You are on page 1of 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN BRONKOPNEUMONIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak di Ruang Melati RSUD
Kartini Jepara

OLEH :

Intan Cahya Alfiana


22020111130053
Kelompok 12
A11.2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
BRONKOPNEUMONIA

A. DEFINISI BRONKOPNEUMONIA
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne
C,2002).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan
oelh bakteri, virus, jamur, atau benda asing dengan manifestasi klinis panas yang
tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta btuk kering
dan produktif (Hidayat, 2008)
Bronkopnemonia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu peradangan
parenkim paru yang melibatkan bronkus /bronkiolus yang berupa distribusi bercak-
bercak (patchy distribution. Konsolidasi bercak ini biasanya berpusat di sekitar
bronkus yang mengalami peradangan multifocal atau bilateral (Putri, 2010).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan terjadi pada jaringan paru
melalui cara penyebaran langsung dari saluran pernapasan atau hematogen sampai
ke bronkus )Sujono dan Sukarmin 2009 dalam Rufaedah 2010).
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang merupakan
inflamasi akut pada parenkim paru yang dimulai pada ujung bronkiolus dan
mengenai ,lobuslus terdekat (Muscari, 2005).
Bronkopneumonia merupakan infeksi bacterial atau varial yang disebbakan
baik mikroorganisme gram-positif ataupun gram-negatif yang ditandai dengan
bercak-bercak konsolidasi eksudatif pada parenkim paru (Mitchell et al, 2009).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di
bronkeoli terminal. Bronkopneumonia termasuk jenis infeksi paru yang disebabkan
agen infeksius dan terdapat pada daerah bronkus dan sekitar alveoli (Nurarif dan
Kusuma, 2013).
Jadi bronkopneumonia adalah salah satu jenis infeksi atau inflamasi pada
paru (pneumonia) yang meluas ke daerah bronkus dan disebabkan oleh bakteri atau
virus.

B. ETIOLOGI
Menurut perantaranya, bronkopneumonia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001).
Bronkopneumonia dapat juga dikatakan sebagai suatu peradangan pada
parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Penyebab paling sering
adalah stafilokokus, streptococcus, H. influenza, Proteus sp dan pseudomonas
aeruginosa (Putri, 2011).
C. MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian
atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat
celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,
dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta
sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk
biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-
mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik
tetapi dengan adanya nafs dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik
tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan
kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus
dan sedang. (Ngastiyah, 2005).
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
D. PEMERIKSAAN FOKUS
Pengkajian fokus
a. Demografi meliputi : nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas,
disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama
minimum 3 bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum
(hijau, putih/kuning) dan banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi
dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna kulit pucat dengan
sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita
kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu
terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam
jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
f. Pola pengkajian
1) Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3
bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau,
putih/ kuning) dan banyak sekali. Riwayat pneumonia berulang, biasanya
terpajanpada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya
rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun,
serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan ( misalnya : meninggikan bahu,
retraksi supra klatikula, melebarkan hidung)
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP
( bentuk barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi : crackels lembab, kasar
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung /
takikardi berat, disritmia Distensi vena leher (penyakit berat) edema
dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung redup ( yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP
dada).
Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat
dapat menunjukan anemia.
3) Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema)
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda : Turgor kulit buruk
Berkeringat
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4) Aktifitas / istirahat
Gejala : Keletihan, keletihan, malaise, Ketidakmampuan melakukan
aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk
tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi . Dispnea pada saat
istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan, Gelisah/ insomnia, Kelemahan umum / kehilangan
masa otot
5) Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup, Ansietas, ketakutan, peka rangsang
6) Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan
aktifitas sehari- hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7) Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / factor lingkungan. Adanya
infeksi berulang.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif dan Hardhi (2013), untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan dapat dilakukan pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
c. Analisa gas darah
d. Kultur darah
e. Sampel darah, sputum dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgen Thorax
b. Laringoskopi/ bronkoskopi
Sedangkan menurut Muscari (2005), temuan yang sering muncul pada saat
pemeriksaan diagnostik dan laboratorium antara lain sebagai berikut :
1. Foto sinar-x dada akan menunjukkan infiltrasi difus atau bercak, konsolidasi,
infiltrasi menyebar luas atau bercak berkabut, bergantung jenis pneumonia.
2. HDL dapat menunjukkan peningkatan SDP.
3. Kultur darah, pewarnaan Gram, dan kultur sputum dapat menentukan organisme
penyebab.
4. Titer antistreptolisin-O (ASO) positif merupakan pemeriksaan diagnostik
pneumonia streptokokus.
F. Patofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru
melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam
alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada
dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar
secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini dapat
dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada
perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan
(eksudat masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah
fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang berdekatan
mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi konsolidasi
di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih ada
bahkan dapat berubah menjadi pus.
4. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali
pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 dalam putri 2011).
Menurut Muscari (2005) Bronkopneumonia berasal dari pneumonia yang
meluas peradangannya sampai ke bronkus. Bronkopneumonia biasanya diawali dengan
infeksi ringan pada saluran pernapasan atas, seiring dengan perjalanan penyakit maka
hal itu akan menyebabkan peradangan parenkim.
G. Pathway
Jamur, virus, bakteri, protozoa

