You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN


DI RS ROEMANI MUHAMADDIYAH SEMARANG

Tio Dora Ultaria S*), Septo Pawelas Arso**), Ayun Sriatmi***)


Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
E-mail: theodoraultaria@gmail.com

ABSTRACT
Patient safety is the main foundation to patien safety. Patient safety culture is
hospital shoud be apllied with safety system in order to decrease KTD
significantly.RS Roemani Semarang has patient safety indicators in section of
hospital but many are not carried out because of the low of check againts mistake
made by nurses in Roemani Hospital Semarang. The purpose of the study is to
see description of patient safety culture in Roemani Hospital based on 12
dimensions of patient safety culture according to AHRQ. This study uses
quatitative methods and types of cross-sectional study with 72 respondents. The
results of this research is description of patient safety cultureon nurse in Roemani
Hospital categorized in a medium patient safety culture with percentage 71%,
with detail to each dimension are dimension categorized in low culture with
percentage 48,2% and 5 dimensions categorized in strong culture such us
supervisor expectations promoting patient safety 84,7%, communication
openness 88,9%, feedback and communication about error 88,9%, teamwork
within units 86,1%, handoffs and transitions 86,1%. Dimension medium
categorized are continuos improvement 72,6%, teamwork across units 71,2%,
non punitive response to error 51,8%, staffing 62,3%, management support
67,6%, overal perceptions of patient safety 74,7%. Researches suggested that
the the hospitals do a root cause analysis, develop briefing, buid culture of non
blaming, do declaring the patient safety a priority, and management by walking
around to control and disseminate patient safety.
Keyword : Hospital, Patient Safety, Patient Safety Culture, AHRQ, Nurse
Citations : 1983-2015

PENDAHULUAN pernah ada unsur kesengajaan


Perkembangan teknologi didalamnya.Masalah medical error
kedokteran yang demikian pesat beberapa tahun ini sering diterbitkan
saat ini telah menjadikan proses di media massa yang menjadi salah
pelayanan kesehatan semakin satu bukti bahwa pelayanan
kompleks.Sayangnya, sebagian kesehatan memiliki potensi
besar kemajuan teknologi ini tidak terjadinya adverse event yang
diikuti dengan budaya pelayanan dampaknya dapat bervariasi mulai
yang memadai. Dalam berbagai dari yang ringan hingga
situasi di pelayanan kesehatan, menimbulkan kecacatan tetap
pasien justru menjadi korban bahkan kematian. Beberapa
meskipun kenyataannya tidak penelitian secara global

