You are on page 1of 10

MULTIPLIKASI TUNAS IN VITRO DARI EKSPLAN NODUS JERUK SIAM

(Citrus nobilis LOUR.) ASAL KAMPAR DENGAN PENAMBAHAN


BENZYLAMINOPURINE (BAP) DAN EKSTRAK MALT

Siti Rohmawati1, Siti Fatonah2, Mayta Novaliza Isda2


1
Mahasiswa Program Studi S1 Biologi
2
Dosen Botani Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
Rachmawatisidiq@gmail.com

ABSTRACT

Citrus nobilis Lour. from Kampar is a famous citrus plant in Riau province, that is
highly demanded by many people in Riau. However, the plantation area of citrus
decrease due to disease attack. In order to recover this condition, it is necessary to
provide citrus seedlings in large quantities. The conventional propagation requires a
lot of plants and takes a long time, therefore the in vitro propagation is necessary.
This study aimed to find the effects and to determine best concentration BAP alone
or in combination with malt extract to shoot multiplication nodal explants in vitro
Citrus nobilis Lour. This experiment was designed using a randomized block design
(RBD). The treatment was giving BAP alone or in combination with malt extract.
The results showed that the best treatment for shoot multiplication was in MS
medium suplemented with 0.5 mg / l BAP that produced the highest number of
shoots (5 shoots per explant) with number of leaves was (2 leaves per eksplan).
Supply malt extract was not goot to increase number of shoot.

Keywords : Citrus nobilis, nodal, BAP, malt extract, shoot multiplication

ABSTRAK

Citrus nobilis Lour. asal Kampar merupakan tanaman jeruk Siam yang terkenal di
Provinsi Riau, jeruk ini banyak digemari oleh masyarakat Riau. Namun, terjadi
penurunan luas tanam yang disebabkan oleh serangan penyakit. Untuk memperbaiki
kondisi ini, perlu pengadaan bibit jeruk dalam jumlah banyak. Perbanyakan secara
konvensional memerlukan tanaman induk yang banyak dan waktu yang lama
sehingga perlu dilakukan perbanyakan secara kultur in vitro. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan pengaruh dan konsentrasi terbaik pemberian BAP tunggal
maupun kombinasi dengan ekstrak malt dalam memacu multiplikasi tunas dari
eksplan nodus in vitro jeruk Siam Citrus nobilis Lour. Penelitian ini menggunakan
1
Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan berupa pemberian BAP tunggal
maupun kombinasi dengan ekstrak malt yang terdiri dari 10 taraf. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian 0,5 mg/l BAP tunggal terbaik
dalam menghasilkan jumlah tunas (5 tunas/eksplan) dengan menghasilkan jumlah
daun 2 helai daun. Penambahan ekstrak malt belum mampu meningkatkan jumlah
tunas.

