You are on page 1of 24

Laporan Kasus

Dokter internsip – RS BINA SEHAT JEMBER

Pembimbing : dr. Tontowi Jauhari

Penyaji : dr. Ardhani Khalifatul N (dokter internsip RS Bina Sehat )

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An.AL
Umur : 2,5 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Perum BTB , Kaliwates
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 18 desember 2017

II. ANAMNESA
1. Keluhan Utama
Luka bakar di punggung kiri, kedua bokong kanan dan kiri dan kedua
paha belakang
2. Keluhan Tambahan : Nyeri pada tempat luka
3. Riwayat Penyakit Sekarang ( heteroanamnesa tanggal 18/12/17) :
Pasien datang ke IGD RSBS dengan keluhan luka bakar pada
punggung kiri, kedua bokong kanan dan kiri dan kedua paha belakang
setelah tercebur ke panci berisi kuah soto panas. Saat itu pasien sedang
bermain namun lepas dari pengawasan orangtuanya. Kejadian sekitar 30
menit sebelum pasien tiba di IGD RSBS.
Pasien menangis karena kesakitan. Ayah pasien mengatakan warna
kulit yang terbakar kemerahan dan ada yang pucat serta keluar gelembung
pada kulit yang terbakar.

1
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Asma (-)
Alergi (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK ( tanggal 18 / 12 / 17 pukul 16.30 )


Kesadaran : Compos mentis ( GCS 4 – 5 – 6 )
Tekanan darah :-
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 360 C ( axiller )
RR : 20x/menit
Status Generalis
Kepala
Conjuntiva anemis (-)
Sklera ikterus (-)
Cyanosis (-)
Dispneu (-)
Mata cowong (-)
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
Paru
Inspeksi : Gerak nafas simetris
Palpasi : Fremitus raba simetris, gerak napas simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler / Vesikuler, Rhonkhi - / -, Wheezing - / -
Cor
Suara tunggal, suara tambahan –

2
Abdomen
Inspeksi : Flat, simetris, tidak distensi
Auskultasi : Bising usus dbn
Palpasi : Soepel, nyeri tekan ( - ), Hepar/ lien tidak teraba
Perkusi : Tymphani

Ekstremitas
Akral hangat kering merah +/+ , oedema -/- ,
+/+ -/-
Status Lokalis
● Regio thorakalis posterior :
Look : hiperemi +, bullae +, darah -,
Feel : Nyeri tekan +

● Regio gluteus dextra et sinistra:


Look: hiperemi+, bullae +, darah -,
Feel: Nyeri tekan +

● Regio Femuris dextra et sinistra :


Look : hiperemi +, bullae +, darah -,
Feel : Nyeri tekan +

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Hematologi (18-12-2017)

HGB 12,3 (g/dL) L : 13,0-18,0

P : 11,5-16,5

RBC 4,43 (106/uL) L : 4,5-5,5

P : 4,0-5,0

HCT 37,2 (%) L : 40,0-50,0

P : 37,0-45,0

3
MCV 81,3 (fL) 82,0-92,0

MCH 27,8 (pg) 27,0-31,0

MCHC 33,3 (g/dL) 32,0-37,0

RDW-SD 32,3 (fL) 35-47

RDW-CV 15,7 (%) 11,5-14,5

WBC 16,95 (103/uL) 4,3-10,8

PLT 375 (103/uL) 150-400

Bleeding time 2 Menit 1-5


Chloting time 8 Menit 5-8
Creatinin 4,09 gr/dl 3,8-5,1
SGOT 27 U/I 5-34
SGPT 16 U/I 10-35

V. RESUME
Anamnesa :
Pasien datang ke IGD RSBS dengan keluhan luka bakar pada
punggung kiri, kedua bokong kanan dan kiri dan kedua paha belakang
setelah tercebur ke panci berisi kuah soto panas. Saat itu pasien sedang
bermain namun lepas dari pengawasan orangtuanya. Kejadian sekitar 30
menit sebelum pasien tiba di IGD RSBS.
Pasien menangis karena kesakitan. Ayah pasien mengatakan warna
kulit yang terbakar kemerahan dan ada yang pucat serta keluar gelembung
pada kulit yang terbakar.