118
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

menunjukkan bahwa besarnya atau tindakan yang seharusnya tidak


medical error yang ada di sekitar diambil.4
sistem kesehatan, penelitian di Rumah sakit merupakan salah satu
Harvard menemukan bahwa sekitar institusi pelayanan kesehatan
4% pasien mengalami adverse event profesional yang sangat kompleks
selama dirawat di rumah sakit, 70% karena ada padat modal, padat
berakhir dengan dengan kecacatan teknologi, padat karya, padat profesi,
sementara, sedangkan 14% berkahir pada sistem, dan padat mutu serta
dengan kematian.1 Laporan yang pada risiko sehingga sangat
disusun oleh the Institute of memungkinkan terjadi kejadian tidak
Medicine (IOM) mengungkapan diinginkan (KTD) yang dapat
setiap tahunnya di Amerika Serikat berakibat pada terjadinya cedera
diduga ada sekitar 44.000 hingga bahkan sampai dengan kematian
98.000 pasien yang meninggal pasien. Dalam upaya meminimalisir
akibat tindakan medik selama terjadinya kesalahan akibat
menjalani perawatan di rumah sakit.2 melaksanakan suatu tindakan atau
Munculnya berbagai studi mengenai tindakan yang seharusnya tidak
masalah keselamatan pasien diambil terkait dengan aspek
sehingga pada tahun 2000 Institute keselamatan pasien dan kualitas
Of Medicine (IOM) di Amerika rumah sakit, maka sangat diperlukan
Serikat menerbitkan tentang “To Err pentingnya membangun budaya
Is Human, Building a Safer Health keselamatan pasien.5Budaya
System” yang membuat masalah keselamatan pasien adalah nilai-
keselamatan pasien menjadi fokus nilai, sikap, persepsi kompetensi dan
kepada pembuat kebijakan, media, pola perilaku dari individu yang
dan masyarakat umum.2 menentukan komitmen dan gaya
Keselamatan pasien di Indonesia kemampuan manajemen rumah
diatur dalam Undang- Undang No. sakit dalam meminimalkanpajanan
44 Tahun 2009 pasal 43 tentang yang membahayakan atau
rumah sakit bahwa rumah sakit wajib mencelakakan karyawan,
menerapkan standar keselamatan manajemen pasien, atau anggota
pasien.3 Ketentuan lebih lengkap masyarakat lainnya.5 Budaya
mengenai keselamatan pasien diatur keselamatan pasien di suatu rumah
dalam Peraturan Menteri Kesehatan sakit dapat diketahui dengan
Republik Indonesia (Permenkes) melakukan kajian evaluasi yaitu
Nomor 1691 tahun 2011 yang untuk mengetahui seberapa jauh
menyatakan keselamatan pasien budaya keselamatan pasien di suatu
rumah sakit adalah suatu sistem rumah sakit. Menurut Agency of
dimana rumah sakit membuat Healthcare Research and Quality
asuhan lebih aman yang meliputi (AHRQ) dalam menilai budaya
assessmen risiko, identifikasi dan keselamatan pasien di rumah sakit
pengelolaan hal yang berhubungan terdapat beberapa aspek dimensi
dengan risiko pasien, pelaporan dan yang perlu diperhatikan yaitu
analisis insiden, kemampuan belajar harapan dan tindakan manajer
dari insiden dan tindak lanjutnya dalam mempromosikan keselamatan
serta implementasi solusi untuk pasien, pembelajaran berkelanjutan,
untuk meminimalkan timbulnya risiko kerja sama dalam unit, keterbukaan
dan mencegah terjadinya cedera komunikasi, umpan balik terhadap
yang disebabkan oleh kesalahan kesalahan, respon tidak
akibat melaksanakan suatu tindakan menyalahkan, staf yang adekuat,

119
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

persepsi secara keseluruhan, terutama pada perawat yang


dukungan manajemen, kerja sama merupakan satu komponen penting
tim antar unit, pemindahan pasien, dalam membangun budaya
dan frekeunsi pelaporan.5 keselamatan pasien di RS Roemani
Rumah Sakit Roemani Semarang sebagai petugas medis yang paling
merupakan salah satu rumah sakit sering kontak langsung dengan
tipe C dengan akreditasi 2012 pasien.Dari hasil wawancara dengan
dengan 15 bab kelompok kerja yang beberapa perawat di RS Roemani
pada bab III berisi mengenai yang sudah menerima pelatihan
sasaran keselamatan pasien. RS tentang keselamatan pasien
Roemani sudah memberikan mengatakan mengetahui tentang
perhatian pada mutu pelayanan keselamatan pasien tetapi belum
rumah sakit terutama terkait dengan dapat mengaplikasi karena masih
keselamatan pasien, hal ini terbiasa melakukan hal- hal yang
dibuktikan dengan membentuk Tim biasa perawat lakukan. Salah satu
KeselamatanPasienRumahSakit contohnya adalah perawat RS
(KPRS).Tim KPRS Rumah Sakit Roemani Semarang dalam
Roemani dibentuk melalui surat melaksanakan prosedur identifikasi
putusan direktur utama yang pasien masih menggunakan nomor
mempunyai tanggung jawab untuk kamardalam mengidentifikasi
menangani sistem keselamatan pasien.Budaya keselamatan pasien
pasien di RS Roemani Semarang. memang bukan hal yang mudah
Tim KPRS RS Roemani Semarang untuk dilakukan karena
sudah memiliki program dan membutuhkan proses yang
kegiatan dalam menjamin dan berkelanjutan.Dari hasil studi
meningkatkan mutu standar pendahuluan di RS Roemani penulis
keselamatan pasien dengan tertarik untuk melihat sejauh mana
melakukan kegiatan- kegiatan pelaksanaan budaya keselamatan
seperti rapattim, mengadakan pasien di RS Roemani Semarang
workshop keselamatan pasien, yang merupakan salah satu rumah
melaksanakan pencatatan dan sakit di kota Semarang yang sudah
pelaporan insiden keselamatan menerapkan keselamatan pasien.
pasien serta mengikuti pelatihan
penerapan keselamatan pasien. METODE PENELITIAN
Meskipun demikian masih ada Penelitian ini merupakan
masalah- masalah yang terjadi penelitian metode kuantitatif dengan
terkait keselamatan pasien di RS jenis survey deskriptif dan desain
Roemani seperti salah dalam penelitian yang digunakan cross-
pemberian obat kepada pasien, sectional. Populasi pada penelitian
salah nomor registrasi, ini adalah seluruh perawat yang
menggunakan nomor kamar pasien bekerja di RS Roemani. Sampel
untuk identifiaksi pasien, dan tidak adalah perawat yang bekerja di RS
melaporkan kesalahan yang Roemani sebanyak 72 perawat.
dilakukan dalam penanganan Teknik pengambilan sampel yaitu
pasien. proportionate stratified random
Berdasarkan hasil laporan dari tim sampling. Analisis yang digunakan
KPRS bahwa yang menjadi akar dalam penelitian ini adalah univariat.
permasalahan adalah mengenai
budaya keselamatan pasien yang
masih belum dapat dilaksanakan