Kata kunci : Citrus nobilis, nodus, BAP, ekstrak malt, multiplikasi tunas

PENDAHULUAN perbanyakan secara in vitro. Teknik in


vitro merupakan salah satu alternatif
Jeruk siam (Citrus nobilis Lour.) yang dapat dilakukan karena mampu
merupakan salah satu anggota jeruk menghasilkan bibit dalam jumlah
keprok yang berasal dari Muangthai. Di banyak, waktu yang tergolong singkat
Provinsi Riau, jeruk siam yang terkenal dan bibit yang dihasilkan memiliki sifat
adalah jeruk siam asal Kampar. Jeruk yang sama dengan induknya (Sandra
siam ini memiliki rasa yang mani segar, 2012).
harum dan memiliki kulit buah yang Suatu bentuk aplikasi dari teknik
tipis sehingga menjadi ciri khas yang kultur in vitro yang bertujuan untuk
membedakan dari jeruk lain (Setiawan perbanyakan tanaman disebut dengan
dan Trisnawati 2003). Saat ini terjadi mikropropagasi (Zulkarnain 2009).
kendala penurunan luas tanam dan Tahapan awal dari mikropropagasi
produktivitas jeruk siam Kampar yang adalah induksi tunas. Salah satu eksplan
diakibatkan oleh serangan penyakit yang dapat digunakan untuk induksi
CVPD (Citrus Vein Phloem tunas adalah biji. Tahapan selanjutnya
Degenaration) dan Phytopthora sp. setelah induksi tunas adalah multiplikasi
Pada tahun 2007 tanaman jeruk yang tunas. Multiplikasi merupakan salah
tersisa tinggal 162.290 pohon yang satu perbanyakan untuk membantu
tersebar di beberapa Kecamatan dengan penyediaan bibit jeruk siam Kampar
produktivitas 2.143,7 ton per tahun dalam jumlah yang banyak.
(Balitbang 2011). Perlu upaya untuk Keberhasilan perbanyakan bibit
mempertahankan tanaman jeruk siam secara in vitro dipengaruhi oleh
asal Kampar, maka dari itu perlu beberapa faktor diantaranya eksplan,
pengadaan bibit dalam jumlah banyak umur kultur, metode kultur, jenis dan
dan seragam. Pengadaan bibit jeruk konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT)
siam asal Kampar perlu penanganan serta jenis media. Penggunaan eksplan
tersendiri karena secara konvensional nodus diharapkan dapat menginduksi
memerlukan waktu yang relatif lama tunas yang banyak seperti pada
dan menghasilkan jumlah bibit yang kotiledon. Tunas in vitro jeruk siam asal
sedikit. Salah satu alternatif yang dapat Kampar hasil induksi telah di lakukan
membantu dalam penyediaan bibit jeruk multiplikasi tunas oleh Simamora
siam asal Kampar adalah dengan (2012) dengan perlakuan pemberian
2
BAP tunggal konsentrasi (1, 2, 3, 4 dan nitrogen dalam sel dan pengambilannya
5 mg/l) dan kombinasi dengan NAA (0, jauh lebih mudah dibandingkan ion
0,5, 1 dan 2 mg/l) di dapatkan hasil nitrogen organik (George dan
terbaik pada perlakuan BAP 3 mg/l + Sherington 1984). Ekstrak malt secara
NAA 0,5 mg/l dengan jumlah tunas komersial digunakan pada tingkat 0,5 –
multiplikasi yaitu 2,0 dan tinggi tunas 1 g/l (Carimi et al. 1998). Pada
1,4 cm dengan persentase hidup 80%. penambahan 500 mg/l ekstrak malt dan
Media yang sering digunakan dalam 1,5 mg/l BAP juga mampu
kultur in vitro adalah media Murashige meningkatkan jumlah tunas dari eksplan
Skoog (MS). Media MS merupakan nodus pada jeruk Citrus jambhiri (Kour
salah satu media dasar yang memiliki dan Singh 2012).
komponen penting seperti konsentrasi Berdasarkan beberapa penelitian
garam yang tinggi, vitamin dan ZPT Tersebut maka perlu dilakukan
(Sandra 2012). multiplikasi tunas untuk meningkatkan
Zat pengatur tumbuh berfungsi jumlah tunas yang terbentuk dari
untuk menstimulasi pertumbuhan eksplan nodus in vitro jeruk siam
eksplan, misalnya pertumbuhan tunas. Kampar dengan penambahan berbagai
Menurut Badriah et al. (1998) sitokinin konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP
berpengaruh terhadap inisiasi tunas dan dan pemberian ekstrak malt.
panjang tunas. Sitokinin juga dapat
memicu pembentukan tunas samping, METODE PENELITIAN
pelebaran daun dan merangsang
