You are on page 1of 117

BUKU I

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
TAHUN ANGGARAN 2009

DI
BLANGPIDIE

BPK RI PERWAKILAN PROVINSI NAD


DI BANDA ACEH

Nomor : 19.A/LHP/XVIII.BAC/08/2010
Tanggal : 3 Agustus 2010
DAFTAR ISI

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN ANGGARAN 2009

Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................................i
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN .....................ii
GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN ......................................................................1
LAPORAN KEUANGAN POKOK ...............................................................................3
A. Neraca .......................................................................................................................3
B. Laporan Realisasi Anggaran ......................................................................................5
C. Laporan Arus Kas ......................................................................................................8
D. Catatan atas Laporan Keuangan .................................................................................10
Lampiran-Lampiran

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman i dari iii


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
Badan Pemeriksan Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca per 31 Desember 2009 dan 2008,
serta Laporan Realisasi Anggaran, dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal tersebut serta Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan opini
atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan.
BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan
pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan
prinsip akuntansi dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Barat
Daya, serta penilaian terhadap penyajian atas laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin
bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan opini.
Sebagaimana diungkap dalam Catatan atas Laporan Keuangan poin 3.I.1 tentang penjelasan Kas di
Kas Daerah diketahui saldo Kas di Kas Daerah per 31 Desember 2009 disajikan sebesar
Rp7.029.798.650,14. Diantaranya terdapat Kasbon sebesar Rp2.560.535.600,00 yang belum
dipertanggungjawabkan, kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp234.958.431,00, dan selisih
pencatatan BKU dari tahun sebelumnya sebesar Rp659.872.618,04 yang belum dapat dijelaskan.
Sebagaimana diungkap dalam Catatan atas Laporan Keuangan poin 3.I.2 tentang penjelasan Kas di
Bendahara Pengeluaran diketahui saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2009
disajikan sebesar Rp2.209.474.177,96. Diantaranya terdapat Kas di Bendahara Pengeluaran TA
2007 sebesar Rp403.666.620,00 dan UMK atau Kasbon TA 2008 sebesar Rp1.456.753.075,54 dan
Kas di Bendahara Pengeluaran TA 2009 sebesar Rp27.040.220,00 atau seluruhnya sebesar
Rp1.887.459.915,54 yang belum dipertanggungjawabkan.
Sebagaimana diungkap dalam Catatan atas Laporan Keuangan poin 3.I.6 tentang penjelasan Aset
Tetap diketahui saldo aset tetap per 31 Desember 2009 disajikan sebesar Rp672.681.836.756,00.
Saldo tersebut dicatat hanya berdasarkan realisasi belanja modal tiap tahun dan belum didukung

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman ii dari iii


dengan rincian daftar aset tetap yang memadai. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya belum
pernah melakukan inventarisasi terhadap aset tetap.
Menurut pendapat BPK, kecuali atas hal-hal yang diungkapkan pada ketiga paragraf di atas,
laporan keuangan yang disebut di atas menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material,
posisi keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya tanggal 31 Desember 2009, serta realisasi
anggaran, dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan ketentuan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem
Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan disajikan dalam
laporan No. 19.B/LHP/XVIII.BAC/08/2010 tanggal 3 Agustus 2010 dan No.
19.C/LHP/XVIII.BAC/08/2010 tanggal 3 Agustus 2010 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari laporan ini.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman iii dari iii


GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

1. Dasar Hukum Pemeriksaan


a. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
c. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
d. UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

2. Tujuan Pemeriksaan
Untuk memberikan opini atas tingkat kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam
laporan keuangan didasarkan kepada kriteria:
a. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan atau prinsip-prinsip
akuntansi yang ditetapkan dalam berbagai peraturan perUndang-Undangan.
b. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosure).
c. Kepatuhan terhadap peraturan perUndang-Undangan.
d. Sistem Pengendalian Intern tersebut baik terhadap informasi keuangan yang dihasilkan
maupun terhadap pengamanan atas kekayaannya telah dirancang dan dilaksanakan
secara memadai.

3. Sasaran Pemeriksaan
Pemeriksaan LKPD TA 2009 meliputi pengujian atas akun-akun dan saldo yang disajikan
dalam Neraca serta transaksi-transaksi pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Pengujian
atas Laporan Keuangan bertujuan untuk menguji semua pernyataan (asersi) dalam informasi
keuangan yang meliputi:
a. Keberadaan dan keterjadian
Bahwa seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana yang disajikan dalam Neraca per 31
Desember 2009 dan seluruh pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang terjadi selama
periode anggaran Tahun 2009 yang diaudit telah didukung dengan bukti–bukti yang
memadai.
b. Kelengkapan
Bahwa semua transaksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang terjadi selama
periode tersebut dan aset serta kewajiban pemerintah daerah telah dicatat seluruhnya
dalam laporan keuangan.
c. Hak dan Kewajiban
Bahwa seluruh aset dan kewajiban yang tercatat merupakan milik dan kewajiban
pemerintah daerah dan realisasi pendapatan dan belanja yang tercatat merupakan
penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah.
d. Penilaian dan Alokasi
Bahwa seluruh aset, kewajiban, pendapatan, belanja, dan pembiayaan telah dinilai secara
memadai dan diklasifikasikan sesuai dengan standar/ketentuan yang telah ditetapkan.

Halaman 1 dari 41
e. Penyajian dan Pengungkapan
Bahwa laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan ketentuan dan Catatan atas
Laporan Keuangan telah mengungkapkan informasi keuangan yang memadai.

4. Standar Pemeriksaan
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009
dilakukan dengan berpedoman kepada Peraturan BPK No. 01 Tahun 2007 tentang Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

5. Waktu Pemeriksaan
Jangka waktu pemeriksaan selama 35 (tiga puluh lima) hari terhitung mulai tanggal 30 Juni
s.d. 3 Agustus 2009.

6. Obyek Pemeriksaan
Obyek pemeriksaan adalah Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya TA
2009.

7. Batasan dan Kendala Pemeriksaan


Dalam rangka pelaksanaan salah satu tugas konstitusionalnya yaitu pemeriksaan atas
Laporan Keuangan, BPK masih menghadapi kendala bahwa Pemerintah Daerah belum
memahami sepenuhnya sistem pembukuan berganda (double entry) dan dasar pencatatan
akrual. Disamping itu, dalam menyajikan aset tetap dalam neraca, BPK masih mempunyai
kendala dalam menguji secara substantif asersi kepemilikan dari aset tersebut, karena
penatausahaan aset di Kabupaten Aceh Barat Daya belum tertib.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

Halaman 2 dari 41
LAPORAN KEUANGAN POKOK
A. NERACA

S A
P E
UE K A H
K HE U A NG
EN SA HO U L

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA


NERACA
PER 31 DESEMBER 2009 dan 2008

(dalam rupiah)
URAIAN TA 2009 TA 2008
1 2 3
ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah 7.029.798.650,14 6.068.136.264,46
Kas di Bendahara Pengeluaran 2.209.474.177,96 7.180.825.674,54
Kas di Bendahara Penerimaan 0,00 0,00
Piutang Lain-lain 4.364.700.542,00 4.532.200.542,00
Persediaan 6.356.273.845,00 5.457.761.145,00
Jumlah Aset Lancar 19.960.247.215,10 23.238.923.626,00
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Non Permanen 0,00 0,00
Jumlah Investasi Non Permanen 0,00 0,00
Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 5.575.000.000,00 5.575.000.000,00
Jumlah Investasi Permanen 5.575.000.000,00 5.575.000.000,00
Jumlah Investasi Jangka Panjang
ASET TETAP
Tanah 128.080.582.377,00 127.225.761.777,00
Peralatan dan Mesin 91.753.995.923,00 82.234.970.703,00
Gedung dan bangunan 192.236.380.802,50 187.416.042.297,50
Jalan, Irigasi dan Jaringan 219.550.535.073,50 211.851.098.533,50
Aset Tetap Lainnya 6.803.363.875,00 6.428.253.875,00
Konstruksi Dalam Pengerjaan 34.256.978.705,00 4.820.338.505,00
Jumlah Aset Tetap 672.681.836.756,00 619.976.465.691,00
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran 0,00 0,00
Dana Sitaan 0,00 0,00
Jumlah Aset Lainnya 0,00 0,00
JUMLAH ASET 698.217.083.971,10 648.790.389.317,00
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Pajak 1.552.681.936,00 6.526.799.545,00
Utang Jangka Pendek Lainnya 0,00 18.329.201.883,00
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 1.552.681.936,00 24.856.001.428,00

Halaman 3 dari 41
1 2 3
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang dalam Negeri 0,00 0,00
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 0,00 0,00
JUMLAH KEWAJIBAN 1.552.681.936,00 24.856.001428,00
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) 7.686.590.892,10 6.722.162.394,00
Cadangan Piutang 4.364.700.542,00 4.532.200.542,00
Cadangan Persediaan 6.356.273.845,00 5.457.761.145,00
Dana yang harus disediakan untuk Pembayaran Hutang
Jangka Pendek 0,00 (18.329.201.883,00)
Jumlah Ekuitas Dana Lancar 18.407.565.279,10 (1.617.077.802,00)
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi Jk Panjang 5.575.000.000,00 5.575.000.000,00
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 672.681.836.756,00 619.976.465.691,00
Jumlah Ekuitas Dana Investasi 678.256.836.756,00 625.551.465.691,00
EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan 0,00 0,00
Jumlah Ekuitas Dana Cadangan 0,00 0,00
JUMLAH EKUITAS DANA 696.664.402.035,10 623.934.387.889,00
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 698.217.083.971,10 648.790.389.317,00

BUPATI ACEH BARAT DAYA

AKMAL IBRAHIM

Halaman 4 dari 41
B. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

S A
P E
UE K A H
K HE U A NG
EN SA HO U L

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA


LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2009 dan 2008

(dalam rupiah)
Tahun 2009
URAIAN Tahun 2008
Anggaran Realisasi %
1 2 3 4 5
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah 2.200.000.000,00 2.344.614.469,00 106,57 2.196.642.560,00
Pendapatan Retribusi Daerah 2.019.500.000,00 992.894.584,00 49,17 797.517.031,00
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1.000.000.000,00 892.132.360,00 89,21 891.301.291,00
yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 9.780.500.000,00 2.889.774.921,10 29,55 2.417.938.571,00
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 15.000.000.000,00 7.119.416.334,10 47,46 6.303.399.453,00
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT – DANA
PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak 32.778.986.000,00 23.334.733.924,00 71,19 19.023.333.340,00
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 16.165.684.827,00 8.147.976.088,00 50,40 25.278.473.973,00
Dana Alokasi Umum 231.876.760.000,00 231.871.423.000,00 100,00 226.924.281.000,00
Dana Alokasi Khusus 38.035.000.000,00 38.035.000.000,00 100,00 40.199.000.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat – Dana
Perimbangan 318.856.430.827,00 301.389.133.012,00 94,52 311.425.088.313,00
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT – LAINNYA
Dana Penyesuaian 0,00 4.778.550.000,00 0,00
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat –
Lainnya 0,00 4.778.550.000,00 0,00
TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 13.447.813.358,00 8.048.837.094,00 59,85 9.705.338.341,00
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 0,00 0,00 0,00
Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi 13.447.813.358,00 8.048.837.094,00 59,85 9.705.338.341,00
Total Pendapatan Transfer 332.304.244.185,00 314.216.520.106,00 94,56 321.130.426.654,00

Halaman 5 dari 41
1 2 3 4 5
PENDAPATAN LAIN-LAIN YANG SAH
Pendapatan Hibah 0,00 0,00 0,00 0,00
Pendapatan Dana Darurat 0,00 0,00 0,00 0,00
Pendapatan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah Pendapatan Lain-lain yang Sah 0,00 0,00 0,00 0,00
JUMLAH PENDAPATAN 347.304.244.185,00 321.335.936.440,10 92,52 327.433.826.107,00
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 176.535.236.146,00 167.756.782.914,00 95,03 158.783.521.361,00
Belanja Barang dan Jasa 74.689.669.627,00 60.262.070.204,00 80,68 92.785.041.665,00
Belanja Subsidi 0,00 0,00 0,00
Belanja Bantuan Sosial 2.357.753.000,00 1.693.359.876,00 71,82 4.551.659.937,00
Belanja Hibah 87.547.000,00 0,00 0,00 0,00
Belanja Bantuan Keuangan 19.229.727.000,00 19.005.447.000,00 98,83 0,00
Jumlah Belanja Operasi 272.899.932.773,00 248.717.659.994,00 91,14 256.120.222.963,00
BELANJA MODAL
Belanja Tanah 895.140.600,00 854.820.600,00 95,50 13.906.270.425,00
Belanja Peralatan dan Mesin 10.300.793.638,00 9.519.025.220,00 92,41 14.764.278.100,00
Belanja Gedung dan Bangunan 13.852.309.229,00 10.950.499.550,00 79,05 19.687.707.447,00
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 36.376.570.956,00 31.005.915.695,00 85,24 31.524.261.286,00
Belanja Aset Tetap Lainnya 347.457.500,00 375.110.000,00 107,96 228.262.800,00
Belanja Aset Lainnya 0,00 0,00 0,00
Jumlah Belanja Modal 61.772.271.923,00 52.705.371.065,00 85,32 80.110.780.058,00
BELANJA TAK TERSANGKA
Belanja Tak Tersangka 1.025.000.000,00 619.275.000,00 60,42 982.784.050,00
Jumlah Belanja Tak Tersangka 1.025.000.000,00 619.275.000,00 982.784.050,00
JUMLAH BELANJA 335.697.204.696,00 302.042.306.059,00 337.213.787.071,00
TRANSFER
Transfer/Bagi Hasil ke Desa
Bagi Hasil Pajak 0,00 0,00 0,00 0,00
Bagi Hasil Retrisbusi 0,00 0,00 0,00 0,00
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 0,00 0,00 0,00 2.529.887.536,00
Jumlah Transfer 0,00 0,00 2.529.887.536,00
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 335.697.204.696,00 302.042.306.059,00 339.743.674.607,00
SURPLUS/(DEFISIT) 11.607.039.489,00 19.293.630.381,10 (12.309.848.500,00)

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan SiLPA 6.722.162.394,00 6.722.162.394,00 100,00 19.032.010.894,00
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 6.722.162.394,00 6.722.162.394,00 100,00 19.032.010.894,00

Halaman 6 dari 41
1 2 3 4 5
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembayaran Pokok Utang 18.329.201.883,00 18.329.201.883,00 100,00 0,00
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 18.329.201.883,00 18.329.201.883,00 100,00 0,00
PEMBIAYAAN NETTO 0,00 (11.607.039.489,00) 19.032.010.894,00
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) 0,00 7.686.590.892,10 6.722.162.394,00

BUPATI ACEH BARAT DAYA

AKMAL IBRAHIM

Halaman 7 dari 41
C. LAPORAN ARUS KAS

S A
P E
UE K A H
K HE U A NG
EN SA HO U L

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA


LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2009 dan
2008

m)mm) (dalam rupiah)

Uraian TAHUN 2009 TAHUN 2008


1 2 3
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus Masuk Kas
Pendapatan Pajak Daerah 2.344.614.469,00 2.196.642.560,00
Pendapatan Retribusi Daerah 992.894.584,00 797.517.031,00
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan 892.132.360,00 891.301.291,00
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 2.889.774.921,10 2.417.938.571,00
Dana Bagi Hasil Pajak 23.334.733.924,00 19.023.333.340,00
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (sumber daya alam) 8.147.976.088,00 25.278.473.973,00
Dana Alokasi Umum 231.871.423.000,00 226.924.281.000,00
Dana Alokasi Khusus 38.035.000.000,00 40.199.000.000,00
Dana Penyesuaian 4.778.550.000,00 0,00
Pendapatan Bagi Hasil Pajak (Provinsi) 8.048.837.094,00 9.705.338.341,00
Jumlah Arus Masuk Kas 321.335.936.440,10 327.433.826.107,00
Arus Keluar Kas
Belanja Pegawai 167.756.782.914,00 158.783.521.361,00
Belanja Barang dan Jasa 60.262.070.204,00 92.785.041.665,00
Belanja Subsidi 0,00 0,00
Belanja Hibah 0,00 0,00
Belanja Bantuan Sosial 1.693.359.876,00 4.551.659.937,00
Belanja Tidak Tersangka 619.275.000,00 982.784.050,00
Bagi Hasil Pendapatan lainnya ke Kabupaten/Kota 19.005.447.000,00 2.529.887.536,00
Jumlah Arus Keluar Kas 249.336.934.994,00 259.632.894.549,00
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 71.999.001.446,10 67.800.931.558,00

Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan


Arus Masuk Kas 0,00 0,00

Halaman 8 dari 41
1 2 3
Jumlah Arus Masuk Kas 0,00 0,00
Arus Keluar Kas
Belanja Tanah 854.820.600,00 13.906.270.425,00
Belanja Peralatan dan Mesin 9.519.025.220,00 14.764.278.100,00
Belanja Gedung dan Bangunan 10.950.499.550,00 19.687.707.447,00
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 31.005.915.695,00 31.524.261.286,00
Belanja Aset Tetap Lainnya 375.110.000,00 228.262.800,00
Belanja Aset Lainnya 0,00 0,00
Jumlah Arus Keluar Kas 52.705.371.065,00 80.110.780.058,00
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non
Keuangan (52.705.371.065,00) (80.110.780.058,00)
Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
Arus Masuk Kas
Penerimaan dari divestasi 0,00 0,00
Jumlah Arus Masuk Kas 0,00 0,00
Arus Keluar Kas
Pembayaran Pokok Utang 18.329.201.883,00 0,00
Jumlah Arus Keluar Kas 18.329.201.883,00 0,00
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (18.329.201.883,00) 0,00

Arus Kas dari Aktivitas Non Anggaran


Arus Masuk Kas
Penerimaan Perhitungan Fihak ketiga 23.373.122.183,00 22.223.043.548,00
Jumlah 23.373.122.183,00 22.223.043.548,00
Arus Keluar Kas
Pengeluaran Perhitungan Fihak ketiga 28.347.239.792,00 15.696.244.003,00
Jumlah 28.347.239.792,00 15.696.244.003,00
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran (4.974.117.609,00) 6.526.799.545,00
Kenaikan/Penurunan Kas (4.009.689.110,90) (5.783.048.955,00)

Saldo Awal Kas 13.248.961.939,00 19.032.010.894,00


Saldo Akhir Kas 9.239.272.828,10 13.248.961.939,00
Terdiri dari:
Saldo Akhir Kas di BUD 7.029.798.650,14 6.068.136.264,46
SaldoAkhir Kas di Bendahara Pengeluaran 2.209.474.177,96 7.180.825.674,54

BUPATI ACEH BARAT DAYA

AKMAL IBRAHIM

Halaman 9 dari 41
D. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

4.1 Pendahuluan
Laporan Keuangan mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman
diantara pembacanya, untuk menghindari kesalahpahaman, harus dibuat Catatan atas
Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami
Laporan Keuangan. Oleh karena itu, penyajian Catatan atas Laporan Keuangan
dimaksudkan agar Laporan Keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak
terbatas hanya untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan.
Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009 meliputi
kebijakan-kebijakan akuntansi dan penjelasan pos yang terinci atau analisis atas nilai suatu
pos yang disajikan dalam Laporan Keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai
yaitu:
4.1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian dari Laporan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah disusun berdasarkan Laporan Realisasi APBK dengan memuat
penjelasan pos-pos Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK).
Penyusunan Catatan atas Laporan Keuangan memuat informasi mengenai pelaksanaan
APBK TA 2009 yang meliputi:
a. Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target;
b. Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan;
c. Kebijakan akuntansi yang penting;
d. Penjelasan pos-pos laporan keuangan;
e. Pengungkapan pos-pos laporan keuangan yang menggunakan basis akrual dan
informasi tambahan lainnya.
4.1.2 Dasar Hukum Penyusunan Catatan atas Laporan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan didasarkan pada:
a. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 No. 47, Tambahan Lembaran Negara No. 4286);
b. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 5, Tambahan Negara No. 4355);
c. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 125, Tambahan Lembaran Negara No.
4437);
d. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara No. 4438);

Halaman 10 dari 41
e. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 No. 137, Tambahan Lembaran Negara No.
4575);
f. Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 No. 136, Tambahan Lembaran Negara No.
4574);
g. Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 No. 138, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4576);
h. Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 No. 165, Tambahan Lembaran Negara No. 4593);
i. Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara
Tahun 2006 No. 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4633);
j. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
k. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
l. Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah;
m. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah di ubah dengan peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri No. 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
n. Qanun Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2009 tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009.

Halaman 11 dari 41
1. KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN
Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 bahwa
perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal
mengandung pengertian bahwa kepada Daerah diberikan kewenangan untuk memanfaatkan
sumber keuangan sendiri dan didukung dengan perimbangan keuangan antara Pusat dan
Daerah.
Sejalan dengan pembagian kewenangan yang disebutkan di atas, maka pengaturan
pembiayaan Daerah dilakukan berdasarkan asas penyelenggaraan pemerintahan tersebut.
Pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan asas desentralisasi dilakukan atas
beban APBK, sedangkan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka
pelaksanaan asas dekonsentrasi dilakukan atas beban APBN dan pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka tugas pembantuan dibiayai atas beban
anggaran tingkat pemerintahan yang menugaskan.
Selanjutnya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada
masyarakat berdasarkan asas desentralisasi, kepada Daerah diberikan kewenangan untuk
memungut pajak dan retribusi (tax assignment) dan pemberian bagi hasil penerimaan
(revenue sharing) serta bantuan keuangan (grant) atau dikenal sebagai Dana Perimbangan.
Daerah juga diberikan kewenangan untuk melakukan pinjaman baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri. Pinjaman tersebut dapat berupa pinjaman jangka pendek untuk
membiayai kesulitan arus kas Daerah dan pinjaman jangka panjang untuk membiayai
kebutuhan pengeluaran dan penyediaan sarana dan prasarana Daerah.
Penyusunan APBK TA 2009 didasarkan pada pendekatan kinerja yang mengutamakan
output, outcome dan manfaat dari setiap alokasi biaya yang direncanakan, dengan
berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, disiplin, adil, efisien dan efektif.
Transparansi dan akuntabilitas merupakan wujud pertanggungjawaban pemerintah daerah
terhadap pelaksanaan anggaran, sementara disiplin anggaran dimaksudkan adanya
keseimbangan antara pendapatan dan belanja, prinsip lain yang dilaksanakan adalah prinsip
partisipatif untuk mengakomodasikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat serta prinsip
anggaran kinerja yang didasarkan pada indikator-indikator yang jelas dan terukur.
Sumber-sumber pembiayaan Daerah yang utama dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
fiskal meliputi:
a. Pendapatan Asli Daerah
Salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah pemberian sumber-
sumber penerimaan bagi Daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri sesuai
dengan potensinya masing-masing. Kewenangan Daerah untuk memungut pajak dan
retribusi diatur dengan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 yang merupakan
penyempurnaan dari Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 dan ditindaklanjuti dengan
peraturan pelaksanaannya yaitu dengan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001
tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah.
Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut, Daerah diberikan
kewenangan untuk memungut 11 jenis pajak dan 28 jenis retribusi. Penetapan jenis
pajak dan retribusi tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa jenis pajak dan

Halaman 12 dari 41
retribusi tersebut secara umum di pungut hampir di semua Daerah dan merupakan
jenis pungutan yang secara teoritis dan praktek merupakan jenis pungutan yang baik.
b. Dana Perimbangan
1) Bagian Daerah dalam bentuk bagi hasil penerimaan (Revenue Sharing).
Untuk menambah pendapatan Daerah dalam rangka pembiayaan pelaksanaan
fungsi yang menjadi kewenangan dilakukan dengan pola bagi hasil penerimaan
pajak dan bukan pajak (SDA) antara Pusat dan Daerah sesuai dengan Undang-
Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah.
2) Dana Alokasi Umum (DAU).
Implikasi langsung dari kewenangan/fungsi yang diserahkan kepada Daerah
sesuai dengan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 adalah kebutuhan dana yang
cukup besar, oleh karenanya diperlukan bantuan dana dari Pemerintah Pusat
dalam bentuk dana perimbangan.
Untuk mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan
pajak antara Pusat dan Daerah telah diatasi dengan adanya perimbangan
keuangan antara Pusat dan Daerah (dengan kebijakan bagi hasil dan DAU
minimal sebesar 25% dari Penerimaan Dalam Negeri). Dengan perimbangan
tersebut, khususnya dari DAU akan memberikan kepastian bagi Daerah dalam
memperoleh sumber-sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan
pengeluaran yang menjadi tanggungjawabnya.
Berdasarkan konsep fiscal gap, kontribusi DAU Daerah yang memiliki
kemampuan relatif besar akan lebih kecil dan sebaliknya Daerah yang
mempunyai kemampuan keuangan relatif kecil akan memperoleh DAU yang
relatif besar.
3) Dana Alokasi Khusus.
Pada hakikatnya pengertian Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana berasal
dari APBN, yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu membiayai
kebutuhan khusus. Pengalokasian DAK ditentukan dengan memperhatikan
tersedianya dana dalam APBN. Yang dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah
(i) kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi
umum, dalam pengertian kebutuhan yang tidak sama dengan kebutuhan Daerah
lain, misalnya: kebutuhan di kawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis
investasi/prasarana baru, pembangunan jalan dikawasan terpencil, saluran irigasi
primer dan saluran drainase primer dan (ii) kebutuhan yang merupakan komitmen
atau prioritas nasional.
Implementasi konsep DAK di Indonesia mencakup pula alokasi dana untuk
kegiatan penghijauan dan reboisasi, dimana pembiayaannya berasal dari
penerimaan Dana Reboisasi (DR) dalam untuk melibatkan Pemerintah Daerah
penghasilan Dana Reboisasi dalam kegiatan penghijauan dan reboisasi kawasan
hutan di Daerahnya, dimana kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan
yang menjadi prioritas nasional.

Halaman 13 dari 41
c. Pinjaman Daerah.
Untuk membiayai kebutuhan Daerah berkaitan dengan penyediaan prasarana yang
dapat menghasilkan (pengeluaran modal), Daerah juga dapat melakukan pinjaman
baik dari dalam negeri (Pusat dan Lembaga Keuangan) maupun dari luar negeri
dengan persetujuan Pemerintah Pusat.
KINERJA KEUANGAN DAERAH
Perkembangan realisasi dan rencana kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat
Daya adalah sebagai berikut:
1.1Realisasi TA 2009
(dalam rupiah)

No Uraian Anggaran Realisasi %

A. Pendapatan Asli Daerah 15.000.000.000,00 7.119.416.334,10 47,46


1 Pendapatan Pajak Daerah 2.200.000.000,00 2.344.614.469,00 106,57
2 Pendapatan Retribusi Daerah 2.019.500.000,00 992.894.584,00 49,16
3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan 1.000.000.000,00 892.132.360,00 89,21
4 Lain-lain PAD yang Sah 9.780.500.000,00 2.889.774.921,10 29,55
B. Pendapatan Transfer
1 Transfer Pemerintah Pusat – Dana
Perimbangaan 318.856.430.827,00 301.389.133.012,00 94,52
2 Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya 0,00 4.778.550.000,00
3 Transfer Pemerintah Provinsi 13.447.813.358,00 8.048.837.094,00 59,85
C. Lain-lain Pendapatan yang Sah 0,00 0,00
Jumlah 347.304.244.185,00 314.216.520.106,00 94,56

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009
sebesar Rp7.119.416.334,10 berarti kontribusi PAD terhadap realisasi pendapatan
Daerah sebesar 2,27%. Dengan demikian ketergantungan keuangan Pemerintah
Daerah pada Pemerintah Pusat dan Provinsi masih cukup besar yaitu sebesar 95,92 %
Komposisi PAD terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang Sah sebagaimana yang
tertera dalam tabel di atas. Penerimaan PAD terbesar diperoleh dari Lain lain PAD
Yang Sah sebesar Rp2.289.774.921,10 atau 0,92%, dari Pajak Daerah sebesar 0,75%,
Retribusi Daerah sebesar 0,32% dan Hasil Perusahaan Milik Daerah sebesar 0,28%.
Pendapatan daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan Tahun 2009 terealisasi
sebesar Rp301.389.133.012,00, terdiri dari Bagi Hasil Pajak sebesar
Rp23.334.733.924,00 dan Bukan Pajak sebesar Rp8.147.976.088,00, Dana Alokasi
Umum sebesar Rp231.871.423.000,00, Dana Alokasi Khusus sebesar
Rp38.035.000.000,00, sedangkan Penerimaan dari Provinsi sebesar
Rp8.048.837.094,00, hal tersebut menunjukan ketergantungan APBK Aceh Barat
Daya terhadap Dana Perimbangan sangat besar terutama yang bersumber dari DAU &
DAK. Dana DAU sebesar 69,30 % dialokasikan untuk membayar gaji Pegawai

Halaman 14 dari 41
Negeri Sipil yang dialokasikan ke dalam Belanja Aparatur, Pelayanan Publik dan
lainnya. Hal ini menggambarkan pula bahwa mengapa Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat Daya belum maksimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, karena
kebutuhan untuk pembayaran gaji dan Belanja Aparatur tidak mungkin dikurangi
karena sifatnya given.
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya berupaya mengatasi keterbatasan-
keterbatasan keuangan Daerah dengan menyempurnakan manajemen keuangan,
melakukan efisiensi dan penghematan, mempertajam prioritas dan berupaya untuk
menggali sumber-sumber Pendapatan Daerah yang baru dan meningkatkan
penerimaan keuangan baik dari Pemerintah Pusat maupun Provinsi dalam penyediaan
fasilitas pelayanan publik.
1.2 Hambatan dan Kendala Dalam Pencapaian Target.
Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja yang telah
ditetapkan pada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya adalah tidak tercapainya
target pendapatan daerah yang ditetapkan dalam APBK TA 2009.

