You are on page 1of 46

Referat

PROFIL ANTIBIOTIK

PADA BAKTERI GRAM POSITIF

Oleh :

Armeili Shinta Putri (1210070100154)

Rika Yuni Rizki (1110070100002)

Wisma Atika (1110070100005)

Yuniga Hendrizal (0910070100099)

Yogi Nopri Anggara (1010070100111)

Preceptor :

dr. Gustin Sukmarini, Sp.A (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT ANAK – RSUD SOLOK

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama


kali oleh Alexander Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil
mengisolasi senyawa tersebut dari Penicillium chrysogenum. Dengan
penemuan antibiotik tersebut membuka sejarah baru di bidang kesehatan yang
dapat meningkatkan angka kesembuhan penyakit. Penggunaan antibiotik
meningkat saat perang dunia untuk pengobatan berbagai macam penyakit.
Masalah baru muncul ketika mulai dilaporkannya resistensi beberapa mikroba
terhadap antibiotik. Hal ini dapat dihindari jika pelaku kesehatan mengetahui
penggunaan antibiotik yang tepat.1,2

Kemajuan di bidang kesehatan disertai munculnya antibiotik jenis baru


merupakan tantangan untuk lebih mengetahui jenis medikamentosa ini.
Beberapa senyawa lain yang berbeda ternyata berperan sebagai antibiotik
pembunuh mikroba.1

Berdasarkan hal tersebut di atas menjadi kewajiban bagi seorang dokter


untuk lebih memahami penggunaan antibiotik secara benar. Para klinisi harus
mengetahui jenis antibiotik yang digunakan, memahami mekanisme, dan kerja
obat sesuai dengan indikasiantibiotik tersebut sehingga tujuan penggunaan
antibiotik yang optimal dapat mengurangi tingkat resistensi.2

1.2 Tujuan

Tujuan dari referat ini adalah :

1. Mendapatkan penetahuan tentang jenis antibiotik

1
2. Mendapatkan pengetahuan tenntangg farmakodinamik dan farmakokinetik
antibiotik

3. Mendapatkan pengetahuan resistensi bakteri antibiotik

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Antibiotik

2.1.1 Definisi Antibiotik

Antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti (melawan) dan -biotikos
(cocok untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 yang
menggambarkan senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Istilah ini berganti setelah
ditemukannya antibiotik. Penggunaan kata antimikroba cenderung mengarah
ke semua jenis mikroba seperti anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti
virus, dll.3

Antibiotik berbeda dengan istilah desinfectant, desinfectant adalah bahan


pembunuh kuman dengan cara membuat lingkungan yang tidak wajar bagi
kuman, sedangkan kerja antibiotik cenderung bersifat toksisitas selektif yaitu
dapat membunuh kuman tanpa merugikan inang.4

Makalah ini membahas perihal antibiotik dalam menghambat kerja


bakteri.

2.1.2 Klasifikasi Antibiotik

Antibiotik diklasifikasikan berdasarkan cara kerja dan aktivitas dalam


membunuh mikroba. Berdasarkan cara kerja antibiotik dibagi menjadi
antibiotik spektrum luas dan spektum sempit. Pengertian luas bahwa antibiotik
ini dapat membunuh beberapa jenis bakteri yang sulit diidentifikasi namun
kerugiannya dapat menghambat bakteri flora normal dalam tubuh. dan
pengertian sempit antibiotik hanya dapat membunuh bakteri spesifik.4

Berdasarkan aktivitas dalam membunuh, antibiotik dibagai menjadi


Bactericidal dan Bacteriostatic. Bakterisidal yaitu antibiotik dapat membunuh

3
bakteri target dan cenderung lebih efektif serta tidak perlu bergantung kepada
sistem imun manusia. Antibiotik jenis ini digunakan pada pasien yang
mengalami gangguan sistem imun. Jenis antibiotik bakterisidal adalah β-
lactam, aminoglycoside, dan quinolone. Bakteriostatik justru bekerja
menghambat pertumbuhan bakteri dan dapat memanfaatkan sistem imun host.
Jenis bakteriostatik adalah tetracycline, sulfonamide, tetracycline, dan
clindamycin4

Bedasarkan mekanisme kerja, antibiotik dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :4

a. Menghambat sintesis dinding bakteri

b. Menghambat membran sel

c. Menghambat sintesis protein di ribosom

d. Menghambat sintesis asam nukleat kuman

e. Menghambat metabolisme (antagonis folat)

Dari masing-masing golongan terdapat mekanisme kerja, farmakokintetik,


farmakodinamik, serta aktivitas antimikroba yang berbeda-beda. Perbedaan ini
menyebabkan perbedaan kegunaan dalam klinik dan perbedaan mekanisme
terjadinya resistensi masing-masing golongan obat.4

Gambar 1. Tempat kerja golongan antibiotik

4
2.1.3 Resistensi Obat Antibiotik

Resistensi antibiotik oleh mikroba dapat dibagai menjadi:4,5

a. Mikroba penghasil enzim yang merusak aktivitas obat.

Contoh: stapilokokus resisten terhadap penicillin karena menghasilkan


β-lactamase yang merusak obat-obat β-lactam.

b. Mikroba pengubah permeabilitas obat.

c. Mikroba yang merubah struktur sasaran. Contoh: Berubahnya strukur


protein reseptor pada ribosom 30S menyebabkan mikroba resisten
terhadap golongan aminoglikosida.

d. Mikroba yang merubah jalur metabolisme yang dihambat.

Contoh: Bakteri yang resisten terhadap sulfonamide tidak memerlukan


PABA (asam amino benzoate) ekstraseluler yang pada awalnya sangat
dibutuhkan

e. Mikroba yang mengubah enzim tetapi masih dapat melakukan fungsi


metaboliknya dan hanya sedikit dipengaruhi obat.

Penyebab terjadinya resistensi antibiotik tersebut di atas dapat bersifat non


genetik maupun genetik. Non genetik dapat berasal dari berubahnya bentuk suatu
mikroba menjadi inaktif sehingga resisten terhadap obat yang kerjanya pada
proses replikasi bakteri, sedangkan genetik dapat diturunkan dari mikroba satu ke
keturunannya melalui mutasi kromosom atau dari satu mikroba ke mikroba lain
melalui plasmid.5

Resistensi silang terjadi dari satu jenis antibiotik ke jenis yang lain. Misalnya
suatu mikroba resisten terhadap suatu jenis antibiotik menyebabkan mikroba
tersebut dapat resisten juga terhadap jenis antibiotik lain. Reaksi silang ini dapat
terjadi pada jenis-jenis yang berhubungan sacara kimia maupun tidak.5

5
2.1.4 Golongan Inhibitor Sintetis Dinding Bakteri

Bakteri mempunyai lapisan luar yang kaku yang disebut dinding sel.
Dinding sel terdapat pada bakteri yang gram positif dan bakteri gram negatif.
Dinding ini berfungsi mempertahankan bentuk sel dari perbedaan tekanan
osmotik internal dan eksternal yang sangat tinggi. Kedua bakteri mempunyai
suatu lapisan yang dinamakan Peptidoglycan yang berfungsi mensintesa dinding
bakteri melalui reaksi yang disebut Transpeptidase.*6

Proses penghambatan sintesa dinding bakteri dapat melalui dua jalur. Jalur
pertama berasal dari penghambatan proses transpeptidasi. Semua obat β-lactam
dapat menghambat proses ini. Antibiotik termasuk ke dalamnya adalah antibiotik
golongan β-lactam seperti Penicillin, Cephalosporins, Carbapemems, dan
Monobactam. Jalur kedua melalui penghambatan sintesis peptidoglykan.
Antibiotik termasuk jalur kedua ini adalah Vancomycin dan Bacitracin.
Pembagian kelompok ini dapat dilihat pada gambar di bawah.5,6

6
Penicillin

Ampicillin, Amoxicillin, Azlocillin, Carbenicillin, Cloxacillin, Dicloxacillin, Methicillin,


Gambar 2. Bagan pembagian antibiotik golongan inhibitor sintesis dinding bakteri

1. Penicillin

Penicillin adalah antibiotik paling terkenal yang ditemukan pertama kali


oleh Flamming (1929). Senyawa ini dihasilkan dari pembenihan spesies
Penisillium notatum. Sifat dari antibiotik ini adalah peka terhadap
penghacuran cincin β-lactam oleh senyawa β-lactamase dan tidak aktif secara
relatif terhadap kebanyakan bakteri gram negatif. Pengembangan terhadap
Penicillin menghasilkan turunan-turunan penicillin yang lebih stabil terhadap
asam dan aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif.4

 Struktur kimia

Semua Penicillin mempunyai struktur dasar yang sama. Terdapat cincin


Beta lactam yang dikelilingi oleh cincin tiazolodin. Beberapa turunan
Penicillin menambahkan senyawa lain pada gugus R. Struktur penicillin dapat
dilihat pada gambar 3.5

Gambar 3. Struktur dasar Penicillin.

