You are on page 1of 126

PROFIL KESEHATAN

KOTA BANDAR LAMPUNG


TAHUN 2014
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan
kehendak-Nya sehingga Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung
Tahun 2014 selesai disusun.

Profil Kesehatan Kota Bandar lampung Tahun 2014 berisi data


tahun 2013 merupakan gambaran kondisi kesehatan di wilayah
Kota Bandar Lampung yang diharapkan dapat dipergunakan
sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan kesehatan di
Kota Bandar Lampung.

Profil kesehatan berisi tentang visi dan misi Dinas Kesehatan,


gambaran umum wilayah, gambaran pencapaian program, sarana
prasarana kesehatan dan pola penyakit yang didapatkan dari
kompilasi laporan seluruh sarana kesehatan di Kota Bandar
Lampung dan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.

Kami menyadari bahwa penyusunan profil ini masih banyak


kekurangan dalam penyajian data, kelengkapan data, akurasi
data serta ketepatan waktu penyajian. Untuk itu guna
kesempurnaan penyusunan profil dimasa datang kritik dan saran
pembaca kami harapkan.

Demikian, atas bantuan berbagai pihak dalam penyusunan profil


ini kami ucapkan terimakasih dan semoga bermanfaat.

Kota Bandar Lampung, Agustus


2015
Kepala Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung

dr. Amran. M.Kes


Pembina Utama Muda, IV/c
NIP. 19630716 198910 1 002

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 21


DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 2
1.3 Sistematis Penulisan 2
1.4 Keterbatasan Penelitian 3

BAB II Gambaran Umum


2.1 Luas Wilayah dan Batas Administrasi Daerah 4
2.2 Kondisi Geografis dan Klimatologi 6
2.3 Kondisi Topologi 7
2.4 Hidropologi 8
2.5 Sumber Daya Alam 9
2.6 Demografi / Kependudukan 10
2.7 Agama 14
2.8 Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan 14
2.9 Sosial Ekonomi 15

BAB III Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang


Kesehatan
3.1 Visi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung 21

o 3.2 Misi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung 23


3.3 Tujuan dan Sasaran 27
3.4 Strategi 29
3.5 Kebijakan 31
3.6 Tugas Pokok dan Fungsi 34
3.7 Issue-issue Strategis Pembangunan Kesehatan Kota Bandar
Lampung Tahun 2014 35
3.8 PROGRAM DAN KEGIATAN 40
3.9 Struktur Organisasi 44

BAB IV Situasi Upaya Kesehatan


4.1 Angka Kematian Bayi 46
4.2 Angka Kematian Anak Balita 48
4.3 Angka Kematian Ibu 48
4.4 Morbiditas (Angka Kesakitan) 53
4.5 Status Gizi Masyarakat 71

BAB V Situasi Derajat Kesehatan


5.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 74

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 22


5.2 Perbaikan Gizi Masyarakat 78
5.3 Program Penyehatan Lingkungan 84
5.4 Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat 87
5.5 Program Peningkatan Upaya Kesehatan 89
5.6 Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya 91
5.7 Program Manajemen dan Kebijakan Kesehatan 92

BAB VI Situasi Sumber Daya Kesehatan


6.1 Sarana Kesehatan 96
6.2 Tenaga Kesehatan 102
6.3 Pembiayaan Kesehatan 104

BAB VII Simpulan dan Saran


7.1 Simpulan 106
7.2 Saran 108

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 23


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Data Wilayah Administrasi Kota Bandar Lampung 5

Tabel 2.2 Zonasi Kawasan Resapan Air Kota Bandar Lampung 9

Tabel 2.3 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan


Sex Ratio Di Kota Bandar Lampung
Tahun 2010 – 2014 10

Tabel-2.4 Komposisi Struktur Penduduk Kota Bandar


Lampung Dirinci menurut Kelompok Umur,
Jenis kelamin, dan Sex Ratio Tahun 2014 11

Tabel-2.5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Sasaran


Di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014 13

Tabel 2.6 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan


dan Atas Dasar Harga Berlaku di Kota
Bandar Lampung Tahun 2007-2012 16
Tabel 2.7 Indeks Komponen IPM Kota Bandar Lampung
Tahun 2010-2012 17

Tabel-2.8 Pendapatan Per Kapita Per Tahun Menurut ADHK


dan ADHB Di Kota Bandar Lampung
Tahun 2010-2013 17

Tabel-2.9 Jumlah Perusahaan Dan Tenaga Kerja Di Kota


Bandar Lampung Tahun 2009-2013 18

Tabel-2.10 Pembiayaan Sektor Kesehatan Menurut Sumber


Anggaran Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2012 19

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 24


Tabel-2.11 Proporsi Anggaran Sektor Kesehatan Terhadap Total
APBD Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014 20

Tabel-3.01 Jumlah Kasus kematian Bayi Di Kota


Bandar Lampung Tahun 2010-2015 37

Tabel-3.02 Jumlah Kasus kematian Balita Di Kota


Bandar Lampung Tahun 2010 – 2015 37

Tabel-4.01 Penyebab Penderita Penyakit Diare di Kota


Bandar Lampung Tahun 2013- 2014 56

Tabel.5.01 Jumlah Kunjungan ke Puskesmas dan Rumah Sakit


di Kota Bandar Lampung Tahun 2014 90

Tabel 5.02 Persentase Ketepatan dan Kelengkapan Laporan


SP2TP di Kota Bandar Lampung Tahun 2014 93

Tabel 6.01 Jumlah Puskesmas Per Kecamatan Kota


Bandar Lampung Tahun 2014 97

Tabel 6-02 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kategori


di Puskesmas Kota Bandar Lampung Tahun 2014 102

Tabel 6-03 Anggaran Kesehatan Kota Bandar Lampung


Tahun 2014 104

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 25


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.01 Peta Administrasi Kota Bandar Lampung 6

Gambar 2.02 Grafik Piramida Penduduk Kota Bandar


Lampung Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok
Umur Tahun 2014 12

Gambar 2.03 Persentase Pencari Kerja Menurut Pendidikan


Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014 14

Gambar 4.01 Kasus Kematian Bayi Di Kota Bandar Lampung


Tahun 2009-2014 46

Gambar 4.02 Penyebaran Kasus Kematian Bayi Di Kota


Bandar Lampung Tahun 2014 47

Gambar 4.03 Kasus Kematian Anak Balita Kota Bandar


Lampung Tahun 2009-2014 48

Gambar 4.04 Kasus Kematian Ibu Maternal Kota Bandar


Lampung Tahun 2010-2014 49

Gambar 4.05 Penyebab Kasus Kematian Ibu Maternal Di Kota


Bandar Lampung Tahun 2014 50

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 26


Gambar 4.06 Kasus Kematian Ibu Maternal Berdasarkan
Wilayah Puskesmas Kota Bandar Lampung
Tahun 2014 51

Gambar 4.07 Trend Kasus Acute Flacid Paralysis Per 100.000


Anak Usia < 15 Tahun Di Kota Bandar Lampung
Tahun 2010-2014 53

Gambar 4.08 IR Diare Per 1.000 Penduduk Kota Bandar


Lampung Tengah Tahun 2008-2014 55

Gambar 4.09 Distribusi Kasus Diare Per Gol. Umur Di Kota


Bandar Lampung Tahun 2014 55

Gambar 4.10 Angka Kesembuhan Tahun 2014 Kota Bandar


Lampung 58

Gambar 4.11 Jumlah Penemuan Suspek TB Paru Di Kota


Bandar Lampung Tahun 2010-2014 58

Gambar 4.12 Jumlah Kasus Penemuan TB Paru Di Kota


Bandar Lampung Tahun 2010-2014 58

Gambar 4.13 Kasus Pneumonia Menurut Jenis Kelamin


Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014 60

Gambar 4.14 Distribusi Kasus Kusta Kota Bandar Lampung


Tahun 2010-2014 64

Gambar 4.15 Jumlah Penderita Kusta Menurut Jenis Kelamin


Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014 64

Gambar 4.16 Kondisi Malaria Di Kota Bandar Lampung Tahun


2010-2014 65

Gambar 4.17 IR DBD Per 100.000 Penduduk Di Kota


Bandar Lampung Tahun 2010-2014
67

Gambar 4.18 CFR Demam Berdarah Dengue ( %) Di Kota


Bandar Lampung Tahun 2010-2014 67

Gambar 4.19 Penyebararan Kasus Dbd Menurut Puskesmas


Kota Bandar Lampung Tahun 2014 68

Gambar 4.20 Jumlah Kasus Suspec Campak Klinis Di Kota

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 27


Bandar Lampung Tahun 2008-2012 71

Gambar 4.21 Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah Di


Kota BandarLampung Tahun 2014 72

Gambar 5.01 Jumlah RT ber PHBS 2014 88

Gambar 5.02 Strata Posyandu tahun 2014 89

Tabel 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN,


JUMLAHPENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA DAN
KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN

Tabel 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN


KELOMPOK UMUR

Tabel 3 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK


HURUF DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH
MENURUT JENIS KELAMIN

Tabel 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN,


KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 5 JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA


MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 6 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR,


KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 28


Tabel 7 KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB
PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER
100.000 PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 8 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU


BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 9 ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB


PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 10 PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS


KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 11 JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT


JENIS KELAMIN

Tabel 12 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV


MENURUT JENIS KELAMIN

Tabel 13 KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS


KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 14 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN,


KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 15 KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2


MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 16 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT


KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 17 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT


(RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS
KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 18 JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KECAMATAN


DAN PUSKESMAS

Tabel 19 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH


DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 29


Tabel 20 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH
DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 21 JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 22 KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT


JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 23 PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS


KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 24 PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK ≥ 18 TAHUN


MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 25 PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN,


KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 26 CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN


METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN
PEMERIKSAAN KLINIS (CBE) MENURUT KECAMATAN DAN
PUSKESMAS

Tabel 27 JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB


MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

Tabel 28 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG


DITANGANI < 24 JAM

Tabel 29 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN


DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN
KESEHATAN IBU NIFAS MENURUT KECAMATAN DAN
PUSKESMAS

Tabel 30 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL


MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 31 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA


SUBUR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 32 JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1


DAN FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 33 JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI


KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL MENURUT
JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 30


Tabel 34 PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS
KONTRASEPSI, KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 35 PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS


KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 36 JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT


KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 37 BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT


JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 38 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS


KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 39 JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT


JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 40 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS


KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 41 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT


KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 42 CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG


PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 43 CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB3/DPT-HB-Hib3, POLIO,


CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 44 CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK


BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 45 JUMLAH ANAK 0 – 23 BULAN DITIMBANG MENURUT


JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 46 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS


KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 47 JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN,


KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 48 CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT


PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN,
DAN PUSKESMAS

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 31


Tabel 49 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN)
SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 50 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT


KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 51 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK


SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 52 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT


MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS

Tabel 53 CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN MENURUT JENIS


JAMINAN DAN JENIS KELAMIN

Tabel 54 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN


KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN
KESEHATAN

Tabel 55 ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

Tabel 56 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT

Tabel 57 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP


BERSIH DAN SEHAT (BERPHBS) MENURUT KECAMATAN
DAN PUSKESMAS

Tabel 58 PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN


DAN PUSKESMAS

Tabel 59 PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN


TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT
KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 60 PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA


AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN

Tabel 61 PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS


SANITASI YANG LAYAK(JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS
JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 62 DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS


MASYARAKAT

Tabel 63 PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI


SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN
PUSKESMAS

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 32


Tabel 64 TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN (TPM) MENURUT STATUS
HIGIENE SANITASI

Tabel 65 TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI


PETIK

Tabel 66 PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN

Tabel 67 JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN

Tabel 68 PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT)


DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT
(GADAR ) LEVEL I

Tabel 69 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN,


DAN PUSKESMAS

Tabel 70 JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA


MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN

Tabel 71 JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN

Tabel 72 JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN

Tabel 73 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS


KESEHATAN

Tabel 74 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DI FASILITAS


KESEHATAN

Tabel 75 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN


KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN

Tabel 76 JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN


Tabel 77 JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS
KESEHATAN

Tabel 78 JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI


FASILITASKESEHATAN

Tabel 79 JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS


KESEHATAN

Tabel 80 JUMLAH TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN


DI FASILITAS KESEHATAN

Tabel 81 ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 33


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

P
rogram Pembangunan Kesehatan merupakan salah satu
upaya untuk memenuhi hak atau kebutuhan masyarakat,
yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
dengan amanat UUD 1945 pasal 28 ayat 1 dan Undang Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Pembangunan kesehatan
diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan diselenggarakan
dengan berdasarkan pada peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan dengan penekanan pada pencapaian sasaran yang
prorakyat, keadilan untuk semua (justice for all).
Pembangunan kesehatan di Kota Bandar Lampung juga
dilaksanakan dengan memperhatikan dinamika kependudukan,
epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi dan demokratisasi
dengan semangat kemitraan, kerjasama lintas sektoral serta mendorong
peran serta aktif masyarakat, swasta maupun pemerintah.
Pembangunan kesehatan pada tahun 2014 merupakan pembangunan
kesehatan berkelanjutan dengan hasil yang sudah mulai menunjukkan
kecenderungan membaik dibandingkan dengan keadaan tahun-tahun
sebelumnya.

Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2015 ini


merupakan salah sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan
pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 34


kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal
di bidang kesehatan Kota Bandar Lampung. Dengan kata lain, Profil
Kesehatan Kota Bandar Lampung ini pada intinya berisi mengenai data
dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan
masyarakat di wilayah Kota Bandar Lampung.

Pada Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2015 dapat


diperoleh data dan informasi indikator kesehatan dan indikator yang
terkait kesehatan yang meliputi antara lain : (1) indikator derajat
kesehatan yang digambarkan melalui mortalitas (angka kematian),
morbiditas (angka keasakitan) dan status gizi, (2) indikator upaya
kesehatan yang dapat dilihat dari indikator pelayanan kesehatan,
perilaku hidup sehat, akses dan mutu pelayanan serta keadaan
lingkungan. Juga dapat dilihat indikator sumber daya kesehatan yang
digambarkan melalui keberadaan sarana dan prasarana kesehatan,
tenaga kesehatan dan besarnya pembiayaan kesehatan. Hal lainnya,
pada Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung pun dapat dilihat kondisi
umum seperti wilayah kerja, keadaan penduduk, tingkat pendidikan
penduduk dan keadaan ekonomi.

Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka keberadaan


Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung yang terbit setiap tahun ini
merupakan sumber daya yang sangat strategis bagi pimpinan dalam
penyelenggaraan manajemen yaitu sebagai masukan dalam proses
pengambilan keputusan mulai dari tahap penyusunan rencana,
penggerakan pelaksanaan, monitoring sampai dengan evaluasi.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung ini dimaksudkan untuk


menyediakan data dan informasi kesehatan yang lengkap, akurat dan
up to date yang difungsikan sebagai pedoman resmi bagi Dinas
Kesehatan dan jajarannya, lembaga pemerintah maupun swasta baik
untuk dasar perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 35


kegiatan atau program serta sebagai acuan kegiatan monitoring,
pengendalian dan evaluasi dari berbagai program.

1.3 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematikan penyajian Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung


Tahun 2014, adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan tentang latar belakang,


maksud dan tujuan serta sistematika penulisan Profil Kesehatan Kota
Bandar Lampung serta siste matika penyajiannya.

BAB II GAMBARAN UMUM. Bab ini menyajikan tentang gambaran


umum Kota Bandar Lampung yang mencakup letak geografis,
demografis, pendidikan, ekonomi dan informasi umum lainnya.

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN. Bab ini berisi uraian tentang
indikator keberhasilan pembangunan kesehatan yang mencakup
tentang angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan, dan
keadaan status gizi.

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN. Bab ini berisi uraian tentang


upaya-upaya kesehatan yang cakupan pelayanan kesehatan dasar,
cakupan pelayanan kesehatan rujukan, pemberantasan penyakit,
pembinaan kesehatan lingkungan dan lain-lain.

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. Bab ini menguraikan


tentang sumber daya yang yang mencakup sarana kesehatan, tenaga
kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

BAB VI KESIMPULAN. Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal


penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil
Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014.

1.4 KETERBATASAN PENYUSUNAN PROFIL

Penyusunan profil menggunakan data data dasar program namun tidak


semua data yang dibutuhkan tersedia, meskipun sudah dilakukan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 36


pengumpulan data diawal tahun dan pengulangan pada bulan
berikutnya secara terus menerus tetapi tidak semua program dapat
memberikan data yang diinginkan sesuai juknis profil salah satu
contoh adalah data campak.

Beberapa data seperti TB Paru, imunisasi belum dapat disajikan per


jenis kelamin. Begitu juga data upaya kesehatan yang ada, tidak semua
bidang dapat memberikan laporan evaluasi sebagai bahan penyusunan
profil

BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Luas Wilayah dan Batas Administrasi Daerah

K
ota Bandar Lampung merupakan Ibukota Propinsi Lampung.
Kota Bandar Lampung menjadi pusat kegiatan
pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan.
Kota Bandar Lampung juga merupakan pusat kegiatan perekonomian
dari Provinsi Lampung, karena terletak diwilayah yang strategis dan
merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antara pulau
Sumatera dan pulau Jawa, sehingga secara ekonomis menguntungkan
bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar Lampung sebagai
pusat perdagangan, industri, pariwisata.

Kota Bandar Lampung juga memiliki prospek yang kuat untuk


berkembang menjadi kota besar dalam skala regional, nasional bahkan
interbasional. Potensi Kota Bandar Lampung yang mendukung antara
lain adalah (1) lokasi geografis yang sangat strategis, (2) kedudukan
yang dituju dalam kebijakan tingkat nasional dan regional, (3)
pemandangan alam yang indah yang dapat dimanfaatkan untuk
menarik wisatawan, (4) keanekaragaman suku bangsa (multi etric), (5)
dukungan wilayah sekotarnya (hiterland) yag menunjang pertumbuhan
dan perkembangan Kota Bandar Lampung, Berdasarkan kebijakan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 37


nasional dan regional, Kota Bandar Lampung ditetapkan sebagi pusat
pertumbuhan nasional dan merupakan orientasi bagi pusat
pengembangan antar daerah, pusat pengembangan daerah dan pusat
lokal.

Selain daripada itu, Kota Bandar Lampung memiliki andil yang


sangat vital dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian
logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya serta memiliki
Pelabuhan Panjang yang beroperasi selama 24 jam untuk kegiatan
ekspor impor dan Pelabuhan Srengsem yang melayani distribusi
batubara dari Sumatera ke Jawa , untuk jalur udara memalui Bandara
Radin Intan yang berjarak 18 km dari Kota Bandar Lampung sehingga
secara langsung Kota Bandar Lampung berkontribusi dalam
mendukung pergerakan ekonomi nasional.

Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung memiliki luas


wilayah 197,22 km² atau 19.722 hektar. Berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Perubhaan Atas Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 04 Tahun
2012 Tentang Penataan dan pembentukan Kelurahan dan Kecamatan,
Kota Bandar Lampung terbagi ke dalam 20 Kecamatan dan 126
Kelurahan dengan rincian per wilayah sebagai berikut :

Tabel 2.1
Data Wilayah Administrasi Kota Bandar Lampung

No Kecamatan Luas Jumlah Jumlah Jumlah


Wilayah Kelurahan Lingkungan RT
(Km²)
1 Teluk Betung Barat 11,02 5 14 98

2 Teluk Betung Timur 14,83 6 14 99

3 Teluk Betung Selatan 3,79 6 14 141

4 Bumi Waras 3,75 5 12 153

5 Panjang 15,75 8 20 227

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 38


6 Tanjung Karang timur 2,03 5 11 109

7 Kedamaian 8,21 7 16 126

8 Teluk Betung Utara 4,33 6 12 161

9 Tanjung Karang Pusat 4,05 7 14 148

10 Enggal 3,49 6 13 119

11 Tanjung Karang Barat 14,99 7 16 130

12 Kemiling 24,24 9 20 240

13 Langkapura 6,12 5 11 73

14 Kedaton 4,79 7 16 136

15 Rajabasa 13,53 7 14 105

16 Tanjung Seneng 10,63 5 11 105

17 Labuhan Ratu 7,97 6 12 91

18 Sukarame 14,75 6 13 117

19 Sukabumi 23,60 7 16 157

20 Way Halim 5,35 6 16 184

Jumlah 197,22 126 286 2,719

Sumber : Kota Bandar Lampung Dalam Angka Tahun 2014

Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 520’- 530’


Lintang Selatan dan 10528’ - 10537’ Bujur Timur. Ibukota propinsi
Lampung ini berada di Teluk Lampung yang terletak diujung Selatan
Pulau Sumatera.

2.2 Kondisi Geografis dan Klimatologi

Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 520’- 530’


Lintang Selatan dan 10528’ - 10537’ Bujur Timur. Ibukota propinsi
Lampung ini berada di Teluk Lampung yang terletak diujung Selatan
Pulau Sumatera.

Kota Bandar Lampung setiap tahunnya terjadi dua musim angin


yaitu pada bulan November-Maret angin bertiup dari arah Barat dan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 39


Barat Laut, pada bulan Juli-Agustus angin bertiup dari arah Timur dan
Tenggara dengan kecepatan rata-rata 5,83 km/jam. Temperatur pada
daerah daratan dengan ketinggian 30m–60m rata-rata berkisar antara
26C-28C. Temperatur maksimum yang sangat jarang dialami adalah
33C dan temperatur minimum 20C. Kelembaban udara rata-rata
berkisar antara 80% sampai 88% dan bahkan lebih tinggi di tempat-
tempat yang lebih tinggi

Gambar 2.01
Peta Administrasi Kota Bandar Lampung

Sumber : Bandarlampungkota.go.id.

Dari Gambar 2.1, terlihat bahwa Wilayah Kota Bandar Lampung Secara
administratif batas daerah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten


Lampung Selatan.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran dan Kecamatan Ketibung serta Teluk
Lampung.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan
dan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 40


 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan.

2.3 Kondisi Topologi

Topografi Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari


dataran pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan
ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 m daerah dengan topografi
perbukitan hinggga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur
dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah Barat dan
Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok disebelah Timur.
Topografi tiap-tiap wilayah di Kota Bandar Lampung adalah sebagai
berikut :

 Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan


pulau di bagian Selatan
 Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan
Sukarame di bagian Utara
 Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara
 Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar
Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, dan
Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di bagian
Timur.

Dilihat dari ketinggian yang dimiliki, Kecamatan Kedaton dan


Rajabasa merupakan wilayah dengan ketinggian paling tinggi
dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya yaitu berada pada
ketinggian maksimum 700 mdpl. Sedangkan Kecamatan Teluk Betung
Selatan dan Kecamatan Panjang memiliki ketinggian masing-masing
hanya sekitar 2 – 5 mdpl atau kecamatan dengan ketinggian paling
rendah/minimum dari seluruh wilayah di Kota Bandar Lampung.

2.4 Hidropologi

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 41


Dilihat secara hidrologi maka Kota Bandar Lampung
mempunyai 2 sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala,
dan 23 sungai-sungai kecil. Semua sungai tersebut merupakan
DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada dalam wilayah Kota
Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk
Lampung. Dilihat dari akuifer yang dimilikinya, air tanah di Kota
Bandar Lampung dapat dibagi dalam beberapa bagian
berdasarkan pourusitas dan permaebilitas yaitu:

 Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir


Kota Bandar Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Teluk
Betung Selatan, dan Teluk Betung Barat.
 Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan
Kedaton, Tanjung Senang, Kedaton, bagian selatan Kecamatan
Kemiling, bagian selatan Tanjung Karang Barat, dan sebagian
kecil wilayah Kecamatan Sukabumi.
 Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas,
berada di bagian utara Kecamatan Kemiling, bagian utara
Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung
Utara, dan sebagian kecil Kecamatan Tanjung Karang Timur.
 Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berada
di sebagian besar Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang
Timur.
 Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian utara
Kecamatan Panjang, Tanjung Karang Timur, dan bagian barat
Kecamatan Teluk Betung Selatan.
 Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang.

