Professional Documents
Culture Documents
Paulus, S. Kep.
0806457180
Paulus, S.Kep
0806457180
ii
Tanda tangan :
Tanggal : 10 Juli 2013
iii
Puji Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan untuk menyelesaikan pembuatan karya ilmiah akhir ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak S Dengan Masalah Ketidakefektifan
Koping Keluarga: Komunikasi Tidak Efektif di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak
Pasar Cimanggis, Depok”. Karya ilmiah akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.
Karya ilmiah akhir ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu:
1. Dewi Irawaty MA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
2. Kuntarti S. Kp., M. Biomed selaku dosen koordinator dan Ketua Program Studi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
3. Dwi Cahya Rahmadiyah selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
memberikan bimbingan, arahan, nasihat, dan terima kasih atas waktunya di
sela-sela kegiatan yang padat.
4. Bapak, Mamah, Kakak Utet, Kakak Tina, dan Abang Dani, keluarga saya yang
tercinta, terima kasih atas dukungannya dan selalu mendo’akan saya.
5. Teman-teman Huruhara dan Geng Sahabat yang selalu bersama, tertawa
bersama. Terima kasih teman-teman, you are the best.
6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008 yang telah saling memberikan
dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan Karya ilmiah akhir ini.
7. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin peneliti sebut satu persatu.
Karya ilmiah akhir ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan karena
keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan peneliti. Maka sangat diperlukan
masukan dan saran untuk menyempurnakan karya ilmiah akhir ini. Semoga karya
ilmiah akhir ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Paulus, S. Kep.
ii
Nama : Paulus
NPM : 0806457180
Program Studi : Profesi Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 10 Juli 2013
Yang menyatakan
(Paulus, S. Kep)
iii
Nama : Paulus
Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak S Dengan Masalah
Ketidakefektifan Koping Keluarga: Komunikasi Tidak Efektif di
RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Cimanggis, Depok
Masa remaja adalah anak yang berusia sepuluh sampai 24 tahun. Salah satu risiko
masalah kesehatan yang yang terjadi pada masa remaja di perkotaan adalah
kenakalan remaja, seperti tawuran, seks bebas, dan penyalahgunaan NAPZA.
Faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja salah satunya adalah koping
keluarga yang tidak efektif yang disebabkan komunikasi yang tidak efektif antara
orang tua dengan remaja. Karya ilmiah ners ini bertujuan untuk menggambarkan
asuhan keperawatan keluarga dengan masalah komunikasi tidak efektif. Keluarga
bapak S di Kelurahan Cisalak mengalami komunikasi yang tidak efektif. Evaluasi
tindakan keperawatan komunikasi efektif menunjukkan bahwa komunikasi antara
orang tua dengan anak E dapat dilakukan secara efektif.
vii
Universitas Indonesia
Adolescence is children aged ten to 24 years. One of the risks of health problems
that occur in adolescence is juvenile delinquency in urban areas, such as fights,
casual sex, and drug abuse. Factors affecting juvenile delinquency is one of a
family coping ineffective due to ineffective communication between parents and
teens. Ners scientific work aims to describe the family nursing care with
ineffective communication problems. Father s family in the Village Cisalak
experienced ineffective communication. Evaluation of nursing actions effective
communication suggests that communication between parents and children E can
be done.
viii
Universitas Indonesia
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.....................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii
1. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................. 6
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................ 6
1.4.1 Manfaat untuk Keluarga............................................................. 6
1.4.2 Manfaat untuk masyarakat RW 02 Cisalak pasar........................ 7
1.4.3 Manfaat untuk instansi Puskesmas Cimanggis........................... 7
1.4.4 Manfaat untuk bidang ilmu keperawatan komunitas.................. 7
2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 8
2.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan...... 8
2.2 Peran Perawat dalam Keperawatan Kesehatan Perkotaan.....................9
2.3 Remaja.................................................................................................. 10
2.4 Ketidakefektifan Koping Keluarga.......................................................15
2.5 Komunikasi............................................................................................15
2.5.1 Komunikasi Efektif..................................................................... 15
2.5.2 Komunikasi Tidak Efektif.......................................................... 16
2.6 Teori Inovasi Intervensi Komunikasi Efektif antara Remaja dan Orang
Tua.........................................................................................................16
2.7 Kegiatan Positif bagi Remaja................................................................19
4. ANALISIS SITUASI................................................................................. 28
4.1 Profil Lahan Praktik.............................................................................. 28
4.2 Analisis Masalah Keperawatan............................................................. 29
4.2.1 Analisis Masalah Terkait Konsep KKMP................................... 29
4.2.2 Analisis Masalah Terkait Konsep Remaja.................................. 31
4.3 Analisis Intervensi Inovasi dengan Konsep dan Penelitian Terkait...... 32
5. PENUTUP................................................................................................... 35
5.1 Kesimpulan............................................................................................ 35
5.2 Saran...................................................................................................... 36
5.2.1 Institusi Pendidikan..................................................................... 36
5.2.2 Perawat Komunitas.......................................................................36
5.2.3 Penelitian atau Keilmuan..............................................................36
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke dewasa atau
yang sering disebut sebagai masa transisi (wong, 2008). Masa remaja akan mengalami
banyak perubahan yang terjadi dalam tumbuh kembangnya, seperti fisik, mental, dan
perilaku sosial (Hurlock, 2002; Wong, 2008). Perubahan-perubahan yang dialami ini
dapat membuat seorang remaja sangat rentan dalam mengalami masalah-masalah
psikologis maupun fisiologi. Masa remaja merupakan masa dimana anak berusaha
mencari identitas diri, sehingga mereka sering membantah orang tuanya, karena mulai
mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang
tuanya. Orang yang dianggap penting pada usia ini adalah teman sebaya, mereka
berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya temen-temannya karena dianggap memiliki
kesamaan dengan dirinya, sehingga pada usia ini sering terlibat dalam geng-geng dan
menonjolkan kelompoknya (Santoso, 2008). Perubahan pada masa remaja ini juga dapat
merupakan risiko yang menyebabkan masalah bagi remaja.