4
Pemeriksaan fisik:
 Regio thorakalis posterior :
Look : hiperemi +, bullae +, darah -,
Feel : Nyeri tekan +

● Regio gluteus dextra et sinistra:


Look: hiperemi+, bullae +, darah -,
Feel: Nyeri tekan +

● Regio femuris posterior dextra et sinistra :


Look : hiperemi +, bullae +, darah -,
Feel : Nyeri tekan +

Pemeriksaan penunjang:
WBC 16,95 x 103

VI. DIAGNOSA
Combustio grade II A – B 14-16%
VII. PENATALAKSANAAN
AP dr. Firah Sp,B.
Infus RL 320 cc dalam 8 jam awal dilanjut inf RL 120 cc + inf. Delafusal
200 cc 16jam berikutnya
Inj Ceftriaxon 2 x 500 mg
Inj Antrain 3 x 100 mg
Inj Ranitidin 2 x 15 mg
Inj tetagam 1 amp IM
Inj Ondansentron 3 x 1 mg
Pro debridement di ruang OK

5
VIII. PROGNOSA
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
Ad Kosmetikam : malam

6
FOTO KASUS

7
TINJAUAN PUSTAKA

LUKA BAKAR

1. DEFINISI
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia yang bersifat asam atau basa kuat, listrik, petir, radiasi dan akibat suhu
yang sangat rendah ( frost bite )(3).

2. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya, sumber panas dapat berasal dari :
a. Luka bakar termal, dibagi menjadi dua :
1. Terpapar oleh benda bersuhu tinggi ( api, air panas, dll )
2. Terpapar oleh suhu dingin
b. Luka bakar karena arus listrik dan tersambar petir
c. Luka bakar akibat zat kimia
Klasifikasi bahan kimia :
1. Alkalis / Basa
Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak. Litium, barium, kalsium
atau bahan – bahan pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis
dan denaturasi protein.
2. Acids / Asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi
atau kolam renang dapat menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.
3. Organic Compounds
Fenol, creosote, petroleum, sebagai desinfektan kimia yang dapat
menyebabkan kerusakan kutaneus, efek toksis terhadap ginjal dan liver.
Berat / ringannya trauma tergantung :
● Bahan

8
● Konsentrasi
● Volume
● Lama kontak
● Mekanisme trauma
d. Luka bakar akibat radiasi.
Radiasi adalah pancaran dan pemindahan energi melalui ruang dari suatu
sumber ke tempat lain tanpa perantaraan massa atau kekuatan listrik.
Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar terlalu lama juga merupakan
salah satu tipe luka bakar radiasi. (1,5)

3. FASE
a. Fase awal / akut / syok
Keadaan yang ditimbulkan berupa :
● Cedera Inhalasi, mekanisme trauma dibagi 3 :
- Inhalasi CO
CO merupakan gas yang dapat merusak oksigenasi jaringan,
dalam darah berikatan dengan Hb dan memisahkan Hb dengan O2
sehingga akan menghalangi penggunaan O2.
- Trauma inhalasi panas langsung mengenai saluran napas
Sering mengenai saluran napas bagian atas, jarang mengenai
bagian bawah karena sebelum mencapai trakea secara refleks terjadi
penutupan plika dan penghentian spasme laring. Edema mukosa
akan timbul pada saluran napas bagian atas yang menyebabkan
obstruksi lumen 8 jam pasca cedera. Komplikasi trauma ini
merupakan penyebab kematian terbanyak.
- Efek samping sisa pembakaran
Gas karosen, aldehid akan mengiritasi mukosa membran karena
merupakan toksik yang iritan.

9
● Cedera termis
Menimbulkan gangguan sirkulasi keseimbangan cairan dan elektrolit,
sehingga berakibat terjadi perubahan permeabilitas kapiler dan
menyebabkan edema, selanjutnya terjadi syok hipovolemi. Kejadian ini
akan menimbulkan :
- Paru
Perubahan inflamatorik mukosa bagian napas bawah akan
menimbulkan gangguan difusi O2, ARDS, ini akan timbul hari ke 4-5
pasca cedera termis.
- Hepar : SGOT, SGPT meningkat
- Ginjal : ARF menjadi ATN
- Lambung : Stress Ulcer
- Usus : Ileus menyebabkan translokasi bakteri kemudian terjadi
sepsis yang menyebabkan perforasi akhirnya
terjadilah peritonitis.
b. Fase Sub akut
Terjadi setelah syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan :
1. Proses inflamasi dan infeksi
2. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau
tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ
fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme

c. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui
rawat jalan. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ –organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur. (2)

