You are on page 1of 27

MA’RIFATUL ISLAM

Oleh
Kelompok 5
AJ2-B17

Maslakah 131411123010
Anis Lutfiani 131411123025
Astrid Dyah Febri Diane 131411123042
Dessy Era Puspitasari 131411123056
Lilis Kurniawati 131411123074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika Allah SWT menjadikan Islam sebagai jalan kehidupan bagi kaum
muslimin, tentulah Allah sudah mengetahui akan berbagai hal yang akan dihadapi oleh
manusia itu sendiri. Karena Islam menginginkan adanya penyelesaian dan kedamaian
atas segala hal yang menimpa manusia dalam kehidupan mereka. Dan seperti itulah
sesungguhnya profil al-Islam. Islam merupakan pegangan hidup manusia yang mampu
mengantarkan mereka pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat, serta
mampu mengentaskan segala problematika yang mereka hadapi.
Termasuk dalam bidang kesehatan, khususnya bagi seorang perawat yang tidak
lepas dari problematika tuntutan profesi untuk bekerja secara professional. Tentu dalam
menjalankan tugasnya perawat dituntut untuk dapat bekerja secara maksimal sesuai
dengan syariat Islam. Sikap konsisten seorang perawat yang beragam Islam terletak pada
pengakuan hati nuraninya terhadap agama Islam.

Untuk itulah, perlu kiranya bagi kita untuk mengkaji ulang tentang hakikat dinul
Islam secara utuh dan menyeluruh bagi perawat agar kita dapat dijadikan landasan untuk
dapat berkembang dan memiliki jiwa profesionalisme yang lebih baik.

B. Tujuan Umum dan Khusus


1) Tujuan Umum
Dengan pemahaman dan pengamalan terhadap Islam yang benar dapat
membangkitkan komitmen dan kelancaran ibadah dan dakwah Islam.
2) Tujuan Khusus
Mahasiswa B17 Fakultas Keperawatan Unair dapat lebih memahami kepribadian
sebagai muslim yang mengenal Islam (Ma’rifatul Islam).
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Islam
Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata
salama.Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini. ‫اﻹﺱﻼم‬
‫إﺱﻼمﺎ یﺴﻠﻢ أﺱﻠﻢ مﻦ مﺼﺪر‬
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki
beberapa pengertian, diantaranya adalah:
1. Berasal dari Islaamul wajhi

Yang berarti menundukkan wajah. Hal ini dilakukan ketika seseorang mengakui
kebesaran pihak lain dan rendah hati dihadapannya.

2. Berasal dari As-salaamah

Yang berarti keselamatan, kebersihan, atau kesehatan.

3. Berasal dari ‘salm’ (‫ﺴ ْﻠﻢ‬


َّ ‫ )ال‬yang berarti damai.
Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. 8 : 61)

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.”
Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini
merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan
agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian. Dalam sebuah
ayat Allah SWT berfirman : (QS. 49 : 9)
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat
aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat
aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu
telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya
dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil.”

Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat
menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum
muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya. Dalam
Al-Qur’an Allah berfirman: (QS. 22 : 39) ُ

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena


sesungguhnya mereka telah dianiaya.Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha
Kuasa menolong mereka itu.”

4. Berasal dari kata ‘aslama’ ( ‫ )أ َ ْسﻠَ َﻢ‬yang berarti menyerah.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang


yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.
Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah
perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna penyerahan
ini, Allah berfirman dalam al-Qur’an: (QS. 4 : 125)

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus?Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya.”

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk


menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat
Allah berfirman: (QS. 6 : 162)

“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah


baik yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya
kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3 :
83) :

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah,
padahal kepada-Nya- lah berserah diri segala apa yang di langit dan di
bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah
mereka dikembalikan.”

Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan


diri kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya
Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang
(baca; mutma’inah).

5. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun ( َ‫)ا ْست َ ْﺴﻠَ َﻢ–م ْﺴتَ ْﺴ ِﻠم ْون‬ penyerahan total

kepada Allah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 37 : 26)


“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.”

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena
sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan
seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada
Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada
Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan,
kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya hanya
kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan
dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan
dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena Allah dan menggunakan
manhaj Allah.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 2 : 208)

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara


keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan.Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total


kepada Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi
segala yang dilarang-Nya.