Zonasi Kawasan Resapan Air Kota Bandar Lampung terbagi ke dalam 6


wilayah, sebagai berikut :

Tabel 2.2
Zonasi Kawasan Resapan Air Kota Bandar Lampung

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 42


KATEGORI
ZONA WILAYAH
RESAPAN
I Recharge Area Kemiling dan Teluk Betung Barat
II Area Penyangga Kecamatan Tanjung Karang Barat,
Tanjung Karang Timur, Panjang, Tanjung
Karang Pusat, Teluk Betung Utara, dan
Teluk Betung Selatan.
III Resapan Rendah Kedaton, Sukarame, Tanjung Karang
Barat
IV Resapan Sedang Tanjung Karang Pusat, Sukabumi,
Tanjung Karang Timur
V Resapan Tinggi Sukabumi dan Sukarame
VI Kawasan Pesisir Teluk Lampung, Teluk Betung
Dipengaruhi Air Laut Selatan, Panjang, Teluk Betung Barat

Sumber: Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) Bandar


Lampung, 2010.

2.5 Sumber Daya Alam

Selain memiliki wilayah yang luas, Kota Bandar Lampung juga


memiliki potensi alam yang sangat rendah, terutama laut dan
perbukitan. Kekhasan morfologinya mulai dari pegunungan,
perbukitan, kekhasan morfologinya mulai di bagian dalam Teluk
Lampung, menjadikan Kota Bandar Lampung sangat potensial
untuk di kunjungi wisatawan. Citra endegonik “laut dan gunung”
tersebut merupakan potensi keindahan dan daya tarik tersendiri
bagi Kota Bandar Lampung.

Pantai di Kota Bandar Lampung memiliki pemandangan yang


mempesona dan memiliki keistimewaan tersendiri karena terletak
di suatu teluk yang nyaman dengan keindahan panorama laut
dan beberapa gugusan pulau kecil di tengah laut yang potensi
untuk dikembangkan menjadi wisata rekreasi bahari sedang
perbukitannya berfungsi untuk melindungi pelestarian tata air
dan konversi tanah.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 43


2.6 Demografi / Kependudukan

2.6.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

Adapun keadaan jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung


periode tahun 2010 – 2014, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.3
Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio
Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 – 2014

JUMLAH PENDUDUK
TAHUN SEX RATIO
LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

2010 446.978 438.385 885.363 101,96

2011 456.285 448.037 904.322 101,84

2012 465.673 457.502 923.175 101,79

2013 475.039 467.000 942.039 101,72

2014 484.215 476.480 960.695 101,62

Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2014

Dari Tabel-2.1 menunjukkan jumlah penduduk tahun 2010-


2014 terjadi peningkatan yang signifikan. Penduduk laki-laki setiap
tahunnya lebih tinggi dari penduduk perempuan. Tahun 2014 jumlah
penduduk meningkat menjadi 960.695 jiwa dengan sex ratio 101,62.
Angka ini menempatkan Kota Bandar Lampung di posisi 3 (tiga)
populasi terbesar di Provinsi Lampung setelah Kabupaten Lampung
Tengah dan Lampung Timur. Tingkat kepadatan penduduk tahun 2014
tertinggi terdapat di Kecamatan Tanjungkarang Timur yakni 17.937
jiwa/km², sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah
adalah Kecamatan Sukabumi yaitu 2.384 jiwa/km².

2.6.2. Struktur/Komposisi Penduduk.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 44


Kondisi struktur/komposisi umur penduduk di Kota Bandar
Lampung dari tahun 2010-2014 terus mengalami peningkatan,
sehingga pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampung juga
mengalami Kenaikan. Pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampung
disebabkan adanya fertilitas (pertumbuhan penduduk alami) dan
pertumbuhan penduduk migrasi, dimana jumlah penduduk migrasi
masuk lebih besar daripada migrasi luar (migrasi netto positif) atau
dapat diartikan bahwa penduduk yang datang lebih banyak
dibandingkan penduduk yang keluar Kota Bandar Lampung.
Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat mendorong pertumbuhan
aspek – aspek kehidupan yang meliputi aspek sosiak, ekonomi, politik,
kebudayaan dan sebagainya. Kondisi struktur/komposisi umur
penduduk di Kota Bandar Lampung dari tahun 2010-2014 dapat dilihat
pada tabel-2.3.

Tabel-2.4

Komposisi Struktur Penduduk Kota Bandar Lampung

Dirinci menurut Kelompok Umur, Jenis kelamin,

dan Sex Ratio Tahun 2014

NO KEL. UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH SEX RATIO

1. 0–4 47.129 45.263 92.812 104,12

2. 5–9 45.198 42.680 90.005 105,90

3. 10 – 14 39.452 38.106 78.608 103,53

4. 15 – 19 44.333 48.517 93.599 91,38

5. 20 – 24 51.040 50.316 101.833 101,44

6. 25 – 29 45.095 42.469 88.130 106,18

7. 30 – 34 40.199 38.540 79.314 104,30

8. 35 – 39 37.507 37.417 76.288 100,24

9. 40 – 44 35.180 34.507 71.910 101,95

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 45


NO KEL. UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH SEX RATIO

10. 45 – 49 29.488 28.594 60.154 103,13

11. 50 – 54 24.781 23.829 50.766 104,00

12. 55 – 59 17.807 17.184 36.966 103,63

13. 60 – 64 11.915 10.878 24.393 109,53

14 65 – 69 7.214 7.715 15.677 93,51

15 70 –74 4.357 4.986 9.596 87,38

16 75+ 3.520 5.479 9.236 64,25

TOTAL 2014 484.215 476.480 960.695 101,62

Sumber : BPS Kota Bandar Lampung 2014

Berdasarkan Tabel-2.3, terlihat komposisi penduduk Kota


Bandar Lampung pada tahun 2014 menurut kelompok umur dan sex
ratio . Rata –rata Sex ratio pada umumnya penduduk laki-laki lebih
banyak dibandingkan penduduk perempuan kecuali pada kelompok
umur 15-19 tahun. Hal ini juga terlihat pada kelompok umur usila (>60
tahun) jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan
dengan penduduk laki-laki. Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa umur harapan hidup wanita lebih tinggi dibandingkan dengan
penduduk laki-laki. Hal ini dikarenakan wanita lebih peduli terhadap
kesehatan dirinya. Wanita akan segera mencari fasilitas kesehatan
apabila mengalami sakit.

Pada tahun 2014 ini persentase penduduk usia 0-4 tahun


10,35% meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, dengan demikian
angka kelahiran tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Komposisi penduduk Kota Bandar Lampung dirinci menurut


kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki
maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur
produktif yaitu 20-24 tahun(9,43%), kelompok 15-19 tahun (10,26%),
kelompok umur 25-29 (10,9%) tahun dan muncul kelompok balita 0-4

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 46


tahun sebesar 10,35%. Gambaran komposisi penduduk secara rinci
terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2.02
Grafik Piramida Penduduk Kota Bandar Lampung

Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2014

Sumber : BPS Kota Bandar Lampung Tahun 2014

Berdasarkan gambar 2.2 bentuk piramida penduduk Kota


Bandar Lampung menggambarkan komposisi penduduk muda dalam
pertumbuhan. Jumlah angka kelahiran dan jumlah penduduk muda
lebih besar dibandingkan dengan angka kematian.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 47


Jumlah penduduk dari tahun ke tahun meningkat namun
penghitungan jumlah penduduk terutama untuk kelompok umur
sampai saat ini masih menggunakan angka estimasi. Sumber data BPS
kemudian dioleh dan terbatas untuk kepentingan program bidang
kesehatan karena setiap triwulan bidang kesehatan harus melaporan
persentase capaian kegiatan. Hal ini menjadi kelemahan karena sering
terjadi perbedaan antar program terkait dengan persentase pencapaian.

2.6.3. Penduduk Sasaran

Pada Tabel-2.4 berikut ini memperlihatkan jumlah penduduk


menurut kelompok sasaran di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-
2014.

Tabel-2.5

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Sasaran

Di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014

TAHUN
KELOMPOK
NO
SASARAN 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1. Wanita Usia Subur 225.403 232.939 235.172 238.909 238.909 251.703

2. Bumil 23.237 18.432 24.142 20.664 20.664 25.839

3. Bulin (Persalinan) 21.254 17.598 22.081 18.900 18.900 23.633

4. Bayi 20.242 16.764 21.029 18.000 18.000 22.508

5. Balita 100.351 80.649 104.700 106.363 106.363 112.060

6. Anak Balita 80.109 63.885 83.670 88.363 88.363 89.552

7. Batita 38.595 37.530 40.269 40.909 40.909 43.100

8. Buteki 40.483 16.764 42.059 18.900 18.900 45.015

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 48


TAHUN
KELOMPOK
NO
SASARAN 2009 2010 2011 2012 2013 2014

9. Anak Pra Sekolah 46.316 31.442 48.323 49.091 49.091 51.720

10. Usia Lanjut 59.010 187.986 61.567 44.636 44.636 47.027

Sumber : BPS (Data diolah terbatas untuk Kalangan Kesehatan), Tahun 2014

Jumlah penduduk menurut kelompok sasaran di Kota Bandar


Lampung hampir setiap tahunnya menggunakan data estimasi, dan
hanya berlaku terbatas untuk kegiatan pelaksanaan program
kesehatan saja. Data sasaran harus tersedia minimal pada tri wulan
pertama, dikarenakan laporan dan evaluasi kegiatan harus sudah
dilakukan baik di dinas maupun di puskesmas.

2.7 Agama

Penduduk Kota Bandar Lampung sebagian besar adalah pemeluk


agama Islam, sedangkan jumlah tempat peribadatan yang ada di Kota
Bandar Lampung pada tahun 2013 terdiri dari 703 Masjid, 839
Musholla, 13 Gereja Katolik, 26 Gereja Protestan, 21 Vihara, dan 3
Pura. Agama yang dianut penduduk Kota Bandar Lampung, dapat
dilihat pada gambar berikut ini :

2.8 Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan


kecerdasan dan ketrampilan masyarakat/penduduk. Tingkat
pendidikan merupakan penyebab mendasar dari berbagai
permasalahan peristiwa morbiditas maupun mortalitas.

Pencari kerja di Kota Bandar Lampung tahun 2013 dari tingkat


paling bawah yaitu Tidak tamat SD tidak ada, Tamat SD sebanyak 13,
Tamat SMP/sederajat sebanyak 109, tamat SMA/sederajat sebanyak

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 49


4.395, Tamat D I/II/III sebanyak 1.178, Sarjana S.1 berjumlah 4.400,
Pasca Sarjana/S.2 berjumlah 96, dan persentasenya seperti terlihat
pada gambar 2.4 berikut ini:
Gambar 2.03

Persentase Pencari Kerja Menurut Pendidikan

Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014

1% 41%
0% 1% 0%

41%

16%

Tdk Punya Ijazah SD/MI/Sederajat SLTP/MTs/Sederajat


SMU/MA/Sederajat Diploma I / II/DIII D IV / Sarjana
S2 / S3

Sumber : Bandar Lampung Dalam Angka, 2014.

Dari gambar tersebut terlihat bahwa pencari kerja penduduk


Kota Bandar Lampung seimbang antara lulusan SMU/MA/Sederajat
dan lulusan DIV/Sarjana.

2.9 SOSIAL EKONOMI

Disamping lingkungan Kesehatan, dalam Perencanaan


Pembangunan Kesehatan perlu pula diketahui Lingkungan Sosial
Ekonomi, seperti :

2.9.1 Product Domestic Regional Brutto ( PDRB )

Pengertian pendapatan regional atau produk domestik regional


bruto (PDRB) sering disalahtafsirkan dengan pendapatan pemerintah
daerah. Pendapatan pemerintah daerah yaitu besarnya penerimaan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 50


pemerintah daerah dalam bentuk pajak dan non pajak dari
masyarakat. Sedangkan pendapatan regional adalah seluruh nilai netto
barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu daerah pada waktu
tertentu, atau dari segi arus uangnya adalah jumlah seluruh
pendapatan yang diterima oleh faktor produksi.

Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) didefinisikan sebagai


jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
suatu daerah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi dikurangi dengan biaya antara
yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.

Laju pertumbuhan ekonomi, selama lima tahun terakhir terus


meningkat yaitu tahun tahun 2006 sebesar 6,30 persen; tahun 2007
sebesar 6,83 persen, tahun 2008 sebesar 6,93 persen, dan tahun 2009
sebesar 6,01 dan pada tahun 2011 angka sementara pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,33 persen. Pada tahun 2012 angka Produk
Domestik Regional Brutto (PDRB) yang dihasilkan Kota Bandar
Lampung sebesar 25,53 trilliyun rupiah.

Gambaran Produk Domestik Regional Brutto di Kota Bandar


Lampung Tahun 2007-2010, seperti terlihat pada tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.6
Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Atas Dasar
Harga Berlaku di Kota Bandar Lampung Tahun 2007-2012

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTTO


TAHUN
ADHK PERTUMBUHAN ADHB PERTUMBUHAN

2010 6.540.521 6.33 19.437.165 100


2011 6.967.851 6.33 22.311.918 100
2012* 7.423.369 6.54 25.532.953 100
2013** 7.905.567 6,50 29.136.930 100
Sumber: Bandar Lampung dalam Angka 2014 ** angka sementara

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 51


2.9.2 Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks


komposit yang diharapkan mampu mencerminkan kinerja
pembangunan manusia sehingga dapat dibandingkan antar wilayah
atau bahkan antar waktu suatu ukuran tunggal dan sederhana yang
memuat tiga aspek, yaitu kesehatan, pendidikan dan pendapatan, yang
menurut UNDP dapat menunjukkan tingkat pembangunan manusia
suatu wilayah melalui pengukuran keadaan penduduk yang sehat dan
berumur panjang, berpendidikan dan berketerampilan, serta
mempunyai pendapatan yang memungkinkan untuk dapat hidup layak.

Indeks Pembangunan Manusian Kota Bandar Lampung Tahun


2010 sebesar 75,7, tahun 2011 sebesar 76,29 dan pada tahun 2012
meningkat menjadi 76,83. Nilai IPM Kota Bandar Lampung lebih tinggi
bila dibandingkan dengan IPM Propinsi Lampung 72,87. Apabila dilihat
secara nasional, maka pada tahun 2013, Kota Metro dan Kota Bandar
Lampung mempunyai nilai dan peringkat IPM yang dapat dikatakan
lebih baik dibandingkan dengan daerah Kota yang lain. Hal ini
disebabkan kedua kota ini merupakan sentra pengembangan
pendidikan dan perdagangan. Kondisi geografis juga sangat
berpengaruh baik secara langsung sebagai berikut:

Tabel 2.7
Indeks Komponen IPM Kota Bandar Lampung
Tahun 2010-2012

Uraian 2010 2011 2012

Angka Harapan Hidup (th) 70,87 71,24 71,61

Angka Melek Huruf (%)


98,44 98,47 98,50
Rata-rata Lama Sekolah (th)
9,89 9,91 9,91
Pengeluaran per Kapita (000
632,60 634,96 638,04
Rp.)

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 52


IPM 75,7 76,29 76,83
Sumber : bandarlampungkota.bps.go.id.

2.9.3 Pendapatan Per Kapita

Pendapatan Per Kapita ini merupakan gambaran pendapatan


yang produksi dan dipakai sebagai ukuran makro kesejahteraan
masyarakat.

Tabel-2.8

Pendapatan Per Kapita Per Tahun Menurut ADHK dan ADHB Di


Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2013

PENDAPATAN PER KAPITA (Rupiah)

ADHK ADHB
TAHUN
(Atas Dasar Harga (Atas Dasar Harga
Konstan) Berlaku)

2010 6.540.521 19.437.165

2011 6.967.851 22.311.918

2012 7.423.369 25.532.953

2013 7.905.567 29.136.930

Sumber : Bandar Lampung Dalam Angka 2014

2.9.4 Tenaga Kerja

Jumlah pencari kerja di Kota Bandar Lampung pada tahun 2011


sampai dengan tahun 2013 meningkat secara signifikan. Dimana pada
tahun 2011 sebesar 6.216, tahun 2012 sebesar 7.894 dan tahun 2013
meningkat menjadi 10.734 yang terdiri dari 4.949 laki-laki dan 5.785

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 53


perempuan. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah pencari kerja
perempuan lebih tinggi dibanding jumlah pencari kerja laki-laki. Dari
hasil tersebut bisa dilihat bahwa emansipasi wanita pada jaman
sekarang sudah cukup tinggi.

Tingkat partisipasi angkatan kerja menggambarkan besarnya


keterlibatan penduduk secara aktif dalam kegiatan ekonomi. TPAK
merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja (penduduk
yang bekerja dan mencari pekerjaan) dengan jumlah penduduk usia
kerja (15 tahun ke atas). Dengan semakin banyaknya pencari kerja
pada suatu wilayah maka tingkat pengangguranpun dapat semakin
berkurang.

Tabel-2.9

Jumlah Perusahaan Dan Tenaga Kerja

Di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2013

UPAH MINIMUM
TAHUN PERUSAHAAN TENAGA KERJA
KOTA (Rp)

2009 194 5.391 700.000

2010 214 7.017 776.500

2011 198 3.803 885.000

2012 152 3.203 981.500

2013 201 6.164 1.165.000

Sumber : Bandar Lampung dalam Angka 2014.

Dari tabel 2.8 tampak terjadi peningkatan partisipasi angkatan


kerja tahun 2013. Demikian juga dengan upah minimum Kota Bandar
Lampung (UMK) juga meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011
sebesar Rp.885.500,-. Tahun 2012 upah minimun regional
Rp.1.165.000,- perbulan, sedang Tahun 2013 mencapai Rp.1.165.000,-

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 54


namun jumlah perusahaan mengalami penurunan, diikuti dengan
penurunan jumlah tenaga kerja.

2.9. Anggaran Kesehatan

2.9.1 Sumber Biaya Kesehatan

Pembiayaan Kesehatan di Kota Bandar Lampung berasal dari


berbagai sumber keuangan yang berbeda.

Tabel 2.10

Pembiayaan Sektor Kesehatan Menurut Sumber Anggaran

Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2012

TAHUN ANGGARAN
SUMBER
2011 2012 2013

APBD Kota 80.672.643.580 124.609.347.941,64 115.580.833.906,27

APBD Propinsi -

APBN Dekon 2.025.000.000 40.767.433.000

- DAU
-
- DAK

BLN / PLN/PHP I -

Jamkesmas/
4.141.21.500
Jampersal

Askes

Dana penguatan
Desentralisasi dan
Percepatan
pembangunan Daerah
(DPDF & PPD)

Lain-Lain/Penyesuaian 2.474.647.150

Sumber: Subbag. Keuangan dan Pelaporan Dinkes, 2014.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 55


Dari Tabel 2.10 di atas, tampak bahwa pembiayaan kesehatan di
Kota Bandar Lampung dalam tahun 2010-2013 sebagian besar masih
bersumber dari APBD Kota. Jumlah ini secara nominal maupun
presentase terlihat terjadi peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya. Peningkatan jumlah ini salah satunya disebabkan karena
adanya tambahan anggaran belanja tidak lansung yang berupa
tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja sehingga
menyebabkan kenaikan pembiayaan di sektor kesehatan terutama yang
bersumber dari anggaran APBD Kota.

2.9.2 Realisasi APBD Kota Untuk Pembiayaan Sektor Kesehatan

Proporsi anggaran dari Pemerintah Daerah Kota Bandar


Lampung untuk pembiayaan sektor kesehatan masih relatif kecil, yakni
berkisar di

antara 6,8 % dari total APBD Kota. Pada tabel- 2.10 memperlihatkan
proporsi anggaran kesehatan terhadap Total APBD Kota Bandar
Lampung dari tahun 2009 sampai dengan 2014.

Tabel 2.11

Proporsi Anggaran Sektor Kesehatan Terhadap Total APBD

Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014

TAHUN TOTAL APBD KESEHATAN %

2009 70.220.672.942,41,-

2010 57.207.903.787,00,-

2011 1.185.983.388.895,5 80.672.643.580,00,- 6,8

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 56


2012 892.962.989.014 124.609.347.941,64 13,95

2013 115,580,833,906.27

2014 170.166.129.428,94

Sumber : Subbag. Keuangan dan Pelaporan Dinkes. Bandar Lampung, 2014.

BAB III
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH BIDANG
KESEHATAN

3.1 Visi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung

D
alam menyelenggarakan pembangunan kesehatan, Dinas
Kesehatan harus dengan seksama memperhatikan dasar-
dasar pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum
dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia
Sehat 2015, yaitu: (1) Perikemanusiaan: Setiap upaya kesehatan harus
berlandaskan perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan, dan
dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 57


Maha Esa; (2) Pemberdayaan dan Kemandirian: Setiap orang dan juga
masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya;
(3) Adil dan Merata: Dalam pembangunan kesehatan, setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, tanpa memandang perbedaan suku, agama, dan
status sosial ekonominya; dan (4) Pengutamaan dan Manfaat:
Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti
perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.
Upaya kesehatan diarahkan agar memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat, serta
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Dengan memperhatikan dasar-dasar pembangunan kesehatan


tersebut dan untuk mencapai sasaran Rencana Pembangunan Jangka
Menengah pada akhir tahun 2015, dan mempertimbangkan
perkembangan serta masalah, dan kecenderungan yang dihadapi Dinas
Kesehatan, maka Visi Dinas Kesehatan adalah:

“ TERWUJUDNYA DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT KOTA


BANDAR LAMPUNG YANG OPTIMAL TAHUN 2015 “

Dalam penyelenggaraan pembangunan Kota Bandar Lampung maka


Dinas Kesehatan diharapkan dapat menjadi penggerak pembangunan
kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di Kota Bandar Lampung dan mampu membina,
mengembangkan, serta melaksanakan pembangunan kesehatan sesuai
dengan tugas dan fungsinya dengan melibatkan secara aktif peran serta
masyarakat. Dengan Defini operasional sebagai berikut ;

- TERWUJUDNYA; yaitu kondisi nyata yang dicapai.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 58


- DERAJAT KESEHATAN Yaitu status kesehatan masyarakat
yang ditandai dengan; Kasus Kematian Ibu, Kasus Kematian
Balita, Kasus Kematian Bayi Neonatus ( 0-28 hr), Kasus
Kematian Bayi (28 hr – 1 th), Kasus Gizi Buruk, Insident Rate
DBD, Case Fatality Ratio DBD, Angka bebas jentik, Penyakit
Malaria, Angka Kesembuhan TB Paru, Kasus HIV/AIDS
ditangani.
- MASYARAKAT KOTA BANDAR LAMPUNG yaitu penduduk yang
menjadi warga Kota Bandar L:ampung
- YANG OPTIMAL yaitu keadaan status kesehatan yang
diinginkan
- TAHUN 2015 yaitu tahun Kalender 2015

o 3.2. Misi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung

Dalam rangka mewujudkan Visi " Terwujudnya Derajat


Kesehatan Masyarakat Kota Bandar Lampung yang Optimal Tahun
2015, maka Misi Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Memantapkan Manajemen Kesehatan, sarana & serta


prasarana Kesehatan

Keberhasilan pembangunan berwawasan kesehatan tidak


semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan
saja, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta
kontribusi positif dari berbagai sektor pembangunan lainnya.
Dinas Kesehatan berperan sebagai penggerak utama dan
memfasilitasi sektor-sektor lain agar segala upayanya
memberikan kontribusi yang positif terhadap perwujudan
pembangunan kota sehat berwawasan kesehatan.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 59


Dengan terciptanya manajemen kesehatan yang akuntabel
di lingkungan Dinas Kesehatan, diharapkan fungsi-fungsi
administrasi kesehatan dapat terselenggara secara efektif dan
efisien yang didukung oleh sistem informasi, IPTEK, serta
peraturan peraturan kesehatan.
Melalui penyelenggaraan manajemen kesehatan yang
akuntabel dengan menerapkan tata penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance), diharapkan upaya
pembangunan kesehatan dapat dipertanggung-jawabkan dan
kepada semua lapisan masyarakat, serta bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN). Melalui transparansi publik. Yang
didukung oleh sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang
standart.

