Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
1111024000002
JURUSAN TARJAMAH
1437 H / 2015 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam dalam penulisan ini telah saya
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Tangerang,
NIM: 1111024000002
ii
iii
ABSTRAK
Terjemahan Kitab 40 Hadits Qudsi karya Ezzeddin Ibrahim memiliki isi kandungan
dan pokok-pokok bahasan. Hadist-hadist qudsi menjelaskan arti sebenarnya dari
Uluhiyyah (Ketuhanan) dan Ubudiyyah (Pengabdian/Penghambaan diri kepada
Allah) serta menguraikan batas-batasnya, khususnya dalam bidang kepercayaan,
ibadah, dan perilaku. Hadist- hadist tersebut tidak berbicara tentang syariat, hukum,
atau muamalat oleh sumber ajaran agama, yaitu Alquran dan Hadist-hadist Nabi saw.
40 Hadist Qudsi ini diterjemahkan oleh Quraish Shihab. Dalam hasil terjemahan kitab
40 hadist qudsi pilihan terdapat kalimat-kalimat yang kurang efektif sehingga
berpengaruh terhadap pemahaman pembaca.
Dalam kitab 40 Hadits Qudsi Pilihan diterjemahkan menggunakan metode
terjemahan secara harfiah sehingga menyebabkan: (1) adanya kalimat yang tidak
lengkap, (2) adanya ketidakutuhan dalam struktur sintaksis , (3) adanya kalimat yang
tidak logis, (4) adanya ketidaktepatan diksi, (5) adanya ketidakefesian penggunaan
kata, yaitu pemakaian kata kerja gabung, kata depan (atas, daripada, kepada), (6)
pemadanan yang tidak tepat, (7) penghilangan yang tidak perlu, (8) penambahan yang
tidak perlu, (9) tidak melakukan penambahan pada kalimat yang membutuhkan
penambahan (necessary addition).
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk (1) menilai kualitas keakuratan pengalihan
pesan, keberterimaan, dan keterbacaan kalimat dalam teks sasaran, dan (2)
memberikan kualitas terjemahan yang baik dan benar sesuai tata bahasa Indonesia
yang berlaku. Penelitian ini menggunakan pendeketan deskriptif-analitis dengan cara
mengumpulkan data-data kemudian dianalisis data tersebut sesuai dengan terjemahan
yang berupa kalimat efektif dalam bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, dengan bentuk kalimat efektif dalam kitab 40 hadits qudsi pilihan
yang tertera dalam penelitian ini menjadi bermanfaat bagi penerjemah pemula yang
ingin mempelajarinya.
iv
PRAKATA
Puji syukur senantiasa saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang selalu
skripsi ini bisa selesai. Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada teladan
alam semesta, Nabi besar Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat, dan para
yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih saya haturkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
2. Bapak Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum selaku Ketua Jurusan Tarjamah
dan Ibu Rizky Handayani M.A selaku Sekertaris Jurusan Tarjamah, yang telah
3. Seluruh Dosen Tarjamah, tidak mengurangi rasa hormat saya kepada para dosen.
Semoga selama saya belajar di Jurusan Tarjamah ilmu yang kami dapatkan
4. Bapak Abdul Wadud Kasyful Anwar, Lc, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan masukan, bimbingan yang sangat berharga, yang telah
v
5. Bapak Dr. Abdullah, M.Ag dan Bapak M. Husni T, M.A selaku dosen penguji
sidang skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk menguji skripsi saya, yang
6. Orang Tua tercinta, Bapak H. Rochaifi Nuh, Mamah Sukaesih yang telah
memberi dukungan baik materi maupun non materi sehingga saya bisa
menyelesaikan studi saya di bangku perkuliahan selama 4 tahun ini, serta kakak
dan adik saya yang ikut andil memberikan dukungan kepada saya.
7. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Adab dan Humaniora UIN
saling menyemangati satu sama lain agar bisa cepat menyelesaikan skripsi, serta
Tak ada untaian kata yang keluar, yang pantas saya ungkapkan kecuali ucapan
terima kasih, semoga bantuan dan motivasinya dari seluruh pihak bernilai ibadah dan
amal shalih di pandangan Allah SWT. Semoga Allah membalas dengan yang lebih
baik dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Saran dan kritik sangat
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN- ii
ABSTRAK - iv
PRAKATA - v
BAB I: PENDAHULUAN
1. Definisi Kalimat - 11
2. Jenis-Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia - 15
3. Definisi Kalimat Efektif – 26
4. Ciri-Ciri Kalimat Efektif - 28
5. Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat - 33
6. Faktor Ketidakefektifan Kalimat – 41
B. DIKSI KATA
1. Ketetapan Memilih Kata - 48
2. Kesalahan Pembentukan Kata - 51
vii
BAB IV: ANALISIS DATA
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan - 95
B. Saran – 96
DAFTAR PUSTAKA - 98
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Kata terjemah berasal dari bahasa arab yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi terjemah atau tarjamah. Menurut asal katanya kata tersebut
mengandung arti menjelaskan dengan bahasa lain atau memindahkan makna dari
kemampuan yang baik dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pengetahuan
Hasil terjemahan oleh penerjemah pada umumnya cukup baik, namun ada
dengan (a) kegiatan penerjemahan itu sendiri yang memang sulit, (b) adanya
perbedaan yang substansial antara bahasa arab dan bahasa Indonesia, (c)
1
W.J.S Poerwadarminta, Kamus U mum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1982), h. 1062.
2
Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 11.
1
gejala interferensi dan (d) kurangnya penguasaan penerjemah terhadap teori
penerjemah.3
bentuk maupun makna, yang paling mendekati antara keduanya. Pada hakikatnya,
dalam bahasa sumber ke dalam bahasa target sesuai dengan makna yang
mengungkapkan makna dan maksud yang terdapat dalam bahasa sumber dengan
perilaku. Hadis- hadis tersebut tidak berbicara tentang syariat, hukum, atau
muamalat yang telah ditanami pada tempatnya masing-masing oleh sumber ajaran
diucapkan, kalimat selalu diawali dan diakhiri dengan kesenyapan. Di situ situasi
atau lagu kalimat menentukan arah atau maksud kalimat. Apabila ditulis kalimat
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik, tanda tanya, atau tanda
3
Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung:
Humaniora, 2005), h. 3.
4
M. Zaka Al- Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 24.
5
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 10
2
seru. Kadang-kadang kalimat disertai tanda petik atau tanda elipsis.6 Kalimat,
gagasan yang dimaksudkan oleh penulis atau penutur. Kalimat dikatakan efektif
jika memenuhi dua syarat utama, yaitu (1) struktur kalimat efektif dan (2) ciri
kalimat efektif. Stuktur kalimat efektif mencakup (a) kalimat umum, (b) kalimat
parallel, dan (c) kalimat prriodik. Sementara itu, ciri kalimat efektif meliputi:
a. Kesatuan (unity);
b. Kehematan (economy);
d. Kevariasian (variety)7
Tidak semua hasil karya terjemahan dapat kita pahami dengan benar
terlihat efektif dan berkualitas. Berdasarkan hal di atas, peneliti menganggap perlu
meneliti salah satu karya berbahasa Arab yang telah diterjemahkan ke dalam
6
Sudarnoto, A. Rahman Eman, Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Hikmat Syahid Indah: 1986), h.52, cet 1
7
Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika), (Bandung: Refika
Aditama, 2007), h. 47.
3
Bahasa Indonesia, yaitu terjemahan kitab 40 Hadis Qudsi Pilihan karya Ezeddin
Ibrahim yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Prof. Dr. M.
Quraish Shihab yang telah diterbitkan oleh Lentera Hati. Seperti salah satu contoh
Dari Jundub semoga ridha Allah tercurah atasnya, bahwasanya Rasul Allah saw.
akan mengampuni si Anu.” Sesungguhnya (sabda Rasul saw. lebih jauh) Allah
berfirman: “Siapa itu yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak
batalkan amalmu.”
Analisis:
Kevariasian kalimat adalah salah satu ciri kalimat efektif agar tidak menimbulkan
terdapat kalimat yang kurang bervariasi. Menurut peneliti kalimat yang kurang
8
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan..., h. 104.
