Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dari
menengah atas (SMA). Pada tingkat SMA sejarah diberikan untuk mendorong
siswa berpikir kritis dan analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa
lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang. Namun
dalam prakteknya sejarah menjadi mata pelajaran yang kurang diminati oleh
siswa. Pada umumnya siswa kurang tertarik untuk belajar sejarah. Ada beberapa
yaitu:
Sosial), termasuk sejarah. Siswa yang masuk kelas IPA dianggap sebagai
anak rajin dan pandai, sedangkan siswa yang masuk kelas IPS dianggap
serba bodoh dan malas. Hal tersebut terkait karena materi IPA lebih sulit
dan rumit bila dibandingkan dengan materi IPS yang lebih lunak.
pelajaran yang akan di uji negarakan. Selain itu secara umum siswa
3. Buku-buku sejarah yang ada selama ini lebih banyak bercerita tentang
tokoh, tanggal, bulan, tahun dan tempat kejadian. Tidak banyak buku-
hal tersebut tentu saja menjadi momok bagi siswa karena selain harus
peserta didik.
5. Tidak banyak guru sejarah yang mengajak siswanya belajar ke luar kelas,
(Soewarso, 2000:25).
dalam merancang metode pembelajaran yang menarik dan efektif juga menjadi
salah satu faktor penting yang membuat siswa kurang berminat belajar Sejarah.
Persamaan SMA Jakarta–Utara, kelas XII pada tahun ajaran 2010/2011, Peneliti
melihat kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,
metode ceramah oleh guru dalam menyampaikan materi sejarah sudah tepat,
karena melalui ceramah guru dapat mengatur pokok-pokok materi apa saja yang
3
perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Namun
satu arah.
Kondisi itulah yang terjadi di kelas XII, pada saat proses pembelajaran
materi yang telah ada di buku sumber. Akibatnya, ketika guru sedang menjelaskan
materi banyak siswa yang mengobrol dengan teman sebangku, bermain hand
phone atau mengerjakan tugas yang tidak berkaitan dengan pelajaran sejarah.
Selain itu sedikit siswa siswa yang bertanya maupun menjawab pertanyaan yang
diajukan guru mengenai materi yang sedang dipelajari, siswa menganggap apa
yang dijelaskan guru sudah tertulis didalam buku sumber. Pada akhirnya
pengetahuan yang didapat siswa terbatas hanya pada buku sumber saja. Hal ini
tentu berdampak pada tingkat pemahaman siswa terhadap materi sejarah dan
Uraian tersebut diatas diduga menjadi salah satu penyebab hasil belajar siswa
rendah. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari guru bidang studi
Sejarah diketahui bahwa nilai rata-rata ujian periode pertama pada mata pelajaran
Sejarah yaitu 5,5. Sedangkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ajaran 2010/2011 yaitu 7.0 (Wawancara dengan Bapak Moch. Luth, guru bidang
bersama, sehingga dapat menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas,
memilki peran, (b) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) Setiap
interpersonal kelompok, dan (e) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
pemberian tugas sebagai salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang
dapat diterapkan menitik beratkan pada pemberian tugas kepada siswa, baik di
dalam sekolah maupun diluar sekolah. Dalam proses mengerjakan tugas siswa
diharapkan dapat memicu minat belajar siswa yang nantinya akan meningkatkan
peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah. Penentuan variabel
yang diperoleh siswa, antara yang mendapat perlakuan dengan metode kooperatif
dan resitasi. Dari kedua metode tersebut akan diuji dengan melihat metode
belajar sejarah, baik bagi siswa yang mempunyai minat belajar tinggi maupun
B. Identifikasi Masalah
2. Apakah terdapat pengaruh minat tinggi dan minat rendah terhadap hasil
pelajaran Sejarah?
pelajaran Sejarah?
9. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberi metode
C. Pembatasan Masalah
1. Obyek penelitian, yaitu siswa kelas XII Sekolah Persamaan SMA di PKBM
2. Penelitian dibatasi pada mata pelajaran Sejarah, kelas XII Sekolah persamaan
pembelajaran (resitasi & kooperatif) dan minat belajar terhadap hasil belajar
sejarah.
D. Perumusan Masalah
Utara?
2. Apakah terdapat pengaruh minat tinggi & minat rendah terhadap hasil
Utara?
Jakarta-Utara?
8
E. Tujuan Penelitian
metode pembelajaran dan minat belajar Sejarah siswa kelas XII Sekolah
untuk:
2. Mengetahui pengaruh minat terhadap hasil belajar Sejarah siswa kelas XII
resitasi & metode pembelajaran kooperatif dan minat belajar terhadap hasil
F. Manfaat Penelitian
sungguh.
4. Memberi masukan bagi semua pihak yang terkait dalam proses belajar
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
G. Sistematika Penulisan
10
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
11
BAB II
A. Landasan Teori
1.1 Belajar
yaitu sejak ia dilahirkan sampai dengan akhir hayatnya. Pada mulanya ia belajar
dimiliki dalam proses belajar. Belajar bagi setiap manusia merupakan kewajiban
yang harus dilakukan agar manusia bisa bertahan hidup. Melalui belajar ia dapat
Untuk itu kegiatan belajar harus ditata dengan baik dan sungguh-sungguh oleh
pendidikan.