 Resistensi

Beberapa mekanisme resistensi terhadap Penicillin:4

a. Bakteri tertentu seperti Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae


dan gonokokus menghasilkan senyawa β-lactamse yang memecah
cincin β-lactam. Pembentukan β-lactamase dikontrol oleh kromosom
dan plasmid. Nafcillin tahan terhap β-lactamase karena cincin β-lactam
dilindungi oleh rantai samping R’.

8
b. Beberapa mikroba kurang mempunyai reseptor spesifik dan kurang
permeabel terhadap β-lactam.

c. Organisme yang dormant seperti Mycoplasma L resistant terhadap


penicillin karena tidak mensintetis peptidoglykan

Zat-zat penghambat β-lactamase seperti clavulanic acid, sulbactam dan,


tazobactam dapat menghambat aktivitas β-lactamase dari bakteri yang
resisten. Pemberian preparat tunggal Penicillin kurang menunjukkan
penurunan aktivitas antibakteri sehingga obat ini baik diberikan kombinasi
bersama obat-obat β-lactam seperti clavulanic acid dan amoxcillin yang
efektif terutama terhadap infeksi saluran nafas oleh Haemophilus influenzae4

 Farmakokinetik

Absorpsi peroral berbeda pada golongan obat penicillin. Hal ini


tergantun dari tingkat kestabilan asam dan ikatan proteinnya. Obat
diberikan minimal 1 jam sebelum atau sesudah makan untuk mengurangi
ikatan pada makanan. Absorpsi parenteral biasanya terjadi lebih cepat.
Pemberian IM sering menimbulkan iritasi dan nyeri pada tempat suntikan.
Pemberian IV tetesan cepat dengan tetesan kontinue cenderung lebih
disukai.4,5

Penicillin tidak larut dalam sel dan tidak masuk dalam sel inang.
Pemberian 6 gr perhari dapat menghasilkan kadar 1-6 μg/ml dalam darah.
Penicillin yang terikat kuat pada protein (oxacillin, dicloxacillin)
menghasilkan kadar obat bebas yang lebih rendah daripada yang terikat
lemah (Ampicillin, Penicillin-G).4

Kadar penicillin pada jaringan setara dengan kadar dalam serum.


Pada mata, prostat, dan susunan syaraf pusat, kadar obat ini lebih rendah
dibandingkan dalam serum, namun pada cairan serebospinal kadar obat
dapat mencapai 0,2 μg/mL jika diberikan 6 gr parenteral sehingga tidak
diperlukan suntikan intratekal.4

9
Ekskresi lebih sering terjadi di ginjal, sekitar 10% diekskresi di
glomerulus dan 90% melalui tubulus dengan kecepatan 2 gr/jam kecuali
golongan Nafcillin dimana 80% diekskresi di dalam saluran empedu.
Waktu paruh Penicillin-G adalah ½-1 jam dan pada gagal ginjal dapat
mecapai 10 jam. Ekskresi Ampicillin lebih lama dibandingkan Penicillin-
G. Sekresi di tubulus dapat terhambat karena pemberian probenesid yang
digunakan untuk mencapai kadar sistemik dan cairan serebrospinal yang
tinggi. Pada neonantus pemberian obat ini biasanya lebih lambat
dibandingkan pada anak besar. Ekskresi obat melalui sputum dan air susu
dan dapat menimbulkan alergi pada bayi yang menyusui.4

 Kegunaan Klinik

Obat ini dikenal karena paling luas kegunaannya. Semua Penicillin


oral harus diberikan minimal 1 jam sebelum/sesudah makan.

a. Penicillin-G

Obat ini masih digunakan pada infeksi pneumococcus,


streptococcus, meningococcus, staphilococcus yang tidak
menghasilkan β-lactamase, Gonococcus, Treponema pallidum,
Bacillus anthracic dan bakreti gram positif lainnya, Clostridium,
Actinomyces, Listeria, dan Bacterioid. Dosis yang dianjurkan
dibedakan berdasarkan usia. Pada neonatus: 50mg/kgBB/hari
dalam 2 dosis terbagi, usia 1 – 4 minggu: 75mg/ kgBB/hari dalam
3dosis terbagi, usia 1 bulan – 12 tahun:100 mg/kgBB/hari dalam4
dosis terbagi. Pada infeksi berat digunakan dosis yang lebih tinggi.
Pemberian dapat melalui injeksi IM atau IV selama 3-5 hari.4,5

b. Benzathine Penicillin

Obat berbentuk garam dengan kelarutan dalam air sangat


rendah tetapi bertahan lama. Antibiotik ini digunakan sebagai
profilaksis primer demam rematik, pemberian injeksi IM dosis
pemberian dibedakan berdasarkan berat badan, berat badan < 30

10
kg : 450– 675 mg dosis tunggal sedangkan berat badan > 30 kg :
900mg dosis tunggal. Profilaksis sekunder demam rematik
pemberian injeksi IM dengan dosis anjuran 900mg setiap 3-4
minggudosis tunggal pada berat badan > 30 kg dan 450mg setiap
3-4 minggudosis tunggal pada berat badan < 30 kg dengan lama
pemberian 3-5 hari.4

c. Ampicillin, Amoxicillin, Carbenicillin, Ticarcillin, Piperacillin,


Mezlocillin, Azlocillin

Obat ini berbeda dengan Penicillin-G karena punya


akitivitas lebih besar terhadap bakteri gram negatif. Ampicillin dan
Amoxicillin mempunyai aktivitas yang sama tetapi Amoxicillin
lebih mudah diserap di dalam usus. Untuk ISK (infeksi saluran
kemih) yang disebabkan oleh bakteri koliformis gram negatif dan
infeksi bakteri campuran saluran nafas (sinusitis, otitis, bronchitis).
Dosis yang dianjurkan pada neonatus: 25– 50mg/kgBB/dosis, usia
1 minggu : setiap 12 jam, usia 2 – 4 minggu : setiap 6– 8 jam.Bayi
dan anak Oral : 7,5 –25 mg/kgBB/dosis setiap 6 jam. Pemberian
juga bisa melalui IV dan IM. Pada infeksi biasa dosis yang
dianjurkan 10– 25 mg/kgBB/dosis setiap 6 jam, infeksi berat: 50
mg/kgBB/dosis setiap 4 jam selama 3-5 hari. Obat ini kurang
efektif terhadap enterobacter, pseudomonas dan gastroenteritis
salmonella noninvasif.4,5

Carbenicillin lebih efektif terhadap pseudomonas dan


proteus, namun lebih cepat menjadi resisten, dengan dosis 12-
30g/hari IV. Obat ini bisa dikombinasi antibiotik golongan lain
untuk pengobatan sepsis karena pseudomonas pada luka bakar.4

Ticarcillin menyerupai Carbenicillin tetapi dosisnya lebih


rendah. Obat lain kebanyakan mempunyai aktivitas yang sama4

11
d. Penicillin yang resisten terhadap β-lactamase

Golongan yang resisten terhadap β-lactamase adalah


Oxacillin, Cloxacillin, Dicloxacillin, dan Nafcillin. Indikasi hanya
digunakan pada infeksi staflokokus penghasil β-lactamase.
Methicillin jarang digunakan karena bersifat nefrotoksis.4

 Efek Samping4,5

a. Hipersensitivitas

b. Neurotoksis pada dosis tinggi (>20.000 unit intratekal atau >20juta


parenteral)

c. Dispepsia

d. Nefrotoksis (Methycillin)

e. Gangguan pendarahan (Cabenicillin)

2. Sefalosforin

Sefalosforin dihasilkan oleh jamur Cephalosporium. Senyawa ini mirip


dengan Penicillin namun lebih resisten terhadap β-Lactamase dan cenderung
lebih aktif terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif.4

a. Struktur kimia

b. Strutur kimia sefalosforin mirip dengan penicillin yaitu adanya cincin β-


Lactam yang dilekati cincin dihydrithiazide dan terdapat gugusan R1 dan
R2 yang digunakan untuk dibuat turunan cephalosporin dengan aktivitas
yang lebih tinggi dan toksisitas yang lebih rendah.4

12
Gambar 4. Struktur kimia sefalosforin

c. Aktivitas antimikroba dan resistensi

Aktivitas, cara kerja, serta mekanisme resistensi sefalosforin


analog dengan penicillin.4

d. Sefalosforin generasi pertama

Obat yang termasuk golongan ini adalah Cefadroxil (Duricef),


Cephradrin,Cephalotin (cephalothin; Keflin), Cephalexin, (Keflex),
Cephapirin (cephapirin; Cefadryl).4

 Aktivitas Antimikroba

Sangat aktif terhadap kokus gram positif seperti pneumokokus,


streptokokus viridan, gourp streptokokus A hemolitikum dan S aureus.
Bakteri gram negatif juga dihambat oleh golongan obat ini
sepertiEscherichia coli, Klebsiella pneumoniae, dan Proteus mirabilis.
Kokus anaerob (Peptococcus, Peptostreptococcus) biasanya sensitif
kecuali B fragilis.4

 Farmakologi dan Dosis

Oral : Cefalexin, Cefradrin, dan Cefadroxil diabsorpsi di usus.


