You are on page 1of 14

ANATOMI DAN FUNGSI SALURAN PERNAFASAN

Disusun oleh :
KELOMPOK 1
1. ACHMAD LUTFI
2. AGUNG ADI
3. AGUNG SAMSU
4. AGUS SUPRIYANTO
5. ANIS ARUM
6. ATIEK MIMIILIA
7. AYU ERVINA
8. AYUNITA KUSUMANINGTYAS
9. CHRYSTIN INDIANA
10. DARYANTO
11. DEWI MARLINA
12. DEWI PUJI ERNAWATI
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan
Ana Nurkhasanah Thursday, October 15, 2015 Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia

A. Latar belakang
Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil oksigen dari atmosfer kedalam sel-
sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke
atmosfer. Organ–organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi wicara dan berperan dalam
keseimbanga asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan hormonal
tekanan darah.

B. Mekanisme pernapasan
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan
tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut
tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu
pernapasan luar
dan dalam.
Pernapasan luar (respirasi eksternal) adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara
dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam (respirasi internal)
adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara
dalam rongga dada dengan tekanan udara diluar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih
besar, maka udara akan masuk. Sebaliknya apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar
maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan pernapasan perut terjadi secara
bersamaan.
1. Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya
dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Fase inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar,
akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga
udara luar yang kaya oksigen masuk
b. Fase ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula
yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya,
tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara
dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
2. Pernapasan perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot
diafragma yang membatasi rongga perut dada.
Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni :
a. Fase inspirasi
Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada
membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
b. Fase ekspirasi.
Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula,
mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya
udara keluar dari paru-paru.
Beberapa fungsi pernafasan antara lain adalah:
1. Mengambil oksigen yang kemudian dabawa oleh darah keseluruh tubuh.
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran pernafasan kemudian
dibawa oleh darah ke paru-paru untuk di buang ke luar tubuh.

C. Anatomi fisiologis system pernapasan


Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan
mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung -
faring – laring - trakea -bronkus - paru-paru (bronkiolus dan alveolus).
Adapun alat-alat pernapasan pada manusia adalah sebagai berikut :
1. Alat pernafasan atas
a. Rongga hidung (cavum nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar
keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk
lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi
menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai
banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.
Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga udara
yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap. Udara bebas tidak hanya
mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida (co2),
belerang (s), dan nitrogen (n2). Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra
pembau yang sangat sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari
menghirup gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri dan
bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke faring.
b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran
pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita
suara (pita vocalis).masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan
terdengar sebagai suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan
karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita
akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan
sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
c. Laring
Laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara
melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Laring
berparan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya
makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat, antara lain oleh benda asing ( gumpalan makanan
), infeksi ( misalnya infeksi dan tumor)
2. Alat pernafasan bawah
a. Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10-12 cm dengan diameter 2,5 cm, terletak
sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku,
dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini
berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
Trakea tetap terbuka karena terbentuk dari adanya 16-20 cincin kartilao berbentuk huruf c yang
membentuk trakea.
b. Cabang-cabang bronkus
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus primer (kanan dan kiri).
Bronkus kiri lebih tinggi dan cenderung horizontal daripada bronkus kanan, karena pada
bronkus kiri terdapat organ jantung. Bronkus kanan lebih pendek dan tebal dan bentuknya
cenderung vertical karena arcus aorta membelokkan trakea kebawah.
Masing-masing bronkus primer bercabang lagi menjadi 9-12 cabang untuk membentuk bronkus
sekunder dan tersier (bronkiolus) dengan diameter semakin menyempit.
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya
tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari
lumen dengan sempurna.
c. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh
otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada
dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam
yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura
parietalis).
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang
berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk
secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah.
Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat
lebar untuk pertukaran gas.
Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm,
dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus ini memiliki gelembung-
gelembung halus yang disebut alveolus. Bronkiolus memiliki dinding yang tipis, tidak bertulang
rawan, dan tidak bersilia.
Gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam campuran,
terlepas dari keberadaan gas lain (hukum dalton). Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan,
tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk
kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus
kantung udara (alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu
sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus
berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya
difusi gas pernapasan.

