You are on page 1of 15

FORMULASI SEDIAAN TABLET EFFERVESCENT DENGAN

EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza roxb)

Oleh :

IMAMUSTAQWA

514 17 011 154

UNIVERSITAS PANCASAKTI
FAKULTAS MIPA
JURUSAN FARMASI 2017
FORMULASI SEDIAAN TABLET EFFERVESCENT DENGAN
EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza roxb)

Skripsi ini Diajukan Untuk Memenuhi Syarat


Dalam Menyelasaikan Tugas Akhir Program
Pendidikan Strata Satu Farmasi

Oleh :

IMAMUSTAQWA
514 17 011 154

UNIVERSITAS PANCASAKTI
FAKULTAS MIPA
JURUSAN FARMASI
2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nafsu makan adalah keadaan yang mendorong seseorang untuk

memuaskankeinginannya dalam hal makan, ini berhubungan dengan konsep

budaya yang berbeda antara satu kebudayaan dengankebudayaan lainnya.

Sedangkan lapar menggambarkan keadaan kekurangan gizi yang dasar dan

merupakan konsepfisiologis 1 (Ismawati, 2016)

Hilangnya nafsu makan, atau nafsu makan yang menurun, biasanya

merupakan sebuah gejala dari masalah lain yang lebih mendasar seperti penyakit,

kondisi psikologis tertentu, pola hidup, ataupun karena faktor usia. seseorang

yang sering mengalami susah makan dalam waktu dekat berat badannya secara

perlahan akan menurun. Tingkat orang-orang yang membeli penambah nafsu

makan karena ingin menambah berat badan, namun orang tersebut biasanya

menggunakan obat kimia untuk meningkatkan nafsu makannya. Berbagai jenis

peningkat nafsu makan yang tersedia misalnya pil, teh, bentuk cair, bubuk

vitamin, dan mineral. Seseorang yang meningkatkan nafsu makannya dengan

obat kimia harus memperhatikan efek samping yang ditimbulkan dari obat

tersebut. Selain obat kimia, obat penambah nafsu makan yang berasal dari bahan-

bahan alami lebih baik dan tidak menimbulkan efek samping, obat penambah

nafsu makan dari bahan tradisional yang alami seperti temulawak.


Pada umumnya masyarakat menggunakan Temulawak (curcuma

Xanthorriza) sebagai bahan pengobatan, dan minuman penyegar. Masyarakat

mengolah Temulawak (curcuma xanthorriza) dengan cara merebusnya dan

meminumnya namun cara ini tidak praktis karena diperlukan waktu untuk

membuat, rasa yang kurang enak dan sulit dibawa kemana-mana, sehingga perlu

dibuat dalam suatu bentuk sediaan yang lebih efektif, salah satunya yaitu dapat

dibuat dalam bentuk tablet effervescent.

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman asli

Indonesia yang tumbuh di daerah tropis. Berdasarkan penelitian dan pengalaman,

temulawak telah terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai jenis

penyakit. Misalnya sebagai obat gangguan hati, temulawak bekerja sebagai

kolagoga, yaitu meningkatkan produksi dan sekresi empedu. Selain itu,

temulawak juga dapat digunakan sebagai obat antiinflamasi, penambah nafsu

makan, batuk, asma, sariawan. Di sisi lain, denganberkembangnya ilmu

pengetahuan danteknologi di bidang farmasi mendorong parafarmasis untuk

membuat suatu formulasi yangtepat untuk mengolah bahan alam menjadi suatu

bentuk sediaan yang mudah diterima olehmasyarakat, selain parameter kualitas

yang lainyang tetap harus terpenuhi. Dengan demikian,diharapkan dapat

meningkatkan minatmasyarakat dalam mengkonsumsi obat-obatdari bahan alam.

(Afifah, 2003).
Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet dengan

cara pengempaan baha-bahan aktif campuran asam-asam organik, seperti asam

sitrat atau asam tartrat dan natrium bikarbonat. Bila tablet ini dimasukkan ke

dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat

sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas

karbondioksida. Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlansung dalam waktu

satu menit atau kurang. Disamping menhasilkan larutan jernih, tablet

effervescent juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang

dapat membantu memperbaiki rasa obat-obat tertentu (Banker dan Anderson,

1986).

Pemikiran tersebut melatarbelakang dilakukannya penelitian tentang

pembuatan bentuk sediaan tablet effervescent menggunakan ekstrak temulawak,

mengingat bentuk ini dalam hal tertentu relative memiliki banyak keuntungan

dibanding bentuk sediaan lain, diantaranya dalam hal penyiapan larutan dalam

waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat. Menghasilkan rasa yang

enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa obat

tertentu. Mudah untuk digunakan dan nyaman (Allen,2002)..

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian

ini adalah :
1. Apakah Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorriza) dapat di buat sediaan

tablet effervescent dengan metode granulasi basah ?


2. Bagaimanakah mutu fisik dari Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorriza)

yang di buat dalam sediaan tablet effervescent dengan metode granulasi

basah ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memformulasi ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorriza) dalam

sediaan tablet effervescent dengan metode granulasi basah.