Kadar dalam urin biasanya sangat tinggi namun di jaringan kadarnya lebih
rendah. Dosis Cefalexin dan cefadrin 4 x 0,25-0,5 gram dan cefadroxil
diberikan 3 x 0,5-1 g. Ekskresi di urin dan dapat dihambat dengan
pemberian probenesid. Pada penderita gagal ginjal dosis harus
disesuaikan.4

13
IV :Pemberian obat melalui IV diberikan sebanyak 1 gram dan
mencapai kadar puncak cefazolin 90-120 μg/mL, cefalotin dan cefazolin
40-60 μg/mL, Dosis Cefazolin 1-2 g /8 jam, cefalotin dan cefapirin adalah
1-2 g/6 jam.4

IM : jarang dilakukan.4

 Penggunaan Klinik

Sefalosforin generasi pertama mempunyai spectrum luas dan tidak


terlalu toksis, namun obat ini jarang digunakan kecuali sebagai obat
alternatif untuk beberapa infeksi seperti ISK, luka kecil, dan infeksi ringan
lainnya. Profilaksis pada kasus bedah, Cefazolin lebih banyak digunakan
karena lebih murah dan dapat mengurangi resistensi terhadap obat lain.
Jangan digunakan untuk infeksi berat. Cephalosporin generasi pertama
tidak dapat melakukan pentrasi ke SSP dan tidak bisa digunakan untuk
pengobatan meningitis.4,5

e. Sefalosforin generasi kedua

Contoh dari sefalosforin generasi kedua adalah cefaclor (Keflor,


Raniclor), cefamandol, cefmetazole, cefodoxim, cefonicid (monocid),
cefoxitin, cefprozil (cefzil), cefotetan, cefuroxime (ceftin).4

 Aktivitas Antimikroba

Aktivitas obat mirip dengan generasi pertama namun mempunyai


spektrum yang lebih luas terhadap bakteri gram negative seperti
Enterobacter, Klebsiella, dan Proteus indol-positif. Mikroba Helibacter
Influenza efektif menggunakan obat cefamandol, cefuroxime, cefonicid,
dan ceforanid. Untuk pengobatan B fragilis dapat menggunakan cefoxitin,
cefmetazole, dan cefotetan lebih efektif. Semua generasi kedua tidak aktif
terhadap enterokokus dan P aeruginosa.4,5

14
 Penggunaan Klinik

Karena aktivitasnya terhadap H. influenza, Cefaclor sering


digunakan untuk sinusitis dan otitis media pada pasien alergi atau tidak
ada respon terhadap Ampicillin. Cefuroxim yang dapat menembus sawar
otak. Cefoxitin, cefmetazole, dan cefotetanefektif terhadap B fragilis
dengan digunakan untuk infeksi bakteri anaerob pada kasus seperti
peritonitis dan divertikulitis.4,5

f. Sefalosforin generasi ketiga

Yang termasuk generasi ketiga sefalosforin adalah cefixime,


cefotaxime, ceftazidime, ceftizoxime, ceftriaxone, dan moxalaktam.4

 Aktivitas antimikroba

Sefalosforin generasi ketiga mencakup gram negatif yang


penggunaannya luas dan dapat menembus sawar otak. Selain itu secara
menetap generasi ketiga juga aktif terhadap enterobacter citrobacter, S
marcescens, dan Providencia, serta Haemophilus dan Neisseria penghasil
β-Lactamase.4

 Farmakologi dan Dosis

Kadar obat ceftriaxone generasi ketiga dalam darah adalah 60-140


μg/mL setelah pemberian infus IV 1 gram. Kadar ini sama di semua
jaringan dan dapat mencapai sistem syaraf pusat.5

Waktu paruh untuk ceftriaxone (7-8 jam) setelah pemberian 15-30


g/kg/hari dibagi dalam dosis tiap 12-24 jam, namun pada meningitis dosis
ini diberikan setiap 12 jam. Obat lain punya waktu paruh 1-1,7 jam dapat
disuntikan setiap 6-8 jam dengan dosis 2-12 gram/hari.5

Dosis Cefotaxime yang dianjurkan pada usia 1 bulan –12 tahun jika
berat badan < 50 kg : 100-200mg/kgBB/hari dibagisetiap 6-8 jam. Jika
berat badan 50 kg disertai Infeksi sedang sampai berat: 1-2 g setiap6-8
jam, infeksi yang mengancam jiwa: 2 g/dosis setiap 4jam dosis
15
maksimum: 12 g/hari. Usia > 12 tahun: 1-2 g setiap6-8 jam(hingga 12
g/hari), pemberian selama 3-5 hari.4

Dosis Cetriaxone yang dianjurkan pada bayi dan anak : injeksi IM


atau IVdalam 3-4 menit: 20-50 mg/kgBB/hari sampai 80 mg/kgBB/hari,
pada Infeksi serius diberikan melalui infus IV dalam 60 menit, pemberian
selama 3-5 hari.4 Dosis Ceftazidime yang dianjurkan pada bayi < 2 bulan
pemberian melalui injeksi IV atau infus IV: 25-50mg/kgBB/hari dalam 2
dosis terbagi. Pada bayi > 2bulan pemberian melalui injeksiIV atau infus
IV : 50-100mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis terbagi, selama 3-5 hari.4

Ekskresi utama melalui empedu, jadi pada gagal ginjal obat ini
memerlukan penyesuaian dosis.5

 Penggunaan Klinik

Generasi ketigaceftriaxone ini mampu melalui sawar otak sehingga


sering digunakan untuk mengobati meningitis termasuk yang disebabkan
oleh meningokokus H.influenza dan bakteri gram negatif usus yang rentan,
dan juga pada sepsis yang tidak diketahui penyebabnya.4

g. Efek Samping

Efek samping yang umumnya:4

a. Alergi

b. Hipoprotrombinemia dan kelainan perdarahan : untuk pencegahan


diberikan vitamin K 10 mg 2 x seminggu

c. Disulfiram-like effect (penghambatan metabolisme alkohol)


sehingga jangan dberikan pada alkoholisme

Obat Β-Lactam Lainnya

Kelas β-Lactam yang lain adalah monobactam dan carbapenem.

16
1. Monobactam

Obat ini mempunyai cincin β-Lactam monosiklik yang juga resisten


terhadap β-Lactamase serta aktif terhadap beberapa gram negatif seperti
pseudomonas dan S

serratia. Kelemahan obat ini adalah tidak ada aktivitas terhadap bakteri
gram positif dan bekteri anaerob. Contoh golongan ini adalah Aztreonam
(azactam). Kadar dalam serum adalah 100 μg/mL setelah pemberian 1-2 gram
setiap 8 jam. Waktu paruh 1-2 jam dan pada gagal ginjal dapat memanjang.4

2. Carbapenem

Obat ini adalah obat baru dengan cincin β-Lactam. Contohnya adalah
Imipenem. Obat ini mempunyai spektrum luas terhadap bakteri gram positif,
gram negatif, dan anaerob. Kelebihan obat ini adalah tahan terhadap β-
Lactamase. Tapi diinaktifkan di tubulus sehingga konsentrasi dalam urin
menjadi rendah. Penetrasi baik ke jaringan tubuh dan cairan serebrospinal.4

Kegunaan secara pasti belum jelas namun obat ini kemungkinan


digunakan pula pengobatan infeksi yang resisten terhadap obat. Sejak
Pseudomonas menjadi cepat resisten terhadap imipenem, pemberian kombinasi
obat ini dengan aminoglican perlu dilakukan.4

Efek samping terbatas pada mual, muntah, diare, dan kulit kemerahan
sedangkan pada gagal ginjal gejala ini semakin jelas terlihat.4

3. Vancomycin

Vancomycin dan bacitracin merupakan penghambat sintetis dinding sel


namun bukan termasuk golongan β-Lactam. Vancomycin dihasilkan oleh
streptomisin. Obat ini aktif terhadap bakteri gram positif khususnya stapilokokkus

17
Struktur kimia vancomycin terdiri dari glicopeptida dengan erat molekul
1500 larut dalam air dan stabil. Mekanisme obat ini adalah penghambatan sintetis
peptidoglican di tingkan membrane sel.4

Vancomycin bersifat bakterisid terhadap gram positif pada konsentrasi 0,5-


3 μg/mL. Banyak staphylococcus yang sudah resisten dengan nafsilin dapat
dibunuh dengan vancomycin karena obat ini resistensi terjadi sangat lambat dan
jarang.4

Vancomycin tidak diabsopsi di usus. Pengobatan peroral digunakan untuk


mengobati enterokolitis. Pemberian IV dengan dosis 0,5 gram dapat mencapai
kadar serum 10-20 μg/mL (waktu paruh 1-2 jam). Ekskresi dilakukan oleh
ginjal.4