4
variatif yaitu pada kalimat Demi Tuhan Allah tidak akan mengampuni si Anu.
Selain tidak variatif, kalimat di atas juga tidak hemat terjadi pemborosan kalimat.
Seharusnya sesudah kata Tuhan diberi tanda koma (,) agar kalimat tersebut
menjadi jelas untuk dibaca. Kemudian pada kata anu, sebaiknya penerjemah
nama-Ku, bahwa aku tidak akan mengampuni fulan, sungguh aku mengampuni
qudsi karya Ezeddin Ibrahim. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengangkat
permasalahan pada kajian kalimat efektif pada terjemahan dan ingin menuangkan
5
dalam penelitian yang berbentuk skripsi, dengan judul “Kalimat Efektif dalam
pilihan. Agar penulisan ini tidak meluas, peneliti merumuskan masalah ini dengan
bentuk pertanyaan yang akan dijawab setelah melalui telaah mendalam. Bentuk
a) Kesatuan (unity)
b) Kehematan (economy)
c) Penekanan (emphasis)
d) Kevariasian (variety)
a) Kesatuan (unity)
b) Kehematan (economy)
c) Penekanan (emphasis)
d) Kevariasian (variety)
6
Adapun manfaat penelitian ini yaitu untuk memberikan pandangan pada
menggunakan kalimat yang efektif agar menjadi terjemahan yang berkualitas dan
dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, dengan bentuk
kalimat efektif dalam kitab 40 hadist qudsi pilihan yang tertera dalam penelitian
D. Tinjauan Pustaka
Kalimat Efektif. Yang peneliti temukan adalah penelitian dengan judul skripsi
karya Fuad Ma‟ruf Nur skripsi sarjana sastra dan skripsi karya Ruston Nawawi
kitab dan kumpulan Hadist yaitu pada kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad dan
Hadist Riyadush Shalihin. Akan tetapi, selama ini penulis belum menemukan
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
7
data-data dalam bentuk deskripsi yang diamati kemudian mendeskripsikannya ke
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.10 Dengan kata lain, penelitian kualitatif dilakukan dengan cara
2. Sumber Data
teliti.
c) Dari 40 hadis qudsi, peneliti membaca satu persatu terjemahan hadis, dan
peneliti memilih 17 hadis qudsi yang akan dianalisis dan dikritisi sehingga
9
Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 67.
10
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: Amuz Media, 2011), h. 30.
11
Mahsun, Metodologi Penelitian Bahasa, (Jakarta: Grafindo, 2013), h. 79.
8
4. Analisis Data
Dari 17 hadis qudsi yang dipilih oleh peneliti, lalu dianalisis dan dikritisi
dengan menggunakan bentuk ciri dari kalimat efektif dan beberapa acuan standar
Dalam penulisan skripsi ini, alat analisis yang kami gunakan merujuk pada
F. Sistematika Penulisan
pemahaman terhadap hasil analisis yang disampaikan peneliti. Proposal skripsi ini
BAB II: Gambaran Umum Kalimat Efektif Bahasa Indonesia. Meliputi Definisi
9
BAB III: Biografi Singkat Prof. Dr. M. Quraish Shihab dan Gambaran Umum
Hadis Qudsi. Meliputi Biografi Singkat Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Karya-
Karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab, dan Gambaran Umum Hadis Qudsi.
10
BAB II
1. DEFINISI KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan,
yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan
dengan suara naik turun, dank eras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan
intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latinkalimat dimulai dengan huruf
capital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).
Kalau dilihat dari hal predikat, kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia ada dua
macam, yaitu
Kalimat ada yang terdiri dari satu kata, misalnya Ah!; Kemarin; ada yang
terdiri dari dua kata, misalnya Itu toko; Ia mahasiswa; ada yang terdiri dari tiga
kata, misalnya Ia sedang membaca; Mereka akan berangkat; Ada nada yang terdiri
dari empat, lima, enam kata dan seterusnya. Sesungguhnya yang menentukan
12
Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika), (Bandung: Refika
Aditama, 2007), h. 45.
11
intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai
Setiap kalimat terdiri dari dua unsur. Unsur yang pertama berupa intonasi,
dan yang kedua, sebagian besar berupa klausa tetapi ada juga yang berupa bukan
ialah kalimat berklausa dan kalimat tak berklausa. Kalimat berklausa ialah kalimat
yang di samping unsur intonasi, terdiri dari satuan yang berupa klausa. Dalam
tulisan ini klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri dari P, disertai S,
O, PEL, dan KET atau tidak. Dengan ringkas klausa ialah (S) P (O) (PEL) (KET).
Tanda kurung menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat
Misalnya:
Ada juga kalimat, yang di samping unsur intonasi, terdiri dari dua klausa atau
lebih. Misalnya:
Perasaan ini timbul dengan tiba-tiba tatkala kereta api mulai memasuki daerah
perbatasan,
Kalimat tak berklausa ialah kalimat yang di samping unsur intonasi tidak terdiri
dari klausa.
13
M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia “Sintaksis”, ( Yogyakarta: CV Karyono, 1983), h.
20.
12
Misalnya:
Astaga!
Dari toko
Selamat malam!14
Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, misalnya
Tadi; ada yang terdiri atas dua kata, misalnya Dia pragawati ada yang terdiri atas
tiga kata, misalnya Ia sedang belajar, ada yang terdiri atas empat kata, lima kata,
Untuk lebih jauh lagi kita mengenal dan memahami definisi kalimat, ada
kalimat.
Kalimat adalah untaian (rangkaian) kata-kata atau kelompok kata yang tidak
memiliki hubungan dengan kata lain atau kelompok kata lain di luar dan
Kalimat adalah satuan di atas klausa dan di bawah wacana. Kalimat adalah
susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran lengkap. Dalam bahasa
14
M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia “Sintaksis”…, h. 22-24.
15
Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat Fungsi, Katagori, dan Peran, (Bandung: Refika
Aditama, 2007), h. 19.
16
Abdul Muthalib dkk, Tata Bahasa Mandar, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1992), h.170.
13
arab, definisi kalimat adalah konstruksi yang tersusun dari dua kata atau lebih
Sebuah kalimat bahasa arab paling tidak terdiri dari dua unsur yaitu: subjek
dan predikat.17
Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang
d. Suhardi mendefinisikan:
Kalimat adalah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau kumpulan
kata disertai intonasi yang menunjukkan bahwa kesatuan itu sudah lengkap.
e. Ramlan mendefinisikan:
Setiap kalimat terdiri dari dua unsur. Unsur yang pertama berupa intonasi, dan
yang kedua, sebagian besar berupa klausa tetapi ada juga yang berupa bukan
17
Moch. Syarif hidayatullah,dkk, Pengantar Linguistik Bahasa Arab, (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2010), h. 106.
18
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, (Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka Cipta,
2009), h. 44.
19
Suhardi, Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2013), h. 63.
20
M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia “Sintaksis”…, h. 22.
14
f. Miftahul Khairah mendefinisikan:
Satuan bahasa itu membentuk hierarkis, mulai dari kata, frasa, klausa, kalimat,
gugus kalimat, paragraf, gugus paragraf, sampai wacana. Akan tetapi, tataran
itu tidak statis karena kadang-kadang terjadi (1) pelompatan tataran, (2)
penurunan, dan (3) penyematan. Dengan demikian, terdapat dua hal penting
berkenaan dengan konsep kalimat, yaitu konstituen dasar, dan intonasi final. 21
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan oleh sebagian tokoh bahasa
tentang kalimat, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah kesatuan bahasa atau
ujaran yang berapa gabungan kata-kata yang menyatakan suatu gagasan seseorang
yang berisi pikiran lengkap, serta disertai dengan intonasi final. Dan di sini
penulis menggunakan teori dari tokoh bahasa bernama Abdul Chaer untuk
Dilihat dari segi bentuknya kalimat dibedakan atas kalimat tunggal dan
predikatnya, kalimat tunggal dapat dibagi atas kalimat tunggal berpredikat nomina
atau frasa nominal, verba atau frasa verbal, adjektiva atau frasa adjectival,
numeralia atau frasa numeral, dan frasa preposisional. Kalimat majemuk dapat
21
Miftahul Khairah, dkk, Sintaksis Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 228.