pembentukan pucuk. Jenis zat pengatur Penelitian ini dilaksanakan pada
tumbuh sitokinin yang paling sering bulan Februari hingga Mei 2015,
dipakai adalah BAP bertempat di Laboratorium Terpadu,
(benzylaminopurine) karena memiliki Jurusan Biologi Fakultas Matematika
efektivitas yang tinggi (Yusnita 2003). dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Hasil penelitian Samanhudi et al. (2010) Universitas Riau, kampus Bina Widya,
dengan pemberian BAP tunggal pada Simpang Baru Kecamatan Tampan
konsentrasi rendah sampai 1 mg/l Pekanbaru.
mampu meningkatkan jumlah tunas Alat yang digunakan antara lain
yang terbentuk. Pada jeruk siam Citrus peralatan gelas (botol kultur, gelas ukur,
nobilis asal Tawangmangu dari eksplan gelas kimia, cawan petri, erlenmeyer)
nodus di dapatkan hasil tunas terbanyak dan peralatan diseksi yaitu pinset,
dengan penambahan 0,5 mg/l BAP. gunting dan scalpel, pH meter, lampu
Penambahan berbagai macam ekstrak bunsen, sprayer, batang pengaduk,
organik pada media kultur sering spatula, panci enamel, oven dan
memberikan respon pertumbuhan yang timbangan analitik (Kern) tipe ABJ
diinginkan. Ekstrak malt merupakan 120-4M, hot plate (Pselecta) tipe
sumber dari karbohidrat yang 048432, Autoclaf (All American) tipe
mengandung asam amino yang dapat 25X-2, Laminar air flow cabinet
menyediakan secara cepat sumber (LAFC) (Lab Tech).
3
Bahan-bahan yang digunakan Hasil penelitian dapat dilihat dari
sebagai eksplan adalah nodus in vitro parameter pertumbuhan yaitu pesentase
berumur enam minggu hasil induksi eksplan yang hidup, persentase eksplan
tunas dari eksplan kotiledon biji, media membentuk tunas (%) dan pertumbuhan
MS (Murashige and Skoog 1962) tunas yang meliputi: jumlah tunas dan
kemasan 10 liter, agar, gula, ekstrak jumlah daun.
malt, bakterisida, fungisida, detergen,
iodine Na-hipoklorit, tween 20%, 1. Persentase eksplan yang hidup
alkohol 70%, spritus, HCL 1N, NaOH (%) dan persentase
1N, BAP, akuades, kertas label, kertas pembentukan tunas (%)
saring, karet gelang dan aluminum foil.
Penelitian menggunakan RAK Hasil penelitian yang telah
(Rancangan Acak Kelompok) yang dilakukan terhadap eksplan nodus in
terdiri dari 10 kombinasi perlakuan vitro Citrus nobilis Lour. pada media
dengan 3 ulangan yang meliputi MS (Murashige Skoog) dengan
persiapan dan sterilisasi alat, pembuatan pemberian perlakuan konsentrasi zat
media, persiapan dan penanaman pengatur tumbuh BAP
eksplan serta pemeliharaan dilakukan (Benzylaminopurine) dan ekstrak malt
dengan menjaga ruang inkubasi agar baik tunggal maupun kombinasi pada
kondisinya selalu bersih dan steril. 50 hst, didapatkan hasil persentase
Pemeliharaan ruang inkubasi dengan eksplan yang hidup dan pembentukan
menyemprotkan alkohol 70 % sekali 2 tunas disajikan pada Tabel 1.
hari agar terhindar dari kontaminasi. Pada Tabel 1 terlihat bahwa
Kultur diinkubasi pada ruangan bersuhu persentase eksplan hidup pada hari ke-
23-25 °C dengan penyinaran lampu 50 setelah tanam mencapai 100% pada
selama 30 hari. semua perlakuan termasuk kontrol.
Data yang diperoleh dianalisis Kondisi eksplan yang hidup ini
dengan ANOVA, jika terdapat pengaruh dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
yang nyata antar perlakuan diuji lanjut umur, ukuran eksplan, kondisi fisiologis
dengan DMRT (Duncan’s Multiple eksplan yang dikulturkan, metode
Range Test) pada taraf 5 %. sterilisasi dan komposisi media.
Eksplan yang berasal dari nodus in vitro
HASIL DAN PEMBAHASAN berumur enam minggu yang bersifat
meristematik sehingga daya regenerasi
Penambahan BAP tunggal dan sel-selnya aktif membelah dan
maupun dengan ekstrak malt memiliki kemampuan hidup yang tinggi
berpengaruh terhadap respons karena kondisi in vitro lebih steril yang
pembentukan tunas pada eksplan nodus dapat mengurangi tingkat kontaminasi.
jeruk siam asal Kampar.