2. Untuk mengetahui bagaimanakah mutu fisik dari ekstrak Temulawak

(Curcuma xanthorriza) yang di buat dalam sediaan tablet effervescent

dengan metode granulasi basah.


D. Manfaat Penelitian

Sebagai referensi untuk menambah wawasan mengenai penggunaan

tanaman temulawak, khususnya pada bagian rimpang dan untuk penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan sediaan tablet effervescent dari ekstrak

temulawak.

BAB II

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Eksperimen Laboratorium dengan desain

post test only design yang bertujuan untuk mendapatkan formulasi tablet

ekstrak temulawak (Curcuma xanthorriza) yang memenuhi persyaratan mutu

fisik.

B. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Tablet Effervescent Temulawak

yang dibuat dengan metode granulasi basah.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tahun 2018 di Laboratorium

Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi Poltekkes Makassar Kemenkes RI.

D. Alat dan Bahan yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan mesin pencetak tablet (single punch tablet

press), timbangan analitik (Sartorius), timbangan kasar (lab.india), mosanto

hardness tester, friability tester.

Bahan-bahan yang digunakan, air suling, Temulawak, asam sitrat, natrium

karbonat, sakarin, PVP, PEG 4000.

E. Pengambilan dan Pengolahan Sampel


a. Pengambilan Sampel

Sampel berupa Temulawak (curcuma xanthorriza) diambil di pasar

tradisional Sambung jawa Kota Makassar, temulawak yang di ambil berupa

Temulawak yang segar.

b. Pengolahan Sampel

Sampel Temulawak, di cuci bersih lalu dikupas kemudian di cuci

kembali dengan air mengalir, dipotong kecil-kecil dan dikeringkan.

c. Pembuatan ekstrak

Sampel yang telah disimplisia ditimbang sebanyak 15 gr dan

dimasukkan ke dalam bejana maserasi, kemudian ditambah pelarut etanol

70% sampai seluruh sampel terendam sempurna 2-3 cm diatas simplisia.

Sampel diaduk rata, kemudian bejana maserasi ditutup rapat. Proses

maserasi dilakukan selama 5 x 24 jam sambil sekali-kali dilakukan

pengadukan. Ekstraksi diulang sebanyak 2x. Maserat yang dihasilkan

kemudian dipekatkan dengan cara menguapkan pelarutnya menggunakan

waterbath hingga diperoleh ekstrak kental.

F. Pembuatan Tablet Effervescent


a. Formula tablet 1

Tabel 1. Formula tablet effervescent

N Nama Bahan Kegunaan F1 F2 F3


O
1. Temulawak Bahan aktif 5 5 5
2. PVP 1% 10%
PVP 2% Pengikat 10%
PVP 3% 10%
3. Asam Sitrat Sumber Asam 20 g 20 g 20 g
4. Natrium bikarbonat Sumber Basa 24 g 24 g 24 g
5. Sakarin Pemanis 2% 2% 2%
6. PEG 4000 Pelincir 1,2% 1,2% 1,2%

b. Pembuatan larutan PVP

Larutan PVP 1% sebanyak 100 ml dibuat dengan cara melarutkan 1 g

PVP dalam 50 ml alkohol 96% lalu dikocok hingga larut, dan dicukupkan

volumenya hingga 100 ml dengan etanol 96%. Dengan cara yang sama

dibuat larutan PVP 2% dan PVP 3% dengan menimbang PVP sebanyak 2 g

dan 3 g.

c. Pembuatan tablet metode granulasi basah

Ditimbang semua bahan sesuai perhitungan, lalu masing-masing

serbuk dihaluskan secara terpisah, serbuk natrium bikarbonat dihaluskan

lalu ditambahkan serbuk sakarin lalu dicampur serbuk temulawak

ditambahkan asam sitrat lalu dicampur hingga homogen ditambahkan

sedikit demi sedikit larutan PVP hingga membentuk massa granul. Massa

granul lalu diayak dengan pengayak mesh 14 dan dikeringkan dilemari


pengering pada suhu 500C selama 2 jam, granul kering kemudian diayak

dengan mesh 16 dan dicampur dengan PEG 4000. Granul kemudian

dikempa menjadi tablet.