Permasalahan yang dialami oleh anak remaja tidak bisa diatasi secara optimal dengan
mengandalkan diri mereka sendiri (Hurlock, 2002). Permasalahan yang tidak dapat
diselesaikan oleh diri mereka sendiri dan ditambah dengan keadaan emosi mereka yang
1
Salah satu fenomena kenakalan di remaja adalah tawuran yang biasa dilakukan antar
pelajar. Hal ini merupakan kenakalan remaja yang cukup serius karena terjadinya
perkelahian yang dapat merenggut nyawa. Tambunan (2001) menyebutkan bahwa data
tawuran di Jakarta menurut Bimmas Polri Metro Jaya selalu meningkat kasus tawuran
dan korban yang tewas pun meningkat. Komnas Perlindungan Anak menyebutkan bahwa
kasus tawuran tahun 2011 di Jakarta dan sekitarnya (Tangerang, Depok, dan Bekasi)
terdapat 399 kasus dengan korban jiwa sebanyak 82 orang dan data terakhir pada Mei
2012 terjadi tawuran di Bekasi yang memakan korban jiwa 1 orang dan 2 lainnya dengan
kondisi kritis (Adhiansyah & Kurniawan, 2012; Berindra, 2011).
Kenakalan di kalangan remaja saat ini yang cukup mengkhawatirkan dan menjadi pusat
perhatian masyarakat adalah penyalahgunaan NAPZA. United Nation Office for Drugs
and Crimes (UNODC) tahun 2010 mengatakan bahwa pada tahun 2009, pengguna
NAPZA di seluruh dunia sekitar 149 juta - 272 juta jiwa. Pengguna NAPZA di
Indonesia mencapai 3,2 juta jiwa dan diprediksikan bahwa angka ini akan terus
meningkat (UNODC, 2004). Data dari Badan Narkotika Kota Depok (2008) bahwa
pengguna NAPZA di Kota Depok sekitar 1,5% dari total penduduk Kota Depok dan 75%
kasus yang berasal dari kelompok usia 10-18 tahun dan 79% berpendidikan SLTA.
Ariana (2006) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kenakalan remaja tidak hanya
tawuran dan penyalahgunaan NAPZA namun berprilaku agresif, merokok, dan seksual
yang tidak sehat merupakan kenakalan remaja yang sering terjadi di masyarakat.
Masalah-masalah kenakalan remaja yang telah diuraikan di atas, secara umum dapat
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor remaja itu sendiri dan faktor di luar remaja. Faktor
di luar remaja yang sangat berperan peting terhadap perilaku remaja adalah keluarga
(Sarwono, 2008). Anak remaja dalam perkembangannya memang benar-benar
memerlukan perhatian sepenuhnya dari pihak keluarga terutama pihak orang tua. Hal ini
2
Kurangnya komunikasi maupun komunikasi yang tidak efektif antara orang tua dengan
anak remajanya akan berpengaruh negatif pada tumbuh kembang remaja tersebut. Salah
satu penyebab komunikasi yang tidak efektif yang sering terjadi di masyarakat perkotaan
adalah kesibukan orang tua jaman sekarang yang dimana suami-istri sama-sama bekerja
demi memenuhi kebutuhan hidup (Abidin, 2002). Akibatnya waktu untuk bertemu dan
berkomunikasi dengan remaja menjadi lebih singkat, komunikasi antara orang tua
dengan anak remajanya menjadi tidak efektif. Hal ini akan membuat remaja lebih dekat
orang lain dan membuat remaja dapat bergaul secara bebas. Remaja yang mengalami
masalah seperti ini sangat rentan untuk terjerumus ke dalam pergaulan negatif dan akan
menjadi kenakalan remaja seperti yang telah dijelaskan di paragraf sebelumnya. Masalah
komunikasi tidak efektif yang disebabkan oleh suami-istri yang sibuk bekerja cukup
banyak terjadi di kota-kota besar, salah satunya kota Jakarta dan tidak menutup
kemungkinan untuk kota Depok.