4
Tabel 1. Persentase Eksplan Hidup (%) dan Pembenbentukan Tunas (%)

Kode Perlakuan Eksplan Pembentukan


Perlakuan Hidup(%) Tunas (%)
BAP (mg/l) Malt (mg/l)
M0 - - 100 100
M1 0,5 mg/l - 100 100
M2 1,0 mg/l - 100 100
M3 2,0 mg/l - 100 66
M4 0,5 mg/l 500 mg/l 100 66
M5 1,0 mg/l 500 mg/l 100 100
M6 2,0 mg/l 500 mg/l 100 66
M7 0,5 mg/l 1000 mg/l 100 100
M8 1,0 mg/l 1000 mg/l 100 100
M9 2,0 mg/l 1000 mg/l 100 100
berikutnya yaitu tahap multiplikasi tidak
Darmono (2003) menyatakan dilakukan strerilisasi, hanya
keberhasilan dalam kultur in vitro juga menggunakan akuades untuk mencuci
ditentukan oleh sumber dan ukuran sisa agar-agar yang melekat pada
eksplan yang digunakan, dimana ukuran eksplan yang akan ditanam pada media
eksplan yang lebih kecil kemungkinan multiplikasi, sehingga tidak merusak
mendapatkan kondisi eksplan yang jaringan.
steril lebih besar. Pada penelitian ini Tingkat persentase hidup eksplan
menggunakan eksplan nodus yang yang tinggi dalam penelitian ini juga
berukuran ± 2 cm sehingga dipengaruhi oleh kandungan nutrisi
memudahkan dalam penanaman dan pada media pertumbuhan yang tersedia
sterilisasi. dalam jumlah yang cukup hingga pada
Tingginya nilai persentase eksplan hari ke-50 hst. Gunawan (1987)
hidup ini juga dipengaruhi oleh metode menyatakan bahwa pertumbuhan dan
sterilisasi eksplan pada tahap induksi perkembangan eksplan juga dipengaruhi
tunas yang menggunakan detergen oleh media yang digunakan. Hasil
dengan lama perendaman 30 menit penelitian Rahmi et al (2010) persentase
larutan Na-hipoklorit 10% selama 7 eksplan yang hidup pada eksplan nodus
menit dan alkohol 70% selama 3 menit, jeruk kanci yang ditanam pada media
diduga metode sterilisasi ini belum MS yaitu sekitar 88%-100%.
menyebabkan kerusakan jaringan, Pada penelitian ini menunjukkan
sehingga eksplan yang ditanam tidak persentase pembentukan tunas pada
mengalami kematian dan dapat tumbuh eksplan nodus mencapai 66% - 100%.
pada media. Sedangkan metode Pemberian BAP tunggal dengan
sterilisasi pada tahap penambahan 0,5 mg/l dan 1,0 mg/l BAP
menunjukkan persentase pembentukan
5
tunas sebesar 100%. Namun terjadi karbohidrat sukrosa, glukosa dapat
penurunan persentase pembentukan memacu pembentukan tunas melalui
tunas pada pemberian peningkatan energi dan beberapa kerangka karbon
konsentrasi 2,0 mg/l BAP. Adanya yang merupakan bahan dasar penting
penurunan persentase ini diduga karena dalam proses pembentukan asam amino,
penambahan BAP pada konsentrasi zat pengatur tumbuh dan protein yang
tinggi dapat menghambat tunas yang berperan dalam pertumbuhan dan
terbentuk. Menurut Moore (1979) dan perkembangan tanaman secara in vitro.
Wattimena (1988) bahwa pemberian zat
pengatur tumbuh dengan konsentrasi 2. Pertumbuhan Tunas In Vitro
tinggi tidak bersifat mendorong
pertumbuhan akan tetapi menghambat Jumlah Tunas
perkembangan eksplan karena
keseimbangan antara hormon endogen Hasil analisis ragam menunjukkan
dan eksogen tidak dapat terjadi bahwa pemberian berbagai konsentrasi
sehingga dapat menghambat proses BAP tunggal maupun kombinasi dengan
pembelahan sel dan diferensiasi dalam ekstrak malt memberikan pengaruh
membentuk tunas. yang nyata terhadap jumlah tunas yang
Hasil penelitian pemberian terbentuk (Tabel 2). Tidak semua
kombinasi konsentrasi BAP dan ekstrak perlakuan mampu meningkatkan jumlah
malt juga mengalami penurunan tunas, hanya terdapat pada perlakuan
persentase pembentukan tunas. BAP tunggal saja yang mampu
Penurunan nilai persentase meningkatkan jumlah tunas.
pembentukan tunas terjadi pada Penambahan BAP tunggal ke
perlakuan kombinasi 0,5 mg/l BAP + dalam media menghasilkan jumlah
500 mg/l ekstrak malt (M4) dan 2,0 tunas terbanyak terdapat pada perlakuan
mg/l BAP + 500 mg/l ekstrak malt (M6) penambahan 0,5 mg/l BAP dengan
dengan nilai persentase 66% jumlah tunas 5 tunas per eksplan
dibandingkan dengan kontrol yang (Gambar 1). Selanjutnya diikuti dengan
mencapai 100%. Namun pada perlakuan perlakuan penambahan 1,0 mg/l BAP
kombinasi 1,0 mg/l BAP + 500 mg/l dengan jumlah tunas 4,33 tunas per
ekstrak malt dan semua perlakuan eksplan. Jumlah tunas tersebut sangat
pemberian kombinasi BAP dan ekstrak berbeda nyata dengan pemberian BAP
malt konsentrasi 1000 mg/l mampu konsentrasi tinggi 2,0 mg/l pada
membentuk tunas 100%. Penurunan perlakuan M3 yang hanya menghasilkan
persentase tumbuh tunas ini diduga jumlah tunas 1,67 tunas per eksplan.
karena pemberian ekstrak malt yang Namun pada pemberian BAP
ditambahkan dalam konsentrasi rendah. konsentrasi tinggi 2,0 mg/l
Ekstrak malt mengandung karbohidrat menunjukkan hasil yang tidak berbeda
yang merupakan sumber pengganti nyata dengan perlakuan kombinasi BAP
karbon. Menurut (Winarto 2009) konsentrasi 0,5, 1,0 dan 2,0 mg/l yang
menyatakan bahwa pemberian dikombinasikan dengan ekstrak malt