Vancomycin diindikasikan untuk karena sepsis atau endocarditis


disebabkan “staphylocoocus” yang resisten terhadap obat lain dengan dosis 0,5
gram IV tiap 6-8 jam. Pengobatan peroral dengan dosis 0,125-0,5 gram tiap jam
digunakan untuk enterokolitis terutama Clostridium difficle.4

Jarang terjadi efek samping dari obat. Pada tempat suntikan dapat terjadi
flebitis, demam, dan flushing yang luas (red man syndrome).4

4. Bacitracin

Bacitracin merupakan campuran polipeptida siklik dihasilkan dari Tracy


Bacillus subtilis. Obat ini aktif terhadap mikroba gram positif karena efek
toksisnya yang sistemik bacitracin jarang digunakan.4

Tujuan khusus gram positif khususnya staphylococcus. Obat ini sulit


diabsorpsi di usus, kulit, mukosa, atau yang lain jadi sering digunakan untuk
pengobataan topical dengan dosis 500 unit/gram untuk menekan lesi di
permukaan kulit, pada luka, atau pada mukosa.4,5

Efek samping obat adalah kerusakan ginjal secara mencolok,


menyebabkan proteinuria, hematuria, dan retensi nitrogen sehingga sudah
18
tidak digunakan lagi. Reaksi alergi pada penggunakan topikal jarang
terjadi.4

a. Golongan Inhibitor Sintetis Protein

Tetracyclin, amonoglycoside, Chloramphenicol, Macrolides, dan


Lyncomicin terbukti secara klinis dapat menghambat sintetik protein
melalui kerja di ribosom. Sel bakteri secara umum mempunyai beberapa
tipe ribosom antara lain ribosom 30S, ribosom 50S, dan ribosom 70S.
Ribosom 80S terdapat manusia tetapi tidak terdapat pada bakteri sehingga
golongan obat ini cenderung tidak berpengaruh terhadap sintesis protein
dalam jaringan manusia.4

Gambar 5. Bagan pembagian golongan obat penghambat sintetis protein

Mekanisme penghambatan obat di masing-masing ribosom mempunyai


cara yang berbeda. Golongan obat yang beraksi di ribosom 30S dan ribosom
70S adalah golongan tetracycline dan amiglycoside, sedangkan golongan lain
beraksi di ribosom 50S. Penghambat sintetik protein terbagi dalam 5
kelompok yaitu : Tetracyclin, Amoniglycoside, Macrolide, Chloramphenicol,
dan Lyncomycin.4

1. Tetracycline

Tetracycline yang pertama kali ditemukan adalah chlortetracycline


yang diisolasi dari Streptomycecs aureofaciens.4

19
 Struktur Kimia

Semua tetracycline mempunyai struktur yang sama. Obat ini


tersedia sebagai hidroklorida yang lebih larut. Larutan tersebut bersifat
asam dan mudah berikatan erat dengan ion-ion logam bervalensi 2 dan
dapat mengganggu absorpsi dan aktivitas.6

Gambar 6. Struktur kimia tetracyclines

 Aktivitas Antimikroba

Tetracycline cenderung merupakan antibakteri spektrum luas.


Antibiotik ini bersifat bakteristatik baik untuk gram positif dan gram
negatif, bakteri anaerob, riketsia, clamidia, micoplasma, serta untuk
beberapa protozoa misalnya amuba.

Tetracycline memasuki mikroba melalui difusi pasif dan transport


aktif sehingga pada mikroba yang rentan terdapat penumpukan obat ini di
dalam sel. Tetracycline terikat reversible ke reseptor pada subunit 30S
ribosom dalam posisi yang menghambat pengikatan aminoasil-tRNA ke
tempat akseptor pada komplek mRNA ribosom. Efek lanjut adalah
mencegah penambahan asam amino baru ke rantai peptide yang tumbuh.4

 Resistensi

Resistensi muncul dengan perubahan permeabilitas pasif dan tidak


adanya transport aktif terhadap tetracycline. Resistensi ini muncul
dipengaruhi genetik. Kontrol resistensi oleh plasmid juga dapat resisteni
terhadap obat golongan lain. Penggunaan tetracycline secara luas
bertanggung jawab terhadap resistensi obat lain.4

20
 Farmakokinetik

Absopsi tetracycline di usus bervariasi diantara beberapa obat.


Beberapa ada yang tetap di usus dan dikeluarkan di tinja. Obat
chlortetracycline hanya 30% diasorpsi. Oxytetracycline dan
demeclocycline 60-80 %, doxycycline dan minocycline 90-100%. Absorpsi
paling baik terjadi di usus halus bagian atas dan pada saat tidak makan,
karena dapat diganggu oleh kation bervalensi dua (Ca2+, Mg2+, Fe2+),
terutama dalam susu dan antasida. Pemberian parenteral tetracycline
biasanya diracik dengan buffer khusus.4

Dalam darah terjadi ikatan protein berbagai tetracycline sebesar


40-80%. Dengan dosis oral 500 mg tiap 6 jam dapat mencapai kadar 4-6
μg/mL untuk tetracycline hydroloride dan oxytetrasikline. Doycycline dan
minocycline lebih rendah. Pemberian secara IV membuat kadar obat lebih
tinggi untuk sementara waktu tetapi distribusi tidak dapat mencapai cairan
serebrospinal. Minosiklin mempunyai ciri khas karena konsentrasinya
yang tinggi di air mata dan air liur. Sehingga tetracycline dapat melintasi
plasenta dan air susu.4

Ekskresi terutama di empedu dan urin. Di empedu ekskresinya


lebih banyak dan mungkin diabsorpsi kembali oleh usus untuk
mempertahankan kadar didalam serum. Sekitar 50% jenis tetracycline
diekskresi di glomerulus ginjal dan dipengaruhi oleh keadaan gagal ginjal.
Doxicycline dan minocycline diekskresi lebih lambat sehingga konsentrasi
oabt di dalam serum lebih lama.4

 Kegunaan Klinik

Tetracycline merupakan obat spektrum luas pertama dan telah


digunakan sewenang-wenang obat ini. Antibiotik ini merupakan obat
terpilih untuk infeksi mycoplasma pneumoniae, clamidia,dan ricetsia,
bakteri campuran infeksi saluran pernafasan seperti sinusitis dan bronkitis,
juga untuk infeksi fibrocholera namun resistensi telah dilaporkan.4

21
Doxycycline efektif terhadap leptospirosis. protozoa yang dapat
dihambat oleh tetracycline adalah entamoeba histolitica atau plasmodium
falciparum (Doxicycline).4

 Efek Samping

Efek samping yang bisa timbul antara lain :4,5

a. Efek samping pencernaan seperti mual, muntah dan diare


merupakan alasan penghentian dan pengurangan pemberian
Tetrasikline.

b. Penumpukan di tulang dan gigi tetracycline sering terjadi. Kontra


indikasi pemberian pada ibu hamil karena tetracycline dapat
menumpuk di gigi janin menyebabkan warna kuningan pada gigi
serta penumpukan di tulang yang mengganggu pertumbuhan janin
dan anak umur dibawah 8 tahun.

c. Hepatotoksis dapat terjadi bila diberikan dosis maksimal atau telah


terjadi insusifiensi hepar sebelumnya.

d. Trombosis vena dapat terjadi pada pemberian IV

e. Hiperfotosensitif terutama demeclocycline

f. Reaksi vestibular seperti pusing, vertigo, mual, muntah


(minocycline)

2. Aminoglycoside

Aminoglycoside berasal dari berbagai spesies streptomyces. Contoh


antibiotik ini adalah streptomisin,, neomicin, gentamicin. Semua obat ini
menghambat sintetis protein dan punya kelemahan dalam berbagai macam
resistensi. Semua obat golongan aminoglikosida mempunyai potensi
ototoksis dan nefrotoksik. Pada umumnya antibiotik ini digunakan untuk
bakteri gram negatif terutama pada bakterimia, sepsis, atau endokarditis.4

22
 Strukur Kimia

Aminoglikosida memiliki inti heksosa di samping streptidin atau


deoxistreptamin, dimana gula amino terikat dengan ikatan glikosida.
Aminoglikosida larut dalam air, stabil dalam larutan dan lebih aktif dalam
keadaan pH alkali daripada asam.4

Gambar 7. Struktur kimia Aminoglycoside secara umum

 Mekanisme Kerja

Aminoglikosida bekerja dengan menghambat sintetis protein yang


diawali dengan proses transpot aktif yang bergantung pada oksigen
sehingga tidak efektif terhadap kuman anaerob, selanjutnya obat ini
berikatan dengan subunit 30S ribosom. Proses sintetik dihambat dengan
cara mengganggu “komplek awal” pembentukan peptide, menginduksi
kesalahan membaca mRNA, serta pemecahan polisom menjadi monosom
yang tidak berfungsi.4

 Resistensi

Ada 3 mekanisme resistensi yang telah diketahui4

1. Adanya enzim yang menginaktifasi aminoglikosida dengan


adenilasasi, asetilasi, dan fosforilasi.