Pengkajian kali ini di lakukan di kelurahan Cisalak Pasar yang dimana jaraknya tidak
jauh dengan DKI Jakarta sehingga akses informasi relatif sangat mudah diterima,
Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin mudah diakses
memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiaasaan tidak sehat
(Iskandar, 1997). Kelurahan Cisalak Pasar yang terletak di Kecamatan Cimanggis Kota
3
Berdasarkan hasil data pengkajian yang dilakukan pada keluarga bapak S dengan anak E
di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar, didapat bahwa pola asuh yang dilakukan oleh
orang tua anak E tidak efektif. Data yang didapat adalah anak E sering main game online
sampai malam hari, ketika di rumah anak E lebih suka menyendiri di kamar. Ibu I juga
mengatakan bahwa anak jarang bercerita tentang diri anak E. Anak E lebih suka bercerita
dengan teman sekelompoknya. Ibu I dan bapak S mengatakan setiap anak E melakukan
kesalahan, orang tua tidak pernah memberikan kesempatan kepada anak E untuk
memberikan alasan. Pada saat anak E memberikan sedikit penjelasan langsung dipotong
oleh orang tuanya.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berjalan dua arah dan dapat mencapai tujuan
dari komunikasi. Komunikasi efektif terdiri dari 4 bagian yaitu mengenal diri,
mendengar aktif, pesan saya dan menentukan masalah. Komunikasi efektif
mengharuskan agar orang tua berusaha untuk melatih kesabaran pada saat berbicara
dengan anak remajanya. Orang tua tidak diperbolehkan untuk menyalahi anak remajanya
terlebih dahulu yaitu dengan menggunakan “pesan kamu” dan orang tua diwajibkan
menggunakan kesabaran dalam menasihati anaknya dengan menggunakan “pesan saya”
saat berkomunikasi dengan remaja
Perilaku berisiko pada remaja dapat diantisipasi oleh keluarga terkait pola komunikasi
dan kekuatan keluarga secara optimal (Friedman, Bowden dan Jones, 2003). Komunikasi
antara orang tua dengan remaja mempengaruhi pertumbuhan kepribadiannya. Melalui
komunikasi remaja dapat menemukan dirinya sendiri, mengembangkan konsep diri, dan
dapat menetapkan hubungan remja dengan lingkungan. Kegagalan atau
ketidakharmonisan antara orang tua dengan remaja, yang salah satu penyebabnya adalah
kurangnya komunikasi (misscommunication). Akhirnya timbullah konflik antara orang
tua dan anak. Komunikasi tidak efektif ini dapat memicu seorang remaja kan berperilaku
negatif. Pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dengan remaja ini membuat
peneliti ingin melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja pada
keluarga bapak S di RT 02 RW 02 Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis Kota Depok
tentang masalah komunikasi tidak efektif.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat untuk Keluarga
Dengan adanya pemberin asuhan keperawatan keluarga ini keluarga mampu secara
mandiri menangani masalah ketidakefektifan koping keluarga dengan masalah
komunikasi tidak efektif.
Perkembangan kota dan industrinya memang menumbuhkan ekonomi kota, hal ini
terlihat dengan lajunya pembangunan fisik gedung-gedung perkantoran, pusat-pusat
pertokoan, dan pabrik-pabrik, tetapi sejalan dengan ini masalah lowongan pekerjaan,
PHK, dan pengangguran makin menekan. Sekarang makin banyak kasus-kasus kita baca
mengenai pemogokan buruh industri karena upah buruh di bawah standar dan perlakuan
majikan yang tidak adil terhadap buruhnya, masalah PHK karena rasionalisasi dan
8
Pengangguran makin meningkat yang akan berdampak luas terhadap kenaikan angka
kejahatan atau kriminalitas. Kasus-kasus demonstrasi dan pemogokan buruh sudah
menjadi agenda rutin di Tangerang dan bahkan di Medan belum lama ini telah menjurus
kepada SARA yang mendatangkan korban jiwa. Jurang kaya miskin di kota antara
mereka yang memperoleh kesempatan dan yang tidak makin menganga, dan kesenjangan
sosial antara konglomerat dan yang melarat makin mustahil dijembatani. Di kota-kota
besar kita melihat makin banyak villa-villa eksklusif dengan taman dan kolamnya yang
lebar, tetapi kawasan kumuh tanpa air minum juga makin meluas. Makin banyak
penduduk kota naik mobil mewah bahkan di kawasan elit satu rumah sering mempunyai
mobil lebih dari dua, sedangkan masyarakat umum makin berhimpit-himpitan di bis-bis
kota.