- Penderita yang dirawat di RS


- Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh
- Kontaminasi peralatan RS
Saluran pernapasan atas

Kuman berlebih di bronkus Kuman masuk melalui Stimulasi leukosit oleh Penge- Naiknya
peredaran darah pirogen eksogen luaran termo-
Pelepasan histamin (bakteri/virus/jamur) pirogen stat
Kuman terbawa di saluran cerna endogen Hipertermia
Peningkatan peristaltic (36,4-37,50 C)
Proses peradangan
Usus  Malabsorbsi
Rangsangan pada mukosa untuk memproduksi mukus Peningkatan flora normal dalam usus
Peningkatan metabolisme
Diare
Akumulasi secret di bronkus
Mucus bronkus meningkat Kehilangan cairan aktif
Ketidakefektifan bersihan
jalan napas Bau mulut tidak sedap Infeksi saluran
Resiko kekurangan volume cairan
Suara napas tambahan (+) pernapasan bawah
Anoreksia
(Ronkhi, crackles.)
Intake kurang

Eksudat plasma masuk Dilatasi pembuluh darah


Ketidakseimbangan nutrisi alveoli Gangguan pertukaran gas
kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan difusi dalam plasma PaO2 pada bayi: 45-95 mmHg
PaCO2 normal pada bayi : 27-40 mmHg
Edema paru Iritan PMN eritrosit pecah
Edema antara kapiler dan alveoli

Pergeseran dinding paru Penurunan capiliance paru

Suplai O2 menurun

Hiperventilasi Hipoksia

Dispneu Metabolic anaerob meningkat

H. Penatalaksanaan Medis
Retraksi dada/ napas cuping hidung Akumulasi asam laktat

Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan menurut Mansjoer (2000) :


Ketidakefektifan pola napas Fatique
1. Oksigen
RR normal 1-2
: 40-60liter per menit
x/menit

2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui
Intoleransi aktivitas
(Nurarif dan Hardhi, 2013)
selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk transport muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit
Sedangkan penatalaksanaan umum keperawatan pada klien bronkopneumonia
adalah sebagai berikut menurut Hidayat (2008):
1. Latihan batuk efektif atau fisioterapi paru
2. Pemberian oksigenasi yang adekuat
3. Pemenuhan dan mempertahankan kebutuhan cairan
4. Pemberian nutrisi yang adekuat
5. Penatalaksanaan medis dengan medikasi, apabila ringan tidak perllu antibiotic.
Tetapi, apabila penyakit masuk stadium berat klien harus dirawat inap. Makah al
yang perlu diperhatikan adalah pemilihan antibiotic berdasarkan usia, keadaan
umum, dan kemungkinan penyebab. Antibiotic yang mungkin diberikan adalah
penosolin prokain dan kloramfenikol atau kombinasi ampisilin dan kloksasilin
atau eritromisin dan kloramfenikol dan sejenisnya.