D. Mekanisme pernafasan / ventilasi paru


Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari paru-paru. Jumlahnya sekitar 500 ml
ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastic serta persyarafan yang
utuh. Otot pernafasan insprirasi utama adalah diafpragma. Diafpragma di persyaraf oleh syaraf
frenik, yang keluar dari medulla spinalis pada vetebra servikal ke empat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karna adanya perbedaan tekanan udara antara
intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan interapleura. Salah satu
fase dari ventilasi paru adalah inspirasi yaitu gerakan perpindahan udara masuk ke dalam paru-
paru dan fase lainnya adalah ekspirasi yaitu gerakan perpindahan udara meninggalkan paru-
paru.
1. Prinsip dasar
a. Toraks adalah rongga tertutup kedap udara disekeliling paru-paru yang terbuka ke atmosper
hanya melalui jalur sistem pernapasan :
b. Pernafasan adalah proses inspirasi (inhalasi) udara kedalam paru-paru dan ekspirasi (ekshalasi)
udara dari paru-paru ke lingkungan luar tubuh.
c. Sebelum inspirasi dimulai, tekanan udara atmosper (sekitar 760 mmhg) sama dengan tekanan
udara dalam alveoli yang disebut sebagai tekanan intra-alveolar (intra pulmonar).
d. Tekanan intra poleura dalam rongga pleura (ruang antar pleura) adalah tekanan sub-atmosper,
atau kurang dari intra-alveolar.
e. Peningkatan atau penurunan volume rongga toraks mengubah tekanan intra pleura dan intra-
alveolar yang secara mekanik menyebabkan pengembangan atau pengempisan paru-paru
2. Inspirasi
Tepatnya proses inspirasi adalah sebagai berikut; diafragma berkontraksi, bergerak ke
arah bawah, dan mengembangkan rongga dada dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta
eksternal menarik iga ke atas dan ke luar, yang mengembangkan rongga dada ke arah samping
kiri dan kanan serta ke depan dan ke belakang.
Dengan mengembangnya rongga dada, pleura parietal ikut mengembang. Tekanan
intrapleura menjadi makin negatif karena terbentuk isapan singkat antara membran pleura.
Perlekatan yang diciptakan oleh cairan serosa, memungkinkan pleura viseral untuk
mengembang juga, dan hal ini juga mengembangkan paru-paru.
Dengan mengembangnya paru-paru, tekanan intrapulmonal turun di bawah tekanan
atmosfir, dan udara memasuki hidung dan terus mengalir melalui saluran pernapasan sampai
ke alveoli. Masuknya udara terus berlanjut sampai tekanan intrapulmonal sama dengan
tekanan atmosfir; ini merupakan inhalasi normal. Tentu saja inhalasi dapat dilanjutkan lewat
dari normal, yang disebut sebagai napas dalam. Pada napas dalam diperlukan kontraksi yang
lebih kuat dari otot-otot pernapasan untuk lebih mengembangkan paru-paru, sehingga