2.4 Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran dan penyampaian informasi, sikap, pikiran
atau perasaan melalui bahasa, pembicaraan, pendengaran, gerak tubuh atau ungkapan
emosi (BKKBN, 2012). Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah
perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).
11
2.5 Teori Inovasi Intervensi Komunikasi Efektif antara Remaja dan Orang Tua
Komunikasi efektif bertujuan untuk membangun hubungan yang harmonis dengan
remaja, membentuk suasana keterbukaan antara remaja dengan orang tua, membuat
orangtua mau mendengar remaja saat mereka berbicara, membuat remaja mau bicara
pada saat mereka menghadapi masalah, membuat remaja mau menghormati orangtua
atau orang dewasa saat mereka berbicara, dan dapat membantu remaja menyelesaikan
masalahnya (Gunarsa, 2004).
Gunarsa (2004) mengatakan bahwa prosedur dari pelaksaan komunikasi efektif, yaitu:
2.5.1 Mengenal diri
Hal pertama sebelum melakukan komunikasi efektif antara orang tua dengan
remaja adalah orang tua harus mengenal akan dirinya sendiri dan mengenal anak
remajanya dengan cara:
2.5.1.1 Menghargai diri sendiri, menerima dengan positif apa yang sudah kits
miliki tanpa harus membandingkannya dengan orang lain.
2.5.1.2 Menghargai upaya yang sudah dilakukan, baik hasilnya sesuai dengan yang
diinginkan maupun tidak, kita harus bisa menghargai upaya yang sudah
dilakukan.
2.5.1.3 Berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain, selalu memandang diri
sendiri dan orang lain, anak remaja, dari sisi positif.
2.5.1.4 Mengembangkan minat dan kemampuan diri, selalu berusaha menjadi apa
yang kita inginkan sampai tujuan kita tercapai.
12
13
14
3.1 Pengkajian
Keluarga bapak S bertempat tinggal di RT 02 RW 02 kelurahan Cisalak Pasar,
Kecamatan Cimanggis, Depok. Bapak S bekerja sebagai staff tata usaha di salah satu
SMA di Depok. Ibu I adalah seorang ibu rumah tangga. Keluarga bapak S merupakan
tipe keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan tiga orang anak. Keluarga terdiri dari
bapak S (42 tahun), ibu I (40 tahun), anak S (20 tahun), anak E (13 tahun), dan anak D (5
tahun). Keluarga bapak S merupakan suku Betawi dan beragama Islam. Tingkat
perekonomian keluarga bapak S berada pada menengah ke atas. Keluarga bapak S
merupakan tahap perkembagan keluarga dengan usia anak remaja, dengan anak yang
paling besar berusia 20 tahun.
Anak E masuk sekolah pada pukul 07.00 dan sekolah berakhir pada pukul 15.00.
Sebelum anak E duduk di bangku SMP, anak E selalu pulang tepat waktu, namun sejak
duduk di bangku SMP, anak E jarang langsung pulang ke rumah. Ibu I mengatakan
bahwa anak E sering telat pulang ke rumah, pulangnya cukup sore bahkan pernah sampai
malam hari. Pada saat ibu I menanyakan alasan kepada anak E tentang pulang yang
15
Pengkajian juga dilakukan kepada anak E. Anak E mengatakan bahwa dia suka bergaul
dengan siapa saja. Klien mengatakan mempunyai tiga teman dekat di sekolah.
Pertemanan yang dijalin oleh anak E tidak hanya dengan orang-orang seumurannya saja,
orang-orang yang lebih tua juga. Anak E mempunyai hobi bermain game online di
warnet. Klien sering bermain game online pada saat pulang sekolah. Teman bermain
game online sebagian besar adalah orang-orang yang lebih tua dari klien. Klien
mengatakan di warnet dia tidak hanya bermain game online saja, namun kline juga
mengakses media sosial seperti twitter dan facebook. Waktu bermain di warnet untuk
bermain game online dapat dilakukan paling sebentar tiga jam. Klien mengatakan bahwa
dia pernah bermain di warnet sampai malam hari dan sampai rumah pukul 22.00 WIB.
Warnet yang dikunjungi oleh anak E ini tidak hanya warnet yang dekat dari rumahnya
saja. Teman-teman klien yang lebih tua darinya sering mengajak klien untuk bermain di
warnet yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya.