I. RENCANA KEPERAWATAN
Dx. Tujuan dan
No Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan Respiratory status : Airway suction (3160)
napas b.d mucus Ventilation (0403) 1. Pastikan kebutuhan
dalam jumlah Respiratory status : Airway oral/tracheal suctioning
berlebihan patency (0410) 2. Auskultasi suara napas
Kriteria hasil : sebelum dan sesudah
1. Mendemonstrasikan batuk suctioning
efektif dan suara napas 3. Informasikan kepada klien
yang bersih, tidak ada dan keluarga tentang
sianosis dan dispneu suctioning
(mampu mengeluarkan 4. Minta klien napas dalam
sputum, mampu bernapas sebelum melakukan
dengan mudah, tidak ada suctioning
pursed lip) 5. Berikan O2 dengan
2. Menunjukkan jalan napas menggunakan nasal
yang paten (Klien tidak 6. Anjurkan pasien untuk
merasa tercekik, irama istirahat dan napas dalam
napas, frekuensi setelah kateter dikeluarkan
pernapasan dalam rentang dari nasotrakeal
normal, tidak ada suara 7. Monitor status oksigen
napas abnormal) pasien
3. Mampu mengidentifikasi 8. Anjurkan keluarga
dan mencegah factor yang bagaimana melakukan
dapat menghambat jalan suction
napas. 9. Hentikan suction dan berikan
oksigen apabila psien
menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll
Airway Management (3140)
1. Buka jalan napas
menggunakan teknik lift atau
jaw thrust bila perlu.
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan napas
buatan.
4. Lakukan fisioterapi dada bila
perlu.
5. Keluarkan secret dengan
batuk atau suction
6. Auskultasi suara napas, catat
adanya suara tambahan.
7. Berikan bronkodilator bila
perlu
8. Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan status
O2
2. Gangguan NOC NIC
pertukaran gas b.d Respiratory status : Gas Airway Management (3140)
ventilasi-perfusi. Exchange (0402) 1. Buka jalan napas
Respiratory status : menggunakan teknik lift atau
ventilation(0403) jaw thrust bila perlu.
Vital sign status (0802) 6. Posisikan pasien untuk
Kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi
1. Klien mampu 7. Identifikasi pasien perlunya
mendemonstrasikan pemasangan alat jalan napas
peningkatan ventilasi dan buatan.
oksigenasi yang adekuat 8. Lakukan fisioterapi dada bila
2. Memelihara kebersihan perlu.
paru-paru dan bebas dari 9. Keluarkan secret dengan
tanda-tanda distress batuk atau suction
pernapasan 10. Auskultasi suara napas, catat
3. Mendemonstrasikan batuk adanya suara tambahan.
efektif dan suara napas 11. Berikan bronkodilator bila
yang bersih, tidak ada perlu
sianosis dan dispneu 12. Atur intake cairan untuk
(mampu mengeluarkan mengoptimalkan
sputum, mampu bernapas keseimbangan.
dengan mudah, tidak ada 13. Monitor respirasi dan status
pursed lip) O2
4. Tanda-tanda vital dalam Respiratory Monitoring (3350)
rentang normal 1. Monitor rata-rata kedalaman,
irama dan usaha respirasi.
2. Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunana
otot tambahan, retraksi otot
subklavikular dan
interkostal.
3. Monitor suara napas seperti
dengkur
4. Monitor pula pola napas
bradipneu, takipneu,
hiperventilasi,cheyne stoke
5. Monitor otot diafragma
(gerakan paradoksis)
6. Auskultasi suara napas, catat
area penurunan/ tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan.
7. Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi
crackels dan ronkhi pada
jalan napas.
8. Auskultasi suara paru untuk
mengetashui hasil tindakan