2. Meningkatkan Kinerja dan Mutu serta Akses Pelayanan


Kesehatan

Peningkatan kinerja dan mutu serta akses pelayanan


Kesehatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan melalui
pengembangan kebijakan pembangunan kesehatan, yang
meliputi kebijakan manajerial, dan kebijakan teknis, serta
pengembangan standard dan pedoman berbagai upaya
kesehatan.
Disamping itu Dinas Kesehatan juga melakukan peningkatan
sumberdaya kesehatan, baik tenaga, pembiayaan kesehatan,
sumberdaya obat dan perbekalan kesehatan bagi para pelaku upaya/
pembangunan kesehatan. Dengan meningkatnya kinerja dan mutu
serta akses pelayanan kesehatan, diharapkan dapat terselenggara
pelayanan kesehatan dengan baik, dapat dicapai (accessible), dan dapat
dijangkau (affordable) oleh segenap kalangan masyarakat, serta
terjamin mutunya (quality). Upaya kesehatan tersebut meliputi upaya
kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP).

3. Memberdayakan Masyarakat.
Peran aktif masyarakat termasuk swasta. sangat penting
dan akan menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
Dinas Kesehatan melaksanakan pemberdayaan masyarakat,
sehingga masyarakat dapat berperan sebagai subyek
pembangunan kesehatan.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 60


Diharapkan masyarakat termasuk sektor swasta dapat
berpartisipasi aktif dalam melayani (to serve), melaksanakan advokasi
(to advocate), serta mengkritisi (to watch) pembangunan kesehatan baik
secara individu, kelompok, maupun bersama masyarakat luas. Potensi
masyarakat termasuk swasta, baik berupa organisasi, merupakan asset
yang cukup besar yang perlu digalang dalam pelaksanaan
desentralisasi di bidang kesehatan. Untuk itu perlu adanya regulasi
dari Dinas Kesehatan, terutama kepada jajaran ditingkat puskesmas.
Regulasi lebih diutamakan pada pengembangan kapasitas (capacity
building), pelembagaan institusi di semua tataran, serta pengembangan
Sistem Kesehatan Kota, sehingga ada kesinambungan program
kesehatan dari tingkat Nasional sampai Daerah, dan advokasi guna
peningkatan sumberdaya kesehatan di daerah, khususnya dalam
meningkatkan UKBM yang berbentuk Posyandu maupun Poskeskel.

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Peran pemerintah dalam manjalankan bebas biaya berobat sangat


tepat terutama dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Untuk
meringankan masyarakat khususnya masyarakat miskin dari biaya
sakit akan di lakukan melalui kegiatan bebas biaya berobat baik di
tingkat puskesmas dan Rumah sakit baik swasta maupun pemerintah.
Dalam upaya menangani pemeliharaan kesehatan masyakat ini Kota
Bandar Lampung akan bekerja sama dengan institusi pemberi
pelayanan, dengan mengoptimalisasi kegiatan program dari pemerintah
Pusat. Pola Asuransi atau Pola pembiayaan Health Financing tentunya
akan lebih menguntungkan bagi pemerintah maupun masyarakat.
Dengan konsep sistem Rujukan maka pelayanan Komperhenship akan
di capai.

5. Penanggulangan Penyakit Menular, tidak menular, Surveilance


Epidemiologi serta penanggulangan KLB dan bencana.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 61


Mobilisasi penduduk yang tinggi, akan menimbulkan kepadatan
penduduk perkotaan dan dapat memunculkan penyakit penyakit baru
di masyarakat, Degradasi dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif,
akan menjadi hal penting yang perlu di tangani dalam kurun waktu
sampai tahun 2015. Kondisi geografi Kota Bandar Lampung yang
masuk kategori daerah bencana, menuntut kesiapan daerah untuk
menghadapi hal hal yang mungkin terjadi, ditambah lagi adanya jalur
merah yang menghubungkan antara ujung sumatra dengan pulau jawa
yang bisa mengakibatkan epidemi/Pandemi suatu penyakit. Dengan
demikian penanggulangan bencana dan penanggulangan Kejadian luar
Biasa serta penanganan penyakit menular atau pun tidak menular
harus menjadi hal yang serius di Kota Bandar Lampung khususnya
penyakit demem berdarah (DBD) dengue . Ditambah lagi Kota Bandar
Lampung yang memiliki daerah pantai yang merupakan endemis
malaria.

6. Upaya meningkatkan penyehatan lingkungan untuk menuju Kota


Sehat

Sebagai kota Pusat perdagangan dan jasa maka perencanaan


Kota sehat menjadi pilihan, agar bisa memberikan kehidupan yang
layak bagi penduduk maupun Warga yang tinggal di Kota Bandar
Lampung. Pemahaman dan pengetahuan masyarakat perlu
ditingkatkan.

Pola hidup masyarakat juga harus sesuai dengan pola hidup


sehat, karena itu pengembangan Pola Hidup bersih dan Sehat harus di
tumbuh kembangkan baik di lingkungan perkantoran, sekolah maupun
di rumah tangga sebagai dasar untuk tercapainya Kota sehat.
Pengendalian Kualitas Air, udara, Kebisingan, karena polusi harus
menjadi perhatian bersama. Karenanya pembangunan yang
berlangsung di Kota Bandar Lampung haruslah berwawasan kesehatan.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 62


Dimulai dari penataan pemukiman dan perbaikan kualitas lingkungan
serta kualitas pemukiman penduduk.

3.3 TUJUAN DAN SASARAN

o 1. TUJUAN

Sebagai penjabaran dari Visi Dinas Kesehatan maka tujuan umum


yang akan dicapai adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan
secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Adapun Tujuan khusus yang akan dicapai adalah sebagai


berikut:
1. Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil
guna dan berdaya guna melalui penyelenggaraan
manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel dengan
menerapkan tata kelola Pemerintahan yang baik;
2. Terselenggaranya upaya pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan dapat dicapai dan dapat dijangkau oleh
segenap kalangan masyarkat dengan mutu yang terjamin;
3. Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara
maksimal melalui partisipasi aktif masyarakat termasuk
swasta dalam melayani, melaksanakan dan mengkritisi
pembangunan kesehatan.
4. Tersedianya Prosedur yang akurat dalam penanggulangan
dan penanganan Gawat Darurat, kejadian bencana, serta
kejadian Luar Biasa.
5. Terselenggaranya Kota sehat di Kota Bandar Lampung.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 63


3. SASARAN

Agar pembangunan kesehatan dapat diselenggarakan dengan


berhasil-guna dan berdaya-guna, maka sasaran yang akan dicapai
oleh Dinas Kesehatan sampai pada akhir tahun 2015 adalah:

1) Cakupan kunjungan ibu hamil 95%


2) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangai 80%
3) Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 90%
4) Cakupan pelayanan nifas 90%
5) Cakupan neonatus komplikasi ditangani 80%
6) Cakupan kunjungan bayi 90%
7) Cakupan kelompok UCI 100%
8) Cakupan anak balita 100%
9) Cakupam MP-ASI 90%
10) Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100%
11) Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD 100%
12) Cakupan KB aktif 100%
13) Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit:
a. AFP rate per 100.000 penduduk < 15 th : < 5%
b. Penemuan penderita pneumonia balita 100%
c. Penemuan pasien baru TB BTA (+) 85%
d. Penderita TBC yang ditangani 100%
e. Penemuan penderita diare 100%

14) Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin


100%
15) Cakupan pelayanan kesehatan rujukan untuk masyarakat
miskin 100%
16) Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus
diberikan sarana kesehatan (RS) di Kota Bandar Lampung
100%
17) Cakupan kelurahan KLB yang dilakukan PE 24 jam 100%

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 64


18) Cakupan desa siaga aktif 80%

3.4 STRATEGI
Untuk mencapai dan mewujudkan Visi Dinas Kesehatan, dan
sesuai Misi yang telah ditetapkan, maka dalam periode 2010-2015 akan
ditempuh strategi sebagai berikut:

Misi 1

Memantapkan Manajemen Kesehatan serta Meningkatkan sarana


dan prasarana

1. Pembiayaan kesehatan yang efektif dan efisien.


2. Penguatan SIK berbasis IT
3. Peran serta Publik dalam program dan kegiatan kesehatan.
4. Transparansi dalam pengelolaan biaya kesehatan.

Misi 2.

Meningkatkan Kinerja dan Mutu serta Akses Pelayanan Kesehatan

1. Menyediakan sarana dan prasaranan untuk pelayanan di


Puskesmas dan jaringannya baik sarana medis maupun sarana
non medis
2. Menyediakan sarana dan prasarana untuk pelayanan di RSUD
3. Meningkatkan status dan Tipe RSUD dan Puskesmas.
4. Meningkatkan Kualitas SDM dan sumber daya kesehatan.

Misi 3.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 65


Memberdayakan Masyarakat.

1. Revitalisasi Posyandu
2. Revitalisasi Poskeskel.
3. Kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan
dan pelayanan kesehatan kesehatan.
4. Rekrutmen tenaga sukarela.
Misi 4

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat.

1. Kerjasama operasional dengan RS Swasta, RB Swasta dan Institusi


pemberi pelayanan persalinan.
2. Kerjasama operasional dengan seluruh rumah sakit baik RS Swasta
maupun pemerintah untuk penanganan perawatan kelas 3.
3. Biaya Rawat inap di kelas 3 di tanggung pemerintah.

Misi 5

Penanggulangan Penyakit Menular dan tidak menular, Surveilance


Epidemiologi serta penanggulangan KLB atau bencana.

1. Menyediakan alur protap ( SOP) dalam penanggulangan dan


penanganan Penyakit menular.
2. Mendistribusikan alat penanggulangan penyakit di tiap
puskesmas/kecamatan/kelurahan.
3. Memberdayakan masyarakat untuk menjadi sumber daya
kesehatan.
4. Meningkatkan SDM dan sarana prasarana dalam
penanggulangan penyakit menular dan bencana/ KLB.
5. Revitalisasi Infra struktur kesehatan dalam penanggulangan
penyakit menular, KLB dan Bencana.
6. Penambahan Tenaga kesehatan dan sumber daya kesehatan.

Misi 6

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 66


Upaya meningkatkan penyehatan lingkungan menuju Kota Sehat.

1. Membuat Dokumen SKD


2. Membentuk MKK
3. Membuat blue print sistem penanggulangan dan penanganan
bencana.
4. Pengendalian dampak lingkungan terhadap kesehatan.
5. Pembangunan berwawasan kesehatan

3.5 KEBIJAKAN
Untuk tercapainya tujuan dan sasaran menuju terwujudnya Visi
Dinas Kesehatan, maka peran Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan
sebagai berikut;

1. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar & Rujukan

Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan


kesehatan, diperlukan sarana dan prasarana serta SDM yang handal,
yang sesuai dengan kompetensi yang standar. Infrastruktur kesehatan
harus mempunyai jaringan yang luas dan tertata. Fungsi Puskesmas
pembantu, puskesmas rawat jalan dan rawat inap yang merupakan
pusat pelayanan dasar handaklah menjadi gate kipper dalam
pelayanan Usaha Kesehatan Perorangan (UKP) dan menjadi penggerak
dalam kegiatan Usaha kesehatan masyarakat (UKM).

Rumah sakit sebagai Pusat rujukan Tingkat II harus dapat


berperan sesuai dengan fungsinya berarti kinerja rumah sakit umum
daerah merupakan tonggak pendukung dalam pelayanan kuratif.
Kebijakan bidang kesehatan di Tingkat Kota Bandar Lampung sebagai
payung hukum pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan harus di
tegakkan. Demi Menjamin kualitas pelayanan serta meningkatkan
kualitas pelayanan publik. Pembinaan dan pengendalian sektor swasta
dalam peran serta pembangunan kesehatan akan menjadi potensi yang

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 67


menguntungkan bagi pemerintah, baik melalui kerja sama operasional
maupun sharing dalam pembiayaan pembangunan bidang kesehatan.
Untuk itu Blue Print Sistem Kesehatan Daerah dan Majelis kesehatan
Kota sebagai second opini pemerintah sudah saatnya di bentuk, begitu
juga Peraturan Daerah yang mengatur tentang pembangunan
kesehatan di Kota Bandar Lampung, agar Kota Bandar Lampung
menjadi Kota sehat.

2. Penyediaan Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Jaminan kesehatan bagi masyarakat merupakan upaya untuk


meningkatkan derajat kesehatan. Besarnya biaya kesehatan serta
inflasi biaya kesehatan merupakan beban berat bagi masyarakat dapat
ditanggulangi dengan adanya program bebas biaya berobat melalui
sistem Health Maintenance Organitation (jaminan pemeliharaan
kesehatan).

Jaminan pemberian pelayanan kesehatan khususnya dalam


rawat inap di Rumah sakit merupakan kegiatan yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat khususnya masyarakat miskin. Dengan
demikian kebijakan jamkesta/Jamkesda merupakan pilihan yang
paling tepat dalam upaya menciptakan sistem pemeliharaan kesehatan
bagi masyarakat khususnya dalam pemerataan akses dan pemerataan
pelayanan kesehatan.

3. Surveilance Epidemiologi & Penanggulangan KLB.

Perubahan struktur sosial masyarakat, tingginya migrasi


penduduk serta heterogenitas penduduk merupakan ciri-ciri
masyarakat Perkotaan. Gaya hidup perkotaan dapat menimbulkan
masalah kesehatan baru, Meningkatnya penyakit degeneratif serta
berubahnya jumlah penyakit infeksi ke penyakit degeneratif karena
gaya hidup perlu diwaspadai, tingginya migrasi penduduk dapat
mempercepat terjadinya epidemi penyakit bahkan bisa menjadi KLB

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 68


suatu penyakit, perubahan lingkungan atau perubahan kualitas
lingkungan karena bertambahnya lahan pemukiman dapat
menimbulkan penyakit. Apalagi jika terjadi kerusakan kualitas
lingkungan, hal ini dapat mempengaruhi kondisi kesehatan penduduk.
Ditambah lagi kondisi Geografis Kota Bandar Lampung yang
merupakan kategori rawan bencana dan memiliki garis pantai sebagai
endemis Malaria.

Untuk mengantisipasi kemungkinan kemuningkinan karena


kondisi yang ada maka penekanan kegiatan Surveilance Epidemiologi &
penanggulangan KLB dan Bencana harus menjadi prioritas. Pemetaan
permasalahan kesehatan di tingkat kelurahan, potensi sumber daya
yang ada di tingkat kelurahan harus terdata dan terpantau. Sistem
operasi untuk penanganan dan penanggulangan KLB, Gawat Darurat,
serta Bencana harus segera dimiliki oleh Kota Bandar Lampung. Begitu
pun penanganan dan penanggulangan Penyakit menular terutama ;
Demam berdarah Denggue (DBD), Malaria, TBC, Diare, HIV/AIDS,
Rabies, Tetanus, Rabies, dan lain sebagainya. Di samping itu upaya
kesehatan bagi penduduk miskin, penanggulangan masalah kesehatan
akibat bencana, penanggulangan masalah gizi pada Bayi, balita dan
ibu, serta pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yang
menjadi komitmen Nasional, Regional dan Global. Promosi kesehatan
dan pemberdayaan tenaga kesehatan perlu ditingkatkan, tanpa
mengabaikan kerjasama yang sinergis dengan lintas sektor, dengan
masyarakat termasuk sektor swasta.

4. Promosi Kesehatan dan Pengembangan Masyarakat.


Agar pembangunan kesehatan dapat terselenggara secara
berhasil-guna dan berdaya-guna, diperlukan diperlukan kerjasama
yang baik antara Pemerintah dan Masyarakat. Peningkatan peran serta
masyarakat baik melalui Posyandu dan Poskeskel serta kelompok sosial
lainnya sangat diperlukan. Peningkatan Pengetahuan masyarakat
melalui penyuluhan harus terus ditingkatkan guna menghilangkan
kesalahan informasi.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 69


Penggerakan masyarakat, peran tokoh masyarakat dalam
pembangunan amat penting baik dari sisi proses perencanaan sampai
dengan proses pelaksanaan. Aspirasi masyarakat amat dibutuhkan
untuk mengukur kebutuhan masyarakat dalam penyelesaian masalah
khususnya masalah kesehatan yang ada. Perubahan Pengetahuan,
Sikap dan Prilaku merupakan kunci untuk meningkatkan peran serta
masyarakat. Dengan harapan terwujudnya masyarakat sehat yang
mandiri dengan melakukan pokok-pokok Pedoman hidup bersih dan
sehat ( PHBS).

3.6 Tugas Pokok Dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor


06 Tahun 2008, diketahui bahwa Tugas Pokok Dinas Kesehatan
adalah melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang
kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Sedangkan fungsi Dinas Kesehatan adalah menyelenggarakan
kegiatan, dalam bidang sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan;


b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan
umum sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya; dan
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya

3.7 ISSUE-ISSUE STRATEGIS PEMBANGUNAN KESEHATAN


KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

Issue utama pada bidang kesehatan adalah pelayanan


kesehatan yang terjangkau dan cepat terutama kepada
masyarakat miskin. Selain itu juga bagaimana jangkauan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 70


pelayanan kesehatan tersebut dapat merata ke seluruh pelosok
dan daerah terpencil. Dengan demikian perlu dikembangkan
sarana dan prasarana kesehatan di masyarakat.

Sarana dan prasarana tersebut minimal berupa puskesmas


pembantu, adanya pos kesehatan kelurahan (poskeskel) yang
ditempat di setiap kelurahan, ataupun peningkatan
operasionalisasi puskesmas keliling, posyandu dan poskeskel.
Selain itu, juga senantiasa dikembangkan berbagai upaya guna
mempermudah perolehan layanan kesehatan dan obat yang
terjangkau, terutama untuk kalangan penduduk miskin. Salah
satu konsep yang dapat dikembangkan adalah perluasan cakupan
perserta asuransi kesehatan hingga dapat menjangkau seluruh
lapisan masyarakat.

Masalah pada bidang kesehatan juga meliputi upaya


pencegahan dari penyebaran dan penyalahgunaan NAPZA serta
berbagai penyakit menular seperti HIV/AIDS. Hal ini sangat
penting dilakukan mengingat posisi Provinsi Lampung yang tepat
berada di persimpangan antara pulau jawa dan Sumatera,
sehingga mobilitas barang dan manusia sebagai vektor penyakit
menjadi sangat tinggi.

Isu dalam bidang kesehatan adalah :


1. Penurunan kasus kematian ibu
2. Penurunan kasus kematian bayi dan balita
3. Penanggulangan gizi buruk
4. Pemberantasan penyakit menular Dan Tidak Menular
5. Peningkatan kualitas dan akses kesehatan bagi
masyarakat

PENURUNAN KASUS KEMATIAN IBU Kesehatan ibu


merupakan indikator penting dalam pembangunan kesehatan,

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 71


selain menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan di tingkat
Kabupaten/Kota juga menjadi komitmen internasional dalam
pencapaian MDGs (Goals 4 dan 5). Sasaran pelayanan kesehatan
ibu adalah ibu hamil, ibu melahirkan/bersalin dan Ibu
nifas/pasca melahirkan (bufas) atau dikenal dengan ibu maternal.
Kelompok inilah yang begitu rentan dan peka terhadap gangguan
kesehatan dan bahkan kematian.
Dari target MDGs 102 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), pada
tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan dari 228 per 100.000
menjadi 118 per 100.000 KH. Sedangkan target AKB pada MDGs 23 per
1000 KH, pada tahun yang sama tercatat mengalami penurunan dari
34 per 1000 menjadi 24 per 1000 KH.

PENURUNAN KASUS KEMATIAN BAYI DAN BALITA Status


kesehatan anak pada umumnya dilihat dari tinggi rendahnya indikator
kematian bayi (AKB), kematian balita (AKABA) dan kematian neonatal
(usia 0−28 hari). Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara
saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berumur tepat satu tahun.
Jumlah kasus kematian bayi dari tahun 2010 sampai dengan 2014
sangat berfluktuatif namun ada kecenderungan menurun. Berikut
gambaran perkembangan kasus kematian bayi di Kota Bandar
Lampung tahun 2010-2014.

Tabel 3.1
Jumlah Kasus kematian Bayi
Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 – 2015

TAHUN
KOTA
2010 2011 2012 2013 2014

BANDAR
195 167 204 168 169
LAMPUNG

Sumber : Subag.Sunprog,Monev

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 72


Sedangkan untuk kasus kematian Balita di Kota Bandar Lampung
tahun 2010-2014, terlihat pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 3.2
Jumlah Kasus kematian Balita
Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 – 2015

TAHUN
KOTA
2010 2011 2012 2013 2014

BANDAR
20 12 25 20 15
LAMPUNG

Sumber : Subag.Sunprog,Monev

PENANGGULANGAN GIZI BURUK Disuatu kelompok


masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling rawan
terhadap terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat
terjadi dari tingkat ringan sampai tingkat berat dan terjadi secara
perlahan-lahan dalam waktu yang cukup lama. Keadaan gizi atau
status gizi masyarakat menggambarkan tingkat kesehatan yang
diakibatkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan asupan
zat-zat gizi yang dikonsumsi seseorang. Anak yang kurang gizi
akan menurun daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terkena
penyakit infeksi. Sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi
akan mengalami gangguan nafsu makan dan penyerapan zat-zat
gizi sehingga menyebabkan kurang gizi. Anak yang sering terkena
infeksi dan gizi kurang akan mengalami gangguan tumbuh
kembang yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan,
kecerdasan, dan produktifitas di masa dewasa. Bila jumlah
asupan zat gizinya sesuai dengan kebutuhan disebut gizi
seimbang (gizi baik), bila asupan zat gizi lebih rendah dari

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 73


kebutuhan di sebut gizi kurang, sedangkan bila sangat kurang
disebut gizi buruk.

Anak balita yang sehat dan yang kurang gizi dapat


diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut
umur atau berat badan menurut tinggi, apabila sesuai dengan
standart anak disebut gizi baik. Bila sedikit dibawah standart
disebut gizi kurang, sedangkan jika jauh dibawah standart
disebut gizi buruk.

Meski kondisi Kota Bandar Lampung tidak terlalu


mengkhawatirkan, akan tetapi beberapa kejadian buruk yang
masih ditemukan perlu dilakukan upaya-upaya sistematis oleh
pemerintah Kota Bandar Lampung dalam mencegah gizi buruk
melalui program-program ynag tertata dan berkelanjutan.

Pembangunan Kota Bandar Lampung Lima Tahun ke depan


terdapat lima kegiatan yang terkait dengan penyelesaian
persoalan gizi buruk anatara lain (1) Penanggulangan kekurangan
energi protein (2) Pemberian makanan tambahan (3) Peningkatan
IMD dan ASI Eksklusif (4) Penanggulangan kekurangan Vit. A (5)
Anemia Gizi Besi.

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR dan TIDAK


MENULAR Upaya pemberantasan penyakit menular dilakukan
dengan menerapkan Manajemen Kasus dan Manajemen
Kesehatan Masyarakat (Public Health). Manajemen Kasus dapat
diterapkan pada penderita agar cepat sembuh, mencegah
kecacatan atau kematian. Manajemen kasus dapat diterapkan
pada seseorang yang diperkirakan telah terpapar atau terinfeksi
suatu agen penyakit yang belum menunjukkan gejala penyakit,
agar tetap sehat maka diberikan obat atau pemberian serum anti
penyakit (vaksinasi, perbaikan gizi, dsb).