12
sehingga kehidupan yang dijalani akan senantiasa dinamis. Kata kunci dari
Sebagai proses perubahan, maka belajar merupakan proses aktif yang perlu
dirangsang dan dibimbing kearah hasil-hasil yang diinginkan. Stimulus dari luar
yang dapat mendorong peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar antara
yang diajukan kepada peserta didik, bantuan visual yang digunakan, pemilihan
untuk membangkitkan minat dan kegiatan belajarnya. Selain itu faktor situasi dan
lingkungan belajar turut menentukan pula. Hal ini sebagai konsekwensi manusia
sebagai makhluk sosial (zoon poloticon) yang tidak dapat hidup seorang diri
2006:103).
alamiah, kematangan, atau kondisi sementara orang itu (misalnya karena lelah
atau pengaruh obat). Teori belajar yang bermuara kepada perubahan menurut
Bower dan Hilgard diperkuat oleh teori Winkell. Winkell mengartikan belajar
pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Perubahan tersebut relatif konstan dan
menjadi mampu mengenal huruf, orang yang tidak terampil menulis menjadi
terampil menulis, orang yang tidak mampu berpakaian rapi menjadi mampu
berpakaian rapih dan perubahan perilaku lainnya. Orang yang belajar mengalami
belajar sebagai berikut: “Belajar adalah suatu proses usaha atau interaksi yang
keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri“. Perubahan-
perubahan mana akan tampak dalam penguasaan pola-pola respon yang baru
14
1. Adanya suatu proses atau usaha; artinya belajar bukan suatu tujuan, tetapi
dengan berbagai usaha mencapai tujuan. Hal tersebut dapat dilihat dalam
diolah dan disimpan di dalam sistem syaraf otak untuk dapat digunakan
kembali pada situasi lain. Pada saat ini ia menerima, mengolah dan
3. Adanya perubahan tingkah laku; Perubahan tingkah laku adalah tingkah laku
baru sebagai hasil dari sesuatu yang dipelajari. Misalnya sebelum kursus
15
seseorang tidak dapat mengetik 10 jari dan sekarang ia sudah lancar mengetik
perilaku. Pada saat orang belajar, responnya menjadi baik. Sebaliknya, bila ia
Apa yang dikemukakan Skinner dalam teori belajar tersebut dapat diterapkan
dalam pembelajaran IPS di sekolah. Guru dalam hal ini perlu memperhatikan dua
hal penting yakni: (1) Pemilihan stimulus yang diskriminatif, dan (2) Penggunaan
penguatan. Dalam teori Skinner tersebut nampaklah bahwa pemberian hadiah bagi
hukuman masuk dalam upaya peningkatan hasil belajar dalam ranah afektif.
menurut angka atau frekuensi respon. Meskipun tidak persis sama dengan peluang
terjadinya perbuatan di waktu yang akan datang, hal itu merupakan langkah awal
kecakapan siswa berlangsung dalam periode waktu lama (Dimyati dan Mujiono,
tingkah laku dan kecakapan. Menurut Gagne, kapabilitas akan tumbuh pada siswa
akibat: (1) Adanya stimuli yang berasal dari lingkungan dan (2) Proses kognitif
tiga komponen penting yakni: (1) Kondisi internal, (2) Kondisi eksternal dan (3)
siswa dengan stimulus dari lingkungan dan proses kognitif tersebut menghasilkan
suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal,
Teori belajar Gagne lebih banyak menggarap aspek kognitif. Teori ini relevan
dengan pembahasan hasil belajar IPS yang lebih diarahkan kepada penguasaan
aspek kognitif.
menjelaskan bahwa, “penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar yang
memungkinkan kemampuan itu dimiliki dan disimpan tahan lama oleh peserta
dalam memori. Mengingat terdiri atas: (a) Mengenal, yaitu dapat mengenal
(tertentu), (b) Mengingat, ingat terhadap apa yang pernah dialami disaat
baik secara lisan, tulisan dan komunikasi yang jelas. Pemahaman dijabarkan
dalam: (a) Menafsirkan, (b) Memberi contoh, yaitu dapat mengambil ibarat
dijelaskan baik secara lisan maupun tulisan, (f) Membandingkan dan (g)
Menjelaskan.
(c) Melengkapi.
Sejarah sebagai salah satu mata pelajaran wajib yang diberikan di sekolah
berpendapat bahwa sejarah adalah kumpulan materi yang mengandung arti cerita
tentang kejadian yang berhubungan dengan manusia dan benar-benar terjadi pada
masa lampau.
Banyak teori yang telah membahas tentang pembelajaran Sejarah, hanya saja
yang alokasi waktunya dalam setiap minggu hanya 2 jam pelajaran. Maka harus
dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan alokasi waktu yang sangat
sedikit tersebut maka dibutuhkan representatif pencapaian. Dalam hal ini. Aspek
Dari uraian berbagai teori di atas maka disimpulkan bahwa hasil belajar
Sejarah adalah hasil sebagai akibat yang diperoleh siswa dari proses belajar
menghadapi masa kini dan masa depan. Dimana hasil belajar diukur dengan
Bloom.
2. Metode Pembelajaran
a. Metode Pembelajaran
diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan
Pasaribu dan Simanjuntak, metode adalah cara sistematik yang digunakan untuk
2007:75).
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran adalah cara yang berisi
pada tujuan. Makin baik metode, makin efektif pula pencapaian tujuan. Jadi
berpusat pada siswa, oleh karena itu diperlukan pemilihan strategi dan metode
b. Metode Kooperatif
ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar yang berpusat pada
mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang
Raharjo, 2007:5).