Ajakan-ajakan negatif yang dilakukan oleh teman-teman klien tidak hanya itu saja. Klien
mengatakan bahwa klien pernah diajak untuk merokok. Pada awalnya klien menolak,
namun pada saat klien menolak, teman-temannya menyindir klien. Sindiran yang
dilakukan oleh teman-temannya seperti “kalau lo ga merokok, lo ga gaul”, “anak mami
banget lo kalo ga merokok”, dan “bapak lo aja merokok, masa lo ga boleh?!”. Rasa malu,
rasa kesal dibilang seperti oleh teman-temannya dan rasa penasaran terhadap rokok
16
Usia remaja terjadi perkembangan kelamin sekunder, salah satunya adalah dimana
seorang remaja sudah mulai menyukai lawan jenis. Pada saat mahasiswa menanyakan
soal lawan jenis yang disukai, klien tertunduk malu dan mengatakan sudah punya pacar.
Klien sudah mempunyai pacar sejak sebulan yang lalu, namun klien tidak mau
menceritakan hal seperti ini kepada orang tuanya. Klien mengatakan bahwa kalau sedang
ada masalah, anak E lebih senang bercerita kepada teman-temannya dibandingkan
kepada orang tuanya. Orang tua yang sering menuduh dan marah-marah kepada klien
tanpa mendengar cerita dari anak E terlebih dahulu. Hal ini membuat klien tidak ingin
bercerita kepada orang tuanya. Klien juga mengatakan malas untuk berkumpul di ruang
keluarga, lebih nyaman di dalam kamar saja.
3.3 Perencanaan
Tujuan umum dari rencana keperawatan keluarga adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan untuk diagnosa keperawatan ketidakefektifan koping keluarga selama 3x
pertemuan, koping pada keluarga bapak S menjadi efektif dengan dilakukannya
komunikasi efektif antara orang tua dengan anak remajanya, yaitu anak E.
Tujuan khusus yang pertama setelah dilakukan sebanyak 2 x 20 menit adalah diharapkan
keluarga mampu mengenal masalah keluarga dengan cara: (1) Menyebutkan pengertian
komunikasi efektif yaitu saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap
antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan; (2) Menyebutkan
tujuan komunikasi efektif, yaitu membangun hubungan yang harmonis dengan remaja,
17
Tujuan khusus yang kedua adalah mengambil keputusan dengan cara menyebutkan
permasalahan akibat komunikasi tidak efektif, yaitu akan timbul konflik dengan orang
tua; hubungan antara remaja dan orang tua tidak harmonis, remaja akan berani melawan
perkataan orang tua, dan orang tua akan selalu menyalahkan remaja jika ada kesalahan.
Selanjutnya adalah mengambil keputusan secara tepat pada saat orang tua dengan remaja
mengalami komunikasi tidak efektif. Tujuan khusus yang ketiga adalah melakukan
perawatan sederhana dengan cara menyebutkan manfaaat komunikasi efektif antara
orang tua dengan remaja, yaitu pembentukan karakter, sikap, dan perilaku remaja akan
lebih baik. Keluarga mampu menyebutkan kembali cara berkomunikasi efektif dan
keluarga mampu mendemonstrasikan cara komunikasi efektif antara orang tua dengan
remaja.
Tujuan khusus yang keempat adalah modifikasi lingkungan dengan cara menyebutkan
memodifikasi lingkungan yang kondusif dan memanfaatkan kondisi lingkungan yang
kondusif tersebut untuk melakukan komunikasi efektif antara orang tua dengan remaja.
Tujuan khusus kelima adalah Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara
menyebutkan 4 dari 6 tempat pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal,
menyebutkan 1 dari 2 manfaat berkungjung ke fasilitas pelayanan kesehatan,
menyebutkan kapan keluarga harus membawa anggota keluarga ke pelayanan kesehatan.
18
Langkah selanjutnya adalah orang tua harus dapat membuka diri. Kesibukan yang
dilakukan oleh orang tua membuat remaja akan merasa sungkan untuk mengajak orang
tuanya berbicara. Sesibuk apa pun orang tua, orang tua harus bisa meluangkan waktu
walaupun hanya sebentar saja. Hal ini membuat remaja merasa dihargai. Selanjutnya
adalah orang tua harus mendengar aktif. Rasa dihargai akan membuat remaja lebih
terbuka pada saat bercerita. Orang tua dilarang berbicara pada saat anak remajanya
bercerita. Biarkan remaja menceritakan apa yang ingin mereka ceritakan dan orang tua
harus menatap matanya dan fokus. Orang tua harus berempati akan apa yang diceritakan
anak remajanya. Orang tua harus berusaha untuk berada di posisi anak agar orang tua
dapat memamhami apa yang sedang dirasakan anak remajanya. Setelah orang tua tahu
alasan dari perbuatan yang dilakukan anak remajanya, orang tua dapat memeberikan
“pesan saya”. Pesan saya berfokus pada perasaan yang dirasakan orang tua dan rasa
peduli orang tua sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh anak remajanya
sehingga remaja menyadari bahwa orang tua sangat peduli akan mereka dan membuat
remaja semakin terbuka kepada orang tua.
