkat gangren dan perforasi, gastrojejenunum
skopi/relaksasi lambung mengatasi obstruksi pilorus
b. Non-Medik
1. istirahat baring
2. mengurangi sterss
3. tidak merokok dan tidak minum-minuman alkohol
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi: sinar x gastrointestinal atas
2. Endoskopy: gastrionterstinal ditemukan mukosa yang hiperemik yang
merata, ada edema dengan karakteristik barair. Untuk melihat adanya
tanda peradangan di dalam lambung.
3. Laboratorium : mengetahui kadar asam hidroklorida , serologi: mendeteksi
Helicobacteri Pylori dan pemeriksaan Histology
2.8 Komplikasi
Komplikasi akibat gastritis bisa saja terjadi jika kondisi tersebut tidak diobati.
Beberapa di antaranya adalah:
1. Tukak lambung, terjadinya iritasi yang ditimbulkan oleh oleh cairan
lambung yang ada pada mukosa lambung dan biasnya terjadi akibat cedera
pada permukaan mukosa lamubung kareana lemahnya pertahanan pada
mukosa lambung
2. Pendarahan di dalam lambung, terjadi karena adanya cedera (trauma) yang
terjadi secara tiba-tiba.
3. Kanker lambung, penyebabnya tidak diketahui. Terjadi penebalan di
dinding lambung, lipatannya melebat, kelenjar membesar dan memiliki
kista yang terisi cairan
4. Ulkus peptikum,
5. Perdarahan saluran cerna bagian atas
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea/hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala : hipotensi (termasukpostural), takikardia, disritmia
(hipovolemia/hipoksemia), kelemahan/nadi perifer lemah, pengisian
kapiler lambar/perlahan (vasokonstriksi), warna kulit: pucat, sianosis
(tergantung pada jumlah kehilangan darah),kelemahankulit/membran
mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut,respons
psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan
kerja),perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastrointeritis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI,
misalnya:luka peptik /gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area
gaster.Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus sering hiperaktif selama
perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah
warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau
busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan
antasida), haluaran urine menurun, pekat.
5. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan, Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual/
muntah.
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah. Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa,
turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan dan koma
(tergantung pada volume sirkulasi/oksigenasi).
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih ,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan/distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang
dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai
tengah/ataumenyebar kepunggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan
hilang denganantasida (ulusgaster). Nyeri epigastrum kiri sampai/atau
menyebar kepunggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila
lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis). Faktor
pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu
(salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stressor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
8. Data focus ( kemungkinan ditemukan DO & DS )
DO: Ekspersi wajah tampak kesakitan, memegang bagian perut yang sakit,
nyeri tekan pada daerah epigastrium, porsi makan tidak dihabiskan, berat
badab turun.
DS: Klien mengatakan mual dan muntah, kurang nagsu makan, nyeri ulu
hati.
3.2 Diagnosa Keperawatan yang muncul
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (peradangan pada mukosa lambung)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
tidak adekuat
3. Kekurangan volume cairan b.d ketidakcukupan masukkan cairan dan
kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
3.3 Intervensi keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional

1 Nyeri Akut (00132) NOC: NIC:


Domain 12: kenyamanan  Pain level Pain Management Pain Management
Kelas 1: kenyamanan fisik  Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk menentukan intervensi dan
Definisi:pengalaman sensori  Confort level secara komprehensif termasuk mengetahui reaksi nonverbal dari
dan emosional tidak Setelah dilakukan tindakan lokasi, karakteristik, durasi, ketidaknyamanan klien dengan
menyenangkan yang muncul keperawatan selama…x 24 jam frekuensi, kualitas, dan faktor melihat dari raut wajah klien
akibat kerusakan jaringan pasien tidak mengalami nyeri, presipitasi 2. Memastikan letak nyeri atau untuk
aktual atau potensial atau yang dengan kriteria hasil: 2. Observasi nonverbal dari mengetahui tingkat nyeri klien agar
digambarkan sebagai 1. Mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan dapat ditangani dengan tepat
kerusakan (international (tahu penyebab nyeri,
association for the study of mampu mneggunakan 3. Kaji kultur yang mempengaruhi 3. Bermanfaat dalam pengawasan
pain) awitan yang tiba-tiba tehnik non farmakologi respon nyeri keefektifan obat, kemajuan
atau lambat dari intensitas untuk mengurangi nyeri, penyembuhan
ringan hingga berat dengan mencari bantuan) 4. Mengurangi kecemasan klien. Agar