2. Perubahan permeabilitas

3. Perubahan reseptor di ribosom

23
a. Streptomicin

Streptomicin dihasilkan dari streptomyces grieus,turunannya


adalah dihidrostreptomycin. Aktivitas antibakteri dan resistensi sama
dengan jenis yang lain. Streptomycin efektif untuk mikobakteria dan
beberapa spesies lain (infeksi pes, tularemia, dan bruselosis dengan dosis
15-40mg/kgBB/hari) serta pengobatan kombinasi untuk memperkuat
efektifitas antibakteri yang lain. Efek Samping yang ditimbulkan obat ini
adalah alergi, gangguan vestibular-vertigo dan keseimbangan.4

b. Gentamicin Dan Tobramicin

Baik gentamicin dan tobramicin efektif terhadap bakteri gram


positif dan bakteri gram negatif. Spektrum aktivitas kedua obat ini sama
dengan menghambat banyak strain stafilokokus, koliform, dan bakteri
gram negatif lainnya. Kombinasi obat efektif dengan karbenisilin atau
tikarsilin untuk pengobatan pseudomonas, proteus, enterobacter, dan
klebsiella, namun banyak sterptokokus resisten terhadap gentamicin.4

Pemberian IM atau IV gentamicin atau tobramicin biasanya


digunakan untuk infeksi berat (sepsis) pseudomonas, enterobacter, proteus
yang telah resisten dengan obat lain. Dosis 5-7 mg/kg/hari IM atau IV obat
ini dipadukan dengan sephalosporin atau penicilin untuk pengobatan yang
lebih efektif. Kombinasi dengan penicilin-G dapat digunakan untuk
endokarditis disebabkan oleh S viridans dan S faecalis. Gentamycin 0,1-
0,3% dalam krim atau obat salep sering digunakan untuk luka bakar, luka,
dan lesi kulit yang terinfeksi. Efek samping kedua obat analog dengan
aminoglikosida lain, seperti nefrotoksisitas.4

c. Kanamicin & Neomicin

Kedua obat ini berhubungan erat karena mempunyai resistensi


silang yang lengkap. Neomicin sulit diabsorpsi secara oral, ekskresi terjadi
di glomerulus. Penggunaan preparat peroral masih digunakan untuk
mengurangi flora usus sebelum pembedahan. Penggunaan obat perenteral

24
telah lama dihindari karena efek nefrotoksis dan ototoksis yang jelas
setelah pemberian. Peggunaan antibiotik paling sering melalui topikal atau
injeksi ke dalam sendi, rongga pleura, atau rongga abses yang mengalami
infeksi..4

d. Amikasin

Amikasin merupakan turunan dari kanamicin yang kurang toksis


namun lebih resisten terhadap enzim penginaktif gentamicin sehingga
digunakan terapi kedua setelah gentamicin. Amikacin efektif terhadap
banyak bakteri Proteus, Pseudomonas, Enterobacter, dan Serratia.4

e. Netilmicin

Obat ini cenderung lebih tahan terhadap kerusakan yang


ditimbulkan oleh bakteri yang resisten terhadap gentamicin dan
tobramicin. Indikasi netilmisin terutama pada infeksi iatrogenik serta
infeksi yang beresiko untuk terjadi sepsis.4

3. Makrolides

Makrolides termasuk golongan senyawa yang mempunyai cincin


makrolid, obat yang terkenal adalah erithromicin. Penggunaan macrolide
terbatas pada infeksi korinebakterium, klamidia, micoplasma dan
legionella. Contoh makrolideadalah Azitromycin, Clarithromycin,
Erythromycin, dan Spiramycin.4

a. Erithromicin

Erithromicin merupakan obat macrolide yang dihasilkan dari


Streptomyces erythreus. Aktvitas dapat hilang pada suhu 200C dan pH
asam. Sediaan pada umumnya berupa garam. Erythromycin efektif
terhadap organisme gram positif, terutama pneumokokus, streptokokus,,
dan korinebakterium. Organisme lain seperti micoplasma, Clamidia
trachomatis, dan Helicobacterium Resistensi dijumpai pada beberapa
25
pneumokokus dan streptokokus dengan perubahan pada reseptor. Obat ini
dapat dikontrol dengan genetik dan plasmid.4

Erythromycin tidak tahan asam basa dirusak sehingga di dalam


lambung dan pemberian peroral harus diberikan dalam bentuk enteric
coating atau dalam bentuk stearat ester. Dosis peroral 2 g/hari mencapai
kadar serum 2 μg/mL. Sejumlah besar hilang dalam feses. Obat tidak dapat
menembus sawar otak.tapi menembus plasenta dan mencapai janin.
ekskresi dilakukan dalam empedu.4

Erithromicin digunakan pada infeksi korinebakterium (difteri,


sepsis, eritrasma), Infeksi klamedia pada saluran pernafasan, neonantus,
mata, atau genialia, Pneumonia oleh micoplasma dan legionella. Dosis oral
diberikan 30-50 mg/kgBB/hari. Efek samping yang bisa muncul berupa
anoreksia, mual, muntah, dan sifat toksis terhadap hepar.4

b. Spiramicin

Spiramicim punya spektrum yang sama dengan erithromicin namun


lebih lemah. Keutungannya adalah daya penetrasi yang kuat di jaringan
mulut, tenggorokan dan saluran nafas sehingga sering digunakan untuk
ISPA yang sukar dicapai dengan antibiotik lain.4

4. klorampenicol

klorampenicol berasal dari isolasi Stretomyces venezuelae. Sifat


kristal chloramphenicol sangat larut dalam alkohol dan sukar larut dalam
air. namun klorampenicol suksinat sangat larut dalam air.Obat ini
mempunyai efek kuat penghambat sintetik protein mikroba, bersifat
bakteriostatik untuk kebanyakan bakteri, namun tidak efektif untuk
klamidia. Mekanisme resistensi muncul dengan berkurangnya
permeabilitas terhadap kloramphenicol dan munculnya senyawa
cholramphenicol acetyltransferase yang dapat menginaktifasikan obat ini.4

26
Obat ini sangat efektif untuk infeksi antara lain :4,5

b. Salmonella simtomatik

c. Infeksi serius H influenza seperti meningitis,

d. Infeksi meningokokus dan pneumokokus pada SSP

Infeksi anaerobik pada SSP

Pemberian diberikan secara oral maupun parenteral (kloramfenikol


suksinat 25-50 mg/kg/hari). Kloramfenikol dapat mencapai SSP dengan
kadar yang sama denganserum, obat ini mudah diinaktifasikan di dalam
hati. Ekskresi terjadi di tubulus ginjal dan sebagian kecil di empedu. Dosis
tidak perlu dikurangi pada gagal ginjal namun sangat dikurangi pada gagal
hati.4

1. Clindamicin/Lincomicin

Clindamicin merupakan turunan dari lincomicin. Keduanya mempunyai


aktivitas yang menyerupai erithromicin namun clindamicin lebih kuat dalam
mengatasi infeksi banyak bakteri kokus gram (+), kecuali enterokokus,
Haemophilus Neisseria, dan Micoplasma yang resisten. Pemberian secara oral
3 – 6 mg/kgBB setiap 6 jam.Injeksi IM atau infus IV : Neonatus : 15 – 20
mg/kgBB/hari; > 1 bulan, 15-40 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis terbagi.
Infeksi berat minimal 300 mgperhari tanpa mempertimbangkan berat
badan.Obat ini tidak dapat mencapai SSP, dan eskresi terutama di dalam hati,
empedu dan urin.4

Indikasi untuk mengobati infeksi anaerob berat oleh Bacterioid dan kuman
anaerob lainnya. Penggunaan lain sering digunakan pada infeksi yang berasal
dari saluran genital wanita seperti sepsis karena keguguran atau abses pelvis.4

27
a. Golongan Inhibitor Fungsi Dan Sintesis Asam Nukleid

Obat-obat penghambat sintesis DNA terdiri dari 3 golongan, yaitu


penghambat replikasi DNA, penghambat polymerase rNA, dan
penghambat metabolisme nukleotid. Golongan inhibitor replikasi DNA
bekerja dengan mem-blok aksi gyrase dan DNA topoisomerase,sedangkan
golongan inhibitor polimerase menghambat dengan cara berikatan kuat
dengan rNA polimerase. Golongan inhibotor metabolik nukleid seperti
aciclovir menghambat sintesis DNA dengan cara konversi senyawa ini
menjadi tiphosphate dan menghambat timidin kinase dan polimerase DNA
sehingga ada penambahan DATP ke dalam DNA dan kekurangan timin
untuk replikasi DNA.4

Golongan rifampicin menghambat dengan cara melekat pada enzim


polimerase rNA sehingga DNA yang telah bertrankripsi tidak bisa diubah
menjadi mRNA. Golongan terakhir menghambat DNA girase sehinga
tidak terjadi proses trankripsi pembelahan DNA.4