6
konsentrasi rendah 500 mg/l yang penambahan 0,5 mg/l BAP mampu
menghasilkan nilai rata-rata jumlah meningkatkan jumlah tunas yang
tunas 1 tunas per eksplan. Sedangkan terbentuk yaitu dengan rata-rata 3,76
pada perlakuan kombinasi pemberian tunas per eksplan pada eksplan tunas in
ekstrak malt konsentrasi tinggi 1000 vitro Citrus limonia Osbeck.
mg/l menghasilkan nilai rata-rata
jumlah tunas yang tidak berbeda nyata
dengan kontrol sebesar 2 tunas per
eksplan.

Tabel 2.Pertumbuhan Eksplan Nodus In Vitro Pada Media MS dengan


Penambahan Berbagai Konsentrasi BAP Tunggal dan Kombinasi
dengan Ekstrak Malt

Kode Konsentrasi Jumlah Jumlah Daun


Perlakuan Tunas (buah) (helai)
BAP (mg/l) Malt (ml/l)
M0 - - 2,00±1,0ab 1,93±1,0abc
M1 0,5 mg/l - 5,00±2,64c 2,23±0,57abc
M2 1,0 mg/l - 4,33±1,52bc 4,00±1,0c
M3 2,0 mg/l - 1,67±2,08ab 2,33±1,52abc
M4 0,5 mg/l 500 mg/l 1,00±1,0a 3,00±1,0bc
M5 1,0 mg/l 500 mg/l 1,33±0,57a 1,43±1,52ab
M6 2,0 mg/l 500 mg/l 1,33±1,15a 1,33±1,15ab
M7 0,5 mg/l 1000 mg/l 2,33±0,57abc 2,67±1,15abc
M8 1,0 mg/l 1000 mg/l 2,00±1,0ab 0,67±1,15a
M9 2,0 mg/l 1000 mg/l 2,33±1,52abc 0,67±1,15a

Penambahan zat pengatur tumbuh Pada perlakuan kombinasi


sitokinin kosentrasi tinggi pada eksplan pemberian BAP yang dikombinasikan
nodus menghambat eksplan untuk dengan ekstrak malt menunjukkan
membentuk tunas sehingga jumlah tunas yang lebih rendah yaitu
pertumbuhan tunas pada eksplan akan menghasilkan jumlah tunas 1 - 2 tunas
berkurang. Tiwari et al. (2001) per eksplan. Pemberian ekstrak malt
menyatakan bahwa pemberian pada konsentrasi tinggi yaitu 1000 mg/l
konsentrasi sitokinin yang tinggi dapat menunjukkan hasil jumlah tunas ( 2
menyebabkan jumlah tunas berkurang. tunas) sedangkan pemberian 500 mg/l
Seiring dengan penelitian yang ekstrak malt hanya menghasilkan
dilakukan oleh Jajoo (2010) jumlah tunas (1 tunas). Hal ini diduga