120
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

HASIL DAN PEMBAHASAN mampu memilih sasaran yang tepat


Harapan dan Tindakan Supervisi untuk mencapai tujuan.9
dalam Mempromosikan Patient
Safety Kerja sama dalam Unit
Kepala ruang merupakan Kerja sama dalam unit
seorang yang perawat yang memiliki menunjukkan sejauh mana suatu
wewenang dalam mengatur dan divisi kompak dan bekerja sama
mengendalikan kegiatan perawat dalam tim. Kerja sama didefinisikan
memiliki tanggung jawab lebih besar sebagai kumpulan individu dengan
dibandingkan perawat pelaksana keahlian spesifik yang bekerja sama
dalam menyakinkan perawatan yang dan berinterkasi untuk mencapai
aman bagi pasien.6 Hasil penelitian tujuan bersama10Hasil penelitian
menunjukkan bahwa budaya menunjukkan kerja sama dalam unit
keselamatan pasien pada dimensi ini mengenai budaya keselamatan
sebesar (84,7%), hal ini juga sejalan pasien sebesar (71,2%)
dengan penelitian Salsabila (2014) dikategorikan budaya sedang.Hal ini
di RS Pasar Rebo yang sejalan dengan penelitian
menggambarkan budaya Nurwahidah (2014) yang
keselamatan pada dimensi ini menggambarkan kerja sama tim di
tergolong kuat (81,2%). Salah satu RSUD Ajjipange Soppeng tergolong
gaya kepemimpinan adalah tinggi (97,3%). Pembagian shif yang
pemimpin yang berkonsultasi berbeda- beda merupakan salah
dengan bawahan untuk satu faktor kurang terbentuknya
mendapatkan masukan dan saran kerja sama dalam tim, karena untuk
dalam rangka pengambilan melatih tim diperlukan waktu bahkan
keputusan.7 mungkin dibutuhkan waktu yang
lama.11
Organizational Learning/
Perbaikan Berkelanjutan Komunikasi Terbuka
Menurut Robbins organisasi Komunikasi mempunyai arti
belajar sangat diperlukan bagi penting dalam keselamatan pasien
manajemen untuk mengembangkan dan kesinambungan pelayanan.10
kapasitas organisasi secara Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berkesinambungan untuk respon positif pada dimensi
menyesuaikan diri dan melakukan komunikasi terbuka sebesar (88,9%)
perubahan.8Hasil penelitian sehingga dikategorikan budaya kuat.
menunjukkan bahwa budaya Hal ini sejalan dengan penelitian Hal
keselamatan pasien secara ini sejalan dengan penelitian
keseluruhan pada dimensi ini Pujilestari (2013) yang
dikategorikan budaya sedang menggambarkan pada dimensi ini di
(72,6%). Hal ini sejalan dengan RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo
penelitian yang dilakukan oleh tergolong tinggi (70,2%). Briefing
Pujilestrari (2013) di RSUP DR. merupakan salah satu cara untuk
Wahidin Sudirohusodo yang meningkatkan komunikasi untuk
menggambarkan pada dimensi ini berbagi informasi seputar
tergolong tinggi (85,3%). Salah satu keselamatan pasien yang potensial
yang menghambat adalah terjadi dalam kegiatan sehari- hari.12
kurangnya melakukan evaluasi
keefektifan keselamatan pasien,
padahal keefektifan menjadikan

