Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
CEDERA KEPALA
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
RUANG IGD RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO
PURWOKERTO
CEDERA KEPALA
A. PENGERTIAN
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak. Cedera kepala meliputi trauma kulit
kepala, tengkorak dan otak. Cedera otak terdapat dibagi dalam dua macam
yaitu :
1. Cidera otak primer
Adalah kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari
trauma. Pada cidera primer dapat terjadi: memar otak, laserasi.
2. Cidera otak sekunder
Adalah kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia,
metabolisme, fisiologi yang timbul setelah trauma.
Proses-proses fisiologi yang abnormal:
- Kejang-kejang
- Gangguan saluran nafas
- Tekanan intrakranial meningkat yang dapat disebabkan oleh karena:
edema fokal atau difusi
hematoma epidural
hematoma subdural
hematoma intraserebral
over hidrasi
- Sepsis/septik syok
- Anemia
- Shock
Proses fisiologis yang abnormal ini lebih memperberat kerusakan cidera
otak dan sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.
Divisi Keperawatan Gawat Darurat
Program Pendidikan Ners Unsoed Purwokerto
KLASIFIKASI
Beratnya cedera kepala saat ini didefinisikan oleh The Traumatik Coma
Data Bank berdasarkan Skore Scala Coma Glascow (GCS). Penggunaan istilah
cedera kepala ringan, sedang dan berat berhubungan dari pengkajian parameter
dalam menetukan terapi dan perawatan. Adapun klasifikasinya adalah sebagai
berikut :
1. Cedera Kepala Ringan
Nilai GCS 13 – 15 yang dapat terjadi kehilanga kedaran atau amnesia akan
tetapi kurang dari 30 menit. Tidak terdapat fraktur tengkorak serta tidak ada
kontusio serebral dan hematoma.
2. Cedera Kepala Sedang
Nilai GCS 9 – 12 yang dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia
lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur
tengkorak.
3. Cedera Kepala Berat
Nilai GCS 3 – 8 yang diikuti dengan kehilangan kesadaran atau amnesia
lebih dari 24 jam meliputi kontusio serebral, laserasi atau hematoma
intrakranial.
Divisi Keperawatan Gawat Darurat
Program Pendidikan Ners Unsoed Purwokerto
Tabel 1.
Skala Koma Glasgow (Blak, 1997)
1. Membuka Mata / E
Spontan 4
Terhadap rangsang suara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada 1
2. Respon Motorik / M
Mampu mengikuti perintah 6
Melokalisasi nyeri 5
Menghindar nyeri 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada respon 1
3. Respon Verbal / V
Orientasi baik 5
Orientasi terganggu 4
Kata-kata tidak jelas 3
Suara Tidak jelas
2
Tidak ada respon 1
Total 3 - 15
sumber :keperawatan kritis, pendekatan holostik vol, II tahun 1995, hal:226
Subdural Hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan
kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena/jembatan vena yang
biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode
akut terjadi dalam 48 jam – 2 hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi
dalam 2 minggu atau beberapa bulan.
Nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik diri, berfikir lambat, kejang dan
edema pupil.
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri, kapiler,
vena.
Perdarahan Subarachnoid:
Perdarahan didalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan
permukaan otak, hampir selalu ada pada cedera kepala yang hebat.
3) Kontusio serebri
Kerusakan jaringan otak disertai perdarahan yang secara makroskopis
tidak mengganggu jaringan. Kontosio sendiri biasanya menimbulkan
defisit neurologis jika mengenai daerah motorik atau sensorik otak.
B. ETIOLOGI
» Kecelakaan
» Jatuh
» Trauma akibat persalinan
Divisi Keperawatan Gawat Darurat
Program Pendidikan Ners Unsoed Purwokerto
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologis dari cedera kepala traumatic dibagi dalam proses primer
dan proses sekunder. Kerusakan yang terjadi dianggap karena gaya fisika yang
berkaitan dengan suatu trauma yang relative baru terjadi dan bersifat
irreversible untuk sebagian besar daerah otak. Walaupun kontusio dan laserasi
Divisi Keperawatan Gawat Darurat
Program Pendidikan Ners Unsoed Purwokerto
yang terjadi pada permukaan otak, terutama pada kutub temporal dan
permukaan orbital dari lobus frontalis, memberikan tanda-tanda jelas tetapi
selama lebih dari 30 tahun telah dianggap jejas akson difus pada substasi alba
subkortex adalah penyebab utama kehilangan kesadaran berkepanjangan,
gangguan respon motorik dan pemulihan yang tidak komplit yang merupakan
penanda pasien yang menderita cedera kepala traumatik berat.