memungkinkan masuknya udara lebih banyak.
Otot-otot inspirasi memperbesar rongga toraks dan meningkatkan volumenya dimana
otot-otot yang berkontraksi adalah :
a. Diafragma, yaitu otot berbentuk kubah yang jika sedang rileks akan memipih saat berkontraksi
dan memperbesar rongga toraks kearah inferior.
b. Otot intrerkostal eksternal mengangkat iga keatas dan kedepan saat berkontraksi sehingga
memperbesar rongga toraks kearah anterior dan superior.
c. Dalam pernafasan aktif atau pernafasan dalam, otot-otot sternokleidomastoid, pektoralis
mayor, serratus-anterior, dan otot skalena juga akan memperbesar rongga toraks.
3. Ekspirasi
Ekspirasi atau yang juga disebut ekshalasi dimulai ketika diafragma dan otot-otot
interkosta rileks. Karena rongga dada menjadi lebih sempit, paru-paru terdesak, dan jaringan
ikat elastiknya yang meregang selama inhalasi, mengerut dan juga mendesak alveoli. Dengan
meningkatnya tekanan intrapulmonal di atas tekanan atmosfir, udara didorong ke luar paru-
paru sampai kedua tekanan sama kembali.
Perhatikan bahwa inhalasi merupakan proses yang aktif yang memerlukan kontraksi
otot, tetapi ekshalasi yang normal adalah proses yang pasif, bergantung pada besarnya
regangan pada elastisitas normal paru-paru yang sehat. Dengan kata lain, dalam kondisi yang
normal kita harus mengeluarkan energi untuk inhalasi tetapi tidak untuk ekshalasi.
Namun begitu kita juga dapat mengalami ekshalasi diluar batas normal, seperti ketika
sedang berbicara, bernyanyi, atau meniup balon. Ekshalasi yang demikian adalah proses aktif
yang membutuhkan kontraksi otot-otot lain.
Otot-otot ekspirasi menurunkan volume rongga toraks. Ekspirasi pada pernafasan yang
tenang dipengaruhi oleh relaksasi otot dan disebut proses pasif. Pada ekspirasi dalam, otot
interkostal internal menarik kerangka iga ke bawah dan otot abdomen berkontraksi sehingga
mendorong isi abdomen menekan diafragma.
Kepatenan ventilasi tergantung pada empat factor :
a. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan menghalangi masuk
dan keluarnya dari dan ke paru-paru
b. Adekuatnya system syaraf pusat dan pusat pernafasan
c. Adekuatnya pengembangan dan pengempesan peru-peru
d. Kemampuan oto-otot pernafasan seperti diafpragma, eksternal interkosa, internal interkosa,
otot abdominal.
Ventilasi paru mengacu kepada pergerakan udara dari atmosfir masuk dan keluar paru.
Ventilasi berlangsung secara bulk flow. Bulk flow adalah perpindahan atau pergerakan gas atau
cairan dari tekanan tinggi ke rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi antara lain :
a. Tekanan
b. Resistensi bronkus
c. Persyarafan bronkus