121
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Umpan balik dan Komunikasi Staffing


tentang Kesalahan Menurut Cahyono (2008)
Umpan balik dan komunikasi menyatakan sumber daya manusia
terhadap kesalahan merupakan hal di rumah sakit sebagai individu
yang terpenting setelah pelaksana langsung pelayanan
dilakukannya pelaporan insiden harus memenuhi kecukupan baik
keselamatan pasien.10Hasil kuantitas dan kualitas.12Hasil
penelitian menunjukkan bahwa total penelitian menunjukkan bahwa pada
respon positif pada dimensi ini dimensi ini respon positif sebesar
sebesar (88,9%) dikategorikan (62,35%) dikategorikan budaya
budaya kuat.Hal ini tidak sejalan sedang, hal ini ini sejalan dengan
dengan penelitian Nurwahidah penelitian Salsabila (2014) di RSUD
(2014) yang menggambarkan Pasar Rebo yang menggambarkan
umpan balik dan keselamatan budaya keselamatan pada dimensi
berbudaya sedang, salah satu yang ini tergolong sedang (57,6%).
menyebabkan adalah kurangnya Ketersedian jumlah perawat yang
kesadaran dan peran perawat dalam cukup secara kuantitas dan kualitas
program keselamatan.13 akan mengurangi human error
dalam pelayanan di rumah sakit.9
Respon Non Punitive terhadap
Kesalahan Dukungan Manajemen terhadap
Perawat dan pasien Keselamatan Pasien
seharusnya diperlakukan secara adil Penerapan budaya
ketika terjadi insiden. Ketika terjadi keselamatan pasien dalam sebuah
insiden, selayakanya tidak terfokus organisasi tidak terlepas dari peran
untuk mencari kesalahan individu aktif manajer.12 Hasil penelitian
tetapi lebih mempelajari secar menunjukkan bahwa respon positif
sistem yang menagkibatkan pada dimensi ini sebesar (67,6%)
terjadinya kesalahan.13 Budaya tidak dikategorikan budaya sedang. Hal ini
menyalahkan pada kepada perawat tidak sejalan dengan penelitian yang
perlu dikembangkan dalam dilakukan oleh Pujilestari (2013) di
menumbuhkan budaya keselamatan RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo
pasien.Hasil penelitian menunjukkan yang menggambarkan budaya
bahwa respon positif pada dimensi keselamatan pada dimensi ini
ini sebesar (51,8%) dikategorikan tergolong kuat (93,3%), ketika
sedang.Hal ini tidak sejalan dengan keselamatan pasien menjadi
penelitian yang dilakukan oleh prioritas utama manajemen maka
Nurwahidah (2014) di RS Ajjipange unit- unit di rumah sakit mengalami
Soppeng yang menggambarkan sedikit masalah merupakan salah
budaya pada dimensi ini tegolong satu penghambat budaya
rendah (56%).Paradigma lama yang keselamatan pada dimensi ini. 14
masih mencari siapa yang
melakukan kesalahan bukan Kerja sama antar Unit
menganalisis mengapa suatu Pelayanan kesehatan di
kejadian terjadi merupakan salah rumah sakit merupakan rangkaian
satu penghambat rendahnya respon pelayanan oleh berbagai unit. Hasil
non punitive terhadap kesalahan.12 penelitian menunjukkan respon
positif pada dimensi ini sebesar
(80,2%) dikategorikan budaya kuat.
Hal ini sejalan dengan penelitian