22
Abdul Muthalib dkk, Tata Bahasa Mandar, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1992), h.175.
15
A. Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya
tunggal dapat pula berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal ialah kalimat yang terjadi dari sebuah klausa.24 Kalimat
tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat
Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu
predikat. Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula
1) Mahasiswa berdiskusi
S:KB + P:KK
23
A. S Broto, Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua di Sekolah Dasar
Berdasarkan Pendekatan Linguistik Kontrasif, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 100
24
P. Sawardo, dkk, Fonologi, Morfologi, dan Sintaksis Bahasa Buna, (Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), h. 71
16
Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan
Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih.
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-
25
klausanya memiliki status yang sama, yang setara atau yang sederajat. Kalimat
1) Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta
jika kedua kalimat tunggal atau lebih sejalan, dan hasilnya disebut kalimat
Contoh:
Kami membaca.
Mereka menulis.
2) Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan
oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya
25
Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, (Tangerang: Alkitabah, 2012),
h. 98.
17
Contoh:
Bandung.
3) Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan
Contoh:
Acara upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustadz
4) Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih itu dihubungkan oleh kata atau jika
setara pemilihan.
18
Contoh:
Para pemilik televisi membayar iuran teleisinya di kantor pos yang terdekat,
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas
(klausa bebas) dan satu suku kalimat yang tidak bebas (klausa terikat). 26 Jalinan
sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat,
dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak
kalimat.
Contoh:
Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi dalam
bentuk anak kalimat dan induk kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan,
26
Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran)…, h.81.
19
Kalimat majemuk taksetara dapat dirapatkan andaikan unsur-unsur subjeknya
sama.
Contoh:
Contoh:
Anak kalimat:
Induk kalimat:
Subjek anak kalimat itu persis sama dengan subjek pada induk kalimat, yaitu saya.
20
Kalau tidak ada penanda pada anak kalimat, kalimat majemuk itu tidak benar
(tidak baku). Penanda yang dapat dipakai ialah setelah sehingga kalimat akan
menjadi:
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan
kalimat majemuk tak setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat
Contoh:
(Bertingkat+Setara)
2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
(setara+bertingkat).
sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan pembacanya jika segi
21
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan
menjadi tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat
yang berklimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau
campuran).
Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat
dan diikuti oleh unsur tambahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu
disebut melepas. Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh
penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna
lengkap.
Misalnya: saya akan dibelikan vespa oleh ayah jika saya lulus ujian sarjana.
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh
induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum
dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca
akan memahami makna kalimat itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum
kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk
kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa
Misalnya:
22
c. Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk
Misalnya:
Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestic berlomba
pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jenis
kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatf. Dalam bahasa lisan,
intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu.
baca.
23
Misalnya:
Positif:
Negatif:
reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda
Misalnya:
Positif:
Negatif:
Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang disepakati?
orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda
seru).
24
Misalnya:
Positif:
Negatif:
d. Kalimat Seruan
kuat” atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada
kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif:
Negatif:
baik sebagai alat komunikasi. Ada dua pihak yang terlibat yaitu yang
menyampaikan dan yang menerima dan di luar itu, ada yang disampaikan yang
25
dapat menyampaikan pesan gagasan, ide pemberitahuan itu kepada si penerima
memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik: strukturnya teratur, kata yang
logis.27
dalam:
Untuk lebih jauh lagi kita mengenal dan memahami definisi kalimat
27
J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1994), h.129-130.
26
a. Walija mendefinisikan:
maksud pengujar dan dapat secara akurat pula diterima oleh penerima.28
pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.
c. J. S Badudu mendefinisikan
Kalimat efektif ialah kalimat yang baik kalimat yang baik karena apa yang
dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis)
dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis)
sama benar dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh si penutur (atau
27
A. Kesepadanan
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang
baik. Kesatuan bisa dibentuk jika ada keselarasan antara subjek- predikat,
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan prediket suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai,
Contoh:
kuliah. (salah)
(benar)
B. Keparalelan
31
Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, Logika)…, h. 54.
28
nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Kalau
Contoh:
Kalimat a tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat
C. Ketegasan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu
ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
29
D. Kehematan
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Perhatikan contoh:
E. Kecermatan
Yang dimaksud ialah cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
Kalimat di atas memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa
30
F. Kepaduan
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang
tidak simetris. Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-
tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
H. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat
diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
31
5. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KEEFEKTIFAN KALIMAT
Agar kalimat yang disusun dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara,
secara garis besar, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar telah lama didengung-
bahasa Indonesia yang baik dan benar pada dasarnya tidak terlepas dari konteks
pemakaian bahasa yang beragam, seperti bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang yang digunakan sesuai
bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dengan
demikian, yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah
sesuai dengan kaidah yang berlaku. Artinya, situasi pemakaian berkaitan dengan
masalah baku dan tidak baku. Jika situasinya resmi, seperti dalam memberi
bahasa yang benar atau bahasa yang baku (menggunakan kaidah) yang
32
Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, Logika)…, h. 81.
32
digunakan. Sebaiknya, jika situasinya tidak resmi, misalnya di rumah, di pasar, di
tempat-tempat rekreasi, asal bahasa yang digunakan dapat dipahami oleh orang
lain, bahasa orang sudah tergolong baik. Artinya, kesalahan ucapan, atau
kesalahan pilihan kata, atau struktur kalimat yang salah asal komunikasi masih
dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik belum tentu merupakan bahasa
Indonesia yang benar, sebaliknya bahasa Indonesia yang benar belum tentu juga
merupakan bahasa Indonesia yang baik karena semua hal itu bergantung pada
Contoh lain lagi, ada pemakaian bahasa Indonesia yang baik, tetapi tidak
benar. Misalnya dalam situasi resmi, kita menggunakan bahasa, seperti “Laporan
tertulis, saya telah setor bulan lalu langsung kepada pemimpin”. Seluruh kata
dalam ungkapan tersebut cocok atau sesuai jika digunakan dalam situasi resmi.
personanya, yaitu saya dan setor, diselingi dengan kata lain, yakni telah sehingga
menjadi saya telah setor. Dalam bentuk pasif, persona semacam itu, kata ganti
seperti saya, kami, kita, dia, dan mereka harus langsung didekatkan pada kata
Akan saya tanyakan, bukan saya akan tanyakan saya akan menanyakan
mengembalikan
33
2. Bahasa Baku
sebagai berikut:
sekarang pembakuan pelafalan atau ucapan agak sulit dilakukan. Sebagai acuan,
pelafalan yang baik adalah pelafalan yang tidak terpengaruh oleh ucapan-ucapan
terdapat pada awal nama-nama kota atau tempat, misalnya: mBandung, mBali,
pada kata-kata bersuku tertutup/ suku mati dengan fonem akhir /b/, /d/, dan /g/
ketiga fonem ini dilafalkan /p/, /t/, dan /k/. Misalnya pada kata: bab, murid,
gedebeg, ajeg, bap, murit, gedebek, ojek. Pada masyarakat Bali, ucapan yang
Bahasa baku memakai ejaan resmi, dalam hal ini Ejaan Bahasa Indonesia
tulis.
34
Unsur-unsur leksikal adalah unsur bahasa yang berupa kata, terutama kata-
kata daerah atau kata-kata dalam bahasa gaul yang dapat merusak eksistensi
situasi resmi.
Contoh:
konsisten
Contoh:
35
e. Pemakaian konjungsi bahwa atau karena (bila ada) secara eksplisit dan
konsisten
Contoh:
f. Pemakaian awalan meN- ;di- atau ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten
Contoh:
36
Contoh:
Contoh:
Contoh:
37
(Dia belum melakukan pengamatan)
Contoh:
Contoh:
b. Ibu Hendra sangat mencintai suaminya, saya juga mencintai suami saya.