2. Melaporkan bahwa nyeri 4. Bantu


akhir yang dapat di antisipasi pasien dan keluarga klien tidak perlu khawitir dengan
atau di prediksi. berkurang dengan untuk mencari dan menemukan kondisinya
Batasan Karakteristik: menggunakan manajemen dukungan
 Diaforesis nyeri 5. Posisikan pasien untuk 5. Posisi semi fowler dapat
 Dilatasi pupil 3. Mampu mengenali nyeri mengoptimalkan pernapasan memberikan kesempatan pada proses
 Ekspresi wajah nyeri (skala, intensitas, frekuensi (posisi semi fowler) ekspirasi paru. Agar membuat
(misal; mata kurang dan tanda nyeri) 6. Kontrol lingkungan yang dapat oksigen di dalam paru-paru semakin
bercahaya, tampak kacau, 4. Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi nyeri seperti meningkat sehingga memperingan
gerakan mata berpencar setelah nyeri berkurang suhu ruangan, pencahayaan dan susah bernafas
atau tetap pada satu fokus, 5. Tanda vital dalam rentang kebisingan
meringis) normal 7. Kaji tipe dan sumber nyeri 6. lingkungan yang nyaman dapat

 Fokus menyempit (misal; untuk menentukan intervensi mengurangi nyeri klien, dengan

persepsi waktu, proses 8. Ajarkan tentang tehnik non lingkungan yang tidak menukung

berfikir, interaksi dengan farmakologi yaitu relaksasi akan memperparah klien

orang dan lingkungan) 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri

 Mengekspresikan perilaku 10. Tingkatkan istirahat


7. Agar perawat dapat melakukan
(misal; gelisah, merengek, 11. Berikan informasi tentang nyeri
tindakan dengan tepat, sehingga
menangis, waspada) seperti penyebab nyeri, berapa
nyeri yang di rasakan klien menjadi
 Perilaku distraksi lama nyeri akan berkurang dan
berkurang
antisipasi dari ketidaknyamanan
 Perubahan pada parameter prosedur 8. Untuk mengurangi rasa nyeri klien,
fisiologis (misal; tekanan 12. Kolaborasi dengan dokter dalam dengan mengurangi faktor pemicu
darah, frekuensi jantung, pemberian analgetik nyeri ini dapat teratasi hingga klien
frekuensi pernafasan, Analgesic Administration merasa nyaman
saturasi oksigen) 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
 Perubahan posisi untuk kualitas, dan derajat nyeri 9. dengan mengurang faktor pemicu
menghindari nyeri sebelum pemberian obat nyeri diharapkan terjadi kenyamanan
 Perubahan selera makan 2. Cek instruksi dokter tentang pasien

 Sikap melindungi area jenis obat, dosis, dan frekuensi 10. Mempercepat proses penyembuhan.

nyeri 3. Cek riwayat alergi

Faktor yang Berhubungan: 11. Menambah pengetahuan klien dan

 Agens cedera biologis 4. Tentukan pilihan analgesic keluarga serta meningkatkan

(misal; infeksi, iskemik, tergantung tipe dan beratnya partisipasi klien dalam perawatan

neoplasma) nyeri untuk mengurangi nyeri.


5. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik 12. Analgetik untuk menghilangkan
pertama kali nyeri.misalnya dengan analgetik
6. Berikan analgesic tepat waktu berupa H2- blockers, untuk sekresi
terutama saat nyeri hebat asam lambung dan pepsin berkurang
contoh obatnya simetidin, ranitidine,
famotidin & roxatidin
Analgesic Administration
1. Untuk menetukan terapi yang sesuai
untuk jenis nyeri pasien
2. Untuk mengetahui ketepatan
pemberian obat

3. Untuk mengetahui apakah ada


riwayat alergi atau tidak, agar pada
saat pemberian obat klien tidak
mengalami alergi obat. Karena jika
tidak dilakukan pengecekan alergi
akan membahayakan pasien