122
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

yang dilakukan oleh Salsabila (2014)


di RS Pasar Rebo yang Frekuensi Pelaporan
menggambarkan budaya Pelaporan insiden
keselamatan pada dimensi ini keselamatan pasien adalah suatu
tergolong kuat (81,2%). Perawat sistem untuk mendokumentasikan
mampu bekerja sama dalam tim laporan insiden keselamatan pasien,
merupakan kesuksesan dalam analisis dan solusi untuk
keseluruhan pelayanan medis yang pembelajaran. Hasil penelitian
diberikan kepada pasien.11 menunjukkan dimensi frekuensi
pelaporan kejadian dikategorikan
Handsoff dan Transisi budaya lemah sebesar (48,2%) Hal
Handsoff dan transisi ini sejalan dengan penelitian yang
merupakan proses berpindahnya dilakukan Nurwahidah (2014) di RS
pasien dari satu lingkungan ke Ajjipange Soppeng yang
lingkungan lain.13Hasil penelitian menggambarkan dimensi
menunjukkan bahwa respon positif dikategorikan lemah (50%). Menurut
pada dimensi ini sebesar (86,1%) Cahyono menutupi kejadian KTD
dikategorikan budaya kuat. Hal ini dan pelaporan berbuntut adannya
tidak sejalan dengan penelitian sanksi merupakan bentuk budaya
Salsabila (2014) di RS Pasar Rebo yang menghambat program
12
yang menggambarkan budaya keselamatan pasien.
keselamatan pada dimensi ini
tergolong sedang (74,9%) yang KESIMPULAN DAN SARAN
sudah hampir menuju budaya kuat. Budaya keselamatan di RS Roemani
Faktor yang menghambat handsoff Semarang dikategorikan sedang
dan transisi adalah kesalahan dalam dengan persentasi (71%), dengan
penyampaian informasi perawatan rincian tiap dimensi yaitu dimensi
pasien saat pemindahan pasien.13 frekuensi pelaporan dikategorikan
rendah dengan persentase (48,2%)
Persepsi Keseluruhan terhadap dan 5 dimensi dikategorikan kuat
Patient Safety yaitu harapan dan tindakan supervisi
Persepsi merupakan suatu dalam mempromosikan patient
proses pengamatan seseorang yang safety(84,7%), komunikasi terbuka
berasal dari komponen kognitis yang (88,9%), umpan balik dan
dipengaruhi oleh faktor pengalaman, komunikasi tentang kesalahan
proses belajar, wawasan dan (88,9%), kerja sama antar unit
pengetahuan.12Hasil penelitian (80,2%), handsoff dan
menunjukkan respon positif pada transisi(86,1%). Dimensi yang
dimensi ini adalah (74,7%) tergolong sedang yaitu perbaikan
dikategorikan budaya sedang, Hal ini berkelanjutan (72,6%), kerja sama
sejalan dengan penelitian dalam unit (71,2%), respon non
Nurwahidah (2014) di RS Ajjipange punitive(51,8%), staffing(62,3%),
Soppeng yang menggambarkan dukungan manajemen (67,6%),
budaya keselamatan pada dimensi persepsi keseluruhan tentang patient
ini tergolong sedang (50,7%). Salah safety(74,7%).Peneliti menyarankan
satu yang membuat budaya pada agar pihak rumah sakit melakukan
dimensi persepsi tentang patient root cause analysis, membudayakan
safety meningkatkan adalah adanya briefing, membangun budaya non
kesadaran perawat tentang punitive, melakukan pendeklarasian
pentingnya keselamatan pasien.15 budaya keselamatan pasien sebagai