28
Inhibitor Replikasi

DNA

29
Quinolon
Gambar 8. Bagan pembagian golongan penghambat sintesis DNA.

1. Quinolon

Quinolon merupakan turunan obat dari nalidixic acid. Obat-


obat pendahulu quinolon ini mempunyai spektrum lebih kecil dan
biasanya digunakan untuk antiseptik saluran kemih. Turunan terbaru
yang mempunyai aktivitas antimikroba lebih baik terbagi menjadi
beberapa generasi, antara lain :4

a. Generasi I : cinoxacin, flumequine, nalidixic acid, oxolinic acid,


piromidic acid, pipemidic acid, rosoxacin

b. Generasi II : ciprofloxacin, enoxacin, fleroxacin, lomefloxacin,


nadifloxacin, norfloxacin, ofloxacin, pefloxacin, rufloxacin

c. Generasi III : balofloxacin, gatifloxacin, grepafloxacin,


levofloxacin, moxifloxacin, pazufloxacin, sparfloxacin,
temafloxacin, tosufloxacin

d. Genrasi IV : clinafloxacin, garenoxacin, gemifloxacin, sitafloxacin,


trovafloxacin, prulifloxacin

Quinolone diberikan secara oral dan ekskresi terutama di


ginjal. Quinolon sering digunakan pada infeksi saluran kemih
walaupun disebabkan karena infeksi bakteri yang kebal terhadap
bermacam-macam obat. Norfloxacin 400 mg/kgBB atau ciprofloxacin
500 mg/kgBB diberikan peroral 2 kali sehari. Selain itu juga dapat
diberikan untuk diare infeksi, infeksi tulang, sendi, intra abdominal,
serta pada infeksi mikobakterium.4

2. Metronidazole

Metronidazole sering digunakan sebagai obat antiprotozoa untuk


pengobatan trikomoniasis, giardia lambia, B coli, serta infeksi amubiasis
lainnya. Metronidazole mempunyai efek antibakteri terhadap banyak
kuman anaerob dan dapat diberikan secara oralkemudian tersebar di
30
jaringan tubuh sampai ke serebrospinal. Ekskresi terutama di urin. Untuk
pengobatan infeksi anaerob, metronidazole sering digunakan untuk
menurunkan infeksi pasca operasi apendektomi, bedah kolon, dll.
Beberapa infeksi seperti B fragilis, klostridia, obat ini masih menunjukkan
respon.5

Dosis obat diberikan berdasarkan penyakit dan umur.

Amoebiasis Invasif

Oral : 30 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi selama 8 – 10 hari,


kemudianditeruskan dengan amubisida luminal Infus IV (hanya bila
pemberian oral tidak memungkinkan): 30 mg/kgBB/ hari dalam 3 dosis
terbagi (hingga terapi oral memungkinkan),kemudian diteruskan dengan
amubisida luminal.

Giardiasis

Oral : 15 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis terbagi selama 5 – 10 hari.

Infeksi anaerob

Oral : 7,5 mg/kgBB setiap 8 jam. Infus IV: selama 20 menit 7,5
mg/kgBBsetiap 8 jam. Suppositoria: 10 tahun : 1 g tiap 8 jam selama 3
hari, lalu 1 gram setiap 12 jam; 5 – 10 tahun : 500 mg tiap 8 jam selama 3
hari, lalu setiap 12jam; 1 –5 tahun : 250 mg tiap 8 jam selama 3 hari, lalu
setiap 12 jam; < 1tahun : 100 mg tiap 8 jam selama 3 hari, lalu setiap 12
jam, terapi diberikan selama 7 hari.

Gingivitis ulserativa akut

Oral : 1 – 3 tahun: 50 mg tiap 8 jam selama 3 hari; 3 – 7 tahun: 100


mg tiap 12jam selama 3 hari; 7 – 10 tahun : 100 mg tiap 8 jam selama 3
hari.

Kolitis

31
Profilaksis pada pembedahan Oral: 7,5 mg/kgBB 2 jam pra bedah,
dapatdiberikan sampai 3 dosis setiap 8 jam untuk pembedahan dengan
risikotinggi. Suppositoria : 5 – 10 tahun 500 mg 2 jam pra bedah, dapat
diberikansampai 3 dosis setiap 8 jam untuk pembedahan dengan risiko
tinggi.InfusIV (bila suppositoria tidak memungkinkan): 7,5 mg/kgBB pada
saat induksi,dapat diberikan sampai 3 dosis setiap 8 jam untuk
pembedahan denganrisiko tinggi.

Eradikasi Helicobacter pylory

3 kali 400 mg/hari beserta omeprazole 40 mg/hari dan amoksisilin


3 x 500mg/hari selama 1 minggu. Harus diminum utuh dengan air selama
atausetelah makan. Suspensi diminum 1 jam sebelum makan.

Terapi NEC pada neonatus

Dosis awal: IV atau oral : 15 mg/kgBB/dosis

Dosis rumatan

IV atau oral : 7,5 mg/kgBB/dosis Dengan interval pemberian ≤ 28 hari


tiap 12 jam> 28 hari tiap 8 jam. Mulai dosis rumatan pada usia gestasi < 37
minggu 24 jam setelah dosis awal, sedangkan pada usia gestasi ≥ 27 minggu
12 jam setelah dosis awal.

3. Rifampicin

Rifampicin masih terbukti aktif terhadap beberapa kokus gram (+) dan
(-), serta beberapa bakteri enterik, mikobakterium, klamidia, dan poxvirus.
Sayangnya banyak laporan mengenai resistensi bakteri yang cepat
terhadap pengobatan tunggal rifampicin sehingga tidak boleh diberikan
sendiri. Rifampicin diabsorpsi baik secara peroral, dan diekskresikan
melalui hati ke dalam empedu.4

Rifampicin sebagai pengobatan TB bersamaan dengan pemberian INH,


etambutol, dll. Efek sampingnya menimbulkan warna oranye pada urin,
keringat, air mata yang sebenarnya tidak berbahaya.4
32
Rifampicin diberikan 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan
karenaabsorpsi dihambat oleh makanan.

Tuberkulosis (terapi kombinasi)

Oral: 10 mg/kgBB/hari (dosis maksimal 600 mg/hari). Pemberian


untuk TBbiasanya dikombinasikan dengan OAT lain. Bila diberikan 2 – 3
kali seminggumaka dosisnya per kali pemberian 10 – 20 mg (maksimum
600 mg).

Lepra

Paucibacillary leprosy

Oral: < 10 tahun: rifampisin 300 mg sekali sebulan dan dapson (25
mg/hari)selama 6 bulan; 10 – 14 tahun: rifampisin 450 mg sekali sebulan
kombinasidengan dapson (50 mg/hari) selama 6 bulan.

Multibacillary leprosy

Oral: <10 tahun: Rifampisin 300 mg/sekali sebulan, klofazimin (50


mg 2x/minggu dan 100 mg 1x/minggu) dan dapson (25 mg/hari) selama
12 bulan. 10–14 tahun: 450 mg sekali sebulan kombinasi dengan dapson
(50 mg/hari)dan klofazimin (50 mg tiap hari kedua dan 150 mg 1x / bulan)
dilanjutkanselama 12 bulan di bawah pengawasan dokter.

b. Golongan Penghambat Membran Sel

Polymyxin
Imidazole
Polyenes
PENGHAMBAT
MEMBRAN SEL

Gambar 9. Pembagian obat penghambat fungsi membran sel.

33
Yang termasuk golongan obat ini adalah polimixin, polienes, imidazol, dll.
Kerja golongan ini adalah mengganggu intregitas fungsional membran sitoplasma
sehingga terjadi kematian bakteri. Polimixin bekerja pada membran bakteri gram
(-) yang kaya akan fosfatidil dan bekerja seperti detergen. Polienes bekerja hampir
sama dengan polimix melekat pada jamur, karena jamur mengandung ergosterol
sehingga akan terbentuk sebuah pori. Imidazole mempunyai mekanisme yang
berbeda dengan cara menghambat sintesis ergosterol.4

1. Polimixin

Polimixin merupakan golongan polipeptida basa dan aktif terhadap


bakteri gram (-). Obat ini mempunyai efek nefrotoksis yang hebat sehingga
banyak ditinggalkan kecuali polimixin B dan E.4

Polimixin bekerja sebagai bakterisidal dan tidak dapat diabsorpsi di


dalam usus sehingga diberikan secara parenteral, walaupun konsentrasi dalam
darah dan jaringan cenderung rendah karena diikat erat oleh sel-sel mati, dan
ekskresi terutama di ginjal. Penggunaan polimixin saat ini dibatasi hanya pada
penggunaan topikal. Larutan polimixin B 1-10 mg/mL diberikan pada
permukaan kulit yang terinfeksi, atau disuntikkan ke dalam pleura dan sendi.
Efek samping yang ditakutkan pada pemberian sistemik adalah efek
nefrotoksisnya.4

c. Golongan Inhibitor Metabolisme

Golongan ini mempunyai efek kerja seperti pada golongan penghambat


sintesis DNA, yaitu penghambatan dalam proses pembentukan purin. Yang
termasuk golongan ini adalah sulfonamid dan trimetropim. Suatu kombinasi
antara golongan sulfonamid – trimetropim dapat mengoptimalkan kerja
golongan ini.4

