You are on page 1of 12

Hipoventilasi

Keperawatan Sistem Respirasi

Oleh:

Kelompok 1

Latifa Hidayani A 1511311003

Syafira Aini 1511311008

Anisa Pujiati 1511311013

Haristio Maulana 1411311019

Olga Mairesta 1511312013

Syarifa Aini 1511312012

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Hipoventilasi“.

Dalam kesempatan ini tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.

Sebagai manusia penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari semua pihak
demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Padang, 20 September 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PNGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pernapasan................................................................................... 3


2.2 Pengertian Hipoventilasi ......................................................................... 5
2.3 Penyebab Terjadinya Hipoventilasi ........................................................ 7
2.4 Tanda dan Gejala Hipoventilasi .............................................................. 8
2.5 Terapi Hipoventilasi ................................................................................ 8
2.6 Central Hypoventilation (Sindrom Hipoventilasi) .................................. 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11


3.2 Saran........................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12


BAB II

PEMBAHASAN

3.1 Sistem Pernapasan


Sistem pernapasan (respirasi) berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk
kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Melalui peran respirasi oksigen
diambil dari atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen
dengan karbon dioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan didifusi masuk kapiler darah
untuk dimanfaatkan oleh sel dalam proses metabolism
Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfer, kemudian oksigen
masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring, laring, dan
selanjutnya masuk ke organ pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama,
bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus tersier (segmental), terminal bronkiolus, sampai
ke alveolus.
1) Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya
sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis
serta persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah
diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik, yang keluarnya dari medulla
spinalis pada vertebra servikal keempat. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena
adanya perbedaan tekanan udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer,
dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725 mmHg) daripada
tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli. Kepatenan
Ventilasi terganutung pada faktor:
a. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan
menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
b. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
c. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
d. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal
interkosa, otot abdominal.
2) Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi,
dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri
pulmonaris dari ventrikel kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi
dan ikut serta dalam proses pertukaan oksigen dan karbondioksida di kapiler dan
alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat
fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga
digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan darah
sistemik.
3) Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan
karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah
pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah.
Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan
tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya
pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial
pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk ke dalam
darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg
sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.
Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-
gelembung udara atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan
lobus inferior.
b. Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior.
(Syaifuddin, 1997). Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain
yang disebut Vestibula, dan di sini membrane pelapisnya mulai berubah
sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih. Dari
Vestibula berjalan beberapa Infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai
kantong-kantong udara itu. Kantong udara atau Alveoli itu terdiri atas satu lapis
tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hamper langsung bersentuhan
dengan udara hingga suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari Alveoli
dan pertukaran gas pun terjadi. (Evelyn C. P, 2002).
2.2 Pengertian Hipoventilasi
Hipoventilasi adalah kurangnya ventilasi dibandingkan dengan kebutuhan metabolik,
sehingga terjadi peningkatan PCO2 dan asidosis respiratorik. Hipoventilasi merupakan
penyebab hiperkapnia yang paling sering. Selain meningkatnya PaCO2 juga terdapat
asidosis respirasi yasng sebanding dengan kemampuan bufer jaringan dan ginjal. Penyebab
hipoventilasi global adalah overdosis obat yang menekan pusat pernafasan.
Dead space (VD), terjadi apabila daerah paru mengalami ventilasi dengan baik, tetapi
perfusinya kurang, atau pada daerah yang perfusinya baik tetapi mendapat ventilasi dengan
gas yang mengandung banyak CO2 Dead space kurang mampu untuk eliminasi CO2. Dead
space yang meningkat akan menyebabkan hiperkapnia. Keadaan ini terjadi apabila CO2
yang dikeluarkan oleh paru lebih kecil dari CO2 yang dihasilkan oleh jaringan sehingga
terjadi peningkatan kadar CO2 dalam darah (hiperkapnia). Hiperkapnia menyebabkan
peningkatan produksi asam karbonat dan menyebabkan peningkatan pembentukan H+ yang
akan menimbulkan keadaan asam yang disebut asidosis respiratorik.
Penyebab Gagal Nafas. Gagal nafas (yang menyebabkan hipoksemia dan atau
hiperkapnia), dapat juga disebabkan karena obstruksi saluran nafas, disfungsi parenkim paru
dan ventilatory pump failure. Supaya pernafasan menjadi efektif, perlu tekanan intrapleura
yang negatif, dan keadaan ini dihasilkan oleh kerja otot nafas dengan iga.
Hipoventilasi juga dapat terjadi apabila otot inspirasi diafragma dan iga dinding toraks
berkontraksi secara asinkron (pada paralisis diafragma, kuadriplegia, stroke akut). Sebagai
penyebab utama disfungsi pump pernafasan adalah kekuatan otot yang menurun. Ketahanan
serabut otot ditentukan oleh keseimbangan antara suplai nutrisi dengan kebutuhannya. Otot
pernafasan yang kekurangan nutrisi bekerjanya menjadi inefisien dan lelah.

2.3 Penyebab Terjadinya Hipoventilasi


Hypoventilasi sering terjadi karena gangguan pada :
a. jalan atas : obstruksi, aliran udara terhambat
b. rongga thorax : gangguan gerak karena nyeri operasi, farktur costae,pleister lebar
jaringan ketal. pneumothorax dan pleural effusion
c. jaringan paru : atelektasis
d. otot nafas : paralyse diaphragma / otot nafas lain karena obat pelumpuh otot
myasthenia gravis
e. syaraf nafas : kerusakan N-phrenicus, polio, anestesi spinal
f. pusat nafas : depresi sentral nafas karena obat anestesi, narkotik, sedatif,
trauma alcohol

Dengan pemberian O2, hipoksia berkurang (p02 naik) tetapi pCO2 tetap atau naik. Pada
hipoventilasi ringan. pemberian O2 bermanfaat. Sedangkan pada hipoventilasi berat jusrtu
mengakibatkan paradoxical apnea, sehingga penderita jadi apnea setelah diberi oksigen.