E. Volume dan kapasitas paru-paru


1. Volume
a. Volume tidal adalah volume udara yang masuk dan keluar paru-paru selama ventilasi normal
biasa. Berkisar 500 ml untuk laki-laki dan 380 ml untuk perempuan.
b. Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang masuk ke paru-paru dengan
inspirasi maksimum diatas inspirasi tidal. Berkisar 3100 ml pada laki-laki dan 1900 ml pada
perempuan.
c. Volume cadangan ekspirasi adalah volume ekstra udara yang dapat ekstra kuat yang dapat
dikeluarkan pada akhir ekspirasi normal. Biasanya 1200 ml pada laki-laki dan 800 ml pada
perempuan.
d. Volume residua adalah volume udara sisa dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi kuat.
Rata-rata pada laki-laki berkisar 1200 ml dan perempuan 1000 ml.
2. Kapasitas
a. Kapasitas residual fungsional adalah penambahan volume residua dan volume cadangan
ekspirasi. Nilai rata-rata 2200 ml.
b. Kapasitas inspirasi adalah penambahan volume tidal dan volume cadangan inspirasi. Nilai rata-
rata adalah 3500 ml.
c. Kapasitas vital adalah penambahan volume, vci dan vce. Rata-rata berkisar 4500 ml.
d. Kapasitas total adalah jumlah seluruh udara yanga da diparu-paru. Rata-rata berkisar 5700 ml.

