Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
MAFTUHAH
7414009
1. Masalah Utama
Defisit Perawatan Diri
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000).
Tanda dan Gejala :
Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien
laki-laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan.
Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan
makana tidak pada tempatnya
Ketidakmampuan eliminasi sevara mandiri, ditandai dengan buang air
besar atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak
membersihakan diri dengan baik setelah BAB/BAK
b. Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut : kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
a) Fisik
Badan bau, pakaian kotor.
Rambut dan kulit kotor.
Kuku panjang dan kotor
Gigi kotor disertai mulut bau
Penampilan tidak rapi
b) Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif.
Menarik diri, isolasi diri.
Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c) Sosial
Interaksi kurang
Kegiatan kurang
Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
Cara makan tidak teratur
BAK dan BAB di sembarang tempat
3. Pohon masalah
Isolasi sosial
5. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
b. Isolasi Sosial
c. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
6. Strategi Pelaksanaan
Diagnosa keperawatan :Defisit perawatan diri
Tujuan khusus : Klien mampu melakukan kebersihan diri sendiri secara mandiri.
Tindakan keperawatan : (SP 1)
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
3. Membantu klien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
4. Menganjurkan klie memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Proses Pelaksanaan Tindakan
Orientasi
1. Salam terapetik : ”Selamat pagi S.”
2. Evaluasi/ validasi: ”Bagaimana perasaan S hari ini?”
3. Kontrak (topik, waktu, tempat): ”Sesuai janji kita kemarin, sekarang kita ketemu
lagi. Kita mau bicara masalah kebersihan diri ya. Mau mengobrol berapa lama? 20
menit? Mau mengobrol di mana? Di teras? Baiklah.”
Kerja
“Berapa kali S mandi dalam sehari? Apakah S sudah mandi hari ini? Menurut S apa
kegunaan mandi? Apa alasan S sehingga tidak bisa merawat diri dengan bersih?
Menurut S, apa manfaatnya kalua kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-
tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya? Gatal, kulit
berminyak, mulut bau, kepala berketombe.. Apa lagi? Kalau kita tidak menjaga
kebersihan diri, penyakit apa yang akan muncul? Betul, kudis, panu, ketombe, dll..
Apa lagi?” “Apa yang S lakukan untuk merawat rambut? Kapan saja S keramas?
Pakai samphoo tidak? Berapa kali Sikat gigi dalam sehari? Kapan saja waktunya? Di
mana biasanya S BAB dan BAK?Setelahnya disiram tidak? Berapa gayung air untuk
memnyiramnya? Menurut S, kalau mau mandi apa saja yang perlu dipersiapkan?”
“Nah, sekarang kita ke kamar mandi. Kita akan latihan cara menggosok gigi dengan
benar dan bersih hasilnya ya. Sekarang siapkan sikat gigi S. Ambil pasta gigi.
Kumur-kumurlah. Lalu, sikat gigi dengan arah dari atas ke bawah dan dari bawah ke
atas. Bagus. Sekarang kumur-kumur lagi sampai bersih ya.. (dst)”
Terminasi
1) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan : a) Evaluasi Subjektif
”Bagaimana perasaan S setelah kita bercakap-cakap dan latihan tentang perawatan
diri tadi?”b) Evaluasi Objektif ”Coba sebutkan lagi cara-cara mandi yang benar dan
bersih seperti yang S sudah lakukan?Bagus!”
2) Rencana lanjut klien ”Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian S ya.”
3) Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat) ”Nanti kita ketemu lagi jam
11.30. Bagaimana? Kita akan mengobrol selama 20 menit dan membicarakan lagi
jadwal kegiatan perawatan diri S ya. Mau mengobrol dimana nanti Disinilagi?
Baiklah sampai ketemu nanti ya. Selamat pagi.
7. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri
Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Intervensi
a. Berikan salam setiap berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h. Penuhi kebutuhan dasar klien.
TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi
A. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
B. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis
Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta :
Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
Menarik diri dipengaruhi oleh faktor perkembangan dan sosial budaya. Faktor
perkembangan yang terjadi adalah kegagalan individu sehingga terjadi tidak percaya
pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang
lain dan gangguan konsep diri, dimana klien merasa dirinya tidak berharga.