38
l. Memakai konstruksi sintesis
Contoh:
a. Bikin kotor
a. Mengotori
b. Dikomentari
Kata kata berikut ini sering digunakan secara salah. Meskipun demikian,
pemakaiannya sudah lazim seperti itu. Inilah yang disebut dengan membenarkan
yang lazim, atau membenarkan yang salah atau salah kaprah; bukan melazimkan
yang benar. Dalam pemakaian bahasa, kesalahan tersebut sering terjadi karena
39
b. Pak Salman mengajarkan Bahasa Inggris di kelas 10 SMA Lab.
Gaji artinya upah kerja yang dibayarkan dalam waktu tetap, sedangkan gajih
2) Pleonasme;
4) Ketidakjelasan subjek;
5) Kemubaziran preposisi;
6) Kesalahan logika
33
Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, Logika)…, h. 95.
40
1. Kontaminasi atau Kerancuan
Jika dilihat dari segi penataan gagasan, kerancuan sebuah kalimat dapat terjadi
jika dilihat dari segi strukturnya, kerancuan itu timbul karena penggabungan dua
a. Kontaminasi kalimat
2. Pleonasme
dua kata searti yang sebenarnya tidak perlu karena menggunakan salah satu di
antara kedua kata itu sudah cukup. Ada pula kelebihan penggunaan unsur itu
34
Slamet Imam Santoso, Seni Menggayakan Kalimat, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), h.
31.
41
1. Di dalam satu frasa terdapat dua atau lebih kata yang searti.
Contoh:
(zaman= kala. Sebenarnya cukup: pada zaman dahulu, atau dahulu kala)
2. Kata kedua sebenarnya tak perlu lagi karena pengertian yang terkandung
Contoh:
Contoh:
jamak. Oleh karena itu, kata benda yang mengikuti kata-kata tersebut tidak perlu
42
Contoh:
mahasiswa, tanda hubung dapat digunakan untuk menghindari salah tafsir, dan
lengkap. Dalam hal ini, kelengkapan unsur kalimat itu sekurang-kurangnya harus
memenuhi dua hal, yaitu subjek dan predikat. Jika predikat kalimat itu berupa
kata kerja transitif, unsur kalimat yang disebut objek juga harus hadir. Unsur lain,
Contoh:
Bagi para mahasiswa yang akan mengikuti ujian harus melunasi uang SPP.
Pada kalimat di atas unsur keterangan, yaitu bagi para mahasiswa yang
akan mengikuti ujian, sebenarnya dapat diubah menjadi subjek dengan cara
menghilangkan kata bagi. Dengan cara itu, kalimat dapat diperbaiki menjadi:
43
Para mahasiswa yang akan mengikuti ujian harus melunasi uang SPP.
(preposisi) yang tidak perlu. Kata depan dari misalnya. Pemakaian kata depan
dari dipengaruhi oleh bahasa Belanda dalam hubungan posesif. Misalnya “het
huis an mijn oom” yang diterjemahkan menjadi “rumah dari paman saya”.
Contoh:
menjadi:
6. Kesalahan Nalar
Nalar menentukan apakah kalimat yang kita tuturkan adalah kalimat yang
logis atau tidak. Nalar ialah aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir
logis. Pikiran yang logis ialah pikiran yang masuk akal yang berterima.
44
Hadirin yang kami hormati. Kita tiba sekarang pada acara berikut yaitu sambutan
Jika diperhatikan dengan cermat kalimat di atas, waktu dan tempat kami
persilakan, jelas kalimat ini tidak logis. Karena tidak memungkinkan dua kalimat
Hadirin yang kami hormati. Kita tiba sekarang pada acara berikut yaitu sambutan
Seperti kita ketahui, bahwa awalan pe- tidak mendapat bunyi apabila
dilekatkan pada kata dasar berkonsonan /l/ atau /r/. Namun, dewasa ini banyak
kita jumpai bentukan kata yang menyimpang (tidak tepat) dari aturan yang ada.
Misalnya:
a. Pengrusakan
b. Pengluasan
c. Perletakan
tidak akan tepat. Hal itu akan menimbulkan keganjilan, kekaburan, dan salah
tafsir. Berikut ini akan diberikan beberapa contoh kata yang sering dipakai secara
tidak tepat. Kata kilah disamakan dengan kata ujar atau kata sehingga berkilah
45
dianggap sama dengan berkata atau berujar dan kilahnya dianggap sama dengan
Contoh:
Kemarin Salma diberikan baju baru oleh Arini, kakaknya. Dengan senang hati
Jika kita membuka Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), akan kita
temukan kata kilah dengan makna “tipu daya” atau “dalih”. Jadi, pemakaian
Banyak kata dari bahasa daerah masuk ke dalam bahasa Indonesia. seperti
sehari-hari. Akan tetapi, bahasa daerah yang belum berterima dalam bahasa
tidak efektif.
46
10. Pengaruh Bahasa Asing
Akhir-akhir ini, pengaruh bahasa Inggris sangat besar. Beberapa kata yang
berasal dari bahasa Inggris sering dipakai selain kata-kata dari bahasa Indonesia
yang searti dengan kata-kata itu. Terkadang, sering kita melihat bahwa orang
karena itu, kata-kata asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia
A. DIKSI
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk
menyatakan sesuatu pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik
memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak
dapat lari dalam kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang
pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.35
supaya kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik.36
35
E. Zaenal Arifin, dkk, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:
Akademika Presindo, 2010), h. 28.
36
DR. Dendy Sugono, Mahir Berbahasa Indonesia Dengan Benar, (Jakarta: Kompas
Gramedia, 2009), h. 222.
47
Bidang pemilihan kata itu disebut juga diksi. Jadi, kesalahan diksi ini meliputi
bawah ini diperlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
awalan ber- harus dieksplisitkan secara jelas. Di bawah ini dapat dilihat bentuk
Kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat
awalan meng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat
awalan meng-.
48
Di bawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.
Ada lagi gejala penyegauan bunyi awal kata dasar. Penyeguan kata dasar
ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya,
penampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk
kata yang salah dalam pemakaian. Kita sering menemukan penggunaan kata-kata,
mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, ngepung, nolak, nyabut,
nyuap, dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus menggunakan
Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika
mendapat awalan meng- atau peng-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi
itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Di bawah ini dibedakan bentuk salah dan
dipertahankan. (salah)
49
2) Eksistensi Indonesia sebagai negara penyuplai minyak sebaiknya
dipertahankan (benar)
sering diberi berawalan ke-. Hal itu disebabkan oleh kekurangcermatan dalam
memilih awalan yang tepat. Umumnya, kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa
daerah (Jawa/Sunda). Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar
1. Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini (salah).
2. Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini (benar).
sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan, maupun dalam bahasa tulis. Setelah
diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihatkan pula bentuk yang benar, yang
merupakan perbaikannya.
Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi,
yang muncul dalam pembicaran sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan
atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau
50
bergabung dalam sebuah kalimat. Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan
kredit. (benar)
b. Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada
sering dipertukarkan. Di bawah ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk salah
huruf atau gabungan huruf seperti PLO, UI, DPR, KPP, KY, MK, MA, KBK, dan
KTSP. Yang dimaksud dengan bentuk singkat ialah kontraksi bentuk kata
51
d. Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
yang rapih dan konsisten. Bentukan-bentukan kata itu memiliki hubungan antara
yang satu dan yang lain. Dengan kata lain, terdapat korelasi di antara berbagai
bentukan tersebut.
konsisten.
kesimpulan. (salah)
kesimpulan. (benar)
Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa
yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun, dalam komunikasi sehari-hari sering
dijumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros). Berikut ini didaftar kata yang
52
Boros Hemat
tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (boros, salah)
f. Analogi
dengan kata bertinju. Kata petinju berarti „orang yang (biasa) bertinju‟, bukan
Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju,
Kata bertinju, bersenam, dan bersilat mungkin biasa digunakan, tetapi kata
bergolf, berterjun, bertenis, dan berboling bukan kata yang lazim. Oleh sebab itu,
munculnya kata peski, peselancar, pegolf, petenis, dan peboling pada dasarnya
53
Berski (yang baku bermain ski)
bentuk jamak dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau
kacau. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai
Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di mana
54
BAB III
Pada tahun 1958, dia berangkat ke Kairo, Mesir, dan diterima di kelas II
Tsanawiyah al-Azhar. Pada 1967 dia meraih gelar Licence (Lc) setara dengan S-1
Kemudian dia melanjutkan pendidikannya di Fakultas yang sama, dan pada tahun
1969 meraih gelar M.A. Untuk spesialisasi bidang Tafsir al-Qur'an dengan tesis
asalnya Ujung Pandang. Ia langsung bergabung sebagai staf pengajar dalam mata
kuliah Tafsir dan Ilmu Kalam pada IAIN Alauddin Ujung Pandang. 38 Kemudian
37
M. Quraish Shihab dan Pemikirannya tentang Jilbab, artikel diakses pada 09 September
2015 dari http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1-2006-sriwulanda-
1727-1101004_-3.pdf.