F. Sirkulasi paru
Sirkulasi paru adalah darah si oksigenesi yang mengalir pada arteri pulmonaris dari sisi
kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut seta dalam proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan arveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9%
dari curah jantung total. Tekanan dan resistensi terhadap aliran di dalam sirkulasi paru sangat
rendah, dengan tekanan paru merata sekitar 12 mmhg dibandingkan dengan tekanan sistemik
merata yang besarnya sekitar 90 mmhg. Sirkulasi paru bersifat sangat fleksibel dan dapat
mengakomodasi variasi volume darah yang besar. Dengan demikian, sirkulasi paru dapat
berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah yang dapat dipanggil sewaktu-waktu apabila
terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.

G. Bentuk dari pernafasan


Bentuk dari pernafasan secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Proses pernafasan pulmonal atau paru-paru (external)
Pernafasan externa adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada pernafasan
melalui paru-paru atau penafasan externa, oksigen didapatkan melalui hidung dan mulut, pada
waktu bernafas oksigen mesul melalui trachea dan pipa bronchial ke alveoli dan berhubungan
erat dengan darah di kapiler pulmonalis. Hanya satu lapis membrane, yaitu membrane alveoli-
kapiler, memisahkan oksigen dan darah oksigen menembus membrane ini dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah di bawa ke jantung. Dari sini di pompa di dalam arteri ke seluruh
bagian tubuh. Didalam paru-paru karbon dioksida merupakan hasil buangan yag menembus
membrane alveoli. Dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada
mulut dan hidung. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmhg dan pada
tingkat hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. Empat proses berhubungan dengan pernafasan
paru-paru atau pernafasan externa :
a. Ventilisasi pulmorter, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara
luar.
b. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh,
karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
c. Distribusi arus udar dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat
mencapai semua bagian tubuh.
d. Difusi gas yang menembusi membrane pemmisah alveoli dan kapiler. Karbondioksida lebih
mudah berdifusi dapi pada oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima
jumlah tepat co2 dan o2. Pada waktu gerak badan lebih banyak, darah dating ke paru-paru
membawa terlalu banyak co2 dan terlampau sedikit o2, jumlah co2 tidak dapat di keluarkan,
maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernafasan
dalam otak untuk memperbesar dan didalam pernafasan.penambahan fentilasi yang dengan
demikian terjadi mengeluarkan co2 dan memungut lebih benyak o2.
2. Proses pernafasan jaringan (internal)
Darah yang telah dijernihkan hemoglobinnya dengan oksigen (oxihemoglobin), mengitari
seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel
jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan sel melakukan oksidasi
pernafasan, sebagai gantunya hasil dari oksidasi yaitu karbondioksida.
Perubahan-parubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam olveoli, yang
disebabkan pernafasan externa dan interna.
Udara yang di hirup: nitrogen (79%), oksigen (20%), karbondioksida (0-0,4%). Udara yang
masuk ke alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer.
Udara yang dihembuskan: nitrogen(79%), oksigen(16%), karbondoiksida ( 4-0.4%).