Menarik diri dapat juga disebabkan oleh perceraian, putus hubungan, peran
keluarga yang tidak jelas, orang tua pecandu alkohol dan penganiayaan anak. Resiko
dari perilaku menarik diri adalah terjadinya perubahan persepsi sensori (halusinasi).
Manifestasi klinik pada klien dengan menarik diri adalah apatis, ekspresi sedih, afek
tumpul, menyendiri, banyak diam diri di kamar, menunduk, menolak hubungan dengan
orang lain, perawatan diri kurang, posisi tidur seperti janin (menekur).
b. Data subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan
singkat ya atau tidak.
V. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perubahan persepsi sensori : halusinasi… berhubungan dengan menarik diri
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
VI. Strategi Pelaksanaan
Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
Tujuan khusus:
Klien dapat bersosialisasi/berinteraksi dengan orang lain yang ada di lingkungannya.
Tindakan keperawatan: (SP 1)
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien
2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang
lain dalam jadwal kegiatan harian.
Proses Pelaksanaan Tindakan
Orientasi
1. Salam terapeutik:
“Selamat pagi, X!”
2. Evaluasi/validasi:
”Bagaimana perasaan X saat ini? Masih ingat khan sama suster?”
3. Kontrak:
a. Topik : “Apakah ada keluhan hari ini? Bagus. Bagaimana kalau kita bercakap-
cakap tentang keluarga dan teman-teman X?”
b. Waktu : “Kita akan selama 20 menit saja. Bagaimana apa X setuju? Baiklah.”
c. Tempat: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di bangku taman saja?”
Kerja
“Apa yang X rasakan selama dirawat di sini? Ada tidak yang X kenal di ruangan
ini? Coba sebutkan siapa saja orang-orang yang X kenal di ruangan ini!”
“Apa saja kegiatan yang biasa X lakukan dengan teman-teman yang X kenal?”
“Apa yang menghambat X dalam berteman dengan orang lain, misalnya perawat
atau pasien lain?”
“Menurut X, apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman? Coba
sekarang kita catat ya. Wah, benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai
klien dapat menyebutkan lebih dari 5 keuntungan).”
“Nah, kalau kerugiannya bila kita tidak memiliki teman apa ya, X? Ya, apa lagi?
(sampai klin dapat menyebutkan beberapa).”
“X bisa lihat sekarang, ternyata kerugian tidak memiliki teman sangat banyak.
Tapi, jika kita punya teman maka keuntungannya akan lebih banyak. Kalau
begitu, apakah X ingin belajar berteman dengan orang lain? Bagus. Bagaimana
kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain? Tn AA setuju,
baiklah.” “Begini cara berkenalan dengan orang lain : kita sampaikan kalau kita
mau kenalan sambil mengulurkan tangan untuk menjabat, lalu sebutkan dahulu
nama kita, nama panggilan kita, asal daerah/suku kita, dan hobi kita. Contoh :
(sampaikan kalau mau kenalan sambil mengulurkan tangan untuk menjabat)
Nama saya Amye Hutagalung. Saya senang dipanggil Amye. Saya berasal dari
Medan, Sumatera Utara. Hobi saya adalah membaca dan menyanyi. Selanjutnya,
X menanyakan balik kepada teman. Contohnya : Nama Anda siapa? Senang
dipanggil apa? Asal Anda dari daerah mana? Hobi apa yang Anda miliki?”
“Ayo, X. Misalnya X belum kenal dengan saya. Coba berkenalan dengan saya.”
“Iya, bagus sekali. Coba sekali lagi! Bagus.”
“Setelah X kenal dengan orang tersebut, X bisa melanjutkan percakapan tentang
topik yang menyenangkan untuk X bicarakan bersama dengan teman. Misalnya,
tentang cuaca mendung, tentang olahraga, tentang keluarga, pekerjaan, dan lain
sebagainya.”
Terminasi
1. Evaluasi subjektif :
”Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan hari ini? Bagaimana kalau
kita masukkan cara ini ke dalam jadwal kegiatan harian X?
Evaluasi objektif :
” Coba X sebutkan lagi tahap-tahap cara berkenalan dan bercakap-cakap dengan
orang lain. Bagus sekali.”