10
4. PATOFISIOLOGI
Perubahan yang terjadi akibat luka bakar :
a. Cairan tubuh
Panas menyebabkan kapiler – kapiler darah berubah menjadi lebih
permeabel terhadap cairan dan protein, sehingga air, elektrolit dan protein
keluar dari intravaskuler ke jaringan interstitial. Tubuh akan kehilangan
cairan antara ½ - 1% volume darah untuk 1% luka bakar. Maka mudah
dimengerti bahwa penderita luka bakar 20% akan kehilangan volume
darah 10% - 20% sehingga akan mudah jatuh dalam syok. Bila luas luka
bakar < 20%, mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasi, tetapi
bila > 20% akan terjadi syok hipovolemik. Pengeluaran cairan paling pesat
terjadi dalam 6-8 jam pertama setelah trauma.
b. Eritrosit
Eritrosit pecah karena panas atau menjadi rapuh, tetapi anemia tidak
muncul pada hari pertama, karena kekurangan eritrosit ditutupi oleh
hemokonsentrasi.
c. Ginjal
Ginjal bisa mengalami kegagalan fungsi ( acute renal failure ) karena
syok yang timbul tidak segera diatasi, dapat juga karena timbunan
hemoglobin akibat pecahnya eritrosit intravaskular maupun myoglobin
karena kerusakan otot – otot.
d. Pengeluaran kortison yang banyak dalam darah
e. Glandula tiroid lebih aktif karena metabolisme meningkat
f. Lambung
Pada luka bakar sering terjadi ulkus kecil – kecil difus di lambung yang
disebut curling ulcer, diduga karena rangsangan sentral di hypotalamus
dan peningkatan jumlah kortison. Ulkus ini diketahui setelah keluhan nyeri
dan perdarahan baik dimuntahkan maupun melena.
g. Jantung

11
Pada luka bakar dapat terbentuk zat yang disebut Myocardial Depressant
Factor ( MDF ) yang menyebabkan disfungsi jantung. MDF merupakan
glikoprotein toksis yang dihasilkan oleh kulit terbakar.
h. Respon imun
Respon imun penderita luka bakar menurun pada fase akut. Level serum
IgG dan IgM mencapai terendah pada hari pertama dan normal pada
minggu kedua, sehingga penderita mudah mendapat sepsis. Kegagalan
mengembalikan titernya membuat penderita jarang survive. Kemampuan
fagositosis juga jauh berkurang.
i. Saluran pencernaan
Pada fase akut, peristaltik usus menurun atau berhenti karena syok.
Pada luka bakar sering terjadi ulcus kecil – kecil difus di lambung yang
disebut curling ulcer. Ulcus ini dikira akibat rangsangan sentral di
hipotalamus dan juga karena peningkatan jumlah kortison. Ulcus ini
diketahui setelah keluhan – keluhan nyeri, dan perdarahan baik
dimuntahkan ataupun melena. Perdarahan ini sedemikian banyaknya
sehingga perlu donor banyak. Hb sering sampai serendah 2 gr%
j. Saluran pernafasan
Pada kebakaran daerah muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas
karena gas, asap atau uap panas yang tersisa. Gejala yang timbul adalah
sesak nafas, takipneu, stridor, suara serak dan berdahak berwarna gelap
karena jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain.
C0 akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tidak mampu
mengikat oksigen lagi. Tanda keracunan yang ringan adalah lemas,
bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan berat terjadi koma.
Bisa lebih 60% hemoglobin terikat CO, penderita akan meninggal.(7)

12
5. KLASIFIKASI LUKA BAKAR
a. Secara klinis, dalamnya luka bakar dibagi 3 derajat :
- Derajat I : hanya mengenai epidermis, timbul hiperemia, nyeri, sangat
sensistif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak.
Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih. Belum
terbentuk bulla.

Gambar 1. Luka bakar derajat 1

- Derajat II :
Superfisial ( II A ) : mengenai epidermis dan lapisan atas korium.
Timbul hiperemia. Adanya bulla yang tidak timbul segera setelah
terbakar dan terasa nyeri. Elemen epitelial yaitu dinding kelenjar
keringat, lemak dan folikel rambut masih banyak, sehingga
penyembuhan akan mudah tanpa terbentuknya sikatrik.
Dalam ( II B ) : klinis tampak pucat, sensasi nyeri berkurang, bulla
bisa ada atau tidak. Sisa – sisa epitelial tinggal sedikit, penyembuhan
lebih lama dan disertai pembentukan jaringan hipertropi.

Gambar 2. Luka bakar derajat 2

13
- Derajat III : Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau berwarna
hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada
daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna
merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan
rambut / bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya.
Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada
kulit telah mengalami kerusakan, mengenai seluruh tebal
kulit atau juga mengenai lapisan dibawah kulit seperti
subkutan, otot dan tulang. Tampak dermis dan epidermis
hangus, sering disebut karbonikasi.