Halaman 15 dari 41
2. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Kebijakan Akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-
aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya
meliputi:
2.1Entitas Pelaporan Keuangan Daerah
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya memberikan wewenang kepada Kepala Dinas
Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD)
untuk mengelola administrasi keuangan daerah beserta pelaporan keuangannya.
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) selaku entitas
pelaporan melakukan fungsi penganggaran, fungsi verifikasi, fungsi perbendaharaan
dan fungsi akuntansi.
Laporan keuangan yang dihasilkan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca
Daerah, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.
2.2Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan adalah basis kas untuk
pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam perhitungan realisasi anggaran
dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca daerah.
2.3Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan Pendapatan
Pendapatan diakui pada saat diterima pada rekening kas daerah dan berdasarkan asas
bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto atau nilai nominal yang tertera
pada dokumen Surat Tanda Setoran (STS) atau dokumen lainnya yang dipersamakan
sesuai dengan posnya masing-masing, dan tidak mencatat jumlah netonya atau setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran.
Pengakuan Belanja
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas daerah dan
berdasarkan asas bruto, yaitu dengan membukukan pengeluaran berdasarkan jumlah
nominal yang terdapat pada dokumen Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sesuai
dengan posnya masing-masing.
Pengakuan Investasi
Suatu pengeluaran kas atau aset diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah satu
kriteria:
1) Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa
yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah.
2) Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai.

Halaman 16 dari 41
Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui sebagai pengeluaran kas
pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam laporan realisasi anggaran,
sedangkan pengeluaran untuk memperoleh investasi jangka panjang diakui sebagai
pengeluaran pembiayaan.
Secara umum Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya dalam menetapkan kebijakan
akuntansi berpedoman kepada ketentuan yang diatur dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya dihasilkan mulai dari
proses pencatatan jurnal transaksi, pemindahbukuan ke buku besar, penyesuaian-
penyesuaian pos-pos akrual dan pengikhtisaran.
Untuk TA 2009 dokumen sumber sebagai dasar pencatatan penerimaan adalah STS
dan dokumen lainnya yang dipersamakan, sedangkan dasar pencatatan pengeluaran
adalah SP2D dan Surat Pertanggung Jawaban (SPJ).
Laporan yang dihasilkan dari Aplikasi SKPD setiap periode dapat dicetak laporan
keuangan beserta laporan lainnya berupa buku besar, laporan bulanan dan triwulan.
Format laporan keuangan untuk TA 2008 dan 2009 sistem dan prosedur mengikuti
ketentuan Permendagri No. 59 tahun 2007. Format laporan keuangan belum
sepenuhnya mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Dalam PP No. 24 tahun 2005 tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan, kebijakan
akuntansi yang diterapkan mencakup masalah pengakuan, pengukuran, penilaian, dan
pengungkapan.
2.4Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang
yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk
digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis
pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen
bekas.
Persediaan dapat meliputi barang konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan, suku
cadang, persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan leges, bahan
baku, barang dalam proses/setengah jadi, tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat, dan hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga antara lain berupa
cadangan energi (misalnya minyak) atau cadangan pangan (misalnya beras).
Pengakuan Persediaan
Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau
kepenguasaannya berpindah. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat
berdasarkan hasil inventarisasi fisik.

Halaman 17 dari 41
Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki dan akan dipakai dalam
pekerjaan pembangunan fisik yang dikerjakan secara swakelola, dimasukkan sebagai
perkiraan aset untuk kontruksi dalam pengerjaan, dan tidak dimasukkan sebagai
persediaan.
Pengukuran
Persediaan disajikan sebesar:
1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan
persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan
biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan.
Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.
Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir
diperoleh.
2) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Biaya standar
persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang
diproduksi dan biaya overhead tetap dan variabel yang dialokasikan secara
sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi persediaan.
3) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
Pengungkapan
Persediaan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu, di dalam Catatan
atas Laporan Keuangan harus diungkapkan pula:
1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
2) Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi
yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat ;
3) Kondisi persediaan;
4) Hal-hal lain yang perlu diungkapkan berkaitan dengan persediaan, misalnya
persediaan yang diperoleh melalui hibah atau rampasan.
Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
2.5Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
anggaran dan digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan Kabupaten
Aceh Barat Daya dan dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
1) Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan
maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
siap dipakai.

Halaman 18 dari 41
Tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh instansi pemerintah di luar negeri, atau
tanah yang digunakan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, hanya diakui
bila kepemilikan tersebut berdasarkan isi perjanjian penguasaan dan hukum serta
perUndang-Undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik
Indonesia berada bersifat permanen.
Pengakuan
Kepemilikan atas Tanah ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa telah terjadi
perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum seperti sertifikat
tanah. Apabila perolehan tanah belum didukung dengan bukti secara hukum maka
tanah tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaannya telah
berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah
atas nama pemilik sebelumnya.
Pengukuran
Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga
pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka
memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya
yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai.
Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli
tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.
Apabila penilaian tanah dengan menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan maka nilai tanah didasarkan pada nilai wajar/harga taksiran pada
saat perolehan.
Pengungkapan
Tanah disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan
atas Laporan Keuangan harus diungkapkan pula dasar penilaian yang digunakan,
Rekonsiliasi jumlah yang tercatat pada awal dan akhir periode menurut jenis
tanah yang menunjukkan penambahan, pelepasan dan mutasi tanah lainnya.
2) Gedung dan Bangunan
Gedung dan Bangunan mencakup seluruh Gedung dan Bangunan yang dibeli atau
dibangun dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah
dan dalam kondisi siap dipakai.
Termasuk dalam kategori Gedung dan Bangunan adalah yang berupa Bangunan
Gedung, Tempat Kerja, Gedung Tempat Tinggal, Bangunan Menara, Rambu-
rambu, serta Tugu Titik Kontrol.
Pengakuan
Gedung dan Bangunan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode
akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal
yang diakui untuk aset tersebut.
Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Gedung dan
Bangunan tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.

Halaman 19 dari 41
Pengakuan atas Gedung dan Bangunan ditentukan jenis transaksinya meliputi
penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan
nilai Gedung dan Bangunan yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau
diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga
perolehan Gedung dan Bangunan tersebut.
Pengembangan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan karena
peningkatan manfaat yang berakibat pada durasi masa manfaat, peningkatan
efisiensi dan penurunan biaya pengoperasian.
Pengurangan adalah penurunan nilai Gedung dan Bangunan dikarenakan
berkurangnya kuantitas aset tersebut.
Pengukuran
Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian Gedung
dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka
nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.
Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara swakelola
meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung
termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa
peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan
aset tetap tersebut.
Jika Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya perolehan meliputi
nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, serta jasa
konsultan.
Pengungkapan
Gedung dan Bangunan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu,
di dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:
(1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.
(2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukan
penambahan, pengembangan, dan penghapusan.
(3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Gedung dan
Bangunan.
3) Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat
elektronik, dan seluruh inventaris kantor yang nilainya signifikan dan masa
manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. Wujud
fisik Peralatan dan Mesin bisa meliputi Alat Besar, Alat Angkutan, Alat Bengkel
dan Alat Ukur, Alat Pertanian, Alat Kantor dan Rumah Tangga, Alat Studio,
Komunikasi dan Pemancar, Alat Kedokteran dan Kesehatan, Alat Laboratorium,
Alat Persenjataan, Komputer, Alat Eksplorasi, Alat Pemboran, Alat Produksi,
Pengolahan dan Pemurnian, Alat Bantu Eksplorasi, Alat Keselamatan Kerja, Alat
Peraga, serta Unit Proses/Produksi.

Halaman 20 dari 41
Pengakuan
Peralatan dan Mesin yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode
akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal
yang diakui untuk aset tersebut.
Peralatan dan Mesin yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Peralatan dan
Mesin tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.
Pengakuan atas Peralatan dan Mesin ditentukan jenis transaksinya meliputi
penambahan, pengembangan, dan pengurangan.
Penambahan adalah peningkatan nilai Peralatan dan Mesin yang disebabkan
pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan
ditambahkan pada harga perolehan Peralatan dan Mesin tersebut.
Pengembangan adalah peningkatan nilai Peralatan dan Mesin karena peningkatan
manfaat yang berakibat pada durasi masa manfaat, peningkatan efisiensi dan
penurunan biaya pengoperasian.
Pengurangan adalah penurunan nilai Peralatan dan Mesin dikarenakan
berkurangnya kuantitas aset tersebut.
Pengukuran
Biaya perolehan Peralatan dan Mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang
telah dilakukan untuk memperoleh Peralatan dan Mesin tersebut sampai siap
pakai. Biaya perolehan atas Peralatan dan Mesin yang berasal dari pembelian
meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya
langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai Peralatan dan
Mesin tersebut siap digunakan.
Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang diperoleh melalui kontrak meliputi
nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan dan jasa
konsultan.
Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang dibangun dengan cara swakelola
meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung
termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa
peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan
Peralatan dan Mesin tersebut.
Pengungkapan
Peralatan dan Mesin disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu, di
dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:
(1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.
(2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan
penambahan, pengembangan, dan penghapusan.
(3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Peralatan dan
Mesin.

Halaman 21 dari 41
4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun
oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
BMD yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Jalan dan Jembatan,
Bangunan Air, Instalasi, dan Jaringan.

Pengakuan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode
akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal
yang diakui untuk aset tersebut.
Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Jalan,
Irigasi dan Jaringan tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.
Pengakuan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan ditentukan jenis transaksinya meliputi
penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan
nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau
diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga
perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan tersebut.
Pengembangan adalah peningkatan nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan karena
peningkatan manfaat yang berakibat pada durasi masa manfaat, peningkatan
efisiensi dan penurunan biaya pengoperasian.
Pengurangan adalah penurunan nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan dikarenakan
berkurangnya kuantitas aset tersebut.
Pengukuran
Biaya perolehan Jalan, Irigasi, dan Jaringan menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh Jalan, Irigasi, dan Jaringan sampai siap pakai.
Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain
yang dikeluarkan sampai Jalan, Irigasi dan Jaringan tersebut siap pakai.
Biaya perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh melalui kontrak
meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan,
biaya pengosongan, dan pembongkaran bangunan lama.
Biaya perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan yang dibangun secara
swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, meliputi biaya bahan
baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya
perizinan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama.
Pengungkapan
Jalan, Irigasi dan Jaringan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain
itu di dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:
(1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.
(2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan
penambahan, pengembangan, dan penghapusan.

Halaman 22 dari 41
(3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Jalan, Irigasi
dan Jaringan.
5) Aset Tetap Lainnya
Aset Tetap Lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan,
Irigasi dan Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Aset Tetap Lainnya yang termasuk
dalam kategori aset ini adalah Koleksi Perpustakaan/Buku, Barang Bercorak
Kesenian/Kebudayaan/Olah Raga, Hewan, Ikan dan Tanaman.
Pengakuan
Aset Tetap Lainnya yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode
akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal
yang diakui untuk aset tersebut.
Aset Tetap Lainnya yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Aset Tetap
Lainnya tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.
Pengakuan atas Aset Tetap Lainnya ditentukan jenis transaksinya meliputi
penambahan dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Aset Tetap
Lainnya yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya
penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Aset Tetap
Lainnya tersebut.
Pengurangan adalah penurunan nilai Aset Tetap Lainnya dikarenakan
berkurangnya kuantitas aset tersebut.
Pengukuran
Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai.
Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diperoleh melalui kontrak meliputi
pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, serta biaya
perizinan.
Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diadakan melalui swakelola meliputi
biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga
kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan
jasa konsultan.
Pengungkapan
Aset Tetap Lainnya disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu, di
dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:
(1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.
(2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan
Penambahan dan Penghapusan.
(3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap
Lainnya.

Halaman 23 dari 41
6) Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses
pembangunan pada tanggal laporan keuangan. Konstruksi Dalam Pengerjaan
mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan
jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau
pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai.
Konstruksi Dalam Pengerjaan belum dicatat dalam buku inventaris namun telah
tercatat dalam perkiraan Buku Besar dalam Sistem Akuntansi Pemerintahan.
Pengakuan
Konstruksi Dalam Pengerjaan merupakan aset yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
dalam jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam aset tetap.
Suatu aset berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika
biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal dan masih dalam proses
pengerjaan.
Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang bersangkutan
setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap digunakan
sesuai dengan tujuan perolehannya.
Pengukuran
Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat sebesar biaya perolehan.
Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan secara swakelola meliputi:
(1) Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi yang
mencakup biaya pekerja lapangan termasuk penyelia, biaya bahan,
pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan dari dan ke lokasi konstruksi,
penyewaan sarana dan peralatan, serta biaya rancangan dan bantuan teknis
yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi.
(2) Biaya yang dapat didistribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat
dialokasikan ke konstruksi tersebut mencakup biaya asuransi, Biaya rancangan
dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi
tertentu, dan biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan
konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.
Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan kontrak konstruksi meliputi:
(1) Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan tingkat
penyelesaian pekerjaan.
(2) Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan
pelaksanaan kontrak konstruksi.
Pengungkapan
Konstruksi Dalam Pengerjaan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya.
Selain itu, di dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:

Halaman 24 dari 41
(1) Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan
jangka waktu penyelesaiannya.
(2) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya.
(3) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan.
(4) Uang muka kerja yang diberikan.
(5) Retensi.

Perolehan Secara Gabungan


Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan
ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.
7) Aset Bersejarah (Heritage Asets)
Aset Bersejarah (heritage asets) tidak disajikan di Neraca namun aset tersebut
harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai Aset Bersejarah dikarenakan kepentingan
budaya, lingkungan, dan sejarah. Contoh dari Aset Bersejarah adalah Bangunan
bersejarah, monumen, tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti
candi, dan karya seni (works of art).
Karakteristik-karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai ciri khas dari
suatu Aset Bersejarah:
a) Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara
penuh dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar.
b) Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat
pelepasannya untuk dijual.
c) Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu
berjalan walaupun kondisi fisiknya semakin menurun.
d) Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus dapat
mencapai ratusan tahun.
Aset Bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak
terbatas. Aset bersejarah dibuktikan dengan peraturan perUndang-Undangan yang
berlaku.
Pemerintah mungkin mempunyai banyak Aset Bersejarah yang diperoleh selama
bertahun-tahun dan dengan cara perolehan beragam termasuk pembelian, donasi,
warisan, rampasan, ataupun sitaan. Aset Bersejarah dicatat dalam kuantitasnya
tanpa nilai, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit
monumen.
Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan
sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Biaya tersebut termasuk
seluruh biaya yang berlangsung untuk menjadikan Aset Bersejarah tersebut dalam
kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan.

Halaman 25 dari 41
Beberapa Aset Bersejarah juga memberikan potensi manfaat lainnya kepada
pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah
digunakan untuk ruang perkantoran. Untuk kasus tersebut, aset ini akan
diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya.

Halaman 26 dari 41
3. Penjelasan Pos – pos Laporan Keuangan
I. NERACA
1. Kas di Kas Daerah
(dalam rupiah)
2009 2008
Uraian
Merupakan saldo Buku Besar pada Kas 7.029.798.659,14 6.068.136.264,46
Daerah per 31 Desember 2009 dan 2008.

Merupakan saldo kas di Kas Daerah per 31 Desember 2009 yang terdiri dari:
Pungutan Pajak Negara yang Belum disetor TA 2009 Rp 1.552.681.936,00
Kas di Kas Daerah Rp 5.477.116.723,14
Dengan rincian sebagai berikut:
Kas di Bank sebesar Rp 1.747.702.852,10
Kas di rekening penampung pajak Rp 274.047,213,00
Kelebihan pembayaran pajak 2009 Rp 234.958.431,00
Kasbon TA 2009 Rp 2.560.535.609,00
Selisih BKU yang belum dapat dijelaskan Rp 659.872.618,04
Saldo Kas di Kas Daerah per 31 Desember 2008 sebesar Rp5.945.156.668,46
mengalami koreksi tambah sebesar Rp122.979.596,00 menjadi Rp6.068.136.264,46
yang terdiri dari:
Kurang catat Hutang Pajak TA 2008 Rp836.689.753,00
Salah saji UMK Di Kas Bend Pengeluaran TA 2008 (Rp713.710.157,00)

2. Kas di Bendahara Pengeluaran


(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Buku Besar pada Kas di 2.209.474.177,96 7.180.825.674,54
Bendahara Pengeluaran per 31 Desember
2009 dan 2008.

Merupakan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada 31 Desember 2009 yang terdiri
atas:
Kas di Bendahara Pengeluaran TA 2009 Rp 349.054.482,00
sisa Kas Bon/Uang Muka Kerja TA 2008 Rp1.456.753.075,00
Kas di Bendahara Pengeluaran TA 2007 Rp 403.666.620,00
Sampai dengan Agustus 2010 masih terdapat sisa Kas di Bendahara Pengeluaran TA
2009 di Dinas Perindagkop sebesar Rp27.040.220,00 yang belum
dipertanggungjawabkan.
Dari Uang Muka Kerja TA 2008 diketahui bahwa masih terdapat Uang Muka Kerja
yang belum dipertanggungjawabkan sebesar Rp1.456.753.075,54 (lampiran 1) dengan
rincian sebagai berikut:
a. Bendahara Rutin Sekretariat Daerah Rp 422.540.550,00
b. ATK (Koperasi) Rp 130.000.000,00
c. Dinas PU Rp 535.962.525,00
d. DPKKD Rp 328.750.000,00
e. Sekretariat DPRD Rp 39.500.000,00

Halaman 27 dari 41
Diketahui pula masih terdapat Kas di Bendahara Pengeluaran TA 2007 sebesar
Rp403.666.620,00 yang belum dipertanggungjawabkan dengan rincian sebagai
berikut:
a. Sekretariat Daerah Rp 375.174.850,00
b. Lain-lain Rp 28.491.770,00

Sehingga Kas di Bendahara Pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan sampai


dengan Agustus 2010 seluruhnya sebesar Rp1.887.459.915,54.
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran TA 2008 sebesar Rp6.467.115.517,54
mengalami koreksi tambah sebesar Rp713.710.157,54 menjadi Rp7.180.825.674,54
karena terdapat kekurangan pencatatan UMK

3. Piutang Lain-Lain
(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Buku Besar pada Piutang 4.364.700.542,00 4.532.200.542,00
per 31 Desember 2008 dan 2007.

Merupakan total Kasbon sejak tahun 2003 s.d tahun 2007 yang telah didukung dengan
surat pernyataan dari penerima kasbon tersebut dengan rincian sebagai berikut:
(lampiran 2)
a. TA 2003 Rp 906.572.641,00
b. TA 2004 Rp 795.977.056,00
c. TA 2005 Rp1.628.373.564,00
d. TA 2006 Rp 677.323.132,00
e. TA 2007 Rp 356.454.149,00

4. Persediaan
(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Buku Besar pada 6.356.273.845,00 5.457.761.145,00
Persediaan per 31 Desember 2009 dan 2008.

Merupakan saldo Persediaan pada 31 Desember 2009 yang terdiri dari


- Obat-obatan pada Dinas Kesehatan Rp1.855.859.349,00
- Bibit tanaman pada Dinas Kehutanan & Perkebunan Rp1.662.755.571,00
- Bibit tanaman pada Dinas Pertanian & Peternakan Rp2.837.658.925,00

5. Investasi pada Perusahaan Daerah


(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Buku Besar Investasi pada 5.575.000.000,00 5.575.000.000,00
Perusahaan Daerah per 31 Desember 2009
dan 2008.

Halaman 28 dari 41
Pada TA 2009, Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya tidak melakukan
investasi sehingga tidak ada mutasi pada saldo Investasi pada Perusahaan Daerah per
31 Desember 2009. Investasi pada Perusahaan Daerah tersebut terdiri atas:
a. Penyertaan Modal pada PT. Bank BPD Aceh sebesar Rp5.500.000.000,00
b. Penyertaan Modal pada Bank Perkreditan Rakyat Kuala Batee dan Tangan-tangan
sebesar Rp75.000.000,00
Dari penyertaan modal sebesar Rp5.575.000.000,00 tersebut, terdapat penyertaan
modal sebesar Rp2.075.000.000,00 belum didukung dengan bukti kepemilikan yang
sah, diantaranya sebesar Rp2.000.000.000,00 pada PT. Bank BPD tidak didukung
dengan sertifikat kolektif saham dan sebesar Rp75.000.000,00 pada BPR Kualar Batee
dan Tangan-tangan tidak didukung bukti yang sah.

6. Aset Tetap
Per 31 Desember 2009, Kabupaten Aceh Barat Daya belum melakukan inventarisasi
atas seluruh Aset Tetapnya. Pencatatan mutasi Aset Tetap hanya berdasarkan realisasi
belanja modal TA 2009 yang ditambahkan pada Saldo Awal Aset Tetap TA 2009 per
31 Desember 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp672.681.836.756,00 dan
Rp619.976.465.691,00. Aset Tetap yang disajikan belum termasuk Aset Tetap yang
berasal dari hibah BRR NAD-NIAS. Selain itu, nilai Aset Tetap yang disajikan pada
Neraca tersebut tidak didukung daftar aktiva tetap. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat
Daya belum melakukan kapitalisasi Aset Tetap atas belanja pemeliharaan dan belanja
jasa konsultasi perencanaan dan pengawasan yang sebenarnya dapat diatribusikan ke
dalam Aset Tetap.
Rincian Aset Tetap terdiri dari :

6.1 Tanah
(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Buku Besar Tanah per 31 128.080.582.377,00 127.225.761.777,00
Desember 2009 dan 2008.

6.2 Peralatan dan Mesin


(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Buku Besar Peralatan dan 91.753.995.923,00 82.234.970.703,00
Mesin per 31 Desember 2009 dan 2008.

6.3 Gedung dan Bangunan


(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Buku Besar Bangunan 192.236.380.802,50 187.416.042.297,50
Gedung per 31 Desember 2009 dan 2008.

Halaman 29 dari 41
6.4 Jalan, Irigasi dan Instalasi
(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Buku Besar Jalan , 219.550.535.073,00 211.851.098.533,50
Jembatan , Irigasi dan Instalasi per 31
Desember 2009 dan 2008.

6.5 Aset Tetap Lainnya


(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Buku Besar Aset Tetap 6.803.363.875,00 6.428.253.875,00
Lainnya per 31 Desember 2009 dan 2008.

6.6 Konstruksi Dalam Pengerjaan


(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Buku Besar Konstruksi 34.256.978.705,00 4.820.338.505,00
Dalam Pengerjaan per 31 Desember 2009
dan 2008.
Terdiri dari :
1. Dinas Kesehatan Rp 2.658.981.726,00
2. Kantor LHKP Rp 382.608.900,00
3. Setdakab Rp 2.834.702.100,00
4. Kantor PP dan KP Rp 451.914.300,00
5. Dinas Kelautan dan Perikanan Rp 652.168.800,00
6. Dinas Pertanian dan Peternakan Rp 959.080.320,00
7. Dinas Pendidikan Rp 7.296.034.200,00
8. Dinas Pekerjaan Umum Rp18.498.905.159,00
9. RSUD Rp 522.583.200,00
(Rincian terlampir)
Dari nilai aset tetap per 31 Desember 2009 sebesar Rp682.263.744.146,64 diatas,
diketahui bahwa saldo awal aset tetap TA 2008 sebesar Rp619.976.465.691,00 tidak
didukung dengan daftar inventarisnya.
Mutasi tambah aset tetap TA 2009 terdiri dari realisasi Belanja Modal TA 2009
sebesar Rp52.705.371.065,00.

7. Utang Pajak
(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Utang Pajak per 31 1.552.681.936,00 6.526.799.545,00
Desember 2009 dan 2008.

Jumlah Utang Pajak tahun 2009 sebesar Rp1.552.681.936,00 terdiri dari PPN sebesar
Rp1.209.492.278,00 dan PPh 22 sebesar Rp343.189.658,00 yang belum disetor ke Kas
Negara.

Halaman 30 dari 41
Utang Pajak 2008sebesar Rp5.690.109.792,00 mengalami koreksi tambah sebesar
Rp836.689.753,00 menjadi Rp6.526.799.545,00.

8. Utang Jangka Pendek Lainnya


(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Utang Jangka Pendek 0,00 18.329.201.883,00
Lainnya per 31 Desember 2009 dan 2008.

9. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)


(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo SiLPA per 31 Desember 7.686.590.892,10 6.722.162.394,00
2009 dan 2008.

SiLPA berasal dari :


a. Kas di Bank sebesar Rp 1.747.702.852,10
b. Kelebihan pembayaran pajak 2009 Rp 234.958.431,00
c. Kas Daerah di rekening penampung BPD Rp 274.047.213,00
d. Kasbon TA 2009 Rp 2.560.535.609,00
e. Selisih BKU yang belum dapat dijelaskan Rp 659.872.618,04
f. Kas di Bendahara Pengeluaran Rp 2.209.474.177,96

10.Cadangan Piutang
(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Cadangan Piutang per 31 4.364.700.542,00 4.532.200.542,00
Desember 2009 dan 2008.

Jumlah Cadangan Piutang per 31 Desember 2009 sebesar Rp 4.364.700.542,00


berasal dari Piutang Lain-lain.

11. Cadangan Persediaan


(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Cadangan Persediaan per 6.356.273.845,00 5.457.761.145,00
31 Desember 2009 dan 2008.

Jumlah Cadangan Persediaan per 31 Desember 2009 sebesar Rp6.356.273.845,00


berasal dari persediaan.
12.Dana yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Dana yang Harus (0,00) (18.329.201.883,00)
Disediakan Untuk Pembayaran Utang
Jangka Pendek 31 Desember 2009 dan
2008.

Halaman 31 dari 41
13. Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang
(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Diinvestasikan dalam 5.575.000.000,00 5.575.000.000,00
Investasi Jangka Panjang 31 Desember
2009 dan 2008.
Jumlah Diinvestasikan dalam Investasi jangka Panjang per 31 Desember 2009 sebesar
Rp5.575.000.000,00 berasal dari Investasi Jangka Panjang.

14. Diinvestasikan dalam Aset Tetap


(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Diinvestasikan Dalam 672.681.836.756,00 619.976.465.691,00
Aset Tetap 31 Desember 2009 dan 2008.

Jumlah Diinvestasikan dalam Aset Tetap per 31 Desember 2009 sebesar


Rp672.681.836.756,00 berasal dari Aset Tetap.

Halaman 32 dari 41
II. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
1. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan
a. Pendapatan Asli Daerah.
1) Pendapatan Pajak Daerah
(dalam Rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo pendapatan Pajak Daerah 2.200.000.000,00 2.344.614.469,00
TA 2009 yang terdiri dari :
Pajak Hotel 35.000.000,00 20.760.000,00
Pajak Restoran 585.000.000,00 667.634.050,00
Pajak Hiburan 9.700.000,00 950.000,00
Pajak Reklame 70.300.000,00 65.525.700,00
Pajak Penerangan Jalan 800.000.000,00 1.275.534.568,00
Pajak Bahan Galian Golongan C 700.000.000,00 314.210.151,00

2) Pendapatan Retribusi Daerah


(dalam Rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo pendapatan Retribusi 2.019.500.000,00 992.894.584,00
Daerah TA 2009 yang terdiri dari :
Retribusi Pelayanan Kesehatan 220.000.000,00 240.851.084,00
Retribusi Pelayanan Persampahan / 55.000.000,00 29.341.000,00
Kebersihan
Retribusi Penggantian Biaya Cetak 5.000.000,00 46.270.000,00
KTP/AKTE
Retribusi Parkir Tepi Jalan Umum 90.000.000,00 34.395.000,00
Retribusi Pelayanan Pasar 129.500.000,00 98.550.000,00
Retribusi Pengujian Kenderaan Bermotor 15.000.000,00 12.360.000,00
Retribusi Rumah Potong Hewan 40.000.000,00 30.090.000,00
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 1.170.000.000,00 269.465.500,00
Retribusi Terminal 75.000.000,00 44.242.500,00
Retribusi Tempat Pelelangan Ikan 100.000.000,00 124.589.000,00
Retribusi Izin Trayek 10.000.000,00 400.000,00
Retribusi Izin Gangguan (HO) 35.000.000,00 16.305.000,00
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan 75.000.000,00 46.035.500,00

3) Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan


(dalam rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Pendapatan Hasil 1.000.000.000,00 892.132.360,00
Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan TA 2009.
Realisasi Pendapatan dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
sebesar Rp892.132.360,00 tersebut seluruhnya berasal dari deviden atas penyertaan
modal Pemerintah Daerah pada PT Bank BPD Aceh.