3. Intoleransi NOC NIC


aktivitas b.d Energy conservation (0002) Activity therapy (4310)
ketidakseimbanga Activity tolerance (0005) 1. Kolaborasikan dengan tenaga
n antara suplai Self care: ADLs (0300) rehabilitasi medik dengan
dan kebutuhan Kriteria hasil : merencanakan program yang
oksigen 1. Berpartisipasi dalam tepat.
aktivitas fisik tanpa 2. Bantu klien untuk
disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas
tekanan darah, nadi dan yang mampu dilakukan.
RR 3. Bantu memilih aktivitas yang
2. Mampu melakukan konsisten sesuai dengan
aktivitas sehari-hari kemampuan fisik, psikologi
(ADLs) secara mandiri. dan social
3. Tanda-tanda vital normal 4. Bantu untuk mengidentifikasi
4. Energy psikomotor dan mendapatkan sumber
5. Level kelemahan yang diperlukan untuk
6. Mampu berpindah: dengan aktivitas yang diinginkan.
atau tanpa bantuan alat 5. Bantu klien membuat jadwal
7. Status kardiopulmonari latihan di waktu luang.
adekuat 6. Bantu keluarga untuk
8. Sirkulasi status baik mengidentifikasi kekurangan
9. Status respirasi: pertukaran dalam beraktivitas
gas dan ventilasi adekuat 7. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual.
4. Ketidakseimbang NOC NIC
an nutrisi kurang Nutritional status: food and Nutrition Management (1100)
dari kebutuhan fluid intake (1008) 1. Kaji adanya alergi makanan
tubuh b.d Nutritional status: nutrient 2. Kolaborasi dengan hali gizi
ketidakmampuan intake (1009) untuk menentukan jumlah
menelan makanan Weight control (1006) kalori dan nutrisi yang
Kriteria hasil : dibutuhkan pasien.
1. Adanya peningkatan berat 3. Anjurkan pasien untuk
badan sesuai dengan meningkatkan protein dan
tujuan vitamin C
2. Berat badan ideal sesuai 4. Berikan subtansi gula.
dengan tinggi badan 5. Yakinkan diit yang dimakan
3. Mengidentifikasi mengandung tinggi serat
kebutuhan nutrisi untuk mencegah konstipasi
4. Tidak ada tanda-tanda mal 6. Ajarkan pasien/keluarga
nutrisi untuk membue=at catatan
5. Menunjukan peningkatan makanan harian
fungsi pengecapan dari 7. Berikan informasi tentang
menelan. kebutuhan nutrisi
6. Tidak terjadi penurunan 8. Kaji kemampuan pasien untuk
BB yang berarti mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring(1160)
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah.
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan kadar Ht
11. Monitor pucat, kemerahan
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Catat adanya edema,
hipereremik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas oral.
13. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet.
5. Hipertermia b.d NOC: NIC
proses penyakit - Thermoregulation (0800) Penanganan Demam (3740)
1. Monitor suhu setiap 4 jam
Setelah dilakukan tindakan sekali
2. Monitor kehilangan cairan
keperawatan selama 3x24 jam 3. Monitor warna kulit dan
klien menunjukan suhu
4. Monitor tekanan darah,
Thermoregulasi yang baik denyut jantung, dan
dengan criteria hasil sebagai respirasi, jike dibutuhkan
5. Monitor level kesadraan
berikut : 6. Monitor nilai WBC, Hgb,
dan HCt
1. HR klien dalam rentang 7. Monitor masukan dan
keluaran cairan
normal (Neonatus 120-
8. Beri obat antiseptik, jika
140 rpm) dibutuhkan
9. Beri obat penurun panas
2. Suhu tubuh klien dalam
10. Ganti pakaian pasien
batas normal (36,5 – dengan pakaian tipis
11. Kaji peningkatan
37,50 C untuk aksila)
pengeluaran dan masukkan
3. Tidak ada perubahan dari cairan
12. Beri cairan IV
warna kulit
13. Aplikasikan compress
4. RR dalam batas normal hangat dengan handuk di
lipatan paha dan ketiak
(30-60 rpm)