7
karena pemberian ekstrak malt pada Jumlah Daun
konsentrasi tinggi memungkinkan
sumber karbohidrat yang terkandung Hasil analisis ragam, pemberian
dalam tanaman yang berupa glukosa BAP tunggal maupun kombinasi dengan
semakin meningkat. Meningkatnya ekstrak malt memberikan pengaruh
kandungan glukosa maka dengan nyata terhadap jumlah daun yang
sendirinya meningkat pula asam amino, terbentuk (Tabel 2). Perlakuan
protein dan senyawa organik lain yang pemberian BAP secara tunggal 0,5 mg/l
diperlukan bagi proses metabolisme. BAP mampu menghasilkan jumlah daun
Adanya karbohidrat dan asam amino 2 helai dan pada perlakuan 1,0 mg/l
yang mencukupi dalam jaringan dengan BAP memiliki jumlah daun paling
sendirinya akan menstimulasi tinggi yaitu sebesar 4 helai daun per
pertumbuhan yang ditandai dengan tunas, diikuti dengan perlakuan
meningkatnya pertumbuhan jumlah pemberian kombinasi konsentrasi 0,5
tunas. Asam amino merupakan salah mg/l BAP + 500 mg/l ekstrak malt yang
satu komponen penyusun basa purin menghasilkan jumlah daun sebanyak 3
maupun pirimidin. Dengan demikian helai daun/eksplan. Perlakuan
asam amino berperan pula dalam pemberian BAP konsentrasi tinggi 2,0
pembentukan sitokinin. Peningkatan mg/l tunggal maupun kombinasi dengan
kandungan sitokinin dalam jaringan ekstrak malt konsentrasi 500 mg/l
karena ekstrak malt akan memacu menghasilkan jumlah daun 1 helai per
pertumbuhan terutama bagian pucuk eksplan, tidak berbeda nyata dengan
tanaman (Rosita 1996). kontrol yang menghasilkan 1,93 helai
daun. Hasil rata-rata jumlah daun
terendah terdapat pada perlakuan
pemberian 1 mg/l BAP + 1000 ekstrak
malt dan pemberian 2 mg/l BAP + 1000
ekstrak malt yang memiliki jumlah daun
sama yaitu 0,67 helai per tunas.
Kombinasi penambahan ekstrak
malt dan BAP pada konsentrasi tinggi
terlihat pada perlakuan 2 mg/l BAP +
1000 mg/l ekstrak cenderung
menurunkan jumlah daun yang
Gambar 1. Pembentukan Tunas dari terbentuk, dibandingkan pada perlakuan
eksplan nodus dengan pemberian 0,5 mg/l BAP + 500 mg/l
pemberian 0,5 mg/l BAP ekstrak malt mampu menghasilkan
yang menghasilkan (5 jumlah daun yang lebih banyak. Ini
tunas). diduga karena untuk mendapatkan
jumlah daun yang lebih banyak tidak
perlu penambahan zat pengatur tumbuh
yang lebih tinggi ataupun penambahan
8
suplemen seperti ekstrak malt, karena Balitbang. 2011. Jendela Informasi
kandungan didalam ekstrak malt banyak Riau.http://www.riauonline.com/b
mengandung senyawa nitrogen dan erita/ print/balitbang-sukses-teliti-
asam amino sehingga jika ditambahkan jeruk-carizzo-dan-siam-
dalam konsentrasi tinggi akan kampar.html.[diakses tanggal 19
menghambat perkembangan dan jumlah Desember 2014].
daun yang terbentuk, sedangkan
didalam sitokinin sendiri sudah terdapat Carimi F, De Pasquale F dan Puglia
senyawa nitrogen yang berperan dalam A.M. 1998. In vitro Rescue Of
sintesis asam amino dan protein secara Zygotic Embryos Of Sour Orange,
optimal. Jumlah daun yang terbentuk pada Citrus aurantium L. and Their
setiap eksplan yang ditanam dikendalikan Detection Based of RFLP
oleh keseimbangan dan interaksi antara zat Analysis. Plant Breeding.
pengatur tumbuh endogen maupun eksogen. 117,261-266.
KESIMPULAN Darmono DW. 2003. Menghasilkan
Anggrek Silangan. Penebar
Penambahan konsentrasi BAP dan
Swadaya. Jakarta.
ekstrak malt berpengaruh terhadap
respons pembentukan tunas pada
George E.F, Hall M.A dan De Klerk, G.
eksplan nodus jeruk siam asal Kampar.
2008. Plant Propagation by
Perlakuan penambahan BAP
Tissue Culture 3rd Edition
konsentrasi 0,5 mg/l menghasilkan
Volume 1 The Backgraund.
jumlah tunas tertinggi (5 tunas per
Springer. Netherlands.
eksplan) dengan jumlah daun 2 helai.
Gunawan L.W. 1987. Teknik Kultur In
UCAPAN TERIMA KASIH
Vitro dalam Holtikutura. Penebar
Penulis mengucapkan terima kasih Swadaya. Jakarta.
kepada BOPTN Universitas Riau T. A
2014 berbasis laboratorium atas nama Jajoo A. 2010. In Vitro Propagation of
Siti Fatonah, MP. Citrus limonia Osbeck Through
Nucellar Embrio Culture. J. of
DAFTAR PUSTAKA Bio. Sc.2(1): 6-8.

