You are on page 1of 20

“FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMAMPUAN

PERAWAT DALAM PEMASANGAN INFUS PADA ANAK DI RSPI


JAKARTA 2015”

“FACTORS ASSOCIATED WITH INSTALLATION CAPABILITIES IN


INFUSION NURSES AT CHILDREN IN JAKARTA RSPI 2015”

OLEH:
FHITRIA KURNIANINGSIH

ARTIKEL ILMIAH

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN JALUR B - KELAS E


STIK SINT CAROLUS JAKARTA
FEBRUARI 2016
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS
PROGRAM S-1 KEPERAWATAN

Laporan penelitian
22 Februari 2016
Fhitria Kurnianingsih

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemampuan Perawat Dalam


Pemasangan Infus Pada Anak Di RSPI Jakarta 2015

xiii + 108 halaman, 19 tabel, 5 lampiran

ABSTRAK

Asuhan keperawatan pada anak umumnya memerlukan tindakan kolaboratif yang


invasive seperti injeksi atau pemasangan infus. Keamanan dan kenyaman merupakan
pertimbangan utama dalam pemasangan infus. Secara kognitif, sebagian anak-anak
tidak mampu mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat terjadi di
berbagai situasi. Tindakan ini sering dihadapi oleh perawat yang berpengaruh
terhadap peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan meningkatkan keterampilan
perawat dalam pemasangan infus pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kemampuan perawat
dalam pemasangan infus pada anak di Rumah Sakit Pondok Indah. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelasional
dengan pendekatan cross sectional menggunakan total sampling 135 responden.
Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan observasi. Data
dianalisa menggunakan chi square. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada
hubungan antara usia perawat 92,9% (p value 0,000), tingkat kompetensi 90,2% (p
value 0,000), pengetahuan 77,4% (p value 0,000), dan kecemasan 68,0% (p value
0,004) dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada anak di Rumah
Sakit Pondok Indah. Kesimpulan penelitian ini adalah dengan kemampuan perawat
dalam pemasangan infus pada anak dapat meningkatkan pelayanan yang sesuai
dengan standar yang berlaku di Rumah Sakit Pondok Indah.

Kata kunci : pemasangan infus, usia, tingkat kompetensi, pengetahuan, sikap,


kecemasan.
Daftar Pustaka 37 (2005 - 2014)
SINT CAROLUS SCHOOL OF HEALTH SCIENCES
BACHELOR NURSING PROGRAM

Research
22 February 2016

Fhitria Kurnianingsih

Factors Associated With Installation Capabilities In Infusion Nurses At Children


In Jakarta RSPI 2015
xiii + 108 pages, 19 tables, 5 attachments

ABSTRACT

Nursing care in children generally require collaborative action of the invasive such as
injection or infusion. Safety and comfort is a major consideration in the infusion.
Cognitively, some children are not able to associate pain as an experience that can
occur in various situations. This action often faced by nurses that affect the quality
improvement of hospital services and improve the skills of nurses in infusion in
children. This study aims to determine what factors are associated with the ability of
nurses in infusion in children in Pondok Indah Hospital. This study uses quantitative
methods with descriptive correlational design with cross sectional approach using
total sampling of 135 respondents. Researcher using research instruments such as
questionnaires and observation. Data were analyzed using chi square. The results of
this study found that there is a relationship between the age of nurses 92.9% (p value
0.000), the competency level of 90.2% (p value 0.000), knowledge 77.4% (p value
0.000), and anxiety 68.0% ( p value 0.004) with the ability of nurses in infusion in
children in Pondok Indah Hospital. The conclusion of this study is the ability of
nurses in infusion in children can improve the services in accordance with the
applicable standards in Pondok Indah Hospital.

Keywords: infusion, age, level of competence, knowledge, attitudes, anxiety.


References 37 (2005 – 2014)
A. PENDAHULUAN

Asuhan keperawatan pada anak, umumnya memerlukan tindakan


kolaboratif yang invasive seperti injeksi atau pemasangan infus. Keamanan dan
kenyaman merupakan pertimbangan utama dalam pemasangan infus. Secara
kognitif, sebagian anak-anak tidak mampu mengasosiasikan nyeri sebagai
pengalaman yang dapat terjadi di berbagai situasi (Potter, 2006).