4. Untuk Efektifitas penanganan nyeri

5. Mengetahui keadaan umum dan


perkembangan kondisi klien.
6. Ketelitian dan ketepatan administrasi
program pemberiann analgetik
sangat diperlukan dalam penanganan
nyeri.
2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC: NIC:
kurang dari kebutuhan  Nutritional status: food and Weight Management Weight Management
tubuh (00002) fluidintake 1. Diskusikan bersama pasien 1. Membantu memilih alternatif
Domain 2: Nutrisi  Nutritional status: nutrient mengenai kebiasaan, gaya hidup pemenuhan nutrisi yang adekuat.
Kelas 1: Makan intake dan faktor herediter yang dapat
Definisi: asupan nutrisi tidak  Weight control mempengaruhi BB
cukup untuk memenuhi Setelah dilakukan tindakan 2. Diskusikan bersama klien 2. Mengetahui intake kalori apabila
kebutuhan metabolik keperawatan selama…x 24 jam mengenai hubungan antara terjadi kekurangan
Batasan Karakteristik: ketidakseimbangan nutrisi intake makanan, latihan,
 Nyeri abdomen lebih teratasi dengan kriteria peningkatan BB dan penurunan
 Menghindari makanan hasil: BB 3. Agar pola makan pasien teratur,

 Berat badan 20% atau 1. Mengerti faktor yang 3. Dorong pasien untuk merubah karena dengan pola makan yang

lebih dibawah berat badan meningkatkan berat badan kebiasaan makan teratur dapat membuat proses

ideal 2. Mampu mengidentifikasi Nutrition Management penyembuhan pasien dengan cepat


 Kurang makan kebutuhan nutrisi 1. Monitor jumlah nutrisi dan
 Kurang informasi kandungan kalori
 Kurang minat pada Nutrition Management
1. Mengetahui penyebab pemasukan
makanan
2. Kaji kemampuan pasien untuk yang kurang sehingga dapat
 Penurunana berat badan
mendapatkan nutrisi yang menentukan intervensi yang sesuai
dengan asupan makanan
dibutuhkan dan efektif.
adekuat
3. Berikan makanan yang terpilih 2. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi
 Membran mukosa pucat
(sudah di konsultasikan dengan yang tepat bagi klien
 Ketidakmampuan
ahli gizi)
memakan makanan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi 3. Untuk membantu proses dalam
 Tonus otot menurun
untuk menentukan jumlah kalori pemenuhan kebutuhan nutrisi.
 Mengeluh gangguan
dan nutrisi yang di butuhkan
sensasi rasa
pasien 4. Membantu dalam proses
 Mengeluh asupan
Nutrition Monitoring penyembuhan.
makanan kurang dari
1. Monitor kalori dan intake
RDA (recommended daily
nutrisi
aloance) Nutrition Monitoring
2. Monitor mual dan muntah
 Cepat kenyang setelah 1. Mengetahui status nutrisi pasien
makan 3. Monitor adanya penurunan BB
 Kelemahan otot 2. Mual dan muntah mempengaruhi
pengunyah pemenuhan nutrisi
4. BB klien dalam batas normal
 Kelemahan otot untuk 3. Kebersihan nutrisi dapat diketahui
menelan melalui peningkatan berat badan
Faktor yang Berhubunga: /minggu.
 Faktor biologis 4. Memberikan rasa control, dengan
 Ketidakmampuan untuk memriksa setiap asupan makan yang
mengabsorbsi nutrient dikonsumsi oleh klien
 Ketidakmampuan menelan
makanan
 Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
 Faktor psikologis
3 Kekurangan volume cairan NOC; NIC:
(00027)  Fluid balance Fluid Management Fluid Management
Domain 2: Nutrisi  Hidration 1. Pertahankan catatan intake dan 1. Memberikan informasi tentang
Kelas 5: Hidrasi  Nutritional status: food and output yang akurat keseimbangan cairan
Definisi: penurunan cairan fluid intake 2. Monitor vital sign setiap 15 2. Untuk mengetahui TTV dari klien
intravaskuler, interstisial, Setelah dilakukan tindakan menit – 1 jam normal atau tidak
dan/atau intraseluler. Ini keperawatan selama…x 24 jam 3. Monitor masukkan 3. Agar dapat mengetahui kadar kalori
mengacu pada dehidrasi kekurangan volume cairan makanan/cairan dan hitung tiap harinya
kehilangan cairan saja tanpa teratasi dengan kriteria hasil: intake kalori harian
perubahan kadar natrium. 1. Tekanan darah, nadi, suhu 4. Kolaborasi pemberian cairan Iv 4. Mempertahankan istirahat usus akan
Batasan Karakteristik: tubuh dalam batas normal memerlukan penggantian cairan
 Penurunan tekanan darah 2. Elektrolit, Hb, Ht dalam untuk memperbaiki kehilangaan
 Penurunan tekanan nadi 5. Monitor status nutrisi 5. Agar dapat mengetahui nutrisi yang
batas normal
 Penurunan volume nadi 3. Tidak ada tanda dehidrasi, dibutuhkan
6. Dorong keluarga untuk
 Membran mukosa kering elastisitas turgor kulit baik, 6. Keluarga sebagai pendorong
membantu pasien makan pemenuhan kebutuhan cairan klien
 Kulit kering membran mukosa lembab,
Hypovolemia Management Hypovolemia Management
 Peningkatan hematokrit tidak ada rasa haus yang
1. Monitor status cairan termasuk 1. Mengetahui pemasukan dan
 Peningkatan frekuensi berlebihan
intake dan output cairan pengeluaran cairan pasien
nadi 2. Monitor tingkat Hb dan Ht 2. Mengetahui nilai Hb dan Ht agar
 Penurunan berat badan dalam batas normal
 Haus 3. Monitor tanda vital 3. Agar mengetahui TTV pada klien
 Kelemahan normal
Faktor yang Berhubungan: 4. Monitor BB 4. Indikator cairan dan status nutrisi