Gambar 3. Luka bakar derajat 3

14
Gambar 4. Derajat kedalaman luka bakar

Secara klinis :
Derajat Klinis Tusukan jarum
I Hiperemi Hiperesthesia
II A Basah + bulla Hiperesthesia
II B Basah + bulla + keputihan Hypoesthesia
III Kering + putih + hitam Anesthesia
Tabel 1. Derajat dalamnya luka bakar secara klinis

Gambar 5. Derajat kedalaman luka bakar

15
b. Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama “Rule of Nines” atau “ Rules of Wallace” untuk orang
dewasa :
- Kepala dan leher : 9%
- Lengan kanan-kiri : 18%
- Badan depan : 18%
- Badan belakang : 18%
- Tungkai kanan – kiri : 36%
- Genetalia/perineum : 1%
Total 100%

Perlu diingat bahwa satu telapak penderita adalah 1% dari permukaan


tubuhnya, bila luasnya tidak sampai seluas telapak tangan, dilaporkan
sebagai luas 1%.(7)

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif, permukaan
kepala anak jauh lebih besar dan luas permukaan kaki relatif lebih kecil.
Dikenal “Rule of five” atau rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20
untuk anak – anak.(3)

Bagian tubuh Bayi Anak


Kepala 4 x 5% 3 x 5%
Lengan kanan dan kiri 2 x 5% 2 x 5%
Badan depan dan belakang 4 x 5% 4 x 5%
Kaki kanan dan kiri 2 x 5% 3 x 5%
Tabel 2. Rumus 10 untuk bayi dan 10-15-20 untuk anak - anak

16
Gambar 5. Luasnya luka bakar untuk dewasa, bayi dan anak - anak

17
c. Berat ringannya luka bakar :
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa
faktor antara lain :
1. Persentasi area ( luasnya ) luka bakar pada permukaan tubuh.
2. Kedalaman luka bakar.
3. Anatomi lokasi luka bakar
4. Umur klien.
5. Riwayat pengobatan yang lalu.
6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.

Menurut American College of Surgeon


a. Luka bakar parah
- Tingkat II : > 30%
- Tingkat III : > 10%
- Luka bakar pada tangan, kaki dan muka
- Komplikasi pernapasan, fraktur dan kerusakan jaringan lunak yang
luas.
b. Luka bakar sedang
- Tingkat II : 15 – 30 %
- Tingkat III : 5 – 10 % ( kecuali mengenai muka, tangan, kaki dan
genetalia)
c. Luka bakar ringan
- Tingkat II : < 15 %
- Tingkat III : 1 %

6. DIAGNOSIS
- Klinis
- Laboratorium : Hb, hematokrit, elektrolit albumin, analisa gas darah
- Foto Thoraks

18
7. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada luka bakar dapat terjadi baik pada fase akut,
subakut, maupun fase lanjut.
● Fase akut dapat terjadi :
- Syok hipovolumik
- Gagal ginjal akut
● Fase subakut
Kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber
panas menyebabkan :
- Proses inflamasi dan infeksi
- Problem penutupan luka
- Keadaan hipermetabolisme
● Fase lanjut
Problem yang muncul pada fase ini adalah
- Parut hipertrofik
- Keloid
- Gangguan pigmentasi
- Deformitas
- Kontraktur (7)

8. PENATALAKSANAAN
Pada saat kejadian hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan
korban dari sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan
air mengalir.

Gambar 5. Mengurangi panas dengan cara menyiram air mengalir

19
Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Primary survey
a. Jalan napas ( airway )
Trauma inhalasi pasang intubasi ( endotrakeal tube ). Tanda –
tanda adanya trauma inhalasi antara lain ialah : riwayat
terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar dan sputum yang hitam.
b. Pernapasan (breathing)
Bila terjadi eskar (kulit kaku), lakukan escharotomi karena dapat
menimbulkan sukar napas. Bila perlu lakukan zebra incision
pada tulang iga.

c. Sirkulasi (circulation)
Pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik
karena kebocoran plasma yang luas. Manejemen cairan pada
pasien luka bakar, dapat diberikan dengan :
● Formula Baxter ( Parkland )
Dalam 24 jam I diberikan
Dewasa : RL = 4 cc x kgBB x % luas luka bakar / 24 jam
Anak : RL : Dextran = 17 : 3 ( Moncrief )
→ 2 cc x BB x % luas luka bakar + kebutuhan faal
Kebutuhan faal :
< 1 tahun = BB x 100 cc
1 - 3 tahun = BB x 74 cc
3 – 5 tahun = BB x 50 cc
- Dalam 8 jam pertama, jumlah cairan diberikan separuh
- Dalam 16 jam kedua, diberikan separuhnya.

