You are on page 1of 7

A.

SUBSTANSI PENELITIAN
1. Judul

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP KECEMASAN ANAK


YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG PUDAK RSUP
SANGLAH DENPASAR

2. Nama Peneliti

Ningsih, Eka W., Ns. Drs. I Made Widastra, S.Kep, M.Pd. (1), Ns. Lilis
Widianah, S.Kep (2)

3. Lokasi Penelitian
Ruang Pudak RSUP Sanglah Denpasar-Bali.

4. Tahun Penelitian
2014

5. Alamat Jurnal
Jurnal Psikologi Udayana 2014
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/10088
B. Analisa PICO
1. Patient and Clinical Problem (P)
Penelitian yang di lakukan oleh Ningsih, Eka W., Ns. Drs. I Made Widastra,
S.Kep, M.Pd. (1), Ns. Lilis Widianah, S.Kep (2) (2014) Ruang Pudak RSUP
Sanglah Denpasar-Bali untuk mengetahui Pengaruh Terapi Bermain
Terhadap Kecemasan Anak Yang Menjalani Kemoterapi Di Ruang Pudak
Rsup Sanglah Denpasar. Penanganan terbaru kanker pada anak meliputi
kombinasi dari kemoterapi, radiasi dan kadang pembedahan. Tindakan
tersebut sangat lama dan sering menimbulkan ketidak nyamanan atau efek
samping berupa nyeri hebat, mual, muntah dan beberapa anak dengan
kanker dengan cara menghibur klien dan memenuhi segala kebutuhannya,
seperti memberikan suatu lingkungan yang dapat menghilangkan
kecemasan yang disebabkan oleh penyakit dan lingkungan rumah sakit.
Salah satu cara meminimalkan kecemasan anak yaitu dengan terapi bermain
menggambar dan mewarnai, karena dengan terapi bermain akan berdampak
bagi kesehatan mental, emosional, dan sosial (Nursalam, 2005).
2. Intervention (I)
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre-experimental dengan
rancangan penelitian one group pre-test and post-test design yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh terapi bermain menggambar dan mewarnai
terhadap kecemasan anak yang menjalani kemoterapi berjumlah 20
responden. Pretest dilakukan sebelum diberikan intervensi berupa terapi
bermain, kemudian setelah diberikan terapi bermain dilakukan posttest
sebagai test akhir untuk melihat perubahan kecemasan responden dalam
menjalani kemoterapi.

3. Comparator (C)
Jurnal yang dianalisa:
PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP KECEMASAN ANAK
YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG PUDAK RSUP
SANGLAH DENPASAR
Analisanya :
Kecemasan anak yang menjalani kemoterapi sebelum diberikan terapi
bermain diperoleh data rata-rata nilai kecemasan pada responden adalah
11,40 dengan standar deviasi 3,050. Nilai kecemasan terendah adalah 7 dan
nilai kecemasan terbesar adalah 16.
Kecemasan anak yang menjalani kemoterapi setelah diberikan terapi
bermain diperoleh data rata-rata nilai kecemasan pada responden adalah
10,35 dengan standar deviasi 2,777. Nilai kecemasan terendah adalah 6 dan
nilai kecemasan terbesar adalah 15.
Berdasarkan hasil uji statistik perbedaan perubahan kecemasan sebelum
dan sesudah pemberian terapi bermain pada responden dengan
menggunakan uji t-berpasangan didapatkan nilai p sebesar 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa p<0,05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang
berarti ada pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan anak yang
menjalani kemoterapi di Ruang Pudak RSUP Sanglah Denpasar.

Diskusi:
Setelah diberikan terapi bermain rata-rata nilai kecemasan anak yang
menjalani kemoterapi adalah 10,35. Nilai kecemasan terendah 6 dan nilai
kecemasan tertinggi 15. Dapat dilihat bahwa nilai kecemasan sebelum dan
sesudah diberikan terapi bermain mengalami penurunan. Hal ini sesuai
dengan penelitian Tobari (2011) yang menyatakan bahwa sebelum adanya
tindakan apapun tingkat kecemasan pasien lebih tinggi daripada setelah
dilakukan tindakan. Selain itu juga, penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Elfira & eqlima (2011) yaitu kecemasan anak yang
dirawat di rumah sakit menurun setelah diberikan terapi bermain dengan
penurunan tingkat kecemasannya adalah ringan (76,9%) dan sedang
(23,1%).
Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa terapi bermain menggambar
dan mewarnai dapat membuat anak menjadi nyaman dan memberikan efek
relaksasi dan distraksi pada anak. Hal ini sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Supartini (2004) dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainan.
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit akan
memberikan keuntungan untuk meningkatkan hubungan antara pasien
dengan perawat dan juga akan membantu mengekspresikan pikiran, cemas,
takut, sedih, tegang dan nyeri.