123
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

prioritas utama, dan melakukan Nurse dengan Penerapan


management by walking around Budaya Keselamatan Pasien
untuk mengontrol dan oleh Perawat Pelaksana
mesosialisasikan keselamatan RSUPN Dr. Cipto
pasien. Peneliti selanjutnya Mangunkusumo Jakarta.
diharapkan dapat mengukur budaya Tesis: Universitas Indonesia
keselamatan pasien pada seluruh Jakarta. 2010.
staf rumah sakit sehingga 7. Departemen Kesehatan
didapatkan hasil yang lebih lengkap RepubIik Indonesia. Panduan
dan mendalam. Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit
DAFTAR PUSTKA Utamakan Keselamatan.
1. Brennan TA, Leape LL, Laird (Online). 2008.
N et al. Incidence of Adverse (https://www.scribd.com/doc/
Events and Negligence in 232255012/Panduan-
hospitalised patients: results Nasional-Keselamatan-
of the Harvard Medical Pasien-RS-Persi-2008
Practice Study. (Online), Vol. diakses 5 Maret 2016).
324 (6):370-7d.1991. 8. Robbins, Stephen & Judge
(http://www.uphs.upenn.edu/ Timoty. Organizational
gme/pdfs/Brennan_Harvard Behavior. Terjemahan oleh
%20Medical%20Practice%20 Ratna Saraswati dan
Study%201_NEJM.pdf, Febriella Sirait. Salemba
diakses 2 Maret 2016). Empat.2015.
2. Kohn LT, Corrigan JM, 9. Rachmawati ,E. Model
Donaldson MS Eds. To err is Pengukuran budaya
human: Building a Safer Keselamatan Pasien di RS
Health System.(Online).1999. Muhammaddiyah
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov Semarang.(Online).21(http://r
/pubmed/25077248, diakses epository.unhas.ac.id/bitstrea
2 Maret 2016). m/handle/123456789/10965/
3. Undang-Undang Republik ANDI%20SILVIYAH%20K11
Indonesia Nomor 44 Tahun 110328.pdf;sequence=1.pdf
2009 tentang Rumah Sakit. diakses pada 5 Maret
Jakarta: DepKes.2009. 2016).
4. Permenkes RI No 1691/ 10. Stoner, James A.F.
MENKES/PER/VIII/2011 Manajemen Englewood. N.J.:
tentang Keselamatan Pasien Prentice Hall Inc.
RumahSakit.Jakarta: (Online).2006.(http://lib.ui.ac.i
KemenKes.2011. d/file?file=digital/129266-
5. Agency for Healthcare T%2026804m
Research and Quality. Pengembangan%20strategi-
Hospital Survei on Patient Bibliografi.pdf diakses pada 1
Survey Culture. (Online). Juni 2016).
2004.(http://www.ahrq.gov/pr 11. Rozovsky, F.A., & Woods, Jr.
ofessionals/quality- The Handbook of Patient
patient.pdf, diakses 7 Maret Safety Compliance, A
2016). Practical Guide for Health
6. Setiowati, Dwi. Hubungan Care Organization. USA:
Kepemimpinan Efektif Haed Jossey-Bass.(Online).2005.

124
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

(http://www.slideshare.net/Lei
laCampbell547/the-
handbook-of-patient-safety-
compliance-a-practical-guide-
for-health-care-organizations-
pdf-69081497 diakses 1 Juni
2016).
12. Cahyono, J.B Suharjo B.
MembangunBudayaKeselam
atanPasienDalamPraktikKed
okteran. Yogyakarta :
Kanisius. 2008.
13. Budihardjo, Andreas.
Pentingnya Safety Culture di
Rumah Sakit Upaya
Meminimalkan Adverse
Events. Jakarta: Prasetya
Mulya Bussiness School.
2008.
14. Katz- Navon, dkk. Safety
Climate in Healthcare
Organisations:AMultidimensi
onlApproach.(Online).2005.
(https://www.jstor.org/stable/
20159730 diakses 3 Juni
2016).
15. Nurmalia, Devi. Pengaruh
ProgramMentoring
Keperawatan terhadap
Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien di
Ruang Rawat Inap RS Sultan
Agung Semarang. (Tesis).
Jakarta : FKM UI. 2012.

125

You might also like