34
Co-trimoxazole Pyrimethamine,
TRIMETROPIMTRIMET
SULFONAMIDSULFONA
CampuranC
PENGHAMBAT Mafenide, Silverthrimethropim
Sulfadiazine, Succinysulfathiazole,

Gambar 10. Pembagian golongan penghambat metabolik

1. Sulfonamid

Sulfonamid secara struktural analog dengan asam p-amino benzoat


(PABA). Obat ini bekerja secara bakteriostatik, dengan cara mengubah
sulfonamid oleh enzim dihidrofolat sintase menjadi analog asam folat
yang tidak berfungsi. Normalnya enzim inilah yang bertugas mengubah
PABA menjadi asasm dihidrofolat sehingga sulfonamid hanya efektif
terhadap bakteri-bakteri yang tidak dapat membuat PABA atau
membutuhkan PABA ekstrasel. Resistensi muncul apabila bakteri tersebut
bermutasi memproduksi PABA yang berlebihan sehingga terjadi
perubahan struktur enzim.4

Sulfonamid sering diberikan secara peroral dan dapat


didistribusikan ke semua jaringan termasuk ke cairan serebrospinal.
Ekskresidilakukan oleh glomerulus ginjal dengan kadar dalam urin
mencapai 10-20 kali konsentrasi dalam darah. Penggunaan
sulfonamideperoral diberikan untuk infeksi saluran kemih yang belum
pernah diterapi sebelumnya, infeksiklamidia pada mata dan saluran
genital. Pada infeksi bakteri seperti streptokokus B-hemolitikum,
meningokokus, tidak digunakan lagi, karena sekarang banyak terjadi
resisten.4

Efek samping yang dilaporkan adalah pengendapan sulfonamidedi


saluran kemih sehingga menyebabkan obstruksi, dan efek ini dapat
dicegah dengan pemberian sulfonamid paling larut. Efek lainnya adalah

35
gangguan hematopoetik berupa anemia (hemolitik atau aplastik)
granulositopenia, trombositopenia, dan reaksi leukomoid.4

2. Trimetropim

Trimetropim bekerja dengan cara menghambat kerja enzim asam


dihidrofolat reduktase yang bertugas mengubah asam dihidrofolat menjadi
asam tetrahidrofolat. Absorpsi dan distribusi luas seperti sulfonamide,
sifatnya lebih larut dalam lipid.Pengobatan dengan trimetropim tunggal
dapat diberikan untuk infeksi saluran kemih akut. Selain itu karena
trimetropim dapat terakumulasi pada cairan prostat dan cairan vagina,
sehingga trimetropim sering digunakan pada infeksi tersebut.4

Efek samping serupa dengan sulfonamid berupa gangguan


hematopoetik seperti anemia megaloblastik, leukopenia, dan
granulositopenia.4

3. Co-Trimoxazol

Gabungan kombinasisulfonamid dan trimetropim ini sering kali


digunakan, karena trimetropim punya kelarutan lipid yang besar, dengan
perbandingan trimetropim : sulfonamid = 1 : 5 untuk tiap co-trimoxazol.

Penggunaan obat ini biasanya berupa pengobatan pilihan untuk


infeksipneumonia oleh P carinii, entriris karena Shigella dan infeksi
salmonella sistemik setelah resisten terhadap Ampicillin dan
klorampenicol.4

2.2. Bakteri

2.2.1 Definisi

Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak memiliki


selubung inti) yang memiliki informasi genetik berupa DNA, tapi tidak
terlokalisasi dalam tempat khusus ( nukleus ) dan tidak ada membran inti. Bentuk

36
DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut nukleoid. Pada DNA
bakteri tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas akson saja. Bakteri juga
memiliki DNA ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid yang
berbentuk kecil dan sirkuler.6

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah:6,7,8

a. Sumber energi, yang diperlukan untuk reaksi – reaksi sintesis yang


membutuhkan energi dalam pertumbuhan dan restorasi, pemeliharaan
keseimbangan cairan, gerak dan sebagainya.

b. Sumber karbon

c. Sumber nitrogen, sebagian besar untuk sintesis protein dan asam-asam


nukleat.

d. Sumber garam-garam anorganik, khususnya folat dan sulfat sebagai aniondan


potasium, sodium magnesium, kalsium, besi, mangan sebagai kation.

e. Bakteri-bakteri tertentu membutuhkan faktor-faktor tumbuh tambahan,disebut


juga vitamin bakteri, dalam jumlah sedikit untuk sintesis metabolik esensial.10

2.2.2. Klasifikasi Bakteri

Tes biokimia, pewarnaan gram, merupakan kriteria yang efektif untuk


menentukan klasifikasi bakteri. Hasil pewarnaan mencerminkan perbedaan
mendasar dan kompleks pada sel bakteri (struktur dinding sel), sehingga dapat
membagi bakteri menjadi 2 kelompok, yaitu bakteri Gram-positif dan bakteri
Gram-negatif.6,7,8,10

a. Bakteri gram negatif

a) Bakteri gram negatif berbentuk batang (Enterobacteriacea).

Bakteri gram negatif berbentuk batang habitatnya adalah usus


manusia dan binatang. Enterobacteriaceae meliputi Escherichia, Shigella,
Salmonella, Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Proteus). Beberapa
organisme seperti Escherichia coli merupakan flora normal dan dapat
37
menyebabkan penyakit, sedangkan yang lain seperti salmonella dan
shigella merupakan patogen yang umum bagi manusia.

b) Pseudomonas, acinobacter dan bakteri gram negatif lain. Pseudomonas


aeruginosa bersifat invasif dan toksigenik,mengakibatkan infeksi pada
pasien dengan penurunan daya tahan tubuh dan merupakan patogen
nosokomial yang penting.

c) Vibrio campylobacter, helicobacter, dan bakteri lain yang berhubungan.

Mikroorganisme ini merupakan spesies bentuk batang Gram-negatif


yang tersebar luas di alam. Vibrio ditemukan didaerah perairan dan
permukaan air. Aeromonas banyak ditemukan di air segar dan terkadang
pada hewan berdarah dingin.

d) Haemophilus , bordetella, dan brucella.

Gram negatif Hemophilis influenza tipe b merupakan patogen bagi


manusia.

e) Yersinia, Franscisella dan Pasteurella.

Berbentuk batang pendek gram-negatif yang pleomorfik. Organisme


inibersifat katalase positif, oksidase positif, dan merupakan bakteri anaerob
fakultatif.

b. Bakteri Gram Positif

a) Bakteri gram positif pembentuk spora : Spesies Bacillus dan Clostridium.

Kedua spesies ini terdapat dimana-mana, membentuk spora, sehingga


dapat hidup di lingkungan selama bertahun-tahun. Spesies Basillus bersifat
aerob, sedangkan Clostridium bersifat anaerob obligat.

b) Bakteri Gram-positif tidak membentuk spora: Spesies


corynebacterium,listeria, propionibacterium, actinomycetes.

38
Beberapa anggota genus corynebacterium dan kelompok
propionibacterium merupakan flora normal pada kulit dan selaput lender
manusia.

c) Stafilokokus

Berbentuk bulat, biasanya tersusun bergerombol yang tidak teratur


seperti anggur. Beberapa spesies merupakan anggota flora normal pada kulit
dan selaput lendir, yang lain menyebabkan supurasi dan bahkan septikemia
fatal. Stafilokokus yang patogen sering menghemolisis darah, mengkoagulasi
plasma dan menghasilkan berbagai enzim ekstraseluler. Tipe
Stafilokokusyang berkaitan dengan medis adalah Staphylococcus aureus,
staphylococcus epidermidis dan staphylococcus saprophyticus.

d) Streptokokus

Merupakan bakteri gram-positif berbentuk bulat yang mempunyai


pasangan atau rantai pada pertumbuhannya. Beberapa streptococcus
merupakan flora normal manusia tetapi lainnya bisa bersifat patogen pada
manusia. Ada 20 spesies diantaranya; Streptococcus pyogenes, streptococcus
agalactiae, dan jenis enterococcus.

2.2.3. Identifikasi Bakteri

Terdapat beberapa cara untuk identifikasi bakteri antara lain :7

a. Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan, dan


pembelahan secara biner, mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami, yang
pada saat mengalami fiksasi panas serta selama proses pewarnaan mengakibatkan
beberapa perubahan.

b. Pembiakan bakteri

Pembenihan atau media yaitu campuran bahan-bahan tertentu yang dapat


menumbuhkan bakteri, jamur ataupun parasit, pada derajat keasaman dan inkubasi
tertentu. Pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat

39
mengadakan identifikasi, determinasi, atau differensiasi jenis-jenis yang
ditemukan. Medium pembiakan terdiri dari:

1) Medium pembiakan dasar

Pembiakan dasar adalah medium sederhana yang mengandung bahan yang


diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme dan dipakai juga sebagai
komponen dasar untuk membuat medium pembiakan lain. Medium ini dibuat
dari 3 g ekstrak daging, 5 g pepton1000 ml air, dan 15 agar-agar dinamakan
juga bulion nutrisi atau agar nutrisi.