Ibu I mengatakan bahwa selama ini dirinya salah dengan memarahi dan menghakimi
anak E jika anak E melakukan kesalahan. Ibu I mengatakan agak sulit mengontrol emosi
karena perasaan lelah karena bekerja dan jengkel akan tingkah laku anak E sehingga
sangat sering menggunakan pesan kamu kepada anak E. Ibu I mengatakan setelah
dilakukan pertemuan ini, ibu I akan berusaha melakukan komunikasi efektif kepada anak
remajanya. Selama 4 minggu, peraawat melakukan sebanyak 6 kali intervensi inovasi
kepada keluarga bapak S. Perawat melihat semakin hari ibu I dapat menerapkan
21
22
Berdasarkan laporan rekapitulasi penduduk kelurahan Cisalak Pasar pada bulan April
2013 tercatat penduduk RW 02 berjumlah 1773 jiwa, yang terdiri dari 347 kepala
keluarga. Jumlah laki-laki di RW 02 sebanyak 808 jiwa dan perempuan sebanyak 965
jiwa, mayoritas memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), beragama
Islam, dan suku Betawi. Warga mayoritas bekerja sebagai wiraswasta (berdagang) dan
buruh (karyawan swasta); masyarakat dewasa perempuan sebagian besar tidak bekerja
yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 2.042.000,00.
Pada kelurahan Cisalak Pasar tidak terdapat fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
puskesmas. Puskesmas yang bisa dijangkau oleh masyarakat adalah puskesmas
kecamatan Cimanggis, yang berjarak lebih kurang 2-3 km dan dapat diakses melalui
kendaraan bermotor. Pelayanan kesehatan yang terdapat di wilayah kelurahan Cisalak
Pasar adalah klinik swasta, praktik dokter dan bidan swasta, posyandu dan
posbindu.Menurut kader RW 02, di RW tersebut tidak terdapat posbindu bagi usia lansia
bertempat di RT 02, dan adanya posyandu setiap tanggal 15 ditiap bulannya.
Kegiatan khusus remaja di RW 02 tidak ada. Pada saat dilakukan wawancara kepada
kader dan ketua RW, RW 02 dulu mempunyai karang taruna. Karang taruna itu pun
berhenti sejak tahun 2008 dan sampai saat ini karang taruna tidak ada lagi. RW 02
memiliki banyak pos kamling di setiap RT-nya. Pos kamling yang tersedia sering
dijadikan tempat untuk anak muda berkumpul, baik anak remaja, dewasa awal, sampai
dewasa tengah. Menurut keterangan dari warga bahwa pos kamling sering dijadikan
tempat melakukan kegiatan negatif. Banyak anak muda yang merokok sampai minum-
minuman beralkohol. Hasil pengkajian 6 mahasiswa profesi terhadap delapan belas klien
yang dibina, didapat 10 klien dengan koping keluarga tidak efektif yang berhubungan
dengan komunikasi yang tidak efektif.
Penemuan kasus seperti di atas yang terjadi pada tingkat individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat merupakan salah satu dari tugas seorang perawat
komunitas. Perawat komunitas akan melakukan asuhan keperawatan komuniti,
melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan,
pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan
sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan. Perawat komunitas akan
mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti.
Perawat komunitas akan mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
dengan instansi terkait dan terakhir memberikan keteladanan yang dapat dijadikan
panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan
keperawatan dan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke dewasa
atau yang sering disebut sebagai masa transisi (Wong, 2008). Masa remaja akan
mengalami banyak perubahan yang terjadi dalam tumbuh kembangnya, seperti
fisik, mental, dan perilaku sosial (Hurlock, 2002; Wong, 2008). Perubahan-
perubahan yang dialami ini dapat membuat seorang remaja sangat rentan dalam
mengalami masalah-masalah psikologis maupun fisiologi. Permasalahan yang
26
Permasalahan yang dialami oleh anak remaja tidak bisa diatasi secara optimal
dengan mengandalkan diri mereka sendiri (Hurlock, 2002). Permasalahan yang
tidak dapat diselesaikan oleh diri mereka sendiri dan ditambah dengan keadaan
emosi mereka yang masih labil menyebabkan permasalahan kecil akan menjadi
besar bahkan menjadi konflik yang berkepanjangan (Wong, 2008). Remaja juga
menjadi sulit bertoleransi dan berkompromi dengan lingkungan sekitar sehingga
cenderung memberontak dan terjadi konflik. Rasa keterikatan dengan
kelompoknya ini sangat penting bagi remaja, sehingga cenderung mengikuti apa
yang dipakai oleh kelompoknya karena keinginan untuk tampak sama dan
dianggap dalam kelompok pergaulan.