Badriah D, N.T. Mathius dan T. Sutater. Kour K. dan B. Singh, 2012. In Vitro
1998. Tanggap Dua Kultivar Multiplication of Rough Lemon
Gladiol Terhadap Zat Pengatur (Citrus jambhiri Lush.). Journal
Tumbuh pada Perbanyakan In of Agriculture and Veterinary
Vitro. J. Hort. 8(2): 1048-1059. Science.1 (4).

9
Moore T.C. 1979. Biochemistry and Simamora L. 2012. Multiplikasi Tunas
Physiology of Plant Hormon. In Vitro Jeruk Siam (Citrus
Springger-Verlag. New York. nobilis Lour.) asal Kampar
dengan Pemberian BAP dan NAA.
Rahmi I, I. Suliansyah dan T. [Skipsi]. Fakultas Matematika dan
Bustamam. 2010. Pengaruh Ilmu Pengetahuan Alam.
Pemberian beberapa Konsentrasi Universitas Riau.
BAP dan NAA Terhadap
Multiplikasi Tunas Jeruk Kanci Wattimena GA, LW Gunawan, NA
(Citrus sp) Secara In Vitro. Mattjik, E Syamsudin, NMA
Jerami. 3(3). Wiendi, A Ernawati. 1992.
Bioteknologi Tanaman. IPB.
Rosita SMD dan I. Darwati. 1996. Bogor.
Pengaruh Ekstrak Malt terhadap
Pertumbuhan Saga di Pembibitan
Di Dalam: Proseding Simposium Winarto D. 2009. Memajukan
Nasional I Tumbuhan Obat dan Bengkoang Prembun. Harian
Aromatik APINMAP. Balai Suara merdeka. Diakses Tanggal
penelitian Rempah dan Obat. 5 mei 2012.
Bogor. Hlm. 381-386.

Samanhudi T, S. Amalia dan R. Muji. Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara


2010. In Vitro Axillary Bud Memperbanyak Tanaman Secara
Multiplication of Citrus nobilis In Vitro. Agromedia Pustaka.
Lour. in Indonesia. Journal of Life Jakarta.
Sciences. 4(4)

Sandra E. 2012. Cara Memahami dan Zulkarnain. 2009. Solusi Perbanyakan


Menguasai Kultur Jaringan Skala Tanaman Budidaya Kultur
Rumah Tangga. IPB Press. Bogor. Jaringan Tanaman. Bumi
Aksara. Jakarta.
Setiawan AI dan Trisnawati Y. 2003.
Peluang Usaha dan
Pembudidayaan Jeruk Siam.
Penebar Swadaya. Jakarta.

10

You might also like