Halaman 33 dari 41
4) Lain-lain PAD yang sah
(dalam rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Lain-lain PAD Yang Sah
TA 2008 yang terdiri dari : 9.780.500.000,00 2.889.774.921,10
Jasa Giro Kas Daerah 650.000.000,00 166.476.776,00
Sumbangan Pihak Ketiga 7.380.500.000,00 1.756.640.085,64
Pendapatan Lain-lain yang Sah. 1.750.000.000,00 966.658.059,00

b. Pendapatan Transfer
1) Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
(dalam
rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Pendapatan Bagi Hasil 48.944.670.827,00 31.482.710.012,00
Pajak / Bukan Pajak TA 2009 yang terdiri
dari :
a. Bagi Hasil Pajak 32.778.986.000,00 23.334.733.924,00
b. Bagi Hasil Bukan Pajak 16.165.684.827,00 8.147.976.088,00
Realisasi Bagi Hasil Pajak sebesar Rp23.334.733.924,00 tersebut terdiri atas :
a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Rp17.856.264.711,00
b. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Rp 3.985.856.898,00
c. Bagi Hasil dari PPh Pasal 25, 29 dan 21 Rp 1.492.612.315,00

Sedangkan Bagi Hasil Bukan Pajak sebesar Rp8.147.976.088,00 terdiri atas :


a. DBH SDA Migas Rp 6.578.779.859,00
b. DBH SDA Minyak Rp 1.472.678.952,00
c. DBH SDA Perikanan Rp 96.517.277,00

2) Dana Alokasi Umum


(dalam rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Pendapatan Dana
Alokasi Umum TA 2009. 231.876.760.000,00 231.871.423.000,00

3) Dana Alokasi Khusus


(dalam rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Pendapatan Dana Alokasi
Khusus TA 2009. 38.035.000.000,00 38.035.000.000,00

Halaman 34 dari 41
4) Transfer Pemerintah Provinsi
(dalam rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Pendapatan Penerimaan 13.447.813.358,00 8.048.837.094,00
Dari Provinsi TA 2009 yang terdiri dari:
Bagi Hasil Pajak dari Provinsi 13.447.813.358,00 8.048.837.094,00

Realisasi Lain-lain Penerimaan yang Sah sebesar Rp8.048.837.094,00 tersebut terdiri


atas:
a. Bagi Hasil PKB dan BBNKB Rp7.992.818.194,00
b. DBH SDA Air dari Propinsi Rp 56.018.900,00

5) Dana Penyesuaian
(dalam rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Pendapatan Penerimaan 0,00 4.778.550.000,00
Dana Tunjangan Guru

2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja


a. Belanja Operasi
(dalam rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Belanja Operasi TA 272.899.932.773,00 248.717.659.994,00
2009 yang terdiri dari :
a. Belanja Pegawai 176.535.236.146,00 167.756.782.914,00
b. Belanja Barang dan Jasa 74.689.669.627,00 60.262.070.204,00
c. Belanja Bunga 0,00 92.785.041.665,00
d. Belanja Subsidi 0,00 0,00
e. Belanja Hibah 87.547.000,00 0,00
f. Belanja Bantuan Sosial 2.357.753.000,00 1.693.359.876,00
g. Belanja Bantuan Keuangan 19.229.727.000,00 19.005.447.000,00
Belanja Operasi per 31 Desember 2009 sebesar Rp248.717.659.994,00. Khusus pada
Belanja Barang dan Jasa pada Setdakab terdapat sebesar R2.903.120.000,00
digunakan untuk Bantuan Sosial kepada masyarakat berupa uang santunan kematian
yang diberikan secara tunai. Dan sebesar Rp999.412.000,00 digunakan untuk Belanja
Hibah kepada Masyarakat.
b. Belanja Modal
1) Tanah
(dalam rupiah)

Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009

Merupakan saldo Belanja Modal Tanah TA 895.140.600,00 854.820.600,00


2009

Halaman 35 dari 41
2) Peralatan dan Mesin
(dalam rupiah)

Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009

Merupakan saldo Belanja Modal Peralatan 10.300.793.638,00 9.519.025.220,00


dan Mesin TA 2009 yang terdiri dari: .

3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan


(dalam rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Belanja Modal Bangunan 13.852.309.229,00 10.950.499.550,00
dan Gedung TA 2009.

4) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan


(dalam rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Belanja Modal 36.376.570.956,00 31.005.915.695,00
Jalan,Irigasi, Jembatan dan Jaringan TA
2009.

5) Belanja Modal Aset Tetap Lainnya


(dalam rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Belanja Aset Tetap 347.457.500,00 375.110.000,00
Lainnya TA 2009.

c. Belanja Tak Terduga


(dalam rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Belanja Tidak Terduga 1.025.000.000,00 619.275.000,00
TA 2009.

3. Laporan Realisasi Anggaran Pembiayaan


a. Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan SiLPA
(dalam rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Pembiayaan Anggaran 6.722.162.394,00 6.722.162.394,00
Tahun Lalu
Penggunaan SiLPA sebesar Rp6.722.162.394,00 berasal dari saldo perhitungan
anggaran TA 2008

Halaman 36 dari 41
b. Pengeluaran Pembiayaan
Pembayaran Pokok Utang
(dalam rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Pembayaran Pokok Utang 18.329.201.883,00 18.329.201.883,00

Pembayaran Pokok Utang pada TA 2009 dianggarkan sebesar Rp18.329.201.883,00

c. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan


(dalam rupiah)
Uraian Anggaran 2009 Realisasi 2009
Merupakan saldo Pembiayaan Anggaran 0,00 7.686.590.892,10
Tahun Berjalan per 31 Desember 2009.
SiLPA berasal dari :
a. Kas di Bank sebesar Rp 1.747.702.852,10
b. Kelebihan pembayaran pajak 2009 Rp 234.958.431,00
c. Kas Daerah di rekening penampung BPD Rp 274.047.213,00
d. Kasbon TA 2009 Rp 2.560.535.609,00
e. Selisih BKU yang belum dapat dijelaskan Rp 659.872.618,04
f. Kas di Bendahara Pengeluaran Rp2.209.474.177,96

Halaman 37 dari 41
III. ARUS KAS
1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
a. Arus Kas Masuk
(dalam rupiah)
URAIAN TAHUN 2009 TAHUN 2008
Arus Kas Masuk :
Pendapatan Pajak Daerah 2.344.614.469,00 2.196.642.560,00
Pendapatan Retribusi Daerah 992.894.584,00 797.517.031,00
Pendapatan Hasil Pengelolaan
892.132.360,00 891.301.291,00
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah 2.889.774.921,10 2.417.938.571,00
Dana Bagi Hasil Pajak 23.334.733.924,00 19.023.333.340,00
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 8.147.976.088,00 25.278.473.973,00
Dana Alokasi Umum 231.871.423.000,00 226.924.281.000,00
Dana Alokasi Khusus 38.035.000.000,00 40.199.000.000,00
Dana Penyesuaian 4.778.550.000,00 0,00
Dana Otonomi Khusus 0,00 0,00
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 8.048.837.094,00 9.705.338.341,00
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 0,00 0,00
Jumlah Arus Kas Masuk 321.335.936.440,10 327.433.826.107,00

b. Arus Kas Keluar


(dalam rupiah)
URAIAN TAHUN 2009 TAHUN 2008
Arus Kas Keluar :
Belanja Pegawai 167.756.782.914,00 159.443.411.979,00
Belanja Barang dan Jasa 60.262.070.204,00 92.785.041.665,00
Belanja Bunga 0,00 0,00
Belanja Subsidi 0,00 0,00
Belanja Hibah 0,00 0,00
Belanja Bantuan Sosial 1.693.359.876,00 4.551.659.937,00
Belanja Bantuan Keuangan 0,00 0,00
Belanja Tak Terduga 619.275.000,00 982.784.050,00
Bagi Hasil Pendapatan lainnya ke
Kabupaten/Kota 19.005.447.000,00 2.529.887.536,00
Jumlah Arus Kas Keluar 249.336.934.994,00 260.292.785.167,00

2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan


(dalam rupiah)
URAIAN TAHUN 2009 TAHUN 2008
Arus Kas Keluar :
Belanja Tanah 854.820.600,00 13.906.270.425,00

Halaman 38 dari 41
Belanja Peralatan dan Mesin 9.519.025.220,00 14.764.278.100,00
Belanja Gedung dan Bangunan 10.950.499.550,00 19.687.707.447,00
Belanja Jalan, Irigasi dan
Jaringan 31.005.915.695,00 31.524.261.286,00
Belanja Aset Tetap Lainnya 375.110.000,00 228.262.800,00
Belanja Aset Lainnya 0,00 0,00
Jumlah Arus Kas Keluar 52.705.371.065,00 80.110.780.058,00

3. Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan


(dalam rupiah)
URAIAN TAHUN 2009 TAHUN 2008
Arus Kas Keluar :
Pembayaran Pokok Pinjaman 18.329.201.883,00 0,00
Dalam Negeri - Lainnya
Jumlah Arus Kas Keluar 18.329.201.883,00 0,00

4. Arus Kas dari Aktivitas Non-Anggaran


a. Arus Kas Masuk
(dalam rupiah)
URAIAN TAHUN 2009 TAHUN 2008
Arus Kas Masuk :
Penerimaan Perhitungan Fihak
Ketiga (PFK) 23.373.122.183,00 22.223.043.548,00
Jumlah Arus Kas Masuk 23.373.122.183,00 22.223.043.548,00
Penerimaan Pajak terdiri dari:
Pajak 2009 Rp23.373.122.183,00

Dengan rincian sebagai berikut :


IWP Rp8.422.365.674,00
TAPERUM Rp 289.375.519,00
PPh 21 Rp6.129.385.174,00
PPN Rp7.041.392.197,00
PPh 22 Rp1.401.285.282,00
PPh 23 Rp 89.318.337,00

b. Arus Kas Keluar


(dalam rupiah)
URAIAN TAHUN 2009 TAHUN 2008
Arus Kas Keluar :
Pengeluaran Perhitungan Fihak
Ketiga 28.347.239.792,00 15.696.244.003,00
Jumlah Arus Kas Keluar 28.347.239.792,00 15.696.244.003,00

Halaman 39 dari 41
Pengeluaran pajak terdiri dari:
Pengeluaran PFK TA 2009 Rp21.820.440.247,00
Rincian pembayaran PFK TA 2009 sebagai berikut :
IWP Rp8.422.365.674,00
TAPERUM Rp 289.375.519,00
PPh 21 Rp6.129.385.174,00
PPN Rp5.831.899.919,00
PPh 22 Rp1.058.095.624,00
PPh 23 Rp 89.318.337,00

Pengeluaran Utang Pajak 2008 Rp 6.526.799.545,00


Terjadi koreksi kurang terhadap penyetoran PFK TA 2008 karena overstated sebesar
Rp836.689.753,00, sehingga menambah Utang pajak TA 2008 dari
Rp5.690.109.792,00 menjadi Rp6.526.799.545,00.
5. Saldo Akhir Kas
(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008
Merupakan saldo Akhir Kas per 31 9.239.272.828,10 13.248.961.939,00
Desember 2009 dan 2008 yang
terdiri dari:

Saldo Akhir Kas terdiri dari :


Kas di Kas Daerah Rp 7.029.798.650,14
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp 2.209.474.177,96

4. PENUTUP
Dari beberapa uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan
sebagai berikut :

I. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


A. Pendapatan Rp321.335.936.440,10
B. Belanja Rp302.042.306.059,00
Surplus/ (Defisit)…………………………….…... Rp19.293.630.381,10
C. Pembiayaan
- Penerimaan Rp 6.722.162.394,00
- Pengeluaran Rp 18.329.201.883,00
Surplus………………………......................... (Rp11.607.039.489,00)
SiLPA…………………………...………...….. Rp 7.686.590.892,10

II. Neraca Daerah


A. Aktiva Rp698.217.083.971,10
B. Kewajiban dan Ekuitas Dana Rp698.217.083.971,10

Halaman 40 dari 41
III. Arus Kas
A. Arus Kas Masuk Rp 344.709.058.623,10
B. Arus Kas Keluar Rp 348.718.747.734,00
Arus Kas Bersih……………..…………............... (Rp4.009.689.110,90)
C. Saldo Awal Rp13.248.961.939,00
D. Saldo Akhir Rp 9.239.272.828,10

BUPATI ACEH BARAT DAYA

AKMAL IBRAHIM

Halaman 41 dari 41
Lampiran 1

KASBON PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA


Per 31 Desember 2009

Thn Pembayaran
No. Bagian/Dinas/Instansi Tanggal Uraian Yang Disposisi Penerima Jumlah ( Rp ) Sisa
2009
1 2 3 4 5 6 7 8 10

2008
1. Bagian Umum 27/10/2008 Pinjaman Sementara Untuk BBM - Drs. Ikhsan 10.000.000,00
09/01/2008 Pinjaman Sementara - Drs. Ikhsan 10.000.000,00
02/01/2008 37.000.000,00 -
Pinjaman Sementara Pergantian KWH Meter. Bupati Yusli Amraina 15.000.000,00

Pinjaman Sementara - Drs. Ikhsan 2.000.000,00

JUMLAH 37.000.000,00 37.000.000,00 -


2. Bagian Humas 10.000.000,00 10.000.000,00 -
JUMLAH 10.000.000,00 10.000.000,00 -
3. BAPPEDA 04/02/2008 Pinjaman Sementara Penyusunan APBD Sekda Yuslaini, SH 47.500.000,00 47.500.000,00 -

25.000.000,00 25.000.000,00 -
JUMLAH 72.500.000,00 72.500.000,00 -
13/03/2008 Pinjaman Sementara untuk Biaya SPPD, ATK dan
4 Bendaharawan Rutin Sekda Yuslaini, SH
Rek. Listrik. 250.000.000,00 70.659.450,00 179.340.550,00
26/07/2008 Pinjaman Sementara untuk membayar harga
Sekda Yuslaini, SH
barang Elektronik pada Pihak Ketiga. 135.000.000,00 135.000.000,00 -
26/07/2008 Pinjaman Sementara untuk memenuhi kebutuhan
Sekda Yuslaini, SH
Pendopo. 200.000.000,00 200.000.000,00

Pinjaman sementara untuk SPPD Sekda Hasballah


43.200.000,00 43.200.000,00

JUMLAH 628.200.000,00 205.659.450,00 422.540.550,00


20/09/2008 Pinjaman Sementara Anggaran Pemilu DPR,DPD
5. Sekretariat KPU Sekda Hendra
dan DPRD 35.000.000,00 35.000.000,00 -

JUMLAH 35.000.000,00 35.000.000,00 -


04/01/2008 Pinjaman sementara untuk insentif Dokter Kontrak
6. Dinas Kesehatan Sekda Yetti
Bln Januari s/d Februari 2008 77.000.000,00 97.125.000,00 -
08/04/2008 Pinjaman sementara untuk insentif Dokter Kontrak
Sekda H. Khadary. A.SH, MM
Bln Maret 2008 28.000.000,00 7.875.000,00 -
JUMLAH 105.000.000,00 105.000.000,00 -
7. DPKKD Pinjaman Sementara Sekda M. Dahri, SE, Ak 98.375.000,00 98.375.000,00 -
Pinjaman Sementara Sekda M. Dahri, SE, Ak 150.000.000,00 150.000.000,00 -
26/08/2008 Pinjaman Sementara Sekda M. Nizam, SE 283.750.000,00 - 283.750.000,00
Pinjaman Sementara Sekda M. Yatim Ali, SE 300.000.000,00 300.000.000,00 -
JUMLAH 832.125.000,00 548.375.000,00 283.750.000,00
01/04/2008 Pinjaman Sementara untuk pengadaan ATK pada
8. ATK ( Koperasi ) Sekda Katmin
Koperasi 150.000.000,00 20.000.000,00 130.000.000,00

JUMLAH 150.000.000,00 20.000.000,00 130.000.000,00


24/04/2008 Pinjaman Sementara Uang Muka Pekerjaan Box
9. Dinas PU Bupati Muazam, SE, MM
Irigasi dalam Kab. Abdya. 100.000.000,00 100.000.000,00
17/04/2008
Pinjaman Sementara Bupati T. Hasri Akbar, Amd
20.000.000,00 20.000.000,00
16/05/2008 Ir. H. Chaidir Irdoes,
Pinjaman Sementara Bupati
MM 20.000.000,00 20.000.000,00 -
10/05/2008
Pinjaman sementara untuk Swakelola penimbunan
Bupati T. Hasri Akbar, Amd
Lokasi SMA Korea di padang Meurante Kec. Susoh
15.000.000,00 15.000.000,00
01/07/2008
Pinjaman Sementara Kebutuhan Rutin. Bupati Ir. Much. Tavip, MM
20.000.000,00 20.000.000,00
07/05/2008
Pinjaman Sementara Bupati T. Hasri Akbar, Amd
10.000.000,00 10.000.000,00
26/07/2008 Pinjaman Sementara uang dalam rangka
- T. Hasri Akbar, Amd
memenuhi kebutuhan alat-alat elektronik. 293.220.000,00 293.220.000,00 -
29/07/2008
Pinjaman Sementara - Sudirman
338.500.000,00 338.500.000,00

Pinjaman Sementara T. Hasri Akbar, Amd


2.000.000,00 2.000.000,00 -
16/02/2009
Pinjaman Sementara Untuk Swakelola TMMD T. Hasri Akbar, Amd
50.000.000,00 50.000.000,00 -
17/02/2009
Pinjaman Sementara Untuk Swakelola TMMD T. Hasri Akbar, Amd
100.000.000,00 100.000.000,00 -
26/08/2008 Pinjaman Sementara untuk Keperluan Dinas
Bupati T. Hasri Akbar, Amd
Pekerjaan Umum. 50.000.000,00 50.000.000,00
17/02/2009 Pinjaman Sementara untuk Keperluan Dinas
Bupati Ir. Much. Tavip, MM
Pekerjaan Umum. 27.500.000,00 27.500.000,00
JUMLAH 1.046.220.000,00 465.220.000,00 581.000.000,00
10. Bagian Ekobang-Bon Pihak Ketiga 12/09/2008 Pinjaman Sementara Sekda H. Nasrul Basyah 400.000.000,00 400.000.000,00 -
Pinjaman Sementara 53.000.000,00 53.000.000,00 -

JUMLAH 453.000.000,00 453.000.000,00 -


22/05/2008 Pinjaman Sementara Dana Penjaringan Panitia Ad.
11. DPRD Sekda Ali Akbar
Hock & KIP 75.000.000,00 75.000.000,00 -
12/08/2008 Pinjaman Sementara Dana Penjaringan Panitia Ad.
Sekda Ali Akbar
Hock & KIP 60.000.000,00 60.000.000,00 -
10/12/2008
Pinjaman sementara Sekda Ali Akbar
39.500.000,00 - 39.500.000,00
JUMLAH 174.500.000,00 135.000.000,00 39.500.000,00
12. Bagian Keistimewaan 21/04/2008 Pinjaman Sementara Sosialisasi Hukum Sekda Mursalin Jakfar 90.000.000,00 90.000.000,00 -
JUMLAH 90.000.000,00 90.000.000,00 -
12/08/2008
13. LHKP Pinjaman Sementara Belanja Kebersihan Kantor - M. Asrul
75.818.000,00
19/09/2008
Pinjaman Sementara Petugas Kebersihan Sekda M. Asrul 98.018.000,00
11.100.000,00
05/12/2008
Pinjaman Sementara Petugas Kebersihan - Malahayati
11.100.000,00
JUMLAH 98.018.000,00 98.018.000,00 -
14. RSUD 07/08/2008 Biaya Listrik Tahun 2008 Bupati Drs. Martunis, M. Kes 97.977.500,00 97.977.500,00
06/09/2008 Pinjaman Sementara Cleaning Service Sekda Drs. Martunis, M. Kes 84.500.000,00 84.500.000,00
24/10/2008
Kunjungan Dokter Spesialis Tahun 2008. Bupati Ailismawati
134.568.000,00
356.149.128,00
12/11/2008
Kunjungan Dokter Spesialis Tahun 2008. Sekda Ailismawati
221.581.128,00
JUMLAH 538.626.628,00 538.626.628,00 -
04/09/2008 Pinjaman Sementara Pembangunan Kantor BPP
15. KPPKP Sekda Ir. Muslim, M.Si
Blangpidie & Manggeng. 146.175.600,00 146.175.600,00

JUMLAH 146.175.600,00 146.175.600,00 -

12/09/2008
16. Disperindagkop Pinjaman Sementara Bupati Drs. Syarifuddin. M
80.000.000,00 80.000.000,00

Pinjaman Sementara Untuk SPPD Bustamam, M.Si


8.750.000,00 8.750.000,00

JUMLAH 88.750.000,00 88.750.000,00 -

20/08/2008 Pinjaman Sementara Kegiatan Harganas XV &


17. Kantor PP,PM & KS Sekda Mursalin Jakfar, S.Pd
BBGRM V Tahun 2008. 29.500.000,00 29.500.000,00
19/11/2008
Pinjaman Sementara Dana Sharing PNPM Sekda Fyrda Nurisma, SH
1.300.000.000,00 1.300.000.000,00
JUMLAH 1.329.500.000,00 1.329.500.000,00 -
16. KSU Beusare Makmu 23/03/2009 Pinjaman Sementara 140.203.430,00 140.203.430,00 -

102.503.913,54 102.503.913,54 -
JUMLAH 242.707.343,54 242.707.343,54 -

Total Kasbon TA 2008 6.077.322.571,54 4.620.532.021,54 1.456.790.550,00


Lampiran 2

KASBON PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA


Per 31 Desember 2009

Thn Pembayaran
No. Bagian/Dinas/Instansi Tanggal Uraian Yang Disposisi Penerima Jumlah ( Rp ) Sisa
2009
1 2 3 4 5 6 7 8 10

TA 2003
Bagian Bina Sosial dan Keistimewaan 26/01/2003
1. Penyaluran dana untuk Meunasah/Mushalla Sekda Drs. Ahmad Adami
Aceh 78.800.000,00 78.800.000,00
29/07/2003
Biaya Bimbingan Test IPPELMABDYA Sekda Drs. Ahmad Adami
50.000.000,00 50.000.000,00
23/08/2003 Biaya dalam rangka memperingati HUT RI ke 58
Sekda Drs. Ahmad Adami
(Malam Nada dan Dakwah PDMD) 597.500,00 597.500,00
27/09/2003
Bantuan dana pelatihan Imam Mesjid Sekda Drs. Ahmad Adami
1.950.000,00 1.950.000,00
29/09/2003
Bantuan kepada Mesjid Hidayatush Sadiqin Dusun
Sekda Drs. Ahmad Adami
Pancang Besi Desa Ie Mirah
496.000,00 496.000,00
09/10/2003
Pinjaman sementara Sekda Drs. Ahmad Adami
4.600.000,00 4.600.000,00
13/10/2003
Pembayaran uang lelah panitia perayaan Isra`
Sekda Drs. Ahmad Adami
Miraj Nabi Muhammad S.A.W.
1.742.500,00 1.742.500,00
14/10/2003
Pinjaman sementara Sekda Drs. Ahmad Adami
3.360.000,00 3.360.000,00
16/10/2003 Biaya membuat lantai keramik Mushalla Igrak
Sekda Drs. Ahmad Adami
SLTPN 2 Susoh 2.100.000,00 2.100.000,00
20/10/2003
Bantuan pembinaan pesantren Sekda Drs. Ahmad Adami
1.325.000,00 1.325.000,00
09/12/2003 Biaya keperluan peralatan perkemahan Muhibah di
Sekda Satria
Batam 7.150.000,00 7.150.000,00
22/12/2003
Universitas Abulyatama Kampus C Sekda Drs. Ahmad Adami
1.500.000,00 1.500.000,00
JUMLAH 153.621.000,00 - 153.621.000,00
2. Bendaharawan Rutin 31/12/2005 Pinjaman sementara Sekda Rajuddin, S.Pd. MM 291.437.198,00 291.437.198,00
JUMLAH 291.437.198,00 - 291.437.198,00
3. Camat Blangpidie Biaya pembuatan logo 125.000,00
06/05/2003 Pinjaman sementara untuk biaya administrasi
Sekda Drs. Yufrizal S. Umar
kantor 15.000.000,00
28/05/2003 Pinjaman sementara untuk biaya administrasi
Sekda Drs. Yufrizal S. Umar
kantor 10.000.000,00 25.125.000,00
JUMLAH 25.125.000,00 - 25.125.000,00
4. Bagian Umum dan Perlengkapan Pinjaman Sementara Sekda Drs. Thamren 436.389.443,00 436.389.443,00
JUMLAH 436.389.443,00 - 436.389.443,00

Total Kasbon TA 2003


906.572.641,00 - 906.572.641,00
KASBON PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
Per 31 Desember 2009

Thn Pembayaran
No. Bagian/Dinas/Instansi Tanggal Uraian Yang Disposisi Penerima Jumlah ( Rp ) Sisa
2009
1 2 3 4 5 6 7 8 10

2004
1. PKA 10/08/2004 Untuk kepentingan Dinas PKA Sekda Yuslaini, SH 263.000.000,00 - 263.000.000,00
JUMLAH 263.000.000,00 - 263.000.000,00
2. Bendahara Rutin 11/11/2004 Dana Operasional Sekda Sudirman, SH 400.000.000,00 - 400.000.000,00

31/12/2004 Dana Operasional Sekda Sudirman, SH 132.977.056,00 - 132.977.056,00

JUMLAH 532.977.056,00 - 532.977.056,00

Total Kasbon TA 2004 795.977.056,00 - 795.977.056,00


KASBON PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
Per 31 Desember 2009

Thn Pembayaran
No. Bagian/Dinas/Instansi Tanggal Uraian Yang Disposisi Penerima Jumlah ( Rp ) Sisa
2009
1 2 3 4 5 6 7 8 10

2005
1. Sekretariat Daerah Total Kasbon Bupati Yuslaini, SH 1.628.373.564,00 - 1.628.373.564,00

JUMLAH 1.628.373.564,00 - 1.628.373.564,00

Total Kasbon TA 2005 1.628.373.564,00 - 1.628.373.564,00


KASBON PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
Per 31 Desember 2009

Thn Pembayaran
No. Bagian/Dinas/Instansi Tanggal Uraian Yang Disposisi Penerima Jumlah ( Rp ) Sisa
2009
1 2 3 4 5 6 7 8 10

2006
28/05/2005
1. Sekretariat KPU Biaya SPPD pengurusan SK Sekretaris KPU Bupati Amran 4.000.000,00
- 4.000.000,00
28/03/2005
Biaya sewa kantor dan gedung Bupati Salman, SH 15.000.000,00
15.000.000,00
15/07/2005
Biaya SPPD pelantikan Anggota dan Sekretaris,
dan Rakernis KIP Kab./Kota di Banda Aceh dan Bupati Amran 11.270.000,00
biaya operasional Sekretariat KPU
- 11.270.000,00
22/07/2005
Biaya SPPD Sekretaris Pemilu dalam rangka
mengikuti sosialisasi dan Bintek Pemilihan Kepala Bupati Muhamad Asrul 6.000.000,00
Daerah dan Wakil Kepala Daerah ke Jakarta
- 6.000.000,00
06/10/2005 Biaya bantuan operasional KIP Bupati Amran 27.150.000,00 - 27.150.000,00
JUMLAH 63.420.000,00 - 63.420.000,00
23/05/2005
Biaya pemasangan iklan ucapan selamat a.n Drs.
2. Bagian Humas dan Infokom Bupati Junaidi, S.IP, SE 44.375.000,00 44.375.000,00
H. M Nasir Hasan, MM dan Baharuddin, S.Sos
-

JUMLAH 44.375.000,00 - 44.375.000,00

3. Bendaharawan Rutin Pinjaman Sementara Bupati Tgk. Syarifuddin 45.000.000,00


- 45.000.000,00
18/07/2006
Biaya tunjangan anggota DPRD Bupati Ali Akbar 102.280.500,00
- 102.280.500,00
16/01/2006
Pinjaman untuk biaya Pansus DPRD Aceh. Sekda H. Maskur, SH 11.000.000,00
- 11.000.000,00
14/02/2006 Keperluan luar daerah dengan pejabat Tingkat I / Drs. H.T. Burhanuddin
4. Sekretaris Daerah Bupati 100.000.000,00
Tingkat II Sampe, M.Sc - 100.000.000,00
JUMLAH 258.280.500,00 - 258.280.500,00
01/03/2006 Tgk. Abdurrahman
5. Bagian Bina Sosial Pinjaman sementara biaya bantuan untuk MPU. Drs. Ahmad Adami 10.000.000,00 10.000.000,00
Badar -
24/03/2006
Pinjaman sementara Bupati Arifin, SH 219.047.632,00 4.000.000,00 215.047.632,00

01/04/2006
Bantuan untuk Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Sekda Saiful Azmi 5.000.000,00 5.000.000,00
-
18/04/2006 Pinjaman sementara untuk biaya sewa rumah
Bupati Rizal Mampang 1.000.000,00 1.000.000,00
pelatih tinju Rizal Mampang. -
01/09/2006 Drs. H. M. Nafis A.
Pinjaman sementara untuk biaya berobat. - 1.500.000,00 1.500.000,00
Manaf, MM -
24/07/2006
Pinjaman sementara a.n Marzuki untuk biaya
Bupati Marzuki 2.000.000,00 2.000.000,00
pendidikan SECAPA POLRI di Bandung.
-
30/01/2007 Pinjaman sementara - Drs. Ahmad Adami 1.500.000,00 1.500.000,00
-
31/10/2006 Pinjaman sementara Bupati Ibrahim 26.000.000,00 26.000.000,00
-
JUMLAH 266.047.632,00 4.000.000,00 262.047.632,00
6. Bagian Pemerintahan Pembayaran biaya tanah Bupati Suryadi 19.200.000,00 - 19.200.000,00