G. Pengujian

1. Pengujian Tablet

a. Keseragaman Bobot (Anonim, 1979)

Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-ratanya, lalu ditimbang satu

persatu dari 20 tablet tersebut, dan dihitung persen penyimpangan dengan

rumus :

besar penyimpangan dari bobot rata−rata


x 100
bobot rata−rata

Syarat : Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang

dari 5% (kolom A) dan tidak ada satupun tablet yang menyimpang

bobotnya dari 10% (kolom B).

b. Uji kekerasan tablet

Uji kekerasan tablet dilakukan dengan meletakkan tablet pada

hardness tester dengan posisi vertikal. Sekrup diputar pada ujung yang lain

sehingga tablet tertekan yang dinyatakan sebagai keadaan awal dengan

skala pada nol (0). Pemutaran dihentikan sampai tablet pecah dan

diperhatikan skalanya. Tablet yang bagus memiliki kekerasan antara 4-8

kg/cm2(Voigt, 1994).

c. Uji kerapuhan tablet


Digunakan sejumlah tablet dengan berat minimal 6g dan maksimal 20

tablet dengan membebas debukan kemudian ditimbang dan dimasukkan

kedalam fribilator tester. Alat dijalakan selama 4 menit dengan kecepatan

25 putaran per menit. Setelah itu, tablet dibebas debukan lagi dan

ditimbang(Voigt, 1984).

berat tablet sebelum diuji−berat tablet setelah diuji


Kerapuhan =
berat tablet sebelum diuji

berat tablet sebelum diuji−berat tablet setelah diuji


Kadar% = x 100
berat tablet sebelum diuji

Kadar % keausan tablet tidak boleh lebih dari 1 %

d. Uji waktu larut tablet

Waktu larut tablet effervescent menurut Farmakope Eropa yaitu

tempatkan satu tablet ke dalam suatu gas piala yang berisi 200 ml air (air

suling) pada suhu 150C sampai 250C, banyak gelembung gas akan terjadi.

Ketika perkembangan gas sekitar tablet atau pecahnya terhenti, tablet itu

telah terdisintegrasi, baik terlarut ataupun terdispersi dalam air sehingga

tidak ada gumpalan partikel yang tertinggal. Ulangi percobaan itu pada

lima tablet lain. Tablet memenuhi persyaratan pengujian jika tiap tablet dari

6 tablet yang digunakan terdisintegrasi sesuai dengan cara tersebut <5

menit (Siregar, 2010)

2. Pengujian Granul

a. Pengujian Kadar air


Uji kadar air ditentukan dengan menimbang granul dalam keadaan

basah dan setelah kering. Kadar air dinyatakan sebagai MC (moisture

Content) atau LoD (Lost on Drying) kadarnya sekitar 2 % - 3 %.

b. Pengujian Daya alir

Penentuan aliran granul dilakukan untuk mengetahui konstitensi granul

sebelum digunakan dalam proses pembuatan tablet. Beberapa pengujian

granul yang dapat digunakan sebagai parameter granul yang memenuhi

persyaratan dalam proses pembuatan sediaan tablet adalah :

1. Uji sudut diam

2. Uji BJ sebenarnya

3. Uji BJ nyata

4. Uji porositas

5. Uji kecepatan alir

H. Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data hasil evaluasi fisik tablet effervescent

yang meliputi : Keseragaman bobot, Kekerasan, Kerapuhan dan Waktu

larut.

2. Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan persyaratan uji mutu

fisik tablet effervescent sesuai dalam Farmakope Indonesia dan Buku

resmi.
I. Kesimpulan

Mutu fisik tablet effervescent dikatakan baik, jika memenuhi persyaratan

mutu tablet sesuai persyaratan yang ditetapkan didalam Farmakope Indonesia

dan Buku resmi, yang meliputi : Keseragaman bobot, Kekerasan tablet,

Kerapuhan, dan Waktu larut.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, E., dan Tim Lentera. 2003.Khasiat Dan Manfaat TemulawakRimpang


Penyembuh AnekaPenyakit. Agromedia Pustaka.Jakarta.

Ika, A. L, dan Atik. T. (2003). Ramuan Jamu Cekok Sebagai Penyembuhan Kurang
Nafsu Makan Pada Anak: Suatu Kajian Etnomedisin. Jurnal Makara,
Kesehatan,. 7 (1), 12.

Allen, V.L., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Compounding,
2nd Ed, 117, AmericanPharmaceutical Association, Washington, D.C.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia

Banker, G. S., Anderson, N. R., 1986, The Theory and Practice of Industrial
Pharmacy. Philadelphia: Lea and Febinger. Banker GS, NR Anderson. 1994.
Dalam L lachman, HA Lieberman, JL Kanig, Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Terjemahan oleh Siti Suyatmi. Jilid II. Edisi 3 Jakarta : UI Press

Ismawati, Nur. 2016. Mutu Fisik Tablet Effervescent dari Kayu Secang (Sappan
Liqnum) secara Granulasi Basah. Politeknik Kesehatan Makassar.Makassar
Lampiran 1. Skema Kerja

Temulawak PVP

Dicuci bersih dilarutkan dengan etanol 96%


Dipotong-potong kecil Larutan PVP NaHCO3, asam
dikeringkan
Simplia sitrat, sakarin
1% 2% 3%

Dimaserasi
Maserat Granulasi basah dibasahkan dengan PVP

Disaring
Diuapkan dikeringkan 500C
Perlahan-lahan selama 2 jam

Ekstrak Granul Kering

Diayak dengan mesh 16


Tambahkan PEG 4000. Dikempa

Tablet
Pengujian mutu fisik tablet

Data
Pembahasan

Kesimpulan

Saran

You might also like