2) Medium pembiakan penyubur (Euriched Medium)

Medium pembiakan penyubur dibuat dari medium pembiakan dasar


dengan penambahan bahan lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri
tertentu yang pada medium pembiakan dasar tidak dapat tumbuh dengan
baik. Untuk keperluan ini ke dalam medium pembiakan dasar sering
ditambahkan darah, serum, cairan tubuh, ekstrak hati dan otak.

3) Medium pembiakan selektif

Medium pembiakan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang


diperlukan dari campuran dengan bakteri-bakteri lain yang terdapat dalam
bahan pemeriksaan. Dengan penambahan bahan tertentu bakteri yang dicari
dapat dipisahkan dengan mudah. Medium pembiakan ini berdasarkan pada
sifat kerjanya dapat dibedakan dalam :

a. Selektivitas karena perbedaan tumbuh

b. Selektivitas karena penghambatan.

Medium pembiakan selektif dalam pemakaiannya diberi bermacam - macam


bentuk yang sesuai dengan tujuannya,yaitu sebagai berikut;

a. Bentuk medium cair

b. Bentuk medium padat dengan penambahan agar-agar atau gelatin.Yang


termasuk ke dalam media selektif dan differensial diantaranya:
40
a) Agar garam mannitol

Mengandung konsentrasi garam tinggi (7,5% NaCl), yang dapat


menghambat pertumbuhan kebanyakan bakteri, kecuali Stafilokokus. Media
ini juga mengadakan fungsi differensial karena mengandung karbohidrat
mannitol, dimana beberapa Stafilokokus dapat melakukan fermentasi,
“phenol red” (pH indikator)untuk mendeteksi adanya asam hasil fermentasi
manitol. Stafilokokus memperlihatkan suatu zona berwarna kuning di
sekeliling pertumbuhannya, dan yang tidak melakukan fermentasi tidak akan
menghasilkan perubahan warna.

b) Agar darah

Darah dimasukkan ke dalam medium untuk memperkaya unsur dalam


pembiakan mikroorganisme terpilih seperti Streptococcus sp. Darah juga akan
memperlihatkan sifat hemolisis yang dimiliki Streptokokus.

1) Gama hemolisis: tidak terjadi lisis sel darah merah, tidak adanya
perubahan medium di sekitar koloni.

2) Alfa hemolisis: terjadi lisis sel darah merah dengan reduksi hemoglobin
menjadi methemoglobin menghasilkan lingkaran kehijauan sekitar
pertumbuhan bakteri.

3) Beta hemolisis: terjadi lisis sel darah merah dilengkapi kerusakan dan
penggunaan hemoglobin oleh mikroorganisme yang menghasilkan zona
bening sekeliling koloni.

c) Agar McConkey

Menghambat pengaruh kristal ungu terhadap pertumbuhan bakteri gram


positif, selanjutnya bakteri gram-negatif yang dapat diisolasi. Medium
dilengkapi dengan karbohidrat (laktosa), garam empedu, dan “neutral red”
sebagai pH indikator yang mampu membedakan bakteri enterik sebagai dasar
kemampuannya untuk memfermentasi laktosa.

3) Uji biokimia
41
Sifat metabolisme bakteri dalam uji biokimia biasanya dilihat dari
interaksimetabolit-metabolit yang dihasilkan dengan reagen-reagen kimia.
Selainitu dilihat kemampuannyamenggunakan senyawa tertentu sebagai
sumber karbon dan sumber energi. Adapun uji biokimia yang sering
dilakukan yaitu :6,7

1. SIM “Sulfat indol motility”

Hasil yang diperoleh pada uji ini adalah positif, hal ini terlihat adanya
penyebaranyang berwarna putih seperti akar disekitar inokulasi. Hal ini
menunjukan adanyapergerakan dari bakteri yang diinokulasikan, yang berarti
bahwa bakteri ini memilikiflagella. Dari uji juga terlihat adawarna hitam,
yang berarti bakteri ini menghasilkan hidrogen sulfat (H2S).

2. TSIA

Triple Sugar Iron Agar medium, biasanya digunakan untuk konfirmasi


pengujian E. coli dan dapat digunakan untuk identifikasi bakteri gram negatif
yang memfermentasi dekstrosa, laktosa, sukrosa dan produksi H2S. Dari
fungsi tersebut media ini dapat diusulkan untuk konfirmasi Salmonella dan
memilahkan dari Pseudomonas yang tumbuh pada media lain BSA dan BGA.
Terjadinya fermentasi dekstrosa oleh salmonella akan menurunkan pH
menjadi asam. Kondisi ini akan menyebabkan perubahan phenol red (media
merah) menjadi kuning. Sedangkan pseudomonas karena tidak mampu
memfermentasi dekstrosa, maka media akan tetap berwarna merah. Dengan
demikian media ini dapat dengan mudah memilah salmonella dari
pseudomonas.

3. Simmon sitrat

42
Simmon sitrat atau nama lainnya “Simmons Citrate”medium mengandung
amonium dihidrogen fosfat, natrium klorida, natrium sitrat. magnesium
sulfat, agar, bromtimol biru, aquades dan memiliki pH 6,9.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1. Antibiotik adalah senyawa yang dapat menghambat perkembangan


bakteri dan membunuh bakteri.
2. Antibiotik terbagi berdasarkan aktivitas dalam membunuh bakteri yaitu
bakteriosid dan bakteriostatik, sedangkan berdasarkan tempat mekanisme
kerja dibedakan menjadi penghambat sintesis dinding bakteri,
penghambat membran sel, penghambat sintesis protein di ribosom,
penghambat sintesis asam nukleat, dan penghambatan metabolik.
3. Resistensi terhadap antibiotik dapat terjadi karena beberapa mekanisme
seperti bakteri mampu menghasilkan enzim yang dapat merusak
aktivitas obat, mengubah permeabilitas obat, terjadi perubahan struktur
obat, perubahan jalur metabolik, dan perubahan enzim yang dapat
mempengaruhi kerja obat.
3.2 Saran

1.Pedoman penggunaan antibiotik yang membuat dengan jelas tentang :

a. Petunjuk pemilihan antibiotik lini pertama, kedua dan ketiga.

b. Petunjuk pemilihan antibiotik berdasarkan populasi pasien tertentu.

43
c. Petunjuk penentuan regimen dosis masing-masing antibiotik untuk

pasien-pasien tertentu.

d. Petunjuk mengenai switch therapy, de-eskalasi, dan streamlining

penggunaan antibiotik.

e. Restriksi penggunaan antibiotik lini ketiga guna mencegah

terjadinya resiostensi antibiotik.

f. Petunjuk mengenai evaluai penggunaan antibiotik baik secara

kuantitatif maupun kualitatif.

2. Ketersedian antibiotik linipertama, kedua dan ketiga di rumah sakit.

3. Pemberian sarana dan prasaraba pengelolaan antibiotik .

4.Pemberian informasi dan edukasi kepada tenaga kesehatan terutama perawat

tentang cara penyiapan dan pemberian antibiotik kriteria khusus


dan mengurangi resistensi obat.

5.Pemberian antibiotik berdasarkan bakteri gram positif atau gram negatif.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2008.Antibiotic. Diakses tanggal 19 Agustus 2017 dari


http://en.wikipedia.org/wiki/Antibiotic.

2. Bhat, V. 2008.Classification of AntibiotikMedical Notebook.Diakses tanggal


20Agustus 2017 dari http://pre-pg.blogspot.com/2007/03/ classification-of-
antibiotics.html.

3. Darmansjah, I dan Nelwan, R. 1994.Antibiotic guideline: Farmacological,


medical journal of university of Indonesia. Diakses tanggal 20Agustus 2017
dari http://www.iwandarmansjah.web.id/attachment/at_antibiotic_20guide
lines.pdf

4. Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak. 2013. Jakarta: Ikatan Dokter


Anak Indonesia.

5. Katzung, E.G. 1997.Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar


dan Klinik. Jakarta: EGC.

6. Rosen, E.J. et al. 2000.Microbiology, Infections, and Antibiotic Therapy.


diambil tanggal 20Agustus 2017, dari http://www.utmb.edu/
otoref/grnds/Infect-0003/Infect-0003.pdf.

7. Dina, Aini. 2013. Bakteri Batang Gram Positif.Diambil pada tanggal 20


Agustus 2017,dari www.academia.edu/ bakteri_batang_gram_positif.

8. Puspita. 2008. MorfologiBakteri. Diakses tanggal 19 Agustus 2017 dari


http://one.indoskripsi. com//mikrobiologi/morfologi-bakteri.

9. Fitri, Juniarti. 2014. Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Negatif. Diakses
pada tanggal 19 Agustus 2017dari www.e.jurnal.com/ 2014/01/perbedaan-
bakteri-gram-positif-dan negatif.htm.

10. Tjay, Tan Hoan. 2002.Obat-Obat Penting. Jakarta:PT. Elex Media


Komputindo.
45

You might also like