Anita Lie menyebut cooperative learning dengan istilah gotong royong, yaitu
atau membahas suatu masalah atau tugas, selain itu dapat meningkatkan
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) Setiap anggota memilki peran,
(b) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) Setiap anggota
interpersonal kelompok, dan (e) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong
kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama,
yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai obyek pembelajaran,
mengetahui antara yang satu dengan yang lain, dan dapat mengurangi konflik
Baik bagi siswa yang memilki kemampuan rendah dan tinggi akan memperoleh
bersumber pada dua faktor yaitu: faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar
secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3) Selama kegiatan
sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang
ditentukan, dan 4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini
Dari semua yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa upaya yang dapat
siswa yang demokratis dan dapat diharapkan suasana yang terbuka dengan
pendapat dari siswa lainnya, seperti siswa yang satu memberikan pendapat lalu
siswa yang lainnya mendengarkan. Di sini guru fasilitator dan juga sebagai
Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara
materi pelajaran yang lebih baik. Juga membantu mereka yang kurang berminat
menjadi lebih bergairah dalam belajar. Siswa yang kurang bergairah dalam
belajar akan dibantu oleh siswa lain yang mempunyai gairah lebih tinggi dan
yang seperti itu, disamping proses belajarnya lebih efektif, juga akan terbina
dan memberi serta tanggung jawab siswa, baik terhadap dirinya maupun terhadap
anggota kelompoknya. Dalam kelompok belajar tersebut sikap, nilai, dan moral
kehidupan di kelas yang akan melatih siswa untuk mengembangkan dan melatih
ini guru bukannya bertambah pasif, tetapi harus aktif terutama saat menyusun
kelompoknya.
26
Ada empat tipe yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran
Hopkins University. Ide dasar STAD adalah agar memotivasi siswa untuk saling
bekerjasama dan membantu satu sama lain, baik dalam memahami materi
terdiri atas 5 tahapan yang meliputi: (1) penyajian materi, (2) kegiatan kelompok,
(3) tes individual, (4) skor peningkatan individu, dan (5) pemberian penghargaan
Pada tahap ini guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus
Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kegiatan ini siswa saling berbagi tugas, saling membantu
27
materi yang dibahas, dan satu lembar hasil dikumpulkan sebagai hasil kerja
kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator
Pada tahap ini tes individual diadakan pada akhir pertemuan kedua atau
Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan yang akan digunakan pada
perolehan skor.
Pada tahap ini guru memproses skor peningkatan individu berdasarkan, skor
awal, skor tes, dan skor peningkatan individu dimaksudkan agar siswa
individu dari anggota kelompok dan hasilnya dibagi sesuai dengan jumlah
anggota kelompok.
28
Metode pemberian tugas adalah salah satu cara mengajar yang dicirikan atau
ditandai oleh adanya suatu persoalan atau problematika yang diberikan oleh guru
untuk diselesaikan atau dikuasi dalam jangka waktu yang telah disepakati bersama
antara guru dan siswa, (Jusuf Djajadisastra, 2006:46). Metode waktu yang telah
disepakati bersama antara guru, siswa dalam suatu pembahasan. Metode resitasi
pada umumnya ditandai dengan adanya pertanyaan dan jawaban, dimana guru
mengajukan pertanyaan dan jawaban, dan para siswa mencari atau menemukan
penyajian guru terhadap suatu materi sebelum pemberian tugas. Pemberian tugas
oleh guru dapat dikerjakan siswa baik dalam kelas maupun di luar kelas. Metode
belajar dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah disajikan guru. Dengan
demikian metode ini bertitik tolak pada umpan baik siswa, baik secara pribadi
maupun berkelompok.
rumah kepada siswa, tetapi pemberian tugas-tugas tersebut diharapkan akan dapat
untuk mengarahkan dan membimbing proses belajar siswa agar memperoleh hasil
siswa untuk lebih aktif, baik tugas yang dikerjakan di sekolah maupun di rumah.
29
beraneka ragam, yaitu baik di kelas, perpustakan maupun di rumah. Metode ini
akan memberikan peluang kepada siswa untuk melakukan aktivitas secara mandiri
Surakhmad, 2007:91).
agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan
baru. Sejalan dengan itu Ramayulis menjelaskan bahwa metode resitasi adalah
siswa yang akan dikerjakannya di luar jam sekolah dan kemudian tugas tersebut
mengenai suatu kompetensi dasar (pelajaran) yang akan dievaluasi setelah batas
kegiatan.
2007:91).
pengalaman siswa untuk belajar serta dapat meningkatkan minat siswa dalam
Penerapan metode resitasi akan memberikan hasil maksimal, apabila pada saat
tugas adalah sebagai berikut: (1) kejelasan adan ketegasan tugas, (2) antara guru
dan siswa, (3) kesesuaian tugas dengan kemampuan dan minat siswa, dan (4)
Moh. Dimyati,1992-1993:28).
penyelesaian tugas serta membahas bersama siswa hasil dari pelaksanaan tugas.
serta membahas atau mereview kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh
3. Minat Belajar
Crow dan Crow berpendapat bahwa minat erat hubungannya dengan daya
kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi sebab kegiatan dan
cenderung akan berusaha aktif dengan obyek tersebut, (Dimyati dan Mujiono,
1992-1993:37).
