Professional Documents
Culture Documents
Implikasi klinik :
• Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat anemia,
serta respon terhadap terapi anemia
• Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan
fungsi ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus Pedoman
Interpretasi Data Klinik | 13 sistemik. Dapat juga terjadi karena obat (drug
induced anemia). Misalnya: sitostatika, antiretroviral.
Perhitungan :M C V = H e m a t o k r i t x 1 0
Eritrosit
Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi, anemia
pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik.
Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alcoholism, terapi
antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi valproat, disebut juga
anemia makrositik.
Pada anemia sel sabit, nilai MCV diragukan karena bentuk eritrosit yang
abnormal.
MCV adalah nilai yang terukur karenanya memungkinkan adanya variasi
berupa mikrositik dan makrositik walaupun nilai MCV tetap normal.
MCV pada umumnya meningkat pada pengobatan Zidovudin (AZT) dan sering
digunakan sebagi pengukur kepatuhan secara tidak langsung.
Implikasi Klinik:
Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik
Penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik.
Nilai rujukan :
Dewasa : 32 - 36 %
Bayi baru lahir : 31 - 35 %
Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %
Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %
Implikasi Klinik:
MCHC menurun pada pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia
karena piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik.
MCHC meningkat pada sferositosis, bukan anemia pernisiosa.
4) Retikulosit
Perhitungan : Retikulosit (%) = [Jumlah retikulosit / Jumlah eritrosit] X 100
Nilai normal : 0,5-2%
Deskripsi:
Retikulosit adalah sel darah yang muda, tidak berinti merupakan bagian dari
rangkaian pembentukan eritrosit di sumsum tulang. Peningkatan jumlah
retikulosit mengindikasikan bahwa produksi sel darah merah dipercepat;
penurunan jumlah retikulosit mengindikasikan produksi sel darah merah oleh
sumsum tulang berkurang.
Implikasi Klinik:
Jumlah retikulosit dapat membedakan antara anemia karena kerusakan
sumsum tulang dengan anemia karena pendarahan atau hemolisis (kerusakan
sel darah) karena pendarahan atau hemolisis akan menstimulasi pembentukan
retikulosit pada pasien dengan sumsum tulang yang normal.
Jumlah retikulosit akan meningkat pada pasien anemia hemolitik, penyakit sel
sabit dan metastase karsinoma.
Jika jumlah retikulosit tidak meningkat pada pasien anemia, hal ini
menandakan sumsum tulang tidak memproduksi eritrosit yang cukup (misal
anemia kekurangan besi, anemia aplastik, anemia pernisiosa, infeksi kronik
dan terapi radiasi).
Setelah pengobatan anemia, peningkatan retikulosit menandakan efektifi tas
pengobatan. Setelah pemberian dosis besi yang cukup pada anemia kekurangan
besi, jumlah retikulosit akan meningkat 20%; peningkatan secara proporsional
terjadi ketika dilakukan transfusi pada anemia pernisiosa. Peningkatan
maksimum diharapkan terjadi 7-14 hari setelah pengobatan (suplemen besi).