38
M. Quraish Shihab, Membumikan Kalam di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), h. 65.
55
pada IAIN Alauddin, Ujung pandang. Selain itu, dia juga diserahi jabatan-jabatan
lain, baik di dalam kampus seperti Koordinator perguruan tinggi swasta (Wilayah
VII Indonesia bagian Timur), maupun di luar kampus seperti pembantu pimpinan
Pandang ini, dia juga sempat melakukan berbagai penelitian, antara lain :
Dirasah”, dia telah berhasil meraih gelar doktor dalam ilu-ilmu al-Qur'an dengan
Dalam masa tugasnya pada periode kedua tahun 1984 di IAIN Alauddin Ujung
39
M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Quran: Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007).
40
M. Quraish Shihab, Membumikan Kalam di Indonesia…, h. 72.
56
Selain itu, di luar kampus, dia juga dipercayakan untuk menduduki
berbagai jabatan, antara lain : Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak
dan asisten ketua umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Di sela-
sela segala kesibukann yaitu, dia juga terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah di
Quraish Shihab duduk sebagai Menteri Agama. Tetapi kabinet itu hanya berusia
dua bulan dan jatuh pada tanggal 21 Mei 1998. Kemudian pada tahun 1999 ia
diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh untuk Mesir. Di
Yang tidak kalah pentingnya, Quraish Shihab juga aktif dalam kegiatan
tulis menulis. Di surat kabar Pelita, pada setiap hari Rabu dia menulis dalam
rubrik “Pelita Hati”. Dia juga mengasuh rubrik “Tafsir al- Amanah” dalam
41
majalah dua mingguan yang terbit di Jakarta, Amanah. Selain itu, dia juga
tercatat sebagai anggota dewan redaksi majalah Ulumul Qur‟an dan mimbar
41
D. Ahmad, “Biografi M. Quraish Shihab dan Tafsir Al-Misbah,” artikel diakses pada
09 September 2015 dari digilib.uinsby.ac.id/7245/3/bab%202.pdf.
57
ulama, keduanya terbit di Jakarta. Selain kontribusinya untuk berbagai buku
suntingan dan jurnal-jurnal ilmiah, hingga kini sudah tiga buku yang diterbitkan,
Alauddin, 1984), Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987), dan
(PSQ) Jakarta dan Guru Besar Pascasarjana Uniersitas Islam Negri (UIN) Jakarta.
semua itu tidak menghalangi untuk aktif dan produktif dalam wacana intelektual.
Ia sempat tercatat sebagai dewan redaksi Jurnal Ulum al-Qur‟an, dan Mimbar
dalam maupun di luar negeri dan aktif dalam kegiatan tulis menulis, berbagai
42
M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi Al-Quran dan Dinamika Kehidupan
Masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006).
43
Penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah tentang Ayat- Ayat Miskin,
artikel diakses pada 09 September 2015 dari eprints.walisongo.ac.id/294/4/084211018_Bab3.pdf.
58
3. Membumikan al-Quran (Bandung: Mizan, 1995).
Mizan, 1996).
Mizan, 1999)
November 2000)
11. Yang Tersembunyi Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam al-Quran (Jakarta:
September 2003)
1999)
Mizan, 1999)
Alauddin, 1984).
59
17. Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987).
18. Mahkota Tuntuna Ilahi; Tafsir Surat al Fatihah (Jakarta: Untagma, 1988).
20. Menyingkap Tabir Ilahi; Tafsir asma al-Husna (Bandung: Lentera Hati, 1998).
24. Perjalanan Menuju Keabadian, Kematian, Surga dan Ayat-ayat Tahlil (Jakarta:
1999)
1999)
30. Pandangan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda (MUI & Unesco, 1990)
31. Menjemput Maut; Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT. (Jakarta: Lentera
Hati, 2003)
33. Dia di Mana-mana; Tangan Tuhan di balik Setiap Fenomena (Jakarta: Lentera
Hati, 2004)
60
34. Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005)
35. Logika Agama; Kedudukan Wahyu & Batas-Batas Akal Dalam Islam (Jakarta:
36. Rasionalitas al-Qur'an; Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (Jakarta: Lentera
Hati, 2006)
38. Wawasan al-Qur'an Tentang Dzikir dan Doa (Jakarta: Lentera Hati, 2006)
39. Asmā al-Husnā; Dalam Perspektif al-Qur'an (4 buku dalam 1 boks) (Jakarta:
Lentera Hati)
41. Al-Lubâb; Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fâtihah dan Juz 'Amma
42. M. Quraish Shihab Menjawab; 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui
43. Doa Harian bersama M. Quraish Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2009)
44. M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui
61
47. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, dalam sorotan Al-Quran dan Hadits
48. Do'a al-Asmâ' al-Husnâ (Doa yang Disukai Allah SWT.) (Jakarta: Lentera
Alauddin, 1984)
Definisi tertua Hadist Qudsi adalah apa yang dikemukakan oleh as-Sayyid
asy-Syarif al-Jurjani dalam bukunya at-Ta’rifat, yaitu Hadist Qudsi dari segi
makna bersumber dari Allah Ta‟ala, dan dari segi redaksi bersumber dari susunan
Rasulullah saw. Hadist Qudsi merupakan sesuatu yang diberitakan Allah kepada
Rasul-Nya melalui ilham, atau dalam mimpi, kemudian Rasul saw menyampaikan
sesuatu itu dengan redaksi yang beliau susun sendiri. Karena itu alquran lebih
mulia dari Hadist Qudsi, sebab lafaz alquran termasuk yang diturunkan Allah.
tidak lain kecuali dengan perantaraan ar-Ruh al-Amin (Jibril), dan harus dengan
lafaz yang turun dari al-Lauh al-Mahfuzh secara pasti. Dan juga Hadist Qudsi
berbeda dengan Hadist Nabi. Hadist Nabi, berakhir sanadnya kepada Rasul saw,
sedang Hadist Qudsi berlanjut sanadnya hingga kepada Allah Azza Wa Jalla.
62
Karena itu, kitab-kitab hadist yang terpercaya merupakan satu-satunya sumber
44
baginya. Dari celah-celah sumber-sumber ia ditemukan, sesuai dengan
terbatas, karena jumlah hadist-hadist tersebut juga terbatas. Firman Ilahi yang
uraian-urainnya nampak lebih sesuai dengan firman ilahi itu. Isi kandungan dan
tersebut tidak berbicara tentang syariat, hukum, atau muamalat yang telah
bahasannya. Gaya bahasa ini memiliki ciri umum di mana ia banyak bertumpu
dari Allah swt kepada hamba-hamba-Nya atau berupa dialog antara Dia dengan
mereka untuk tujuan bimbingan dan hidayat atau bentuk-bentuk redaksi lain yang
Nya
44
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 10.