Dari dua pendapat yang disebutkan di atas, maka di dalam minat terkandung
unsur motif atau dorongan dari dalam diri manusia yang merupakan daya tarik
mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas
Lebih lanjut disebutkan pula bahwa minat memainkan peranan yang penting
dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan
bahwa hakikat dan kekuatan minat dan sikap seseorang adalah merupakan aspek
didapatkan dari aktivitas waktu luang dan fase-fase lainnya dari kehidupan
reaksi terhadap suatu hal yang khusus atau situasi tertentu. Di sisi lain Garret
Dengan demikian minat belajar merupakan sumber motif (energi) dari dalam
diri siswa yang dapat mendorong untuk melaksanakan kegiatan dalam memenuhi
kebutuhannya. Dalam hal ini minat dapat terlihat pada pemilihan suka dan tidak
34
suka akan suatu obyek, memberi perhatian dan berperan dalam kegiatan yang
dapat mempengaruhi minat belajar dan untuk dapat membangkitkan minat siswa
maka seseorang pendidik harus dapat merubah proses belajar yang membosankan
Caranya antara lain adalah sebagai berikut, (Dimyati dan Mujiono, 2000:40):
a. Materi yang dipelajari haruslah menjadi menarik dan menimbulkan suasana
yang baru. Misalnya dalam bentuk permainan, diskusi atau pemberian tugas
diluar sekolah sebagai variasi kegiatan belajar.
b. Materi pelajaran menjadi lebih menarik apabila siswa mengetahui tujuan dari
pelajaran itu.
d. Minat siswa juga dapat dibangkitkan kalau mereka mengetahui manfaat atau
kegunaan dari pelajaran itu bagi dirinya.
minat anak akan terus tumbuh. Apabila anak memperoleh keterikatan kepada
karena itu minat terhadap pelajaran harus ditimbulkan didalam diri anak,
sehingga anak terdorong untuk mempelajari berbagai ilmu yang ada di kurikulum
sekolah.
35
Menurut Gagne, anak dengan minat dalam suatu mata pelajaran cenderung
pelajaran satu dengan pelajaran lainnya. Perbedaan yang dirasakan adalah belajar
dengan penuh kesadaran, belajar dengan keras dan memperoleh kepuasan tinggi,
Pendapat senada juga dikemukakan Crow dan Crow. Menurut mereka minat
yang telah disadari terhadap bidang pelajaran mungkin sekali akan menjaga
pikiran anak sehingga dapat menguasai pelajaran. Pada gilirannya prestasi yang
dicapai akan menambah minatnya yang bisa berlanjut sepanjang hayatnya, (Ivor.
K. Davies, 1992-1993:40).
hasil belajarnya. Selain itu dengan minatnya anak akan lebih menyukai bidang
untuk kepentingan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Sejarah dapat
disimpulkan bahwa minat merupakan suatu faktor yang berasal dari dalam diri
manusia dan berfungsi sebagai pendorong dalam berbuat sesuatu yang akan
D. Kerangka Berpikir
dapat dalam bentuk diskusi dan saling membantu dan memahami materi
pelajaran sedangkan bagi siswa yang sudah mengerti akan lebih menguasainya.
tetapi metode ini tidak dikonstruksikan dengan baik akan menimbulkan efek
yaitu suatu kondisi dimana beberapa anggota kelompok mengerjakan semua atau
sebagian pekerja dalam pembelajaran sedangkan yang lainnya jalan terus, tidak
anggota kelompok saja. Kondisi ini dapat mengurangi hasil maksimal dari
satu yang menonjol adalah sulitnya untuk melakukan kontrol terhadap siswa
terutama untuk tugas yang dikerjakan di rumah. Dimana kenyataan bahwa siswa
didasarkan kepada argumen bahwa pada metode kooperatif tipe STAD ada
penghargaan bagi kelompok yang didapat dari usaha individu setiap anggota
kegiatan belajar kelompok agar pada saat mengerjakan tes individu mereka tidak
menemui kesulitan dan mendapat nilai yang optimal. Nilai ini akan dijadikan
bagian dari nilai kelompok mereka. Sehingga dalam metode kooperatif tipe
STAD ini siswa memiliki tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab
mendapatkan hasil yang lebih baik secara rata-rata dibandingkan dengan siswa
dan metode kooperatif bagi siswa yang memiliki minat belajar tinggi
Bagi siswa yang memiliki minat tinggi cenderung lebih bersifat berani
menghadapi guru dalam hal materi dan tes sehingga mereka lebih kreatif dan
diri. Intensitas minat siswa yang tinggi mengakibatkan siswa senantiasa dinamis
dalam berpikir.
dapat dalam diskusi dan saling membantu dan memahami materi pelajaran
kooperatif tipe STAD ada penghargaan bagi kelompok yang didapat dari usaha
materi pada kegiatan belajar kelompok agar pada saat mengerjakan tes individu
mereka tidak menemui kesulitan dan mendapat nilai yang optimal. Nilai ini akan
dijadikan bagian dari nilai kelompok mereka. Sehingga dalam metode kooperatif
tipe STAD ini siswa memiliki tanggung jawab individu sekaligus tanggung
jawab kelompok untuk mendapatkan nilai maksimal. Sehingga dalam tes akan
kepada siswa untuk diselesaikan di luar jam sekolah, yang kemudian untuk
diharuskan untuk merespon masalah secara cepat, diberikan interval waktu dalam
resitasi bagi siswa yang memiliki minat belajar tinggi terhadap pencapaian hasil
belajar sejarah maka diduga bahwa hasil belajar sejarah siswa yang mempunyai
berdasarkan argumen bahwa siswa berminat tinggi yang cenderung kreatif dan
dinamis akan senang dengan metode kooperatif karena siswa tidak harus
kooperatif memiliki beberapa tahapan belajar pada setiap materi pelajaran. Mulai
kemudian mengerjakan tes individu. Dengan tahapan ini siswa aktif setiap saat
Metode resitasi tidak berarti tidak baik untuk siswa yang memiliki minat
belajar tinggi. Hanya saja dari segi efektivitas pencapaian Long Time Memory
pembelajaran, kooperatif lebih tepat dari daripada resitasi. Siswa dengan minat
tinggi cenderung dinamis akan lebih senang dengan metode kooperatif dan
dan metode kooperatif bagi siswa yang memiliki minat belajar rendah
akan cenderung lebih bersifat menunggu, tidak inovatif, tidak partisipatif serta
kurang member perhatian. Mereka lebih bersifat pasif dan tidak menunjukkan
kemampuannya. Oleh karena itu siswa tersebut perlu diberikan rangsangan untuk
membangkitkan minatnya.
Metode kooperatif sebagi salah satu metode dengan berbagai kelebihan dan
tuntutan kecepatan menyerap pelajaran akan sulit diikuti oleh siswa yang
berminat rendah. Sehingga, hanya siswa tertentu saja yang bersemangat tinggi
mengikuti metode tersebut. Untuk itu diperlukan metode alternatif yang lebih
pembebanan terhadap siswa yang disertai dengan pemberian waktu yang cukup.
Dalam proses pembelajaran resitasi, dapat kita lihat adanya pembebanan guru
yang cocok sehingga terjadi suatu interaksi antara guru dengan siswa. Siswa
yang mempunyai minat belajar tinggi akan lebih memberikan perhatian terhadap
sehingga lebih kreatif dan inovatif. Mereka sangat agresif dalam nenunjukkan
dinamisasi belajar terjadi dengan cepat. Kemampuan mereka yang terpicu oleh
minat belajar tersebut tidak akan terpola dengan baik jika perlakuan
Sedangkan bagi siswa yang memiliki minat belajar rendah selalu merasa
tidak senang untuk belajar, kurang memberikan perhatian serta tidak partisipatif
dalam setiap kesempatan interaksi sehingga cenderung untuk bersifat statis dan
tidak inovatif. Mereka akan senantiasa pasif dan hampir tidak menunjukkan
dengan perasaan terpaksa. Jika kegiatan itu tidak memberikan pengaruh maupun
beban secara langsung, mereka akan memilih tidak untuk tidak melakukannya.
oleh sebab itu dibutuhkan beban riil yang secara langsung dirasakan mereka
dengan penyediaan waktu yang cukup untuk menumbuhkan rasa senang atau
disimpulkan bahwa tidak satu metode pembelajaran pun yang cocok diterapkan
dalam segala situasi, atau dengan kata lain bahwa tidak ada metode pembelajaran
yang terbaik dari sekian banyak metode pembelajaran yang ada. Keberhasilan
suatu metode pembelajaran tidak terlepas dari karakteristik siswa yang dikenai
perlakuan. Salah satu karakter siswa yang sangat mempengaruhi siswa dalam
Bagi siswa yang memiliki minat belajar tinggi diduga akan lebih baik
metode resitasi dalam meningkatkan hasil belajar sejarah. Sedangkan bagi siswa
E. Hipotesis
2. Terdapat pengaruh minat belajar tinggi & minat rendah belajar terhadap
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Resitasi dan uji coba instrumen dan tahap ketiga, pengambilan data secara
penulisan laporan, bimbingan tesis, revisi & editing, siding tesis. Uraian
Persiapan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Penyelesaian Penelitian
B. Metode Penelitian
kausal dengan mencari korelasi antar variabel. Teknik ini dipilih karena penelitian
ini berusaha mencari hubungan sebab akibat antar variabel yang kemungkinan
yang besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
Dalam penelitian ini ada tiga variabel yang dijadikan objek penelitian
Keterangan:
A = Metode Pembelajaran
B = Minat Belajar
1. Populasi Penelitian
a. Populasi Target
dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan dan menjadi perhatian
ciri-cirinya akan diduga. Dari beberapa teori di atas maka yang dimaksud
sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jadi dalam
penelitian ini yang menjadi populasi target adalah seluruh siswa kelas XII
Utara.
b. Sampel
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dari hal tersebut maka
peneliti memilih sampel dari kelas XII Sekolah Persamaan SMA PKBM
sampel, satu kelas diajar dengan Resitasi, dan satu kelas diajar dengan
tertentu”.
tetapi ada beberapa rujukan yang dapat dijadikan masukan seperti yang
subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”
dan XIId.
pengajaran kooperatif.
Semua siswa yang terpilih sebagai kelas penelitian diberikan kuesioner untuk
Likert.
01 Kelas XIII.a 19 1 20
02 Kelas XIII.b 18 2 20
03 Kelas XIII.c 20 0 20
04 Kelas XIII.d 20 0 20
diambil 20 siswa.
E. Variabel Penelitian
Variabel yang ada pada penelitian ini terdiri dari satu variabel diskrit, yaitu
metode pembelajaran resitasi dan kooperatif, dua variabel interval (minat dan
hasil belajar Sejarah). Selanjutnya untuk variabel interval untuk minat diubah
Sedangkan jika dilihat dari cara pengambilan datanya maka variabel tersebut
F. Instrumen Penelitian
Karena data yang dikumpulkan melalui instrumen yang akan digunakan dalam
faktor yang diduga mempunyai hubungan atau pengaruh terhadap hasil belajar,
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari instrumen hasil belajar sejarah
Bentuk instrumen hasil belajar sejarah adalah tes sedangkan instrumen Metode
pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan teman. Adapun untuk instrumen minat
dalam bentuk pilihan ganda dengan 5 (lima) pilihan jawaban. Dalam penelitian
ini, peneliti membatasi pokok pembahasan materi mata pelajaran Sejarah yang
a. Definisi Konseptual
Hasil belajar Sejarah adalah perubahan dalam kognitif peserta didik yang
ditunjukkan melalui skor atau nilai yang diperoleh dari tes pada mata pelajaran
sejarah. Tes yang diberikan dalam mengukur hasil belajar ranah kognitif peserta
b. Definisi Opersional
Hasil belajar Sejarah adalah skor total yang diperoleh peserta didik dari
pengukuran atau tes pada mata pelajaran sejarah. Tes ini hanya mengukur aspek
a. Definisi Konseptual
b. Definisi Opersional
guru dalam menyampaikan metode yang dipilih. Dalam hal ini metode resitasi
a. Definisi Konseptual
siswa untuk bertindak yang menghasilkan penilaian dan perasaan baik positif
53
b. Definisi Operasional
Minat Terhadap Sejarah adalah skor total yang diperoleh siswa dalam
c. Skala pengukuran
dua kategori yaitu minat positif dan negatif, siswa yang memperoleh skor
di atas atau sama dengan mean termasuk dalam kategori positif, sedangkan
negatif.
54
SS (Sangat Setuju) = 5
S (Setuju) = 4
R (Ragu-ragu) = 3
TS (Tidak Setuju) = 2
SS (Sangat Setuju) = 1
S (Setuju) = 2
R (Ragu-ragu) = 3
TS (Tidak Setuju) = 4
10 10 20
4. Kalibrasi Instrumen
Uji coba tes hasil belajar Sejarah dilakukan pada populasi melalui
dilaksanakan pada semester ganjil yaitu pada tanggal 2 Desember 2010 secara
serentak. Pengambilan sampel uji coba dilakukan secara acak dengan tidak
jawaban dari sekolah tempat penelitian. Waktu pelaksanaan uji coba 120 menit,
jumlah tes 50 butir dan bentuk tes pilihan ganda. Penentuan waktu 120 menit
adalah hasil diskusi dengan para guru di sekolah yang terpilih dan sesuai dengan
hendak diukur. Instrumen yang valid apabila memiliki koefisien validitas yang
tinggi, sebaliknya instrumen yang tidak atau kurang valid memiliki koefisien
validitas yang rendah. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian validitas hanya
Validitas isi berkenaan dengan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat
pembelajaran.
dipandang valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Salah
satu cara untuk memperoleh validitas isi dengan melihat soal-soal yang
membentuk tes itu. Menurut Guin seperti dikutip Surapranata, validitas isi hanya
antara lain:
57
ditetapkan.
mengukur apa yang benar-benar diukur sesuai dengan konstruk atau konsep
dimaksud untuk mengukur variabel konsep seperti: minat, konsep diri, lokus
menentukan validitas ini dengan melakukan telaah teoritis terhadap suatu konsep
dari variabel yang akan diukur, dimulai dari perumusan konstruk, penentuan
instrument. Pengujian validitas ini dilakukan melalui justifikasi pakar atau yang
berdasarkan data hasil ukur instrumen yang bersangkutan, baik melalui uji coba
atau melalui tes yang sesungguhnya. Validitas ini diartikan sebagai validitas yang
Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria.
Sedangkan kriteria eksternal hasil ukur instrument atau tes lain diluar tes itu yang
menjadi kriteria. Dalam penelitian ini menggunakan kriteria internal, yaitu skor
58
total instrumen itu sendiri yang dijadikan kriteria dengan mengkorelasikan setiap
intrumen minat siswa. Adapun penelaah atau justifikasi dalam pengujian validitas
isi dan konstruk dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing tesis yaitu DR. H.
Sejarah dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment. Adapun rumus itu
sebagai berikut:
n. xy x. y
rxy
n x 2
( x) 2 n y 2 ( y ) 2
Keterangan:
Y = Nilai prediksi
suatu hasil pengukuran relatif konsisten bila alat ukur digunakan berulang kali.
Dalam arti instrumen atau alat ukur tersebut jika digunakan untuk mengukur
obyek yang sama secara berulang-ulang akan menghasilkan data yang sama.