Perubahan yang terjadi pada masa remaja di atas sesuai dengan yang terjadi pada
anak remaja keluarga bapak S, anak E. Ibu I mengatakan bahwa anak E mudah
marah dan tersinggung jika orang tuanya ingin mengetahui tentang kehidupan anak
E, baik di sekolah maupun pergaulannya di luar rumah. Anak E mengatakan bahwa
dirinya senang berteman dan anak E mengatakan memiliki teman kelompok yang
sering bersama. Anak E juga mengatakan bahwa teman kelompoknya mengajaknya
untuk merokok dan anak E pun menurutinya. Hal ini disebabkan karena klien tidak
ingin ditinggalkan oleh teman kelompoknya dan tidak ingin dicemooh dengan
kata-kata “anak mami” dan “sok suci”.
4.2.3 Analisis Intervensi Inovasi Terkait dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Perubahan alamiah dalam diri remaja sering berdampak pada permasalahan remaja
yang cukup serius. Hal ini merupakan tugas yang sangat berat bagi keluarga dalam
membimbing anak remajanya agar dapat tumbuh dengan baik, baik segi pendidikan
maupun dalam pergaulannya. Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak
berusaha mencari identitas dirinya yang membuat seorang anak sering melawan
27
Banyaknya perubahan yang terjadi pada usia remaja ini sering mengakibatkan
remaja mengalami keadaan tertekan. Hal ini disebabkan oleh koping seorang
remaja yang kurang efektif. Koping remaja akan jauh lebih efektif jika adanya
dukungan dari keluarga. Setiadi (2008) menyatakan bahwa semakin besar
dukungan yang diperoleh remaja dalam mengatasi masalah, semakin rendah
kemungkinan seorang remaja mengalami stres, sehingga terhindar dari gangguan
dalam perilakunya. Anak E mengatakan bahwa anak E malas bercerita dengan
orang tuanya karena pasti akan dimarahi jika orang tuanya tahu anak E melakukan
hal negatif. Anak E lebih memilih teman-temannya sebagai tempat untuk bercerita.
Ibu I juga mengatakan bahwa anak E sudah mulai jarang bercerita kepadanya
semenjak anak E duduk di bangku SMP.
28
29
5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan telah dilakukan dengan 5 tahap, yang pertama dilakukan pengkajian.
Hasil pengkajian awal pada keluarga bapak S menggambarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap masalah ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah
komunikasi yaitu pola komunikasi antar remaja dengan orang tua yang tidak efektif.
Data-data yang didapat dari hasil pengkajian, didapatkan tiga masalah keperawatan
keluarga pada keluarga bapak S, yaitu (1) ketidakefektifan koping keluarga bapak S; (2)
ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga bapak S khususnya anak E; (3)
ketidaknefektifan pemeliharaan kesehatan pada anak E tentang gastritis. Ketiga masalah
keperawatan dilakukan skoring dan didapat masalah utama keperawatan yaitu
ketidakefektifan koping keluarga bapak S.
Kegiatan komunikasi efektif antara remaja dan orang tua ini dilakukan melalui strategi
pendekatan berupa pendidikan kesehatan, partnership, dan empowerment. Pada akhir
praktik melalui eveluasi sumatif, terevaluasi terjadi peningkatan pengetahuan keluarga
tentang komunikasi efektif, keterampilan orang tua dalam berkomunikasi efektif dengan
anak remajanya, serta perilaku An. S yang sudah mau untuk menceritakan hal pribadi
kepada orang tuanya. Pada evaluasi program keperawatan keluarga sangat efektif dalam
mengubah komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja karena orang tua lebih mau
mendengar supaya remaja banyak bicara serta menerima terlebih dahulu perasaan remaja
agar remaja lebih terbuka dan dihargai, sehingga ketidakefektifan koping keluarga
30
5.2 Saran
5.2.1 Institusi Pendidikan
Diharapkan penulisan ini dapat menjadi bahan acuan dalam mengatasi masalah
keluarga dengan koping keluarga tidak efektif.
31
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo &
Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.
Genogram
Data
DS: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jarang makan 3x/hari tentang gastritis pada klien anak E
Klien jarang sarapan dan jarang makan
malam
Klien lebih sering mengkonsumsi mie
instant dibandingkan makan nasi.
Klien menyukai makanan pedas
Klien suka minum minuman bersoda
sebelum makan
Klien mengatakan kalo sering merasa
perih di bagian ulu hati
Klien mengatakan sering mengalami
mual, bahkan sampai muntah jika belum
makan
Klien mengatakan kalau dirinya tidak ada
penyakit maag
DO:
Pada saat kunjungan ke rumah, klien
tampak mengkonsumsi mie instan dengan
menggunakan cabai yang banyak.