63
BAB IV
ANALISIS DATA
Pada bab II kami telah menjelaskan dan menyebutkan segala hal yang
berkaitan dengan kalimat efektif. Karena menurut peneliti setiap hadist qudsi yang
terjemahan yang berbeda dan ada pula yang maknanya berbeda, maka sangat
penting bagi masyarakat yang kurang memahami bahasa arab untuk mendalami
menyampaikan baik pesan, ide maupun informasi yang disampaikan oleh peneliti
untuk para pembaca agar dapat menerima pesan, ide maupun informasi secara
sempurna. Adapun pada bab III kami telah memaparkan biografi singkat
penerjemah dan gambaran umum kitab yang akan dianalisis penulis yaitu buku 40
Hadis Qudsi Pilihan. salah satu buku karya Ezeddin Ibrahim yang diterjemahkan
oleh Quraish Shihab. Setelah mengetahui lebih jauh dan menganalisis buku
tersebut, akhirnya kami menemukan adanya kalimat yang tidak efektif yang
disajikan oleh penerjemah. Oleh karena itu, peneliti memaparkan hasil analisis
64
Hadis 1
Dari Abu Hurairoh, semoga ridha Allah tercurah atasnya, beliau berkata:
Majah).45
Analisis:
Terjemahan di atas tidak efektif dari segi pesan yang tidak diterjemahkan, yaitu
“َ "خََلقbermakna menciptakan.46 Kemudian, pada terjemahan klausa “ كَ َتبَ فِي
Munawwir kata “َ "كَتَبbermakna menulis.47 Terdapat dua pesan yang tidak
45
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 24.
46
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1942), h. 393.
47
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia…, h. 1275.
65
diterjemahkan yaitu menciptakan dan menulis. Pesan dari kalimat kedua sudah
dapat dipahami. Namun, ada kata yang harus dihilangkan, yaitu akan. Jika
dihilangkan, tidak akan mengubah isi pesan tersebut. Berikut terjemahan yang
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Ketika Allah
Hadis 2
Dari Abu Hurairoh, semoga ridha Allah tercurah atasnya, dari Nabi saw. Beliau
bersabda: Allah berfirman: “Aku didustakan putra Adam, sedang tidak wajar ia
melakukan itu, Aku dimaki sedang tidak wajar (pula) ia melakukan itu. Adapun
66
mengangkat/memiliki anak,” sedang (sesungguhnya) Aku adalah Yang Maha Esa,
yang bergantung kepada-Ku segala sesuatu, Aku tidak beranak dan tidak pula
Analisis:
Terjemahan di atas tidak efektif dari segi Kontaminasi (Kerancuan) susunan kata
seperti pada Aku didustakan oleh putra Adam. Penempatan kata tersebut
susunannya tidak teratur, sehingga menjadi rancu. Terjemahan di atas pula sering
mengulang subjek seperti pada Aku adalah Yang Maha Esa, yang bergantung
kepada-Ku segala sesuatu. Ini menyebabkan bahasa menjadi tidak efisien dan
kalimatnya juga tidak efektif. Menurut peneliti terjemahannya akan efektif tanpa
memang benar bisa diterjemahkan dengan ucapan, namun menurut peneliti kata
ucapan tidak sesuai apabila digunakan dalam terjemahan hadist ini, kata ucapan
tidak baku/ formal, lebih sesuai digunakan dalam bahasa sehari-hari. Menurut
menjadi:
Dari Abu Hurairah r.a. Nabi saw bersabda, Allah berfirman: Ibnu Adam (anak-
melakukan itu, dan ia mencelaku sedangkan ia tidak wajar melakukan itu, adapun
48
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 26.
67
membangkitkan aku kembali sebagaimana Dia menciptakanku (tidak
perkataannya, “Allah memiliki seorang anak, (padahal) Aku adalah Ahad (Maha
Esa) Tempat memohon segala sesuatu, Aku tidak beranak dan tidak pula
Hadis 3
Dari Zaid bin Khalid al-Juhani, semoga ridha Allah tercurah atasnya, dia
setelah pada malamnya hujan turun. Seusai (shalat) beliau mengarah kepada
hadirin dan bersabda: “Tahukah kamu sekalian apa yang dikatakan Tuhan
68
mengetahui.”Rasulullah menjelaskan: Allah befirman: “Pagi (ini) ada hamba-Ku
yang percaya pada-Ku lagi kafir. Adapun yang berkata: “Kami memperoleh
curahan hujan berdasarkan anugrah Allah dan rahmat-Nya,” maka itulah yang
percaya pada-Ku serta kafir terhadap bintang, sedangkan yang berkata: “Kami
memperoleh curahan hujan oleh bintang ini dan itu,” maka itulah yang kafir
Analisis:
efektif. Karena terjemahan yang efektif menurut peneliti dapat mencari istilah
yang sepadan mungkin dalam Bsa. Istilah di atas lebih sepadan dengan beriman.
Kata salat dalam KBBI artinya rukun islam kedua berupa ibadah kepada Allah,
yang benar yaitu salat bukan shalat. Pada terjemahan di atas pula terlihat sangat
jelas, bahwa penerjemah sering kali mengulang kata kamu seperti pada Tahukah
kamu sekalian apa yang dikatakan Tuhan (Pemelihara) kamu?. Ini menjadikan
tidak efektifnya kalimat karena pemborosan kata, untuk menjadi efektif maka:
49
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 28.
69
Dari Zaid bin Khalid al-Juhniy r.a. beliau berkata, Rasulullah saw mengimami
kami salat subuh di Hudaibiyah, pada malamnya hujan turun, setelah salat Nabi
saw menghadap kepada para sahabat, kemudian beliau bersabda, “Tahukah apa
yang telah difirmankan Tuhan kalian?”, para sahabat berkata, “Allah dan Rasul-
berfirman: Pagi ini ada sebagian hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada
yang kafir, adapun orang yang mengatakan, “kami telah dikaruniai hujan sebab
keutamaan Allah dan kasih sayang-Nya (rahmat-Nya), maka mereka itulah yang
beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang”; dan adapun yang berkata, “kami
telah dikaruniai hujan sebab bintang ini dan bintang itu, maka mereka itulah yang
Hadis 4
Dari Abu Hurairah, semoga ridha Allah tercurah atasnya, beliau berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Allah berfirman: “Putra Adam memaki masa, padahal
Aku adalah masa, dalam genggaman tangan-Ku, (pergantian) malam dan siang.”
70
Diriwayatkan oleh al-Bukhari (demikian juga Muslim).50
Analisis:
tersebut memang memiliki banyak arti bisa usia, era, masa, jangka, dan waktu.
Namun, menurut penulis terjemahan yang lebih cocok adalah waktu. Kemudian
artinya tangan, tetapi karena pemadanan yang tidak tepat menjadikannya kata
tersebut tidak efisien dalam penggunaan kata. Terjemahan di atas lebih sepadan
Dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata, Rasulullah saw bersabda, Allah berfirman:
“Anak – anak adam (umat manusia) mengecam waktu, dan aku adalah (Pemilik)
50
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 30.
71
Hadis 7
Dari Uqbah ibn Amir, semoga ridha Allah tercurah atasnya, beliau berkata: Aku
kemudian melaksanakannya (shalat). Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung
Analisis:
pesan. Yang dimaksud kesalahan pesan adalah kalimat yang diterjemahkan terlalu
51
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 38.
72
bertele-tele sehingga kalimat menjadi tidak efektif. Pada kalimat Ia azan untuk
terjemahannya:
Dari Uqbah bin Amir r.a. beliau berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
menunaikan salat karena takut kepada-Ku, maka sungguh Aku telah mengampuni
Hadis 10
73
Dari Abu Hurairah, semoga ridha Allah tercurah atasnya, bahwasanya
Rasulullah saw. bersabda: Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung berfirman:
“Puasa untuk-Ku dan Aku pula yang memberi ganjaran untuk itu. (Yang
menemui Tuhannya. (Demi Tuhan) perubahan bau mulut seorang yang berpuasa
Analisis:
Pada kata “ُ"شَ ْهىَتَه, penerjemah menerjemahkan dengan dorongan nafsu sexualnya.
kegembiraan. Menurut KBBI, arti dari gembira adalah kesenangan hati; perasaan
terjemahan tersebut kurang sesuai, dan lebih sesuai dengan kebahagiaan. Karena
menurut KBBI, arti dari bahagia adalah keadaan atau perasaan kesenangan dan
52
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 46.