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 74


Manajemen Kesehatan masyarakat di manfaatkan untuk
menekan kemungkinan terjadinya penularan dan penyebar
perluasan penyakit ke orang lain sehingga angka kesakitan
(insident rate) dan angka kematian (mortalite rate) dapat
diturunkan.

Manajemen Kesehatan Masyarakat lebih menekankan pada


upaya pencegahan penularan dengan cara memutus mata rantai
penularan. Dalam konteks pembangunan jangka menengah Kota
Bandar Lampung terdapat Program Surveilance Epidemiologi dan
Penanggulangan KLB yang kegiatannya terkait erat dengan
pemberantasan dan penanggulangan penyakit menular. Sehingga
diharapkan persoalan penyakit menular di Kota Bandar Lampung
akan dapat tereduksi dengan baik.

PENINGKATAN KUALITAS DAN AKSES KESEHATAN


BAGI MASYARAKAT
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang tinggi.
Pembangunan kesehatan dapat dipandang sebagai suatuinvestasi
untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang anatara
lain diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia. Kesehatan
juga merupakan investasi untuk pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Bandar


Lampung sangat penting dalam rangka meningkatkan
produktivitas masyarakat. Beberapa indikator utama yang dapat
dijadikan standar antaral lain mortalitas, morbiditas, status gizi
masyarakat, keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat dan
akses serta mutu pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 75


kepada penduduk miskin masih sangat rendah, dari 59.183
jumlah keluarga miskin yang memiliki kartu sehat hanya 27.530
KK. artinya masih terdapat 30% keluarga miskin yang belum
terjangkau Jamkesmas. Sedangkan yang mendapatkan pelayanan
kesehatan hanya 38.783 KK serta jumlah ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal care dari 8.720 ibu hamil
gakin hanya 3.327 ibu hamil yang mendapat pelayanan.

Dalam konteks itu terlihat bahwa persoalan dasar


kesehatan masih merupakan masalah serius dalam konteks
Bandar Lampung, oleh karena itu dalam RPJMD Kota Bandar
Lampung 2010-2015 terdapat 23 (dua puluh tiga ) program yang
terkait erat dengan pembenahan sektor dasar kesehatan di Kota
Bandar Lampung, dengan banyknya kuantitas program tersebut
maka diharapkan persoalan mendasar bidang kesehatan di Kota
Bandra Lampung akan terselesaikan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun kedepan.

3.8 PROGRAM DAN KEGIATAN

Program dan kegiatan pembangunan di bidang kesehatan pada


tahun 2014 diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang ditandai dengan semakin meningkatnya indeks
kelangsungan (74.70); Angka kematian Bayi (26 /1000 kelahiran
hidup); menurunnya angka kematian ibu (226/ 100.000 kelahiran
hidup); menurunnya kasus gizi buruk (20%). Adapun program kegiatan
yang dilaksanakan meliputi :

1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran


2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
4) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 76


1. Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
2. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
3. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan (APBD)
4. Pengadaaan Obat dan Perbekalan Kesehatan (DAK &
Pendamping DAK)
5. Peningkatan Mutu dan Penggunaan Obat dan Perbekalan
Kesehatan

5) Program Upaya Kesehatan Masyarakat


1. Gema tapis Berseri (Posyandu dan Poskeskel)
2. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
3. Kesiapsiagaan petugas dalam pelayanan dan
penanggulangan masalah kesehatan dan bencana
kegawatdaruratan
4. Upaya pelayanan kesehatan anak sekolah
5. Peningkatan Mutu program pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan
6. Penilaian puskesmas berprestasi dan pemilihan tenaga
kesehatan teladan di Kota Bandar Lampung
7. Belanja BLUD Puksesmas
8. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kaliling

6) Program Pengawasan Obat dan Makanan

1. Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan


berbahaya di Sekolah

7) Program pengembangan obat asli indonesia

1. Peningkatan promosi obat bahan alam Indonesia di dalam


dan luar negeri
2. Peningkatan Pengawasan Keamanan Obat Trandisional
3. Pembinaan, pengawasan dan Promisi kesehatan Indonesia

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 77


4. Pembinaan Pengawasan dan Penhendalian Kesehatan
Tradisional
5. Pelarihan Selfcare Ramuan dan Pemanfaatan TOGA
6. Pembinaan dan Pengembangan TOGA

8) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Kesehatan

1. Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup


sehat
2. Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat

9) Program Perbaikan Gizi Masyarakat

1. Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi


2. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi
besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang
vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya
3. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar
gizi.

10) Program pengembangan lingkungan sehat

1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat


2. Pembinaan peningkatan kualitas air dan sanitasi dasar

11) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular


1. Penyemprotan/Fogging Sarang Nyamuk
2. Pengadaan bahan-bahan fogging
3. Pengadaan vaksin penyakit menular
4. Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah
5. Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik
6. Peningkatan Imunisasi
7. Peningkatan surveilance epidemiologi dan penanggulangan
wabah
8. Peningkatan pencegahan dan penanggulangan penyakit
TBC (pengadaan obat TBC)
9. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit TBC
(pelayanan TBC)

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 78


10. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit
infeksi menular seksual (IMS)
11. Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular malaria
12. Sistem kewaspadaan dini penanggulangan kejadian luar
biasa (KLB)
13. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA
14. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit Kusta
15. Surveilans epidemiologi/pengamatan penyakit campak dan
ILI
16. Komisi Penanggulangan AIDS

12) Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin


1. Pelayanan kesehatan akibat gizi buruk / busung lapar
2. Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah (Jamkesmasda)
Kota Bandar Lampung

13) Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan


Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya

1. Pengadaan, Peningkatan dan perbaikan sarana dan


Prasarana Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Jaringannya
2. Pengadaan, Peningkatan dan perbaikan sarana dan
Prasarana Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Jaringannya (Pendamping DAK)
14) Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit/ Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit
paru-paru/rumah sakit mata
1. Pengembangan Tipe Rumah Sakit

15) Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita

1. Pelatihann dan pendidikan perawatan anak balita

16) Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia

1. Pendidikan dan pelatihan perawatan kesehatan dan Kader

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 79


17) Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan

1. Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan


makanan hasil produksi rumah tangga
2. Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan
berbahaya

18) Program Peningkatan Keselamatan Ibu melahirkan dan anak


1. Evaluasi Program KIA

19) Program manajemen pelayanan kesehatan

1. Monitoring dan evaluasi kesehatan


2. Pengelolaan sistem informasi kesehatan
3. Studi Kelayakan Pengembangan Aplikasi SP2TP,
Operasional Web Dinas
20) Program Peningkatan dan Pengembangan SDM Kesehatan
1. Pelatihan Jabatan Fungsional
2. Tim Penilai Fungsional Dinkes

3.9 STRUKTUR ORGANISASI

Untuk melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi tersebut, Dinas


Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang secara hukum
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota
Bandar Lampung. Sedangkan untuk kelancaran pelaksanaan Tugas
Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan, maka Kepala Dinas dibantu oleh
seorang Sekretaris sebagai fungsi staf dan 4 (empat) orang Kepala
Bidang sebagai fungsi lini.

Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung


Tahun 2011, adalah sebagai berikut :

a. Kepala Dinas

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 80


b. Sekretariat, membawahi :
1. Sub Bagian Penyusunan Program, Monitoring dan Evaluasi
2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
3. Sub Bagian Keuangan

c. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan, membawahi:


1. Seksi Bina Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
2. Seksi Bina Pelayanan Kesehatan Keluarga
3. Seksi Bina Gizi Kesehatan Masyarakat

d. Bidang Bina Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.


membawahi:
1. Seksi Bina Pencegahan dan Pengamatan Penyakit
2. Seksi Bina Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit
3. Seksi Bina Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman

e. Bidang Bina Manajemen Kesehatan dan Pemberdayaan Kesehatan


Masyarakat, membawahi:
1. Seksi Bina Promosi Kesehatan
2. Seksi Bina Pemberdayaan Masyarakat Sehat
3. Seksi Bina Manajemen Kesehatan dan Pendayagunaan Sumber
Daya Kesehatan

f. Bidang Bina Sarana dan Prasarana Kesehatan, membawahi:


1. Seksi Bina Farmasi
2. Seksi Bina Kesehatan Tradisional dan Kosmetik
3. Seksi Bina Peralatan dan Perbekalan Kesehatan

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas


1. Instalasi Farmasi
2. Puskesmas

h. Kelompok Jabatan Fungsional

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 81


BAB IV
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

4.1 ANGKA KEMATIAN BAYI

S
tatus kesehatan anak pada umumnya dilihat dari tinggi
rendahnya indikator kematian bayi (AKB), kematian balita
(AKABA) dan kematian neonatal (usia 0−28 hari). Kematian
bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berumur tepat satu tahun. Berikut dibawah ini gambaran
perkembangan AKB di Kota Bandar Lampung tahun 2009-2014.

GAMBAR 4.01 Kasus Kematian Bayi


Di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014

195 167 168


250
200 127
150
169
204
100
50
0

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi Kesehatan Ibu dan Anak

Dari Gambar 4.01 di atas, Kasus kematian bayi di Kota Bandar


Lampung selama tahun 2009-2014 fluktuatif. Kematian bayi tersebut
tahun 2009 menjadi 127 kasus, dalam kurun waktu 2 tahun berikutnya,
AKB di Kota Bandar Lampung dalam dua tahun terakhir meningkat.
Tahun 2010 tercatat AKB menjadi 195 kasus. Tahun 2011 menurun
menjadi 167 kasus, namun pada tahun 2012 ini meningkat kembali
menjadi 204 kasus, tahun 2013 menurun 168 kasus dan tahun 2014
meningkat menjadi 169 kasus. Dari 169 kasus kematian bayi, bila
dilihata berdasarkan kelompok umur maka kematian neonatal (0-28
hari) menyumbang angka tertinggi dari kematian bayi yang ada,

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 82


kematian neonatal tahun ini sebanyak 135 kasus dan kematian bayi 34
kasus.

Beberapa penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang turut


mempengaruhi kematian bayi adalah masih rendahnya status gizi ibu
hamil, masih rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif,
buruknya kondisi kesehatan lingkungan, seperti rendahnya cakupan air
bersih dan sanitasi serta kondisi perumahan yang tidak sehat, belum
optimalnya pemanfaatan Posyandu di samping determinan sosial budaya
lainnya.

GAMBAR 4.02 Penyebaran Kasus Kematian Bayi


Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014

16
14
14 13
12 11 11
10
10 9 9
8
8 7 7 7 7
6
6 5 5 5
4 4 4 4 4 4
4 3 3
2 2 kasus
2 1
0 0 0
0

Sumber : Seksi Kesehatan Ibu dan Anak

Dari Gambar 4.02, kasus kematian bayi tahun 2014 sebanyak 168
kasus tersebar di 30 puskesmas, dengan kasus tertinggi berada di
Puskesmas Kemiling 14 kasus dan yang tidak meiliki kasus terdapat di
Puskesmas Permata Sukarame, Korpri, dan Way Laga.. Kematian bayi ini
meliputi kematian neonatal 135 kasus dan kematian bayi 34 kasus.
Data jumlah kelahiran hidup pada tahun 2014 sebanyak 20.427 bayi.
melihat target nasional sebanyak 23 per 1000 KH, maka kematian bayi
yang tercatat di Bandar Lampung 169 per 20.427 KH (0,0082) masih
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 83
jauh di bawah angka nasional (0,023). Walaupun demikian masih
diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi guna lebih
menekan angka kematian bayi melalui berbagai kegiatan baik promotif,
preventif maupun curative, dan meningkatkan peran serta masyarakat
serta lintas sector tentunya.

4.2 ANGKA KEMATIAN ANAK BALITA

Kematian Anak Balita di Kota Bandar Lampung tahun 2009-2014,


terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.03 Kasus Kematian Anak Balita Kota Bandar Lampung


Tahun 2009-2014

50
45
40 25
35 22 20
30
25 12
20 20
15 15
10
5
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi Kesehatan Ibu dan Anak

Berdasarkan Gambar 4.03 kasus kematian bayi di Kota Bandar


Lampung selama kurun waktu lima tahun terakhir dari 2010 sampai
2014 cenderung menurun, namun pada tahun 2012 mengalami
peningkatan kembali menjadi 25 kasus, tahun 2014 menurun menjadi
15 kasus. Kematian tertinggi terjadi di Puskesmas Sukaraja dan
Puskesmas Kamiling sebanyak masing-masing 2 kasus.

4.3 ANGKA KEMATIAN IBU

Kesehatan ibu merupakan indikator penting dalam pembangunan


kesehatan, selain menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan di tingkat
Kabupaten/Kota juga menjadi komitmen internasional dalam
pencapaian MDGs (Goals 4 dan 5). Sasaran pelayanan kesehatan ibu
adalah ibu hamil, ibu melahirkan/bersalin dan Ibu nifas/pasca

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 84


melahirkan (bufas) atau dikenal dengan ibu maternal. Kelompok inilah
yang begitu rentan dan peka terhadap gangguan kesehatan dan bahkan
kematian.

Dari target MDGs 102 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), pada
tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan dari 228 per 100.000
menjadi 118 per 100.000 KH. Sedangkan target AKB pada MDGs 23 per
1000 KH, pada tahun yang sama tercatat mengalami penurunan dari 34
per 1000 menjadi 24 per 1000 KH.

GAMBAR 4.04 Kasus Kematian Ibu Maternal Kota Bandar Lampung


Tahun 2010-2014

GAMBAR 4.04 Kasus Kematian Ibu Maternal Kota


Bandar Lampung Tahun 2010-2014

30
25
20
15 30
10 19 19
5 9 7
0
2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Bina Yankes 2014.

Dari Gambar 4.04, tampak kasus kematian ibu maternal selama


tahun 2010-2014 berfluktuatif dan pada tahun 2011 kasus kematian
ibu maternal tercatat 9 kasus. Di tahun 2012 kasus kematian maternal
tercatat paling tinggi sebesar 30 kasus. Namun dua tahun selanjutnya
cenderung menurun yaitu tahun 2014 menjadi 7 kasus. Penyebab
langsung kematian ibu maternal pada tahun 2012 terjadi karena
eklampsia (11 kasus), perdarahan (5 kasus), infeksi (1 kasus) dan 13
kasus kematian dikarenakan sebab lain diantaranya (jantung, DM,
gangguan jiwa emboli air ketuban, hepatitis dan KET.). Sedangkan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 85


penyebab tidak langsung kematian ibu yang sering diabaikan oleh
masyarakat seperti kondisi si ibu yang terlalu tua atau terlalu muda,
terlalu banyak anak dan terlalu dekat jarak kehamilannya.

GAMBAR 4.05 Penyebab Kasus Kematian Ibu Maternal Di


Kota Bandar Lampung Tahun 2014

7
7 6
6
5 4
4
3 2
2
1
0
Infeksi Perdarahan Hypertensi Lain-lain

Berdasarkan gambar 4.05, Kematian Tahun 2014 kematian ibu


cenderung turun menjadi 7 kasus dari 20.427 KH. Adapun yang menjadi
penyebab kematian ibu di Kota Bandar Lampung Tahun 2014 adalah
gagal ginjal dan jantung 1 (satu) kasus, Ilius Paralitik 1 (satu) kasus,
dikarenakan iklamsi 2 (dua) kasus, Perdarahan Post Partum 1 (satu)
kasus, 1 (satu) kasus lagi karena hepatitis dan paru-paru, dan
Impending Eklamsi sebanyak 1 (satu) kasus.

Bila dilihat dari kelompok umur ibu, kematian terjadi pada ibu
kelompok umur 20-34 tahun (5 kasus), usia >35 tahun sebanyak 2
kasus. Kasus kematian ibu maternal terjadi pada ibu nifas semua
sebanyak 7 (tujuh) kasus.

Faktor penyebab kematian ibu maternal secara umum adalah


terlambat dalam mengambil keputusan, terlambat membawa dan
terlambat mendapat pelayanan kesehatan, masih rendahnya status gizi
ibu terutama ibu hamil, terbatasnya sarana pelayanan obstetrik
neonatal emergensi dasar, Poskeskel dan lain lain.

Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kasus kematian


akibat eklampsi merupakan penyebab kematian terbanyak selama tiga

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 86


(3) tahun terakhir, hal ini dikarenakan pola penanganan kasus
kegawatdaruratan ditekankan pada pencegahan perdarahan baik pada
saat kehamilan sampai melahirkan yaitu dengan pelatihan-pelatihan
yang mengacu pada penanganan perdarahan baik pra maupun pasca
persalinan seperti APN, kegawatdaruratan obstetric neonatal. Sementara
untuk pemeriksaan kehamilan dengan standar 7T dan deteksi dini risiko
tinggi kehamilan kemungkinan sering diabaikan di fasilitas pelayanan
dasar, sementara kejadian eklampsi baik selama kehamilan maupun
melahirkan dapat dideteksi dengan pemeriksaan ANC standard an
deteksi risiko tinggi selama kehamilan karena kenaikan tekanan darah
biasanya dimulai pada saat kehmilan meginjak pada tri wulan ke I.I

GAMBAR 4.06 Kasus Kematian Ibu Maternal Berdasarkan Wilayah


Puskesmas Kota Bandar Lampung Tahun 2014

2,5
2
2
1,5
1 1 1 1 1
1
0,5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

kasus

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Bina Yankes 2014.

Berdasarkan Gambar 4.06 tampak kasus kematian ibu maternal


dilaporkan tertinggi terjadi di Puskesmas Way Kandis sebanyak 2 kasus,
sementara Puskesmas Kupang Kota, Way Halim, Way Laga, Labuhan
Ratu dan Puskesmas Raja Basa Indah masing-masing 1 (satu) kasus

4.4 MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN)

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 87


Morbiditas adalah angka kesakitan (insiden dan prevalensi) dari
suatu penyakit yang terjadi pada populasi dalam kurun waktu tertentu.
Morbiditas ini juga mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat
yang ada didalamnya. Bahkan morbiditas penyakit menular tertentu
yang terkait dengan komitmen internasional senantiasa menjadi sorotan
dalam membandingkan kondisi kesehatan.

A. Acute Flaccid Paralysis (AFP)

Lumpuh layu (Acute Placid Paralysis) adalah suatu penyakit sejenis


polio yang biasanya menyerang anak-anak bukan karena rudapaksa
atau kecelakaan. Ciri-ciri lumpuh layu di antaranya menyerang anak
usia <15 tahun, panas tinggi selama beberapa hari, tiba-tiba lumpuh,
layu (tidak kaku) dan bukan karena trauma (seperti jatuh). Lumpuh layu
merupakan penyakit yang disebabkan virus. Penyakit ini sumbernya di
usus yang 12 keluar bersama tinja. Apabila terdapat anak usia < 15
tahun tidak mendapatkan imunisasi maka bisa tertular juga. Sifatnya
menular dan terjadi lingkungan yang sanitasinya rendah. Jadi jika ada
seseorang diduga terkena penyakit ini, harus segera dilaporkan untuk
segera diberikan tindakan pencegahan/pemberian vaksin kepada anak-
anak dilingkungan tersebut. Penanganan kasus AFP ini dilakukan
seperti penanganan KLB.

Sebagaimana diketahui sebagian besar kasus poliomyelitis


bersifat non paralitik atau tidak disertai manifestasi klinis yang jelas.
Tahun 2010 ditemukan sebanyak 4 kasus, pada tahun 2011 ditemukan
4 kasus AFP dengan hasil laboratorium negative Polio yang berasal dari
4 kelurahan yaitu Sawah Brebes, Susunan Baru, Sukamenanti dan
Bakung. Pada tahun 2013 ini diketemukan kembali kasus AFP sebanyak
7 kasus. Tahun 2014 kasus AFP sebanyak 4 yang berasal dari
Puskesmas Sukaraja, Kupang Kota, Kebon Jahe dan Puskesmas
Kemiling.

Untuk meningkatkan sensitifitas surveilans AFP, maka


pengamatan dilakukan pada semua kelumpuhan yang terjadi secara
akut dan sifatnya flaccid (layuh). Strategi kinerja surveilans AFP dalam
rangka eradikasi polio Kota Bandar Lampung tahun 2014 adalah :

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 88


 AFP Rate 2/100.000 anak usia <15tahun (6 kasus/tahun) melalui
surveilance aktif AFP di rumah sakit dan masyarakat
 Rumah sakit, puskesmas dan dinas kesehatan membuat laporan
zero report
 Mengumpulkan 2 (dua) spesimen dari setiap kasus AFP dengan
tenggang waktu >24 jam selambat-lambatnya 14 hari sejak
kelumpuhan (adekuat)
 Melakukan pemeriksaan spesimen tinja kasus AFP di
Laboratorium Polio Nasional
 Melakukan pemeriksaan residual paralisis setelah 60 hari
kelumpuhan pada kasus AFP yang tidak adekuat
 Melibatkan dokter spesialis anak dan atau spesialis syaraf dalam
memastikan kasus AFP dan menentukan diagnosa awal,
menentukan adanya paralysis residual serta menentukan
diagnosa pada saat kunjungan ulang 60 hari.

Pada tahun 2014 ini dilaporkan kasus AFP sebanyak 4 kasus dari
yang ditargetkan 6 kasus, dengan kualitas spesimen 4 kasus adekuat
yang terdiri dari hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan negative
polio. Berikut terlihat trend kasus AFP per 100.000 anak usia dibawah
15 tahun di Kota Bandar Lampung Tahun 2008 s/d 2013:

Gambar – 4.07 Trend Kasus Acute Flacid Paralysis Per 100.000 Anak
Usia < 15 Tahun Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014

7 7
7
6
5 4 4
4
3
2
3
1
0
2010 2011 2012 2013 2014
Sumber : Seksi P2 Bidang P2PL Dinkes Kota Bandar Lampung 2014

Berdasarkan gambar 4.07 terlihat bahwa selama 3 (tiga) tahun


terakhir tidak ditemukan kasus AFP di Bandar Lampung dan pada
tahun 2014 ditemukan 4 (empat) kasus, hal ini sejalan dengan
keberhasilan imunisasi polio dan kelurahan UCI yang sudah mencapai
target.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 89


Beberapa permasalahan seperti keterlambatan penemuan kasus
sehingga spesimen yang adekuat belum bisa mencapai target ≥ 80%.
Kunjungan ulang 60 hari juga belum mencapai target ≥ 80%
dikarenakan salah satu penderita kasus AFP dengan penyakit penyerta
anemia kronis meninggal sebelum kunjungan ulang 60 hari.
Pengetahuan masyarakat yang kuranf tentang AFP dan petugas AFP
Puskesmas terlatih dialihtugaskan kepada yang belum terlatih turut
menjadi penyebab keterlambatan penemuan kasus AFP.

Oleh karena itu Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung senantiasa


melakukan peningkatan kinerja petugas surveilans aktif AFP baik di
Rumah Sakit dan di Puskesmas melalui pelatihan dan pendampingan
monitoring dan evaluasi, sosialisasi lintas sektor dan lintas program,
memberikan feedback pada setiap laporan yang dikirim serta
mengusulkan pendanaan melalui APBD dan atau bantuan WHO.

B. Penyakit Menular Langsung

1.) Penyakit Diare

Diare seringkali dianggap sebagai penyakit ringan, sementara di


tingkat global dan nasional menunjukkan sebaliknya. Diare ini
seringkali menimbulkan KLB/wabah. WHO menyebutkan diare
membunuh 2 juta anak di dunia setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri,
diare sebagai penyebab kematian ke-2 terbesar pada balita.