6. Berasal dari kata ‘saliim’( ٌ‫سلِ ْيم‬


َ )yang berarti bersih dan suci.

Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 26 :

89):
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 37: 84)

“(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.”


Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan
bersih, yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan
kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di
dunia maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT
mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk
mensucikan dan membersihkan jiwa manusia. Allah berfirman: (QS. 5: 6)

“Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu


hendak menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk
membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur.”

7. Berasal dari ‘salam’( ٌ‫سالَم‬


َ ) yangyang berarti selamat dan sejahtera.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an: (QS. 19 : 47)

Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan


meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik
kepadaku.

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa


membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan.Karena Islam
memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.

Adapun dari segi istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam),
Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada
para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga
sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang
lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’
Nama agama ini tidak berdasarkan pembawa atau tempat diturunkannya, atau
nama-nama lainnya.Islam diambil dari sikap yang harus dilakukan para penganut.
Dengan sikap itu, mereka akan mendapat dan menebarkan kedamaian serta kesejahteraan
bagi seluruh alam.

Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh
ayat- ayat Al-Qur’an.Diantara poin-poinnya adalah:

1. Al-Khudhu’ (Ketundukan)

Semua yang ada dilangit dan bumi, tunduk dan patuh kepada Allah
baik dengan suka rela maupun terpaksa (Ali-Imron:83).

Demikian pula sikap orang-orang Islam terhadap Allah dan Rasul-Nya.


“Kami mendengar dan kami patuh.” (An-Nuur:51).

2. Islam sebagai wahyu ilahi َ ‫)اْ ِﻹلَ ِه‬


(‫يﺎلو ْحي‬
Mengenai hal ini, Allah berfirman QS.53 : 3-4

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).”

3. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW)

Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. 3 : 84)

“Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang


diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il,
Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa,
`Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami
menyerahkan diri."

4. Sebagai pedoman hidup (‫حيَﺎةِ ِم ْن َهﺎج‬ ْ


َ ‫)ال‬
Allah berfirman (QS. 45 : 20)

“Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang meyakini.”

5. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah

SAW
Allah berfirman (QS. 5 : 49-50)

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa


yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan
Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan
menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa
mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang
fasik.Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum)
siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang
yakin?”
ْ
ِّ ِ ‫)الم ْﺴت َ ِقيْم‬
6. Membimbing manusia ke jalan yang lurus(‫ﺎلﺼ َراط‬

Allah berfirman (QS. 6 : 153)

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus,
maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai- beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”

7. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat akhirat(‫سﻼَ َمة‬ ِ ْ‫)وا‬


َ ‫آلخ َر ِةالﺪُّ ْن َيﺎ‬ َ
Allah berfirman (QS. 16 : 97)

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan”

B. Keuniverselan Islam
Islam merupakan pedoman hidup yang universal, yang mencakup segala aspek
kehidupan manusia dalam semua dimensi waktu, tempat dan sisi kehidupan manusia.
1. Mencakup seluruh dimensi waktu
Artinya bahwa Islam bukanlah suatu agama yang diperuntukkan untuk umat
manusia pada masa waktu tertentu, sebagaimana syariat para nabi dan rasul yang
terdahulu.Namun Islam merupakan pedoman hidup yang abadi, hingga akhir zaman.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 21:107):

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat


bagi semesta alam.”

Rahmat bagi semesta alam artinya bagi seluruh makhluk Allah di muka
bumi ini sepanjang masa.Rasulullah SAW sendiripun diutus sebagai nabi dan
rasul terakhir yang ada di muka bumi, yang menyempurnakan syariat nabi-nabi
terdahulu. Allah berfirman (QS. 33 : 40)

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di


antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.Dan
adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Sebagai nabi dan rasul terakhir berarti tidak akan ada lagi nabi dan rasul yang
lain yang akan menasakh (menghapus) syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW,
sebagaimana yang Rasulullah SAW lakukan terhadap syariat para nabi dan rasul
yang lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa risalah nabi Muhammad merupakan
risalah abadi hingga akhir zaman.

2. Mencakup seluruh dimensi ruang


Maknanya adalah bahwa Islam merupakan pedoman hidup yang tidak dibatasi
oleh batasan-batasan geografis tertentu, seperti hanya disyariatkan untuk suku atau
bangsa tertentu. Namun Islam merupakan agama yang disyariatkan untuk seluruh
umat manusia, dengan berbagai bangsa dan sukunya yang berbeda-beda. Allah SWT
berfirman (QS. 34 :28)
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”

Dari ayat di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an tidak
hanya diturunkan untuk orang Arab secara khusus, namun juga untuk orang Eropa,
Rusia, Asia, Cina dan lain sebagainya.

3. Mencakup semua sisi kehidupan manusia.


Maknanya adalah bahwa Islam merupakan pedoman hidup manusia yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dan tidak hanya agama yang mengatur
peribadahan saja sebagaimana yang banyak difahami oleh kebanyakan manusia pada
saat ini. Sesungguhnya Islam mencakup seluruh aspek dan dimensi kehidupan
manusia, diantaranya adalah:
a) Peribadahan
QS. 51 : 56

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


supaya mereka menyembah- Ku.
b) Akhlak (Etika/ Tata krama/ Budi Pekerti)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: َُ

“Bahwasanya aku diutus adalah untuk menyempurnakan


kebaikan akhlak/ moral.” (HR. Ahmad)
c) Ekonomi
QS. 59 : 7

“supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-


orang kaya saja di antara kamu.“
d) Politik
QS. 5 : 51

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara
kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka.Sesungguh nya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim”.
e) Sosial
QS. 5 : 2

“Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan


ketaqwaan, dan janganlah kalian tolong menolong dalam
perbuatan dosa dan permusuhan.”
f) Pendidikan
QS. 31 : 13

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di


waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar".
C. Sifat Islam

Sebagai agama atau sistem hidup yang Allah SWT turunkan kepada manusia
melalui para nabi dan Rosul, Islam memiliki sejumlah sifat yang tidak dimiliki agama
dan sistem manapun. Diantara sifat-sifatnya itu adalah

1. Islam adalah agama/sistem yang sempurna


Kesempurnaan itu ada pada agama ini karena ia adalah agama terakhir yang
dimaksudkan untuk menyempurnakan agama-agama sebelumnya. Sejalan dengan
umur manusia dan kematangan berfikirnya, agama ini memiliki perangkat-perangkat
yang lebih sempurna dibanding dengan agama-agama sebelumnya, hal ini dapat kita
temukan terutama pada aspek-aspek syariatnya. Islam juga diturunkan kepada Nabi
paling sempurna yang dijuluki sebagai as syaafi’ al-musyaffa’. Julukan yang tidak
diberikan kepada Nabi yang lain karena hanya beliau Nabi Muhammad SAW yang
diberi ijin untuk memberi syafaat. Kesempurnaanya dapat kita temukan juga dalam
implementasi dan cakupannya terhadap seluruh aspek kehidupan manusia, baik
aspek kehidupan dunia maupun akhirat.
2. Nikmat yang sempurna
Disamping nikmat-nikmat lainnya, Islam merupakan nikmat yang paling
sempurna. Hidayat sejatinya adalah nikmat, hidayah yang terstruktur dalam sistem
hidup yang sempurna dalam agama ini adalah nikmat yang sangat besar karena ia
hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad SAW. Karena itu kemudian mereka
diangkat menjadi ummatan wasathan. Sebagai saksi atas umat didunia dan diakhirat
dengan nikmat itu pula umat mukminin menjadi umat terbaik yang pernah dilahirkan
untuk seluruh umat manusia.
3. Agama / Sistem yang diridhai
Hal ini Allah utarakan berkali-kali dalam kitab suciNya. Pernyataan ini sekaligus
memberikan ketegasan bahwa agama dan sistem selainnya adalah sistem jahiliyah,
batil, dan tidak diridhai. Syariat samawi yang diturunkan sebelumnya adalah syariat
yang diridhai pada masanya. Setelah masa berlakunya habis, logika akal dan dalil
syar’i menentukan bahwa syariat terlahirlah yang berlaku. Pemberlakuan syariat
yang telah kadaluarasa masa berlakunya, merupakan pembangkangan terhadap
syariat dan yang menurunkannya.
Pada kesempatan haji wada’, haji terakhir yang dilakukan oleh Rosululloh SAW.
Allah menurunkan tiga sifat diatas. ‘Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu
agamamu, Aku sempurnakannikmatku kepadamu, dan Aku ridha Islam sebagai
agama bagimu’ (Al-Maidah:3).
4. Agama Fitrah
Bersamaan dengan penciptaan alam semesta ini, Allah menciptakan sifat dan
karakteristiknya masing-masing. Karena Islam diturunkan oleh Dzat yang telah
menciptakan alam semesta. Berikut ketentuan-ketentuan kauniyah maka Ia adalah
sistem yang sejalan degan fitrah kauniyah itu. Tidak ada perbedaaan antara fitrah
kauniyah dan fitrah syar’iyah, karena syari’at dibuat untuk menjaga fitrah kauniyah
itu. Allah telah menciptakan manusia diatas fitrah ini. Penyimpangan atas fitrah yang
bersih lagi lurus ini merupakan keseesatan yang hanya menimbulkan kerugian dan
malapetaka bagi umat manusia dan alam semesta. Dalam hadist qudsi Allah
berfirman:
‘Aku telah menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan hanif tapi kemudian setan
menggelincirkan mereka dari agamanya’.
D. Kesempuraan Islam

Sebagai sitem yang ditetapkan dan diturunkan oleh Allah yang Maha luas dan
Maha sempurna, Islam mempunyai kesempurnaan yang tidak dimiliki oleh sistem-sistem
buatan manusia yang manapun. Kesempurnaan itu dapat dilihat dari cakupannya terhadap
ruang, waktu, dan muatan sistemnya.

1. Cakupan Waktu
Sistem ini Allah berlakukan sejak awal penciptaan hingga akhir zaman.
Demikian itu karena ia diciptakan untuk mengatur kehidupan mahluk-mahlukNya
agar terjadi keselarasan, keharmonisan, kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan.
Karena itu kita dapati bahwa seluruh Nabi dan Rosul (sejak nabi pertama hingga
Nabi terakhir) mengajarkan hal yang sama. Risalah mereka satu yaitu membebaskan
manusia dari penghambaan kepada sesama mahluk kepada penghambaan kepada Al-
Khaliq. Kesempurnaan ini sangat jelas kita dapatkan pada risalah yang di bawa Nabi
terakhir, nabi Muhammad SAW .Yang menyempurnakan bangunan yang sudah
ditata dan dibangun nabi-nabi sebelumnya. Dengan berakhirnya masa pensyariaatan
pada Nabi yang terakhir, risalah Illahi mencapai kesmpurnaannya. Karena itu ia
berlaku hingga akhir zaman tidak akan ada Nabi dan risalah lagi setelah ia mencapai
kesempurnaaannya.
2. Cakupan ruang
Islam diturunkan bukan terbatas untuk bangsa Arab atau bangsa apapun di
belahan bumi ini, Ia adalah rahmat bagi seluruh alam. Berlaku untuk seluruh bangsa
–bangsa, tidak membedakan warna-warna kulit, ras, maupun keturunan. Pencipta
mereka adalah Allah Al-khaliq, mereka semua (anak-anak Adam) diciptakan dari
tanah. Tidak ada kelebihan suatu orang atas orang yang lain, yang membedakan
adalah tingkat ketakwaan mereka kepada Allah. Setiap orang dari keluarga manapun
dna bangsa manapun berhak mendapat kemuliaan itu, selama ia bertakwa.
3. Cakupan Sistem
Islam adalah sistem komprehensif yang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia.Tentang ini Rasulullah SAW menggambarkannya sebagai bangunan dalam
hadist Jibril. Layaknya sebuah bangunan, Sa’id Hawwa mengatakan bahwa Islam
terdiri dari pondasi, badan banguan dan pendukung.
a. Islam dibangun diatas asas aqidah yang mencakup hal-hal yang berkaitan
dengan keyakinan dan ideologi
b. Bangunan utamanya terdiri dari aspek-aspek normal, perilaku terhadap
sesama dan sikap terhadap Al-Khaliq yang terimplimentasikan dalam bentuk
ibadah.
c. Pendukung- pendukungnya adalah jihad dan dakwah. Dengan dakwah dan
jihad Islam akan tetap kokoh , berkembang dinamis sesuai dengan karakter
azasinya, serta bebas dari virus-virus syubuhat dan ancaman sistem lain.

Karena cakupannya yang lengkap dan komprehensif itu, maka ia adalah sebuah
sistem dan pedoman hidup yang sempurna pula. Kesempurnaan ini menjadikannya
lebih unggul dibandingkan sistem-sistem lain dan karena itu ia datang untuk
dimenangkan atas yang lain. Islam adalah pedoman hidup yang menjamin
kebahagian seluruh umat manusia di dunia dan akhirat.

E. Karakteristik Islam
Sebagai agama terakhir yang sempurna, Islam memiliki karakteristik (baca;
khasa’ish) yang membedakannya dengan agama-agama yang terdahulu. Diantara
karakteristik Islam adalah:

1. Pertama : Robbaniyah (‫)الربانية‬


Karakter pertama dinul Islam, adalah bahwa Islam merupakan
agama yang bersifat robbaniyah, yaitu bahwa sumber ajaran Islam,
pembuat syari’at dalam hukum (baca; perundang-undangan) dan
manhajnya adalah Allah SWT, yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW,
baik melalui Al-Qur’an maupun sunnah.
Allah SWT berfirman QS.32 : 1-3:
“Alif Laam Miim. Turunnya Al Qur'an yang tidak ada keraguan padanya,
(adalah) dari Tuhan semesta alam. Tetapi mengapa mereka (orang kafir)
mengatakan: "Dia Muhammad mengada-adakannya". Sebenarnya Al
Qur'an itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu
memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka
orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka
mendapat petunjuk.
Dengan karakteristik ini, Islam sangat berbeda dengan agama
manapun yang ada di dunia pada saat ini.Karena semua agama selain
Islam, adalah buatan manusia, atau paling tidak terdapat campur tangan
manusia dalam pensyariatannya.

2. Kedua : Syumuliyah / universal (‫)الشمولية‬


Artinya bahwa karakteristik Islam adalah bahwa Islam merupakan
agama yang universal yang mencakup segala aspek kehidupan manusia.
Menyentuh segenap dimensi, seperti politik, ekonomi, pendidikan,
kebudayaan dsb. Mengatur manusia dari semenjak bangun tidur hingga
tidur kembali. Merambah pada pensyariatan dari semenjak manusia
dilahirkan dari perut ibu, hingga ia kembali ke perut bumi, dan demikian
seterusnya. Perhatikan firman Allah QS.2 : 208. Imam Syahid Hasan Al-
Banna mengemukakan: “Islam adalah sistem yang syamil ‘menyeluruh’
mencakup semua aspek kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air,
pemerintah dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan,
peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan hukum, materi dan
kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan
pemikiran. Sebagaimana juga ia adalah aqidah yang murni dan ibadah
yang benar, tidak kurang tidak lebih.”
3. Ketiga : Tawazun/ Seimbang (‫)التوازن‬
Karakter ketiga agama Islam adalah bahwa Islam merupakan
agama yang tawazun (seimbang). Artinya Islam memperhatikan aspek
keseimbangan dalam segala hal; antara dunia dan akhirat, antara fisik
manusia dengan akal dan hatinya serta antara spiritual dengan material,
demikian seterusnya. Pada intinya dengan tawazun ini Islam
menginginkan tidakadanya ‘ketertindasan’ satu aspek lantaran ingin
memenuhi atau memuaskan aspek lainnya, sebagaimana yang terdapat
dalam agama lain. Seperti tidak menikah karena menjadi pemuka
agamanya, atau meninggalkan dunia karena ingin mendapatkan akhirat.
Konsep Islam adalah bahwa seorang muslim yang baik adalah seorang
muslim yang mempu menunaikan seluruh haknya secara maksimal dan
merata. Hak terhadap Allah, terhadap dirinya sendiri, terhadap istri dan
anaknya, terhadap tetangganya dan demikian seterusnya.

4. Keempat : Insaniyah (‫)اإلنسانية‬


Karakter yang keempat adalah bahwa Islam merupakan agama
yang bersifat insaniyah.Artinnya bahwa Islam memang Allah jadikan
pedoman hidup bagi manusia yang sesuai dengan sifat dan unsur
kemanusiaan. Islam bukan agama yang disyariatkan untuk malaikat atau
jin, sehingga manusia tidak kuasa atau tidak mampu untuk
melaksanakannya. Oleh karenanya, Islam sangat menjaga aspek-aspek
‘kefitrahan manusia’, dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang
terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Sehingga dari sini, Islam tidak
hanya agama yang seolah dikhususkan untuk para tokoh agamanya saja
(baca ; ulama). Namun dalam Islam semua pemeluknya dapat
melaksanakan Islam secara maksimal dan sempurna. Bahkan bisa jadi,
orang awam akan lebih tinggi derajatnya di hadapan Allah dari pada
seorang ahli agama. Karena dalam Islam yang menjadi standar adalah
ketakwaannya kepada Allah.
5. Kelima : Al-Adalah / Keadilan (‫)العدالة‬
Karekteristik Islam berikutnya, bahwa Islam merupakan agama
keadilan, yang memiliki konsep keadilan merata bagi seluruh umat
manusia, termasuk bagi orang yang non muslim, bagi hewan, tumbuhan
atau makhluk Allah yang lainnya. Keadilan merupakan inti dari ajaran
Islam, apalagi jika itu menyangkut orang lain.
Allah berfirman: (QS. 5 : 8)

“Berbuat adillah kalian, karena keadilan itu dapat lebih mendekatkan


kalian pada ketaqwaan. Dan bertakwalah kalian kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kalian
kerjakan.”

Inilah beberapa karakteristik terpenting dari agama Islam. Di luar kelima


karakteristik ini, sesungguhnya masih banyak karakteristik Islam lainnya. Kelima hal di
atas hanyalah sebagai contoh saja.

F. Islam sebagai Akhlak

Konsep akhlak dalam Islam berangkat dari konsepsinya tentang hubungan


manusia dengan Allah yaitu hubungan penciptaan. Allah telah menciptakn manusia dan
selanjutnya Allah disebut Al-Khaliq dan manusia disebut Al-Mahluk. Hubungan
penciptaan ini menuntut komitmen untuk mensyukuri nikmat penciptaan dengan sikap
dan perilaku yang benar, sesuai dengan yang dikehendaki oleh penciptaNya. Dalam
kerangka itu, Allah menurunkan sistem akhlak itu kepada mereka melalui Nabi dan
RosulNya. Akhlak Islam menyatu dengan seluruh sistemnya. Islam ada dalam aqidah,
ada dalam ibadah, syariah, bahkan dalam seni dan budaya. Tidak ada satupun sisi
kehidupan Muslim yang tidak terwarnai oleh aqidah dan akhlaknya. Rasulullah SAW
bersabda bahwa beliau tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.
Akhlaq ini harus selalu ditunjukkan dalam interaksi dengan Allah, dengan Rosul, dengan
dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan alam semesta.

1. Akhlak kepada Allah


Inti dari akhlak manusia kepada Allah adalah ibadah kepada Dzat
yang telah menciptakannya dan berfirman dalam kitab suciNya. ‘Dan
tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali beribadah kepadaKu’
(Adz-Dzariyat: 56).
Hal ini dapat diwujudkan dengan beriman kepadaNya,
menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya
2. Akhlak kepada Rasul
Bagaimana mengimplementasikan sistem akhlak ini, Rasulullah
SAW telah memebri contoh yang terbaik. Kewajiban Muslim adalah
berterima kasih kepadanya dengan cara menimani, mengikuti ajaran yang
dibawanya, menaati dan meneladaninya. Dalam hal kecintaan, hubungan
Muslim dengannya bagai hubungan anak dengan ayahnya; dalam proses
pembelajaran bagai hubungan murid dengan gurunya; dalam
melaksanakan tugas bagai prajurit dan komandannya.
3. Akhlak pada dirinya sendiri
Allah telah memuliakan manusia dan melebihkan dirinya diatas
mahluk yang lain dengan suatu kelebihan. Statusnya sebagai manusia
mengharuskan orang untuk memuliakannya. Kalau orang lain saja wajib
memuliakannya tentu ia sendiri lebih patut untuk memuliakan dirinya
sendiri. Karena itu seorang muslim tidak boleh menghinakan,
merendahkan, atau meremehkan dirinya sendiri. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat baginya dan menjauhi hal-hal
yang dapat merugikan.
4. Akhlak kepada sesama manusia
Status dan kedudukan manusia lain dihadapan muslim berbeda-
beda sesuai dengan kedekatan hubungan dengan dirinya. Kedekatan ini
dapat dilihat dari berbagai segi. Adayang dekat karena akidah, dekat
dilihat dari sisi nasab, karena hubungan pertetangaan, karena aspek
kesukuan, kebangsaan, profesi dan sebagainya. Yang paling dekat diantara
mereka adalah yang memiliki kedekatan akidah. Merekalah yang paling
berhak atas perlakuan baik darinya.
5. Akhlak kepada alam semesta
Hewan, tumbuhan dan benda-benda matipun mendapat sentuhan
akhlak Islam secara proporsional. Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah
telah berbuat ihsan kepada segala sesuatu, diantaranya bahkan kepada
musuh sekalipun.
Hakikat pembinaan akhlak adalah membersihkan diri dari sifat-
sifat tercela lalu menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji.
BAB III

PEMBAHASAN

Diskriminasi pelayanan orang miskin di Rumah Sakit Pemerintah semakin


memprihatinkan. Berita yang dimuat pada inilah.com pada tanggal 29 Januari 2015,
nenggambarkan keadaan pelayanan di Rumah Sakit Daerah Balung Kabupaten Jember yang
disesalkan oleh anggota Komisi D DPRD Kabupaten Jember karena kinerja perawat yang dirasa
rendah. Seorang pasien yang digigit ular dan dirawat di RS mendapatkan layanan yang kurang
memuaskan. Infus yang lepas dari jam 6 pagi, dan keluarga sudah laporan ke perawat, namun
baru dipasang lagi pukul 4 sore. Keluarga pasien tidak puas dengan layanan yang diberikan dan
memutuskan untuk pulang paksa dari RS.

Menurut anggota Komisi D DPRD Jember, Nurhasan, hanya karena perbedaan nama
pasien dengan kartu penerima jaminan kesehatan masyarakat, perawat mengeluarkan lontaran
bahwa pasien tersebut pasien selundupan. Selain itu perawat terkesan membeda-bedakan karena
pasien menggunakan kartu jaminan kesehatan masyarakat yang identik dengan warga miskin.
Dan berakhir dengan pasien pulang paksa dan meninggal beberapa hari kemudian
(http://nasional.inilah.com/read/detail/2174241/tak-tahan-dihina-perawat-rs-pasien-
pulang#sthash.n4iTqrPp.dpuf).

Menanggapi berita tersebut, perlu ditekankan bahwa Islam berasal dari As-salaamah yang
berarti keselamatan, kebersihan, atau kesehatan.Islam juga memperhatikan aspek kesehatan
umatnya. Kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan
hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan (WHO, 1948).

Dalam Islam, terdapat beberapa dimensi Agama Islam. Karakter pertama dinul Islam,
adalah bahwa Islam merupakan agama yang bersifat robbaniyah, yaitu bahwa sumber ajaran
Islam, pembuat syari’at dalam hukum (baca; perundang-undangan) dan manhajnya adalah Allah
SWT.Sebagai insan, hendaknya semua yang kita lakukan sesuai dengan syariat Allah SWT,
termasuk saat bekerja sebagai seorang perawat. Berita diatas tidak sesuai dengan ajaran Islam
yang membeda-bedakan pasien karena tingkat ekonominya.
Islam Al-Adalah yang berarti bersifat keadilan (‫ )العﺪالة‬memiliki konsep keadilan merata
bagi seluruh umat manusia, termasuk bagi orang yang non muslim, bagi hewan, tumbuhan atau
makhluk Allah yang lainnya. Keadilan merupakan inti dari ajaran Islam, apalagi jika itu
menyangkut orang lain apalagi yang sakit.

Perawat harus dapat bersikap professional dalam melaksanakan tugasnya. Dalam


memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga atau komunitas, perawat sangat
memerlukan etika keperawatan yang merupakan filsafat yang mengarahkan tanggung jawab
moral yang mendasar terhadap pelaksanaan praktik keperawatan, dimana inti dari falsafah
tersebut adalah hak dan martabat manusia. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya,
senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan
kedudukan sosial. Namun dalam kasus diatas, perawat membedakan tindakan kepada pasien
yang memiliki ekonomi rendah. Perawat hendaknya tidak membeda-bedakan pasien, sesuai

dengan (QS. 5 : 8)

“Berbuat adillah kalian, karena keadilan itu dapat lebih mendekatkan kalian pada ketaqwaan.
Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang
kalian kerjakan.”

Islam merupakan agama yang tawazun (seimbang). Islam menginginkan tidak adanya
‘ketertindasan’ seperti pada berita diatas. Konsep Islam adalah bahwa seorang muslim yang baik
adalah seorang muslim yang mempu menunaikan seluruh haknya secara maksimal dan merata.
Hak terhadap Allah, terhadap dirinya sendiri, terhadap istri dan anaknya, terhadap tetangganya
dan demikian seterusnya. Namun, hak tersebut harus diimbangi dengan kewajiban. Kewajiban
sebagai seorang perawat adalah dapat menjalankan asuhan keperawatan secara maksimal. Dalam
kasus diatas, perawat tidak dapat memberikan asuhan keperawatan secara maksimal, dapat
dilihat dari lamanya pemasangan infus setelah lepas.

Untuk meningkatkan jiwa ma’rifatul islam pada perawat, hendaknya perawat mempunyai
sifat berserah diri, tunduk, patuh dan taat sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. Kepatuhan
dan ketundukan kepada Allah akan melahirkan keselamatan dan kesejahteraan diri serta
kedamaian kepada sesama manusia (pasien, keluarga pasien, sesama tim kesehatan) dan
lingkungannya. Tentunya tidak terlepas dari Al-Qur’an dan Al-Hadist sebagai pedoman.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Inilah sekelumit informasi mengenai Al-Islam, yang tidak lain dan tidak bukan
adalah agama yang benar-benar bersumber dari Allah SWT, yang tiada keraguan
sedikitpun mengenai kebenarannya. Islam merupakan agama sempurna yang
menyempurnakan agama- agama terdahulu yang sudah banyak dikotori oleh campur
tangan pemeluknya sendiri. Tiada jalan bagi kita semua melainkan hanya menjadikan
Islam sebagai pegangan hidup dalam segala hal, dalam beribadah, bermuamalah,
berpolitik, berekonomi, berpendidikan, bersosial dan lain sebagainya. Kebahagian
merupakan hal yang insya Allah akan dipetik, oleh mereka-mereka yang memiliki
komitmen untuk melaksanakan Islam secara kaffah, sebagaimana para pendahulu-
pendahulu kita. Semoga Allah menjadikan kita sebagai seorang hamba sekaligus perawat
yang baik. Amiin. Wallahu A’lam Bishowab.

B. Saran
1) Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini yang berisi tentang Ma’rifatul Islam dapat menambah
ilmu pengetahuan.
2) Bagi Pembaca
Diharapkan makalah ini mampu menjadi sumber informasi yang layak dan
lengkap sebagai bahan untuk membuat makalah selanjutnya.
3) Bagi Institusi
Diharapkan makalah ini mampu menjadi sumber referensi yang cukup baik dan
kompeten.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim. Ushul al-Da’wah. Cet. V – 1996/ 1417 H. Beirut – Libanon : Mu’assasatur
Risalah. CD. ROM. Al-Qur’an 6.50 & Al-Hadits. Syirkah Sakhr li Baramij al-Hasib
(1991 – 1997). CD. ROM. Mausu’ah Ulama’ al-Islam; Dr. Yusuf al-Qardhawi ; al-Fiqh
wa Ushulih. Al-Markaz al-Handasi lil Abhas al-Tatbiqiyah.CD. ROM. Mausu’ah al-
Hadits al-Syarif 2.00 (Al-Ishdar al-Tsani).Syirkah al-Baramij al- Islamiyah al-Dauliyah.

Azra, Azyumardi., Suryana, Tata., Abdulhaq, Ishaq., Hafiduddin, Didin. 2002. Buku Teks
Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan
Tinggi Agama Islam Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama
RI.

Hadiri, Khairuddin. Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an. Cet. V – 1996 / 1417 H. Jakarta : Gema
Insani Press. Hawwa, Sa’id. Al-Islam.(Terj. Oleh Abu Ridha dan AR Shaleh Tamhid)
Cet. I – 2000.Jakarta : Al-I’tisham Cahaya Umat. Zaidan,

Lc, Jasiman. 2009. Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah. Aulia Press

Maulan, Rikza. 2005. Materi Halaqah Tarbiyah. Islamic E-Books Baz Collections

You might also like