H. Prinsip pertukaran gas


1. Pertukaran gas pulmonary
Pertukaran gas mencakup dua proses yang independen, pernapasan eksternal
pertukaran gas antara alveoli dengan aliran darah dan pernapasan pertukaran gas antara
kapiler dalam tubuh. Kedua proses tersebut perpindahan gas dari tempat mencakup
perpindahan gas melalui difusi yang berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi lebih
rendah. Kecepatan perpindahan gas ini bergantung pada konsentrasi (kepekatan) atau pada
tekanan yang dikeluarkan oleh gas (tekanan parsial). Secara umum udara yang kita hirup (dari
atmosfir bumi) sebenarnya merupakan campuran yang mengandung kira-kira 21% oksigen,
0,04% karbon dioksida, dan 78% nitrogen. (scanlon, 1995).
Tekanan parsial (yang juga dikenal dengan hukum dalton) adalah tekanan yang
dikeluarkan oleh salah satu dari sembarang gas dalam suatu campuran gas-gas yang secara
langsung berhubungan dengan konsentrasi gas tersebut dalam campuran dan dengan tekanan
total campuran gas. Tekanan parsial, kadang cukup disebut tension mempunyai simbol p dan
satuan mm hg.
Tekanan parsial suatu gas dapat dihitung dengan mengalikan persentase gas dimaksud
dengan tekanan total atmosfir dalam kondisi standar (760 mm hg). Perhatikan contoh berikut
konsentrasi gas oksigen dalam atmosfir adalah 21 %, maka tekanan parsial oksigen [po2] adalah
21 % x 760 mm hg = 159,6 mm hg. Jadi dengan demikian tekanan parsial oksigen 21 % adalah
159,6 mm hg.
Udara di dalam alveoli mempunyai kandungan po2 tinggi dan pco2 rendah. Darah di
dalam kapiler pulmonal, yang berasal langsung dari tubuh, mempunyai kandungan po2 rendah
dan pco2 tinggi. Itulah sebabnya, dalam pernapasan eksternal oksigen akan berdifusi dari udara
di dalam alveoli ke dalam darah, dan karbon dioksida berdifusi dari darah ke dalam udara di
dalam alveoli. Darah yang kembali dari jantung sekarang mempunyai kandungan po2 yang
tinggi dan pco2 yang rendah dan dipompakan oleh ventrikel kiri ke dalam sirkulasi sistemik.
Darah arteri yang mencapai kapiler sistemik mempunyai kandungan po2 yang tinggi dan
pco2 yang rendah. Sel tubuh dan cairan jaringan mempunyai po2 rendah dan pc02 tinggi karena
sel-sel secara kontinu menggunakan oksigen dalam pernapasan sel (pembentukan energi) dan
menghasilkan karbon dioksida. Itulah sebabnya, dalam pernapasan internal, oksigen berdifusi
dari darah ke cairan jaringan (sel-sel), dan karbon dioksida berdifusi dari cairan jaringan ke
dalam darah. Darah yang memasuki vena sistemik untuk kembali ke jantung sekarang
mempunyai kandungan po2 rendah dan pco2 tinggi dan dipompakan oleh ventrikel kanan ke
dalam paru-paru untuk turut serta dalam pernapasan eksternal. Kelainan pertukaran gas yang
sering melibatkan paru-paru, yaitu dalam pernapasan eksternal seperti pada edema pulmonal
dan pneumonia.
Besarnya oksigen yang berdifusi ke dalam darah setiap menit bergantung pada faktor:
a. Gradien tekanan oksigen antara udara alveolar dan darah pulmonal yang masuk (po2 alveolar-
po2 darah).
b. Area permukaan fungsional total membran pernapasan.
c. Volume pernapasan satu menit, dan.
d. Ventilasi alveolar. Keempat faktor tersebut mempunyai hubungan langsung dengan difusi
oksigen. Apa saja yang menurunkan po2 alveoli cederung akan menurunkan gradien tekanan
oksigen darah alveolar dan karenanya cenderung menurunkan jumlah oksigen yang memasuki
darah.
Membran respirasi, tempat berlangsungnya pertukaran gas, terdiri dari lapisan sulfaktan,
epitelium skuamosa simpel pada dinding alveolar, membran dasar pada dinding alveolar ruang
interestisial yang mengandung serabut jaringan ikat dan cairan jaringan, membran dasar kapilar
dan endotelium kapilar. Molekul gas harus melewati keenam lapisan ini melalui proses difusi.
Oksigen, karbondioksida meurunkan gradien tekanan farsialnya saat melewati membran
respiratorik.
Faktor yang mempengaruhi difusi gas selain gradien tekanan farsialnya, antara lain :
a. Ketebalan membran respirasi. Penyebab apapun yang meningkatkan ketebalan membran,
seperti edema dalam ruang interestisial atau infiltrasi fibrosa paru-paru akibat penyaki
pulmonar dapat mengurangi difusi.
b. Area permukaan membran respirasi pada penyakit seperti emfisema, sebagian besar
permukaan yang tersedia untuk pertukaran gas ,berkurang dan pertukaran gas mengalami
gangguan berat.
c. Solubilitas gas dalam membran respirasi. Solubilitas karbondioksida dua puluh kali lyebih besar
dari oksigen. Dengan demikian, karbondioksia dari .oksidenberdifusi melalui membran dua
puluh kali lebih cepat dari oksigen.