Jurnal Pembanding:
TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP PENURUNAN TINGKAT
KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)
YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG HEMATOLOGI
ONKOLOGI ANAK
Analisanya :
Berdasarkan tabel 2 memperlihatkan bahwa mayoritas kecemasan yang
dialami oleh responden sebelum diberikan terapi bermain puzzle adalah
kecemasan sedang yaitu sebanyak 8 anak (57,1%). Berdasarkan hasil
observasi dan kuesioner bahwa kecemasan anak yang paling menonjol
yaitu pada pernyataan anak tidak mau ditinggal sendiri yaitu sebanyak 9
anak (64,2%), anak lebih banyak diam ketika berada di ruang perawatan
yaitu sebanyak 6 anak (42,8%) dan anak terlihat tegang ketika berada di
ruang perawatan yaitu sebanyak 6 anak (42,8%)
Berdasarkan tabel 3 bermain puzzle, terjadi penurunan pada tingkat
kecemasan yang dialami oleh anak usia prasekolah (3-6 tahun) dimana
sudah tidak terdapat anak dengan kecemasan berat. Mayoritas kecemasan
yang dirasakan oleh anak yaitu kecemasan sedang sebanyak 10 anak
(71,4%). Berdasarkan hasil observasi dan kuesioner yang telah diisi bahwa
pada poin pernyataan tidak mau ditinggal sendiri yaitu sebanyak 1 anak
(7,1%) yang masih ragu-ragu mau ditinggal oleh orang tuanya sedangkan
13 anak (92,9%) lainnya sudah mau ditinggal sendiri oleh orang tuanya,
pada pernyataan anak lebih banyak diam ketika berada di ruang perawatan
yaitu sebanyak 5 anak (35,7%) yang masih ragu-ragu untuk berinisiatif
berinteraksi dengan anak lain sedangkan 9 anak (64,2%) lainnya sudah
terlihat berinteraksi dengan anak lainnya dan kebanyakan anak sudah tidak
terlihat tegang lagi ketika berada di ruang perawatan. Hal ini dapat
disebabkan karena anak merasa senang setelah melakukan terapi bermain
puzzle sehingga anak merasa nyaman berada di lingkungan rumah sakit

Diskusi:
Berdasarkan tabel 2 memperlihatkan bahwa mayoritas kecemasan yang
dialami oleh responden sebelum diberikan terapi bermain puzzle adalah
kecemasan sedang yaitu sebanyak 8 anak (57,1%). Berdasarkan hasil
observasi dan kuesioner bahwa kecemasan anak yang paling menonjol
yaitu pada pernyataan anak tidak mau ditinggal sendiri yaitu sebanyak 9
anak (64,2%), anak lebih banyak diam ketika berada di ruang perawatan
yaitu sebanyak 6 anak (42,8%) dan anak terlihat tegang ketika berada di
ruang perawatan yaitu sebanyak 6 anak (42,8%). Hal ini dapat terjadi
karena anak masih belum terbiasa dengan transisi dari rumah ke
lingkungan rumah sakit, selain itu pada anak usia prasekolah kecemasan
yang dapat mereka rasakan yaitu cemas akibat perpisahan dan takut
diabaikan. Pernyataan ini sesuai dengan teori Ball et. al. (2012) bahwa pada
anak usia prasekolah stress hospitalisasi yang mereka rasakan dapat berupa
cemas akibat perpisahan dan takut diabaikan.
Berdasarkan tabel 3 bermain puzzle, terjadi penurunan pada tingkat
kecemasan yang dialami oleh anak usia prasekolah (3-6 tahun) dimana
sudah tidak terdapat anak dengan kecemasan berat. Mayoritas kecemasan
yang dirasakan oleh anak yaitu kecemasan sedang sebanyak 10 anak
(71,4%). Berdasarkan hasil observasi dan kuesioner yang telah diisi bahwa
pada poin pernyataan tidak mau ditinggal sendiri yaitu sebanyak 1 anak
(7,1%) yang masih ragu-ragu mau ditinggal oleh orang tuanya sedangkan
13 anak (92,9%) lainnya sudah mau ditinggal sendiri oleh orang tuanya,
pada pernyataan anak lebih banyak diam ketika berada di ruang perawatan
yaitu sebanyak 5 anak (35,7%) yang masih ragu-ragu untuk berinisiatif
berinteraksi dengan anak lain sedangkan 9 anak (64,2%) lainnya sudah
terlihat berinteraksi dengan anak lainnya dan kebanyakan anak sudah tidak
terlihat tegang lagi ketika berada di ruang perawatan. Hal ini dapat
disebabkan karena anak merasa senang setelah melakukan terapi bermain
puzzle sehingga anak merasa nyaman berada di lingkungan rumah sakit.
Pelaksanaan terapi bermain puzzle dilaksanakan secara bersama-sama
dengan anak lain agar ketika anak mulai tidak tertarik untuk melanjutkan
bermain puzzle, anak akan merasa tertantang ketika melihat anak di
sebelahnya hampir selesai menyusun puzzle. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Supartini (2004) bahwa dengan bermain memberikan efek
distraksi dan relaksasi pada anak sehingga anak akan merasa nyaman saat
berada di rumah sakit