JUMLAH 19.200.000,00 - 19.200.000,00


7. Dinas Sosial 14/04/2005 Biaya Penyelesaian Perkara Bupati Drs. Thamren 30.000.000,00 30.000.000,00
-
JUMLAH 30.000.000,00 - 30.000.000,00

Total Kasbon TA 2006 681.323.132,00 4.000.000,00 677.323.132,00


KASBON PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
Per 31 Desember 2009

Thn Pembayaran
No. Bagian/Dinas/Instansi Tanggal Uraian Yang Disposisi Penerima Jumlah ( Rp ) Sisa
2009
1 2 3 4 5 6 7 8 10

2007
08/03/2007
1. Bagian Pemerintahan Biaya Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Bupati Hasbi Hasan, S. Sos 70.000.000,00
- 70.000.000,00
15/03/2007
Dana Tambahan Pengurusan SK Bupati Bupati Hasbi Hasan, S. Sos 30.000.000,00
- 30.000.000,00
JUMLAH 100.000.000,00 - 100.000.000,00

2. Sekretariat Daerah Pinjaman Sementara Yuslaini, SH 248.500.000,00 13.500.000,00 90.000.000,00


50.000.000,00

40.000.000,00

55.000.000,00

JUMLAH 248.500.000,00 158.500.000,00 90.000.000,00

3. Sekretariat Daerah Pinjaman sementara Yuslaini, SH 128.454.149,00 - 128.454.149,00


JUMLAH 128.454.149,00 - 128.454.149,00

4. Budpar Pinjaman sementara Syamsul Hidayat 38.000.000,00 - 38.000.000,00


JUMLAH 38.000.000,00 - 38.000.000,00

Total Kasbon TA 2007 514.954.149,00 158.500.000,00 356.454.149,00


BUKU II

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

SISTEM PENGENDALIAN INTERN


DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
TAHUN ANGGARAN 2009

DI

BLANGPIDIE

BPK RI PERWAKILAN PROVINSI NAD


DI BANDA ACEH

Nomor : 19.B/LHP/XVIII.BAC/10/2010
Tanggal : 3 Agustus 2010
DAFTAR ISI

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN


DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
TAHUN ANGGARAN 2009

DAFTAR ISI ................................................................................................................ i


RESUME LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN
INTERN DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LKPD TA
2009...................................................................................................................................... ii
GAMBARAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA SISTEM
AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN
ACEH BARAT DAYA TA 2009 …………………………………………………..…...... 1
HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN ….................. 5
1. Pengelolaan Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009 Belum
Tertib .................................................................................................................. 5
2. Pengelolaan Pemungutan Pajak Negara Belum Sesuai Ketentuan ........................... 10
3. Pengelolaan Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya Tidak Tertib ........ 13
4. Terjadi Salah Pembebanan Belanja pada Beberapa SKPD Aceh Barat Daya ............. 16
LAMPIRAN

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman i dari iii


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RESUME LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS


SISTEM PENGENDALIAN INTERN
DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LKPD TA 2009

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara, UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara dan UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK
telah memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun
Anggaran (TA) 2009 yang terdiri dari Neraca per 31 Desember 2009, Laporan Realisasi
Anggaran TA 2009, Laporan Arus Kas TA 2009, dan Catatan atas Laporan Keuangan TA
2009. Laporan keuangan tersebut adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat Daya. Tanggung Jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas Laporan
Keuangan, berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan.
Atas pemeriksaan tersebut, BPK telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan
yang memuat Opini Wajar Dengan Pengecualian atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009 dengan No. 19.A/S/XVIII.BAC/08/2010 tanggal
3 Agustus 2010 dan Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan dengan No.
19.C/S/XVIII.BAC/08/2010 tanggal 3 Agustus 2010.
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009
tersebut dilakukan berdasarkan pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang
ditetapkan oleh BPK. Standar tersebut mengharuskan BPK untuk merencanakan,
mengumpulkan bukti yang cukup dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh
keyakinan yang memadai sebagai dasar untuk memberikan pendapat. Standar tersebut
juga mengharuskan BPK untuk mengungkapkan kelemahan dalam sistem pengendalian
intern atas pelaporan keuangan.
Kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009 yang ditemukan BPK adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009 belum tertib.
2. Pengelolaan pemungutan Pajak Negara belum sesuai ketentuan.
3. Pengelolaan aset tetap Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya tidak tertib.
4. Terjadi salah pembebanan belanja pada beberapa SKPD Aceh Barat Daya
Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK merekomendasikan kepada Bupati Aceh
Barat Daya agar menyusun dan menetapkan Sistem Pengendalian Intern yang memadai
dalam pengelolaan keuangan daerah dan melaksanakan langkah-langkah perbaikan.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman ii dari iii


Permasalahan dan rekomendasi secara rinci dapat dilihat dalam laporan ini.

Banda Aceh, 3 Agustus 2010


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Perwakilan Provinsi NAD
Penanggung Jawab,

Moch. Iwan Rivdijanto, SE. Ak, MM


Akuntan Register Negara D-17.269

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman iii dari iii


GAMBARAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PADA SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TA 2009

1. Dasar Hukum Penyusunan Laporan Keuangan


a. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
c. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
2. Organisasi
Untuk lebih mengoptimalkan kinerja dan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas,
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya telah menyusun organisasi dan tata kerja perangkat
daerah Kabupaten Aceh Barat Daya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 yang
disusun oleh Bagian Organisasi dan Kepegawaian serta telah diatur dengan Qanun No. 1 Tahun
2008 tanggal 21 Januari 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Aceh Barat Daya sebagai berikut:
a. Organisasi Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah dibantu oleh tiga asisten dan
sembilan bagian yang membawahi sembilan bagian dan dua puluh tujuh sub bagian,
sedangkan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Barat Daya dipimpin
oleh Sekretaris DPRK dibantu oleh empat bagian dan delapan sub bagian.
b. Kabupaten Aceh Barat Daya terdiri dari 13 Dinas, diantaranya Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Kekayaan Daerah (DPKKD) yang bertugas sebagai unsur pelaksana Pemerintahan pada
bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah yang dipimpin oleh Kepala
Dinas dibantu oleh Sekretaris dan satu kelompok jabatan fungsional serta lima bidang yaitu
Bidang Anggaran, Bidang Akuntansi, Bidang Perbendaharaan, Bidang Aset, dan Bidang
Pendapatan.
c. Organisasi lembaga teknis di Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya terdiri dari dua badan
yang dipimpin oleh Kepala Badan, lima kantor yang dipimpin oleh Kepala Kantor,
Inspektorat yang dipimpin oleh Inspektur, Satuan Polisi Pamong Praja, Wilayatul Hisbah
dan Pemadam Kebakaran dipimpin oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, Wilayatul
Hisbah dan Pemadam Kebakaran serta Rumah Sakit Daerah yang dipimpin oleh Direktur
Rumah Sakit.
d. Kabupaten Aceh Barat Daya juga memiliki sembilan Kecamatan yang dipimpin oleh
seorang Camat dibantu oleh Sekretaris, satu kelompok jabatan fungsional serta lima seksi.
Kelemahan dari Qanun tersebut adalah belum direvisinya atas penambahan dua kantor, yaitu
Kantor Independent Pemilu (KIP) dan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T).
3. Kebijakan
Dalam penyelenggaraan APBK TA 2009, Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya telah
mengikuti kebijakan umum yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat seperti ketentuan/peraturan

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 1 dari 18


perundang-undangan yang mengatur tentang Pedoman Penyusunan APBK, Pedoman Pelaksanaan
dan Penyusunan Perhitungan Anggaran, bentuk dan susunan APBK.
Sebagai penjabaran lebih lanjut dari ketentuan/peraturan perundang-undangan tersebut dan untuk
menjamin terciptanya kondisi yang baik dan bertanggung jawab atas pelaksanaan, penatausahaan
dan pertanggungjawaban belanja daerah, Bupati Aceh Barat Daya telah menetapkan beberapa
kebijakan melalui surat keputusan antara lain:
a. Keputusan Bupati No. KU.954/76/2009 tanggal 5 Pebruari 2009 tentang Penunjukan PT BPD
NAD Cabang Blangpidie dan PT BRI (Persero) Cabang Blangpidie sebagai tempat
penyimpanan uang Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya.
Hasil pemeriksaan terhadap Kuasa BUD diketahui bahwa terdapat empat rekening Kas
Daerah pada PT BPD NAD Cabang Blangpidie yang tidak dimanfaatkan lagi semenjak 31
Desember 2008, yaitu rekening No. AC 090.01.02.803015-1 DAK Prasarana Pemda; No. AC
090.01.02.803016-6 DAK Kelautan dan No. AC 090.01.02.803017-7 DAK Pertanian.
Selanjutnya Kepala DPKKD Kabupaten Aceh Barat Daya melalui Suratnya Kepada PT BPD
Cabang Blangpidie dengan No. KU.950/337/2009 tanggal 19 Agustus 2009 menutup tujuh
rekening dan memindahkan dana-dana atas rekening yang ditutup tersebut ada pada rekening
No. AC 090.01.02.803002-3 Kasda BUD DAU.
b. Keputusan Bupati No. 900/77/2009 tanggal 5 Pebruari 2009 tentang Penunjukan Kuasa
Bendahara Umum Khusus Pengelolaan Kas Daerah dan atasan langsungnya pada DPKKD
Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009. Tugas Bendahara membukukan penerimaan dan
pengeluaran Kas Daerah, menerima dan membukukan dana perimbangan serta dana yang
bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).
c. Keputusan Bupati No. KU.900/175/2009 tanggal 3 Juni 2009 tentang Penunjukan/Penetapan
pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani cek/bilyet giro belanja tidak langsung
dan belanja langsung.
d. Keputusan Bupati No. KU 900/243/2009 tanggal 6 Oktober 2009 tentang Penunjukan Pejabat
Otorisator dan Ordonator Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009. Penunjukan/Penetapan
Pejabat yang diberi wewenang untuk dan atas nama Bupati Aceh Barat Daya untuk
menandatangani Surat Penyediaan Dana (SPD) dan asli SP2D Belanja Langsung dan Belanja
Tidak Langsung dan Daftar Penguji tidak terbatas, asli SP2D gaji dan daftar penguji tidak
terbatas, Daftar Pembayaran, Surat Penagihan dan Surat Keputusan Pemberhentian
Pembayaran (SKPP).
e. Keputusan Bupati No. KU.900/120/2009 tanggal 13 April 2009 tentang Perubahan
Penunjukan/Pengangkatan Pejabat Pengguna Anggaran dan Bendahara
Penerimaan/Pengeluaran pada Sekretariat, Dinas/Badan dan Kantor di lingkungan Pemerintah
Kabupeten Aceh Barat Daya TA 2009.
4. Prosedur
Prosedur kerja yang dilaksanakan dalam kaitan dengan pelaksanaan belanja pada Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009 berpedoman kepada Permendagri No. 59 Tahun 2007
tentang Perubahan atas Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Kelemahan pelaksanaan prosedur kerja yang ditemukan antara lain masih adanya sisa Uang
Persediaan (UP) kas TA 2009 yang belum dan terlambat disetor ke Kas Daerah oleh masing-
masing SKPD, kemudian Dinas DPKKD belum menerbitkan SP2D GU Nihil atas pengembalian
sisa uang masing-masing SKPD.
Berdasarkan keterangan Kuasa BUD dan hasil observasi terhadap pengelolaan kas oleh BUD,
prosedur pengelolaan kas pada BUD adalah sebagai berikut:

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 2 dari 18


a. Semua penerimaan dan pengeluaran kas dari kas daerah dicatat di Buku Kas Umum (BKU),
penerimaan dicatat berdasarkan Surat Tanda Setoran (STS) ataupun Nota Kredit dan
pengeluaran dicatat berdasarkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), namun dalam
pelaksanaannya Kuasa BUD memotong langsung atas potongan-potongan yang ada di SP2D
dan Kuasa BUD tidak langsung membayarkan hasil potongan-potongan tersebut ke Kas
Negara, dan Kuasa BUD belum membuat buku bantu untuk per jenis pengeluaran dan buku
bantu pajak.
b. Penerimaan dari dana perimbangan/transfer dari pemerintah pusat dan provinsi dicatat setelah
dana tersebut masuk ke rekening kas daerah berdasarkan Nota Kredit dari bank.
c. Penerimaan PAD disetorkan langsug oleh Bendahara Penerima Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) ke BUD dan selanjutnya BUD menyetorkan ke rekening Kas Daerah dan
setelah itu menyerahkan STS ke Bendahara Penerimaan SKPD.
d. Proses pengeluaran uang dari rekening kas daerah belum menggunakan SP2D sebagai dasar
pencairan oleh bank, namun masih menggunakan cek/bilyet giro (BG). Pemegang kas SKPD
mengajukan pembayaran dengan membuat SPM beserta lampirannya (bukti pelaksanaan)
untuk disampaikan kepada DPKKD dhi. Seksi Belanja pada Bidang Perbendaharaan DPKKD
untuk diproses SP2Dnya. Penerbitan SP2D tersebut oleh Bidang Perbendaharaan DPKKD
diteruskan kepada Kuasa BUD untuk dibuatkan Cek/BG yang ditandatangani oleh BUD dhi.
Kepala DPPKD sesuai SP2D, dengan ketentuan nilai Cek/BG tersebut sesuai dengan nilai
pekerjaannya tidak termasuk pajak. Untuk PPN dan atau PPh dibayar setelah terkumpul
beberapa pengeluaran PPN dan PPh untuk disetorkan kepada Bank Persepsi dengan
menerbitkan Cek/BG tersendiri. Mengenai pembayaran gaji, Kuasa BUD mengumpulkan
beberapa SP2D gaji untuk dibuatkan Cek/BG nya, dengan rincian satu lembar Cek/BG untuk
gaji kemudian lembaran Cek/BG lainnya untuk PPh dan atau potongan-potongan lainnya
masing-masing satu lembar sesuai tujuannya. Apabila BUD berhalangan Sekretaris Daerah
diberikan wewenang untuk menandatangani Cek/BG sesuai SP2D.
e. Kelemahan dalam proses verifikasi adalah masih terdapat pengeluaran melebihi plafon
anggaran yang telah ditetapkan. Pihak Perbendaharaan menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi
karena kesalahan dan adanya perubahan anggaran.
5. Personalia
Penyusunan Laporan Keuangan TA 2009, dilakukan oleh Bidang Akuntansi pada DPKKD. Setiap
Pengguna Anggaran sebagai Kepala SKPD menunjuk Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK),
tetapi karena kurangnya personil yang memahami mengenai pengelolaan keuangan daerah, pada
TA 2009 seluruh SKPD Kabupaten Aceh Barat Daya belum membuat laporan keuangannya
sendiri.
6. Perencanaan
Penetapan APBK TA 2009 Kabupaten Aceh Barat Daya ditetapkan dalam Qanun No. 1 Tahun
2009 tanggal 28 Januari 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Barat
Daya TA 2009.
Perencanaan dilakukan oleh masing-masing satuan kerja dengan menyusun Rencana Kerja
Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang dikoordinasikan oleh
Sekretaris Daerah, kemudian penentuan besarnya APBK dirumuskan secara bersama-sama dalam
rapat Tim Anggaran Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya dan Panitia Anggaran DPRK Aceh
Barat Daya untuk selanjutnya dibahas dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRK yang
merupakan dasar bagi pelaksanaan anggaran oleh masing-masing satuan kerja.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 3 dari 18


7. Pencatatan
Pelaksanaan pencatatan seluruh transaksi keuangan baik yang berupa pendapatan maupun belanja
berpusat pada DPKKD. Pencatatan atas transaksi keuangan yang ada pada SKPD hanya berupa
Buku Kas Umum (BKU) yang dibuat oleh masing-masing Pemegang Kas SKPD. Para Bendahara
Pengeluaran dan Pejabat Pengelola Keuangan SKPD belum mampu menyusun Laporan Keuangan
SKPD seperti Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan
yang bisa menjadi dasar untuk penyusunan Laporan Keuangan. Pencatatan transaksi keuangan
oleh DPKKD untuk transaksi yang mempengaruhi LRA dilakukan dengan menggunakan aplikasi
sistem.
Pencatatan atas transaksi keuangan daerah pada TA 2009 di DPKKD sebagai SKPKD secara
umum telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Permendagri No. 59
Tahun 2007. Pencatatan atas transaksi keuangan daerah dilaksanakan oleh Bidang Akuntansi
dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMAKDA). Namun
keterbatasan personil dalam mengoperasikan SIMAKDA, menjadikan penggunaan sistem ini
kurang maksimal.
8. Pelaporan
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya telah menyampaikan Draft Laporan Keuangan TA 2009
kepada BPK RI Perwakilan Provinsi NAD pada tanggal 17 Juni 2010, yang terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang
telah direview oleh Inspektorat Kabupaten Aceh Barat Daya.
Kelemahan yang ditemui dalam penyusunan laporan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Barat
Daya, antara lain belum dilakukannya inventarisasi fisik atas saldo persediaan pada SKPD
sehingga nilainya tidak dapat disajikan dalam neraca dan penyajian nilai aktiva tetap yang tidak
disertai dengan daftar aset sehingga tidak bisa diyakini kewajarannya. SKPD pada Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat Daya belum dapat menyusun Laporan Keuangan, baik yang berupa LRA,
Neraca maupun CaLK, karena belum ada pencatatan yang memadai yang bisa dijadikan dasar
untuk menyusun Laporan Keuangan tersebut. Disamping itu, masih terdapat selisih lebih BKU
dari saldo kas yang ada di bank minimal sebesar Rp933.919.831,00, sampai dengan pemeriksaaan
berakhir tidak dapat dijelaskan oleh BUD Kabupaten Aceh Barat Daya.
9. Pengawasan Intern
Kegiatan pengawasan pada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya dilaksanakan oleh
Inspektorat Kabupaten Aceh Barat Daya. Sebagaimana rekap data jumlah PNS yang dibuat oleh
Inspektorat Kabupaten Aceh Barat Daya menunjukkan bahwa penempatan PNS pada Inspektorat
sudah memadai dalam hal melakukan pengawasan jika dilihat dari tingkat Pendidikan. Namun
dalam pelaksanaannya, pengawasan internal belum terlaksana dengan baik, hal ini terlihat dari
rekomendasi BPK belum seluruhnya selesai ditindaklanjuti berdasarkan pemantauan tindak lanjut
Hasil Pemeriksaan BPK.
Berdasarkan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan per 3 Agustus 2010, diketahui bahwa
temuan pemeriksaan yang telah ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi sebanyak 79
rekomendasi senilai Rp24.920.929.983,00, belum sesuai dengan rekomendasi/masih dalam proses
sebanyak 78 rekomendasi senilai Rp7.232.506.255,92, dan yang sama sekali belum
ditindaklanjuti sebanyak 44 rekomendasi senilai Rp5.620.164.941,36.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 4 dari 18


HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh


Barat Daya TA 2009 dapat dikemukakan hal-hal yang perlu mendapat perhatian terkait
kelemahan sistem pengendalian intern, yaitu sebagai berikut:

1. Pengelolaan Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009 Belum
Tertib
Pengelolaan uang adalah kegiatan pengelolaan yang mencakup pengelolaan kas
dan surat berharga termasuk kegiatan untuk menanggulangi kekurangan kas atau
memanfaatkan kelebihan kas secara optimal. Penatausahaan dan pengelolaan Kas Daerah
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya dilaksanakan oleh Bendahara Umum Daerah
(BUD) yang bertindak sebagai pejabat yang diberi tugas untuk dan atas nama daerah,
menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-
barang daerah milik Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya. Sebagai salah satu tugasnya,
BUD dituntut untuk melaksanakan akuntansi atas pengelolaan uang secara transparan dan
akuntabel.
Pada TA 2009 penatausahaan dan pengelolaan Kas Daerah Pemerintah Kabupaten
Aceh Barat Daya dikelola oleh Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD) berdasarkan
Keputusan Bupati No. 900/77/2009 tanggal 5 Februari 2009.
Hasil pemeriksaan terhadap pengelolaan Kas Daerah di BUD diketahui hal-hal
sebagai berikut :
a. Sistem Perbendaharaan Tunggal (Treasury Single Account) sebagaimana yang
diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Uang Negara/Daerah belum dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten
Aceh Barat Daya. Berdasarkan PP tersebut seharusnya terdapat tiga jenis rekening
yang dikelola oleh BUD, yaitu rekening operasional penerimaan, Rekening Kas
Umum Daerah (RKUD) dan rekening operasional pengeluaran. Sementara itu keempat
rekening yang dikelola oleh BUD Kabupaten Aceh Barat Daya klasifikasinya tidak
jelas dan BUD tidak bisa membedakan terhadap tiga jenis rekening yang dikelolanya,
karena semua rekening bisa menampung penerimaan dan digunakan untuk keperluan
pengeluaran.
b. SK tentang penunjukan bank telah dikeluarkan oleh Bupati Aceh Barat Daya melalui
SK No. KU.900/65/2009, namun pembukaan rekening tersebut masih belum
dilengkapi dengan surat perjanjian bank yang mengatur mengenai hak dan kewajiban
masing-masing pihak, baik pihak pemerintah kabupaten maupun pihak bank yang
saling mengikat.
c. Pengendalian terhadap penomoran SP2D masih lemah, hal tersebut terjadi karena
terdapat penomoran ganda terhadap SP2D yang sudah diterbitkan. Adanya nomor
SP2D ganda tersebut menyulitkan dalam penelusuran ítem-item pengeluaran ke
rekening koran.
d. Register penolakan dan pembatalan SP2D belum dibuat.
e. Pembayaran Pajak tidak tertib.
f. Pemotongan Sumbangan Pihak Ketiga dilakukan langsung dari nilai SP2D bruto di
rekening yang bersangkutan sehingga menyulitkan penelusuran item-item pengeluaran
ke rekening koran.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 5 dari 18


g. Pencatatan di BKU telah menggunakan asas neto, namun pencatatan terhadap
penerimaan dan pengeluaran pajak yang telah dipungut tidak menggambarkan kondisi
sebenarnya, karena walaupun belum ada pengeluaran terhadap pajak tetap tercatat di
BKU (pengeluaran). Dengan tidak dicatatnya penerimaan pajak dan pengeluaran pajak
sesuai kondisi sebenarnya maka BKU belum secara informatif menyajikan besarnya
aktifitas non anggaran yang terjadi selama TA 2009 untuk disajikan dalam Laporan
Arus Kas Pemda. Disamping itu, pemerintah kabupaten tidak membuat buku bantu
pajak.
h. Per 31 Desember 2009 terdapat oustanding cheque sebesar Rp3.879.335.149,00.
Pengeluaran tersebut merupakan SP2D kepada pihak ketiga yang telah diterbitkan
pada TA 2009 (telah diakui realisasi belanja), namun ceknya masih belum dikeluarkan
per 31 Desember 2009.
i. Per 31 Desember 2009 saldo di Kas Daerah adalah sebesar RP7.303.845.863,14.
Diantaranya terdapat kelebihan bayar pajak sebesar Rp234.958.431,00 dan Kas Bon
sebesar Rp2.560.535.609,00 (rincian lihat lampiran 1).
j. Terdapat selisih saldo akhir BKU TA 2008 dengan rekening koran sebesar
Rp659.872.618,04 dengan rincian sebagai berikut:
BKU setelah
Saldo per 31 Desember 2008 BKU (Rp) Koreksi BKU R/K Selisih (Rp)
Koreksi
1 2 3 4 5 6

Saldo Awal setelah Penyesuaian 10.819.608.608,00 10.819.608.608,00 28.490.711.870,46

Ditambah:

Penerimaan jasa giro kurang catat 324.906.857,00 324.906.857,00 (659,890,618.00)

Hutang Pajak 5.690.109.792,00 836.689.753,00 6.526.799.545,00


6,490,607,499.00
Penerimaan belum dicatat 49.554.422,00 49.554.422,00 36,192,046.00

6.064.571.071,00 6.901.260.824,00

Dikurang:
Deposit intransit penerimaan TA
(1.034.351.897,00) (1.034.351.897,00)
2008
UMK (5.372.372.572,00) (713.710.157,50) (6.086.082.729,50)

Piutang (4.532.298.542,00) (4.532.298.542,00)


SP III & Gal C SP2D batal
(18M)
SP III dan Gal C OC (24M)

OC 2008 (23.080.164.342,00)
Penerimaan Tahun 2008 dicatat
(2.283.883,00)
BKU Tahun 2009
(10.939.023.011.00) (11.652.733.168,50) (23.082.448.225,00)

Saldo Akhir 2008 5.945.156.668,00 122.979.595,50 6.068.136.263,50 5.408.263.645,46 (659.872.618,04)

k. BUD tidak pernah melakukan rekonsiliasi secara rutin baik bulanan, tiga bulanan,
enam bulanan maupun tahunan. BUD hanya membandingkan saldo kas di BKU
dengan saldo kas dalam rekening kas daerah dan mencari penyebab perbedaannya
tanpa membandingkan antara item penerimaan dalam BKU dengan mutasi kredit
dalam rekening koran atau item pengeluaran dalam BKU dengan mutasi debit dalam
rekening pada tanggal 31 Desember 2009.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 6 dari 18


Saldo Buku Kas Umum per 31 Desember 2009 adalah sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Saldo BKU per 1 Januari 2009 6.068.136.263,50
Penerimaan 322.564.462.042,64
Pengeluaran 320.721.559.772,00 (-)
1.842.902.270,64 (+)
Saldo Buku per 31 Desember 2009 7.911.038.534,14

Saldo rekening Koran per 31 Desember 2009 adalah sebagai berikut:


Nama
No. Nomor Rek Saldo Awal Mutasi Debit Mutasi Kredit Saldo Akhir
Rekening
1 Kasda BUD 090-01.02.803003-8 6.241.369.083,46 19.680.191.609,00 13.677.243.603,64 238.421.078,10
2 Kasda DAU 090-01.02.803002.3 15.663.247.922,00 332.331.072.069,00 323.282.094.218,00 6.614.270.071,00
3 Kasda 265-01-000020-30-1 3.638.321.383,00 16.766.842.806,00 13.449.141.836,00 320.620.413,00
Kasda Khusus
4 265-01-000021-30-7 6.562.993,00 252.000,00 97.382,00 6.408.375,00
Pembangunan
Saldo per 31 Desember 2009 25.549.501.381,46 368.778.358.484,00 350.408.577.039,64 7.179.719.937,10

Selanjutnya hasil rekonsiliasi atas saldo BKU dan saldo Rekening Koran per 31
Desember 2009, diketahui informasi sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Uraian BKU Kas dan Bank
1 2 3
Saldo per 31 Desember 2009 7.911.038.534,14 7.179.719.937,10
Koreksi Rekonsiliasi
Koreksi Tambah:
Kas Daerah yang berada di rekening
penampung pajak BPD (09.20.203061-4) 274.047.213,00
Penerimaan Pajak 2009 23.373.122.183,00
Kesalahan Pencatatan 24.000.000,00
Penerimaan UMK 2008 4.620.532.022,00
Sub total 28.017.654.205,00 274.047.213,00
Koreksi Kurang:
Salah catat CP (23.000.000,00)
Lebih catat penerimaan (116.592.500,00)
Penyetoran pajak 2009 (21.820.440.247,00)
Pemb. Hutang pajak 2009 (6.526.799.545,00)
Double Catat Sumbangan Pihak Ketiga TA
2009 (412.061.797,00)

Outstanding Cheque (3.879.335.149,00)


Sub total (28.898.894.089,00) (3.879.335.149,00)
Saldo setelah rekonsiliasi 7.029.798.650,14 3.574.432.001,10
Selisih kurang rek. Koran dengan BKU
terdiri atas: (3.455.366.649,04)
Kasbon 2009 2.560.535.609,00
Double bayar pajak 234.958.431,00
Selisih BKU yang belum dapat dijelaskan 659.872.618,04