I. Transport oksigen dan karbondioksida didalam darah dan cairan tubuh


1. Transpor oksigen. Sekitar 97 % oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah
berikatandengan hemoglobin (hb), 3 % oksigen sisanya larut dalam plasmanya. Sebagian besar
oksigen yang diangkut dalam darah berikatan dengan hemoglobin. Hemoglobin adalah protein
quarterner yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang berbeda yaitu dua rantai alfa (a)
dan dua rantai beta (p) yang masing-masing berikatan dengan “kelompok heme” yang
mengandung zat besi.
Ikatan oksigen-hemoglobin dibentuk dalam paru-paru dimana p02 tinggi. Ikatan relatif takstabil,
dan ketika darah melewati jaringan dengan po2 yang rendah, ikatan tersebut pecah, dan
oksigen dilepaskan ke dalam jaringan. Makin rendah konsentrasi oksigen dalam jaringan, makin
banyak oksigen hemoglobin yang akan dilepaskan. Hal ini menjamin bahwa jaringan aktif
menerima oksigen sebanyak yang diperlukan untuk dapat melanjutkan pernapasan sel. Faktor
lain yang meningkatkan pelepasan oksigen dari hemoglobin adalah pco2 yang tinggi (ph yang
rendah) dan suhu yang tinggi.
a. Setiap molekul dalam ke empat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul
oksigen untuk membentuk oksihemoglobin berwarna merah tua. Ikatan ini tidak kuat dan
refersibel. Hemoglobin tereduksi berwarna merah kebiruan.
b. Kapasitas oksigen adalah volume maksimum oksigen yang dapat berikatan dengan sejumlah
hemoglobin dakam darah.
- Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul hemoglobin. Setiap garam hemoglobin
dapat mengikat 1,34 ml oksigen.
- 100 ml darah rata-rata mengandung 15 gram hemoglobin untuk maksimum 20 ml oksigen per
100 ml darah (15 x 1,34). Konsentrasi hemoglobin ini biasanya dinyatakan sebagai persentase
volume ddan merupakan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
c. Kejenuhan oksigen darah adalah rasio antara volume oksige aktual yang terikat pada
hemoglobin dan kapasittas oksigen.
2. Transpor karbon dioksida.
Transpor karbon dioksida (co2) sedikit lebih rumit. Lebih dari dua pertiga co2 yang
diangkut oleh darah terbawa dalam bentuk ion bikarbonat (hco3~). Ketika co2 larut dalam air
(seperti dalam plasma darah), sebagian dari molekul co2 berasosiasi dengan h2o membentuk
asam karbonat (h2c03). Ketika terbentuk, sebagian dari molekul h2c03 berdisosiasi membentuk
ion-ion h+ dan bikarbonat (hco3-). Proses ini dikatalis oleh enzim karbonat anhidrase yang
terdapat dalam sel-sel darah merah.
Pembentukan bikarbonat. Karbon dioksida bereaksi dengan air membentuk asam
karbonat, yang reaksinya dikatalis oleh enzim sdm karbonat anhidrase. Asam karbonat
kemudian berdisosiasi membentuk ion bikarbonat dan hidrogen. Panah ganda menunjukkan
bahwa setiap reaksi bersifat reversibel, kecepatan aktual pada setiap arah diatur oleh
konsentrasi relatif setiap molekul. (sumber: wingerd, 1994, him. 459)
Makin banyak co2 yang ditambahkan ke dalam plasma, makin banyak co2 yang akan
diubah menjadi asam karbonat. Sebagai akibat konsentrasi asam karbonat meningkat, yang
membuat sistem bergerak ke arah bikarbonat, sehingga meningkatkan kecepatan pembentukan
bikarbonat. Hasil akhirnya adalah molekul-molekul co2 yang berdiftisi ke dalam plasma akan
terus menerus dibuang dari larutan dan diubah menjadi bikarbonat. Hal ini memungkinkan
tempat yang lebih banyak untuk co2 terlarut dalam plasma, dengan demikian meningkatkan
kapasitas pengangkutan co2 darah.
Ketika ion-ion bikarbonat dibentuk, ion-ion tersebut berdifusi searah dengan gradien
konsentrasinya ke dalam plasma. Keluarnya ion-ion negatif ini (hco3~) dari sel-sel darah merah
diimbangi oleh masuknya ion negatif lain yaitu ion klorida (cl~). Transpor ion negatif yang saling
berlawanan ini disebut sebagai perpindahan klorida. Sesuai dengan hukum kecepatan kimia di
atas, ketika co2 dikeluarkan dari plasma maka keseluruhan sistem berpindah ke arah yang
berlawanan. Dengan demikian, reaksi yang mengubah asam karbonat untuk membebaskan co2
menjadi dominan. Penurunan konsentrasi asam karbonat kemudian mendorong
perpindahan ke arah pengubahan bikarbonat menjadi asam karbonat.
Karbon dioksida yang berdifusi kedalam darah dari jaringan dibawa ke paru-paru melalui
cara berikut ini:
a. Sejumlah kecil karbon dioksida (7 % - 8 %) tetap terlarut dalam plasma.
b. Karbon dioksida yang tersisa bergerak kedalam sel darah merah, diimana 25 % nya bergabung
dalam bentuk repersibel yang tidak kuat dengan gugus amino di bagian globin pada hemoglobin
untuk membentuk karbaminohemoglobin.
c. Sebagian besar karbon dioksida dibawa dalam bentuk bikarbonnat terutama dalam plasma.
d. Pergeseran klorida. Ion bikarbonat bermuatan negatif yang terbentuk dalam sel darah merah
berdifusi kedalam plasma dan hanya menyissakan ion bermuatan positif berlebihan.
e. Ion hidrogen bermuattan positif yang terlepas akibat disosiasi asam karbonat berikatan dengan
hemoglobin dalam sel darah merah untuk memkinimalisasikan perubahan ph.