20
Monitoring Resusitasi Cairan :
1. Produksi urine per jam
● Dewasa : 0,5 cc / kgBB / jam
● Anak : 1 cc / kgBB / jam
2. Frekuensi pernafasan
3. Kadar haemoglobin dan hematokrit
4. Central Venous Pressure (6,7)

2. Secondary survey
a. Anamnesa
Anamnesa yang menyeluruh merupakan suatu tugas paling
penting dan juga paling sulit dilakukan dalam merawat
pasien luka bakar. Petugas pertolongan darurat, pemadam
kebakaran, orang – orang terdekat yang mengantar
merupakan sumber informasi yang sangat baik pada saat
pasien datang ke rumah sakit.
Tanggal, jam, lokasi dan kausa cedera merupakan hal yang
penting dalam penatalaksanaan awal yang tepat. Hal ini juga
mencakup riwayat penyakit kronis yang sudah ada
sebelumnya. Penyakit cerebrovaskuler, AIDS, dan lain – lain
perlu dicatat sebagai prognosis dari suatu kasus.
b. Pemeriksaan fisik
Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistematis,
dan tentukan derajat serta luasnya luka bakar. Dengan
demikian dapat membantu untuk melakukan penatalaksanaan
selanjutnya yaitu :
● Berikan analgetika
Analgetika yang efektif adalah morfin atau petidin,
diberikan secara intravena
● Pemberian antibiotika profilaksis spektrum luas

21
● Dilakukan pemasangan foley kateter untuk monitor jumlah
produksi urine. Dicatat jumlah urine / jam.
● Dilakukan pemasangan nasogastric tube untuk gastric
dekompresi dengan intermitten pengisapan.
● Berikan ATS 3.000 unit pada orang dewasa dan
separuhnya pada anak – anak.
● Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil.
● Berikan antibiotika topikal pasca pencucian luka dengan
tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi
pada luka. Yang dapat digunakan adalah silver nitrate 0,5
%, mafenide asetate 10%, silver sulfadiazine 1%, atau
gentamisin sulfate.
● Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kecil dan
steril.
● Makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
● Skin graft dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh –
sembuh dalam waktu 2 minggu dengan diameter > 3 cm.
● Rehabilitasi. (3,7)

9. INDIKASI RAWAT INAP


● Penderita syok atau terancam syok
- Anak : luasnya luka > 10%
- Dewasa : luasnya luka > 15%
● Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
- Wajah, mata
- Tangan dan kaki
- Perineum
● Terancam oedema laring(3)

22
10. PROGNOSA
Prognosa dan berat ringannya luka bakar ditentukan :
a. Usia
Luka bakar yang bagaimanapun dalam dan luasnya dapat menyebabkan
kematian yang lebih tinggi pada anak dibawah usia 2 tahun dan orang
dewasa di atas 60 tahun. Kematian pada anak – anak disebabkan oleh daya
kekebalan tubuh yang belum sempurna, orang dewasa yang lebih tua
seringkali menderita penyakit penyerta yang memperbesar resiko
kematian.
b. Penyakit yang menyertai
Diabet mellitus, payah jantung kongestif, sakit paru, dan pengobatan yang
kronis dengan pengobatan yang menekan kekebalan adalah salah satu
contoh dari keadaan yang membuat penderita kurang dapat menahan luka
bakar.
c. Luka sampingan
Luka pada tulang, kepala, dan trauma lainnya menyebabkan kecacatan
yang ditimbulkan oleh luka bakar.
d. Lokasi luka bakar
Merupakan salah satu penentu prognosis luka bakar. Misalnya pada
tangan, walaupun hanya derajat 2 dapat meninggalkan bekas dan
kontrakatur yang menyebabkan tangan tidak dapat digerakkan kecuali
pengobatan khusus diberikan sedini mungkin

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Wim de Jong. Luka, Trauma, Syok, dan bencana. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta : EGC. 2004.
2. Moenadja, Yefta. Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis, edisi kedua
(revisi). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2003.
3. Mensjoer, A., dkk. Bedah Plastik dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi
ketiga Jilid 2. Jakarta : Media Aeskulapius FK UI. 2000.
4. Adi, Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keempat. Jakarta :
FK UI. 2006.
5. Luka Bakar (combustion) available from
http://cattycha.wordpress.com/2009/03/13/luka-bakar-combustio.Site on 9
May 2011.
6. Marzoeki, djohansyah, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya :
Lab / Ilmu Bedah, Rumah Sakit dr. Sutomo. 2006.
7. Resusitasi, Klasifikasi Luka Bakar, Formula Baxter available from
http://ilmubedah.info/artikel/derajat+luka+bakar.html. Site on 8 May 2011

24

You might also like