Perawat dalam hal ini harus mampu mengetahui permasalahan yang dapat
mempengaruhi dampak psikologis anak ketika dirawat sehingga rencana
keperawatan dengan berprinsip pada aspek kesejahteraan anak akan tercapai.
Pokok permasalahan yang dihadapi anak ketika dirawat di rumah sakit adalah
pemasangan infus yang akan berdampak menimbulkan stres dan trauma. Oleh
karena itu, anak perlu dipersiapkan dalam menghadapi pengalaman prosedur
pemasangan infus agar anak mampu mengarahkan energi mereka untuk
menghadapi stres akibat pemasangan infus yang tidak dapat dihindari.

Penelitian yang dilakukan oleh Yagil, Luria, Admi, Eilon, dan Linn (2010)
menyatakan bahwa perbedaan persepsi dikarenakan kurangnya kepekaan
perawat terhadap harapan dan kebutuhan dari keluarga, serta kurangnya
kesadaran tentang bagaimana persepsi perawat sendiri mempengaruhi perilaku
terhadap interaksi dengan keluarga. Komunikasi antara perawat dan orangtua
akan mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurangnya pengalaman kerja perawat


menjadi hambatan dalam pelaksanan pemasangan infus. Halcomb, Salamonson,
Raymond dan Knox (2011), dalam penelitiannya menemukan perawat yang baru
lulus masih memiliki pengetahuan dan pengalaman kerja yang kurang dalam
menangani pasien dan hal tersebut juga berpengaruh pada kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan. Penelitian yang dilakukan Apriani, L (2014)
menjelaskan hambatan perawat dalam pelaksanaan pemasangan infus yaitu
perbedaan persepsi orang tua atau keluarga dengan perawat, keterbatasan
fasilitas rumah sakit, kurangnya dukungan orang tua dan keluarga dan
kurangnya pengalaman kerja perawat.
Di Rumah Sakit Pondok Indah dalam pemasangan infus mempunyai
indikator mutu satu kali penusukkan pemasangan infus yang bertujuan
meningkatkan keterampilan perawat dalam pemasangan infus pada pasien anak.
Program ini merupakan upaya peningkatan pelayanan Keperawatan RSPI yang
bertujuan meningkatkan keterampilan perawat dalam melakukan pemasangan
infus, mengurangi stresor pasien anak dan orangtua pasien. Frekuensi
pengumpulan data tiap bulan dengan metode pengumpulan data observasi
langsung oleh supervisor yang sudah ditunjuk oleh Kepala Unit Perawatan
(KUP) yang dilakukan terhadap perawat dengan menggunakan lembar observasi
pemasangan infus pada anak.

Pada awal Januari sampai Juni 2015 angka keberhasilan sesuai indikator
mutu RSPI pada pemasangan infus usia anak 60 % dari 962 pasien, 40 % yang
perlu dicari penyebab yang mempengaruhi perawat dalam pemasangan infus
pada anak. Di RSPI belum ada penelitian yang terkait dengan faktor – faktor
yang berhubungan dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada
anak

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul “faktor - faktor yang berhubungan dengan kemampuan
perawat dalam pemasangan infus pada anak di Rumah Sakit Pondok Indah
Jakarta”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang
berhubungan dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada anak di
Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian
deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah usia, pengalaman, pengetahuan, sikap dan
kecemasan perawat. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemasangan
infus pada anak.
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Rumah Sakit
Pondok Indah. Sampel dalam penelitian ini dengan kriteria perawat yang
melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien, perawat yang
sudah bekerja dengan masa kerja lebih dari 3 bulan di Rumah Sakit Pondok
Indah, perawat yang bersedia secara langsung menjadi responden.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta di bagian
perawatan Lantai VA, Lantai VC, Lantai IVA, Lantai IVC dan Emergency
dilakukan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Desember 2015.
Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Rumah Sakit Pondok Indah untuk
mendapat persetujuan, kemudian kuesioner dikirim kepada subjek yang diteliti.
Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan pedoman
observasi yang terdiri dari: 1) Kuesioner A, terdiri dari data demografi: nama
(inisial) responden, usia , dan tingkat kompetensi, 2) Kuesioner B, kuesioner
pengetahuan perawat terdiri dari 20 soal pernyataan, 3) Kuesioner C, kuesioner
sikap perawat terdiri dari 20 pernyataan, 4) Kuesioner D, kuesioner kecemasan
perawat terdiri dari 15 pernyataan, 5) Kuesioner E, lembar observasi digunakan
peneliti untuk mengimpulkan data tentang pemasnagan infus pada anak. Peneliti
melakukan analisis data uji univariat dan bivariat. Uji hipotesis yang digunakan
adalah uji Chi square (χ2) dengan batas kemaknaan Alfa / p = 0,05.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Analisis univariat
Distribusi frekuensi dalam penelitian ini menggambarkan distribusi
frekuensi dari variabel independen yaitu usia, pengalaman, pengetahuan,
sikap dan kecemasan perawat serta variabel dependen dalam penelitian ini
yaitu pemasangan infus pada anak.