2. Rencana tindak lanjut :
”Setelah saya tinggal, X bisa mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama
saya tidak bersama X ya. Sehingga, X lebih siap untuk berkenalan langsung
dengan orang lain. X mau mempraktekkan berkenalan dan bercakap-cakap
dengan orang lain? Baiklah.”
3. Kontrak yang akan datang :
a. Topik: “Bagaimana kalau pada pertemuan selanjutnya Senin, 08 Februari 2010,
kita berbincang-bincang lagi mengenai latihan/praktek berkenalan dan bercakap-
cakap dengan orang lain.”
b. Waktu : “X kapan mau bertemu lagi dengan saya? Bagaimana kalau nanti jam
11.30 WIB?”
c. Tempat : ”X mau ngobrol-ngobrol di mana? Bagaimana kalau di sini lagi saja.
Apakah X bersedia? Baiklah. Sampai ketemu lagi.”
VII. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Tujuan umum : tidak terjadi perubahan persepsi sensori : halusinasi
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
4.1. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin
perawat sama
4.2. Motivasi/temani klien untuk berkenalan dengan orang lain
4.3. Tingkatkan interaksi secara bertahap
4.4. Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
4.5. Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
4.6. Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik
5. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
1. Stuart GW, Sundeen SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
2. Keliat BA. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
3. Aziz R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
4. Tim Direktorat Keswa. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Bandung :
RSJP Bandung. 2000
5. Boyd MA, Nihart MA. Psychiatric Nursing : Contemporary Practice. Philadelphia :
Lippincott-Raven Publisher. 1998
LAPORAN PENDAHULUAN
Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri (self
esteem) dan keutuhan keluarga dapat merupakan penyebab terjadinya halusinasi.
Ancaman terhadap harga diri dan keutuhan keluarga meningkatkan kecemasan. Gejala
dengan meningkatnya kecemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur
persepsi, mengenal perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri
menurun, sehingga segala sesuatu diartikan berbeda dan proses rasionalisasi tidak
efektif lagi. Hal ini mengakibatkan sulit untuk membedakan mana rangsangan yang
berasal dari pikirannya sendiri dan mana yang dari lingkungan..
1. Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
4. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll. Pada klien yang dirawat
dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan :
pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pemasangan kateter, pemeriksaan perianal, dll), harapan akan struktur, bentuk dan
ffungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas
yang tidak menghargai.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama..
III. Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri
Berduka disfungsional
b. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
V. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka
disfungsional.
VI. Strategi Pelaksanaan
Diagnosa Keperawatan : Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
b. Klien dapat menilai kemampuan pasien yang dapat digunakan
c. Klien dapat memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
d. Klien dapat berlatih sesuai dengan kemampuan yang dipilih
e. Klien dapat pujian yang wajar terhadap keberhasilan yang dicapai
f. Klien dapat memasukkan kegiatannya ke dalam jadwal harian pasien
Tindakan Keperawatan
SP1 HDR
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang dapat digunakan
3) Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
pasien
4) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
Orientasi
1. Salam terapetik
”Selamat pagi, Ibu R. Saya suster Amye Hutagalung. Hari ini saya yang akan
menemani ibu.”
2. Evaluasi/validasi
”Apa yang Ibu rasakan sekarang?”
3. Kontrak (topik, waktu, tempat)
”Ibu, hari ini kita akan ngobrol-ngobrol. Bagaimana kalau kita ngobrol tentang kegiatan
yang ibu sukai?”
Kerja
”Bu R, kegiatan apa yang ibu senangi? Apa ibu suka memasak dan merapikan tanaman?
”Ya, bagus sekali kegiatannya. Selain itu ada lagi tidak? Ayo coba ibu ingat-ingat lagi.”
”Nah, kegiatan itu bisa dilakukan di sini lho. Nyapu, olahraga, dan nyuci piring bisa
lho.”
”Ayo, kita coba sekarang nyapu ya. Iya, bagus sekali ibu. Ibu bisa melakukannya
dengan baik.”
”Sekarang, kita buat lagi jadwal kegiatan yang baru. Kita masukin ke daftarnya yuk.