4. Outcome (O)
Hasil penelitian meliputi :

4.1 Didapatkan distribusi Hasil identifikasi kecemasan anak sebelum


diberikan terapi bermain rata-rata 11,40 sedangkan setelah diberikan
terapi bermain mengalami penurunan dan nilai kecemasan rata-rata
menjadi 10,35.
4.2 Didapatkan hasil penelitian kecemasan yang dialami oleh responden
sebelum diberikan terapi bermain puzzle adalah kecemasan sedang
yaitu sebanyak 8 anak (57,1%) Berdasarkan hasil observasi dan
kuesioner bahwa kecemasan anak yang paling menonjol yaitu pada
pernyataan anak tidak mau ditinggal sendiri yaitu sebanyak 9 anak
(64,2%), anak lebih banyak diam ketika berada di ruang perawatan
yaitu sebanyak 6 anak (42,8%) dan anak terlihat tegang ketika berada
di ruang perawatan yaitu sebanyak 6 anak (42,8%)
Di dapatkan hasil setelah dilakukan terapi bermain puzzle kecemasan
yang dirasakan oleh anak yaitu kecemasan sedang sebanyak 10 anak
(71,4%). Berdasarkan hasil observasi dan kuesioner yang telah diisi
bahwa pada poin pernyataan tidak mau ditinggal sendiri yaitu
sebanyak 1 anak (7,1%) yang masih ragu-ragu mau ditinggal oleh
orang tuanya sedangkan 13 anak (92,9%) lainnya sudah mau ditinggal
sendiri oleh orang tuanya, pada pernyataan anak lebih banyak diam
ketika berada di ruang perawatan yaitu sebanyak 5 anak (35,7%) yang
masih ragu-ragu untuk berinisiatif berinteraksi dengan anak lain
sedangkan 9 anak (64,2%) lainnya sudah terlihat berinteraksi dengan
anak lainnya dan kebanyakan anak sudah tidak terlihat tegang lagi
ketika berada di ruang perawatan.

4.3 didapatkan nilai p sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa p<0,05
sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada pengaruh terapi
bermain terhadap kecemasan anak yang menjalani kemoterapi di
Ruang Pudak RSUP Sanglah Denpasar.

4.4 Berdasarkan hasil penelitian di atas di dapatkan hasil value 0,005 < 0,05
yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh terapi bermain puzzle terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani
kemoterapi di ruang Hematologi Onkologi Anak RSUD Ulin
Banjarmasin.

C. Kritikal Jurnal
1. Kelebihan
Pada jurnal ini sudah mencantumkan hal-hal yang ada diabstrak seperti
tujuan penelitian, rancangan penelitian, populasi, tehnik sampling, dan hasil
penelitian, dalam pembahasan harus ada teori, hasil penelitian harus
dikaitkan dengan teori yang relevan (apakah memperkuat atau
bertentangan). Dalam jurnal ini sudah ada dicantumkan teori yang
mendukung.

2. Kekurangan
Kekurangan jurnal ini adalah peneliti tidak mencantumkan volume, nomor
jurnal. Dalam jurnal ini tidak mencantumkan kelompok kontrol dan berapa
responden yang cemas atau tidak sebelum dilakukan terapi bermain.
3. Implikasi
a. Implikasi bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan tambahan masukan dalam memberikan informasi dan
dapat mengaplikasikan hasil penelitian ini di rumah sakit dan
mengembangkan penelitian selanjutnya.

b. Perawat
Menerapkan intervensi dari hasil penelitian untuk memberikan terapi
bermain lebih sering lagi yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kecemasan, dapat membantu psikososial anak, dan perkembangan
kreativitas anak.

c. Bagi Pasien
Melakukan latihan terapi bermain untuk mencegah tingginya tingkat
stress dan cemas anak. Semakin sering melakukan terapi bermain
menggambar atau bermain puzzle akan menurunkan tingkat kecemasan
dan kejenuhan pasien.

You might also like