Pada saat kunjungan pukul 15, klien
tampak sibuk bermain game namun belum
makan siang
DS: Ketidakefektifan koping keluarga
Klien mengatakan orang tuanya sering
menuduh klien tanpa diberi kesempatan
menjelaskan.
Klien mengatakan orang tuanya sering
marah-marah kepada klien jika melakukan
kesalahan.
Ibu I mengatakan dirinya memang jarang
meminta penjelasan kepada anak E jika
melakukan kesalahan.
DO
Ibu I tampak sering menggunakan “pesan
kamu” kepada anaknya.
Anak E tampak melawan orang tuanya
pada saat Ibu I melakukan “pesan kamu”.
DS: Ketidakefektifan performa peran remaja
Ibu I mengatakan anak E cukup sering
pulang malam.
Anak E mengaku pernah merokok
Anak E mengatakan suka bermain game
online di warnet sampai malam hari
DO:
Klien melewati perawat dan orang tuanya
begitu saja tanpa permisi
P:
Menentukan diagnosa
23 Mei TUK 1 S:
2013 Menjelaskan tentang pengertian komunikasi, Keluarga mengatakan baru
komunikasi efektif, tujuan komunikasi mengetahui bahwa komunikasi
efektif, menjelaskan tentang langkah-langkah antara orang tua dengan remaja
dalam melakukan komunikasi efektif antara sangat mempengaruhi
orang tua dengan remaja. pertumbuhannya.
TUK 2 O:
a. Membantu keluarga dalam menentukan Klien menjawab pengertian
mengambil keputusan dengan cara komunikasi dan komunikasi
menyebutkan permasalahan akibat efektif dengan kurang tepat
komunikasi tidak efektif. Keluarga menjawab 2 dari 6
b. Mendemonstrasikan komunikasi efektif tujuan komunikasi efektif.
antara mahasiswa dengan mahasiswa. Keluarga menjawab langkah-
c. Meminta keluarga untuk langkah komunikasi efektif
meredemonstrasikan komunikasi efektif dengan tidak berurutan.
P:
Tetap memotivasi keluarga untuk
melakukan komunikasi efektif dan
melanjutkan ke TUK 4 dan 5
28 Mei Mengevaluasi kembali TUK 1 sampai TUK 3 S:
2013 TUK 4, memodifikasi lingkungan dengan Keluarga mengatakan bahwa yang
cara: terdekat dari mereka ada rumah
a. Menyebutkan cara memodifikasi sakit dan puskesmas, klinik, dan BP
lingkungan yang kondusif untuk konseling
b. Memanfaatkan kondisi lingkungan yang
kondusif. O:
Klien dapat mengulangi TUK 1
TUK 5 sampai TUK 3 dengan baik
a. Menggunakan fasilitas kesehatan yang Klien dapat menyebutkan 4
ada dengan cara menyebutkan 4 dari 6 pelayanan kesehatan
tempat pelayanan kesehatan yang ada di Klien mampu menyebutkan
sekitar tempat tinggal manfaat berkunjung ke fasilitas
b. Menyebutkan 1 dari 2 manfaat pelayanan kesehatan
berkungjung ke fasilitas pelayanan
Ya Tidak
1. kenakalan remaja
2. menimbulkan perubahan sikap pada
diri remaja.
3. anggota keluarga saling tertutup satu
sama lain
4. seringnya terjadi perceraian orang tua
5. anak remaja merasa kesepian
6. Keluarga mampu menyebutkan jenis-jenis √
komunikasi, yaitu:
1. komunikasi verbal
2. komunikasi non-verbal
7. Keluarga mampu menyebutkan 7 dari 12 √
hambatan dalam komunikasi, yaitu:
1. memerintah
2. menyalahkan
3. meremehkan
4. membandingkan
5. memberi cap
6. mengancam
7. menasihati
8. membohongi
9. menghibur
10. mengkritik
11. menyindir
12. menganalisa
8. Keluarga mampu mendemonstrasikan cara √
komunikasi yang efektif antara orang tua dan
remaja.
1. kondusif
2. tenang
3. privacy remaja terjaga
4. dilakukan di rumah sebaiknya
dilakukan di ruangan tertutup untuk
menjaga privacy
12. Keluarga mampu menyebutkan pelayanan √
kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga
untuk berkonsultasi:
1. Puskesmas (PKPR)
2. rumah sakit
3. klinik dokter
4. psikolog
5. Guru wali kelas
6. Guru BP
13. Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan √
untuk berkonsultasi mengenai masalah
komunikasi antara orang tua dengan remaja