K Si
2
R11 1
K 1 S t2
Keterangan:
K = Banyaknya item
S i2 = Varian Item
termasuk dalam kategori susah, sedang atau mudah. Indeks kesukaran item
merupakan rasio antara penjawab item dengan benar dan banyaknya penjawab
item. (Saifudin Azwar, 2005:134). Dengan adanya analisa soal akan memberikan
perbaikan. Item yang baik adalah item yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Item yang terlalu mudah tidak memberikan rangsangan bagi seseorang
seseorang untuk mencoba mengerjakan kembali karena soal yang ada di luar
60
variasi taraf kesukaran yaitu: soal mudah sebesar 25 %, soal sedang 50% dan soal
Nilai P Kategori
X
sebagai berikut : P
N
Keterangan:
P = Indeks kesukaran item
X = Jumlah responden yang menjawab benar
N = Jumlah keseluruhan responden yang mengikuti tes
dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah atau di bawah normal atau tidak
pandai. Indeks diskriminasi atau angka yang menunjukan besarnya daya pembeda
61
item berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Adapun kriteria suatu item di
pertama tama nilai peserta atau seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu kelompok pandai atau kelompok atas yang memiliki nilai tes
tinggi dan kelompok tidak pandai atau kelompok bawah yang memiliki nilai
rendah. Karena dalam penelitian ini peserta tes berjumlah lebih dari 100, maka
dari kelompok testee yang digunakan data, yaitu 27% kelompok atas dan 27%
BA BB
D =
JA JB
Keterangan:
- D = Indeks daya pembeda item
- JA = Banyaknya peserta kelompok atas
- JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
- BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab item benar
- BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab item benar
pilihan jawaban pada item bentuk pilihan ganda atau multiple choice test. Pola
jawaban item ini dapat diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang
Dari pola jawaban item akan dapat ditentukan apakah pengecoh atau
distractor berfungsi dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama
sekali oleh peserta tes atau testee berarti pengecoh tersebut jelek dan terlalu
validasi dilakukan dengan menganalisa data hasil uji coba instrumen yaitu
minimum suatu butir dianggap valid bila nilai r ≥ 0.3 (nol koma tiga). Dari
dijelaskan langkah atau tahap untuk mendapatkan data dari sampel sebagai
berikut.
Pada tahap ini dipersiapkan satu perangkat kuesioner (non tes) untuk
mendapatkan data mengenai variabel minat terhadap dan satu perangkat lagi
valid dan reliabelnya suatu data sehingga data yang diperoleh dapat dijadikan
statistic inferensial, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis data sampel
tahap analisis deskriptif yaitu sebagai berikut: yang meliputi rentang, banyak
median, modus, varians, standar deviasi, range, skor maksimun dan minimum,
x
fx
f
Keterangan:
Xi = Nilai
terendah sampai terkecil dan mengambil nilai tengahnya. Sedangkan nilai modus
f (x x)2
S td
n
standar deviasi. Untuk mencari nilai range (rentangan) dengan menghitung selisih
a. Uji Normalitas .
dengan metode Lilifors. Menurut Nana Sudjana, uji normalitas data dilakukan
berikut. Diawali Uji Normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data
yaitu pada taraf signifikasi 5% (0.05) dengan hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut :
Untuk menerima atau menolak hipotesis nol (H0), dilakukan dengan cara
membandigkan L0 ini dengan nilai L kritis yang terdapat dalam tabel untuk taraf
bentuk tabel.
66
b. Uji Homogenitas
Salah satu syarat agar data dapat diolah secara anava, ialah harga-harga
varian didalam kelompok bersifat homogen atau bersifat sejenis, teknik yang kami
Var.Tertinggi
Fmaks
Var.Terendah
Dimana : Var
X 2
( x ) 2 N
( N 1)
dapat ditentukan homogenitas dari data yang ada. Jika Fmaks > F maka data tidak
5. Hipotesa Statistika
Hipotesa
1). Ho : A1 A2
H1 : A1 A2
Ho : A x B = 0
H1 : A x B 0
67
2). Ho : B B
1 2
H1 : B B
1 1
3). Ho : A B A B
x y x y
H1 : A B A B
x y x y
Keterangan :
Sejarah.
b. Hipotesa
1) Hasil belajar Sejarah dengan metode resitasi lebih tinggi dari pada
2) Hasil belajar Sejarah dengan siswa yang berminat positif lebih tinggi
dan minat positif siswa secara interaksi lebih tinggi dari pada metode
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
sebanyak 50 butir soal. Masing-masing butir soal benar diberi skor 2 dan
yang salah diberi skor nol, sehingga rentang teoritik perolehan skor
rentang skor 42, jumlah kelas 7 dan panjang interval 7 serta ujung bawah
kelas interval pertama sama dengan 56 (skor minimum), diperoleh tabel dan
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sejarah
(Dengan Metode Resitasi)
1 56 - 62 2 2 5 %
2 63 - 69 6 8 20 %
3 70 - 76 12 20 40 %
4 77 - 83 7 27 23.3 %
5 84 - 90 11 38 36.7 %
6 91 - 97 1 39 3.3 %
7 98 - 104 1 40 3.33 %
Jumlah 40 40
METODE RESITASI
14
12
10
FREKUENSI
8
6
4
2
0
56 - 62 63 - 69 70 - 76 77 - 83 84 - 90 91 - 97 98 - 104
NILAI
Gambar 4.1 Diagram Histogram Hasil Belajar Sejarah Siswa Dengan Resitasi
71
Hasil perhitungan ukuran pusat dan letak serta keragaman skor hasil
menggunakan Microsoft excel 2007 & SPSS versi 18, diperoleh mean skor
77.65; modus 90.00; median 77; varians 100.49; simpangan baku 10.02.