Kita buat sama-sama yuk.”
Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi Subjektif
”Bagaimana perasaan Ibu setelah ngobrol-ngobrol tadi?”
2) Evaluasi Objektif
”Bu tadi kita sudah bicara banyak tentang kegiatan yang disukai Ibu. Bisa Ibu sebutkan
lagi?”
2. Rencana lanjut klien
”Nah, Ibu bisa melakukan semua kegiatan ini sesuai dengan jadwal yang kita susun
tadi. Suster akan liat ya.”
3. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)
”Bagaimana kalau nanti kita ketemu lagi seperti ini? Kita latihan merapikan tanaman
ya. Kita akan ketemu lagi jam setengah 2 ya.”
VII. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien
akan meningkat harga dirinya.
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik
pembicaraan)
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab
serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo.
2003
Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia : Lipincott-
Raven Publisher. 1998
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung :
RSJP Bandung. 2000
LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM
3. A. POHON MASALAH
Perubahan proses
pikir : waham
Tujuan Umum
Orientasi
a. Salam terapeutik: “Hallo, selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Amye Hutagalung,
panggil saya Amye saja, saya mahasiswa Keperawatan Universitas Indonesia, saya bertugas
disini selama 5 kali pertemuan.
b. Evaluasi/validasi: Bagaimana kabar bapak hari ini? Aduh bapak hari ini tampak segar
sekali? Sudah makan pagi apa belum? Menunya masih ingat apa tadi ?”
c. Kontrak (topik, waktu, tempat): “ Hari ini kita akan bincang-bincang untuk lebih saling
mengenal, waktunya ± 15 menit cukup tidak pak?”. Dimana kita bicara? Bagaimana kalau
sambil duduk di teras?”
Kerja
“ Pak tidak usah kawatir karena kita berada di tempat yang aman. Saya dan perawat-perawat
di sini akan selalu menjadi teman dan membantu Bapak”
“Bapak, bisa saya tahu sekarang identitas Bapak, baik alamat, keluarga, hobi atau mungkin
keinginan sekarang?”
“Wah terima kasih Bapak karena sudah mau berkenalan dengan saya dan sekarang saya akan
memberitahu identitas saya, Bapak mau kan mendengarkan?”
“Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman, jadi Bapak tidak perlu
sungkan lagi bila ada masalah bisa diceritakan pada saya, Bapak mau kan berteman dengan
saya?”
Terminasi
“Saya sangat senang bisa berkenalan dengan Bapak dan Bapak sudah bisa mengungkapkan
perasaan dengan baik dan mau berkenalan dan berteman dengan saya.”
“Besok kita ketemu lagi ya? Dan bincang-bincang lagi tentang cara mempraktekkan
membina hubungan dengan orang lain dan membicarakan kemampuan yang bapak miliki ,
jam 10.30 WIB, tempatnya disini lagi, bagaimana bapa parmin setuju?”
“Baiklah, saya minta pamit dulu, terimakasih, sampai bertemu besok ya?”
5. RENCANA KEPERAWATAN
a. Tujuan umum : sesuai masalah (problem).
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
1.1. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
topik, waktu, tempat).
1.2. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu
dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
1.3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
1.4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan
diri
Perilaku kekerasan/amuk
Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping)
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu)
Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
Resiko bunuh diri
Sedih
Marah
Putus asa
Tidak berdaya
Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal
2. Penyebab
Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah.
Terbagi menjadi:
1. Faktor Genetik
1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang
menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan
mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
Faktor Biologis lain:
Stroke
Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)
DiabetesPenyakit arteri koronaria
Kanker
HIV / AIDS
Faktor Psikososial & Lingkungan:
Keputusasaan
Menyalahkan diri sendiri
Perasaan gagal dan tidak berharga
Perasaan tertekan
Insomnia yang menetap
Penurunan berat badan
Berbicara lamban, keletihan
Menarik diri dari lingkungan social
Pikiran dan rencana bunuh diri
Percobaan atau ancaman verbal
C. POHON MASALAH
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.
Koping maladaptive
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
b) Tindakan keperawatan
Melindubgi pasien dengan cara:
Daftar Pustaka
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.