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 7 dari 18


Sampai dengan pemeriksaan berakhir, selisih kurang minimal sebesar
Rp659.872.618,04 tersebut belum dapat dijelaskan.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 21 ayat (5)
menyatakan bahwa Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pibadi atas
pembayaran yang dilaksanakannya.
b. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah :
1) Pasal 18 ayat (3) menyebutkan bahwa penunjukan Bank Umum dimuat dalam
perjanjian antara Bendahara Umum Daerah dengan Bank Umum yang
bersangkutan.
2) Penjelasan Pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa Rekening Kas Umum Negara
merupakan perwujudan penerapan Rekening Tunggal Perbendaharaan (Treasury
Single Account) yang terdiri atas satu rekening operasional penerimaan, satu
Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) dan satu rekening operasional
pengeluaran.
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah :
1) Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat
untuk masyarakat.
2) Pasal 8 ayat (2) menyatakan bahwa Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), mempunyai tugas memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk.
3) Pasal 184 ayat (1) menyatakan bahwa Pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran, bendahara penerimaan/pengeluaran dan orang atau badan yang
menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah wajib
menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4) Pasal 220 ayat (5) menyatakan bahwa Buku Kas Umum ditutup setiap bulan
dengan sepengetahuan dan persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran.
5) Pasal 223 ayat (1) menyatakan bahwa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran melakukan pemeriksaan kas yang dikelola oleh Bendahara Penerimaan
dan Bendahara Pengeluaran sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)
bulan.
Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. Kas Bon sebesar Rp2.560.535.600,00 berpotensi merugikan daerah.
b. Kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp234.958.431,00 merugikan daerah.
c. Selisih kurang yang belum dapat dijelaskan minimal sebesar Rp659.872.618,04
berpotensi merugikan Daerah.
d. Pengelolaan Kas Daerah pada BUD kurang terkontrol dan rawan disalahgunakan.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 8 dari 18


e. Posisi Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya lemah jika berhadapan dengan
permasalahan hukum berkaitan dengan bank di kemudian hari.
Kondisi tersebut dikarenakan:
a. BUD tidak menjalankan sistem perbendaharaan tunggal dengan memiliki rekening
bank tanpa kejelasan klasifikasinya.
b. Kepala Bidang Perbendaharaan DPKKD dalam menerbitkan SP2D lalai
mempedomani ketentuan yang berlaku.
c. Kuasa BUD lalai dalam menerbitkan BG/Kas Bon yang tidak ada anggarannya dan
membayar pajak, dan mencocokkan saldo menurut pembukuan Kuasa BUD dengan
saldo menurut laporan bank.
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya dhi. Kepala DPKKD menyatakan bahwa
hasil temuan tim BPK benar adanya, dan kedepannya akan diupayakan semaksimal
mungkin menertibkan administrasi keuangan/pembukuan daerah.
BPK merekomendasikan kepada Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya agar :
a. Menginstruksikan BUD untuk menerapkan sistem perbendaharaan tunggal sesuai
ketentuan yang berlaku.
b. Memerintahkan Kepala DPKKD untuk :
1) Memberikan sanksi administratif kepada Kepala Bidang Perbendaharaan DPKKD
atas kelalaiannya tidak mempedomani ketentuan dalam menerbitkan SP2D.
2) Memberikan sanksi administratif kepada Kuasa BUD yang lalai menerbitkan
BG/Kas Bon dan membayar pajak melebihi yang seharusnya.
3) Menagih Kas Bon sebesar Rp2.560.535.600,00 yang belum diselesaikan kepada
pihak terkait dan mempertanggungjawabkan selisih kurang yang belum dapat
dijelaskan sebesar Rp659.872.618,04.
4) Berkoordinasi dengan Kantor Pelayanan Pajak mengenai pengembalian
pembayaran pajak sebesar Rp234.958.431,00.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 9 dari 18


2. Pengelolaan Pemungutan Pajak Negara Belum Sesuai Ketentuan

Pada TA 2009, pengelolaan kegiatan pemungutan dan penyetoran PPh dan PPN
dilaksanakan oleh salah seorang pegawai DPKKD Kabupaten Aceh Barat Daya yang
menjalankan fungsi sebagai Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD) pada TA 2009 sesuai
dengan Surat Keputusan Bupati Aceh Barat Daya No. 900/77/2009 tanggal 5 Pebruari
2009 tentang Penunjukan Kuasa BUD Khusus Pengelolaan Kas Daerah pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran
2009.
Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2008
terdapat hutang pajak sebesar Rp6.526.799.545,00, namun hutang pajak tersebut tidak
dianggarkan dalam APBK TA 2009 sehingga dalam pembayarannya tidak melalui mekanisme
SP2D, karena tidak ada dalam anggaran belanja TA 2009. Hutang pajak tersebut telah dibayar
lunas pada TA 2009 dengan rincian pembayaran sebagai berikut:
(dalam rupiah)
No. Tanggal No. Bilyet Giro Nilai
1 20 Januari 2009 AL 04154 182.716.720,00
2 28 Januari 2009 AL 042318 384.701.885,00
3 11 Februari 2009 AL 041997 308.642.454,00
4 11 Februari 2009 AL 042438 373.724.637,00
5 13 Februari 2009 AL 042437 230.313.641,00
6 17 Februari 2009 AL041925 383.153.320,00
7 23 Februari 2009 AL 042464 229.036.646,00
8 26 Februari 2009 AL 042469 247.183.321,00
9 12 Maret 2009 AM 005523 442.662.600,00
10 23 Maret 2009 AM 005568 177.225.375,00
11 31 Maret 2009 AM 005596 189.823.788,00
12 04 April 2009 AM 005603 138.780.480,00
13 08 April 2009 AM 005578 439.837.307,00
14 15 April 2009 AM 005629 463.326.106,00
15 21 April 2009 AM 005675 692.963.383,00
16 23 April 2009 AM 005603 332.774.238,00
17 29 April 2009 AM 005603 338.353.091,00
18 30 April 2009 AM 005699 211.227.059,00
19 10 Juni 2009 AM 012620 760.353.494,00
Jumlah 6.526.799.545,00

Hasil pemeriksaan atas kegiatan pengelolaan Pajak Negara pada Pemerintah


Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009, diketahui terdapat pemungutan pajak sebesar
Rp23.373.122.183,00 dan penyetoran pajak sebesar Rp21.820.440.247,00 sehingga
terdapat hutang pajak TA 2009 sebesar Rp1.552.681.936,00 (Rp23.373.122.183,00 -
Rp21.820.440.247,00). Berdasarkan surat keterangan dari Kepala Dinas PKKD tanggal
26 Juli 2010 diketahui bahwa pajak yang telah dipungut tersebut tidak disetorkan ke

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 10 dari 18


Kas Negara, tetapi digunakan untuk membiayai belanja TA 2009. Pada TA 2010 hutang
pajak sebesar Rp1.552.681.936,00 tersebut telah disetorkan ke Kas Negara.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran
Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan
Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak
a. Pasal 2 ayat (5) menyatakan bahwa PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh
harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
b. Ayat (10) menyatakan bahwa PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara harus disetor
pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang
dibiayai dari belanja Negara atau belanja Daerah, dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak atas nama rekanan dan ditandatangani oleh bendahara.
c. Ayat (14) menyatakan bahwa PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya
dilakukan oleh Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk, harus
disetor paling lama tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Kondisi tersebut membuka peluang penyalahgunaan keuangan negara sebesar
Rp8.079.481.481,00 (Rp6.526.799.545,00 + Rp1.552.681.936,00)
Kondisi tersebut dikarenakan:
a. Kepala Daerah selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah lemah
dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan Pajak
Negara yang dikelola oleh Kuasa BUD TA 2008 dan 2009
b. Kuasa BUD TA 2008 dan 2009 lalai dalam melakukan pengelolaan termasuk
penyetoran PPh dan PPN TA 2008 dan 2009 yang telah dipungut sesuai ketentuan
yang berlaku.
c. Kepala DPKKD dalam membuat kebijakan tidak mempedomani ketentuan yang
berlaku.
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya dhi. Kepala DPKKD Kabupaten Aceh
Barat Daya menyatakan bahwa hasil pemeriksaan tim BPK benar adanya, yaitu uang pajak
yang telah dipungut pada tahun berjalan belum disetor dan terpakai untuk membayar
kegiatan tahun berjalan, karena pendapatan tidak terealisasi 100%. Kepala DPKKD
Kabupaten Aceh Barat Daya mengatakan mulai Juni 2010 telah menggunakan SP2D
sebagai alat pembayaran dan tidak menggunakan BG. Setoran pajak ke Kas Negara tidak
dipungut oleh BUD, tapi langsung disetor ke kas negara dan untuk hutang pajak akan
diprogramkan pada APBK-P tahun 2010.
BPK merekomendasikan kepada Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya agar :
a. Lebih optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan
Pajak Negara.
b. Memberikan sanksi administratif kepada Kuasa BUD TA 2008 dan 2009 atas
kelalaian dalam mengelola PPh dan PPN.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 11 dari 18


c. Memberikan sanksi administratif kepada Kepala DPKKD supaya lebih cermat dalam
membuat kebijakan sesuai ketentuan yang berlaku.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 12 dari 18


3. Pengelolaan Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya Tidak Tertib

Pengelolaan aset milik Negara/Daerah meliputi perencanaan kebutuhan dan


penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,
penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, serta pembinaan, pengawasan
dan pengendalian berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan
keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Hasil pengelolaan aset tersebut
diperlukan dalam melaksanakan proses pelaporan Barang Milik Negara/Daerah yang
dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang, Pengguna Barang, dan Pengelola Barang. Dengan
dasar laporan tersebut serta dokumen keuangan, pemerintah kabupaten dapat menyusun
Neraca yang dapat diuji kewajarannya sehingga dapat menggambarkan nilai aset,
kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
Pada Neraca Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya per 31 Desember 2009
diketahui nilai Aset Tetap sebesar Rp672.681.836.756,00 atau terjadi peningkatan sebesar
Rp52.705.371.065,00 atau 8,50% dibandingkan dengan saldo Aset Tetap per 31 Desember
2008 sebesar Rp619.976.465.691,00, dengan rincian sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Uraian 2009 2008 Tambah(Kurang)
Tanah 128.080.582.377,00 127.225.761.777,00 854.820.600,00
Peralatan dan mesin 91.753.995.923,00 82.234.970.703,00 9.519.025.220,00
Gedung dan Bangunan 192.236.380.802,50 187.416.042.297,50 4.820.338.505,00
Jalan, Irigasi dan Jaringan 219.550.535.073,50 211.851.098.533,50 7.699.436.540,00
Aset Tetap Lainnya 6.803.363.875,00 6.428.253.875,00 375.110.000,00
Konstruksi Dalam Pengerjaan 34.256.978.705,00 4.820.338.505,00 29.436.640.200,00
Total 672.681.836.756,00 619.976.465.691,00 52.705.371.065,00

Hasil pemeriksaan terhadap pengelolaan aset pada Pemerintah Kabupaten Aceh


Barat Daya diketahui beberapa kelemahan pengendalian intern sebagai berikut:
a. Dalam Buku Induk Inventaris per 31 Desember 2009 yang disusun oleh masing-
masing SKPD, belum seluruhnya melaporkan aset yang dimilikinya baik pengadaan
sendiri maupun bantuan/hibah dari pihak ketiga serta data aset yang telah dikirimkan
oleh SKPD belum memasukkan nilai aset tanah, gedung dan bangunan maupun
persediaan. Aset yang dilaporkan oleh SKPD baru berupa peralatan, mesin serta
kendaraan, padahal laporan inventaris aset dari tiap-tiap SKPD akan menjadi salah
satu acuan dalam proses konsolidasi inventarisasi aset. Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat Daya tidak dapat menyajikan rincian nilai aset tetap dalam Neraca per 31
Desember 2009 per SKPD.
b. Pengurus barang tidak membuat daftar kebutuhan barang per unit kerja, daftar
pengadaan barang, kegiatan pengadaan barang, kartu persediaan barang, laporan per
semester tentang penerimaan dan pengeluaran barang habis pakai, dan laporan
semester tentang penerimaan dan pengeluaran barang inventaris.
c. Khusus untuk tanah, seluruh tanah yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat Daya belum memiliki sertifikat walaupun pada TA 2008 belanja untuk
sertifikasi tanah sebesar Rp97.745.000,00 telah direalisasikan. Berdasarkan surat
keterangan dari Kepala Bagian Hukum tanggal 26 Juli 2010 menyatakan bahwa
sertifikat tanah belum diambil dan masih di Kantor Pertanahan Perwakilan Kabupaten
Aceh Barat Daya, namun sampai dengan pemeriksaan berakhir, sertifikat dimaksud

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 13 dari 18


tidak dapat ditunjukkan.
d. Hasil uji petik pemeriksaan Belanja Modal TA 2009, diketahui terdapat belanja modal
pada tiga SKPD sebesar Rp2.885.393.920,00 yang seharusnya tidak menambah nilai
aset tetap daerah, karena hasil pengadaan tersebut langsung diberikan kepada
masyarakat (rincian lihat lampiran 2).
e. Belanja Perencanaan dan Pengawasan pada sembilan SKPD sebesar
Rp2.070.602.000,00 dianggarkan pada MAK Belanja Barang dan Jasa (522) dan
belum terkapitalisasi sebagai penambah aset yang bersangkutan.
f. Seluruh bukti kepemilikan asli aset daerah tidak disimpan oleh Kuasa BUD pada
DPKKD, melainkan masih berada pada Bagian Hukum, Bagian Pemerintahan dan
Bagian Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya, hal ini diperkuat
dengan surat keterangan dari Kepala Bidang Aset tanggal 20 Juli 2010.
g. Aset tetap yang diterima dari BRR-NAD Nias telah diserahterimakan dan digunakan,
namun belum didukung oleh berita acara serah terima aset yang sah dari BRR NAD-
Nias ke Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya (rincian lihat lampiran 3a dan 3b).
Dari uraian tersebut, disimpulkan bahwa nilai aset tetap Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat Daya per 31 Desember 2009 tidak didukung dengan penilaian dan admisnistrasi yang
memadai sehingga tidak dapat diterapkan prosedur audit untuk meyakini kewajarannya, hal
ini mempengaruhi penyajian opini atas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat Daya TA 2009.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa Pemerintah Kabupaten Aceh Barat
Daya belum menetapkan kebijakan akuntansi mengenai aset tetap, yang antara lain
menetapkan batas minimum nilai perolehan aset tetap yang dikapitalisasi ke dalam neraca
dan kebijakan mengenai biaya-biaya yang dikapitalisasi sebagai nilai aset tetap. Dalam
penyusunan Neraca TA 2009, Bidang Pengelolaan Aset DPKKD mengkapitalisasi seluruh
belanja modal kedalam aset tetap tanpa memperhitungkan mutasi kurang akibat pemberian
bantuan hibah atau penyerahan dan penjualan kepada masyarakat/perorangan.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah:
1) Pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa pengelolaan barang milik negara/daerah
dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan
keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.
2) Pasal 3 ayat (2) menyatakan bahwa pengelolaan barang milik negara/daerah
meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
3) Pasal 40 ayat (1) menyatakan bahwa penilaian barang milik negara selain tanah
dan/atau bangunan dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukan
oleh tim yang ditetapkan oleh pengguna barang dan dapat melibatkan penilai
independen yang ditetapkan oleh pengguna barang.
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah Pasal 253 ayat (1) menyatakan bahwa prosedur akuntansi aset pada
SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan,

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 14 dari 18


rehabilitasi, perubahan klasifikasi dan penyusutan terhadap aset tetap yang
dikuasai/digunakan SKPD.
Kondisi tersebut mengakibatkan saldo Aset Tetap yang disajikan dalam Neraca
Kabupaten Aceh Barat Daya per 31 Desember 2009 belum menggambarkan keadaan yang
sewajarnya dan aset tetap dari BRR NAD-Nias yang telah diserahterimakan
pengelolaannya rawan disalahgunakan.
Kondisi tersebut terjadi karena:
a. Kepala SKPD lalai membuat laporan aset secara tepat dan lengkap.
b. Kepala Bidang Pengelolaan Aset dalam mengelola aset daerah belum sepenuhnya
mempedomani ketentuan yang berlaku.
c. Kepala DPKKD lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
pengurusan Barang Milik Daerah serta belum melaksanakan invetarisasi aset tetap.
d. Bupati belum menetapkan Peraturan Kepala Daerah mengenai kebijakan akuntansi
aset daerah.
Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya dhi. Kepala DPKKD Kabupaten
Aceh Barat Daya menyatakan bahwa temuan tim BPK benar adanya, saat ini sedang proses
pendataan aset dan menginventarisasinya. Bila telah selesai proses pendataan secara
keseluruhan akan dinilai sesuai ketentuan yang berlaku.
BPK merekomendasikan kepada Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya agar :
a. Memberikan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku kepada:
1) Kepala SKPD atas kelalaiannya dalam melaporkan aset yang dikuasainya.
2) Kepala Bidang Pengelolaan Aset atas pelaksanaan pengelolaan aset daerah belum
sepenuhnya mempedomani ketentuan yang berlaku.
3) Kepala DPKKD atas kelalaiannya dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap pengurusan barang daerah.
b. Menginstruksikan Kepala DPKKD untuk segera menginventarisasi aset tetap secara
menyeluruh supaya aset tetap Kabupaten Aceh Barat Daya dapat disajikan dengan
wajar dalam laporan keuangan.
c. Segera menetapkan Peraturan Kepala Daerah mengenai kebijakan akuntansi aset
daerah.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 15 dari 18


4. Terjadi Salah Pembebanan Belanja pada Beberapa SKPD Aceh Barat Daya

Hasil Pemeriksaan atas dokumen pertanggungjawaban terhadap beberapa SKPD


Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009, diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Pada TA 2009, Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya menganggarkan
belanja premi asuransi kesehatan sebesar Rp2.969.040.000,00 dengan realisasi sebesar
Rp2.903.120.000,00 atau 97,79% dari anggaran, serta menganggarkan belanja jasa
penyelesaian administrasi kegiatan sebesar Rp1.000.000.000,00 yang telah
direalisasikan sebesar Rp999.412.000,00 atau 99,94% dari anggaran.
Belanja premi asuransi kesehatan sebesar 2.903.120.000,00 bukan merupakan premi
asuransi melainkan digunakan sebagai uang duka yang diberikan secara tunai bagi
masyarakat Kabupaten Aceh Barat Daya yang meninggal dunia dan belanja jasa
penyelesaian administrasi kegiatan sebesar Rp999.412.000,00 digunakan untuk
bantuan sosial kemasyarakatan yang juga diberikan secara tunai dengan bukti berupa
kwitansi dan proposal. Selain itu, belanja bantuan sosial kemasyarakatan tersebut
dibebankan pada MAK belanja barang dan jasa (522) bukan pada belanja bantuan
sosial sesuai dengan nomenklatur dan substansi belanja tersebut yang seharusnya
dianggarkan pada DPKKD.
b. Berdasarkan Laporan Realisasi APBD TA 2009 diketahui bahwa belanja daerah
dianggarkan sebesar Rp335.697.204.696,00 dengan realisasi sebesar
Rp302.042.306.059,00 atau sebesar 89,97% dari anggaran. Dari realisasi tersebut
diantaranya sebesar Rp60.262.070.204,00 untuk belanja barang dan jasa dan sebesar
Rp52.705.371.065,00 untuk belanja modal.
Hasil Pemeriksaan terhadap dokumen SPJ Fungsional dan dokumen SP2D diketahui
terdapat Belanja Jasa Konsultasi Perencanaan dan Pengawasan sebesar
Rp2.103.742.000,00 pada tujuh SKPD dibebankan sebagai MAK Belanja Barang dan
Jasa (522) (rincian lihat lampiran 4), padahal belanja tersebut seharusnya terdistribusi
secara langsung dengan belanja modalnya dan menambah nilai aset yang
bersangkutan. Rincian SKPD tersebut adalah :
(dalam rupiah)
No SKPD Jumlah
1 Dinas Pekerjaan Umum 1.957.740.000,00
2 Dinas Perhubungan dan Informatika 6.200.000,00
3 Kantor Lingkungan, Pertamanan dan Kebersihan Daerah 1.725.000,00
4 Sekretariat Daerah 16.025.000,00
5 Dinas Pertanian dan Peternakan 33.140.000,00
6 Dinas Kelautan dan Perikanan 68.555.000,00
7 Dinas Perindustrian Perdagangan, Koperasi dan UKM 20.357.000,00
Jumlah 2.103.742.000,00

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Pasal 49 ayat (2) Peraturan Menteri dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang menyatakan belanja bunga, belanja
subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan
keuangan, dan belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf b,

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 16 dari 18


huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, dan huruf h hanya dapat dianggarkan pada
belanja SKPKD.
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah:
1) Pasal 45 ayat (1) menyatakan bahwa belanja bantuan sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 huruf e digunakan untuk menganggarkan pemberian
bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau barang
kepada kelompok/anggota masyarakat, dan partai politik.
2) Pasal 50 huruf c menyatakan bahwa belanja modal digunakan untuk pengeluaran
yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai
nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan. Nilai aset tetap berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/bangun aset ditambah
seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset
tersebut siap digunakan.
3) Pasal 52 ayat (2) menyatakan bahwa belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor,
premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa
rumah/gedung/ gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa
perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan
atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas,
perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai, pemeliharaan, jasa
konsultansi, dan lain-lain pengadaan barang/jasa, dan belanja lainnya yang
sejenis.
c. PSAP No.02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Paragraf 37 yang menyatakan
bahwa Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan
aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
d. PSAP No.07 tentang Akuntansi Aset Tetap Paragraf 29 menyatakan bahwa biaya
perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea
impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset
tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang
dimaksudkan. Selanjutnya dalam Paragraf 30 dijelaskan bahwa contoh biaya yang
dapat diatribusikan secara langsung adalah biaya profesional seperti arsitek dan
insinyur.
Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. Realisasi belanja barang dan jasa pada Sekretariat Daerah sebesar Rp3.902.532.000,00
(Rp2.903.120.000,00 + Rp999.412.000,00) tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dan rawan untuk disalahgunakan.
b. Realisasi belanja daerah sebesar Rp2.103.742.000,00 pada tujuh SKPD tidak dapat
menambah nilai Aset Tetap di Neraca per 31 Desember 2009

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 17 dari 18


Kondisi tersebut terjadi karena:
a. Kepala DPKKD belum menyusun kebijakan Akuntansi yang mengatur kapitalisasi
aset khususnya biaya perencanaan dan pengawasan.
b. Sekretaris Daerah sebagai Pengguna Anggaran dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah
(TAPD) Kabupaten Aceh Barat Daya lalai dalam proses penganggaran tidak
mempedomani ketentuan yang berlaku.
c. Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya kurang cermat dalam membuat
perencanaan administrasi untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya.
Kepala DPKKD Kabupaten Aceh Barat Daya menyatakan bahwa hal tersebut benar
adanya, karena pada tahun 2009 dan tahun-tahun sebelumnya Tim Anggaran Pemerintah
Daerah (TAPD) berprinsip bahwa kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebijakan
Kepala Daerah, maka harus ditempatkan di Setdakab Aceh Barat Daya. Untuk tahun 2010
seluruh belanja kegiatan tersebut telah diprogramkan sebagai bantuan keuangan pada DPA-
SKPD PPKD Kabupaten Aceh Barat Daya. Untuk selanjutnya seluruh belanja barang dan
jasa yang terkait langsung dengan belanja modal akan diprogramkan kedalam kelompok
belanja modal.
BPK merekomendasikan kepada Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya agar:
a. Menginstruksikan kepada Kepala DPKKD untuk menyusun kebijakan akuntansi
mengenai kapitalisasi aset.
b. Memberikan sanksi administratif kepada Sekretaris Daerah atas:
1) Kelalaian dalam memposes anggaran APBK tidak mempedomani ketentuan yang
berlaku.
2) Ketidakcermatan dalam membuat perencanaan administrasi untuk kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakannya.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 18 dari 18


Lampiran 1
KASBON PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
Per 31 Desember 2009

No. Bagian/Dinas/Instansi Tanggal Uraian Yang Disposisi Penerima Jumlah ( Rp )


1 2 3 4 5 6 7
2009
1. DPKKD Pinjaman Sementara H. M. Yatim Ali, SE M. Dahri, SE, Ak 40.875.000
17/01/2009 Pinjaman Sementara untuk Pembahasan
- H. M. Yatim Ali, SE
APBD Kab. Abdya Tahun 2009.

T. Iskandar, SE 18.000.000

Halimatussakdiah, SE, M.Si

Pinjaman Sementara Fakhrurazi Adami 30.000.000

Pinjaman Sementara Driharto 30.000.000


15/07/2009 Pinjaman Sementara Utk Bungong Jaro Tamu
T. Iskandar ,SE 25.000.000
Pemda

JUMLAH 143.875.000

2 Bag. Pemerintahan

Pinjaman Sementara untuk Pengadaan Tanah - 75.000.000

JUMLAH 75.000.000
17/02/2009 Pinjaman Sementara untuk Pembayaran
3 Dinas PU - Ir. Much. Tavip, MM 27.500.000
Minyak Becho di drien Lekit & Ie Khulung.
24/04/2009
Pinjaman Sementara - Muazam, SE,MM 100.000.000

13/08/2009
Pinjaman Sementara - T. HASRI AKBAR 100.000.000

28/09/2009
Pinjaman Sementara - Armayadi, ST 165.000.000

(CV. Soerayya) Pinjaman Sementara Maksum 94.160.600

Pinjaman Sementara Syahrial 20.000.000

Pinjaman Sementara Mustazar 52.000.000

(CV. Pulou Tengoh) Pinjaman Sementara Zikri 10.000.000

Pinjaman Sementara Fauzi, SE 49.000.000

(CV. Dirya Susoh) 15/12/2009 Pinjaman Sementara Firdaus 15.000.000


Pinjaman Sementara Masriadi 15.000.000
13/08/2009 Pinjaman Sementara Utk Bungong Jaro Tamu H.M. Yunus, SH. SP,
25.000.000
Pemda MM

JUMLAH 672.660.600
10/12/2009
4 Distanbun Pinjaman Sementara Zainuddin, SP 25.000.000
14/11/2009
Pinjaman Sementara Zainuddin, SP 15.000.000
22/12/2009
Pinjaman Sementara Zainuddin, SP 10.000.000
24/12/2009
Pinjaman Sementara Yunan 20.000.000
28/12/2009
Pinjaman Sementara Yunan 20.000.000

JUMLAH 90.000.000

5 Setcam Lembah Sabil Pinjaman Sementara Suppalizar 20.000.000

JUMLAH 20.000.000

6 Bagian Ekobang
29/09/2009 Pinjaman Sementara Utk Pemb. Lanjutan Kantor
(CV. Harris Muda Sembada) H.M. Yunus, SH. SP, MM Hj. Hermalinda 50.000.000
Bupati Abdya

Pinjaman Sementara H. Arsyek 50.000.000

100.000.000

7 Dinas Kehutanan
15/09/2009 Pinjaman Sementara Utk Keperluan
T. Iskandar ,SE Raden Muktar 120.000.000
Pembibitan Sawit
JUMLAH 120.000.000

8 Dinas Pendidikan

(CV. Karya Bintang Tujuh) Pinjaman Sementara Venny 165.000.000

JUMLAH 165.000.000

9 Dinas PU

15/09/2009
Stimulus Pinjaman Sementara T. Iskandar ,SE Ir. Much. Tavip, MM 839.000.000

JUMLAH 839.000.000
10 Bendahara Rutin

30/04/2009
Pinjaman Sementara Utk Bahan Proposal H.M. Yunus, SH. SP, MM Yuslaini, SH 200.000.000

14/09/2009
Pinjaman Sementara Utk Keperluan Dinas H.M. Yunus, SH. SP, MM Yuslaini, SH 40.000.000

03/09/2009
Pinjaman Sementara Utk Panjar Harga Barang 70.000.000

13/08/2009 Pinjaman Sementara Utk Bungong Jaro Tamu


H.M. Yunus, SH. SP, MM 25.000.000
Pemda

JUMLAH 335.000.000

Total Kasbon TA 2009 2.560.535.600


Lampiran 2
Daftar Rincian Pengadaan Belanja Modal yang diserahkan ke Masyarakat

(dalam rupiah)
No SKPD Kegiatan Nilai
1 2 3 4
1 Dinas Pertanian Pengadaan benih untuk masyarakat 561.100.000

2 Dinas Kehutanan Pengadaan dan penanaman bibit karet 888.250.000


3 Dinas Kelautan Alat penangkapan ikan 495.425.000
Alat penangkapan ikan 182.451.700
Alat penangkapan ikan 545.000.000
Alat penangkapan ikan 213.167.220
Jumlah 2.885.393.920
Lampiran 3a
RINCIAN KENDARAAN BANTUAN BRR
(dalam rupiah)
No Jenis Barang Merk No.Polisi Asal-Usul Pemakai Harga
1 2 3 4 5 6 7,00
1 Mobil Tangki Izusu B 9886 LQ BRR Dinas Sosial -
2 Sepeda Motor Supra X 125 BL 2497 C BRR Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 15.000.000,00
3 Sepeda Motor Honda GLM II BL 2904 C BRR Dinas Pertanian dan Peternakan -
4 Sepeda Motor Honda GLM II BL 2900 C BRR Dinas Pertanian dan Peternakan -
5 Sepeda Motor Honda GL 160 D BL 2351 AU BRR Dinas Pertanian dan Peternakan -
6 Sepeda Motor Honda GL 160 D BL 2375 AU BRR Dinas Pertanian dan Peternakan -
7 Sepeda Motor Honda GL 160 D BL 2713 AU BRR Dinas Pertanian dan Peternakan -
8 Sepeda Motor Honda GL 160 D BL 2538 AU BRR Dinas Pertanian dan Peternakan -
9 Sepeda Motor Honda GL 160 D BL 2712 AU BRR Dinas Pertanian dan Peternakan -
10 Sepeda Motor Honda GL 160 D BL 2562 AU BRR Dinas Pertanian dan Peternakan -
11 Sepeda Motor Honda GL 160 D B 6075 SQF BRR Dinas Pertanian dan Peternakan -
12 Sepeda Motor Honda GL 160 D BL 2275 AE BRR Dinas Pertanian dan Peternakan -
13 Sepeda Motor Honda GL 160 D BL 2317 AE BRR Dinas Pertanian dan Peternakan -
14 Sepeda Motor Honda Supra Fit BL 2672 AR BRR Dinas Kelautan dan Perikanan 13.500.000,00
15 Sepeda Motor Honda Supra Fit BL 2678 AR BRR Dinas Kelautan dan Perikanan 13.500.000,00
16 Sepeda Motor Honda Supra Fit BL 2679 AR BRR Dinas Kelautan dan Perikanan 13.500.000,00
17 Sepeda Motor Mega Pro GL 160D BL 2775 C BRR Kesbangpol dan Linmas -
18 Sepeda Motor Mega Pro GL 160D BL 2776 AU BRR Kantor Satpol PP
19 Sepeda Motor Honda BRR Kantor PP, PM, KS 16.000.000,00
20 Sepeda Motor Honda BRR Kantor PP, PM, KS 16.000.000,00
21 Sepeda Motor Honda BRR Kantor PP, PM, KS 16.000.000,00
JUMLAH 103.500.000,00
Lampiran 3b
Rincian Bangunan Bantuan BRR