74
ketentraman hidup (lahir batin), bebas dari segala yang menyusahkan, dunia
Dari Abu Hurairah r.a. Nabi saw bersabda, Allah Azza wa Jalla berfirman: “Puasa
untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan ganjaran puasa, disebabkan seseorang
menahan syahwat, makan serta minum karena-Ku. Puasa itu adalah perisai, bagi
orang yang berpuasa dua kebahagiaan, yaitu kebahagian ketika berbuka dan
kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya. Bau mulut orang yang berpuasa
Hadis riwayat al-Bukhari, (begitu juga oleh imam Muslim, Imam Malik,
Hadis 15
Dari Abu Hurairah, semoga ridha Allah tercurah atasnya, beliau berkata:
75
menyebut (nama)-Ku. Apabila dia menyebut-Ku di dalam dirinya (hatinya), Aku
Aku menyebutnya di hadapan khalayak yang lebih baik dari khalayak itu. Apabila
cepat (berlari).
Majah).53
Analisis:
Salah satu ciri dari kalimat efektif adalah penghematan kata yang digunakan
penerjemah, dengan garis besar yang terpenting adalah pesan dari penulis Tsu
dapat diterima pembaca dengan baik dan sempurna. Namun, dalam terjemahan di
atas justru kami menemukan banyak sekali pengulangan kata Aku, yang terdapat
pada “ِ "ظَنyang diterjemahkan dugaan. Menurut kami, agar terjemahan di atas
menjadi kalimat yang efektif, maka kata yang lebih cocok adalah prasangka.
53
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 60.
76
Dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata, Rasulullah bersabda, Allah Subhanahu wa
hadapan khalayak, Aku menyebutnya di hadapan khalayak yang lebih baik dari
khalayak itu. Jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya
sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya satu
depa, dan jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku mendatanginya dengan
berjalan cepat.”
Hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhari, (begitu juga oleh Imam Muslim, Imam
Hadis 16
Dari Ibn Abbas, semoga ridha Allah tercurah atasnya dan atas ayahnya, dari
77
Mulia lagi Maha Agung, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah telah
ratus kali lipat, bahkan keberlipatan ganda yang banyak. Dan barang siapa
(saja).”
Analisis:
Terjemahan di atas dikatakan tidak efektif, karena penempatan kata dan yang
tidak tepat, seperti pada Dan barang siapa bermaksud melakukan kejahatan,
kalimat, karena kata dan merupakan konjungsi (penghubung) antar kata dalam
seperti kata meskipun, walaupun, oleh karena itu, dan lain sebagainya. Kemudian
peneliti menemukan kalimat yang bertele-tele yaitu pada Maka barang siapa yang
54
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 62.
78
menulisnya untuk yang bermaksud itu di sisi-Nya satu (ganjaran) kebaikan yang
Diriwayatkan oleh Ibn 'Abbas r.a. dari Nabi saw, Sungguh Allah menetapkan
semua kebaikan dan keburukan. Siapa berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia
untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia melakukannya, Allah
menulis pahala sepuluh kebaikan sampai 700 kali, sampai berkali lipat banyaknya.
keburukan saja.
Hadis 19
Dari Abu Hurairah, semoga ridha Allah tercurah atasnya, beliau berkata:
keagungan adalah sarung-Ku, siapa pun yang menyaingi (Aku pada salah satu
79
Diriwayatkan oleh Abu Daud (demikian juga Ibn Majah dan Ahmad) dengan
Analisis:
Kebesaran. Dalam bahasa Arab كبرmemang memiliki arti besar, tetapi dalam
Dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata, Rasulullah saw bersabda, “Allah 'Azza wa
Ku, barangsiapa menyaingi-Ku dalam salah satu dari kedua hal tersebut, maka
Hadis diriwayatkan oleh Abu Dawud, (begitu juga oleh Ibn Majah dan Imam
Hadis 20
55
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 74.
56
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia…, h. 1271.
80
د
Dari Abu Hurairah, semoga Allah tercurah atasnya, Rasulullah saw. bersabda:
“Dibuka pintu-pintu surga pada hari Senin dan hari Kamis, (ketika itu) diampuni
setiap hamba yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu, kecuali (yang
berdamai.”
Analisis:
Kalimat di atas menjadi rancu dan tidak efektif karena terdapat hiponim hari
terhadap Senin dan Kamis. Jadi, tanpa menyebutkan hari, pesan yang hendak
orang ini sampai mereka berdamai menurut kami kalimat tersebut terlalu bertele-
81
berdamai lebih efektif dan mudah dipahami pembaca karena kata yang
Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw bersabda: “Pintu – pintu surga dibuka pada
Senin dan Kamis, maka diampunilah setiap hamba yang tidak menyekutukan
Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seorang yang terdapat dalam hatinya
Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim, (begitu juga oleh Imam Malik dan Abu
Daud).
Hadis 21
Dari Abu Hurairah, semoga ridha Allah tercurah atasnya, dari Rasulullah saw.
bersabda: Allah Yang Maha Tinggi berfirman: “Tiga menjadi seteru-Ku pada
hari kiamat, seorang yang berjanji atas nama-Ku kemudian mengingkarinya, dan
82
Diriwayatkan oleh al-Bukhari (demikian juga Ibn Majah dan Ahmad).58
Analisis:
Menurut peneliti kata buruh kurang cocok. Kata yang lebih cocok yaitu pekerja.
Dalam KBBI buruh memang memiliki arti pekerja, namun kata buruh kurang
perbaikannya yaitu:
Dari Abu Hurairah r.a. Nabi saw bersabda, Allah Ta'ala berfirman: “Tiga menjadi
seteru-Ku pada hari kiamat, seseorang yang bersumpah atas namaku lalu
Hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhari (begitu juga Imam Ibnu Majah dan Imam
Ahmad).
Hadis 23
58
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 78.
83
Dari Abu Hurairah, semoga ridha Allah tercurah atasnya, beliau berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah befirman pada hari Kiamat: “Di
manakah orang-orang yang saling mencintai demi keagungan-Ku? Hari ini Ku-
naungan-Ku.”
Analisis:
yaitu sungguh. Karena peneliti sering melihat hasil terjemahan dari penerjemah
Dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata, Rasulullah saw bersabda, Sungguh Allah
berfirman pada hari kiamat: “Di manakah orang – orang yang saling mencintai
karena-Ku, di hari ini (kiamat) aku menaungi mereka dalam naunganku, di mana
Hadis 26
59
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 82.
84
.
ّن
Dari Abu Umamah, semoga Allah tercurah atasnya, Rasulullah saw. bersabda:
orang-orang yang dekat kepada-Ku adalah mukmin yang sedikit harta dan
Hasan.60
Analisis:
60
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 90.
85
Pemakaian kopula adalah sebaiknya diganti dengan yaitu, karena kopula adalah
adalah mukmin yang sedikit harta dan anaknya. Kemudian ada pula kasus pesan
yang tidak diterjemahkan yaitu pada kata “ِ "الْحَارyang diterjemahkan sedikit harta
dan anak. Dalam Kamus Al-Munawwir kata “ِ "الْحَارbermakna miskin.61 Frasa dari
sedikit harta memang bisa diartikan miskin juga, tetapi agar mempermudah
Dari Abu Umamah r.a. Rasulullah saw bersabda, Allah berfirman: “Sungguh yang
mukmin yang miskin, memiliki bagian (yang banyak) dari salat, baik dalam
Diriwayatkan oleh at-Tarmidzi (begitu juga Ibn Majah) dengan sanad Hasan.
Hadis 28
61
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia…, h. 331.
86
.
Dari Jundub semoga ridha Allah tercurah atasnya, bahwasanya Rasul Allah saw.
akan mengampuni si Anu.” Sesungguhnya (sabda Rasul saw. lebih jauh) Allah
berfirman: “Siapa itu yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak
batalkan amalmu.”
Analisis:
Kevariasian kalimat adalah salah satu ciri kalimat efektif agar tidak menimbulkan
terdapat kalimat yang kurang bervariasi. Menurut peneliti kalimat yang kurang
variatif yaitu pada kalimat Demi Tuhan Allah tidak akan mengampuni si Anu.
Selain tidak variatif, kalimat di atas juga tidak hemat terjadi pemborosan kalimat.
Seharusnya sesudah kata Tuhan diberi tanda koma (,) agar kalimat tersebut
62
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 104.