Insidens rate Diare pada lima tahun terakhir Kota Bandar Lampung
cenderung menurun, tahun 2012 sebesar 2,09‰, namun pada tahun
2011 meningkat tajam yaitu 19,35‰. Tahun 2010 adalah 2.8‰
penduduk, ini lebih rendah bila dibandingkan pada tahun 2009 sebesar
2.98‰ penduduk. Jumlah ini lebih rendah jika dibandingkan tahun
2008 (3.66‰), seperti terlihat pada gambar berikut.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 90


Gambar- 4.08 Gambar- 4.09

IR Diare Per 1.000 Penduduk Kota Bandar Lampung Dis1tribusi Kasus Diare Per Gol. Umur
Tengah Tahun 2008-2014 Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014

20 10498;
59%
19,35
15
Insidens Rate

5018;
10 28%
2389;
13%
5 2,8

0 2,09 2,13 2 < 1 Tahun 1-4 Tahun > 5 Tahun

2010 2011 2012 2013 2014


Tahun
Sumber : Seksi P2 Bidang P2PL Dinkes Kota Bandar Lampung 2014

Pada Gambar-4.08 memperlihatkan peningkatan insiden rate


diare pada tahun 2011 dikarenakan perbedaan perhitungan saja, pada
tahun ini perhitungan dilakukan pada semua kasus tidak memandang
usia, sementara sebelumnya berdasarkan usia karena diare umumnya
lebih berisiko pada usia bayi dan balita. Kasus Diare menurut kelompok
umur pada tahun 2012, tertinggi pada kelompok umur > 5 tahun : 57 %,
umur 1 – 4 tahun : 15 % dan umur < 1 tahun : 28 %.

Pada tahun 2013 ini jumlah perkiraan kasus diare sebanyak


19.521 kasus, dengan kasus diare ditangani sebanyak 14.555 kasus
(74,6%). Jumlah ini lebih rendah dibandingkan jumlah penderita diare
2012 sebesar 18.308, dan pada tahun 2013 ini pula ditemukan
kematian akibat diare sebanyak 3 kasus kematian yang kesemuanya
terjadi pada usia balita.Sedangkan pada tahun 2014 jumlah perkiraan
diare meningkat dibanding tahun 2013 sebanyak 20.559 kasus dengan
kasus yang ditangani sebanyak 17.957 kasus (87,3%).

Setiap tahunnya, penderita diare ini selalu ditemukan dan


dilaporkan Puskesmas serta menyebar merata di setiap Puskesmas,
sebagaimana terlihat dari Gambar 3.06.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 91


TABEL 4.01 PENYEBARAN PENDERITA PENYAKIT DIARE DI KOTA
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013- 2014

PUSKESMAS PENDERITA DIARE


2013 2014
1. Bakung 0 0
2. Kotakarang 619 703
3. Sukamaju 491 1095
4. Pasar Ambon 448 991
5. Sukaraja 1009 1182
6. Panjang 636 783
7. Kampung Sawah 602 550
8. Satelit 264 301
9. Kupang Kota 193 329
10. Sumur Batu 403 506
11. Simpur 1023 1131
12. Palapa 708 705
13. Kebon Jahe 351 862
14. Gedong Air 494 488
15. Susunan Baru 279 264
16. Kemiling 1134 1139
17. Beringin Raya 370 281
18. Pinang Jaya 104 167
19. Segalamider 244 560
20. Kedaton 891 976
21. Rajabasa Indah 335 484
22. Way Kandis 670 743
23. Labuhan Ratu 0 0
24. Sukarame 551 458
25. Permata Sukarame 773331 343
26. Korpri 308242 186
27. Sukabumi 745 1024
28. Campang Raya 555 586
29. Way Laga 391 560
30. Way Halim 481 560
Bandar Lampung 14.555 20.559
Jumlah Kematian 3 0
Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit 2014

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 92


Dari tabel 4.01, penderita diare pada tahun ini mengalami kenaikan
dibandingkan tahun sebelumnya. Tetapi untuk tahun 2014 tidak ada
kematian yang diakibatkan kasus diare. Kasus diare yang dilaporkan
Puskesmas pada tahun 2014 tidak cukup merata, dengan kasus
tertinggi di Puskesmas Sukaraja. Sementara kasus terendah ada di
Puskesmas Korpri. Kasus yang ada kemungkinan mengikuti jumlah
kunjungan, apabila kunjungan rawat jalan nihil maka penyakit diare
juga.

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk laki-laki lebih banyak yang


sakit diare (9.389 kasus) dibandingkan dengan penduduk perempuan
(8.568 kasus). Menurut Dirjen P2PL Kementerian Kesehatan (2009),
dikatakan penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan. Terdapat 2 faktor yang dominan menyebabkan terjadinya
penyakit diare, yaitu keberadaan sarana air bersih dan keberadaan
pembuangan tinja. Kedua faktor lingkungan inilah yang akan saling
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia atau perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena
tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan PHBS yang tidak
sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat
menimbulkan kejadian penyakit diare.

2.) Tuberkulosis (TB Paru)

Millenium Development Goals (MDGs) menjadikan penyakit TB Paru


sebagai salah satu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan. TB
Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui
droplet orang yang telah terinfeksi basil TB.

Penemuan kasus TB di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 masih


di bawah target nasional yaitu 63,6 % di mana target nasional adalah 80
%. Dibanding dengan tahun 2013 mencapai 65% maka di tahun 2014
terdapat 978 kasus, ini mengalami penurunan penemuan kasus TB.

Untuk angka kesembuhan mencapai target kesembuhan sebesar 64,3%.


Hal ini bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 93


Gambar 4.10
Angka Kesembuhan Tahun 2014
Kota Bandar Lampung
120 99
100
JUMLAH

80 55 56
47 49 50
60 45 42 40 36
28 25 28 30
40 13 19 12
26 20 27
12 19
10 7 4 10
20 0 3 0 0
0

PUSKESMAS

Sementara penemuan kasus suspek TB paru dan penemuan kasus TB


paru di kota Bandar Lampung selama lima tahun terakhir dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:

Gambar- 4.11 Gambar- 4.12


Jumlah Penemuan Suspek TB Paru Jumlah Kasus Penemuan TB Paru
Di Kota Bandar Lampung Di Kota Bandar Lampung
Tahun 2010-2014 Tahun 2010-2014
13.533 13.533 13.533 1.353 1.353 1.454 1.483 1.621
1400
1200 1000
966 963 964 980
9.425 1000
Kasus TB Paru
Suspek TB Paru

7.476
800
600
400

1.353 1.353 1.454 972


978
200
0
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
TARGET SUSPEK REALISASI SUSPEK TARGET REALISASI
Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit 2014

Berdasarkan gambar 4.10 dan 4.11 terlihat bahwa jumlah penderita TB


Paru di Kota Bandar Lampung tahun 2010-2013 cenderung menurun
baik pada penemuan suspek dan pada penemuan kasus baru tetapi
pada tahun 2014 mengalami peningkatan.

Mengingat proses penularan penyakit cukup tinggi ini maka


diperlukan upaya promosi kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 94


masyarakat dan kedisiplinan dalam melakukan pengobatan sehingga
penyakit ini tidak semakin meluas. Penemuan penderita TB Paru BTA (+)
dengan merata di semua puskesmas dan tertinggi ditemukan di
Puskesmas Panjang 108 kasus dan Puskesmas Sukaraja sebanyak 66
kasus.

Berdasarkan laporan evaluasi program bidang bina P2PL seksi


pencegahan dan pengamatan penyakit tahun 2014 disebutkan data
kasus TB anak diambil dari laporan Surveilans Terpadu Puskesmas
Dinkes Kota Bandar Lampung tahun 2014 golongan umur 0-14 tahun
kasus TB+ sebesar 45 kasus dimana pada tahun 2013 hanya berjumlah
19 kasus. Kasus TB anak ditemukan di Puskesmas Panjang 9 (sembilan)
kasus, Puskesmas Rajabasa 8 (delapan) kasus, Puskesmas Kedaton
6 (enam) kasus, Puskesmas Gedong Air dan Puskesmas Kemiling
masing-masing 5 (lima) kasus. Penyakit TB anak dapat disebabkan
karena tidak mendapatkan imunisasi BCG dan juga lingkungan yang
tidak sehat.

3.) Pneumonia Balita

ISPA adalah salah satu penyebab kematian anak di negara sedang


berkembang dan menyebabkan 4 dari 15 juta kematian balita setiap
tahunnya serta proporsi kematian mencakup 20-30%. ISPA mencakup
penyakit saluran napas bagian atas dan saluran napas bagian bawah
beserta adneksanya. Saluran napas bagian atas mengakibatkan
kematian anak dalam jumlah kecil, tetapi dapat menyebabkan kecacatan
misalnya otitis media yang menyebabkan ketulian. Hampir seluruh
kematian karena ISPA pada anak kecil disebabkan saluran napas bagian
bawah akut, paling sering karena pneumonia. Kematian Pneumonia
sebagai penyebab utama ISPA di Indonesia 5 kasus diantara 1.000
balita.

ISPA terutama Pneumonia merupakan penyebab kematian utama


bayi dan anak balita. Hasil SKRT (2001), penyebab kematian pada bayi
dan balita terjadi karena ISPA sebesar 27.6 % dan 22.8 % terjadi pada
anak balita. Dari hasil survey tersebut, diketahui bahwa angka insiden
penyakit ini sebesar 2,5‰ balita. Pneumonia merupakan infeksi akut

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 95


yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi ini dapat disebabkan oleh
bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat
kecelakaan menghirup cairan atau bahan kimia.

Jumlah kasus pneumonia tahun 2014 yang ditemukan dn


ditangani sebesar 2.693 kasus. Hal ini terjadi karena usia bayi
merupakan usia paling berisiko penyakit karena beberapa faktor antara
lain pelaksanaan tata laksana standart penanganan penderita yang
belum sesuai dengan Standar operasional prosedur (SOP) dan sarana
dan prasarana yang kurang mendukung. Pada tahun 2014 ini jumlah
kasus pneumonia jika dilihat berdasarakan jenis kelamin lebih banyak
ditemukan pada jenis kelamin laki – laki sebanyak 1.316 sedang untuk
jenis kelamin perempuan berjumlah 2,693 kasus. Bisa dilihat pada
gambar dibawah ini :
Gambar- 4.13
Kasus Pneumonia Menurut Jenis Kelamin
Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014

Perempuan
1160
45%

laki-Laki
1.393
55%

Sumber : : Seksi P2 Bidang P2PL Dinkes Kota Bandar Lampung 2014

Dari Gambar-4.12 di atas, menunjukkan berdasarkan jenis


kelamin jumlah penderita pneumonia hamper sama antara laki-laki
(55%) dengan perempuan (45%). Sementara realisasi penemuan
pneumonia di Kota Bandar Lampung masih rendah dari target yang
telah ditentukan. Dari tahun ke tahun realisasi penemuan pneumonia
cenderung menurun.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya efektifitas


penggalakan p2 ISPA antara lain :

1. Tatalaksana belum sesuai standar

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 96


2. Keterbatasan pengetahuan petugas kes dlm
menginformasikan bahaya pneumonia
3. Keterbatasan jml tenaga penyuluh & media penyuluh
4. Ketidak tahuan ibu balita akan gejala klinis , tindakan
pengobatan & bahaya peny pneumonia balita Ketidak
tahuan masyarakat umum tentang peny pnemonia
5. Promosi ISPA belum optimal
6. Dana penunjang P2 ISPA yang kurang

Beberapa sumber menyebutkan beberapa faktor terjadinya pneumonia


balita dikarenakan faktor ekstrinsik seperti ventilasi, kepadatan hunian,
jenis lantai, luas jendela, letak dapur, penggunanaan jenis bahan bakar
dan kepemilikan lubang asap. Faktor intrinsik seperti umur, jenis
kelamin, status gizi, status imunisasi, pemberian vitamin A pada saat
nifas/balita dan pemberian ASI.

Berdasarkan wilayah kerja puskesmas, cakupan penemuan kasus


Pneumonia Balita dengan persentase tertinggi ada di Puskesmas
Kemiling, Panjang, Gedong Air, Simpur dan Sukaraja. sementara
terendah di Pinang Jaya, Smur Batu dan Palapa

4.) HIV/AIDS

Penyakit HIV/AIDS terjadi karena virus human immunodeficiency


Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga penderitanya
mengalami penurunan ketahanan tubuh. Penyakit ini ditularkan melalui
cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual,
transfusi darah, penggunaan jarum suntik secara bergantian dan
penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan
kegiatan menyusui.

Di Kota Bandar Lampung kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan dari
tahun 2002 sampai 2012 sebanyaj 679 kasus. Pada September 2010
Kota Bandar Lampung mendapat bantuan GF-ATM komponen HIV-AIDS
sebagai salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan IMS/HIV-

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 97


AIDS. Upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan telah dilakukan
seiring dengan adanya pembiayaan tersebut salah satunya adalah
adanya klinis IMS (infeksi Menular Seksual di 2 (dua) puskesmas yaitu
Sukaraja dan Panjang serta klinik VCT (Voluntary Caounseling and
Testing) atau disebut KTS (konseling dan Tes HIV Sukarela) yang dapat
diakses di RSUD Dr.A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung dan VCT
Puskesmas Sukaraja.

Mengingat penyakit HIV/AIDS ini mudah menyebar, maka perlu


kewaspadaan di Kota Bandar Lampung. Pemberantasan penyakit
HIV/AIDS ini juga merupakan salah satu yang harus diturunkan dalam
pencapaian MDGs. Beberapa kegiatan pencegahan dan penanggulangan
penyakit IMS-HIV/AIDS di Kota Bandar Lampung :

1. Program KIE=BBC=KKP; behavior change communication


atau komunikasi perubahan perilaku merupakan kegiaan
pendamping untuk memberikan informasi dan pendidikan
keterampilan tenang HIV-AIDS serta promosi perilaku hidup
bersih dan sehat bagi populasi berisiko yang dilakukan
secara teratur dan dalam jangka waktu tertentu
bekerjasama dengan KPA Kota Bandar Lampung.
2. Program Kondom 100%; program pemakaian kondom 100%
atau PPK 100% upaya menekan penularan infeksi menular
seksual termasuk HIV-AIDS terutama dilakukan di
kalangan populasi yang banyak pasangan seksual dengan
menyediakan outlet kondom di ekslokalisasi Pantai Harapan
dan Pemandangan berkerjasama dengan KPA.
3. Program IMS; merupakan pemeriksaan dan pengobatan
rutin IMS bagi pekerja seks perempuan, pria, waria dengan
fungsi kontrol terhadap penularan IMS dipopulasi berisiko
dapat dipersempit. Layanan ini dapat diakses di Puskesmas
Panjang dan Sukaraja.
4. Program Harm Reduction; program pencegahan dan
penanganan HIV-AIDS bagi IDUs atau diterjemahkan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 98


menjadi pengurangan dampak buruk pengguna narkoba
suntik. Program ini merupakan pendekatan pragmatis
kesehatan guna merespon ledakan infeksi HIV-AIDS secara
khusus dikalangan IDUs dengan memberikan layanan
pertukaran alat dan jarum suntik steril yang dapat diakses
di Puskesmas Kedaton dan Simpur.
5. Program VCT; adalah program pencegahan sekaligus
jembatan untuk mengakses layanan Manajemen Kasus (MK)
dan CST (perawatan, dukungan dan pengobatan bagi
ODHA). Layanan VCT mencakup pre test konseling, testing
HIV dan post test konseling yang dijalankan atas dasar
prinsip kerahasiaan.

Tahun 2014 jumlah penderita HIV tercatat 251 orang


dengan rincian berdasarkan golongan umur ≤ 4 tahun sebanyak
12 orang, golongan umur 15-14 orang sebanyak 6 orang, golongan
umur 20-24 umur tahun sebanyak 25 orang, golongan 25-49
tahun sebanyak 197 orang, golongan umur ≥ 50 tahun sebanyak 8
orang.

5.) Kusta

Penyakit Kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat,


keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan/ pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap
Kusta dan cacat yang ditimbulkannya. Penyakit ini merupakan penyakit
menular yang sifatnya kronis dan dapat menimbulkan masalah yang
kompleks dengan penyebabnya Mycobaterium leprae. Terdapat 2 tipe
penderita Kusta, yaitu tipe kusta PB (Pausi Basiler) dan kusta MB (multi
basiler). Berikut perkembangan kasus Kusta di Kota Bandar Lampung
tahun 2010-2014.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 99


Gambar- 4.14 Gambar – 4.15
Distribusi Kasus Kusta Jumlah Penderita Kusta Menurut Jenis Kelamin
Kota Bandar Lampung Di Kota Bandar Lampung
Tahun 2010-2014 Tahun 2010-2014
30 20 17 19 19 20
25 15 10
9
20 6 5

Persentase
10
Prevalensi

15 5
2
5
10
0
5
0 20102 0112 0122 0132 014
2010 2011 2012 2013 2014
KASUS BARU 14 22 24 29 22
Tahun
KASUS LAMA 20 14 T a 22
hun 24 19 Laki-laki Perempuan

Sumber : P2PL 2014

New Case Detection Rate (NCDR) atau penemuan baru penderita


Kusta di Kota Bandar Lampung tahun 2010-2014 cenderung meningkat
(gambar 4-14). Dilihat menurut tipe Kusta, penderita Kusta dengan Tipe
PB (Pausi Basiler) di Kota Bandar Lampung selama tahun 2013
sebanyak 5 kasus yang ditemukan, tahun 2014 ditemukan sebanyak 3
(tiga) kasus. Kusta tipe PB adalah penderita kusta dengan hasil BTA (-)
pada pemeriksaan kerokan kulit yaitu tiope TT dan BT. Sedangkan
untuk penderita Kusta dengan tipe MB (Multi Basiler) tahun 2013
sebanyak 24 kasus dan tahun 2014 sebanyak 19 kasus.

Kusta tipe MB adalah penderita kusta tipe BB, BL dan LL atau


apapun klasifikasi klinisnya dengan BTA (+). Bila dilihat menurut umur,
penderita Kusta di Kota Bandar Lampung selama tahun 2008-2014
seluruhnya di atas usia 15 tahun. Penderita kusta tersebut tidak ada
yang menderita cacat tingkat dua, yaitu terdapat cacat pada tangan dan
kaki (kelainan anotomis) dan cacat pada mata (langoptalmus dan visus
sangat terganggu).

C. Penyakit Menular Bersumber Binatang


1.) Penyakit Malaria

Kasus Malaria merupakan penyakit menular yang upaya


pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Penyakit
Malaria ini sangat dominan di daerah tropis dan subtropis dan
mematikan. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1-2 juta
penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 100


Anopheles.1 Di Indonesia rata-rata kasus Malaria klinis sebesar 15 juta
per tahun dan mengancam penduduk di daerah endemis, sebesar 60%
diantaranya menyerang usia produktif.

Kasus malaria ini menyebar di 27 wilayah puskesmas yang ada di


Kota Bandar Lampung walaupun tidak merata di semua wilayah. Kota
Bandar Lampung mempunyai wilayah endemis malaria yaitu wilayah
puskesmas yang berada dipesisir pantai seperti wilayah Puskesmas
Panjang, Kota Karang, Sukamaju, Pasar Ambon, Sukaraja. Namun juga
daerah yang ada di wilayah datar seperti : Puskesmas Sumur Batu,
Gedung Air, Kemiling, Kedaton, dan Rajabasa, juga masih ditemukannya
kasus malaria klinis yang diobati tanpa konfirmasi laboratorium,
khususnya di Puskesmas Pembantu.

Sebagai wilayah yang mempunyai daerah endemis malaria,


Pemerintah Kota Bandar Lampung telah berusaha menanggulangi
malaria secara komprehensif dengan upaya promotif, preventif, dan
kuratif, hal ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian serta mencegah terjadinya KLB.

Gambar 4.16 Kondisi Malaria Di Kota Bandar Lampung Tahun


2010-2014
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
-
2010 2011 2012 2013 2014
KLINIS 8.884 7.097 7.337 8.510 8.263
KONFIRM 7.679 7.023 7.337 5.721 5.721
POSITIF 211 209 63 479 565

Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit

Berdasarkan Gambar 4.17, tampak penduduk yang jatuh sakit


karena Malaria klinis menunjukkan fluktuatif selama lima tahun
terakhir, namun setelah dikonfimasi jumlah penderita malaria
mengalami penurunan. Tahun 2014 penderita malaria positif meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 565 kasus dibandingkan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 101


tahun 2013 sebanyak 479 kasus, namun tidak ada kasus kematian
akibat malaria.

Hasil pemeriksaan sediaan darah terhadap 565 penderita Malaria


diperoleh penduduk tersebut sakit Malaria tertinggi oleh parasit
Plasmodium Falcifarum sebanyak 302 kasus. Selebihnya, oleh parasit
plasmodium Vivax sebanyak 246 kasus dan Mix sebanyak 17 kasus.
Dibandingkan jenis parasit lainnya, Plasmodium Falcifarum lebih
berbahaya, karena jenis ini seringkali menimbulkan kematian pada
penderitanya.

Sebagai wilayah yang mempunyai daerah endemis malaria,


Pemerintah Kota Bandar Lampung telah berusaha menanggulangi kasus
malaria ini secara komprehensif dengan upaya promotif, preventif, dan
kuratif denga tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian serta
mencegah terjadinya KLB.

Berdasarkan wilayah kerja, kasus malaria positif banyak


ditemukan Puskesmas Sukamaju 249 kasus, Puskesmas Kotakarang 93
kasus. yang kesemuanya berada di Puskesmas Kecamatan Telukbetung
Timur, Puskesmas Panjang 6 kasus, Kemiling dan Sukabumi 6 kasus,
Puskesmas Kedaton dan Gedong Air 3 kasus dan RSUD Kota 186 kasus.
Tingginya kasus Malaria positif yang ditemukan di RSUD ADT rumah
sakit rujukan tingkat pertama dan lokasinya yang berada di
telukbetung, selain itu karena faktor mobilitas penduduk yang tinggi,
juga karena kondisi alam (pesisir pantai) yang memungkinkan
banyaknya tempat perindukan nyamuk seperti hutan, lagun dan tambak
terlantar.

Faktor lingkungan yang memberi pengaruh antara lain


lingkungan fisik seperti suhu udara, kelembaban, hujan, angin, sinar
matahari, arus air, lingkungan kimiawi, lingkungan biologi (flora dan
fauna) dan lingkungan sosial budaya. Tumbuhan bakau, lumut,
ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain dapat mempengaruhi
kehidupan larva nyamuk karena ia dapat menghalangi sinar matahari.
Lebih lanjut kasus malaria tahun 2014 ini, diperoleh data Malaria laki-

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 102


laki lebih tinggi (353 kasus) dibandingkan dengan perempuan (212
kasus)

2.) Demam Berdarah Dengue (DBD)

Mewabahnya DBD terkait erat dengan meledaknya populasi


nyamuk saat banyak turun hujan, sebab tingkat curah hujan yang tinggi
turut memicu perkembangan populasi nyamuk. Karakter nyamuk Aedes
aegyti dan Aedes albopictus yang menyukai bertelur di air bersih dan
tergenang memang menjadi salah satu pemicu. Semula, Aedes biasanya
hanya bertelur di bak-bak mandi (dimana ada air bersih yang lama tidak
dikuras), namun ketika hujan tiba, tempat bersarang mereka bisa
berpindah ke tempat-tempat saluran (got) yang airnya telah berganti
akibat siraman hujan atau cekungan yang menampung air bersih.
Karena itu, perubahan iklim ikut menimbulkan peningkatan kasus DBD
yang kerap menimbulkan kepanikan karena penyebaran yang cepat dan
menyebabkan kematian.