No Jenis Luas Asal-Usul Harga Pemakai


1 2 3 4 5 6
1 Ruang staff 48 m2 BRR - Dishubkom
2 Ruang bidan 59,63 m2 BRR - Puskesmas Sangkalan
3 Ruang bidan 59,63 m2 BRR - Puskesmas Sangkalan
4 Ruang bidan 59,63 m2 BRR - Puskesmas Sangkalan
Lampiran 4
RINCIAN SALAH PEMBEBANAN BELANJA
(dalam rupiah)

Kode
No Nama SKPD No. SP2D Kode Kegiatan Nama Kegiatan Nilai
Rekening
1 2 3 4 5 6 7
1 Dinas Pekerjaan Umum 02104/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.16.06 Pembangunan Saluran Drainse/Gorong-gorong (Lanjutan) 5220317 17.360.000

2 Dinas Pekerjaan Umum 02105/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.99.33 Pembangunan Turap/Talud/Bronjong (Lanjutan) 5220317 5.175.000
3 Dinas Pekerjaan Umum 02106/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.99.32 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jaringan Irigasi DAK (Lanjutan) 5220317 3.055.000

4 Dinas Pekerjaan Umum 01782/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.18.08


Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan (Sharing DAK) 5220317 89.500.000
5 Dinas Pekerjaan Umum 01837/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.17.03
Pembangunan Turap/Talud/Bronjong 5220317 23.600.000
6 Dinas Pekerjaan Umum 01584/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.18.08
Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan (Sharing DAK) 5220317 145.000.000
7 Dinas Pekerjaan Umum 01583/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.18.08
Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan (Sharing DAK) 5220317 102.000.000
8 Dinas Pekerjaan Umum 01730/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.29.05
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur (Lanjutan) 5220317 66.500.000
9 Dinas Pekerjaan Umum 01751/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.18.08
Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan (Sharing DAK) 5220317 60.000.000
10 Dinas Pekerjaan Umum 01752/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.18.08
Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan (Sharing DAK) 5220317 88.000.000
11 Dinas Pekerjaan Umum 02161/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.27.11
Rehabilitasi / Pemeliharaan Sarana Prasarana Air Minum 5220317 24.650.000
(Sharing)
12 Dinas Pekerjaan Umum 02165/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.27.07 Rehabilitasi/pemeliharaan sarana dan prasarana air minum 5220317 28.400.000

13 Dinas Pekerjaan Umum 02164/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.16.03 Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong 5220317 15.200.000
14 Dinas Pekerjaan Umum 02173/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.27.07 Rehabilitasi/pemeliharaan sarana dan prasarana air minum 5220317 26.500.000

15 Dinas Pekerjaan Umum 02174/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.16.03 Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong 5220317 13.100.000
16 Dinas Pekerjaan Umum 02175/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.16.03 Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong 5220317 15.600.000
17 Dinas Pekerjaan Umum 02176/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.27.11 Rehabilitasi / Pemeliharaan Sarana Prasarana Air Minum 5220317 19.700.000
(Sharing)
18 Dinas Pekerjaan Umum 02163/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.01.08 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor 5220317 19.400.000
19 Dinas Pekerjaan Umum 02162/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.27.11 Rehabilitasi / Pemeliharaan Sarana Prasarana Air Minum 5220317 38.800.000
(Sharing)
20 Dinas Pekerjaan Umum 02369/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.99.05 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan DAK (Lanjutan 2008) 5220317 37.050.000

21 Dinas Pekerjaan Umum 02382/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.01.08 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor 5220317 87.650.000
22 Dinas Pekerjaan Umum 01517/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.15.08 Pembangunan Jalan (Lanjutan) 5220317 34.950.000
23 Dinas Pekerjaan Umum 01581/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.15.10 Pembangunan Jembatan (Lanjutan) 5220317 13.700.000
24 Dinas Pekerjaan Umum 01582/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.18.08 Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan (Sharing DAK) 5220317 70.000.000
25 Dinas Pekerjaan Umum 00178/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.15.10 Pembangunan Jembatan (Lanjutan) 5220317 60.000.000
26 Dinas Pekerjaan Umum 00179/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.99.05 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan DAK (Lanjutan 2008) 5220317 45.050.000

27 Dinas Pekerjaan Umum 00181/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.15.10 Pembangunan Jembatan (Lanjutan) 5220317 9.650.000
28 Dinas Pekerjaan Umum 00187/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.99.05 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan DAK (Lanjutan 2008) 5220317 30.750.000

29 Dinas Pekerjaan Umum 00188/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.15.08 Pembangunan Jalan (Lanjutan) 5220317 12.950.000
30 Dinas Pekerjaan Umum 00597/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.27.12 Rehabilitasi / Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Air 5220317 49.900.000
Minum (Lanjutan)
31 Dinas Pekerjaan Umum 03436/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.18.08 Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan (Sharing DAK) 5220317 98.950.000
32 Dinas Pekerjaan Umum 03456/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.15.05 Pembangunan jembatan 5220317 29.400.000
33 Dinas Pekerjaan Umum 03455/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.15.05 Pembangunan jembatan 5220317 23.100.000
34 Dinas Pekerjaan Umum 03507/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.18.01 Perencanaan Rehabilitas/Pemeliharaan Jalan 5220317 7.450.000
35 Dinas Pekerjaan Umum 03504/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.15.05 Pembangunan jembatan 5220317 25.650.000
36 Dinas Pekerjaan Umum 03505/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.01.08 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor 5220317 32.950.000
37 Dinas Pekerjaan Umum 03490/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.18.01 Perencanaan Rehabilitas/Pemeliharaan Jalan 5220317 66.000.000
38 Dinas Pekerjaan Umum 00514/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.99.32 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jaringan Irigasi DAK (Lanjutan) 5220317 38.000.000

39 Dinas Pekerjaan Umum 00513/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.99.31 Normalisasi Saluran Sungai dan Rawa (Lanjutan) 5220317 5.500.000
40 Dinas Pekerjaan Umum 00415/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.15.08 Pembangunan Jalan (Lanjutan) 5220317 23.800.000
41 Dinas Pekerjaan Umum 00416/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.99.05 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan DAK (Lanjutan 2008) 5220317 47.000.000

42 Dinas Pekerjaan Umum 00417/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.15.10 Pembangunan Jembatan (Lanjutan) 5220317 9.600.000
43 Dinas Pekerjaan Umum 00177/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.99.05 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan DAK (Lanjutan 2008) 5220317 13.400.000

44 Dinas Pekerjaan Umum 03330/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.18.08 Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan (Sharing DAK) 5220317 43.400.000
45 Dinas Pekerjaan Umum 03342/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.15.03 Pembangunan jalan 5220317 51.700.000
46 Dinas Pekerjaan Umum 03332/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.18.08 Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan (Sharing DAK) 5220317 82.450.000
47 Dinas Pekerjaan Umum 03328/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.15.05 Pembangunan jembatan 5220317 35.950.000
48 Dinas Pekerjaan Umum 03329/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.15.03 Pembangunan jalan 5220317 22.450.000
49 Dinas Pekerjaan Umum 03333/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.18.08 Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan (Sharing DAK) 5220317 17.500.000
50 Dinas Pekerjaan Umum 03331/LS/BL/2009 1.03.1.03.01.18.08 Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan (Sharing DAK) 5220317 30.300.000
51 Dinas Perhubungan, 02877/LS/BL/2009 1.07.1.07.01.18.10 Pembangunan Lanjutan Gedung Control Tower Bandara 5220317 6.200.000
Komunikasi dan Informatika (Luncuran 2008)

52 Kantor Lingkungan Hidup, 01357/LS/BL/2009 1.08.1.08.01.16.20 Pengawasan Gedung Laboratorium (Lanjutan) 5220317 1.725.000
Kebersihan dan Pertamanan

53 Sekretariat Daerah 02846/LS/BL/2009 1.20.1.20.03.01.19 Penyediaan Jasa Administrasi Kantor (kantor) 5220317 4.100.000
54 Sekretariat Daerah 02219/LS/BL/2009 1.20.1.20.03.01.19 Penyediaan Jasa Administrasi Kantor (kantor) 5220317 11.925.000
55 Dinas Pertanian dan Peternakan 03102/LS/BL/2009 2.01.2.01.03.01.01 Penyediaan Jasa Surat Menyurat (bibit) 5220317 21.390.000

56 Dinas Pertanian dan Peternakan 02751/LS/BL/2009 2.01.2.01.03.18.25 Perencanaan dan Pengawasan ? 5220317 11.750.000

57 Dinas Kelautan dan Perikanan 01300/LS/BL/2009 2.05.2.05.01.01.01 Penyediaan Jasa Surat Menyurat (tanggul) 5220317 7.120.000

58 Dinas Kelautan dan Perikanan 01301/LS/BL/2009 2.05.2.05.01.01.01 Penyediaan Jasa Surat Menyurat (irigasi) 5220317 14.000.000

59 Dinas Kelautan dan Perikanan 01299/LS/BL/2009 2.05.2.05.01.01.01 Penyediaan Jasa Surat Menyurat (tanggul) 5220317 5.340.000

60 Dinas Kelautan dan Perikanan 01302/LS/BL/2009 2.05.2.05.01.01.31 Perencanaan dan Pengawasan APBD (irigasi) 5220317 20.405.000

61 Dinas Kelautan dan Perikanan 03396/LS/BL/2009 2.05.2.05.01.01.30 Perencanaan dan Pengawasan (DAK) (pendaratan ikan) 5220317 4.320.000

62 Dinas Kelautan dan Perikanan 03395/LS/BL/2009 2.05.2.05.01.01.30 Perencanaan dan Pengawasan (DAK) (kantor) 5220317 11.970.000

63 Dinas Kelautan dan Perikanan 03394/LS/BL/2009 2.05.2.05.01.01.30 Perencanaan dan Pengawasan (DAK) (pndok jaga) 5220317 5.400.000

64 Dinas Perindustrian 01431/LS/BL/2009 2.06.2.06.01.18.03 Pengembangan pasar dan distribusi barang/produk 5220317 3.920.000
Perdagangan, Koperasi dan
UKM
65 Dinas Perindustrian 01746/LS/BL/2009 2.06.2.06.01.20.03 Penyediaan Peralatan Usaha Dagang (tong) 5220317 1.347.000
Perdagangan, Koperasi dan
UKM
66 Dinas Perindustrian 01744/LS/BL/2009 2.06.2.06.01.20.03 Penyediaan Peralatan Usaha Dagang (pasar) 5220317 3.000.000
Perdagangan, Koperasi dan
UKM
67 Dinas Perindustrian 01745/LS/BL/2009 2.06.2.06.01.20.03 Penyediaan Peralatan Usaha Dagang (pasar) 5220317 2.250.000
Perdagangan, Koperasi dan
UKM
68 Dinas Perindustrian 01786/LS/BL/2009 2.06.2.06.01.18.03 Pengembangan pasar dan distribusi barang/produk 5220317 6.900.000
Perdagangan, Koperasi dan (gedung)
UKM
69 Dinas Perindustrian 01432/LS/BL/2009 2.06.2.06.01.18.03 Pengembangan pasar dan distribusi barang/produk (pasar) 5220317 2.940.000
Perdagangan, Koperasi dan
UKM
JUMLAH 2.103.742.000
BUKU III

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

KEPATUHAN TERHADAP
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
TAHUN ANGGARAN 2009
DI
BLANGPIDIE

BPK RI PERWAKILAN PROVINSI NAD


DI BANDA ACEH

Nomor : 19.C/LHP/XVIII.BAC/08/2010
Tanggal : 3 Agustus 2010
DAFTAR ISI
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM KERANGKA
PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
KABUPATEN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN ANGGARAN 2009
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ i
RESUME LAPORAN HASIL PEMERIKSAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN
LKPD TA 2009……….................……………………………………………………….……… ii
TEMUAN PEMERIKSAAN …………………………...……………………………………… 1
1. Sisa Kas di Bendahara Pengeluaran TA 2009 Belum Disetorkan ke Kas Daerah Sebesar
Rp1.887.459.915,54.............................................................................................................. 1
2. Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) atas Pendapatan Jasa Giro Minimal Sebesar
Rp26.162.999,00 dan Pendapatan Jasa Giro Sebesar Rp1.855.080,00 Belum Disetorkan
ke Kas Daerah....................................................................................................................... 3
3. Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya Tidak Sesuai
Ketentuan ............................................................................................................................. 5
4. Terdapat Penggunaan Langsung atas Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Pekerjaan
Umum sebesar Rp154.773.000,00 dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sebesar
Rp82.087.690,00 serta Sebesar Rp17.227.000,00 Belum Disetor ke Kas Daerah............... 7
5. Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya pada Perusahaan Daerah
Sebesar Rp2.075.000.000,00 Belum Didukung Bukti Kepemilikan yang Sah………......... 10
6. Terdapat Kelebihan Pembayaran Perjalanan Dinas pada Sekretariat Dewan Perwakilan
Rakyat Kabupaten Aceh Barat Daya Sebesar Rp55.380.000,00 ..…................................... 12
7. Penggunaan Dana Bantuan Keuangan untuk Pemberdayaan Pemerintah Gampong TA
2009 Sebesar Rp3.570.000.000,00 pada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya Belum
Dilaporkan kepada Bupati..………………………............................................................... 14
LAMPIRAN

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman i dari iii


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RESUME LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS


KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LKPD TA 2009

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara, UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara dan UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK
telah memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009
yang terdiri dari Neraca per 31 Desember 2009, Laporan Realisasi Anggaran TA 2009 dan
Laporan Arus Kas TA 2009. Laporan keuangan tersebut adalah tanggung jawab
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan
pendapat atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009
berdasarkan pemeriksaan BPK. BPK telah melakukan pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2008 dengan Opini Wajar Dengan
Pengecualian.
Kepatuhan kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi pemerintah daerah
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah tersebut. Sebagai bagian dalam
pemerolehan keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material, BPK melaksanakan pengujian atas kepatuhan Pemerintah Kabup aten Aceh Barat
Daya terhadap peraturan perundang-undangan. Namun, tujuan pemeriksaan BPK atas
laporan keuangan adalah tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan kepatuhan
terhadap pasal-pasal tersebut. Oleh karena itu, BPK tidak menyatakan pendapat seperti itu.
Atas pemeriksaan tersebut, BPK telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan
yang memuat opini Wajar Dengan Pengecualian atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009 dengan Nomor 19.A/LHP/XVIII.BAC/08/2010
tanggal 3 Agustus 2010 dan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pengendalian Intern dengan
Nomor 19.B/LHP/XVIII.BAC/08/2010 tanggal 3 Agustus 2010.
Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam
pelaporan keuangan yang ditemukan BPK adalah sebagai berikut.
1. Sisa Kas di Bendahara Pengeluaran TA 2009 belum disetorkan ke Kas Daerah
sebesar Rp1.887.459.915,54.
2. Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) atas Pendapatan Jasa Giro minimal sebesar
Rp26.162.999,00 dan Pendapatan Jasa Giro sebesar Rp1.855.080,00 belum
disetorkan ke Kas Daerah.
3. Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya tidak sesuai
ketentuan.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman ii dari iii


4. Terdapat penggunaan langsung atas Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Pekerjaan
Umum sebesar Rp154.773.000,00 dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebesar
Rp82.087.690,00 serta sebesar Rp17.227.000,00 belum disetor ke Kas Daerah.
5. Penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya pada Perusahaan Daerah
sebesar Rp2.075.000.000,00 belum didukung bukti kepemilikan yang sah.
6. Terdapat kelebihan pembayaran perjalanan dinas pada Sekretariat Dewan Perwakilan
Rakyat Kabupaten Aceh Barat Daya sebesar Rp55.380.000,00
7. Penggunaan Dana Bantuan Keuangan untuk Pemberdayaan Pemerintah Gampong TA
2009 sebesar Rp3.570.000.000,00 pada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya
belum dilaporkan kepada Bupati.
Sehubungan dengan temuan tersebut, BPK merekomendasikan Bupati Aceh Barat Daya
agar melaksanakan langkah-langkah perbaikan.
Temuan dan rekomendasi perbaikan secara rinci dapat dilihat dalam laporan ini.

Banda Aceh, 3 Agustus 2010


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Perwakilan Provinsi NAD
Penanggung Jawab,

Moch. Iwan Rivdijanto, SE. Ak, MM


Akuntan Register Negara D-17.269

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman iii dari iii


TEMUAN PEMERIKSAAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh


Barat Daya Tahun Anggaran (TA) 2009 dapat dikemukakan hal-hal yang perlu mendapat
perhatian terkait ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu
sebagai berikut :

1. Sisa Kas di Bendahara Pengeluaran TA 2009 Belum Disetorkan ke Kas Daerah


Sebesar Rp1.887.459.915,54

Hasil pemeriksaan atas dokumen pertanggungjawaban bendahara pengeluaran SKPD


pada Bidang Akuntansi DPKKD, diketahui pada akhir TA 2009 terdapat sisa kas di
Bendahara Pengeluaran seluruhnya sebesar Rp2.209.474.177,96 yang belum disetor
kembali ke Kas Daerah sampai dengan 31 Desember 2009, yang terdiri dari kas di
Bendahara Pengeluaran TA 2007 sebesar Rp403.666.620,00, Uang Muka Kerja (UMK)
atau Kasbon TA 2008 sebesar Rp1.456.753.075,54, dan sisa kas di Bendahara Pengeluaran
TA 2009 sebesar Rp349.054.482,00.
Kondisi seperti ini juga terjadi pada tahun sebelumnya, sebagaimana tercantum
dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK-RI No. 260.B/S/XVIII.BAC/10/2009 tanggal 19
Oktober 2009. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya
belum optimal dalam menindaklanjuti temuan secara tuntas.
Sampai dengan pemeriksaan berakhir tanggal 3 Agustus 2010, diketahui bahwa sisa
kas di Bendahara Pengeluaran tersebut baru disetorkan ke Kas Daerah sebesar
Rp322.014.262,00, sehingga masih terdapat sisa sebesar Rp1.887.459.915,54 yang belum
disetor/dipertanggungjawabkan, dengan rincian sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Sisa KBP TA Sisa UMK TA Sisa KBP TA
No. Nama Dinas Jumlah
2007 2008 2009
1 Disperindag dan UKM 0,00 0,00 27.040.220,00 27.040.220,00
2 Dinas Pekerjaan Umum 0,00 535.962.525,00 0,00 947.412.525,54
3 Setdakab 375.174.850,00 422.540.550,00 0,00 754.515.400,00
4 Koperasi (ATK) 0,00 130.000.000,00 0,00 130.000.000,00
5 DPKKD 328.750.000,00
6 Secretariat Dewan 39.500.000,00
7 Lain-lain 28.491.770,00 0,00 0,00 28.491.770,00
Jumlah 403.666.620,00 1.456.753.075,54 27.040.220,00 1.887.459.915,54

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Pasal 220 ayat (8) menyatakan bahwa tertib
laporan pertanggungjawaban pada akhir tahun anggaran, pertanggungjawaban pengeluaran
dana bulan Desember disampaikan paling lambat pada tanggal 31 Desember.
Kondisi tersebut mengakibatkan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya tidak dapat
memanfaatkan sisa kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp1.887.459.915,54 dan rawan
disalahgunakan.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 1 dari 15


Kondisi tersebut terjadi karena:
a. Bendahara Pengeluaran di setiap SKPD yang bersangkutan lalai dalam menyetorkan
sisa UP ke Kas Daerah,
b. Kepala SKPD selaku atasan langsung bendahara pengeluaran tidak melakukan
pengawasan dan pengendalian secara optimal terhadap pelaksanaan penyetoran sisa
UP oleh bendahara pengeluaran.
Kepala DPKKD Kabupaten Aceh Barat Daya kedepannya akan menegur Kepala
SKPD untuk segera menyetor sisa UP sesuai daftar ke Kas Daerah.
BPK merekomendasikan kepada Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya agar :
a. Memerintahkan kepada masing-masing Kepala SKPD:
1) Memberikan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku kepada
Bendahara Pengeluaran atas kelalaiannya tidak menyetorkan sisa UP ke Kas
Daerah.
2) Supaya Bendahara Pengeluaran yang bersangkutan segera menyetorkan sisa UP
seluruhnya sebesar Rp1.887.459.915,54 ke Kas Daerah.
3) Melimpahkan permasalahan tersebut ke Tim Majelis TP/TGR untuk diproses
lebih lanjut, apabila dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak Laporan
Hasil Pemeriksaan atas LKPD TA 2009 Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya
diterima oleh pihak eksekutif, tidak ada proses penyelesaiannya.
b. Menginstruksikan Kepala SKPD untuk lebih optimal dalam mengawasi dan
mengendalikan penggunaan serta penyetoran sisa UP oleh Bendahara Pengeluaran.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 2 dari 15


2. Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) atas Pendapatan Jasa Giro Minimal Sebesar
Rp26.162.999,00 dan Pendapatan Jasa Giro Sebesar Rp1.855.080,00 Belum
Disetorkan ke Kas Daerah

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) TA 2009, Pemerintah


Kabupaten Aceh Barat Daya menganggarkan Penerimaan Jasa Giro sebesar
Rp650.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp166.476.776,00 atau 25,61% dari anggaran.
Penerimaan jasa giro tersebut bersumber dari rekening giro yang dikelola oleh Bendahara
Umum Daerah (BUD) dan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD).
Hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap pendapatan jasa giro pada Rekening
Koran Kas Daerah dan 37 SKPD selama TA 2009, diketahui terdapat pengenaan PPh atas
pendapatan jasa giro sebesar Rp26.162.999,00, dan pendapatan jasa giro belum masuk ke
rekening Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp1.855.080,00, dengan rincian sebagai
berikut:
a. Pengenaan PPh atas Jasa Giro
Jumlah PPh yang
No. Pemegang Rekening Nomor Rekening Bank dipotong
(Rp)
1 Kas Daerah 00000265-01-000020-30-1 BRI 25.801.874,00
2 Kantor Pemberdayaan Masyarakat 090 01.02.580008-8 BPD ACEH 197.131,00
3 Dinas Pertanian dan Peternakan 090 01.02.835039-2 BPD ACEH 5.491,00
4 Dinas Pendidikan 090 01.02.835037-9 BPD ACEH 151.473,00
5 KIP 090 01.02.590003-4 BPD ACEH 7.030,00
Jumlah 26.162.999,00

b. Pendapatan Jasa Giro belum masuk rekening PAD


Jasa Giro Belum
No. Pemegang Rekening Nomor Rekening Bank Setor
(Rp)
1 Kesbangpol dan Linmas 090 01.02.835056-2 BPD ACEH 4.659,00
2 Setdakab 090 01.02.835028-9 BPD ACEH 10.811,00
3 Dinas Kehutanan 090 01.02.835047-0 BPD ACEH 3.842,00
4 Kantor Pemberdayaan Masyarakat 090 01.02.580008-8 BPD ACEH 994.662,00
5 Dinas PU 090 01.02.835090-2 BPD ACEH 6.435,00
6 Sekcam Babahrot 090 01.02.570003-8 BPD ACEH 9.222,00
7 Dinas Pertanian dan Peternakan 090 01.02.835039-2 BPD ACEH 31.931,00
8 Dinas Pendidikan 090 01.02.835037-9 BPD ACEH 757.368,00
9 KIP 090 01.02.590003-4 BPD ACEH 36.150,00
Jumlah 1.855.080,00

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang
No. 7 Tahun 1983 Pasal 2 ayat (1) huruf b bagian penjelasan tentang Pajak

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 3 dari 15


Penghasilan menyatakan bahwa unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi
kriteria berikut tidak termasuk sebagai subyek pajak, yaitu:
1) Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2) Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD;
3) Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Daerah; dan
4) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara.
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah Pasal 192 ayat (1) menyatakan bahwa bendahara penerimaan
pembantu wajib menyetor seluruh uang yang diterimanya ke rekening kas umum
daerah paling lama satu hari kerja terhitung sejak uang kas tersebut diterima.
Kondisi tersebut mengakibatkan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya kurang
menerima pendapatan dari jasa giro sebesar Rp28.018.079,00 (Rp26.162.999,00 +
Rp1.855.080,00).
Kondisi tersebut terjadi karena:
a. Kepala DPKKD lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
pendapatan jasa giro.
b. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran lalai dalam melaksanakan tugasnya.
c. Pihak BPD Aceh dan BRI tidak cermat dalam memotong pajak penghasilan terhadap
rekening giro Pemerintah Daerah.
Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah akan menindaklanjuti
dan menghubungi BPD cabang Blangpidie untuk memperjelas ketentuan yang berlaku
sehingga PPh yang dipotong tersebut dapat disetor kembali. Serta memerintahkan Kepala
SKPD segera menyetorkan jasa giro dalam daftar temuan tim BPK ke Kas Daerah.
BPK merekomendasikan kepada Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya agar:
a. Memberikan sanksi administratif kepada Kepala DPKKD untuk meningkatkan
pengawasan dan pengendalian terhadap Pendapatan Jasa Giro.
b. Menginstruksikan kepada masing-masing Kepala SKPD untuk memberikan sanksi
administratif kepada bendahara penerimaan/pengeluaran yang lalai melaksanakan
tugasnya dan segera menyetorkan Pendapatan Jasa Giro sebesar Rp1.855.080,00 ke
Kas Daerah.
c. Menginstruksikan Kepala DPKKD Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya supaya
meningkatkan koordinasi dengan pihak PT Bank BRI dan PT Bank BPD Aceh untuk
tidak melakukan pemotongan pajak penghasilan atas pendapatan jasa giro Pemerintah
Daerah dan terhadap jasa giro yang terlanjur dipotong sebesar Rp26.162.999,00 agar
disetorkan kembali ke Kas Daerah.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 4 dari 15


3. Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya Tidak Sesuai
Ketentuan

Berdasarkan Laporan Realisasi Pendapatan Kabupaten Aceh Barat Daya TA 2009


diketahui bahwa Pendapatan Pajak Daerah dianggarkan sebesar Rp2.200.000.000,00
dengan realisasi sebesar Rp2.344.614.469,00 atau 106,57 % dan retribusi daerah
dianggarkan sebesar Rp2.019.500.000,00 dengan realisasi sebesar Rp992.894.584,00 atau
49,16%.
Hasil pemeriksaan terhadap dokumen pendapatan pajak dan retribusi daerah,
diketahui bahwa tata cara pemungutan pajak dan retribusi daerah Kabupaten Aceh Barat
Daya tidak melalui Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dan Surat Ketetapan Retribusi
Daerah (SKRD), tetapi dengan cara sebagai berikut:
a. Pajak hotel dipungut berdasarkan jumlah tamu yang menginap, pajak restoran sesuai
dengan hasil penjualan,
b. Pajak hiburan sesuai dengan struck tiket yang laku terjual,
c. Pajak bahan galian C berdasarkan nilai kontrak pemakaian bahan galian C
d. Retribusi pasar dipungut berdasarkan fakhter (kontrak).
Selain itu juga masih terdapat pajak dan retribusi daerah yang belum memiliki
Qanun, yaitu: pajak hotel, pajak restoran dan retribusi pasar yang pemungutannya hanya
berdasarkan Keputusan Bupati Aceh Barat Daya No. 9 Tahun 2003 tentang Pajak Hotel
dan Restoran dan Nomor 10 Tahun 2003 tentang Retribusi Pasar.
Kepala DPKKD Kabupaten Aceh Barat Daya menjelaskan bahwa pihak eksekutif
baru mengusulkan rancangan Qanun SKPD dan SKRD ke DPRK Aceh Barat Daya. SKPD
dan SKRD yang diusulkan dan dalam proses perancangan Qanun, terdiri atas: pajak hotel,
pajak restoran, pajak bahan galian C dan retribusi pasar.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Undang Undang No. 34 Tahun 2000 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah :
a. Pasal 1 ayat (16) menyatakan bahwa Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang dapat
disingkat SKPD, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak.
b. Pasal 1 ayat (34) menyatakan bahwa Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang dapat
disingkat SKRD, adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok
Retribusi.
c. Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa pajak ditetapkan dengan peraturan daerah.
d. Pasal 24 ayat (1) menyatakan bahwa retribusi ditetapkan dengan peraturan daerah.
Kondisi tersebut mengakibatkan penerimaan PAD dari pajak dan retribusi daerah
tidak dapat mengikat serta memaksa wajib pajak dan retribusi daerah untuk melaksanakan
kewajiban menyetorkan PAD kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya.
Kondisi tersebut terjadi karena:
a. Bupati dan DPRK Aceh Barat Daya lalai untuk memproses dan menetapkan Qanun
atas Pajak dan Retribusi Daerah.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 5 dari 15


b. Kepala DPKKD terlambat mengusulkan rancangan Qanun atas Pajak dan Retribusi
Daerah serta memungut pajak dan retribusi tidak sesuai ketentuan.
Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah kabupaten Aceh Barat
Daya akan berupaya membuat rancangan Qanun-Qanun tersebut dan mengusulkan ke
DPRK Aceh Barat Daya untuk dibahas dan ditetapkan menjadi Qanun sebagai panduan
pemungutan pajak dan retribusi daerah.
BPK merekomendasikan kepada Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya agar :
a. Berkoordinasi dengan DRPK untuk segera membahas dan mengesahkan Rancangan
Qanun atas Pajak dan Retribusi Daerah.
b. Memberikan sanksi administratif kepada Kepala DPKKD atas kelalaiannya karena
terlambat dalam melakukan usulan atas Rancangan Qanun untuk pajak dan retribusi
daerah dan memungut pajak retribusi yang tidak sesuai dengan ketentuan.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 6 dari 15