Berdasarkan data dan fakta tersebut di atas, dapat dinyatakan bahwa hasil
belajar Sejarah dengan metode resitasi dapat dikatagorikan cukup baik dan
skor empirik minimum 52 dan skor maksimum adalah 94. Data kelompok
grafik histogram. Dengan rentang skor 42, jumlah kelas 7 dan panjang interval
7 serta ujung bawah kelas interval pertama sama dengan 52 (skor minimum),
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sejarah
(Dengan Metode Kooperatif)
1 52 - 58 3 3 7.5 %
2 59 - 66 11 14 35 %
3 67 - 74 12 26 65 %
4 75 -82 7 33 82.5 %
5 83- 90 3 36 90 %
6 91 -98 4 40 100 %
Jumlah 40 40
METODE KOOPERATIF
14
12
10
FREKUENSI
8
6
4
2
0
52 - 58 59 - 66 67 - 74 75 -82 83- 90 91 -98
NILAI
Gambar 4.2 Grafik Histogram Hasil Belajar Sejarah Siswa Dengan Kooperatif
73
& program SPSS versi 18, yang perhitungan dan hasilnya secara lengkap
dapat dilihat pada tabel 4.8 Uji Normalitas dilakukan untuk menguji hipotesis
sebagai berikut:
berikut :
74
4.
A2 B2 0,106 0,19 Data Berdistribusi Normal
Keterangan:
nilai Lo lebih kecil dari Ltabel. Dengan demikian dapat disimpulkan seluruh
yang dilakukan secara komputerisasi melalui program Microsoft Excel 2007 &
program SPSS versi 18. Hasil perhitungan dan analisis Uji Barlett secara
lengkap dapat dilihat tabel lampiran. Dimana dibagi menjadi 3 Uji Homogenitas
yaitu :
75
pembelajaran resitasi dan kooperatif adalah sebagai berikut ini, data sampel
bahwa harga Fh = 1.287 lebih kecil dari harga Ft = 2.08 pada n = 20.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data dari dua kelompok subjek
b. Hasil analisis homogenitas antara kelompok siswa dengan minat positif dan
negatif adalah sebagai berikut ini, data sampel tersebut dengan menggunakan
taraf signifikansi α = 0.05 diperoleh bahwa harga Fh = 1.59 lebih kecil dari
data dari dua kelompok subjek penelitian (B1 dan B2) tersebut memiliki
c. Hasil analisis homogenitas antara kelompok siswa dengan minat dan model
pembelajaran yang berbeda adalah sebagai berikut ini, data sampel tersebut
= 1.36 lebih kecil dari harga t = 7.81 pada n = 80. Dengan demikian dapat
2
disimpulkan bahwa data dari empat kelompok subjek penelitian (A1B1, A1B2,
Model Pembelajaran
Minat Terhadap
Jumlah
Pelajaran Sejarah
Resitasi ( A1 ) Kooperatif ( A2 )
Minat Negatif
X B2 = 68.90
X A1B 2 = 73.20 X A2B 2 = 64.60
( B2 )
S A1B 2 = 8.06 S A2B 2 = 6.90 SB 2 = 7.48
n A1 = 40 n A2 = 40 nt = 80
Hipotesis Statistik
1. Ho : A1 A2
H1 : A1 A2
2. Ho : B B
1 2
H1 : B B
1 2
77
3. Ho : A B A B
1 1 2 2
H1 : A B A
1 1 2 B2
Keterangan :
2. Kriteria Pengujian
a. Jika Fh (Ak) > Ft (k) maka terdapat perbedaan antar kolom
c. Jika Fh (I) > Ft (I) maka terdapat Interaksi kolom dan baris
78
3. Tabel ANAVA
Tabel 4.10 Anava
4. Pengujian
diperoleh:
Sejarah kelompok siswa dengan metode resitasi lebih tinggi dari pada
belajar yang signifikan atas minat positif dan negatif siswa terhadap
Sejarah.
Sejarah.
80
BAB V
A. Kesimpulan
Dari analisa yang kami teliti maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini:
didapat harga Fh = 7.82 yang mana lebih besar dari harga Ftabel = 3.96
pada tingkat signifikansi 5% dan rerata skor hasil belajar sejarah pada
siswa yang diajar dengan metode resitasi lebih besar dari pada yang
kompetensi guru.
lebih besar daripada Ftabel = 3.96 pada taraf signifikan 0.05 dengan
terhadap hasil belajar siswa, makin positif minat siswa makin tinggi hasil
belajarnya.
Fh = 2.88 yang lebih kecil dari pada Ftabel = 3.96 pada taraf signifikan
0.05 maka secara interaksi tidak ada pengaruh antara minat dan metode
81
B. Implikasi
belajar sejarah siswa yang diajar dengan metode resitasi lebih baik dari pada
metode kooperatif. Hal ini dikarenakan dalam proses belajar sejarah, metode
pengajaran resistasi tidak dapat menjamin hasil yang baik tanpa disertai
kompetensi guru dalam proses belajar mengajar, hal lain yang mendasari
kemampuan yang baik, oleh karena itu dituntut kemampuan guru untuk
sejarah dengan fakta-fakta yang dapat dialami atau dipahami oleh siswa.
82
beminat positif ternyata lebih baik dari pada kelompok siswa yang berminat
negatif dalam hal ini menunjukan proses belajar mengajar faktor minat
diperlukan kemampuan guru yang handal dan memilki kinerja yang baik.
sehingga dapat menumbuhkan minat positif pada siswa. Oleh karena itu
para guru pengajar mata pelajaran sejarah dituntut harus mampu berperan
membangkitkan minat siswa untuk tertarik dan giat dalam belajar Sejarah
belajar sejarah.
C. Saran
saran terkait yang dapat penulis sampaikan pada penelitian ini adalah:
proses belajar mengajar didalam kelas, dalam hal ini dapat dilakukan
pengaruhnya pada hasil belajar sejarah siswa untuk materi atau pokok
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000).