Gambar- 4.17 Gambar- 4.18


IR DBD Per 100.000 Penduduk CFR Demam Berdarah Dengue ( %)
Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014 Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014

200 179,2 5

150 4
Insidens Rate

2,09
1,8
CFR (%)

3 1,69
90,08 63
100 0,68
2
35,5
46,4
50 1
0
0
2010 2011 2012 2013 2014
2010 2011 2012 2013 2014 Tahun
Tahun
Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit

Gambar 4.18, tampak penduduk yang sakit karena DBD (incident


rate) tahun 2011 tercatat 46,4 per 100.000 penduduk dan menurun
kembali secara signifikan tahun 2012 meningkat menjadi 179,2 per
100.000 penduduk. Namun akhirnya pada tahun 2013 turun menjadi
63 per 100.000 penduduk sedang pada tahun 2014 menjadi 35,5 per
100.000 penduduk. Kematian karena DBD atau case fatality rate (CFR)
tahun 2007-2012 ditemukan dan dilaporkan setiap tahunnya, tahun
2012 sebanyak 11 kasus (CFR=179,2%), sedangkan di tahun 2013
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 103
sebanyak 5 kasus kematian dan tahun 2014 sebanyak 6 kasus kematian
karena DBD.

Berbagai kegiatan pencegahan dan penanggulangan telah


dilakukan meliputi pelacakan penderita (penyelidikan epidemiologi)
dalam radius 100 meter, penemuan dan pertolongan penderita termasuk
merujuk ke unit pelayanan kesehatan terdekat, abatisasio selektif (AS)
atau larvasida selektif dengan memberikan atau menaburkan larvasida
ke dalam penamapungan air yang positif terdapat jentik, fogging fokus
dalam radius 1 RW per 400 rumah per dukuh, pemeriksaan jentik
berkala (PJB) regular setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan cara randon
sampel 100 rumah per kelurahan yang bertujuan mendapatkan angka
kepadatan jentik atau House Indek, pembentukan kelompok kerja DBD
dari level terendah yaitu kelurahan sampai tingkat pusat, penggerakan
PSN atau pemberansatasan sarang nyamuk dengan 3M, dan penyuluhan
tentang penyakit demam berdarah meliputi gejala awal penyakitm,
pencegahan dan rujukan penderita.

GAMBAR 4.19 Penyebararan Kasus Dbd Menurut Puskesmas

Kota Bandar Lampung Tahun 2014

42
45 39
40
35
30
JUMLAH

22
25 20
17 18
20 13 14 16 16
12
15
15 10
7 9 8 7 9 7 7
10 2 4 6 4 6 5
2
5 0 1 1
0

PUSKESMAS

Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit

Penyakit DBD tersebut telah menyebar luas ke seluruh wilayah


Puskesmas yang berada di Kota Bandar Lampung. Seperti terlihat dari
Gambar 4.21, tampak bahwa pada tahun 2014 ini 29 puskesmas

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 104


melaporkan kasus DBD dengan keadaan kasus tertinggi terdapat di
Puskesmas Rajabasa, puskesmas Sukabumi, Puskesmas Way Halim dan
Satelit. Bila dilihat dari jenis kelamin jumlah penderita DBD laki laki
dan perempuan hampir sama yaitu 295 dan 281.

Bila kemudian dilihat dari kejadian kasus DBD selama kurun


waktu 3 tahun (2009-2012), maka di Kota Bandar Lampung dengan 13
kecamatan kesemuanya termasuk dalam kategori kecamatan endemis
DBD. Sementara dari 98 kelurahan yang ada, terdapat 77 kelurahan
yang dapat dikatagorikan ke dalam daerah kelurahan endemis DBD, 18
kelurahan dalam kategori kelurahan sporadis dan 8 kelurahan potensial.

3.) Penyakit menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi


(PD3I)

PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat


diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Yang
termasuk PD3I adalah Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus, Tetanus
Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B.

3. 1.) Tetanus Neonatorum

Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan


Clostridium tetani, dengan tanda utama kekauan otot (spasme), tanpa
disertai gangguan kesadaran. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir
yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat
yang tidak bersih/steril. Tetanus Neonatorun (TN) menyebabkan 50%
kematian perinatal dan menyumbangkan 20% kematian bayi. Angka
kejadian 6-7 per 100 kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23 per 100
kelahiran hidup di pedesaan. Sedangkan angka kejadian tetanus pada
anak di Rumah Sakit 7-40 kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok
umur 5-9 tahun, 1-4 tahun (30.0%), > 10 tahun (18.0%), dan selebihnya
bayi < 12 bulan2.

Data Kejadian Luar Biasa (KLB) Tetanus Neonatorum di Kota


Bandar Lampung pada tahun 2005 terdapat 7 kasus dengan 4 kasus
meninggal, tahun 2006 dan 2007 masing-masing 1 kasus dan
meninggal, tahun 2008 ditemukan 3 kasus dan 2 meninggal. Pada tahun
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 105
2009 ditemukan 1 (satu) kasus TN di Kota Bandar Lampung yang terjadi
di wilayah kerja Puskesmas Kotakarang status dalam keadaan hidup,
dengan hasil pelacakan ibu hamil tidak pernah memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan, persalinan ditolong oleh dukun
tidak terlatih dengan menggunakan sembilu sebagai alat pemotong tali
pusat, status TT ibu tidak mendapatkan imunisasi TT selama
kehamilannya. Sejak tahun 2013 sampai tahun 2014 di Kota Bandar
Lampung tidak ada lagi ditemukan kasus TN.

3. 2.) Penyakit Campak

Penyakit campak atau yang lebih sering disebut tampek mudah


sekali menular. Virusnya bisa hidup dan menyebar lewat udara,
karenanya penyakit ini tetap mewabah sepanjang tahun di beberapa
daerah, terutama di pemukiman padat. Penyakit campak yang dalam
bahasa asing disebut measles, disebabkan virus campak atau morbili.
Virus ini terdapat di udara bebas. Bila masuk ke dalam tubuh anak,
terutama yang daya tahan tubuhnya sedang lemah, maka sangat
mungkin terjangkit campak. Sebaiknya jika ada satu orang anak terkena
campak, maka anak lain dianjurkan untuk tidak berdekatan dengannya.
Virusnya yang keluar melalui napas atau semburan ludah (droplet) bisa
terisap lewat hidung atau mulut dan akan menulari anak lain.

Sejak kampanye campak dilakukan di Indonesia, sejak itu angka


kesakitam campak terlihat menurun, sehingga upaya program
pemberantasan campak dari tahap reduksi mulai diarahkan kepada
tahap eliminasi dengan penguatan strategi imunisasi dan surveilans
berbasis kasus individu (case based). Dengan memanfaatkan system
survailans AFP yang sudah berjalan dengan baik, maka sejak tahun
2004 surveilans campak di Indonesia diintegrasikan dengan sistem
surveilans AFP. Sejak vaksinasi campak diberikan secara luas, terjadi
perubahan epidemiologi campak, terjadi penurunan insiden campak dan
pergeseran ke umur yang lebih tua. Walaupun cakupan imunisasi cukup
tinggi, KLB campak mungkin saja masih akan terjadi yang diantaranya
disebabkan adanya akumulasi anak-anak rentan ditambah 15% anak
yang tidak terbentuk imunitas.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 106


Gambar- 4.20 Jumlah Kasus Suspec Campak Klinis Di Kota Bandar
Lampung Tahun 2008-2012

400 210
176
Jumlah Kasus 300
178

200 150
100
0
125
2010 2011 2012 2013 2014
Tah un
Sumber : Seksi P2 Bidang P2PL Dinkes Kota Bandar Lampung 2012

Dari Gambar-4.21 di atas, tampak bahwa Kasus Campak klinis


selama lima tahun terakhir meningkat fluktuatif, yakni 150 kasus
(2010), tahun 2011 menjadi 178 kasus. Tahun 2012 kasus campak
klinis turun menjadi 125 kasus, tahun 2014 meningkat kembali menjadi
210 kasus yang didalamnya terdapat 27 kasus campak hasil
laboratorium positif, tahun 2013 ditemukan 176 kasus.

4.5 STATUS GIZI MASYARAKAT

Status gizi masyarakat pada umumnya diukur melalui indikator-


indikator, antara lain Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi
Balita, Status Gizi Wanita Usia Kurang Energi Kronis dan Gangguan
Akibat Kekurang Yodium (GAKY).

A. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram yang
ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir.
Berat badan lahir berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak di masa yang akan datang. Bayi lahir dengan berat
di bawah 2.500 gram dikategorikan bayi BBLR. Bayi dengan BBLR akan
mengalami gangguan dan belum sempurna pertumbuhan dan
pematangan organ atau alat-alat tubuh, akibatnya BBLR sering
mengalami komplikasi yang berakhir dengan kematian.

GAMBAR 4.21 Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah


Di Kota BandarLampung Tahun 2014

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 107


223; 1%

Lahir Hidup
BBLR
20427; 99%

Sumber : seksi Kesga 2014


Berdasarkan gambar BBLR di Kota Bandar Lampung tahun 2014
didapatkan 1,1% dari total bayi lahir Hidup (20.427). Bila dibandingkan
tahun 2013 kasus BBLR juga 1% dari 17.052 kelahiran hidup. Adanya
kasus BBLR ini menandakan masih adanya ibu hamil dengan status gizi
kurang sehingga menlahirkan bayi dengan berat badan rendah atau
kurang dari 2500 gram. Sementara pada kasus kematian bayi BBLR
merupakan penyumbang kematian terbesar kedua pada usia perinatal
setelah asfiksia. Kondisi ibu dengan bayi BBLR yang jumlahnya 1%
menandakan kemampuan petugas semakin baik dalam mendeteksi. Hal
ini tentu saja sangat penting, semakin baik petugas dalam mendeteksi
kasus BBLR, kemungkinan bayi menderita gizi kurang, bahkan gizi
buruk dapat diatasi dengan cepat dan baik. Faktor lainnya, dikarenakan
sudah banyak ibu-ibu membawa bayinya ke sarana kesehatan, baik
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu, Poskeskel dan sarana
kesehatan lainnya. Persentase Kasus BBLR di Kota Bandar Lampung
pada tahun 2014 tertinggi berada di Puskesmas Panjang 26 kasus,
Puskesmas Sukaraja dan Kedaton 21 kasus, Puskesmas Kemiling 20
kasus,. Bila dilihat secara absolut dan proporsi, jumlah BBLR tertinggi
ada di Puskesmas Panjang sebanyak 26 kasus namun secara proporsi
terhadap kelahiran hidup adalah 1,5%. Sementara Puskesmas Pinang
Jaya dengan BBLR hanya 6 kasus namun secara proporsional mencapai
5,3%. BBLR laki-laki lebih tinggi (118 kasus) dibandingkan dengan bayi
perempuan yang BBLR (105 kasus).

B. Status Gizi Balita

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 108


Masa balita merupakan masa dimana terjadi pertumbuhan badan
yang cukup pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi di setiap
kilo gram berat badannya. Dalam keadaan seperti ini anak balita
umumnya paling sering terjadi balita mengalami kekurangan gizi
sehingga anak balita merupakan kelompok umur yang rentan menderita
kekurangan gizi. Pemantauan status gizi balita dilakukan dengan
melihat hasil penimbangan yang diselenggarakan baik di sarana
kesehatan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu) ataupun Posyandu, Pos
Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) dan lain-lain. Pada tahun 2013
terdapat 6 balita gizi buruk dan yang mendapat perawatan yaitu 9 orang
dari kasusu baru 6 orang dan kasus lama 3 orang, kesemuanya
mendapat perawatan intensif dari perawatan di rumah sakit hingga
homecare.

Tahun 2014 jumlah gizi buruk sama dengan penemuan gizi buruk
tahun 2013 drastis yaitu hanya 6 kasus gizi buruk. Jumlah kasus gizi
buruk yang mendapat perawatan yaitu 9 orang berdasarkan jenis
kelamin perempuan 6 orang dan laki - laki 3 orang.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 109


BAB V
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

U
ntuk mewujudkan peningkatan status kesehatan
masyarakat Kota Bandar Lampung memalui peran
serta masyarakat, diperlukan suatu upaya pelayanan
kesehatan yang pelaksanaannya dituangkan dalam berbagai
Program Pembangunan Kesehatan.

5.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan anak

Peran seorang inu terhadap pertumbuhan dan perkembangan


anak dan bahkan keluarga sangatlah besar. Karena itu
perkembangan kesehatan ibu, khususnya ibu hamil perlu
dilakukan pemeriksaan secara rutin.

A. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K_1) dan (K_4)

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan


menggunakan indikator Cakupan K_1 dan K_4. Cakupan K1
adalah jumlah ibu hamil yang telahmemperoleh pelayanan
antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan,dibandingkan
jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu
satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang
telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar
paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan
jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu
satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan
kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil
dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.
Cakupan K1 dan K4 yang secara umum telah mendekati target
yang telah ditetapkan. Ini menunjukan semakin baiknya akses

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 110


masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang
diberikan oleh tenaga kesehatan. Cakupan K1 angkanya
mengalami kenaikan dari 91,1 % pada tahun 2013 menjadi 95,4%
pada tahun 2014. Begitu juga dengan cakupan K4 yang
mengalami kenaikan dari 85,6 % pada 2013 menjadi 90,6 % pada
2014. Target yang ditetapkan dalam SPM Kesehatan sebesar 95%,
cakupan K_4 Kabupaten Kota Bandar Lampung masih dibawah
target nasional namun dinas kesehatan tetap berupaya penuh
untuk meningkatkan cakupan K4 dengan berbagai program
inovasi pada setiap kegiatan yang dilaksanakan.

B. Persalinan Di Tolong Oleh Tenaga Kesehatan

Persalinan oleh tenaga kesehatan atau yang sering disebut


persalinan oleh nakes adalh ibu hamil yang persalinannya
mendapatkan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Persalinan yang
ditolong tenagakesehatan terbukti berkontribusi terhadap
turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengan
tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Kabupaten Kota Bandar Lampung tahun 2014 sebesar 90,9 %
sedangkan di tahun 2013 juga jumlahnya hampir sama sebesar
90,5 %. Sedangkan target yang ditetapkan SPM Kesehatan
indikator cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan sebesar 90%. Kondisi saat
ini persalinan yang dilakukan oleh dukun juga masih sering
terjadi, pada tahun 2014 ada 13 ibu yang masih ditolong oleh
bidan, dimana jumlah dukun yang bermitra 34 orang dari jumlah
keseluruhan 36 orang. Ini perlu menjadi perhatian kita semua
karena masih ditemuinya kasus kematian ibu dan bayi saat
melahirkan. Diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 111
kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu
Kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus maupun
di rumah sanak saudara yang dekat dengan fasilitas pelayanan
kesehatan.

C. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari


pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan
kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan,
yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada
hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada
hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.
Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi :
a) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu)
b) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)
c) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain
d) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif
e) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan
ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana
f) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator


cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas. Di Kabupaten Kota
Bandar Lampung pada tahun 2013 cakupan pelayanan ibu nifas
sebesar 85,5 % sedangkan pada tahun 2014 sebesar 90,9 %, Dari
target SPM Kesehatan yang telah ditetapkan sebesar 90%. Dari
hasil tersebut bisa dilihat jika tahun 2014 cakupan pelayanan
kesehatan ibu nifas sudah melampaui target yang diinginkan.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 112


D.Penanganan Komplikasi Kebidanan

Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu


bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik
langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan
tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin,
yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Pencegahan dan
penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu
dengan komplikasi kebidanan untuk mendapatkan
perlindungan/pencegahan dan penanganan definitif sesuai
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan. Indikator yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan
adalah cakupan penanganan komplikasi kebidanan (Cakupan PK).
Indikator ini mengukur kemampuan negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada
ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi. dapat diketahui
bahwa secara umum, cakupan penanganan komplikasi kebidanan
menurut Renstra Kemenkes 2010 – 2014 adalah sebesar 80%, di
Kabupaten Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 untuk
cakupan penanganan komplikasi kebidanan sebesar 3.147
(64,34%) sedang cakupan penangan komplikasi neonatal baru
mencapai 913 (28,9%). Salah satu yang mempengaruhi rendahnya
cakupan ini karena adanya pelaporan yang kurang baik.

G. Pelayanan Kesehatan Bayi

Kunjungan bayi adalah cakupan bayi post neonatal yang


memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standart oleh
dokter, bidan dan perawat yang memiliki kompetensi klinis
kesehTn Pling sedikit 4 (kali) disatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Standart pelayanan minimal yang diberikan yaitu

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 113


1 (satu) kali pada usia 29 hari sampai dengan 2 bulan, 1 (satu)
kali pada usia 3-5 bulan, 1 (satu) kali pada usia 6-8 bulan, 1
(satu) kali pada usia 9-11 bulan.
Capaian kunjungan kesehatan bayi Kota Bandar Lampung pada
Tahun 2014 sebesar 19.560 mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya yaitu tahun 2013 sebesar 16.653. banyak faktor yang
menjadi pendukung keberhasilan capaian kunjungan bayi, yaitu
suksesnya program immunisasi dasar pada bayi, meningkatnya
pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan sarana dan
prasarana kesehatan oleh masyarakat seperti Posyandu,
Poskeskel, dan sarana kesehatan lainnya.

H. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu


program yang bertujuan untuk menekan tingkat pertumbuhan
penduduk. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dlihat dari
indikator cakupan peserta KB baru dan peserta KB aktif.
Cakupan peserta KB aktif di Kota Bandar Lampung tahun 2014
sebesar 75.155. Dengan Metode Kontrasepsi yang terbanyak
adalah suntik sebanyak 30,117 (40,1%). Adapun metode yang
tidak dipilih adalah obat vagina.

5.2 Perbaikan Gizi Masyarakat

Upaya perbaikan gizi masyarakat dimaksudkan untuk


menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat.
Berdasarkan pemantauan gizi yang telah dilakukan ditemukan
beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok
masyarakat antara lain kekurangan Vitamin A dan Anemia Gizi
besi.
A. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 114


Kasus gizi buruk yang ditemukan dan dipantau sepanjang
tahun 2014 sebanyak 6 (enam) orang dan 5 (lima) orang dirujuk
dan mendapatkan perawatan di RSUD Kota Bandar lampung, dan
sisanya sebanyak 1 orang di rawat jalan. Adapun perkembangan
sampai dengan akhir tahun 2014 sebagai berikut :
- Status gizi membaik sebanyak 3 (tiga) orang (BB/TB
Normal/Kurus)
- Status gizi masih buruk sebanyak 3 (tiga) orang
- Pindah dari Kota Bandar Lampung sebanyak 0 orang
- Keluar karena usia telah lebih dari 5 (lima) tahun sebanyak
0 orang
- Meninggal sebanyak 0 orang
- Jumlah kasus baru yang ditemukan sepanjang tahun 2014
adalah 6 (enam) kasus.
Berdasarkan analisa angka kejadian kematian dengan
status gizi kurus sekali didapatkan Case Fatality Rate (CFR) tahun
2014 sebesar 0%. CRF tahun 2014 dibandingkan tahun 2013
yaitu 16.6% mengalami penurunan yang signifikan. Kasus gizi
buruk yang ditemukan mayoritas mempunyai penyakit penyerta,
kelainan bawaan atau adanya pola asuh yang salah serta berasal
dai keluarga miskin yang kurang berpendidikan. Selain itu kasus
gizi buruk diketemukan karena tidak diberikannya ASI secara
eksklusif. Menyusui memberikan anak awal terbaik dalam
kehidupannya, diperkirakan lebih dari satu juta anak meninggal
tiap tahun akibat diare, penyakit saluran nafas dan infeksi lainnya
dikarenakan mereka tidak disusui secara memadai. Dalam rangka
meningkatkan keberhasilan menyusui pada bayi perlu untuk
selalu meningkatkan promosi ASI eksklusif melalui posyandu,
poskeskel, dan pemberdayaan masyarakat.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 115


B. Cakupan Pemberia MP-ASI pada Balita Gakin Usia 6-24
bulan

Pada tahun 2014 telah dilaksanakan pemberian makanan


tambahan pendamping ASI yang bersumber dari APBD Provinsi
Lampung dengan sasaran balita Gakin usia 6 – 24 bulan. PTM
yang diberikan berupa biskuit, dan bubur susu. Sasaran balita
Gakin 6-24 bulan adalah 10.236. Adapun jumlah cakupan Balita
Gakin 6-24 bulan yang mendapatkan MP-ASI berjumlah 4.513
balita (44,1%). Namun dari evaluasi yang didapat bahwa daya
terima masyarakat terhadap pemberian bubur susu kurang begitu
disukai. Sedangkan untuk dana APBD Kota Bandar Lampung
2014 tidak dapat melaksanakan kegiatan pemberian makanan
tambahan pendamping ASI dikarenakan keterbatasan waktu dan
kendala non teknis.

C. Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Fe (Fe3)

Dalam rangka menaggulangi anemia zat besi (AGB) yang telah


dilaksanakan adalah pemberian tablet Fe (zat besi) pada ibu hamil
selama 90 hari. Ibu hamil yang mendapat 90 TTD adalah ibu
hamil yang telah mendapat minimal 90 TTD (Fe3) selama periode
kehamilannya di suatu wilayah kerja. Parameter yang digunakan
adalah cakupan ibu hamil yang mendapat 90 TTD dalam kurun
waktu tertentu. Dari hasil laporan LB3 gizi tahun 2014, secara
keseluruhan cakupan ibu hamil mendapat TTD tahun 2014 di
Kota Bandar Lampung adalah 80,4 % dimana cakupan terendah
adalah Puskesmas Satelit sebesar 34% dan cakupan tertinggi
Puskesmas Simpur sebesar 130,4%.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 116


D. Cakupan Rumah Tangga yang Mengkonsumsi Garan
Beryodium.

Survei garam beryodium tingkat masyarakat sebaiknya


dilaksanakan minimal setiap 6 bulan sekali. Tahun 2014 telah
dilaksanakan survei konsumsi garam beryodium pada
pemantauan bulan Februari maupun bulan Agustus dan hasilnya
94,1% rumah tangga.
Pelaksanaan survei konsumsi garam beryodium tidak
dilaksanakan oleh semua puskesmas, hal ini terkait dengan
masuk tidaknya kegiatan survei komsumsi garam beryodium pada
anggaran BOK di Puskesmas masing-masing.

E. Cakupan Balita Dapat Kapsul Vitamin A 2 Kali per Tahun

Cakupan balita yang mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi


adalah bayi yang berumur 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A
satu kali dengan dosis 100.000 SI (Kapsul warna biru) dan anak
umur 12-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi
200.000 SI (kapsul warna merah) sebanyak 2 kali yaitu pada
setiap bulan Februari dan Agustus di suatu wilayah pada kurun
waktu tertentu.
Cakupan pemberian vitamin A Kota Bandar lampung tahun 2014
Tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar 85 % yaitu 80,5%
sedangkan cakupan pemberian vitamin A Kota Bandar lampung
berkisar antara 46,0% - 104,7%.
Untuk tahun 2015 diharapkan pemberian vitamin A bisa
mencapai target yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu lebih
ditingkatkan promosi/sosialisaso pemberian vitamin A pada balita
umur 6-59 bulan sebanyak 2 kali setiap tahunnya dengan
menggunakan peran kader dalam kegiatan promosi tersebut.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 117


F. Surveilans

Surveilans gizi yang dimaksud dalam petunjuk pelaksanaan


ini adalah proses pengumpulan, pengolahan dan diseminasi
informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur
dan teratur tentang indikator yang terkait dengan kinerja
pembinaan gizi masyarakat.
Adapun data-data yang tersedia antara lain :
1) Persentase balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan
2) Persentase balita yang ditimbang berat badannya
3) Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI eksklusif
4) Persentase rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium
5) Persentase balita 6-59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A
6) Persentase ibu hamil mendapatkan 90 tablet Fe
7) Persentase Puskesmas melaksanakan surveilans gizi
8) Penyediaan bufferstok MP-ASI untuk daerah bencana.

G. Cakupan Ibu Hamil KEK Mendapatkan PMT Pemulihan

Tahun 2014 telah dilaksanakan pemberian makanan


tambahan untuk pemulihan ibu hamil kurang energi kronis (KEK)
yang bersumber dana dari APBD Propinsi dengan sasaran ibu
hamil KEK di Kota Bandar Lampung sebanyak 300 orang. Jumlah
ibu hamil KEK mendapatkan PMT pemulihan (Biskuit) sebanyak
300 orang. Jadi cakupan bumil KEK yang mendapatkan PMT
tahun 2014 sebesar 30,3%. Angka tersebut masih belum
mencukupi target yang telat ditetapkan sebesar 100%.

H. Persentase Keluarga Sadar Gizi

Keluarga sadar gizi (KADARZI) adalah keluarga yang


berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali, mencegah dan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 118


mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Yang dimaksud gizi
seimbang adalah pengetahuan, sikap dan praktek keluarga
meliputi mengkonsumsi makanan seimbang dan berperilaku hisup
sehat. Sedangkan yang dimaksud makanan seimbang adalah
pilihan makanan keluarga yang mengadung semu yang
diperlukan masing-masing anggota keluarga dalam jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan dan bebas dari pencemaran.
Adapun indikator KADARGIZI :
1. Menimbang/memantau berat badan secara teratur
2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir
sampai umur 6 tahun (ASI Ekslusif)
3. Makan beraneka ragam makanan
4. Menggunakan garam beryodium
5. Minum suplemen gizi (TTD, kapsul vitamin A dosis tinggi)
sesuai anjuran.
Kegiatan pematauan keluarga sadar gizi (KADARGIZI)
dilakukan setiap kelurahan. Pemantauan dilakukan dengan
menggunakan kuesioner untuk megetahui apakah keluarga yang
menjadi sampel memenuhi semua indikator KADARZI sesuai
dengan karakteristik keluarganya. Satu keluarga dikatakan
sebagai keluarga SADAR GIZI bila keluarga tersebut telah
memenuhi indikator yang telah ditetapkan.
Kegiatan pemantauan keluarga sadar gizi (KADARGIZI) di
Kota Bandar Lampung tidak dilaksanakan oleh semua Puskesmas,
hal itu terkait dengan ada atau tidaknya alokasi kegiatan
pemantauan ini didalam anggaran BOK Puskesmas. Sehingga
hasil pemantauan yang didapat pada tahun 2014 tidak bisa
mencakup seluruh daerah di Kota Bandar Lampung.
Hasil pemantauan KADARGIZI Kota Bandar lampung tahun
2014 didapatkan keluarga yang telah memenuhi semua indikator
KADARZI sebesar 73.00%, namun hasil tersebut belum mencapai
target (80%).

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 119


5.3 Progran Penyehatan Lingkungan

Kes ehatana sebagai hak asasi manusia ternyata belum


sepenuhnya menjadi milik setiap manusia berbagai hal seperti
kendala geografis, kemampuan serta yang berpengetahuan dan
berpendapatan rendah masih diperjuangankan secara terus
menerus dengan mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan
memberdayakan kemampuan masih kurang. Program penyehatan
lingkungan yang merupakan bagian dari pembangunan kesehatan
lebih menitikberatkan pada pemecahan masalah kesehatan
lingkungan guna mewujudkan lingkungan yang lebih sehat
berkualitas agar dapat melindungi masyarakat dari segala
kemampuan yang dapat menimbulkan gangguan dan atau bahaya
kesehatan.
Upaya peningkatan kesehatan lingkungan dilakukan dngan cara
memutuskan mata rantai penularan penyakit yang berbasis
lingkungan, terutama pengawasan kualitas air dan lingkungan
serta pengendalian penemaran air dan lingkungan. Adapun
kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :

a. Kegiatan Penyehatan TTU dan TUPM

Tujuan pelaksanaan kegiatan penyehatan tempat-tempat


umum (TTU) dan tempat umum pengelolaan makanan (TUPM)
adalah meningkatnya kesehatan masyarakat, mencegah terjadinya
penularan penyakit dan gangguan kesehatan bagi masyarakat,
tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan yang sehat dapat
mendorong pengembangan sektor pariwisata daerah.
Pengawasan TP2M dilakukan terhadap rumah makan dan
restoran, warung makan, home industri makanan minuman.
Bentuk hasil pengawasan dan pembinaan (Sertifikat Laik Hygiene
yang dikeluarkan 3 tahun sekali).

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 120


Pengawasan terhadap istitusi dilakukan terhadap Institusi
Kesehatan, Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Rumah Bersalin,
Puskesmas, Laboratorium, Perkantoran, sementara TTU dialkukan
dihotel, restoran/rumah makan, pasar, dan TUPM lainnya.
Berbagai permasalahan yang timbul pada kegiatan
pengawasan dan pembinaan karena keterbatasan petugas,
keterbatasan kemampuan sumber daya. Kegiatan Klinik Sanitasi
dilaksanakan di dalam dan diluar gedung Puskesmas. Untuk
kegiatan dalam gedung yaitu apabila didapatkan pasien menderita
penyakit berbasis lingkungan maka petugas medis di Poliklinik
merujuk ke klinik sanitasi dengan kriteria sebagi berikut :
- Pasien menderita penyakit yang diduga kuat berkaitan
dengan faktor lingkungan
- Pada kunjungan sebelumnya pasien pernah mederita
penyakit yang sama
- Pada 1 keluarga terdapat 2 orang atau lebih penderita
penyakit yang sama ( Khusus TB paru)
- Ada kecenderungan jumlah penderita meningkat atau
potensial KLB
Kegiatan luar gedung di lakukan apabila Kriteria pasien/klien
yang perlu di tindaklanjuti dengan kunjungan rumah
atau/lapangan adalah sama dengan kriteria pasien yang perlu di
rujuk, di taambah dengan kriteria alain terutama bila pasien/klien
yang hndak di kunjungi di suatu wilayah jumlahnya relatif
banyak. Kota Bandar Lampung dengan 28 puskesmas daan hanya
satu puskesmas yang tidak memiliki klinik sanitasi.
Upaya pemecahan dari permasalahan yang ada adalah dengan
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap TTU, Institusi,
T2M, TP Pestisida berdampingan dengan Lintas Sektor (Dinas
Pasar, Dinas Kebersihan, Pariwisata, Perizinan, PKK dll) dengan
dana pembinaan yang bersumber dari APBD I dan II, melakukan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 121


peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas di Puskesmas
maupun Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

b. Kegiatan Penyehatan Lingkungan Pemukiman

Kegiatan penyehatan lingkungan pemukiman dilaksanakan


melalui program pengawasan bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
upaya-upaya penyehatan Jamban Keluarga (JAGA), air limbah,
dan sampah terhadap kesehatan, dan melindungi masyarakat dari
bahaya penyakit yang berkaitan dengan pencemaran kotoran
(Limbah dan Sampah).
Penyelenggaraan upaya penyeatan lingkungan pemukiman, upaya
dilaksanakan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk hidup serasi dengan lingkungannya dapat mewujudkan
kualitas lingkungan pemukiman yang bebas dari resiko yang
membahayakan kesehatan pada berbagai substansi dan media
lingkungan, yaitu meliputi pengelolaan sampah, saluran
pembuangan air limbah (SPAL), jamban Keluarga dan lain-lain.

c. Penyehatan Air Bersih dan Air Minum

Kegiatan penyehatan air di Kota Bandar Lampung bertujuan


untuk meningkatkan pengamanan kualitas air bagi berbagai
kebutuhan dan kehidupan manusia untk seluruh penduduk baik
yang berada di perkotaan maupun di pinggiran kota. Sasaran pada
tahun ini dilakukan selain saran air bersih yang ada di rumah
tangga, juga dilakssanakan pemeriksaan pada titik-titik jaringan
perpipaan air minum. Pemerikasaan kualitas air yang dilakukan
meliputi pemeriksaan kualitas bakteriologis da bakteriologis air
minum. Kegiatan klinik sanitasi dilaksanakan di dalam dan di luar
gedung Puksesmas.

1. Dalam Gedung
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 122
Apabila didapatkan pasien menderita penyakit berbasis
lingkungan maka petugas medis di poliklinik merujuk ke klinik
sanitasi dengan kriteria sebagai berikut :
- Pasien menderita penyakit yang diduga kuat berkaitan
dengan faktor lingkungan
- Pada kunjungan sebelumnya pasien menderita penyakit
yang sama
- Pada satu keluarga terdapat dua orang atau lebih menderita
penyakit yang sama (khusus TB Paru)
- Ada kecenderungan jumlah penderita meningkat atau
potensial KLB.

2. Luar Gedung
Kriteria pasien yang perlu ditindaklanjuti dengan kunjungan
rumah/lapangan adalah sama dengan kriteria pasien yang perlu
dirujuk, ditambah dengan kriteria lain terutama :
- Bila pasien yang hendak berkunjungan disuatu wilayah
jumlahnya relatif banyak atau
- Alamat pasien berana di daerah yang endemis.

5.4 Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat

Program Promosi Kesehatan mempunyai peran yang sangat


penting dalam proses pemberdayaan masyarakat. Program
promosi kesehatan bertujuan untuk memberdayakan individu,
keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri
dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat, mandiri,
produktif.

Adapun kegiatan – kegiatan program ini adalah :


Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 123
a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Upaya merubah atau menciptakan perilaku sehat melalui


promosi kesehatan dengan harapan meningkatnya pengetahuan
masyarakat tentang PHBS dan terbentuknya perilaku masyarakat
yang lebih mengarah pada upaya promotif dan preventif, seperti
peningkatan hiegine dan sanitasi perorangan, pemanfaatan saran
dan jamban, pemanfaatan sarana air bersih dan pencegahan
penyakit dengan imunisasi.
Hasil pelaksanaan PHBS di rumah tangga tahun 2014 diketahui
bahwa kondisi perilaku hidup bersih dan sehat di Kota Bandar
Lampung dari 416.479 rumah tangga yang ada, sebanyak 130.088
(31,2%) rumah tangga yang dipantau, diperoleh hasil rumah
tangga yang berPHBS sebanyak 81.950 (63%) dengan target
nasional 55%. Bisa dilihat pada gambar berikut ini :

GAMBAR 5.01 Jumlah RT ber PHBS 2014

416479
130088 81950

RT RT dipantau RT berPHBS

Sumber : Bidang MK & PKM tahun 2014


Dengan demikian rumah tangga yang ada di Kota Bandar
Lampung sudah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat,
meskipun secara target nasional dibawah target yang diharapkan.
Oleh karena itu penyuluhan/promosi kesehatan masih harus
terus digalakkan karena program preventif merupakan program
yang tidak bisa langsung dirasakan hasilnya.

b. Peran serta masyarakat

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 124


Salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
adalah melalui peningkatan perberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya agar masyarakat
tahu, mau, dan mampu untuk hidup sehat, berdasarkan potensi
yang dimilikinya. Salah satu wujud pemberdayaan masyarakat
adalah tumbuh dan kembangnya upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM).
Posyandu yang ada di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014
sebanyak 674 Posyandu. Strata Posyandu tahun 2014 yaitu
Posyandu Pratama 8,01 %, Posyandu Madya 30,12%, Posyandu
Purnama 40,21%, Posyandu Mandiri 21,66%. Jika digambarkan
dengan diagram, bisa dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar- 5.02
Strata Posyandu tahun 2014

pratama
madya
purnama
mandiri

Sumber : : Seksi MK & PKM Dinkes Kota Tahun 2014

5.5 Program Peningkatan Upaya Kesehatan

a. Kebijakan Program Pelayanan Kesehatan

1. Meningkatkan cakupan kunjungan rawat inap dan rawat


jalan Puskesmas dan jaringannya

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 125


2. Peningkatan pelayanan kesehatan di unit pelayanan
kesehatan dasar pemerintah dan swasta
3. Menurunkan angka kesehatan di masyarakat
4. Peningkatan pelayanan kegawatdaruratan dii unit pelayanan
pemerintah dan swasta
5. Meningkatkan manajemen pelayanan kesehatan di
Puskesmas melalui evaluasi kinerja Puskesmas
6. Peningkatan prestasi kerja melalui Pemilihan Dokter dan
Paramedis Teladan
7. Pemetaan prestasi kerja melalui pemilihan Dokter dan
Paramedis Teladan
8. Peningkatan upaya penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan bagi masyarakat awam.

c. Pemanfaatan Sarana Kesehatan

Dari hasil rekapitulasi laporan SP2TP Puskesmas, LB4 Tahun


2014 dapat diketahui cakupan kunjungan penduduk ke
Puksesmas dan rumah Sakit sebagai berikut :

Tabel. 5.01 Jumlah Kunjungan ke Puskesmas dan Rumah Sakit


di Kota Bandar Lampung Tahun 2014

No. Jenis Fasilitas Pelayanan Jumlah Kunjungan


Absolut Persen
1 Puskesmas Rawat Jalan 763.780 49,9%
2 Puskesmas Rawat Inap 4.817 0,31%
3 Rumah Sakit Rawat Jalan 484.474 31,71%
4 Rumah Sakit Rawat Inap 274.737 17,98%
TOTAL 1.527.808

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 126


Dari tabel diatas, tampak angka kunjungan penduduk yang
memiliki keluhann ke fasilitas pelayanan kesehatan terutama
Puskesmas sangat tinggi terutama untuk melakukan rawat jalan.
Hal ini terjadi kemungkinan karena kesadaran masyarakat akan
status kesehatannya makin baik, atau kemungkinan lain adalah
dengan adanya pelayanan berobat gratis.
Jumlah Puskesmas induk di Kota Bandar Lampung tahun
2014 sebanyak 30 Puskesmas yang terdiri dari 12 Puskesmas
Rawat Inap dan 18 Puskesmas Non Rawat Inap, dengan jumlah
Puskesmas Pembantu sebanyak 50 Puskesmas, 126 Poskeskel.
Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas 763.780 kunjungan lebih
rendah dibandingkankan tahun sebelumnya. Sedangkan
kunjungan rawat inap sebanyak 4.817 kunjungan.
Rumah Sakit di Kota Bandar Lampung sebanyak 17 Rumah
Sakit, dengan rincian Rumah Sakit milik pemerintah sebanyak 4
rumah sakit yaitu RSUAM, RSUD_ADT, RSU DKT, dan RSU
Bhayangkara.

5.6. Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya

a. Alokasi Anggaran Pengadaan Obat

Di antara berbagai alternatif yang ada, intervensi dengan


obat merupakan intervensi yang banyak digunakan dan
merupakan teknologi yang tepat dan murah. Ketersediaan obat
berkaitan langsung dengan sumber dana pengadaan obat yang
dimiliki oleh suatu daerah, komitmen politik dan kemampuan
Dinas Kesehatan dalam perencanaan serta usulan anggaran. Pada
tahun 2014 alokasi anggaran pengadaan obat sebesar
Rp.4.792.248.672 realisasi sebesar Rp. 4.380.166.802 (91,40%)
yang mana didukung oleh 4 kegiatan diantaranya :

(1) Peningkatan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan


(2) Monitoring, evaluasi dan pelaporan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 127


(3) Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
(4) Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan ( APBD )

Realisasi pencapaian kinerja output kegiatan tersebut


adalah berupa tersedianya obat, bahan habis pakai dan reagen
sebanyak 75 item tercapai sebesar 100 persen. Dimana Obat
tersebut selanjutnya diserahkan kepada Kepala UPTD Farmasi dan
Perbekalan Kesehatan untuk didistribusikan ke 30 Puskesmas di
Kota Bandar Lampung.

Anggaran total pengadaan obat di Kota Bandar Lampung


pada tahun terakhir yaitu taun 2010 sampai tahun 2011 berada di
kisaran tiga milyar, sementara pada tahun 2012 dan 2013
meningkat anggaran pengadaan obat karena jumlah pasien di Kota
Bandar Lampung yang terus meningkat juga status puskesmas
juga terus meningkat dari puskesmas pembantu menjadi
puskesmas induk rawat jalan, puskesmas rawat jalan meningkat
menjadi puskesmas rawat inap.

b. Ketersediaan Obat Generik Berlogo

Ketersediaan Obat di Pusat Puskesmas jumlahnya


memenuhi kebutuhan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampun.
Tingginya kebutuhan masyarakat akan obat sudah mampu
dicukupi oleh persediaan obat yang ada. Jenis Obat yang ada di
Instalasi Farmasi Kota Bandar Lampung yang dilaporkan sesuai
format baru ketersediaan obat terdapat 144 jenis yang
ketersediaannya bervariasi ada yang tercukupi ada yang belum
(table 67).

5.7. Program Manajemen dan Kebijakan Kesehatan

Perencanaan Kesehatan sudah disusun terintegrasi dengan


pembangunan Kota Bandar Lampung. Namun demikian,
perencanaan kesehatan ini belum optimal, karena belum adanya

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 128


dukungan data dan informasi yang ada belum semuanya dapat
terselesaikan dengan baik.

Sebagaimana diketahui bahwa data dan informasi


mempunyai peran yang sangat penting sebagai bahan
pengambilan keputusan dalam suatu manajemen. Data atau
informasi yang salahakan menghasilkan keputusan yang salah
pula sehingga tidak jarang permasalahan kesehatan yang
sebenarnya tidak pernah dapat terselesaikan dengan baik.

Selama ini, sumber data dan informasi yang dipergunakan


oleh Dinas Kesehatan untuk pengambilan keputusan hanya
berdasarkan laporan dari bulanan Puskesmas (SP2TP dan laporan
program yang lain), serta Laporan Rumah Sakit (SP2RS). Pada
Tahun 2013 ini, dari 28 Puskesmas di Kota Bandar Lampung,
yang mengirim laporan SP2TP secara tepat waktu dan lengkap,
sebagaimana tersebut dalam tabel di bawah ini:

Tabel 5.02 Persentase Ketepatan dan Kelengkapan


Laporan SP2TP di Kota Bandar Lampung Tahun 2014

Jenis Jml Pelaporan


Yang
Laporan Puskesmas
Melapor Tepat % Lengkap %

SP2TP 30 28 20 74,07 28 100


Sumber: Subbag. Perenc, Monitoring & Evaluasi Dinkes. Kota Bandar Lampung 2014

Melihat tabel 5.02, tampak bahwa seluruh Puskesmas


mengirimkan laporan SP2TP. Dari sejumlah itu yang mengirimkan
secara tepat waktu (di bawah tanggal 10 tiap bulan) sebanyak
74.07% dan yang mengirim secara lengkap (LB1, LB3, LB4)
berjumlah 100%.

Dalam perjalanannya, pelaksanaan SP2TP banyak menemui


kendala dan hambatan yang menyangkut personil dan peralatan.
Untuk personil, diketahui bahwa sebanyak 28 puskesmas di Kota

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 129


Bandar Lampung belum memiliki tenaga yang khusus menangani
data dan informasi. Tercatat sebesar 95%tenaga pengelola SP2TP
memiliki jabatan rangkap di Puskesmas.

Pelaksanaan Program Kebijakan dan Manajemen


Pembangunan Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014,
telah memperoleh hasil yang cukup menggembirakan. Adapun
beberapa indikator yang dipergunakan untuk menilai keberhasilan
Program Kebijakan dan Manajemen Kesehatan dibandingkan
dengan hasil yang dicapai Kota Bandar Lampung, tampak seperti
pada tabel berikut ini :

Berikut ini adalah beberapa kegiatan dari sub program,


Program Kebijakan dan Manajemen Kesehatan :

a. Kebijakan Kesehatan

Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2014


adalah :
 Terlaksananya Rapat koordinasi Dinas Kesehatan 12 kali
dalam setahun
 Akreditasi Jabatan Fungsional Tenaga Kesehatan
 Penempatan Tenaga Kesehatan Sesuai Kebutuhan

b. Pengembangan Manajemen Kesehatan

Hasil yang dicapai Program Pengembangan Manajemen


Kesehatan adalah dihasilkannya perencanaan pembangunan
kesehatan tahun 2014, seperti:
 Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Kesehatan 2014
 Penyusunan DPA 2014
 RKA 2015
 Advocacy pembiayaan kesehatan ke sektor dan
departemen terkait

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 130


c. Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
(SIKDA)

Hasil yang dicapai Program Pengembangan Sistem Informasi


dan Kesehatan Daerah pada tahun 2014 adalah tersedianya
informasi yang akurat, tepat waktu, lengkap dan sesuai dengan
kebutuhan sebagai bahan pengambilan keputusan, dengan
kegiatan sebagai berikut :

 Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan


 Pengolahan Data SP2TP
 Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian
 Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014, dan
 Penyusunan Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung
Tahun 2014

Kota Bandar Lampung telah diberikan bantuan sarana prasarana


berupa seperangkat komputer dan internet untuk kelancaran
SIKNAS online, namun sayangnya sejak tahun 2011 ini tidak
dapat dipergunakan lagi karena kerusakan pada komputer dan
jaringan.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 131


BAB VI
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

6.1 SARANA KESEHATAN

S
arana kesehatan yang berada di Kota Bandar Lampung tahun
2014 dibedakan menjadi 3 kepemilikan, yaitu sarana
kesehatan dengan kepemilikan Pemerintah, Swasta dan
Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM).

A. Sarana Kesehatan dengan Kepemilikan Pemerintah

Sarana kesehatan dengan kepemilikan pemerintah adalah sarana


mulai dari perencanaan, penyelenggaraan dan lain sebaginya dikelola
oleh Pemerintah. Sarana kesehatan dengan kepemilikan Pemerintah
antara lain Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.

1. Rumah Sakit

Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung sampai


saat ini sudah memiliki Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang diberi
nama RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo. Rumah Sakit ini merupakan Rumah
Sakit Tipe C dan sudah terakreditasi. Sementara rumah sakit
pemerintah provinsi yang kedudukannya berada di Kota Bandar
Lampung adalah Rumah Sakit Umum Dr. Abdul Moeloek yang
merupakan Rumah Sakit rujukan tertinggi di Provinsi Lampung, Rumah
Sakit Bhayangkara, dan Rumah Sakit DKT.

Adapun rumah sakit tersebut yaitu RSU Imanuel, RSU Urip


Sumohardjo, RSU Graha Husada, RSU Bumi Waras, RSU Advent, RSU
Pertamina Bintang Amin. Rumah Sakit Khusus yaitu RS Mata Permana,
RSIA Anugrah Medika, RSIA Mutiara Putri, RSIA Restu Bunda, RSIA
Santa Ana, RSIA Puri Betik Hati dan RSIA Bunda Assyifa. Melihat data
yang ada setiap tahunnya jumlah rumah sakit di Kota Bandar Lampung
setiap tahunnya bertambah baik rumah sakit terutama untuk tahun ini
rumah sakit khusus ibu dan anak.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 132


2. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas juga
berperan menyelenggarakan sebagian tugas teknis operasional dari
Dinas Kesehatan Kab/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat
pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan. Pada tahun 2013
Kota Bandar Lampung terjadi pemekaran wilayah kecamatan yang
semula berjumlah 13 menjadi 20 kecamatan dan kelurahan dari 98
menjadi 126. Berikut jumlah puskesmas di Kota Bandar Lampung
setelah mengalami pemekaran.

