You are on page 1of 4

Soal Learning Objective

1. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor mempengaruhi aktivitas sel yang dapat


menyebabkan mutasi gen !
2. Zat-zat apa yang terkandung dalam radioaktif ?
3. bagaimana sinar radioaktif masuk ke dalam tubuh ?
4. bagaimana keadaan sel jika terkena radioaktif ?
5. penyakit apa yang ditimbulkan bila terkena paparan radioaktif ? (leukemia
dan down syndrome)
6. jelaskan gejala-gejala pada pasien yang terkena radioaktif ?
7. apa hubungan paparan radioaktif dengan leukemia dan down syndrome ?
8. bagaimana penggunaan radioaktif yang baik dan benar ?

Jawaban !

1. a. Faktor fisika (radiasi)


Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat fisik adalah
radiasi dan suhu. Radiasi sebagai penyebab mutasi dibedakan menjadi
radiasi pengion dan radiasi bukan pengion. Radiasi pengion adalah radiasi
berenergi tinggi sedangkan radiasi bukan pengion adalah radiasi berenergi
rendah. Contoh radiasi pengion adalah radiasi sinar X, sinar gamma, radiasi
sinar kosmik. Contoh radiasi bukan pengion adalah radiasi sinar UV.
Radiasi pengion mampu menembus jaringan atau tubuh makhluk hidup
karena berenergi tinggi. Sementara radiasi bukan pengion hanya dapat
menembus lapisan sel-sel permukaan karena berenergi rendah. Radiasi
sinar tersebut akan menyebabkan perpindahan elektron-elektron ke tingkat
energi yang lebih tinggi.
Ataom-ataom yang memiliki elektron-elektron sedemikian
dinyatakan tereksitasi atau tergiatkan. Molekul-molekul yang mengandung
atom yang berada dalam keadaan tereksitasi maupun terionisasi secara
kimiawi lebih reaktif daripada molekul yang memiliki atom-atom yang
berada dalam kondisi stabil. Raktivitas yang meningkat tersebut
mengundang terjadinya sejumlah reaksi kimia, terutama mutasi. Radiasi
pengion dapat menyebabkan terjadinya mutasi gen dan pemutusan
kromosom yang berakibat delesi, duplikasi, insersi, translokasi serta
fragmentasi kromosom umumnya.

b. Faktor kimia
Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat kimiawi
disebut juga mutagen kimiawi. Mutagen-mutagen kimiawi tersebut dapat
dipilah menjadi 3 kelompok, yaitu analog basa, agen pengubah basa dan
agen penyela. Senyawa yang merupakan contoh analog basa adalah 5-
Bromourasil (5 BU). 5-BU adalah analog timin. Dalam hubungan ini posisi
karbon ke-5 ditempati oleh gugus brom padahal posisi itu sebelumnya
ditempati oleh gugus metil. Keberadaan gugus brom mengubah distribusi
muatan serta meningkatkan peluang terjadinya tautomerik. Senyawa yang
tergolong agen pengubah basa adalah mutagen yang secara langsung
mengubah struktur maupun sifat kimia dari basa, yang termasuk kelompok
ini adalah agen deaminasi, agen hidroksilasi serta agen alkilasi. Perlakuan
dengan asam nitrit, misalnya, terhadap sitosin akan menghasilkan urasil
yang berpasangan dengan adenin sehingga terjadi mutasi dari pasangan
basa S-G menjadi T-A.
Agen hidroksilasi adalah mutagen hydroxammin yang bereaksi
khusus dengan sitosin dan menguabhnya sehingga sitosisn hanya dapat
berpasangan dengan adenin. Sebagai akibatnya terjadi mutasi dari SG
menjadi TA.agen alkilasi mengintroduksi gugus alkil ke dalam basa pada
sejumlah posisi sehingga menyebabkan perubahan basa yang akibatnya
akan terbentuk pasangan basa yang tidak lazim. Senyawa yang tergolong
agen interkalasi akan melakukan insersi antara basa-basa yang berdekatan
pada sati atau kedua unting DNA. Contoh agen interkalasi adalah proflavin,
aeridine, ethidium bromide, dioxin dan ICR-70

c. faktor biologi

contohnya virus, virus yang hidup di dalam sel hidup dapat mengubah
susunan materi genetic inang dengan menyisipkan materi genetic virus.

Referensi : Warianto, C. 2011. Mutasi. Cited [ 2014 Jan 1]


http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-
Indonesia/Mutasi_ChaidarWarianto_17.pdf

2. Radioaktifitas adalah sifat suatu unsur yang dapat memancarkan


radiasi (pancaran sinar) secara spontan. Tergolong ke dalam zat radioaktif,
unsur tersebut biasanya bersifat labil, berarti tergolong zat radioaktif adalah
isotopnya, karena untuk mencapai kestabilan salah satunya harus melakukan
peluruhan. Peluruhan zat radioaktif untuk menghasilkan unsur yang lebih
stabil sambil memancarkan partikel seperti, partikel alpha α (sama dengan inti
4He), partikel beta (β), dan partikel gamma (γ).unakan untuk terapi kanker
kelenjar tiroid.
a. Sinar alfa ( α )
Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang
bermuatan positif. Partikel sinar alfa sama dengan inti helium -4,
bermuatan +2e dan bermassa 4 sma. Partikel alfa adalah partikel
terberat yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Sinar alfa dipancarkan dari
inti dengan kecepatan sekitar 1/10 kecepatan cahaya. Karena memiliki
massa yang besar, daya tembus sinar alfa paling lemah diantara
diantara sinar-sinar radioaktif. Diudara hanya dapat menembus
beberapa cm saja dan tidak dapat menembus kulit.
b. Sinar beta (β)
Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan
negatif. Sinar beta merupakan berkas elektron yang berasal dari inti
atom. Partikel beta yang bemuatan-l e dan bermassa 1/836 sma.
Karena sangat kecil, partikel beta dianggap tidak bermassa sehingga
0
dinyatakan dengan notasi -1e. Energi sinar beta sangat bervariasi,
mempunyai daya tembus lebih besar dari sinar alfa tetapi daya
pengionnya lebih lemah. Sinar beta paling energetik dapat menempuh
sampai 300 cm dalam uadara kering dan dapat menembus kulit.
c. Sinar gamma ( γ )
Sinar gamma adalah radiasi elektromagnetek
berenergi tinggi, tidak bermuatan dan tidak bermassa. Sinar gamma
0
dinyatakan dengan notasi 0y. Sinar gamma mempunyai daya tembus.
Selain sinar alfa, beta, gamma, zat radioaktif buatan juga ada yang
memancarkan sinar X dan sinar Positron. Sinar X adalah radiasi sinar
elektromagnetik.

Referensi : Arma, AJA. 2010. ZAT RADIO AKTIF DAN PENGGUNAAN


RADIO ISOTOP BAGI KESEHATAN. Cited [ 2014 Jan 01]

3. Sinar radioaktif dapat masuk saluran pencernaan melalui penelanan


atau melalui inhalasi, yaitu berpindah dari saluran pernapasan ke kerongkonga
melalui mekanisme siliari bronkhus. Tempat absorbsi utama dalam saluran
pencernaan adalah usus halus. Radionuklida yang sudah masuk tubuh
selanjutnya akan berdifusi ke dalam cairan ekstraseluler. Setelah mengalami
proses yang kompleks, radionuklida akan terdistribusi ke seluruh bagian tubuh
yang sebagian akan mengendap dalam satu atau lebih organ atau jaringan
target dan sebagian akan dikeluarkan secara alamiah dari tubuh melalui urin,
feses dan keringat. Ada 2 efek yang ditimbulkan akibat tubuh terkena
radioaktif, yaitu efek deterministik dan efek stokastif.
Efek deterministik bisa juga terjadi dalam jangka waktu yang agak
lama setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak berakibat fatal. Sebagai
contoh, katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa
minggu setelah terkena dosis radiasi 5 Sv atau lebih.
Jika dosisnya rendah, atau diberikan dalam jangka waktu yang lama
(tidak sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki dirinya
sendiri sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi.
Namun demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan,
dan akibat kerusakan tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang sangat
lama (mungkin berpuluh-puluh tahun kemudian), dikenal juga sebagai periode
laten. Efek radiasi yang tidak langsung terlihat ini disebut Efek Stokastik.
Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi, namun
probabilitas terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya juga bertambah
besar dan dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini
mengacu pada penundaan antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan
efek yang terjadi akibat pemaparan tersebut. Kecuali untuk leukimia yang
dapat berkembang dalam waktu 2 tahun, efek pemaparan radiasi tidak
memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20 tahun atau lebih.
Referensi : Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2013. Efek Radiasi
Terhadap Manusia. Cited [2014 Jan 01] http://www.batan.go.id

4. Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat mengakibatkan


kerusakan pada sel. Pertama, radiasi dapat mengionisasi langsung molekul
DNA sehingga terjadi perubahan kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan
kimiawi pada DNA terjadi secara tidak langsung, yaitu jika DNA berinteraksi
dengan radikal bebas hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA
tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat menyebabkan
efek biologis yang merugikan, misalnya timbulnya kanker maupun kelainan
genetik.
Pada dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang yang kita
terima sehari-hari, sel dapat memulihkan dirinya sendiri dengan sangat cepat.
Pada dosis lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada kemungkinan sel tidak dapat
memulihkan dirinya sendiri, sehingga sel akan mengalami kerusakan
permanen atau mati. Sel yang mati relatif tidak berbahaya karena akan diganti
dengan sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen dapat
menghasilkan sel yang abnormal ketika sel yang rusak tersebut membelah
diri. Sel yang abnormal inilah yang akan meningkatkan risiko tejadinya
kanker pada manusia akibat radiasi.

Referensi : Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2013. Efek Radiasi


Terhadap Manusia. Cited [2014 Jan 01] http://www.batan.go.id

You might also like