 Kehilangan cairan aktif


 Kegagalan mekanisme
regulasi
4 Ansietas (000146) NOC: NIC:
Domanin 9: Koping/Toleransi  Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan Anxiety Reduction (penurunan
terhadap stress  Anxiety level kecemasan) kecemasan)
Kelas 2: Respon Koping  Coping 1. Gunakan pendekatan yang 1. Meningkatkan kenyamanan pasien
Definisi: Perasaan tidak Setelah dilakukan tindakan menenangkan yang bisa meminimalkan kecemasan
nyaman atau kekhawatiran keperawatan selama…x 24 jam 2. Nyatakan dengan jelas harapan 2. Membantu pasien untuk berperilaku
yang sama disertai respon kecemasan klien dapat teratasi terhadap perilaku pasien positif untuk mengurangi kecemasan
autonom (sumber seringkali dengan kriteria hasil: 3. Jelaskan semua prosedur dan 3. Meningkatkan sikap kooperatif dan
tidak spesifik atau tidak 1. Klien mampu apa yang dirasakan selama mengurangi kecemasan dengan
diketahui oleh individu) mengidentifikasi dan prosedur melibatkan pasien
perasaan takut yang mengungkapkan gejala 4. Pahami prespektif pasien 4. Mengidentifikasi perspektif klien
disebabkan oleh antisipasi cemas terhadap situasi stres akan mempermudah perencanaan
terhadap bahaya. Hal ini 2. Mengidentifikasi, untuk mendapatkan pendekatan
merupakan isyarat mengungkapkan dan terbaik dalam mengurangi stres.
5. Temani pasien untuk
kewaspadaan yang menunjukkan tehnik untuk 5. Meningkatkan kenyamanan pasien
memberikan keamanan dan
memperingatkan individu akan mengontrol cemas sehingga bisa mnegurangi
mengurangi takut
adanya bahaya dan 3. Vital sign dalam batas kecemasan
memampukan individu untuk normal 6. Memantau derajat kecemasan pasien
6. Identifikasi tingkat kecemasan
bertindak menghadapi 4. Postur tubuh, ekspresi 7. Agar pasien tidak khawatir akan
7. Bantu pasien mengenal situasi
ancaman. wajah, bahasa tubuh dan kondisi yang di hadapi
yang menimbulkan kecemasan
Batasan Karakteristik: tingkat aktivitas
8. Dorong pasien untuk
Perilaku menunjukkan 8. Mengetahui apa yang diharapkan
mengungkapkan perasaan,
 Gelisah berkurangnya kecemasan pasien dari penyebab kecemasan.
ketakutan, persepsi
 Mengekspresikan
9. Instruksikan pasien
kekhawatiran karena 9. bisa meningkatkan kenyamanan dan
menggunakan tehnik relaksasi
perubahan dalam peristiwa mengurangi kecemasan

