Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
NITA FITRIANI WAHBA N. C111 13 096
NOR SHAMIMI BINTI MOHD ZULKAMAL PUNNIA C111 13 805
NURUL ADIBAH BINTI HAMRAN C111 13 821
Pembimbing
dr. DINI ANGGREINI
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen Ilmu
Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada waktu yang telah
ditentukan.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sekitar 31,5 juta orang di Amerika Serikat melaporkan kesulitan mendengar. Sekitar 6
dari seribu anak memiliki beberapa jenis gangguan pendengaran unilateral atau bilateral. Bila
ada sejak lahir, atau didapat pada tahun-tahun pra-sekolah, pendengarannya hilang derajat,
bahkan gangguan pendengaran ringan, mengganggu perkembangan bicara dan bahasa. Gangguan
pendengaran di kalangan anak usia sekolah berkontribusi pada kinerja akademis yang buruk,
termasuk gangguan membaca. Lebih dari 7 juta orang tua memiliki tingkat tertentu gangguan
pendengaran, dan jumlahnya tumbuh sebagai proporsi populasi.
Selama usia 75 tahun meningkat dengan cepat. Sebenarnya, orang tua yang mengalami
gangguan pendengaran merupakan masalah kesehatan kronik yang paling umum urutan ketiga
yang dilaporkan. Salah satu etiologi yang sering dilakukan untuk kehilangan pendengaran pada
orang dewasa adalah terpapar tingkat berlebihan kebisingan atau musik. Dengan deteksi dini
disfungsi telinga terkait bising, dan perawatan konseling dan pendengaran yang tepat, jenis
gangguan pendengaran ini bisa terjadi dicegah. Selain itu, terkait pula dengan defisit komunikasi
yang jelas konsekuensinya.
Gangguan pendengaran pada anak-anak dan orang dewasa bisa mencakup masalah
psikososial, seperti frustrasi, lekas marah, gelisah, kecenderungan untuk menarik diri dari
interaksi sosial, dan bahkan depresi. Masalah psikososial, tentu saja, mempengaruhi hubungan
antara orang dengan gangguan pendengaran dan anggota keluarga, teman, dan lain-lain. Lebih
tua lagi, pada orang dewasa dengan gangguan pendengaran umumnya menganggap diri mereka
kurang sehat.
Pada tahun 1978 pertama kali melaporkan mengenai OAE, yaitu suara dengan intensitas rendah
yang dibangkitkan koklea dapat timbul secara spontan atau dengan dirangsang (evoked OAE).
Dasar biologik OAE yaitu gerakan sel rambut luar koklea yang sangat kecil, memproduksi energi
mekanik yang diubah menjadi energi akustik sebagai respons terhadap getaran dari organ di
telinga tengah. Sel rambut luar koklea ini sangat rentan terhadap faktor eksternal (suara
berlebihan), internal (bakteri, virus) dan kondisi (defek genetik). Sebelum melakukan
pemeriksaan EOAE perlu dilakukan timpanometri, karena dalam keadaan fungsi koklea yang
normal, bila terdapat obstruksi liang telinga luar atau cairan di telinga tengah dapat memberi
4
hasil positif palsu.13 Tujuan dilakukan timpanometri adalah untuk mengetahui keadaan kavum
timpani, misalnya ada cairan di telinga tengah, gangguan rangkaian tulang pendengaran,
kekakuan membran timpani dan membran timpani yang sangat lentur.8
Emisi Otoacoustic (OAEs) memungkinkan deteksi dini kelainan telinga bagian dalam
terkait dengan berbagai macam penyakit dan kelainan, termasuk non-patologis. Etiologi seperti
paparan kebisingan dan penuaan. Dengan deteksi dini, yang serius akibat gangguan pendengaran
terkadang bisa dicegah. Dan untungnya, dengan identifikasi dan diagnosis gangguan
pendengaran, medis dan non medis yang tepat (misalnya, audiologis) pilihan pengobatan hampir
selalu mengarah pada manajemen yang efektif 4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2.2 EPIDEMIOLOGI
Sebuah studi yang melibatkan 53.781 bayi baru lahir memberikan perbandingan
pendengaran langsung dan tidak langsung selama periode pemeriksaan pendengaran
neonatal di rumah sakit yang sama. Dalam penelitian ini, 4% bayi dengan gangguan
pendengaran tidak terdeteksi selama masa evaluasi, sementara 27% hilang selama
periode tanpa evaluasi. Penelitian ini tidak memberikan data tentang hasil klinis, seperti
perkembangan wicara dan bahasa pada anak-anak yang diuji dan pada anak-anak yang
belum diuji. Kelompok peneliti lainnya membandingkan hasil klinis, termasuk
perkembangan wicara dan bahasa, pada 25 bayi baru lahir yang dievaluasi sebagai bagian
dari program Universal Newborn Colorado dengan menghasilkan 25 bayi baru yang
cocok yang lahir di rumah sakit tanpa program skrining universal. Penelitian dari
pemeriksaan pendengaran bayi yang baru lahir ini menemukan bahwa anak-anak yang
diidentifikasi sebagai gangguan pendengaran melalui program skrining pendengaran baru
lahir dinilai secara signifikan lebih baik pada tes perkembangan ujaran dan bahasa
daripada yang diidentifikasi anak-anak kemudian.