6. Resiko NOC : Fluid Management (4120)


1. Kaji cairan yang disukai klien
Kekurangan - Fluid Balance (0601)
dalam batasan diet.
Volume Cairan - Hydration (0602)
2. Rencanakan target pemberian
b.d kehilangan Setelah dilakukan intervensi
asupan cairan untuk setiap sif,
volume cairan selama 3 x 24 jam klien
misalnya siang 1000 ml, sore
aktif terbebas dari resiko
800ml, dan malam 200ml.
kekurangan cairan dengan 3. Kaji pemahaman klien tentang
criteria hasil sebagai berikut : alasan atau pentingnya
1. Mempertahankan urine mempertahankan hidrasi yang
output sesuai usia dan BB adekuat dan metode yang dapat
2. Tanda-tanda vital dalam digunakan untuk
batas normal mempertahankan hidrasi yang
3. Tidak ada tanda-tanda adekuat.
4. Catat asupan dan haluaran.
dehidrasi (elastisitas kulit
5. Pantau asupan cairan per oral,
baik, mukosa lembab, dan
minimal 1500ml/24 jam.
tidak ada rasa haus 6. Pantau haluaran cairan,
berlebihan). minimal 1000-1500ml/24 jam.
Pantau penurunan berat jenis
urine.
7. Timbang berat badan setiap
hari pada waktu yang sama dan
dengan mengenakan pakaian
yang sama. Penurunan BB 2% -
4% menunjukkan dehidrasi
ringan; penurunan BB 5% - 9%
menunjukkan dehidrasi sedang.
8. Pantau kadar elektrolit urine
dan serum, BUN, dan
osmolalitas, kreatinin,
hematrokit, dan hemoglobin.
9. Jelaskan bahwa kopi, teh, dan
jus buah anggur merupakan
diuretik dan dapat
menyebabkan kehilangan
cairan.
10. Pertimbangkan pengeluaran
cairan lain akibat demam,
diare, dan drainase tubuh.

7. Ketidakefektifan NOC : NIC :


pola napas b.d - Respiratory Status :
- Airway Management (3140)
hiperventilasi Airway Pattency(0410)
1. Buka jalan napas
- Vital Sign Status (0802)
menggunakan teknik lift atau
Setelah dilakukan intervensi
selama 3 x 24 jam klien akan jaw thrust bila perlu.
menunjukkan pola napas yang 2. Posisikan pasien untuk
efektif, dengan KH : memaksimalkan ventilasi
1. TTV dalam batas normal 3. Identifikasi pasien perlunya
2. Irama dan frekuensi napas pemasangan alat jalan napas
dalam rentang normal buatan.
3. Tidak suara napas 4. Lakukan fisioterapi dada bila
tambahan perlu.
4. Tidak ada pernapasan bibir 5. Keluarkan secret dengan
dan cuping hidung batuk atau suction
6. Auskultasi suara napas, catat
adanya suara tambahan.
7. Berikan bronkodilator bila
perlu
8. Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan status
O2
Oxigen Therapy(3320)
1. Atur peralatan oksigenasi
2. Monitor aliran oksigen
3. Pertahankan posisi klien
4. Observasi adanya tanda tanda
hipoventilusi
5. Monitor adanya kecemasan
klien terhadap oksigenasi
Vital Sign Monitoring (6680)
1. Monitor TD, nadi, suhu dan
RR klien
2. Monitor kualitas nadi
3. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
4. Monitor suara paru
5. Monitor pola pernapasan
abnormal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the
management of Common Childhood Illnesses 2th Edition. Switzerland: WHO.
http://www.ichrc.org/sites/www.ichrc.org/files/pocket%20book%20high
%20res_0.pdf
Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin Ed.3. Jakarta: EGC.
Dwijaya, A. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu dalam Pemberian
Parasetamol kepada Anak sebagai Penatalaksanaan Awal Demam di Kelurahan
Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Medan. Medan : Repository USU.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdf diakses
pada tanggal 30 Maret 2014 pukul 19.00 WIB.
Ghofarina, Ruffaedah. 2011. Asuhan Keperawatan Anak pada An.Z dengan
Bronkopneumonia di R.Lukman RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Digilib
Unimus: Semarang. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-
ruffaedahg-6294-2-babii.pdf diakses pada tanggal 25 Maret 2013 pukul 01. 50 am.
Hertman, T.Heather. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions and Classifications 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
diakse pada tanggal 30 Maret 2014 pukul 20.00 WIB.
M., Gloria Bulechek & Joanne M. Dochterman. 2008. Nursing Interventions Classification
(NIC). Ed. 5. Mosby : United States of America

Mitchell, Richard N et al. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins dan Cotran
ed.7. Jakarta : EGC.
Moorhead, Sue, dkk (ed). 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed. 5 . Mosby :
United States of America.

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Ed.3. Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC – NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Putri, ES. 2011.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20330/4/Chapter%20II.pdf
. diakses tanggal 25 Maret 2013 pukul 01.45 am.
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak Ed.1. Graha Ilmu :
Jogjakarta.
Soemantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sisem Pernapasan. Jakarta: Salemba.

You might also like