hidup
 Tampak waspada
Efektif
 Gelisah, distress
 Ketakutan
 Perasaan tidak adekuat
 Berfokus pada diri sendiri
 Peningkatan kewaspadaan
 Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidakberdayaan
 Ragu/tidak percaya diri
 Khawatir
Fisiologis
 Peningkatan keringat
 Peningkatan ketegangan
 Gemetar/tremor
Simpatik
 Anoreksia
 Diare, mulut kering
 Peningkatan tekanan darah
 Peningkatan denyut nadi
 Peningkatan refleks
 Peningkatan frekuensi
pernafasan, pupil melebar
 Lemah, kedutan pada otot
Parasimpatik
 Nyeri abdomen
 Diare, mual, vertigo
 Kesemutan pada
ekstremitas
Kongnitif
 Menyadari gejala fisiologis
 Kesulitan berkonsentrasi
 Ketakutan terhadap
frekuensi yang tidak
spesifik
 Khawatir dalam melamun
Faktor yang Berhubungan:
 Perubahan dalam (status
ekonomi, lingkungan,
status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran)
 Infeksi/kontaminan
interpersonal
 Stress, ancaman kematian
 Penyalahgunaan zat
 Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
PATTWAY
Infeksi Bakteri Faktor obat-obatan, merokok,
(HYACOBACTERI PYHLORI ) alcohol, makanan dll.

Melekat pada epitel Menggangu pembentukan


lambung sawat mukosa lambung

Menghancurkan
lapisan pada mukosa
lambung

Perfusi mukosa Menyebabkan kembalinya Barier (pembatas) lambung


lambung tergangu HCL & pepsin terhadap HCL & pepsin
tergangu

Erosi Mukosa Permeabilitas kapiler


GASTRITIS
lambung pembuluh darah naik

Nyeri epigastrium Lambung menjadi


Mukosa lambung ( nyeri ulu hati) edama
Kontraksi anti kehilangan
peristaltik integritas jaringan
Produksi HCL & Rangsanagan ke
Refluks Pepsin hypotalamus
Hemorhargi
duodenum ke
(perdarahan
lambung
) Mual
Terjadi inflamsi/
Cemas/ peradangan
Duodenum
merasa takut
terenggang Anoreksia
Lambung luka
Pengeluaran
Diafragma &
hormon adrenalin DX. Ketidakseimbangan
otot
abdominal Rangsangan zat Nutrisi Kurang Dari
bradikinin, Histamin & Kebutuhan Tubuh
Naiknya tulang DX. serosonin
lidah & laring Ansietas DX. Nyeri Akut
Hipotalamus ( Pusat nyeri
)
DX.
Spingter esophagus Spingter bawah Pengeluaran isi Kekurangan
atas terbuka berelaksasi lambung (muntah) volume cairan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local.(Patofisiologi, Sylvia A
Price hal 422).Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu gastritis akut
dan gastritis kronis.Gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat
yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi.Sedangkan
gastritis kronis Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus
benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H.
Pylory).
4.2 Saran
Berikut beberapa saran untuk dapatmengurangi resiko terkena gastritis:
1. Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama
makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya
dengan pemilihan jenismakanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana
cara memakannya. Makanlahdengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan
lakukan dengan santai.
2. Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan
mukosadalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
3. Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung,
membuatlambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga
meningkatkan asamlambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan
merupakan penyebab utamaterjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat
berhenti merokok tidaklah mudah,terutama bagi perokok berat. Konsultasikan
dengan dokter mengenai metode yang dapatmembantu untuk berhenti
merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Amin H. Nurarif, Hardhi Kusuma, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid
2, Jogjakarta: Januari
Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Dive Pers:
Jogjakarta
Gunawan, S. G., 2007. Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Melbourne’s Department of Health, 2010.Gastritis.
Melbourne: Victorian Government.
Gustin Kurni Rahmi, 2011.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Gastritis Pada Pasien Berobat Jalan di Puskesmas Gulai Bancah
Kota Bukit Tinggi (online), curesure.com/2012/11/Faktor-
Gastritis.html
Misnadiarly.(2009). Mengenal penyakit organ cerna.Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
M. Clevo Rendy, Margareth TH Nuha Medika, 2012. AsuhanKeperawatan
Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Mei
Saydam. 2011. Memahami Berbagai Penyakit (Penyakit Pernapasan dan
Gangguan Pencernaan). Alfabeta,Bandung.
Sukarmin, 2012.Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Puspadewi, V.A., & Endang, L. (2012).Penyakit maag & gangguan
pencernaan.Yogyakarta: Kanisius.
Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.
Kementrian KesehatanRI, Jakarta.

You might also like