6
2.3. TUJUAN PEMERIKSAAN
Tujuan utama pemeriksaan emisi otoakustik adalah untu menilai kadaan koklea,
khususnya fungsi sel rambut. Hasil pemeriksaan dapat digunakan untuk : 7
- Menskrinning pendengaran (khususnya pada neonates, infan atau individu
dengan gangguan perkembangan).
- Memperkirakan sensitivitas pendengaran dalam rentang tertentu.
- Membedakan gangguan sensori dan neural pada ganggua pendengaran
sensorineural.
- Pemeriksaan pada gangguan pendengaran fungsional (berpura-pura)
- Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pa;sien yang sedang tidur, bahkan pada
kadaan koma. Karena hasil pemeriksaan tidak memerlukan respon tingkah laku.
7
2.5 TIPE OAE
2) Evoked OAE
EOAE hanya akan timbul bila diberikan stimulus akustik, dibedakan
menjadi (1). Transient Evoked OAE (TEOAE) dimana stimulus berupa click dan
(2). Distortion Product OAE (DPOAE) menggunakan stimulus berupa 2 buah
nada murni yang berbeda frekuensi dan intensitasnya.,
TEOAE merupakan tes emisi otoakustik yang pertama kalinya digunakan
dalam klinik. stimulasi yang dipakai pada TEOAE dalah click, yang dapat
meransang seluruh partisi koklea sehingga menghasilkan respons yang melibatkan
beberapa frekuensi. Stimulasi diberikan sekitar 60-80 Db SPL.7
DPOAEs dapat memperoleh frekuensi yang lebih spesifik dan dapat digunakan
untuk merekam frekuensi yang lebih tinggi daripada TEOAEs. DPOAEs dapat
8
digunakan untuk mendeteksi kerusakan koklea kaibat obat-obat ototoksik dan akibat
bising. 7
Pada telinga sehat, OAE yang timbul dapat dicatat secara sederhana dengan
memasang probe (sumbat) dari bahan spons berisi mikrofon mini ke dalam liang telinga
untuk memberi stimulus akustik dan untuk menerima emisi yang dihasilkan koklea
tersebut. Bila terdapat gangguan pada saat suara dihantarkan dari telinga luar seperti
debris/serumen, gangguan pada telinga tengah seperti otitis media maupun kekakuan
membran timpani, maka stimulus akustik yang sampai ke koklea akan terganggu dan
akibatnya emisi yang dibangkitkan dari koklea juga akan berkurang. Alat OAE didesain
secara otomatis mendeteksi adanya emisi (pass/ lulus) atau bila emisi tidak ada/berkurang
(refer/rujuk), sehingga tidak membutuhkan tenaga terlatih untuk menjalankan alat
maupun menginterpretasikan hasil. EOAE merupakan respons elektrofisiologik koklea
9
terhadap stimulus akustik, berupa bunyi jenis clicks atau tone bursts. Respons tersebut
dipancarkan ke arah luar melalui telinga tengah, sehingga dapat dicatat oleh mikrofon
mini yang juga berada di dalam probe di liang telinga. EOAE dapat ditemukan pada
100% telinga sehat, dan akan menghilang/berkurang pada gangguan pendengaran yang
berasal dari koklea. EOAE mempunyai beberapa karakteristik yaitu dapat diukur pada
fungsi koklea yang normal bila tidak ada kelainan telinga luar dan tengah; bersifat
frequency specific (dapat mengetahui tuli pada frekwensi tertentu); pada neonatus dapat
diukur frekuensi dengan rentang yang luas yaitu frekuensi untuk bicara dan bahasa (500-
6000 kHz). OAE tidak muncul pada hilangnya pendengaran lebih dari 30-40 dB. EOAE
dipengaruhi oleh verniks kaseosa, debris dan kondisi telinga tengah (cavum tympani), hal
ini menyebabkan hasil refer 5-20% bila skrining dilakukan 24 jam setelah lahir. Balkany
seperti dikutip dari Chang dkk melaporkan neonatus berusia kurang dari 24 jam liang
telinganya terisi verniks caseosa dan semua verniks caseosa ini akan dialirkan keluar
dalam 24-48 jam setelah lahir. Sehingga angka refer < 3% dapat dicapai bila skrining
dilakukan dalam 24-48 jam setelah lahir. Bonfils dkk melaporkan maturasi sel rambut
luar lengkap terjadi setelah usia gestasi 32 minggu.1
EOAE merupakan respons elektrofisiologik koklea terhadap stimulus akustik,
berupa bunyi jenis clicks atau tone bursts. Respons tersebut dipancarkan ke arah luar
melalui telinga tengah, sehingga dapat dicatat oleh mikrofon mini yang juga berada di
dalam probe di liang telinga. EOAE dapat ditemukan pada 100% telinga sehat, dan akan
menghilang/berkurang pada gangguan pendengaran yang berasal dari koklea. EOAE
mempunyai beberapa karakteristik yaitu dapat diukur pada fungsi koklea yang normal
bila tidak ada kelainan telinga luar dan tengah; bersifat frequency specific (dapat
mengetahui tuli pada frekwensi tertentu); pada neonatus dapat diukur frekuensi dengan
rentang yang luas yaitu frekuensi untuk bicara dan bahasa (500- 6000 kHz). OAE tidak
muncul pada hilangnya pendengaran lebih dari 30-40 dB.3
Pemeriksaan OAE juga dimanfaatkan untuk memonitor efek negatif dari obat
ototoksik, diagnostik neuropati auditorik, membantu proses pemilihan alat bantu dengar,
skrining pemaparan bising (noise induced hearing loss) dan sebagai pemeriksaan
penunjang pada kasus-kasus yang berkaitan dengan gangguan koklea.2
10
2.7 APLIKASI KLINIK PEMERIKSAAN EMISI OTOAKUSTIK.
- nonpatologi
- kasalahan meletakkan probe di telinga
11
- serumen yang menghalangi probe atau mengoklusi liang telinga
- bebris atau benda asing pada liang telinga
- vernix caseosa pada neonates (sangat sering pada bayi ketika baru lahir)
- pasien yang tidak kooperatif
-standing waves
- patologi
- telinga luar :
- stenosis
- otitis eksterna
- kista
-membran timpani
- perforasi
- telinga tengah
- tekanan telinga tengah yang abnormal
- otosklerosis
- disartikulasi telinga tengah
- kolestaetoma
- kista
- otitis media bilateral
-koklea
- pemaparan obat-obatan ototoksik atau pemaparan bising
- patologi koklear lainnya
Pemeriksaan emisi otoakustik sering dijadikan skrining pada bayi karena dapat
dilakukan dengan menggunakan alat onnyektif, aman, tidak memerlukan prosedur
invasive atau pengobatan sebelum dilakukan pemeriksaan, pemeriksaan cepat, hanya
memerlukan waktu beberapa detik sampai menit; caranya mudah, tidak memerlukan
keahlian khusus dan biaya yang relative murah. 6,9
12
Test parameter OAE
gggBiaya Cost-effectiveness
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Rundjan Lily, dkk. Skrining Gangguan pendengaran pada neonatus resiko tinggi. In:
Sari Pediatri vol.6. 2005.Pg;149-154
2. Suwento Ronny dkk. Gangguan pendengaran pada bayi dan anak. In: buku ajar ilmu
kesehatan telinga,hidung,tenggorok,kepala, dan leher FKUI ed. Ketujuh. balai penerbit
FKUI : Jakarta. 2012
3. Eva, Adeline, et al. Uji Diagnostik Auditory Steady-State Response dalam Mendeteksi
Gangguan Pendengaran pada Anak. FKUI: Jakarta. 2006
4. United Healthcare Oxford Clinical Policy. Otoacoustic Emissions Testing. Oxford Health
Plans, LLC. 2017
5. Bull, Color Atlas of ENT Diagnosis © 2003 Thieme
13