J. Pengaturan sistem pernafasan & insufiensi pernafasan


Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua factor utama yaitu factor kimiawi dan
pengendalian oleh saraf.
1. Kendali kimiawi
Factor kimiawi adalah factor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuensi,
kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan. Pesat pernafasan di sumsum dangant peka pada
reaksi kimia. Karbon dioksida adalah produk asam dari metabolism, yang merangsang pusat
pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernafasan.
Latihan menyebabkan peningkatan kadar karbondioksida dalam darah, atau peningkatan
konsentrasi ion hydrogen ( h ) darahmempunyai efek kuat yang langsung pada neuron-neuron
susunan reticular yang menyebabkan peningkatan kecepatan dan kedalam pernafasan dengan
meningkatkan ekresi kerbon dioksida.
Pusat pengendalian ada di kemoreseptor yang mendeteksi perubahan kadar oksigen,
karbon dioksida dan ion hydrogen dalam darah arteri dan cairan serebrospinalis dan
menyebabkan pemyesuaian yang tepat antara frekuensi dan keadaan respirasi.
a. Kemoreseptor sentral
Yaitu neuron yang terletak di permukaan ventral lateral medulla. Peningkatan kadar karbon
dioksida dalam darah arteri dan cairan serebrospinalis merangsan peningkatan frekuensi dan
kedalam respirasi. Penurunan kadar oksigen hanya sedikit berpengaruh pada kemoreseptor
sentral.
b. Kemoreseptor perifer
Terletak di badan aorta dan kerotid pada system arteri. Kemoreseptor ini merespon terhadap
perubahan konsentrasi ion oksigen, karbon dioksida dan ion hydrogen.
Contoh:
Kalau kita melakukan olahraga maka akan terjadi proses pembakaran di dalam tubuh, hal ini
memerlukan oksigan yang sangat besar, maka efek dari kompensasi tubuh adalah dengan jalan
respirasi yang cepat dan dalam untuk menyediakan bahan bakar tersebut, sewaktukita
melakukan istirahat maka tubuh akan kembali normal karena oksigen yang dibutuhkan standar
karena pembakaran yang terjadi tidak terlalu banyak
2. Kendali syaraf
Penafasan dikendalikan oleh sel-sel syaraf dalam susunan retikularis di batang, terutama
pada medulla. Sel-sel ini mengirim impuls menuruni medulla spinalis, kemudian melalui syaraf
frenkus ke diagfragma, da melalui syaraf-syaraf interkostalis ke otot-otot interkostalis. Jadi
pusat pernafasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medulla oblongata yang mengeluarkan
impuls eferen ke otot pernafasan impuls eferen yang dirangsang oleh pemekaran gelembung
udara, yang diantarkan oleh syaraf vagus kepusat pernafasan di dalam medulla.
Susunan retikularis mempunyai pola aktifitas syaraf dengan irama teratur yang
mempertahankan aktifitas berirama dari otot-otot ini. Irama ini dilengkapi dengan hering-
breuer yaitu reseptor-reseptor yang renggang yang terdapat pada frenkhim paru-paru yang
memancarkan rangsangan ke medulla oblongata melalui vagus, pengembangan paru-paru yang
cepat menghambat rangsang respirasi.
Reseptor regangan di jaringan peru mengirim impuls-impuls melalui nervus vagus ke
batang otak impuls ini menghambat inspirasi saat paru-paru dikembangkan, dan merangsang
respirasi.
Selain nyeri, dan impuls syaraf dari gerakan badan, menyebabkan peningkatan pada
pernafasan, karena kerjanya pada susunan reticular.
Beberapa factor tertentu merangsang pusat pernafasan yang terletak di dalam medulla
oblongata, dan kalau dirangsang maka pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh
syaraf spinalis ke otot pernafasan yaitu diagfragma dan otot interkostalis.
Rangsangan ritmis ( berirama ) pada medulla oblongata menimbulkan pernafasan
otomatis. Darah medulla oblongata yang berhubungan denga pernafasan secara klasik
dinamakam pusat pernafasan. Ada 2 kelompok neuron pernafasan, kelompok social yang dekat
dengan nucleus trktus solitariusadalah sumber irama yang mengendalikan neuron motoris
phrenerius konralateral. Neuron-neuron ini juga memproyeksikan diri dan mengendalikan
golongan ventral. Golongan ini mempunyai 2 bagian.
Bagian krnial dibentuk oleh neuron-neuron nucleus ambigus yang mempersyarafi otot-
otot membantu pernafasan ipsilateral, pada hakekatnya melalui nervus vagus.
Bagian caudal dibentuk oleh neuron-neuron dalam nucleus retroambigualis yang
menyelenggarakan pengendalian inspirasi dan eksresi ke neuron-neuron motoris yang
mempersyarafi interkostalis.
Penafasan spontan ditimbulkan oleh rangsang yang ritmis neron motoris yang
mempersyarafi otot-otot pernafasan. Rangsangan ini secara keseluruhan tergantung pada
impuls-impuls syaraf otak.

Daftar pustaka
sloane, ethel. 1994. Anatomi dan fisiologi. Penerbit buku kedokteran. Jakarta.
leonhardt, helmut. 1988. Atlas dan buku teks anatomi manusia. Penerbit buku kedokteran. Jakarta.
setiadi, 2007. Anatomi dan fisiologi manusia. Graha ilmu, yogyakarta.
http://nursecerdas.wordpress.com/2009/01/12/sistem-pernapasan

http://id.wikipedia.org/wiki/sistem_pernapasan

You might also like