2.4 Tanda dan Gejala Hipoventilasi


 Pusing
 Nyeri kepala (dapat dirasakan di daerah oksipital hanya saat terjaga)
 Letargi
 Disorientasi
 Penurunan kemampuan mengikuti instruksi
 Disritmia jantung
 Ketidakseimbangan elektrolit
 Konvulsi
 Koma
 Henti Jantung
2.5 Mekanisme Hipoventilasi

Hipoventilasi adalah ketidakcukupan ventilasi alveoli ( ventilasi tidak mencukupi


kebutuhan tubuh ), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat
terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari
beberapa obat. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Apabila
ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis akan menghasilkan
hipoventilasi. Atelektasis merupakan kolaps alveoli yang mencegah pertukaran oksigen dan
karbon dioksida dalam pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih
sedikit dan menyebabkan hipoventilasi. Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru,
pemberian oksigen yang berlebihan dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini
beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida yang tinggi dan kemoreseptor yang peka pada
karbondioksida pada hakikatnya tidak berfungsi. Klien ini terstimulus untuk bernapas jika
PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen yang diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen
dipenuhi dan stimulus untuk bernapas negative. Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya
lebih besar dari 24% sampai 28%[1 sampai 3 liter]) mencegah penurunan PaO2 dan
menghilangkan stimulus untuk bernapas, sehingga terjadi hipoventilasi. Retensi CO2 yang
berlebihan menyebabkan henti napas.

H2O + CO2 ↔H2CO3↔H++ HCO3-

Penurunan PCO2 atau konsentrasi ion H+ akan meningkatkan pH. Sebagai akibatnya,
terjadi penekanan pusat pernapasan di medula dan pernapasan menjadi lebih dangkal dan
lambat. Kesetimbangan persamaan akan terdorong ke kanan dan menyebabkan akumulasi
karbon dioksida sehingga mengembalikan nilai normal.
2.6 WOC Hipoventilasi

2.7 Terapi Hipoventilasi


Terapi yang benar pada hipoventilasi adalah:
1. Membebaskan jalan nafas
2. Memberikan oksigen
3. Menyiapkan nafas buatan
4. Terapi causal penyebabnya
Terapi untuk menangani hipoventilasi dimulai dengan mengobati penyebab yang
mendasari gangguan tersebut, kemudian tingkatkan oksigenasi jaringan, perbaiki
fungsi ventilasi, dan upayakan keseimbangan asam-basa.
Apabila tidak ditangani, maka kondisi klien akan menurun dengan cepat. Akibatnya,
dapat terjadi kebingungan, tidak sabar dan kematian.

2.8 Central Hypoventilation (Sindrom Hipoventilasi)


Central Hypoventilation atau yang juga dikenal dengan kutukan Ondine adalah gangguan
kontrol otomatis pernapasan.Dimana penderita yang mengalami penyakit ini akan berhenti
bernafas jika sedang dalam keadaan terlelap. Gejala yang dialami bayi jika memiliki
penyakit ini adalah berikut.
 Tidak banyak bernafas, terutama saat tidur
 Abnormal pupils (70% of individuals)
 Kesulitan makan karena refluks asam dan menurunkan motilitas usus
 Gangguan usus yang disebut penyakit Hirschsprung (20% dari individu), di mana
bagian dari usus besar tidak memiliki saraf. Untuk dapat diagnosa Central
Hypoventilationnya, seseorang harus memenuhi persyaratan berikut.
 Bukti tidak bnyak bernafas saat tertidur.
 Gejala dimulai selama tahun pertama kehidupan
 Tidak ada kondisi pernafasan atau otot lain yang dapat menjelaskan kesulitan
bernapas
 Tidak ada bukti penyakit jantung
Jika bayi diduga memiliki sindrom hipoventilasi, sebuah studi tidur dilakukan
untuk menentukan seberapa parah kesulitan bernafas. Tes khusus lainnya dari
fungsi pernafasan bisa dilakukan juga. Pemeriksaan jantung dan neurologis
lengkap dilakukan untuk menyingkirkan jenis lainnya gangguan. Diagnosis
dini dan pengobatan yang penting untuk mencegah komplikasi serius yang
disebabkan oleh periode oksigen rendah atau tidak ada. Pengobatan berfokus
pada penyediaan dukungan bernapas, biasanya melalui penggunaan alat
pernapasan (ventilator).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar
menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis akan menghasilkan hipoventilasi.
Atelektasis merupakan kolaps alveoli yang mencegah pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dalam pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit
dan menyebabkan hipoventilasi.
Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan
dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida
yang tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbondioksida pada hakikatnya tidak
berfungsi. Klien ini terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen
yang diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk bernapas
negative. Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari 24% sampai 28%[1
sampai 3 liter]) mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk bernapas,
sehingga terjadi hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan henti napas.

3.2 Saran

Diharapakan sebagai mahasiswa keperawatan dapat memahami dan mengerti


mengenai hipoventilasi ini sehingga dapat menjalankan asuhan keperawatan yang
bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Asril. 1990. Tuberkulosis Paru. Dalam: Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Editor: Soeparman,
dkk. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Kozier, Barbara, Glenora Erb, Kathleen Blais, Judith Wilkinson. 1995. Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process and Practice 4th Edition. Canada: Addison-Wesley Publishing
Company.

Taylor C., Lilis C., Le Mone P. 1997. Fundamentals of Nursing: The Art and Science of Nursing
Care. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.

You might also like