Tabel 1.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, tingkat kompetensi,
pengetahuan, sikap, tingkat kecemasan perawat dan pemasangan infus
pada anak di RS Pondok Indah Jakarta
Variabel Frekuensi %
usia 17 -
93 68,9
35 tahun
Usia
usia 36 -
42 31,1
55 tahun
Novice 49 36,3
Advanced
Tingkat Kompetensi 35 25,9
Beginner
Competent 51 37,8
Kurang
82 60,7
Pengetahuan Baik
Baik 53 39,3
Kurang
70 51,9
Sikap Baik
Baik 65 48,1
Cemas
Berat- 60 44,4
Panik
Tingkat Kecemasan
Cemas
Ringan- 75 55,6
Sedang
Kurang
58 43,0
Pemasangan Infus pada Anak Baik
Baik 77 57,0
(Sumber: Data primer diolah)

a. Distribusi frekuensi usia reponden.


Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data 68,9% (93 responden) termasuk
dalam usia 17-35 tahun dan sisanya yaitu 31,1% (42 responden)
termasuk dalam usia 36-55 tahun. Tabel tersebut menunjukkan
sebagian besar responden berusia 17-35 tahun.
b. Distribusi frekuensi tingkat kompetensi.
Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data 36,3% (49 responden) termasuk
dalam tingkat kompetensi Novice, 25,9% (35 responden) termasuk
dalam tingkat kompetensi Advanced Beginner dan sisanya yaitu
37,8% (51 responden) termasuk dalam tingkat kompetensi Competent.
Tabel tersebut menunjukkan sebagian besar responden ada pada
tingkat kompetensi Competent.
c. Distribusi frekuensi pengetahuan.
Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data 60,7% (82 responden) termasuk
dalam pengetahuan kurang baik dan sisanya yaitu 39,3% (53
responden) termasuk dalam pengetahuan baik. Tabel tersebut
menunjukkan sebagian besar responden dengan pengetahuan kurang
baik.
d. Distribusi frekuensi sikap.
Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data 51,9% (70 responden) termasuk
dalam sikap kurang baik dan sisanya yaitu 48,1% (65 responden)
termasuk dalam sikap baik. Tabel tersebut menunjukkan sebagian
besar responden dengan sikap kurang baik.
e. Distribusi frekuensi kecemasan.
Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data 44,4% (60 responden) termasuk
dalam cemas Berat-Panik dan sisanya yaitu 55,6% (75 responden)
termasuk cemas Ringan-Sedang. Tabel tersebut menunjukkan
sebagian besar responden dengan cemas Ringan-Sedang.
f. Distribusi frekuensi pemasangan infus pada anak.
Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data 43,0% (58 responden) termasuk
dalam pemasangan infus pada anak kurang baik dan sisanya yaitu
57,0% (77 responden) termasuk dalam pemasangan infus pada anak
baik. Tabel tersebut menunjukkan sebagian besar responden
melakukan pemasangan infus pada anak baik.