Tabel 6.01 Jumlah Puskesmas Per Kecamatan Kota Bandar Lampung


Tahun 2014

Koordinat Lokasi
Lintang
No Bujur Puskesmas Lokasi Keterangan
Selatan
Timur (E)
(S)
1 4 5 6 7 8
Jl. Laksamana Malahayati No.11
1 105.15.418 05.26.974 Pasar Ambon Non Rawat Inap
TBS
2 105.15.984 05.26.547 Kupang Kota Jl. Yos Sudarso No.242 TBU Non Rawat Inap
3 105.15.528 05.26.052 Sumur Batu Jl. Pulau Bangka No.3 TBU Non Rawat Inap
4 105.17.407 05.26.634 Sukaraja Jl. Yos Sudarso No.364 Bumi Waras Rawat Inap
5 105.15.472 05.27.444 Kota Karang Jl.Teluk Ratai No.65 TBT Rawat Inap
6 105.24.490 05.47.026 Sukamaju JL.Laksamana Martadinata TBT Rawat Inap
7 105.24.819 05.45.493 Bakung Ds. Bakung Kec. TBB Non Rawat Inap
8 105.13.892 05.24.028 Simpur JL. Imam Bonjol No.592 TKP Rawat Inap
9 105.13.889 05.24.938 Palapa Jl. MURAI no.01 TKP Non Rawat Inap
10 105.26.133 05.41.456 Kebon Jahe JL.Kamboja Raya no/10/32 Enggal Non Rawat Inap
Jl. Pulau Pisang-Perum. Korpri Blok
11 105.15.761 05.24.461 Satelit Rawat Inap
B Kedamaian
12 105.15.187 05.22.387 Kp.Sawah Jl. H. Endro Suratmin No.28 TKT Non Rawat Inap
Jl. Rajabasa II-Perum. Way Halim
13 105.15.553 05.24.039 Susunan Baru Non Rawat Inap
TKB
14 105.14.923 05.23.419 Gedong Air Jl. Sultan Badarudin NO 110 TKB Rawat Inap
15 105.15.561 05.24.068 Kemiling Jl. Teuku Umar No.62 Kemiling Rawat Inap
16 105.15.621 05.23.593 Pinang Jaya Jl. Pramuka No.1 Kemilinaga Non Rawat Inap
17 105.03.508 05.23.500 Beringin Raya Jl. Minak Sangaji no 01 Kemiling Non Rawat Inap
Jl. Pulau Damar Perumnas Way
18 105.15.804 05.23.589 Rajabasa Indah Non Rawat Inap
Kandis RJ. Basa
19 105.14.666 05.22.483 Kedaton Jl. Sisingamangaraja No.13 Kedaton Rawat Inap
Jl. Cut Nyak Dien Gg.Hidayat No.11
20 105.15.612 05.22.182 Way Halim Non Rawat Inap
Way Halim
21 105.25.391 05.36.034 Labuhan Ratu Desa Lanuhan ratu Kec.Labuha ratu Non Rawat Inap
22 105.17.963 05.22.026 Way Kandis Jl. Tamin No.121 Tj. Seneng Rawat Inap
23 105.17.543 05.23.193 Sukarame Jl. Patimura No.14 Sukarame Non Rawat Inap
No Koordinat Lokasi Puskesmas Lokasi Keterangan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 133


Lintang
Bujur
Selatan
Timur (E)
(S)
1 4 5 6 7 8
24 105.18.123 05.22.279 Korpri Jl. Cut Mutia No.11 Sukarame Non Rawat Inap
Permata
25 105.30.397 05.38.957 Jl. Pulau Sebesi Sukarame Rawat Inap
Sukarame
26 105.18.989 05.26.450 Way laga Jl. Arjuna No.14 TKT Non Rawat Inap
27 105.17.956 05.23.257 Sukabumi Jl. Jend. Sudirman No.69 TKT Rawat Inap
Jl. Mayjen Reyacudu no 39/41
28 105.30.241 05.40.615 Campang Raya Non Rawat Inap
Sukabumi
29 105.18.118 05.26.900 Panjang Jl. Ir. Sutami Km.7 Panjang Rawat Inap
30 105.23.584 05.39.192 Segala Mider Jl. Pagar Alam no 207 Langkapura Non Rawat Inap

Sumber : Subbag Perencanaan 2014

Dari Gambar 6.01, tampak pada tahun 2014 di Kota Bandar


Lampung terdapat 30 Puskesmas yang menyebar di 20 Kecamatan, dan
sebagian besar kecamatan memiliki satu puskesmas rawat inap.
Dampak dari pemekaran wilayah, dua kecamatan belum memiliki
puskesmas induk, untuk sementara puskesmas pembantu menjadi
coordinator bagi pustu lainnya. Namun pada tahun ini puskesmas rawat
inap Sukaraja dan Satelit belum operasional karena bangunan rawat
inap masih dalam proses penyelesaian.

Rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk di Kota Bandar


Lampung tahun 2014 adalah 00.0. Angka ini memberikan gambaran
bahwa setiap 1 Puskesmas melayani dan memberikan pelayanan
kesehatan terhadap 000.000 penduduk.

3. Puskesmas Pembantu (Pustu)

Dalam rangka perluasan jangkauan pelayanan kesehatan yang


diberikan pada unit pelayanan dan tuntutan dari masyarakat atas
pelayanan yang cepat dan terjangkau sudah menjadi kebutuhan
mendesak sehingga berdirinya Puskesmas Pembantu. Kota Bandar
Lampung pada tahun 2014 terdapat 50 Puskesmas Pembantu, namun
tidak semua puskesmas induk memiliki puskesmas pembantu.

4. Puskesmas Keliling dan Ambulance

Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 ini memiliki 18 Unit


Puskesmas Keliling yang berada di 18 Puskesmas rawat jalan.
Sedangkan untuk 12 Puskesmas dengan fasilitas Ranap, dilengkapi juga
dengan masing-masing 1 Unit Ambulance. Sampai saat ini dari beberapa

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 134


pusling yang ada sebanyak 6 (enam) buah mengalami kerusakan berat
sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya.

B. Sarana Kesehatan dengan Kepemilikan Swasta

Keberadaan sarana kesehatan dengan kepemilikan swasta di Kota


Bandar Lampung tentunya bertujuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang seoptimal mungkin sehingga diperoleh derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberadaan sarana kesehatan
dengan kepemilikan swasta di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014
antara lain rumah sakit khusus ibu anak 6 unit, Rumah Bersalin 1 unit,
Balai Pengobatan/Klinik 15 unit, Praktek Dokter Perorangan 309 orang,
Praktek Pengobatan Tradisional/battra 738 battra, Apotek 150 unit dan
Toko Obat 23 unit.

C. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada


masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi
dan sumberdaya yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) di antaranya adalah Posyandu,
Poskeskel (Pos Kesehatan Kelurahan) berjumlah, Toga (Tanaman Obat
Keluarga), POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan Kerja)
dan sebagainya. UKBM yang aktif Posyandu dan Poskeskel aktif
pelaksanaannya karena mendapat dukungan penuh dari pemda berupa
operasional. Selain posyandu dan poskeskel, situasi dan kondisi upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat lainnya sudah sulit dideteksi/
dipantau sejak pemberlakuan otonomi daerah di masing-masing
kab./kota. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ini perlu mendapat
perhatian yang optimal kembali dari masing-masing pengelola program
kesehatan. Berikut Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat yang
terdapat di Kota Bandar Lampung tahun 2014.

1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal


di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program
prioritas yaitu; kesehatan ibu dan anak, KB, perbaikan gizi, imunisasi
dan penanggulangan diare. Pada tahun 2013 sebanyak 651 Posyandu
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 135
dan yang aktif 404 posyandu atau sekitar 62,06%. Menurut Kementerian
Kesehatan RI (2011), yang dimaksud dengan Posyandu Aktif adalah
posyandu yang melaksanakan kegiatan hari buka dengan frekuensi lebih
dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas cakupan
utama (Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Gizi, imunisasi
dan pananggu-langan diare lebih dari 50.0% dan sudah ada satu atau
lebih program tambahan serta cakupan dana sehat kurang dari 50.0%.
Lebih lanjut diperoleh bahwa Puskesmas yang memiliki 100% Posyandu
aktif berada di puskesmas Sumur Batu, Susunan Baru, Way Kandis.

Posyandu dengan strata Pratama masih ada, yakni sebanyak 32


Posyandu atau baru sekitar 4,74% dari 674 Posyandu. Posyandu
Pratama adalah posyandu yang kegiatan pelayanannya belum rutin dan
jumlah kader masih terbatas. Posyandu dengan strata Madya masih
cukup tinggi di Kota Bandar Lampung sebanyak 203 (30.12)%. Pada
tahun 2014 ini Posyandu dengan strata Purnama paling sebanyak 271
Posyandu atau sekitar 40,21% dari total Posyandu. Posyandu madya
adalah posyandu dengan kegiatan lebih teratur dibandingkan dengan
Posyandu Pratama dan jumlah kader 5 orang. Posyandu Purnama
adalah posyandu dengan frekuensi kegiatan lebih dari 8 kali per tahun,
rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5 program
utamanya yaitu KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan penanggulangan Diare
lebih dari 50,0% serta sudah ada program tambahan.

Sedangkan Posyandu dengan strata mandiri sudah meningkat


berjumlah 146 Posyandu (22,43) dibandingkan tahun sebelumnya hanya
37 posyandu. Posyandu Mandiri adalah posyandu yang sudah dapat
melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah
bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau 50.0%
KK. Peningkatan jumlah posyandu mandiri ini tidak terlepas dari
dukungan pemerintah yang telah meluncurkan gema tapis berseri.
Program ini memberikan operasional posyandu dan insentif kader
sehingga posyandu dapat berjalan dengan baik.

2. Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel)

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 136


Poskeskel merupakan salah satu bentuk UKBM yang baru
disosialisasikan oleh Departemen Kesehatan. Poskeskel diharapkan
sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM lain yang
dibutuhkan masyarakat desa ( misalnya Pos Obat Desa, Kelompok
Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga, dan lain-lain ). Bentuk fisik
Poskeskel disesuaikan dengan situasi dan kondisi di masing masing
desa / kelurahan. Bangunan bisa merupakan perluasan bangunan
Polindes yang telah ada dan selama ini dimanfaatkan oleh bidan di desa
sebagai tempat pelayanan serta rumah tinggal. Bisa pula berupa
bangunan baru yang terpisah dari Polindes atau bangunan/ sarana yang
telah ada dan dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan UKBM. Dengan
demikian, Poskeskel sekaligus berfungsi menjadi tempat koordinasi dari
UKBM-UKBM tersebut. Di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014
terdapat Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) sebanyak 126 unit atau
100% dari 126 kelurahan yang ada. Jumlah ini mengikuti dengan
pemekaran wilayah yang ada di Kota Bandar Lampung.

Sejak tahun 2011 poskeskel di Kota Bandar Lampung mendapat


dukungan dari Walikota Bandar Lampung terlihat dari ketenagaan yang
ada selain Bidan PTT masing-masing poskeskel satu orang, juga
ditambah tenaga perawat kontrak masing-masing poskeskel 2 (dua)
orang yang didanai melalui Program Gema Tapis Bidang Kesehatan
Pemerintah Kota Bandar Lampung. Semua Poskeskel di Kota Bandar
Lampung status masuk kategori poskeskel aktif strata madya.

3. Desa Siaga/ Kelurahan Siaga

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan


sumber daya dankemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan
kesehatan, secara mandiri. Desa yang dimaksud disini dapat berarti
kelurahan atau istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati dalam
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam upaya
peningkatan kualitas kelurahan sehat sebagai strategi untuk

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 137


mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan maka
disetiap kelurahan dibentuk pos kesehatan kelurahan guna
mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan informasi
kesehatan dan pelayanan kesehatan.

Hasil evaluasi Bidang MK&SDK Dinas Kesehatan Kota Bandar


Lampung, di Kota Bandar Lampung pada tahun 2010 dari 98 kelurahan,
desa siaga aktif mencapai 69 kelurahan (70,4%). Sejak tahun 2011
sampai 2012 seluruh desa (98 kelurahan) masuk dalam Desa/Kelurahan
Siaga. Pada tahun 2013 dan tahun 2014 dari 126 kelurahan tersebut,
76 kelurahan masuk dalam kategori kelurahan siaga Pratama, 50
kelurahan yang dinyatakan sebagai Desa Siaga Aktif kategori madya.

6.2 TENAGA KESEHATAN

Diantara tiga sumber daya kesehatan, tenaga kesehatan merupakan


faktor utama dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan
dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Tabel 6-02 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kategori di


Puskesmas Kota Bandar Lampung Tahun 2014
Kategori Tenaga
No Puskesmas JML
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. Bakung (pustu 1 0 0 1 7 7 0 0 18
1 1 0
koord)
2 Kotakarang 3 1 0 1 1 1 4 6 0 0 2 19
3 Sukamaju 1 2 0 1 0 1 4 9 0 0 0 18
4 Pasar Ambon 2 1 0 2 0 1 5 7 0 0 2 20
5 Sukaraja 2 0 3 2 0 1 5 7 0 0 2 22
6 Panjang 3 1 0 1 1 1 5 11 0 0 0 23
7 Kampung Sawah 1 1 1 1 0 1 4 5 0 0 0 14
8 Satelit 4 3 1 3 1 1 8 11 0 0 1 33
9 Kupang Kota 3 1 0 1 0 1 3 4 0 0 0 13
10 Sumur Batu 4 1 0 1 0 1 2 6 0 0 0 15
11 Simpur 4 2 0 2 1 0 6 5 0 0 0 20
12 Palapa 2 1 2 1 0 0 5 5 0 0 0 16
13 Kebon Jahe 3 2 2 2 1 1 5 4 0 0 1 21
14 Gedong Air 2 1 0 2 1 1 12 10 0 0 2 31
15 Susunan Baru 1 2 0 3 0 1 3 7 0 0 2 19
16 Kemiling 4 2 1 4 0 1 16 15 0 0 2 45
17 Beringin Raya 1 2 0 1 0 1 8 9 0 0 0 22

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 138


Kategori Tenaga
No Puskesmas JML
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
18 Pinang Jaya 1 1 1 1 0 1 6 9 0 0 0 20
19 Segalamider 1 2 2 1 1 1 7 9 0 0 0 24
20 Kedaton 6 2 1 2 1 2 7 11 0 0 0 32
21 Rajabasa Indah 3 1 1 2 0 2 11 14 0 0 1 35
22 Way Kandis 4 2 1 3 1 1 20 20 0 0 1 53
23 Labuhan Ratu 2 0 0 1 6 6 0 0 18
2 1 0
(pustu Koord)
24 Sukarame 2 2 0 2 1 1 4 7 0 0 0 19
25 Permata 0 2 0 1 4 8 0 0 19
2 1 1
Sukarame
26 Korpri 2 1 1 1 0 1 8 8 0 1 23
27 Sukabumi 4 2 1 2 1 1 6 10 0 0 0 27
28 Campang Raya 2 1 0 2 0 1 3 7 0 0 1 17
29 Way Laga 1 2 0 1 0 1 3 4 0 0 1 13
30 Way Halim 3 2 1 3 1 1 10 15 0 0 0 36
JUMLAH 74 44 22 50 12 30 197 256 0 0 20 705

1 Dokter 7 Bidan
2 Dokter Gigi 8 Perawat
3 Sarjana Kesehatan 9 Analis Kes
4 Sanitarian 10 Fisioterapi
5 Apoteker/Kefarmasian 11 Non Kesehatan
6 Gizi
Sumber : Sub Bagaian Umum dan Kepegawaian 2014

Dari Tabel 6.02, tampak bawah jumlah tenaga kesehatan yang


bekerja di puskesmas Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 sebanyak
691 orang. Tenaga yang ada belum termasuk tenaga kontrak, PTT,
honorer dan tenaga sukarela. Setiap tahunnya tenaga kesehatan di Kota
Bandar Lampung bertambah, terlebih adanya pemekaran wilayah
kelurahan dan kecamatan.

Proporsi jenis tenaga kesehatan yang terbesar adalah perawat


yaitu 25,69%, diikuti kemudian tenaga bidan (19,27%), Dokter Umum
(6,86%), dokter gigi (4,54%), sanitarian (4,21%), tenaga gizi dan teknis
medis masing-masing 3,43%, Apoteker/Kefarmasian (2,66%), Sarjana
Kesehatan Masyarakat (1,663%).Tenaga kesehatan yang ada saat ini
minimal memiliki pendidikan diploma tiga, dan hampir setiap tahun
tenaga yang ada mengupgrade tingkat pendidikannya melalui program
tugas belajar dan program izin belajar. Dari segi proporsi masih jauh
dibawah standar nasional.

Saat ini hampir semua program kesehatan langsung ke


puskesmas seperti program BOK, Jamkesmas dan Jamkesda terlebih

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 139


lagi puskesmas saat ini menganut sistem keuangan BLUD sehingga
timbul permasalahan baru tenaga kesehatan yang ada di puskesmas
selain melayani pelayanan kesehatan, preventif dan promotif dan juga
harus juga mengelola sistem keuangan. Umumnya tenaga yang ada
mendapat tugas dan beban kerja lebih dari adalah persebaran tenaga
sanitasi tersebut ke puskesmas masih belum tidak merata dan
umumnya tenaga tersebut memiliki tugas rangkap.

6.3 PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pembiayaan program pembangunan kesehatan pada tahun 2014


berasal dari berbagai sumber antara lain; alokasi anggaran
pembangunan Departemen Kesehatan (APBN), Alokasi APBD Provinsi
untuk kesehatan dan alokasi APBD Kota untuk kesehatan serta
pinjaman/ hibah luar negeri (PHLN).

Tabel 6-03 Anggaran Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:

1 APBD KAB/KOTA 184.293.385.463,20 98,37

a. Belanja Langsung 138.541.749.000,00

b. Belanja Tidak Langsung 45.751.636.463,20

2 APBD PROVINSI 0,00

3 APBN : 2.500.050.000,00 1,33

- Dana Dekonsentrasi 0,00

- Dana Alokasi Khusus (DAK) 0,00

- JAMKESMAS 0,00
- Lain-lain (TP, BOK) 2.500.050.000,00 1,33

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) 553.015.797,00 0,30

- Pencegahan, Penanggulangan Penyakit Malaria (GF) 122.486.597,00 0,07

- Pencegahan, Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS (GF) 161.735.000,00 0,09

- Accelerating Progress Toward Universal Acces To 268.794.200,00 0,14

Quality DOTS
5 SUMBER PEMERINTAH LAIN 0,00

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 187.346.451.260 100,0

TOTAL APBD KAB/KOTA 1.779.859.865.268

% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA 10,35

ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA 204.905,41

Sumber : penyusunan program & monev 2014

Dari Tabel 6.03, tampak bahwa total pembiayaan kesehatan di Kota


Bandar Lampung untuk tahun anggaran 2014 adalah sebesar Rp.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 140


187.346.451260. Anggaran tersebut diperoleh dari berbagai sumber
dana yaitu APBD Kota/Kota, APBN, Pinjaman/Hibah, Luar Negeri (PHLN)
dan sumber pemerintah lain. Bila dilihat menurut jenis sumber dana,
pembiayaan kesehatan yang tertinggi bersumber dari APBD Kota/Kota
(98,24%), diikuti kemudian sumber dana dari APBN (1,33%). Sedangkan
anggaran untuk pembangunan kesehatan di Kota Bandar Lampung pada
tahun 2014 mencapai 10,35% dari total APBD.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 141


BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 SIMPULAN

A. Derajat Kesehatan

1. Mortalitas

M
ortalitas atau angka kematian merupakan salah satu
indikator yang dalam menilai Derajat kesehatan
Masyarakat, khususnya angka kematian bayi (AKB),
angka kematian anak balita (AKABA) dan angka kematian ibu (AKI).
Angka kematian neonatal dan bayi 135 dan 49, anak balita 15, dan
balita 49 dari 20.427 kelahiran hidup pada tahun 2014.

Angka Kematian Ibu tahun 2013 sebanyak 7 kasus yang terjadi pada
kelompok ibu nifas sebanyak 7 kasus. AKI di Kota Bandar Lampung
lebih rendah bila dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 13
kasus.

2. Morbiditas

Morbiditas (angka kesakitan) masih merupakan ancaman dalam


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kota Bandar Lampung.
Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung melaporkan bahwa
penyakit-penyakit menular yang masih tinggi kejadiannya di Kota
Bandar Lampung antara lain Demam Berdarah Dengue, Campak, Diare
Pneumonia, HIV/AIDS, Tuberkolosa (+), Kusta dan Malaria. Bahkan
untuk kasus Malaria, Kota Bandar Lampung yang merupakan daerah
perkotaan namun berbatasan dengan daerah endemis malaria maka
masih juga ditemukan kasus Malaria setiap tahunnya.

Selain penyakit menular, tentunya masyarakat di Kota Bandar


Lampung dihadapkan pada penyakit tidak menular, terutama
Hipertensi, Jantung, Diabetes Mellitus, Kangker Serviks dan lain-lain.
Namun tidak adanya data dan informasi yang akurat membuat penyakit-

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 142


penyakit tidak menular tersebut tidak dapat disajikan dalam Profil
Kesehatan Tahun 2014 ini.

3. Status Gizi

Status Gizi Masyarakat, khususnya pada kelompok bayi di Kota


Bandar Lampung pada tahun 2014 ini secara persentase menunjukkan
kecenderungan yang tetap meskipun secara absolut meningkat.
Indikator untuk menilai status gizi pada kelompok bayi tersebut dapat
dilihat angka Berat badan Lahir Rendah (BBLR). Pada tahun 2014 ini,
bayi yang memiliki berat badan lahir rendah adalah 223 kasus dari
17.052 kelahiran hidup. Berbeda dengan kelompok balita, dalam
beberapa tahun terakhir ini balita dengan status gizi baik sudah
mencapai target SPM dan cenderung meningkat. Saat ini anak dengan
status gizi buruk sampai dengan Desember 2014 ditemukan sebanyak 6
kasus dan yang mendapat perawatan sampai saat ini 6 orang.

B. Upaya Kesehatan

Terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat tidak dapat


dilepaskan dari upaya-upaya kesehatan yang dilakukan oleh dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung beserta jajarannya. Hal ini bisa dilihat
dari upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak, dari 18 indikator SPM
yang disajikan sebagian indikator SPM sudah mencapai target yang
ditetapkan. Begitupun dengan indikator SPM Program Perbaikan Gizi,
Program Pelayanan Imunisasi, Program Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit, Perilaku Hidup Masyarakat dan/ataupun indikator kesehatan
lingkungan cenderung meningkat.

C. Sumber Daya Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan di Kota Bandar Lampung secara umum


sudah mencukupi walaupun ada beberapa jenis tenaga yang masih
kurang. Namun perlu mendapatkan perhatian dari para pengambilan
keputusan mengenai penyebaran tenaga kesehatan yang sampai saat ini
tidak merata. Sarana kesehatan yang ada di Kota Bandar Lampung
belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat, karena terkendala oleh

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 143


wilayah geografis. Sedangkan anggaran untuk pembangunan kesehatan
di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 mencapai 10,35% dari total
APBD. Pembiayaan untuk kesehatan yang ada masih mendapat
dukungan dana dari Pemerintah Pusat yang digulirkan melalui program
BOK dana Global Fund.

7.2 SARAN

1.) Diperlukan peningkatan koordinasi dan kerjasama yang


berkesinambungan antara pengelola program dilingkungan Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung dan sektor-sektor terkait dalam
mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas dan produktif .

2.) Dalam meningkatkan Derajat Kesehatan masyarakat maka


diperlukan (a) Perbaikan Sistem Pelayanan Kesehatan, (b) Peningkatan
peran serta masyarakat, (c) Peningkatan kualitas dan kwantitas Sumber
Daya Manusia serta (d) Peningkatan Dana yang berasal dari berbagai
sumber.

3.) Program Pembangunan Kesehatan yang direncanakan dan yang akan


dilaksanakan harusnya lebih inovatif dan mengacu kepada Standar
Pelayanan Minimal yang telah ditetapkan.

4) Program pembangunan kesehatan yang direncanakan dan yang akan


dilaksanakan harus menggunakan strategi yang lebih tepat sasaran dan
dapat diukur melalui indicator kesehatan.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 144


Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 145

You might also like