Professional Documents
Culture Documents
Jawaban !
Penggantian Obat
Penggantian obat antiepilepsi pertama dilakukan jika :
a. Jika serangan terjadi kembali meskipun obat antiepilepsi pertama sudah
diberikan dengan dosis maksimal yang dapat ditoleransi, maka obat
antiepilepsi kedua harus segera dipilih.
b. Jika terjadi reaksi obat pertama baik efek samping, reaksi alergi ataupun
efek merugikan lainnya yang tidak dapat ditoleransi pasien.
c. Terapi dengan obat yang kedua harus dimulai dengan gambaran sebagai
berikut: pertama, dosis dari obat kedua harus dititrasi sampai pada range
dosis yang direkomendasikan. Obat yang pertama harus diturunkan secara
bertahap selama 1-3 minggu. Setelah obat yang pertama diturunkan, dosis
obat kedua (monoterapi) harus dinaikkan sampai serangan terkontrol atau
dengan efek samping yang minimal. Proses ini harus dilanjutkan sampai
monoterapi dengan dua atau tiga obat primer gagal. Setelah proses
tersebut dilakukan baru politerapi dipertimbangkan.
Politerapi
Kombinasi optimal dicapai dengan menggunakan obat-obat yang:
mempunyai mekanisme aksi berbeda, efek samping relatif ringan, indeks
terapi lebar, dan interaksi obat terbatas atau negatif. Kombinasi obat hanya
dipakai apabila semua upaya monoterapi telah dicoba. Apabila kombinasi dua
macam obat lini pertama tidak menolong, obat yang mempunyai efek lebih
besar dan efek samping lebih kecil tetap diteruskan, sementara obat yang lain
diganti diganti dengan obat dari kelompok lini kedua.
Apabila obat lini kedua tersebut efektif, dipertimbangkan untuk menarik
obat pertama. Sebaliknya, obat lini kedua tersebut harus dihentikan apabila
ternyata tidak juga efektif. Apabila upaya tersebut di atas gagal, kasus
tersebut mungkin tergolong dalam epilepsi refrakter, kasus epilepsi yang sulit
disembuhkan. Berbagai obat antiepilepsi (OAE) dapat terus dicoba pada
kasus itu, atau dipertimbangkan untuk tindakan bedah.
Terapi operatif
Apabila dengan berbagai jenis OAE dan adjuvant tidak memberikan hasil
sama sekali, maka terapi operatif harus diperimbangkan dalam satu dasawarsa
terakhir, tindakan operatif untuk mempercepat untuk mengatasi epilepsy
refrakter makin banyak dikerjakan. Operasi yang paling aman adalah reseksi
lobus temporalis bagian anterior. Lebih kurang 70-80% penderita yang
mengalami operasi terbebas dari serangan, walaupun diantaranya harus
minum obat OAE. Pendekatan teknik operasi lainnya adalah reseksi korteksi
otak, hemisferektomi, dan reseksi multilobular pada bayi dan pembedahan
korpus kalosum.
Epilepsi lobus temporal adalah jenis epilepsi fokal yang potensial untuk
resisten terhadap pengobatan. Epilepsi lobus temporal yang tidak merespons
obat dapat meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup dengan menjalani
operasi dari bagian lobus temporal dari otak, Meskipun obat anti-epilepsi
tersedia saat ini, 20 persen sampai 40 persen dari semua pasien dengan
epilepsi tidak memberikan respon terhadap manajemen medis.
Alternatif bentuk pengobatannya adalah lobus temporal resection
(prosedur dimana jaringan otak pada lobus temporal dipotong). Pasien
menjadi bebas kejang setelah dilakukan reseksi lobus temporal anterior
(reseksi ke arah depan) untuk mengurangi tingkat kematian terhadap pasien
terus mengalami kejang. Keuntungan reseksi anterior lobus temporal adalah
untuk meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup.
Untuk pasien dengan epilepsi lobus temporal pharmacoresistant, hasil ini
memberikan perspektif tambahan untuk membandingkan manfaat relatif dari
operasi epilepsi dengan manajemen medis lanjutan, waktu yang tepat untuk
dilakukannya operasi sangat penting, karena pada usia yang lebih tua
kemungkinan untuk bebas kejang lebih rendah. Setelah reseksi lobus anterior
temporal, Referral untuk program bedah epilepsi harus dipertimbangkan
apabila telah terjadi toleransi pada minimal 2 obat antiepilepsi yang telah
dicoba pada dosis maksimum. Kerugian pembedahan lobus tempoaral pada
epilepsi yaitu akan terjadi penurunan yang signifikan dalam memori verbal.
Jenis kehilangan memori dikaitkan dengan belajar dan mengingat.
2. Diagnosis banding
a. Sinkope, dapat bersifat kardiogenik, hipovolemik, hipotensi, dll. Sinkope
ialah keadaan kehilangan kesadaran sepintas akibat kekurangan
alirandarah ke dalam otak dan anoksia. Pada fase permulaan, penderita
menjadi gelisah, tampak pucat, berkeringat, merasa pusing, pandangan
mengelam. Kesadaran menurun secara berangsur, nadi melemah, tekanan
darah rendah.
b. Hipoglikemia : Hipoglikemia didahului rasa lapar, berkeringat, palpitasi,
tremor, mulut kering.Kesadaran dapat menurun perlahan-lahan.
c. Histeria : Kejang fungsional atau psikologis sering terdapat pada wanita
7-15 tahun. Serangan biasanya terjadi di hadapan orang-orang yang hadir
karena ingin menarik perhatian.Jarang terjadi luka-luka akibat jatuh,
mengompol, atau perubahan pasca serangan seperti terdapat pada
epilepsy. Gerakan-gerakan yang terjadi tidak menyerupai kejang
tonik klonik, tetapi bias menyerupai sindroma hiperventilasi.
d. Keracunan : Keracunan alcohol, obat tidur, penenang, menyebabkan
kesadaran menurun.Pada keadaan ini penurunan kesadaran berlangsung
lama yang mungkin pula di dapati pada epilepsy.
e. Transient Ischemic Attact : Serangan ini dibedakan dari kejang dengan
durasi lebih lama, kurangnya menyebar, dan gejala. Tingkat kesadaran,
yang tidak berubah, tidak membedakan mereka. Ada kehilangan motor
atau fungsi sensorik (misalnya, kelemahan atau mati rasa) dengan
serangan iskemik transien, sedangkan gejala positif (misalnya, kejang
atau parestesia menyentak) ciri kejang.
f. Imbalance Elektrolit : Manifestasi klinis ketidakseimbangan elektrolit
pada susunan sarf pusat secara umum adalah gangguan fungsional otak,
dan tidak berhubungan dengan perubahan morfologik jaringan otak. Oleh
karena itu manifestasi neurologis pada gangguan elektrolit bersifat
reversibel. Kejang sering bersifat tonik klonik walaupun dapat berupa
bangkitan lain. Kejang biasanya terjadi pada pasien kelainan kadar
natrium, hipokalemia, hipomagnesium.
g. Viral encephalitis : suatu proses inflamasi akut pada otak. Proses ini
jarang terbatas pada otak saja sehingga sering digunakan istilah
meningoensefalitis. Tanda utamanya adalah demam, nyeri kepala, dan
perubahan tingkat kesadaran, tanda lainnya fotofobia, bingung, dan
kadang disertai kejang
DAFTAR PUSTAKA