2. Analisis bivariat
Tabel 2.1
Hubungan Antara Usia, Tingkat Kompetensi, Pengetahuan, Sikap, Kecemasan
Perawat Dengan Kemampuan Perawat Dalam Pemasangan Infus Pada Anak di RS
Pondok Indah Jakarta 2015

Pemasangan Infus
Pada Anak p
Total
Variabel Kurang
Baik value
Baik
N % N % N %
usia 17-35
Usia 55 59,1 38 40,9 93 100,0 0,000
tahun
usia 36-55
3 7,1 39 92,0 42 100,0
tahun
Novice 38 77,6 11 22,4 49 100,0
Tingkat Advanced
15 42,9 20 57,1 35 100,0 0,000
Kompetensi Beginner
Competent 5 9,8 46 90,2 51 100,0
Kurang
46 56,1 36 43,9 82 100,0
Pengetahuan Baik 0,000
Baik 12 22,6 41 77,4 53 100,0
Kurang
34 48,6 36 51,4 70 100,0
Sikap Baik 0,172
Baik 24 36,9 41 63,1 65 100,0
Kurang
Tingkat 34 56,7 26 43,3 60 100,0
Baik 0,004
Kecemasan
Baik 24 32,0 51 68,0 75 100,0

(Sumber : Data primer diolah)

a. Hubungan Antara Usia Dengan Pemasangan Infus Pada Anak.


Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa perawat yang melakukan
pemasangan infus pada anak yang kurang baik, proporsinya lebih
banyak pada usia 17-35 tahun (59.1%) dibandingkan dengan perawat
yang usianya 36-55 tahun (7.1%). Hasil uji yang menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan, antara usia dengan pemasangan infus pada
anak, dengan nilai p Value sebesar 0.000.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh


Amalia, I (2013) menunjukkan perilaku perawat dalam melakukan
pemasangan infus pada anak dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
pendidikan, lama kerja dan pendapatan. Peneliti berasumsi usia
dewasa muda belum mempunyai keterampilan yang banyak dalam
melakukan tindakan pemasangan infus tetapi sebaliknya pada usia
dewasa akhir mempunyai pengalaman yang cukup banyak dalam
pemasangan infus pada anak. Dengan bertambahnya usia bertambah
pula pengalaman seseorang dalam melakukan tindakan. Hal ini
dijelakan pula oleh Hurlock (2005) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja.
b. Hubungan Antara Tingkat Kompetensi Dengan Pemasangan Infus
Pada Anak.
Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa perawat yang melakukan
pemasangan infus pada anak yang kurang baik, proporsinya lebih
banyak pada tingkat kompetensi Novice (77.6%) dibandingkan
dengan perawat tingkat kompetensi Competent (9.8%). Hasil uji yang
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, antara tingkat
kompetensi dengan pemasangan infus pada anak, dengan nilai p Value
sebesar 0.000.

Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Apriani. L (2014)


menjelaskan bahwa pengalaman kerja perawat dapat memberikan
asuhan keperawatan termasuk pemasangan infus. Tetapi hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnama. A (2013)
yang menjelaskan tidak ada hubungan antara masa kerja dengnan
pemasangan infus dengan p > 0,05. Peneliti berasumsi bahwa semakin
tinggi tingkat kompetensi perawat semakin baik kemampuan perawat
dalam melakukan pemasangan infus pada anak. Semakin tinggi
tingkat kompetensi semakin banyak keahlian dan keterampilan dalam
bekerja (Sastrohadiwiryo, 2010).
c. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pemasangan Infus Pada Anak.
Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa perawat yang melakukan
pemasangan infus pada anak yang kurang baik, proporsinya lebih
banyak pada tingkat pengetahuan yang kurang baik (56.1%)
dibandingkan dengan perawat dengan tingkat pengetahuan perawat
yang baik (22.6%). Hasil uji yang menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan, antara tingkat pengetahuan dengan pemasangan infus
pada anak, dengan nilai p Value sebesar 0.000.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mercedes & Deborah


(2013) yang menunjukkan bahwa pengetahuan perawat dapat
mempengaruhi perawat dalam pemasangan infus. Dengan hal ini
peneliti berasumsi semakin tinggi tingkat pegetahuan seseorang
semakin banyak kemampuan seseorang terhadap kemampuan
pemasangan infus pada anak. Pengetahuan juga diperoleh dari cara
proses belajar. Belajar merupakan suatu perubahan perilaku seseorang
dalam situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang
berulang terhadap situasi tersebut, asalkan perilaku tersebut tidak
dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon alami seseorang,
kematangan atau keadaan sementara (Kaplan, 2010). Peneliti
berasumsi pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kemampuan
dan keterampilan perawat dalam melakukan pemasangan infus pada
anak.

d. Hubungan Antara Sikap Dengan Pemasangan Infus Pada Anak.


Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa perawat yang melakukan
pemasangan infus pada anak yang kurang baik, proporsinya lebih
banyak pada sikap perawat yang kurang baik (48.6%) dibandingkan
dengan sikap perawat yang baik (36.9%). Hasil uji yang menunjukkan
tidak ada hubungan yang signifikan, antara sikap perawat dengan
pemasangan infus pada anak, dengan nilai p Value sebesar 0.172.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Aini dan Firdaus
(2013), dalam penelitiannya sikap perawat dapat mempengaruhi
dalam pemasangan infus. Peneliti berasumsi bahwa sikap merupakan
respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek, baik yang
bersifat intern ataupun ekstern, sehingga manifestasinya tidak dapat
langsung dilihat. Hal ini yang mungkin menyebabkan sikap tidak
berhubungan secara signifikan dengan kemampuan perawat dalam
pemasangan infus pada anak.
e. Hubungan Antara Kecemasan Dengan Pemasangan Infus Pada Anak.

Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa perawat yang melakukan


pemasangan infus pada anak yang kurang baik, proporsinya lebih
banyak pada dengan tingkat cemas berat-panik (56.7%) dibandingkan
dengan perawat dengan tingkat cemas ringan-sedang (32.0%). Hasil
uji yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, antara
tingkat kecemasan dengan pemasangan infus pada anak, dengan nilai
p Value sebesar 0.004.

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Carpenito (2006), faktor
yang mempengaruhi munculnya kecemasan seseorang salah satunya
faktor situasional orang ataupun lingkungan. Peneliti berasumsi
semakin perawat merasakan kecemasan pada dirinya maka dalam
pemasangan infus pada anak kemungkinan tidak berhasil semakin
besar.

D. SIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Distribusi responden yang berusia 17-35 tahun sebanyak 68,9% (93


responden).

2. Distribusi responden pada tingkat kompetensi Competent 37.1% (51


responden).

3. Pengetahuan responden mengenai pemasangan infus pada anak di RS


Pondok Indah adalah kurang baik sebanyak 60.7% (82 responden).

4. Sikap responden mengenai pemasangan infus pada anak di RS Pondok


Indah adalah kurang baik sebanyak 51.9% (70 responden).

5. Kecemasan responden mengenai pemasangan infus pada anak di RS


Pondok Indah adalah cemas ringan-sedang sebanyak 55.6% (75
responden).

6. Ada hubungan antara usia dengan kemampuan perawat dalam


pemasangan infus pada anak di RS Pondok Indah (p Value 0.000).

7. Ada hubungan antara tingkat kompetensi dengan kemampuan perawat


dalam pemasangan infus pada anak di RS Pondok Indah (p Value 0.000).

8. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kemampuan perawat dalam


pemasangan infus pada anak di RS Pondok Indah (p Value 0.000).
9. Tidak ada hubungan antara sikap dengan kemampuan perawat dalam
pemasangan infus pada anak di RS Pondok Indah (p Value 0.172).

10. Ada hubungan antara kecemasan dengan kemampuan perawat dalam


pemasangan infus pada anak di RS Pondok Indah (p Value 0.004).

Saran:

1. Bagian Nurse Education di RS Pondok Indah

Nurse Education melakukan pelatihan tentang pemasangan infus pada


anak secara berkesinambungan selama 1 bulan di unit perawatan.

2. Unit Perawatan di RS Pondok Indah

a. Kepala unit perawatan melakukan peningkatan kualitas kerja perawat


dengan mengadakan pelatihan dan seminar mengenai pengetahuan,
sikap, kecemasan dan keterampilan perawat dalam pemasangan infus
pada anak.

b. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan mengadakan program


pendidikan lebih lanjut.

E. DAFTAR PUSTAKA

Aini. Q & Firdaus.M. (2013). Pengaruh Tingkat Pengetahuan Dan Sikap


Perawat Terhadap Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO)
Pemasangan Infus Di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta,abstrac.

Arikunto, Suharsini. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik


edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Amalia, I. N. (2013). Perilaku Perawat Dalam Melakukan Atraumatik Care


Pada Perawatan Anak. Universitas Muhammadiyah Diponegoro, abstrac.

Apriani, L. (2014). Hambatan Perawat Anak Dalam Pelaksanaan Atraumatic


Care Di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga.
Universitas Kristen Satya Wacana, 26 - 41.
Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Budiman, & Riyanto, A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan


Dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Carpenito, Lynda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta:


EGC.
Coyne, I. (2006). Children’s Experience of Hospitalization. Journal of Child
Health Care. Vol. 10 (4) 326-336.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Kategori Usia.

Donna L. Wong, et.al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Alih
bahasa: Agus Sutarna, Neti. Juniarti, H. Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa
Indonesia: Egi Komara Yudha, et al. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Dreyfus, Hubert, L, dkk. (2005). Companion to Heidegger. United


Kingdom: Blackwell Publishing.

Hastono, Sutanto Priyo dan Sabri, Luknis. (2011). Statistik Kesehatan.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hidayat, Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik


Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hockenberry, M. J. (2009). Wong’s Essential of Pediatric Nursing (7th


edition). St. Louis: Elsevier Mosby.

Hurlock, E. B. (2009). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kaplan, H.I & Sadock, B. J. (2010). Sinopsis Psikiatri (Synopsis of


Psychiatry). Diterjemahkan oleh Widjaja Kusuma. Jakarta: Bina Aksara.
Widjaja Kusuma. Jakarta: Bina Aksara.

Meliono. (2007). MPKT modul 1. Jakarta: Lembang penerbitan FEUI.

Nanda Internasional. (2010). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.


Nelko. (2013). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Stres
Hospitalisasi Pada Anak Usia Sekolah 6 - 12 Tahun di Irina E RSUP
Prof. DR. R. D. Kandou Manado. ejournal keperawatan ( e-Kp ) Volume
1 Nomor 1, 1 - 8.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku.Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novi, T. (2013). Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Anak Usia Sekolah


yang Mendapatkan Tindakan Invasif di RSUP H. Adam Malik.

Nursalam, dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (untuk


perawat dan bidan) Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.

Perry, P. &. (2006). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research Generating And


Assessing Evidence For Nursing Practice Ninth Edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

Purnama.A. (2013). Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Masa Kerja Perawat


Dengan Tindakan Pemasangan Infus Sesuai Standart Operating
Procedure di RS Roemani Muhammadiyah Semarang.

Purnamasari, E. P. (2015). Panduan Menyusun SOP. Yogyakarta: KOBIS.

Riyadi, S., & Sukarmin, d. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ronny Kountur, D. (2009). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan


Tesis Edisi Revisi. Jakarta: Percetakan Buana Printing.

Sastrohadiwiryo, Siswanto. (2010). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia.


Jakarta: Bumi Aksara.
Stanley, M., & Pollard, D. (2013). Relationship Between Knowledge,
Attitudes, and Self-Efficacy of Nurses in The Management of Pediatric
Pain. Pediatric Nursing, 165 - 170.

Stuart, G. W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 5. Jakarta: EGC.

Subkhan. (2011). Pendampingan Orang Tua TerhadapRespon Penerimaan


Anak Usia Pra Sekolah Pada Tindakan Invasif Pemasangan Infus Di
Rumah Sakit Umum DaerahKraton Kabupaten Pekalongan. ejournal
keperawatan ( e-Kp ) Volume 1 Nomor 1.

Susilo, W. H. (2013). Prinsip-Prinsip Biostatika dan Aplikasi SPSS pada


Ilmu Keperawatan. Jakarta: In Media.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN


2014 TENTANG KEPERAWATAN

Wocial, L., & etc. (2010). Impact of Pediatric Nurses' Uniforms on


Perceptions of Nurse Profesionalism. Pediatric Nursing, 320 -326.

You might also like