87
menjadi jelas untuk dibaca. Kemudian pada kata anu, sebaiknya penerjemah
berkata: “Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan,” dan sungguh Allah
Ku, bahwa aku tidak akan mengampuni fulan, sungguh aku mengampuni fulan,
Hadis 35
Dari Abu Hurairah, semoga ridha Allah tercurah atasnya, bahwasanya Rasul
Allah saw. bersabda: “Tuhan Yang Maha Suci Lagi Maha Agung, setiap malam
“turun” ke langit dunia, yaitu ketika malam tinggal sepertiganya yang terakhir.
88
Ketika itu Dia berfirman: “Siapakah yang ingin berdoa kepada-Ku, nisyaya akan
Diriwayatkan oleh al-Bukhari (demikian juga Muslim, Malik, at-Tirmidzi dan Abu
Daud). 63
Dalam riwayat muslim ada tambahan: “Dia akan terus-menerus demikian, sampai
Analisis:
Menurut peneliti terjemahan tersebut dikatakan tidak efektif karena adanya kata
yang, seperti pada kalimat Siapakah yang ingin berdoa kepada-Ku. Seharusnya
menghilangkan pewatas yang karena antara subjek dan predikat tidak boleh
disisipi dengan kata lain. Jadi, kata yang sebaiknya dihilangkan agar tidak terjadi
pemborosan kalimat. Pada kalimat di atas juga terdapat kalimat yang kurang
variasi sesudah frasa langit dunia seharusnya menghilangkan kata yaitu dan koma
(,). Pada terjemahan di atas juga terdapat pemborosan kalimat pada Tuhan Yang
Maha Suci Lagi Maha Agung, setiap malam “turun” ke langit dunia, yaitu ketika
malam tinggal sepertiganya yang terakhir dan dia akan terus-menerus demikian,
63
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 112.
89
menimbulkan ketidakefektifan kalimat. Agar efektif terjemahan tersebut
diperbaiki menjadi:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw bersabda: “Tuhan kita Yang
Maha Suci lagi Maha Agung setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga
kabulkan, dan barangsiapa meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri, dan
Hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhari, (begitu juga oleh Imam Muslim, Imam
Dalam riwayat Muslim, dengan tambahan: Allah turun (di langit dunia) hingga
terbitnya fajar.
Hadis 39
Dari Abu Said al-Khudriy, semoga Allah tercurah atasnya, dari Nabi saw.
Neraka berkata: “Di dalamku berada orang-orang yang angkuh dan sombong.”
90
Surga berkata: “Di dalamku terdapat orang-orang-orang lemah dan miskin.”
rahmat-Ku, Aku merahmati denganmu siapa yang Ku-kehendaki, dan engkau hai
Analisis:
Pada terjemahan di atas terdapat kasus pesan yang tidak diterjemahkan yaitu pada
kata “َ "الَجَبَا ُروّْنyang diterjemahkan oleh penerjemah dengan angkuh. Dalam
Diriwayatkan dari Abi Sa'id al-Khudri r.a. Rasulullah saw bersabda: “Surga dan
neraka berdebat, kemudian neraka berkata: “Aku dimasuki orang-orang yang suka
orang yang lemah (dhu'afa) dan orang-orang miskin”, maka Allah memberi
denganmu Aku kasihi siapa saja yang Aku kehendaki, dan engkau neraka adalah
azab-Ku, dengamu Aku mengazab siapa saja yang Aku kehendaki, dan bagi kamu
Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim, (begitu juga oleh Imam Bukhari dan
Imam Tirmidzi).
64
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 128.
91
Hadis 40
Dari (sahabat Nabi saw) Abu Said al-Khudri, semoga ridha Allah tercurah
kalian telah ridha (puas)?” Mereka menjawab: “Betapa kami tidak puas, Engkau
kepada seorang pum dari makhluk-Mu.” Maka Allah befirman: “Maukah kalian
Aku anugerahkan yang lebih baik dari ini?” Mereka bertanya: “Wahai Tuhan
92
Pemelihara, dan apa pula yang lebih baik dari itu?” Allah befirman:”Akan
Aku…….ridha-Ku pada kalian, sehingga Aku sekali-kali tidak akan murka atas
Analisis:
memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi masih menimbulkan tafsiran ganda tidak
termasuk kalimat yang efektif. Seperti pada kalimat Betapa kami tidak puas. Yang
pertama kali diartikan oleh pembaca pasti mereka sangat tidak puas berada di
surga, padahal yang di maksud penerjemah pasti apa lagi yang membuat kami
tidak puas yang memiliki makna mereka penghuni surga sangat puas berada di
surga. Perlu diingatkan kembali sebagai penerjemah kita harus pandai dalam
memilih kata yang tepat dan sepadan agar terciptanya terjemahan yang
berkualitas. Dan juga agar pesan yang disampaikan oleh penerjemah sampai
kepada pembaca agar pembaca mudah memahaminya. Pada KBBI kata ridha
tidak memiliki arti, yang benar cara penulisannya yaitu rida. Sehingga
terjemahannya menjadi:
Diriwayatkan dari Abi Sa'id al-Khudri r.a. beliau berkata, Rasulullah bersabda:
sungguh Allah berfirman (kepada semua penduduk surga): “Wahai para penghuni
65
Ezzeddin Ibrahim, 40 Hadist Qudsi Pilihan…, h. 130.
93
kami dan kebaikan ada dalam kekuasaan-Mu”, Allah berfirman, “Apakah kalian
membuat kami tidak rida wahai Tuhanku, sedangkan Engkau telah memberikan
nikmat yang tidak pernah Engkau berikan kepada orang lain dari makhlukm.”
kemudian Allah berfirman, “Maukah kalian Aku berikan nikmat yang lebih baik
dari itu semua?”, mereka menjawab, “Wahai Tuhanku, nikmat yang mana lagikah
yang lebih utama dari nikmat itu semua?”, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman,
Hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhari (begitu juga oleh Imam Muslim dan
Imam Tirmidzi).
94
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hadits Qudsi Pilihan, maka kami menyimpulkan bahwa terjemahan yang baik dan
efektif. Kalimat efektif sangat penting sekali untuk para penerjemah, karena tanpa
kasus tersebut adalah: (1) ambiguitas; (2) pemborosan kata; (3) ketidak variasian;
(4) kontiminasi atau kerancuan; (5) ketidak tepatan menggunakan kata istilah; (6)
kesalahan pesan; (7) pesan yang tidak diterjemahkan; (8) kalimat yang bertele-tele
(9) adanya kalimat yang tidak logis; (10) adanya ketidakefisien penggunaan kata;
(11) pemadanan yang tidak tepat; (12) penambahan yang tidak perlu.
95
Keefektifan kalimat sangat ditentukan oleh kesepadanan struktur,
sangat ditentukan oleh struktur kalimat yang lengkap, pilihan kata yang
digunakannya tepat dan sesuai, menggunakan ejaan yang benar dan struktur
B. SARAN
sebagai berikut:
sehingga bisa menunjukkan kalimat yang efektif dan mudah dipahami bagi
pembaca teks.
karya aslinya.
96
tersampaikan dalam Bsa dengan pemakaian tanda baca yang tepat, dan
Peneliti sadar bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
kritik dan saran sangat dibutuhkan, agar menjadi gambaran serta kaca
97
DAFTAR PUSTAKA
98
Muthalib, Abdul dkk. Tata Bahasa Mandar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1992.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1982.
Ramlan, M. Ilmu Bahasa Indonesia “Sintaksis”. Yogyakarta: CV Karyono. 1983.
Slamet, Imam Santoso. Seni Menggayakan Kalimat. Yogyakarta: Kanisius. 1990.
Sarosa. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks. 2012.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Kalam di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2010.
Shihab, Quraish. M. Menabur Pesan Ilahi Al-Quran dan Dinamika Kehidupan
Masyarakat. Jakarta: Lentera Hati. 2006.
Shihab, Quraish. M. Wawasan Al- Quran: Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat.
Bandung: Mizan Pustaka. 2007.
Sudarnoto, A. Rahman Eman. Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah. 1986. cetakan 1.
Sugono, Dendy. Mahir Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Kompas Gramedia.
2009.
Suhardi, Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
2013.
Syihabbudin. Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek). Bandung: Humaniora.
2005.
Walija. Bahasa Indonesia Komrehensif. Jakarta: Penebar Aksara. 1996.
99