4. Terdapat Penggunaan Langsung atas Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Pekerjaan
Umum sebesar Rp154.773.000,00 dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sebesar
Rp82.087.690,00 serta Sebesar Rp17.227.000,00 Belum Disetor ke Kas Daerah

Berdasarkan Laporan Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), pada


TA 2009 Kabupaten Aceh Barat Daya menganggarkan Pendapatan Asli Daerah sebesar
Rp15.000.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp7.119.416.334,10 atau 47,46%.
Hasil pemeriksaan atas buku penerimaan PAD pada Bendahara Penerimaan
diketahui sebagai berikut:
a. Dinas Pekerjaan Umum (PU)
Pada TA 2009 Dinas PU menganggarkan retribusi jasa usaha pemakaian kekayaan
daerah sebesar Rp266.900.000,00 dengan realisasi sebesar Rp182.000.000,00 atau
67,82%. Penerimaan tersebut berasal dari sewa alat berat sebesar Rp182.000.000,00.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut atas bukti setoran dan penggunaan uang penerimaan
sewa alat berat tersebut diketahui sebagai berikut:
1) Penerimaan yang telah disetor ke Kas Daerah sebesar Rp10.000.000,00
2) Penerimaan yang digunakan langsung atas persetujuan Kepala Dinas PU sebesar
Rp154.773.000,00 untuk :
- Bayar gaji operator greder Rp4.000.000,00
- Bayar gaji operator mesin gilas Rp4.000.000,00
- Operasional alat Rp86.773.000,00
- Pinjaman dinas pada tanggal 15 Mei 2010 Rp60.000.000,00 yang digunakan
untuk keperluan kantor dinas.
3) Penerimaan yang belum disetor ke Kas Daerah sebesar Rp17.227.000,00 dan masih
terdapat pada bendahara penerimaan Dinas PU.
b. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Pada TA 2009 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Aceh Barat Daya
menganggarkan Retribusi Pelayanan Kesehatan sebesar Rp200.000.000,00 dengan
realisasi sebesar Rp230.719.980 atau 115,35%. Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut
berdasarkan Qanun Kabupaten Aceh Barat Daya No. 4 Tahun 2009 tanggal 11 Maret
2009 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah dan
Puskesmas Rawat Inap Kabupaten Aceh Barat Daya. Namun di dalam Qanun tersebut
tidak diatur tentang penyetoran jasa pelayanan rumah sakit sebagai PAD.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut atas BKU Bendahara Penerimaan RSUD Aceh Barat
Daya diketahui terdapat penerimaan yang diperoleh dari jasa medis pelayanan kesehatan
atas jasa sarana dan pelayanan kesehatan pada RSUD Aceh Barat Daya sebesar
Rp82.087.690,00 (rincian lihat lampiran 1).
Penerimaan tersebut oleh Bendahara Penerimaan RSUD Aceh Barat Daya tidak segera
disetorkan ke Kas Daerah, melainkan dibagikan langsung kepada para dokter dan
paramedis.
Penggunaan langsung tersebut berdasarkan pada Surat Keputusan Bersama Direktur dan
Staf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya No. 445/52/2009 tanggal
13 Agustus 2009 tentang Petunjuk Teknis pelaksanaan Jasa Medis Pelayanan Kesehatan
Pasien Umum TA 2009.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 7 dari 15


Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal
57 ayat (2) menyatakan bahwa bendahara penerimaan wajib menyetor seluruh
penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-lambatnya dalam waktu 1
(satu) hari kerja.
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah Pasal 122 ayat (3) menyatakan bahwa penerimaan SKPD dilarang
digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor
ke rekening Kas Umum Daerah paling lama 1 (satu) hari kerja.
Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. Penerimaan sewa alat berat kurang sebesar Rp17.227.000,00.
b. Realisasi Pendapatan Asli Daerah pada LRA TA 2009 kurang saji sebesar
Rp236.860.690,00 (Rp154.773.000,00+ Rp82.087.690,00).
Kondisi tersebut terjadi karena:
a. Qanun Kabupaten Aceh Barat Daya No. 4 Tahun 2009 tanggal 11 Maret 2009 tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah dan Puskesmas Rawat
Inap Kabupaten Aceh Barat Daya, tidak memuat mengenai penyetoran jasa pelayanan
kesehatan sebagai PAD.
b. Qanun yang mengatur tentang sewa alat berat belum ditetapkan.
c. Kepala Bidang Pendapatan lemah dalam melakukan pengawasan terhadap
pemungutan PAD.
d. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Barat Daya dalam menyetujui
penggunaan langsung tidak memperhatikan ketentuan yang berlaku.
e. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Aceh Barat Daya dalam
membuat keputusan tidak berpedoman pada ketentuan yang berlaku.
f. Bendahara Penerimaan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Barat Daya tidak
mematuhi ketentuan yang berlaku.
Kepala Dinas PU Kabupaten Aceh Barat Daya menyatakan bahwa pengaturan
penggunaan alat berat sampai sekarang belum ada Qanunnya. Untuk operasional dan honor
operator tidak dianggarkan dalam APBK, maka digunakan pendapatan untuk pembiayaan
operasional alat berat. Untuk uang sebesar Rp17.227.000,00 akan disetor kembali ke Kas
Daerah.
Direktur RSUD Kabupaten Aceh Barat Daya menjelaskan bahwa jasa pelayanan
sebesar Rp82.087.690,00 digunakan langsung dengan mengacu berdasarkan Qanun No. 4
Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah dan Puskesmas
Rawat Inap Kabupaten Aceh Barat Daya. Untuk selanjutnya jasa pelayanan tersebut akan
disetor ke Kas Daerah mulai bulan Juli 2010.
BPK merekomendasikan kepada Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya agar :
a. Meninjau kembali Qanun No. 4 Tahun 2009 supaya memuat tentang penyetoran jasa
pelayanan kesehatan sebagai PAD.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 8 dari 15


b. Segera menetapkan Qanun tentang sewa alat berat.
c. Menginstruksikan Kepala Bidang Pendapatan untuk meningkatkan pengawasan dan
pengendalian terhadap pemungutan PAD.
d. Menginstruksikan Kepala Dinas PU dan Direktur RSUD untuk lebih cermat dalam
mengawasi penerimaan daerah.
e. Memberikan sanksi administratif kepada Bendahara Penerimaan PU atas kelalaiannya
dan segera menyetor sisa PAD sebesar Rp17.277.000,00 ke Kas Daerah.
f. Memberikan sanksi administratif kepada Bendahara Penerimaan RSUD atas
kelalaiannya tidak menyetor uang jasa pelayanan ke Kas Daerah sesuai peraturan yang
berlaku.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 9 dari 15


5. Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya pada Perusahaan
Daerah Sebesar Rp2.075.000.000,00 Belum Didukung Bukti Kepemilikan yang Sah

Berdasarkan Neraca per 31 Desember 2009 Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya
menyajikan nilai investasi permanen sebesar Rp5.575.000.000,00 yang merupakan
penyertaan modal pada dua perusahaan, yaitu :
a. PT Bank BPD Aceh sebesar Rp5.500.000.000,00
b. PD BPR Kuala Batee dan Tangan-Tangan sebesar Rp75.000.000,00
Hasil pemeriksaan dokumen atas penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat Daya diketahui hal-hal sebagai berikut :
a. Penyertaan modal pada PT Bank BPD Aceh sebesar Rp5.500.000.000,00, yaitu
sebesar Rp2.000.000.000,00 tidak didukung dengan bukti penyertaan modal berupa
sertifikat kolektif saham dan sebesar Rp3.500.000.000,00 dilengkapi tiga lembar
sertifikat kolektif saham yang disimpan oleh DPKKD Kabupaten Aceh Barat Daya,
dengan rincian sebagai berikut :
No Nomor Nomor Surat Tanggal Jumlah Setor Jumlah Nomor Nomor
Seri Saham Kolektif Dikeluarkan (Rp) Lembar Awal Akhir
Saham
1 A-000073 Q-BPDIA/002/2006 15 Desember 2006 1.000.000.000,00 100.000 28.944.583 29.044.582
2 A-000077 Q-BPDIA/003/2006 29 Desember 2006 500.000.000,00 50.000 29.244.583 29.294.582
3 A-000114 Q-BPDIA/004/2006 11 Desember 2007 2.000.000.000,00 200.000 45.594.583 45.794.582
JUMLAH 3.500.000.000 350.000

b. Penyertaan modal pada PD BPR Kuala Batee dan Tangan-Tangan sebesar


Rp75.000.000,00 seluruhnya tidak didukung bukti yang sah.
Pihak Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Barat
Daya telah melakukan konfirmasi dengan perusahaan daerah terkait, namun bukti fisik sah
penyertaan modal tidak diperoleh sampai pemeriksaan berakhir.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :
a. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah Pasal 33 ayat (4) yang menyatakan bahwa Barang Milik Daerah selain tanah
dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah
Daerah yang bersangkutan.
b. Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 8 ayat (2) huruf (a) yang menyatakan bahwa kuasa BUD mempunyai tugas
menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah
Kondisi tersebut mengakibatkan penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat Daya kepada PT Bank BPD Aceh serta PD BPR Kuala Batee dan Tangan-Tangan
sebesar Rp2.075.000.000,00 (Rp2.000.000.000,00 + Rp75.000.000,00) tidak terjamin
legalitas dan statusnya serta berpotensi untuk disalahgunakan.
Kondisi tersebut terjadi karena:
a. Kuasa BUD Kabupaten Aceh Barat Daya tidak cermat dalam mengelola dan
menatausahakan investasi daerah.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 10 dari 15


b. Kuasa BUD, PT Bank BPD Aceh serta PD BPR Kuala Batee dan Tangan-Tangan lalai
dalam menyimpan tanda bukti investasi daerah.
Kepala DPKKD Kabupaten Aceh Barat Daya menyatakan bahwa belum dapat
memperlihatkan lembar saham sebesar Rp2.000.000.000,00 mengenai penyertaan modal
pada BPD Aceh Cabang Blangpidie, tetapi saham tersebut telah terdaftar dengan nomor
surat saham kolektif QBPDDIA/001/2006 tanggal 31 Juli 2006, dan akan segera menyurati
Bank BPD Aceh Cabang Blangpidie untuk memperbaharui lembar saham yang hilang.
Untuk saham pemerintah pada PD BPR Mustaqim Kuala Batee dan Tangan-Tangan
sebesar Rp75.000.000,00, Kepala DPKKD menyatakan bahwa memang belum ada lembar
sahamnya dan akan menyurati PD BPR Mustaqim agar segera menyerahkan lembar saham
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya.
BPK merekomendasikan Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya agar :
a. Memberikan sanksi administratif kepada Kuasa BUD atas kelalaiannya dalam
mengelola dan menatausahakan investasi daerah.
b. Menginstruksikan Kepala DPKKD untuk menyurati PT Bank BPD Aceh serta PD
BPR Kuala Batee dan Tangan-Tangan supaya segera menyerahkan bukti kepemilikan
investasi yang diterimanya kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya.
Selanjutnya bukti copy penyertaan modal disampaikan kepada BPK.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 11 dari 15


6. Terdapat Kelebihan Pembayaran Perjalanan Dinas pada Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Barat Daya Sebesar Rp55.380.000,00

Pada TA 2009 Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh


Barat Daya menganggarkan belanja peningkatan kapasitas pimpinan dan anggota DPRK
sebesar Rp1.706.500.000,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp1.704.650.000,00 atau
sebesar 99,89%. Satuan harga perjalanan dinas di lingkungan Kabupaten Aceh Barat
Daya menggunakan sistem lumpsum dan telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Bupati
Aceh Barat Daya No. 01/2009 tanggal 5 Januari 2009 tentang Sistem dan Prosedur
Pengelolaan Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya.
Hasil pemeriksaan secara uji petik atas dokumen pertanggungjawaban perjalanan
dinas yang dilakukan oleh Pimpinan dan Anggota DPRK, diketahui terdapat kelebihan
pembayaran atas 65 perjalanan dinas terhadap biaya akomodasi/penginapan sebesar
Rp55.380.000,00. Biaya akomodasi tersebut berkaitan dengan kegiatan bimbingan teknis
dan workshop yang telah ditanggung oleh penyelenggara, tetapi kenyataanya di dalam
SPPD masih memperhitungkan biaya akomodasi (rincian lihat lampiran 2).
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59
Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah:
a. Pasal 132 ayat (1) menyatakan bahwa setiap pengeluaran belanja atas beban APBD
harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.
b. Pasal 122 ayat (10) menyatakan bahwa belanja daerah menggunakan prinsip hemat,
tidak mewah, efektif, efisien, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -
undangan.
Kondisi tersebut mengakibatkan kerugian daerah atas kelebihan pembayaran
perjalanan dinas pada Sekretariat Dewan Aceh Barat Daya sebesar Rp55.380.000,00.
Kondisi tersebut terjadi karena :
a. Pimpinan DPRK Aceh Barat Daya tidak cermat dalam menyetujui rincian biaya
perjalanan dinas.
b. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Barat Daya selaku
Pengguna Anggaran lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian.
c. Bendahara Pengeluaran Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Barat Daya
tidak cermat dalam memverifikasi rincian biaya dan pertanggungjawaban perjalanan
dinas.
Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Barat
Daya mengakui bahwa DPRK Kabupaten Aceh Barat Daya tidak mengacu pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah Pasal 122 ayat (10). Untuk kedepannya pemerintah daerah akan menyampaikan
kepada DPRK melalui Sekretaris Dewan sebagai Pengguna Anggaran bahwa setiap
anggota DPRK yang mengikuti bimbingan teknis agar biaya SPPD akomodasi dan
konsumsi dipotong sesuai dengan jumlah hari pelaksanaan bimbingan teknis.
BPK merekomendasikan kepada Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya agar :
a. Menyurati Pimpinan DPRK Aceh Barat Daya untuk lebih cermat dalam

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 12 dari 15


memberikan Surat Tugas Perjalanan Dinas termasuk menyetujui biayanya.
b. Memberikan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku kepada :
1) Bendahara Pengeluaran S ekretaris DPRK Aceh Barat Daya atas kelalaiannya
dalam memverifikasi rincian biaya perjalanan dinas.
2) Sekretaris DPRK selaku Kuasa Pengguna Anggaran atas kelalaiannya dalam
melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pengeluaran perjalanan
dinas Pimpinan dan Anggota DPRK.
c. Menginstruksikan Sekretaris DPRK untuk segera menagih kembali kelebihan
biaya perjalanan dinas sebesar Rp55.380.000,00 kepada Pimpinan dan Anggota
DPRK Aceh Barat Daya terkait. Selanjutnya salinan bukti setor disampaikan
kepada BPK.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 13 dari 15


7. Penggunaan Dana Bantuan Keuangan untuk Pemberdayaan Pemerintah Gampong
TA 2009 Sebesar Rp3.570.000.000,00 pada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya
Belum Dilaporkan kepada Bupati

Dalam rangka pemerataan dan percepatan pembangunan daerah, Pemerintah


Kabupaten Aceh Barat Daya menganggarkan dana Belanja Bantuan Keuangan untuk
Pemberdayaan Pemerintah Gampong kepada Pemerintah Desa sebesar
Rp18.480.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp18.410.000.000 atau 99,62%.
Hasil pemeriksaan dokumen pelaksanaan bantuan keuangan diketahui bahwa
Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki sembilan kecamatan dan 132 desa/gampong. Setiap
desa/gampong menerima bantuan sebesar Rp140.000.000,00 yang disalurkan dalam dua
tahap masing-masing sebesar Rp70.000.000,00.
Pemeriksaan lebih lanjut diketahui terdapat satu desa/gampong yang belum
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana tahap I sebesar
Rp70.000.000,00 dan 50 desa/gampong yang belum mempertanggungjawabkan
penggunaan dana tahap II sebesar Rp3.500.000.000,00 (50 x Rp70.000.000,00) (rincian
lihat lampiran 4). Pencairan dana tahap selanjutnya tidak dilakukan bagi desa/gampong
yang belum mempertanggungjawabkan penggunaan dana.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Bupati Aceh Barat Daya No. 8
Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Aceh Barat Daya No. 4 Tahun 2009
tentang Pedoman Pengelolaan Program Pembangunan Gampong (PPG) Kabupaten Aceh
Barat Daya Tahun 2009 Bagian Ketiga, Pasal 20 ayat 1, 2 dan 3 yang menyebutkan :
a. Laporan pertanggungjawaban pengeluaran harus dilampirkan dengan :
1) Buku kas umum,
2) Buku kas pembantu perincian objek pengeluaran yang disertai dengan bukti-bukti
pengeluaran yang sah,
3) Bukti atas penyetoran PPN/PPh ke Kas Negara.
b. Laporan pertanggungjawaban pengeluaran disampaikan kepada Bupati Aceh Barat
Daya c.q Kepala Kantor PM, PP&KS Aceh Barat Daya setelah diverifikasi oleh
Camat melalui Tim Pendamping Pelaksana PPG Tingkat Kecamatan.
c. Setelah diverifikasi dan diperiksa kebenarannya, Camat akan mengeluarkan
rekomendasi untuk pencairan dana tahap selanjutnya dan disampaikan kepada Bupati
Aceh Barat Daya c.q Kepala Kantor PM, PP&KS Aceh Barat Daya.
d. Setiap desa/gampong wajib mempertanggungjawabkan seluruh penggunaan dana dan
laporan pertanggungjawaban dana tahap I menjadi syarat untuk pencairan dana tahap
II.
Kondisi tersebut mengakibatkan dana bantuan pembangunan Gampong sebesar
Rp3.570.000.000,00 (Rp70.000.000,00 + Rp3.500.000.000,00) belum diketahui
penggunaannya dan rawan disalahgunakan.
Kondisi tersebut terjadi karena:
a. Para Kepala Desa/Gampong lalai dalam melaporkan pertanggungjawaban penggunaan
dana bantuan kepada Bupati melalui DPKKD.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 14 dari 15


b. Camat dan Tim Pendamping Pelaksana PPG Tingkat Kecamatan lalai mendorong
pihak desa/gampong penerima bantuan untuk segera mempertanggungjawabkan dana
yang telah diterimanya.
c. Kepala Kantor PM, PP&KS lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian
terhadap pengelolaan dana bantuan keuangan yang disalurkan ke desa/gampong.
Kepala DPKKD Kabupaten Aceh Barat Daya mengatakan bahwa demi kelancaran
pencairan dana PPG desa-desa maka tahap I dicairkan sebagai Uang Muka Kerja (UMK).
Selanjutnya bagi desa yang telah mempertanggungjawabkan anggaran tahap I dicairkan
anggaran tahap II dan yang telah mempertanggungjawabkan anggaran tahap II tahun 2009
akan dicairkan pada tahap I tahun 2010. Dari 51 desa terlampir baru 19 desa yang telah
masuk LPJnya dan Kepala DPKKD akan membuat surat teguran untuk mempercepat
penyampaian LPJ tahun 2009. Apabila belum memasukan LPJ tahun 2009, maka tidak
akan dicairkan anggaran Tahap I Tahun 2010.
BPK merekomendasikan kepada Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya agar
memberikan instruksi kepada:
a. Kepala Kantor PM, PP&KS untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian
terhadap pengelolaan dana bantuan keuangan yang disalurkan ke desa/gampong.
b. Camat dan Tim Pendamping Pelaksana PPG untuk:
1) Lebih optimal membantu pihak desa/gampong dalam mempertanggungjawabkan
dana bantuan yang telah diterima
2) Memberikan sanksi administratif kepada Kepala Desa/Gampong atas kelalaiannya
melaporkan penggunaan dana bantuan
3) Memerintahkan para Kepala Desa/Gampong terkait untuk segera membuat
laporan penggunaannya dan disampaikan kepada Bupati.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 15 dari 15


Lampiran 1
RINCIAN PENDAPATAN RSUD ACEH BARAT DAYA

Bulan
No Ruangan Jumlah
Januari Februari maret April Mei juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 IGD - Rp 863.000 Rp 733.000 Rp 555.000 Rp 654.000 Rp 535.000 Rp 351.000 Rp718.000 Rp 575.000 Rp 269.000 Rp 406.000 Rp 242.000 Rp 5.901.000
2 Apotek - Rp 739.000 Rp 604.000 Rp 573.000 Rp 724.000 Rp 648.000 Rp 203.550 Rp 290.550 Rp 321.200 Rp 155.000 Rp 183.000 Rp 52.500 Rp 4.493.800
3 Radiologi - Rp 305.000 Rp 770.000 Rp 660.000 Rp 820.000 Rp 700.000 Rp 1.560.000 Rp 660.000 Rp 1.400.000 Rp 540.000 Rp 600.000 Rp 430.000 Rp 8.445.000
4 Laboratorium - Rp 1.430.000 Rp 1.101.000 Rp 1.501.000 Rp 1.954.000 Rp 3.518.000 Rp 2.258.000 Rp 2.122.046 Rp 454.062 Rp 871.755 Rp 766.340 Rp 563.937 Rp 16.540.140
5 Poly Umum - - - - - Rp 35.000 Rp 15.000 Rp 15.000 Rp 15.000 Rp 40.000 Rp 25.000 Rp 30.000 Rp 175.000
6 Poly Anak - - - - Rp 8.750 Rp 100.000 Rp 75.000 Rp 55.000 Rp 5.000 Rp 15.000 Rp 20.000 Rp 10.000 Rp 288.750
7 Poly Dalam - - - - Rp 35.000 Rp 1.230.000 Rp 900.000 - Rp 42.500 Rp 55.000 Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 2.302.500
8 poly Obgyn - - - Rp 120.000 Rp 490.000 Rp 745.000 Rp 980.000 Rp 535.000 Rp 280.000 Rp 245.000 Rp 105.000 Rp 35.000 Rp 3.535.000
9 Poly Bedah - - Rp 44.000 Rp 5.000 Rp 117.000 Rp 250.000 Rp 259.000 Rp 50.000 - Rp 32.000 Rp 57.000 Rp 20.000 Rp 834.000
10 Poly THT - - - - Rp 7.500 Rp 190.000 Rp 86.000 - - Rp 24.000 - Rp 5.000 Rp 312.500
11 Poly Gigi - Rp 157.000 Rp 310.000 Rp 150.000 Rp 110.000 Rp 376.000 Rp 275.000 Rp 130.000 Rp 20.000 Rp 105.000 Rp 317.000 Rp 143.500 Rp 2.093.500
12 Poly Fisioterapi - Rp 90.000 Rp 8.500 Rp 30.000 Rp 150.000 Rp 130.000 Rp 210.000 Rp 118.000 Rp 34.000 Rp 17.000 Rp 17.000 - Rp 804.500
13 rawat Inap Umum - Rp 292.000 Rp 260.000 Rp 318.000 Rp 510.000 Rp 935.000 Rp 395.000 Rp 721.000 Rp 280.000 Rp 321.000 Rp 392.000 Rp 64.000 Rp 4.488.000
14 Rawat Anak - Rp 105.000 Rp 220.000 Rp 135.000 Rp 230.000 Rp 330.500 Rp 522.000 Rp 388.000 Rp 170.000 Rp 22.000 Rp 312.000 Rp 262.000 Rp 2.696.500
15 Rawat Obygn - Rp 20.000 Rp 210.000 - Rp 35.000 Rp 160.000 Rp 177.000 - - Rp 41.000 - - Rp 643.000
16 Ruang Bersalin - - - - Rp 205.000 Rp 711.500 Rp 287.000 Rp 381.000 - - Rp 57.000 - Rp 1.641.500
17 Ruang VIP - Rp 1.515.000 Rp 3.680.000 Rp 2.485.000 Rp 2.550.000 Rp 3.664.000 Rp 1.577.000 Rp 4.962.000 Rp 2.550.000 Rp 1.891.000 Rp 607.000 Rp 997.000 Rp 26.478.000
18 Visum - - - - - Rp 70.000 Rp 135.000 Rp 45.000 Rp 90.000 Rp 45.000 Rp 15.000 Rp 15.000 Rp 415.000
Jumlah - Rp 5.516.000 Rp 7.940.500 Rp 6.532.000 Rp 8.600.250 Rp 14.328.000 Rp 10.265.550 Rp 11.190.596 Rp 6.236.762 Rp 4.688.755 Rp 3.899.340 Rp 2.889.937 Rp 82.087.690
lampiran 2
Rekapitulasi SPPD Yang Lebih Bayar

Jumlah Jumlah
Jumlah Nilai
Akomodasi Hari Jumlah
No. Hari Jumlah Jumlah Akomodasi
Tanggal Tanggal yang Akomodasi Akomodasi/ Nilai SPPD Jumlah Lebih
No. Nama Tujuan Kegiatan Surat Surat Akomodasi Akomodasi di ditanggung
Mulai Selesai ditanggung ditanggung hari (Rp) Bayar (Rp)
Tugas Tugas Lebih Hari SPPD (Rp) Penyelenggara
dalam Penyelengga (Rp)
(Hari) (Rp)
SPPD ra (Hari)
(Hari) 11 (10+9-8+
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 (3x12) 18 (11x12)
1hari)
1 Suryadi Razali Jakarta Bintek UU No. 42 Tahun 2008 27 Feb 3 Mar 5 4 3 3 650.000 8.150.000 2.600.000 1.950.000 1.950.000
2 RS Asmadi Jakarta Bintek PP No.5 Tahun 2009 46 27 Mei 1 Jun 6 4 3 2 650.000 8.150.000 2.600.000 1.950.000 1.300.000
3 Sulaili YS Jakarta Bintek PP No.5 Tahun 2009 46 27 Mei 1 Jun 6 4 3 2 650.000 8.150.000 2.600.000 1.950.000 1.300.000
4 Syamsuardi Jakarta Workshop Nasional Permendagri no.24 Tahun 2009 57 1 Juli 6 Juli 6 4 3 2 650.000 8.150.000 2.600.000 1.950.000 1.300.000
5 Suryadi MS Jakarta Workshop Nasional Permendagri no.24 Tahun 2009 57 1 Juli 6 Juli 6 4 3 2 650.000 8.150.000 2.600.000 1.950.000 1.300.000
6 Zulkifli Nyak Jakarta Workshop Nasional Permendagri no.24 Tahun 2009 57 1 Juli 6 Juli 6 4 3 2 650.000 8.150.000 2.600.000 1.950.000 1.300.000
7 Azwar Jakarta Workshop Nasional Permendagri no.24 Tahun 2009 57 1 Juli 6 Juli 6 4 3 2 650.000 8.150.000 2.600.000 1.950.000 1.300.000
8 Muhammad Nasir Jakarta Workshop Nasional UU No.27 Tahun 2009 103 22 Okt 27 Okt 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
9 Afdhal Jihad Jakarta Workshop Nasional UU No.27 Tahun 2009 103 22 Okt 27 Okt 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
10 Muslihzar MT Jakarta Workshop Nasional UU No.27 Tahun 2009 103 22 Okt 27 Okt 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
11 T. Suhardi Jakarta Workshop Nasional UU No.27 Tahun 2009 103 22 Okt 27 Okt 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
12 M. Nasir Jakarta Workshop Nasional Permendagri no.8 Tahun 2009 133 16 Des 21 Des 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
13 Reza Mulyadi Jakarta Workshop Nasional Permendagri no.8 Tahun 2009 133 16 Des 21 Des 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
14 Fachrurrazi Adamy Jakarta Workshop Nasional Permendagri no.8 Tahun 2009 133 16 Des 21 Des 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
15 Muhammad Nasir Jakarta Workshop Nasional Permendagri no.8 Tahun 2009 133 16 Des 21 Des 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
16 Cut Rinaldi Syahputra Jakarta Workshop Nasional Permendagri no.24 Tahun 2009 57 1 Juli 6 Juli 6 4 3 2 650.000 8.150.000 2.600.000 1.950.000 1.300.000
17 Fachrurrazi Adamy Jakarta Workshop Nasional UU No.27 Tahun 2009 103 22 Okt 27 Okt 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
18 Lukman Banda Seminar dan Pameran Perencanaan tata ruang pasca bencana 118 16 Nov 19 Nov 4 4 1 2 520.000 2.640.000 2.080.000 520.000 1.040.000
19 Rusman Alian Banda Seminar dan Pameran Perencanaan tata ruang pasca bencana 118 16 Nov 19 Nov 4 4 1 2 520.000 2.640.000 2.080.000 520.000 1.040.000
20 Said Syamsul Bahri Jakarta Bintek Peraturan Per-UU Susunan dan Kedudukan DPR 47 28 Mei 2 Juni 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
21 RS Asmadi Jakarta Bintek Peraturan Per-UU Susunan dan Kedudukan DPR 47 28 Mei 2 Juni 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
22 Azwar Jakarta Munas III ASDEKSI Tahun 2009 45 23 Mei 28 Mei 6 4 3 2 650.000 7.350.000 2.600.000 1.950.000 1.300.000
23 RS Asmadi Jakarta Workshop Nasional Permendagri no.25 Tahun 2009 59 1 Juli 6 Juli 6 4 2 1 650.000 7.350.000 2.600.000 1.300.000 650.000
24 Azwar Jakarta Workshop Peningkatan Kapasitas Sekretariat DPRD 30 14 Maret 19 Maret 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
25 Cut Rinaldi Syahputra Jakarta Workshop Dampak Putusan MK terhadap Pemilu 2009 32 18 Maret 23 Maret 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
26 Azwar Jakarta Bintek Keputusan Konstitusi Mahkamah no.14 Tahun 2008 5 21 Jan 26 Jan 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
27 Idrus Yusuf Jakarta Bintek Keputusan Konstitusi Mahkamah no.14 Tahun 2008 5 21 Jan 26 Jan 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
28 Muslihzar MT Jakarta Workshop Dampak Putusan MK terhadap Pemilu 2009 14 20 Feb 25 Feb 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
29 Munir H. Ubit Jakarta Workshop Menyikapi Pelaksanaan dan Persiapan Pemilu 15 21 Feb 26 Feb 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
30 Muslim Jakarta Bintek UU No. 42 Tahun 2008 19 27 Feb 4 Mar 6 4 3 2 650.000 8.150.000 2.600.000 1.950.000 1.300.000
31 Tgk Baihaqi Daud Jakarta Bintek UU No. 42 Tahun 2008 19 27 Feb 4 Mar 6 4 3 2 650.000 8.150.000 2.600.000 1.950.000 1.300.000
32 Zubir Muntaha Jakarta Bintek UU No. 42 Tahun 2008 19 27 Feb 4 Mar 6 4 3 2 650.000 8.150.000 2.600.000 1.950.000 1.300.000
33 Khairuddin Ibrahim Jakarta Workshop Bantuan Pemda dalam Penyelenggaraan PEMILU 28 11 Mar 16 Mar 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
34 Idris Jakarta Workshop Bantuan Pemda dalam Penyelenggaraan PEMILU 28 11 Mar 16 Mar 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
35 Sulaili YS Jakarta Workshop Permendagri no.55 Tahun 2008 17 23 Feb 28 Feb 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
36 Sofyan Yusuf Jakarta Workshop Bantuan Pemda dalam Penyelenggaraan PEMILU 28 11 Mar 16 Mar 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
37 Sulaili YS Jakarta Workshop Bantuan Pemda dalam Penyelenggaraan PEMILU 28 11 Mar 16 Mar 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
38 Muslizar MT Jakarta Workshop Peningkatan Kapasitas Sekretariat DPRD 29 14 Maret 19 Maret 6 4 2 1 650.000 7.350.000 2.600.000 1.300.000 650.000
39 Muzakir Jakarta Workshop Dampak Putusan MK terhadap Pemilu 2009 33 20 Maret 25 Maret 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
40 Gunawan Jakarta Workshop Dampak Putusan MK terhadap Pemilu 2009 33 20 Maret 25 Maret 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
41 Muslizar MT Jakarta Workshop UU no.1 Tahun 2009 38 13 Apr 18 Apr 6 4 4 3 650.000 8.150.000 2.600.000 2.600.000 1.950.000
42 Khairuddin Ibrahim Jakarta Workshop UU no.1 Tahun 2009 38 13 Apr 18 Apr 6 4 4 3 650.000 8.150.000 2.600.000 2.600.000 1.950.000
43 Sofyan Yusuf Jakarta Workshop UU no.1 Tahun 2009 38 13 Apr 18 Apr 6 4 4 3 650.000 8.150.000 2.600.000 2.600.000 1.950.000
44 Syamsuardi Jakarta Bintek UU no.55 Tahun 2009 40 25 April 30 April 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
45 Zulkifli Nyak Jakarta Bintek UU Susduk Tahun 2009 43 12 Mei 17 Mei 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
46 Muslizar MT Jakarta Workshop Penyusunan Renja DPRD 44 14 Mei 19 Mei 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
11 (10+9-8+
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 (3x12) 18 (11x12)
1hari)
47 Hermansyah Jakarta Workshop Penyusunan Renja DPRD 44 14 Mei 19 Mei 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
48 Fachrurrazi Adamy Jakarta Workshop Penyusunan Renja DPRD 44 14 Mei 19 Mei 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
49 T Suhardi Jakarta Workshop Penyusunan Renja DPRD 44 14 Mei 19 Mei 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
50 Suryadi Jakarta Workshop Penyusunan Renja DPRD 44 14 Mei 19 Mei 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
51 Sofyan Yusuf Jakarta Bintek Peraturan Per-UU Susunan dan Kedudukan DPR 54 28 Mei 2 Juni 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
52 Muslizar MT Jakarta Bintek Peraturan Per-UU Susunan dan Kedudukan DPR 54 28 Mei 2 Juni 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
53 Idrus Yusuf Jakarta Bintek sinkronisasi legislatif dan eksekutif daerah 63 13 Juli 18 Juli 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
54 Khairuddin Ibrahim Jakarta Bintek sinkronisasi legislatif dan eksekutif daerah 63 13 Juli 18 Juli 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
55 Azwar Jakarta Bintek sinkronisasi legislatif dan eksekutif daerah 63 13 Juli 18 Juli 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
56 RS Asmadi Jakarta Bintek Pengawasan dan Pertanggungjawaban APBD 64 13 Juli 18 Juli 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
57 Sofyan Yusuf Jakarta Bintek Pengawasan dan Pertanggungjawaban APBD 64 13 Juli 18 Juli 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
58 Zulkifli Nyak Jakarta Bintek Pengawasan dan Pertanggungjawaban APBD 64 13 Juli 18 Juli 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
59 Syamsuardi Jakarta Bintek Pengawasan dan Pertanggungjawaban APBD 64 13 Juli 18 Juli 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
60 Muslizar MT Jakarta Bintek Permendagri no.25 Tahun 2009 79 13 Juli 18 Juli 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
61 T Suhardi Jakarta Bintek Permendagri no.25 Tahun 2009 79 13 Juli 18 Juli 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
62 Hermansyah Jakarta Bintek Permendagri no.25 Tahun 2009 79 13 Juli 18 Juli 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
63 Tgk Baihaqi Daud Jakarta Bintek Permendagri no.25 Tahun 2009 79 13 Juli 18 Juli 6 4 2 1 650.000 8.150.000 2.600.000 1.300.000 650.000
64 RS Asmadi Jakarta Bintek UU Susduk Tahun 2009 81 12 Mei 17 Mei 6 4 2 1 650.000 7.350.000 2.600.000 1.300.000 650.000
65 Azwar Jakarta Bintek UU Susduk Tahun 2009 82 12 Mei 17 Mei 6 4 2 1 650.000 7.350.000 2.600.000 1.300.000 650.000
Jumlah 514.730.000 167.960.000 94.640.000 55.380.000
Lampiran 3

DAFTAR PENERIMAAN BELANJA BANTUAN KEUANGAN


KEPADA PEMERINTAH DESA BERUPA BANTUAN KEUANGAN
UNTUK PEMBERDAYAAN PEMERINTAH GAMPONG
YANG BELUM MENYERAHKAN LPJ TAHUN 2009

No Kecamatan/Desa Jumlah (Rp) Ket


TAHAP I
KEC. SUSOH
1 Pantai Perak 70.000.000 Belum

TAHAP II
KEC. LEMBAH SABIL
1 Suka Damai 70.000.000 Belum
2 Cot Bak U 70.000.000 Belum
3 Padang Keulele 70.000.000 Belum
4 Ladang Tuha I 70.000.000 Belum

KEC. MANGGENG
1 Keudai 70.000.000 Belum
2 Seunalop 70.000.000 Belum
3 Lhuk Puntoi 70.000.000 Belum
4 Ladang Panah 70.000.000 Belum
5 Tengah 70.000.000 Belum
6 Paya 70.000.000 Belum
7 Panton Makmur 70.000.000 Belum
8 Lhok Pawoh 70.000.000 Belum

KEC. TANGAN-TANGAN
1 Suak Nibong 70.000.000 Belum
2 Drien Kipah 70.000.000 Belum

KEC. SETIA
1 Ujong Tanoh 70.000.000 Belum
2 Tangan-Tangan Cut 70.000.000 Belum

KEC. BLANGPIDIE
1 Mata Ie 70.000.000 Belum
2 Seunaloh 70.000.000 Belum
3 Lamkuta 70.000.000 Belum
4 Cot Jeurat 70.000.000 Belum
5 Gudang 70.000.000 Belum
6 Panton Raya 70.000.000 Belum
7 Alue Mangota 70.000.000 Belum
KEC. SUSOH
1 Ujung Padang 70.000.000 Belum
2 Padang Baru 70.000.000 Belum
3 Pinang 70.000.000 Belum
4 Durian Rampak 70.000.000 Belum
5 Barat 70.000.000 Belum
6 Rumah Dua Lapis 70.000.000 Belum
7 Durian Jangek 70.000.000 Belum
8 Kedai Susoh 70.000.000 Belum
9 Kedai Palak Kerambil 70.000.000 Belum
10 Ladang 70.000.000 Belum
11 Padang Hilir 70.000.000 Belum
12 Kepala Bandar 70.000.000 Belum
13 Lampoh Drien 70.000.000 Belum

KEC. JEUMPA
1 Baru 70.000.000 Belum
2 Ladang Neubok 70.000.000 Belum
3 Asoe Nanggroe 70.000.000 Belum
4 Kuta Makmur 70.000.000 Belum
5 Padang Geulumpang 70.000.000 Belum

KEC. KUALA BATEE


1 Kuala Terubu 70.000.000 Belum
2 Blang Makmur 70.000.000 Belum
3 Kampung Tengah 70.000.000 Belum
4 Aleu Padee 70.000.000 Belum
5 Krueng Batee 70.000.000 Belum
6 Alue Pisang 70.000.000 Belum
7 Ie Mameh 70.000.000 Belum

KEC. BABAH ROT


1 Blang Dalam 70.000.000 Belum
2 Alue Jeurejak 70.000.000 Belum
Jumlah 3.570.000.000
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN


ATAS
PENYELESAIAN KERUGIAN DAERAH
PADA
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
TAHUN ANGGARAN 2009

DI
BLANGPIDIE

BPK RI PERWAKILAN PROVINSI NAD


DI BANDA ACEH

Nomor : 19.D/LHP/XVIII.BAC/08/2010
Tanggal : 3 Agustus 2010
DAFTAR ISI
LAPORAN HASIL PEMANTAUAN ATAS PENYELESAIAN KERUGIAN DAERAH
PADA PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
TAHUN ANGGARAN 2009
Halaman
Daftar Isi ………………………………………………………………………………… i
1. Dasar Pemantauan …………………………………………………………………. 1
2. Entitas Pemantauan ……………….…….………………………………………… 1
3. Tahun Anggaran Pemantauan............................................…………………………. 1
4. Tujuan Pemantauan …......................................................................................……. 1
5. Sasaran Pemantauan ………………………………………….…………………… 2
6. Jangka Waktu Pemantauan..………………………………………….…………….. 2
7. Gambaran Umum Entitas ………………………………………….……………… 2
a. Organisasi dan Prosedur Kerja ……………………….………………..…… 2
b. Penyelesaian Kerugian Daerah ……………………….………………..…… 3
c. Penatausahaan dan Pelaporan ……..………………….………………..…… 4
8. Hasil Pemantauan ……………………………………….………………..……….. 4
a. Hasil Pemantauan …………………………………….…………………..… 4
b. Permasalahan dalam penyelesaian kerugian daerah ….………………..…… 5
c. Rekomendasi ….……………………………………………………………. 5
Lampiran

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman i dari i


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN


ATAS
PENYELESAIAN KERUGIAN DAERAH
PADA
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
DI
BLANGPIDIE

SEMESTER I TAHUN 2010

1. Dasar Pemantauan.
a. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
b. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
2. Entitas Pemantauan
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya.

3. Tahun Anggaran Pemantauan


Tahun Anggaran (TA) 2009

4. Tujuan Pemantauan
Pemantauan atas penyelesaian kerugian daerah dilakukan untuk mengetahui:
a. Keberadaan dan pelaksanaan tugas Majelis Pertimbangan TP dan TGR dalam
menangani kerugian daerah.
b. Posisi kasus kerugian daerah pada instansi yang dipantau per 3 Agustus 2010
meliputi :
1) kasus yang telah ditetapkan Surat Keputusan (SK) pembebanannya;
2) kasus yang sedang dalam proses penyelesaian pembebanan;
3) kasus yang berupa informasi kerugian daerah namun belum diproses
penyelesaian kerugian daerahnya.
c. Ketepatan pengenaan kerugian daerah.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 1 dari 5


5. Sasaran Pemantauan
a. Kepatuhan entitas atas penyelesaian kerugian daerah.
b. Realisasi pembayaran atas ganti rugi yang ditetapkan oleh BPK.
c. Penetapan dan realisasi pembayaran kerugian daerah oleh bukan bendahara.
d. Realisasi pembayaran penyelesaian kerugian daerah yang ditetapkan berdasarkan
putusan pengadilan.

6. Jangka Waktu
Pemantauan atas penyelesaian kerugian daerah dilaksanakan selama lima hari, mulai
tanggal 30 Juli s.d. 3 Agustus 2010.

7. Gambaran Umum Entitas


a. Organisasi dan Prosedur Kerja
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya pada TA 2009 dalam menangani kasus
kerugian daerah belum membentuk Majelis Pertimbangan Tuntutan
Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi (TP-TGR). Pemantauan kerugian
daerah dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten Aceh Barat Daya.
Sampai dengan TA 2010, baru dibentuk tim (TP-TGR) untuk mempercepat
penyelesaian kerugian negara/daerah sesuai Keputusan Bupati Aceh Barat Daya
No. 900/84/2009 Tentang Pembentukan Tim Dan Sekretariat Tuntutan
Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Hasil Temuan BPK, BPKP
NAD, BAWASPROV NAD dan Inspektorat Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun
Anggaran 2009.
Berdasarkan SK Bupati Aceh Barat Daya Tentang Pembentukan Tim Dan
Sekretariat Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi bertugas
menindaklanjuti hasil temuan BPK RI, BPKP NAD, Inspektorat Provinsi Aceh,
dan Inspektorat Kabupaten Aceh Barat Daya. Sehingga dapat diketahui bahwa
Majelis TP-TGR Kabupaten Aceh Barat Daya karena berdasarkan nama maupun
tugas pokok, tidak dapat berfungsi sebagai Majelis TP-TGR.
Keanggotaan Tim TP-TGR sesuai SK tersebut terdiri dari:

1) Pengarah : Wakil Bupati Aceh Barat Daya


2) Ketua : Sekretaris Daerah Aceh Barat Daya
3) Wakil Ketua : Staf Ahli Bidang Kesra
4) Wakil Ketua : Staf Ahli Bidang Ekonomi Pertanian
5) Wakil Ketua : Inspektur Kabupaten Aceh Barat Daya
6) Wakil Ketua : Asisten Administrasi Umum
7) Sekretaris : Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Kekayaan Daerah
8) Wakil Sekretaris : Sekretaris Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Kekayaan Daerah
9) Anggota : Kabid Perbendaharaan Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Kekayaan Daerah
10) Anggota : Kabid Anggaran Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Kekayaan Daerah
11) Anggota : Kabid Aset Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Kekayaan Daerah

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 2 dari 5


12) Anggota : Kabid Akuntansi Dinas Pengelolaan euangan
dan Kekayaan Daerah
13) Anggota : Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan
Pelatihan
14) Anggota : Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah

Keanggotaan Sekretariat TP-TGR Terhadap Hasil Temuan BPK, BPKP NAD,


BAWASPROV NAD dan Inspektortat Kabupaten Aceh Barat Daya sesuai
dengan Surat Keputusan Bupati terdiri dari:
1) Pengumpul dan Pengolah Data : Sekretaris Inspektorat
2) Pengumpul dan Pengolah Data : Kasubbag Prolak Inspektorat
3) Pengumpul dan Pengolah Data : Kasie Belanja Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Kekayaan Daerah
4) Pengumpul dan Pengolah Data : Pengelola Kas Daerah
5) Pengumpul dan Pengolah Data : Kasie Perhitungan Anggaran dan
Pembukuan Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Kekayaan Daerah
6) Pengumpul dan Pengolah Data : Staf Perbendaharaan Dinas
Pengelolaan Keuangan dan
Kekayaan Daerah
7) Pengumpul dan Pengolah Data : Staf Perbendaharaan Dinas
Pengelolaan Keuangan dan
Kekayaan Daerah
Tugas tim tersebut adalah membahas hasil temuan BPK, BPKP NAD,
BAWASPROV NAD dan Inspektortat Kabupaten Aceh Barat Daya. Sampai
dengan pemeriksaan berakhir pada tanggal 3 Agustus 2010, Majelis TP-TGR
belum dibentuk.
b. Penyelesaian Kerugian Daerah
Posisi Kerugian Daerah pada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya per 3
Agustus 2010 sebanyak sembilan kasus senilai Rp2.848.070.176,06, yang terdiri
dari satu kasus kerugian yang sedang dalam proses penetapan pembebanan senilai
Rp213.100.000,00 dan delapan kasus yang masih berupa informasi atau berasal
dari hasil pemeriksaan BPK senilai Rp2.634.970.176,06.
c. Penatausahaan dan Pelaporan
Sekretariat Tim TP-TGR belum bekerja maksimal dalam mengumpulkan hasil
pemeriksaan BPK maupun aparat pengawasan fungsional yang berindikasi
kerugian daerah sebagai bahan penetapan TP-TGR. Penatausahaan dokumen
tersebut masih dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten Aceh Barat Daya.
Dengan demikian, penatausahaan dan pelaporan TP-TGR belum sepenuhnya
dilaksanakan oleh Sekretariat Tim TP-TGR.

8. Hasil Pemantauan
a. Hasil Pemantauan
Tim TP-TGR belum berjalan sebagaimana mestinya dalam menangani
penyelesaian kerugian daerah.
Kasus kerugian daerah per 3 Agustus 2010 sebanyak sembilan kasus senilai
Rp2.848.070.176,06 dengan rincian sebagai berikut:

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 3 dari 5


1) Kerugian daerah yang telah ditetapkan SK Pembebanan dan Surat Keterangan
Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM) adalah nihil.
2) Satu kasus Kerugian Daerah yang sedang dalam proses penetapan
pembebanan senilai RpRp213.100.000,00.
3) Satu kasus Kerugian Daerah yang sudah selesai ditindaklanjuti senilai
Rp26.040.000,00.
4) Dua kasus Kerugian Daerah telah diangsur senilai Rp58.357.647,00, dengan
sisa angsuran senilai Rp688.381.291,00.
5) Lima kasus Kerugian Daerah yang sama sekali belum ditindaklanjuti senilai
Rp1.862.191.238,06. Kerugian tersebut merupakan hasil pemeriksaan BPK
tahun 2004 s.d 2008.
b. Permasalahan dalam Penyelesaian Kerugian Daerah
1) Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya belum membentuk Majelis
Pertimbangan TP-TGR, dan kinerja Tim TP-TGR belum maksimal dalam
menangani penyelesaian kerugian daerah.
2) Kasus kerugian daerah Kabupaten Aceh Barat Daya yang tersisa sebanyak
sembilan kasus senilai Rp2.848.070.176,06, terdiri dari:
a) Berdasarkan LHP BPK atas Pemeriksaan Belanja Daerah Kabupaten
Aceh Barat Daya TA 2004 dan 2005 dengan rincian:
(1) Terdapat perbedaan pengukuran tanah untuk pembangunan
perkantoran senilai Rp213.100.000,00 yang sedang dalam proses
penetapan pembebanannya.
(2) Pembayaran ganda tunjangan keluarga anggota DPRD senilai
Rp26.040.000,00. Atas kasus tersebut telah disetor lunas senilai
Rp26.040.000,00.
(3) Terdapat dana asal Sekretariat Daerah yang digunakan untuk
kegiatan DPRD senilai Rp111.500.000,00 yang belum
ditindaklanjuti.
(4) Terdapat kurang penyelesaian pekerjaan pada Setdakab, Dinas
Kimpraswil dan Dinas Kesehatan senilai total Rp529.913.938,00.
Atas kasus tersebut telah disetor senilai Rp58.007.647,00 sehingga
sisa yang belum disetorkan ke kas daerah senilai Rp467.906.291,00.
b) Berdasarkan LHP BPK atas Pemeriksaan Belanja Daerah Kabupaten
Aceh Barat Daya TA 2005 dan 2006 dengan rincian:
(1) Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan digunakan untuk belanja
bagi hasil dan bantuan keuangan kepada DPRD senilai
Rp220.825.000,00. Atas kasus tersebut telah disetor senilai
Rp350.000,00 sehingga sisa yang masih harus disetor senilai
Rp220.475.000,00
(2) Kekurangan pekerjaan pada Dinas Perikanan dan Kelautan senilai
Rp524.452.500,00 yang belum disetorkan ke kas daerah.
c) Berdasarkan LHP BPK atas Pemeriksaan LKD Kabupaten Aceh Barat
Daya TA 2006 terdapat satu kasus kerugian daerah yaitu kelebihan
pembayaran pada Sekretariat DPRD, Setdakab dan BP-RSUD senilai
Rp1.192.968.206,70 yang belum ditindaklanjuti.

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 4 dari 5


d) Berdasarkan LHP BPK atas Pemeriksaan LKD Kabupaten Aceh Barat
Daya TA 2008 dengan rician:
(1) Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Batee Likat Kecamatan
Babahrot senilai Rp153.700.000,00 terbengkalai sehingga
mengakibatkan terjadinya kerugian daerah sebesar Rp22.068.681,36
yang belum ditindaklanjuti.
(2) Harga kontrak pengadaan benih/bibit perkebunan tanaman karet
untuk kebutuhan Dinas Kehutanan dan Perkebunan masih
memperhitungkan PPh Pasal 22 sebesar Rp11.201.850,00 sehingga
mengakibatkan terjadinya kelebihan pembayaran kepada rekanan
yang mengakibatkan kerugian daerah dan belum ditindaklanjuti.
c. Rekomendasi
Sehubungan dengan kasus-kasus kerugian daerah tersebut, BPK RI
merekomendasikan kepada Bupati Aceh Barat Daya untuk:
1) Segera membentuk Majelis Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan dan
Tuntutan Ganti Rugi (Majelis Pertimbangan TP-TGR);
2) Segera melaporkan kepada BPK RI setiap kerugian negara yang diakibatkan
oleh bendahara (Tuntutan Perbendaharaan) selambat-lambatnya tujuh hari
kerja setelah kerugian daerah/negara diketahui dan melaksanakan Tuntutan
Perbendaharaan sesuai dengan Peraturan BPK No. 3 Tahun 2007 tentang
Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara;
3) Kasus kerugian daerah yang belum ada angsuran sama sekali agar segera
diproses TGR sesuai Undang-Undang No.1 Tahun 2004, Pasal 59 ayat (3);
4) Menindaklanjuti kasus kerugian daerah yang belum selesai, dimana SKTJM
telah melampaui waktu yang dijanjikan, dengan menerbitkan Keputusan
Pembebanan Ganti Rugi dan dengan tetap mengupayakan barang jaminan
minimal senilai besarnya kerugian dari masing-masing penanggungjawab;
5) Segera memproses TGR kepada penanggungjawab walaupun kasus yang
bersangkutan dalam proses pihak POLRI/Kejaksaan, sesuai Undang-Undang
No. 1 Tahun 2004 Pasal 62 Ayat 2 tentang Perbendaharaan Negara;
6) Memerintahkan Inspektorat Kabupaten Aceh Barat Daya untuk
mengusahakan Surat Pernyataan Pengakuan Hutang (SPPH) dari pihak III
sebagai dasar penagihan dan melakukan penagihan sampai lunas. Apabila
upaya damai tidak berhasil, agar dilanjutkan ke Peradilan Umum sesuai
kontrak/ SPK (Surat Perintah Kerja).

Banda Aceh, 3 Agustus 2010


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Perwakilan Provinsi NAD
Penanggungjawab,

Moch. Iwan Rivdijanto, SE. Ak, MM


Akuntan Register Negara D-17.269

BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 5 dari 5


III Kasus kerugian daerah yang masih berupa informasi atau berasal dari Hasil Pemeriksaan BPK dan aparat pengawas fungsional dan atau belum diproses
Sumber Informasi Uraian Kasus Nilai Kerugian (Rp) Angsuran (Rp) Sisa (Rp) Keterangan
1 2 3 4 5 6=4-5 7
1 LHP BPK-RI atas Belanja Daerah TA Pembayaran ganda tunjangan keluarga 26.040.000,00 26.040.000,00 -
2004 dan 2005
2 s.d.a Dana asal Sekretariat Daerah digunakan untuk 111.500.000,00 - 111.500.000,00
kegiatan DPRD
3 s.d.a Kurang Penyelesaian Pekerjaan padaSetdakab 525.913.938,00 58.007.647,00 467.906.291,00
Rp.119.063.650,00 , dinas Kimpraswil
Rp325.418.585,00 serta Dinas Kesehatan
Rp81.431.703,00
4 LHP BPK-RI atas Belanja Daerah TA Belanja Bagi Hasil dan Bantuan keuangan 220.825.000,00 350.000,00 220.475.000,00
2005 dan 2006 digunakan untuk Belanja bagi hasil dan bantuan
keuangan kepada DPRD dan sesuai saran BPK-
RI memerintahkan sekretaris daerah untuk
menarik dana dari DPRD serta menyetorkan ke
kas daerah
5 s.d.a Kekurangan pekerjaan pada Dinas Perikanan 524.452.500,00 - 524.452.500,00
dan Kelautan
6 LHP BPK-RI atas LKPD TA 2006 Kelebihan Pembayaran pada Dinas Sekretariat 1.192.968.206,70 - 1.192.968.206,70
DPRD Rp78.120.000, Setdakab sebesar
Rp110.958.261,70 serta BP-RSUD
Rp1.003.889.945,00
7 LHP BPK-RI atas LKPD TA 2008 Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Batee 22.068.681,36 - 22.068.681,36
Likat Kecamatan Babahrot senilai
Rp153.700.000,00 terbengkalai sehingga
sehingga mengakibatkan terjadinya kerugian
daerah sebesar Rp22.068.681,36 dan
kekurangan penerimaan daerah sebesar
Rp7.685.000,00
8 s.d.a Harga kontrak pengadaan benih/bibit 11.201.850,00 - 11.201.850,00
perkebunan tanaman karet untuk kebutuhan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan masih
memperhitungkan PPh Pasal 22 sebesar
Rp11.201.850,00 sehingga mengakibatkan
terjadinya kelebihan pembayaran kepada
rekanan yang merugikan daerah
2.634.970.176,06 84.397.647,00 2.550.572.529,06
DAFTAR PERKEMBANGAN PENYELESAIAN KASUS KERUGIAN DAERAH
PADA
SUB AUD NAD II
POSISI S.D. 3 AGUSTUS 2010

I Kerugian daerah yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap baik dengan SK pembebanan, surat keterangan tanggung jawab mutlak (SKTJM) dan putusan pengadilan

Nama, NIP, Jabatan,


Jenis Kasus Data/Dokumen
No Penanggung jawab & Jumlah Kerugian (Rp) Angsuran (Rp) Sisa (Rp) Masalah Komentar Instansi Ket
(Tahun Kejadian) yang ada
Unit Kerja
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 nihil nihil nihil nihil nihil nihil nihil nihil nihil
Jumlah - - - - - - -

II Kerugian daerah yang sedang dalam proses penetapan pembebanannya


Nama, NIP, Jabatan,
Jenis Kasus Data/Dokumen
No Penanggung jawab & Jumlah Kerugian (Rp) Angsuran (Rp) Sisa (Rp) Masalah Komentar Instansi Ket
(Tahun Kejadian) yang ada
Unit Kerja
Kabupaten Abdya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 LHP BPK-RI atas Terdapat perbedaan 213.100.000,00 213.100.000,00 Sedang dalam
Belanja Daerah TA pengukuran proses
2004 dan 2005 pengadaan tanah penyelidikan
untuk pembangunan pihak berwajib
perkantoran

You might also like