Proses Primer
Proses primer timbul langsung pada saat trauma terjadi. Cedera primer
biasanya fokal (perdarahan, konusi) dan difus (jejas akson difus).Proses ini
adalah kerusakan otak tahap awal yang diakibatkan oleh benturan mekanik
pada kepala, derajat kerusakan tergantung pada kuat dan arah benturan, kondisi
kepala yang bergerak diam, percepatan dan perlambatan gerak kepala. Proses
primer menyebabkan fraktur tengkorak, perdarahan segera intrakranial,
robekan regangan serabu saraf dan kematian langsung pada daerah yang
terkena.
Proses Sekunder
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
» CT Scan: tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik,
menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
» Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti
pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.
» X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis (perdarahan / edema), fragmen tulang.
Divisi Keperawatan Gawat Darurat
Program Pendidikan Ners Unsoed Purwokerto
F. PATHWAY
Kecelakaan
Jatuh
Trauma persalinan
Kelainan metabolisme
Cidera otak primer Cidera otak sekunder
Kontusio Nyeri akut
Laserasi Kerusakan cel otak
G. PENATALAKSANAAN
Konservatif
Bedrest total
Pemberian obat-obatan
♥ Dexamethason/ Kalmethason
♥ Analgesik
♥ Larutan hipertonik, yaitu manitol 20% atau glukosa 40%
♥ Antibiotik
Observasi tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran.
Tindakan terhadap peningkatan TIK
pemantauan TIK dengan ketat
oksigenasi adekuat
pemberian mannitol
penggunaan steroid
peningkatan kepala tempat tidur
bedah neurologi
Tindakan pendukung lain
dukungan ventilasi
pencegahan kejang
pemeliharan cairan, elektrolit, dan keseimbangan nutrisi
terapi antikonvulsan
klorpromazin menenangkan pasien
selang nasogastrik
Pembedahan
H. KOMPLIKASI
• Perdarahan ulang
• Kebocoran cairan otak
• Infeksi pada luka atau sepsis
• Timbulnya edema serebri
• Timbulnya edema pulmonum neurogenik, akibat peninggian TIK
• Nyeri kepala setelah penderita sadar
Divisi Keperawatan Gawat Darurat
Program Pendidikan Ners Unsoed Purwokerto
• Konvulsi
Evaluasi epidural hematom dengan kontusio serebri lebih buruk daripada kalau
hanya ada epidural hematomnya (Guillermann, 1996)
Volume hematom epidural (EDH)
EDH < 50 cc mortalitasnya 12 %
EDH 50 – 100 cc mortalitasnya 33 %
EDH > 100 cc mortalitasnya 66 %
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada klien cedera kepala:
1. PENGKAJIAN PRIMER
A. Air Way
- Look, listen and fell
B. Breathing
- Look, listen and fell
C. Circulation
- Tanda-tanda vital, perfusi perifer
D. Disability
- Tingkat kesadaran, GCS, AVPU
E. Expossure
- Jejas, luka, trauma, fraktur
2. PENGKAJIAN SEKUNDER
A. Keadaan umum
B. Riwayat penyakit
C. Pemeriksaan fisik head to toe
DECAPBLS
Bila ada fraktur : PIC
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif
2. Perfusi jaringan tidak efektif (cerebral)
3. Nyeri akut
Divisi Keperawatan Gawat Darurat
Program Pendidikan Ners Unsoed Purwokerto
K. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosis Tujuan Intervensi
Faktor yang berhubungan : Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Hiperventilasi Monitor kualitas dari nadi
- Deformitas tulang Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Kelainan bentuk dinding dada Monitor suara paru
- Penurunan energi/kelelahan Monitor pola pernapasan abnormal
- Perusakan/pelemahan muskulo- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
skeletal Monitor sianosis perifer
- Obesitas Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
- Posisi tubuh bradikardi, peningkatan sistolik)
- Kelelahan otot pernafasan Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
- Hipoventilasi sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi Neuromuskuler
- Kerusakan persepsi/kognitif
- Perlukaan pada jaringan syaraf tulang
belakang
- Imaturitas Neurologis
Pemberian Analgetik
Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan
keparahan sebelum pengobatan
Berikan obat dengan prinsip 5 benar
Cek riwayat alergi obat
Libatkan pasien dalam pemilhan analgetik yang akan
digunakan
Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah diresepkan
Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik,
NSAID) berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesuadah
pemberian analgetik
Monitor reaksi obat dan efeksamping obat
Dokumentasikan respon setelah pemberian analgetik
dan efek sampingnya
Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek
analgetik (konstipasi/iritasi lambung)
L. DAFTAR PUSTAKA
Doenges M.E. at al., 1992, Nursing Care Plans, F.A. Davis Company,
Philadelphia
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta