Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi, dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap serta perilaku hidup bersih sehat, melalui pendekatan
pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment). Dengan demikian masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri melalui penerapan hidup sehat dan menjaga serta meningkatkan status
kesehatannya(1).
PHBS dikembangkan adanya lima tatanan, yaitu dirumah atau tempat tinggal, di sekolah,
di tempat kerja, di tempat-tempat umum, dan di sarana kesehatan. Dari sini dikembangkan
rumah tangga PHBS, sekolah PHBS, institusi kesehatan PHBS, tempat kerja PHBS, tempat
umum PHBS sehingga dapat mendukung terwujudya kawasan sehat sampai ke indonesia
sehat1) .
Salah satu tatanan PHBS adalah di lingkungan sekolah, dimana sekolah merupakan
tempat kedua bagi anak berinteraksi setelah keluarga. Sementara itu populasi anak dalam
suatu komunitas sangat besar 40%-50%. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009,
Indonesia memiliki sekitar 79,4 juta anak usia 8-18 tahun. Namun upaya menjaga kesehatan
mereka masih menjadi tantangan bagi semua pihak, sehingga promosi kesehatan terkait
PHBS di institusi pendidikan merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai
penyakit. Institusi pendidikan dianggap sebagai tempat yang strategis sebagai tempat untuk
mempromosikan kesehatan sekolah karena munculnya berbagai penyakit yang menyerang
anak usia sekolah umumnya berkaitan dengan rendahnya PHBS yang dapat menyebabkan
angka kejadian penyakit semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga menjadi kejadian
luar biasa (KLB).
1
Konsumsi makanan oleh anak di sekolah akan menyisakan limbah berupa sampah yang
apabila tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan bahkan memunculkan
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, kecoa, tikus yang menimbulkan berbagai macam
penyakit antara lain diare, kecacingan, DBD, dan lain sebagainya. Badan kesehatan dunia
atau WHO menyatakan setiap tahun 100.000 anak meninggal dunia akibat diare dan data
dari Departemen Kesehatan tahun 2005 menyatakan prevalensi kecacingan pada anak
sekolah mencapai 40%-60% kasus.
Sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan bagi generasi penerus bangsa belum
maksimal melaksanakan PHBS. Hal ini terlihat dari banyaknya sekolah yang masih
dikotori dengan sampah yang dihasilkan oleh warga sekolah. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan seharusnya dapat menerapkan cara mengelola sampah dengan baik dan benar.
Anak-anak dalam keseharian masih membuang sampah di sembarang tempat meskipun
sekolah sudah mengajarkan membuang sampah di sembarang tempat dapat menyebabkan
penyakit serta merugikan orang lain sendiri, dan juga lingkungan. Banyak hal yang
mempengaruhi ketaatan siswa dalam membuang sampah pada tempatnya seperti sarana
prasarana pembuangan sampah di sekolah, contoh perilaku dari guru maupun teman,
pengetahuan siswa tentang membuang sampah pada tempatnya, serta dampak yang dapat
ditimbulkan jika membuang sampah di sembarang tempat. Sampai saat ini kesadaran
masyarakat untung membuang sampah pada tempatnya masih rendah termasuk anak-anak
di lingkungan sekolah penting untuk diperhatikan untuk mencegah berbagai macam
penyakit yang dapat muncul dan menghindari pencemaran lingkungan.
Sekolah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar perilaku
untuk kehidupan anak selanjutnya. Oleh karena itu pendidikan kesehatan di sekolah
sangat penting karena dalam hal ini anak sebagai agen of change di masyarakat.
Pengetahuan yang diberikan anak di sekolah khususnya tentang kesehatan akan
mengubah sikap anak dan akan berdampak pada perilakunya. Saat ini dukungan sekolah
terhadap PHBS pada anak dirasa kurang maksimal, hal ini terlihat dari minimnya bahkan
tidak tersedianya sarana dan prasarana atau fasilitas untuk mendukung keberhasilan
PHBS seperti pengelolaan sampah yang kurang baik sehingga siswa terbiasa membuang
sampah tidak pada tempatnya. Dalam hal ini sekolah khususnya guru harus mampu
berperan sebagai pembimbing, pengajar, pelatih agar dapat dijadikan panutan bagi anak
didiknya.
Promosi kesehatan di lingkungan sekolah yang dicanangkan WHO menggunakan
model holistik meliputi aspek mental, fisik dan lingkungan yang melibatkan keluarga
2
sebagai pendorong. Sekolah yang menjadi sasaran tempat penelitian adalah sekolah dasar
di wilayah kerja puskesmas Pekik Nyaring, kecamatan Pondok Kelapa. Hasil wawancara
dan observasi didapatkan data masih banyak sampah yang berserakan di sekolah
meskipun guru sudah mengajarkan perilaku membuang sampah pada tempatnya di
sekolah dan menyediakan fasilitas untuk pembuangan sampah. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap anak sekolah dengan penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) membuang sampah pada tempatnya di sekolah
tersebut. Ruang lingkup penelitian ini meliputi responden yaitu siswa sekolah dasar di
wilayah kerja puskesmas Pekik Nyaring kabupaten Bengkulu Tengah. Dimana dari siswa
digali informasi mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan yang hubungannya dengan
PHBS membuang sampah pada tempatnya, yang berdampak pada status kesehatan
mereka sebagai generasi penerus bangsa yang harus memiliki sumber daya manusia yang
sehat dan berkualitas.
Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan merupakan masa
keemasan untuk menanamkan perilaku hidup bersih sehat, sehingga dalam hal ini sekolah
sebagai tempat belajar mengajar juga merupakan ancaman penularan penyakit jika tidak
dikelola dengan baik. Selain tidak terjadwalnya materi PHBS, peran sekolah dalam
pengembangan kesehatan sekolah juga belum optimal. Tidak tersedianya sarana dan
prasarana atau fasilitas untuk mendukung keberhasilan PHBS seperti pengelolaan sampah
yang kurang baik sehingga siswa terbiasa membuang sampah tidak pada tempatnya,
jamban yang kurang bersih dan sehat, kantin yang tidak sehat, dan sebagainya. Hal inilah
yang menyebabkan tingginya angka penyakit pada anak sekolah terkait dangan rendahnya
PHBS.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum :
Meningkatkan derajat kesehatan siswa SD di wilayah kerja puskesmas Pekik Nyaring
melalui peningkatan PHBS di sekolah
3
2. Mengetahui sikap siswa mengenai PHBS di sekolah dasar wilayah kerja puskesmas
Pekik Nyaring kecamatan Pondok Kelapa.
3. Mengetahui tindakan siswa mengenai PHBS di sekolah dasar wilayah kerja
puskesmas Pekik Nyaring kecamatan Pondok Kelapa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 1193/MENKES/SK/X/2004 adalah salah satu kebijakan nasional yaitu promosi
kesehatan untuk mendukung pencapaian visi indonesia sehat 2010. Berikut penjelasan
tentang PHBS yang meliputi pengertian, tatanan dan indikator.
4
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dan berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakat.
PHBS adalah wujud pemberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu
mempraktekkan PHBS. Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam
tatanan masing-masing dan masyarakat agar dapat menerapkan cara hidup sehat dengan
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktivitas pokok yang dijalankan telah
sesuai dngan rencana dan menghasilkan dampak yang diharapkan. Dengan demikian
indikator merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan
dengan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian.
2.2.1 Sekolah
Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapih dengan segala
aktivitasnya direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum. Sekolah adalah
tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal, dimana terjadi
transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada anak didiknya. Sekolah
memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa
5
anak, maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah juga mempunyai fungsi
sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak.
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS dan berperan aktif
dalam mewujudkan sekolah sehat.
a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman
penyakit.
Mencuci tangan merupakan langkah yang cukup penting untuk mencegah penyebaran
penyakit. Tangan merupakan salah satu jalur penularan berbagai penyakit menular seperti
penyakit gangguan usus dan pencernaan (diare, muntah) dan berbagai penyakit lainnya yang
dapat berpotensi membawa kepada arah kematian.
Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti tidak
efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan dengan sabun.
Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya menyebabkan sesorang harus
mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun
menjadi lebih efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan
digosok dan bergesek dalam upaya melepaskannya. Didalam lemak dan kotoran yang
6
menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah tangan menjadi harum setelah
dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangilah
yang membuat cuci tangan dengan sabun menarik untuk dilakukan.
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi
dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk
menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. PBB telah mencanangkan tanggal 15
Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan dengan Sabun Sedunia.
Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan dan hal ini dapat
membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat. Banyak pencemaran
secara mikrobiologis dan kimiawi. Makanan jajanan dapat menyumbang asupan energi bagi
anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Oleh karena itu, makanan
jajanan memiliki peranan penting pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Jadi,
untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak
aman, perlu dilakukan untuk promosi keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru,
orangtua, murid, serta pedagang.
Makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak bermutu mengakibatkan timbulnya resiko
bagi kesehatan dan memiliki dampak negatif jangka panjang terhadap pembentukkan
generasi bangsa. Peningkatan perhatian kesehatan anak usia sekolah melalui makanan jajanan
yang sehat ini diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang sehat, cerdas dan berprestasi
yang merupakan aset bangsa di masa mendatang.
7
Tindakan yang paling penting dan dapat dilakukan sekolah untuk mencegah
penyebarluasan penyakit menular seperti diare adlah membuang kotoran manusia secara
aman yaitu dengan menggunakan jamban. Letak jamban sebaiknya tidak terlalu dekat dengan
ruangan kelas. Jamban antara siswa laki-laki dan siswa perempuan harus dipisahkan agar
kebersihan jamban dapat terjaga dan jamban dilakukan pemeriksaan kebersihan setiap hari.
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat.
Pentingnya buang air kecil dan besar di jamban bersih adalah untuk menghindari dari
berbagai jenis penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk. Oleh karena itu jamban harus
mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter dari
sumber air dan mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan
sekitar. Syarat jamban sehat meliputi :
a. Tidak mencemari sumber air bersih, untuk ini letak lubang penampungan kotoran
paling sedikit berjarak 10 meter dari sumber air minum. Tetapi kalau keadaan
tanahnya berkapur atau tanah liat yang retak-retak pada musim kemarau, demikian
juga bila letak jamban disebelah atas dari sumber air minum pada tanah yang
miring, maka jarak tersebut hendaknya lebih dari 15 meter.
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, untuk ini tinja
harus tertutup rapat, misalnya dengan menggunakan leher angsa/penutup yang
rapat.
c. Mudah dibersihkan, aman digunakan untuk ini maka harus dibuat dari bahan-
bahan yang kuat dan tahan lama dan agar lebih irit hendaknya dibuat dari bahan-
bahan yang ada di daerah setempat
d. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang
e. Cukup penerangan
8
2.3.4 Olahraga Yang Teratur dan Terukur
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara
kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik
yang terncana dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditunjukkan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Manfaat olahraga :
1. Meningkatnya kerja dan fungsi jantung, paru, dan pembuluh darah yang ditandai
dengan :
c. Kapasitas bertambah
g. Mengurangi aterosklerosis
d. Infeksi
Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan dketahuinya tingkat pertumbuhan dan
perkembanagan anak dapat memberikan masukan untuk peningkatan konsumsi makanan
yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang
anak normal atau tidak bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang
bersangkutan dengan ukuran anak seusia pada umumnya.
Agar sekolah bebas jentik nyamuk, peserta didik dan masyarakat lingkungan sekolah
terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui nyamuk.
Sekolah dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia,
ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dan merupakan suatu
lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya direncanakan
dengan sengaja yang disebut kurikulum.
1. Fungsi Sekolah
a. Persediaan air bersih yang terdiri dari air ledeng dan bukan air ledeng
b. Fasilitas cuci tangan yaitu disediakan kran-kran atau tempat air untuk cuci tangan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di sekolah dasar wilayah kerja puskesmas Pekik Nyaring
kecamatan Pondok Kelapa.
3.3.1 Populasi
Populasi terjangkau adalah seluruh siswa SD kelas 5 dan 6 di desa Pekik Nyaring
periode September 2013 sebanyak 637 orang. Subjek penelitian adalah seluruh lansia
yang termasuk ke dalam populasi terjangkau dan memenuhi kriteria penelitian.
13
3.3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
a) Siswa kelas 5 – 6 SD
b) Siswa yang kooperatif
c) Siswa yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian
2. Kriteria Eksklusi
a) Siswa yang tidak sehat secara mental.
b) Siswa yang mempunyai lebih dari satu penyakit kronik berat
Besar sampel
Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus.
14
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 266 orang. Adapun teknik sampling
yang digunakan adalah stratified sampling dipisahkan menjadi dua kelompok responden
yaitu :
1. Kelompok anak-anak yang berusia 9-11 tahun atau kelompok anak dengan pendidikan SD
kelas V
2. Kelompok anak-anak yang berusia 12-13 tahun atau kelompok anak dengan pendidikan
SD kelas VI
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui
pembagian kuesioner dan diikuti dengan wawancara langsung dengan anak-anak kelas 5-6 di
SD wilayah kerja puskesmas Pekik Nyaring kecamatan Pondok Kelapa.
1. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu anak-anak tentang PHBS, yang terjadi
setelah anak-anak memperoleh informasi PHBS.
2. Sikap (attitude) adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari anak-anak
3.6.1. Pengetahuan
Pengetahuan ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah
diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 dan total skor sebanyak 36.
15
Adapun kriteria pertanyaan tingkat pengetahuan mempunyai tiga pilihan dengan
pemberian skor sebagai berikut :
1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memilih jawaban yang memiliki
nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan
2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban yang memiliki nilai (skor) = (sama dengan)
40%-75% dari total skor seluruh pertanyaan
3. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai < (kurang dari)
40% dari total skor seluruh pertanyaan
3.6.2. Sikap
Sikap ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi
bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 dan total skor sebanyak 36.
16
Adapun kriteria pertanyaan tingkat sikap anak-anak mempunyai tiga pilihan dengan
pemberian skor sebagai berikut :
1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memilih jawaban yang memiliki
nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan
2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) = (sama
dengan) 40%-75%
3. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) < (kurang
dari) 40% dari total skor seluruh pertanyaan
3.6.3. Tindakan
Tindakan ini dapai diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi
bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 dan total skor sebanyak 36. Adapun kriteria
pertanyaan tingkat tindakan mempunyai tiga pilihan dengan pemberian skor sebagai berikut :
17
3. Jawaban c, dengan skor 1
1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai > (lebih dari) 75%
dari total skor seluruh pertanyaan
2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai = (sama dengan)
40%-75% dari total skor seluruh pertanyaan
3. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai < (kurang dari)
40% dari total skor seluruh pertanyaan
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN
19
4.2.1 Umur responden
1. 9 tahun 15 25,86%
2. 10 tahun 29 50%
3. 11 tahun 7 12,06%
4 12 tahun 4 6,89%
5 13 tahun 3 5,19%
TOTAL 58 100
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa umur responden yang terbanyak adalah umur 10
tahun sebanyak 29 orang (50%) dan paling sedikit 13 tahun sebanyak 3 orang (5,19%).
1. SD kelas 4 35 60,34%
2. SD kelas 5 23 39,66%
TOTAL 58 100
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah
SD kelas 4 sebanyak 35 orang (60,34%) dan paling sedikit SD kelas 5 sebanyak 23 orang
(39,66%)
20
NO. Jenis Kelamin Responden Jumlah(n) Persentase(%)
1. Laki-laki 32 55,17%
2. Perempuan 26 44,83%
TOTAL 58 100
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin responden yang terbanyak adalah laki-
laki sebanyak 32 orang (55,17%) dan paling sedikit perempuan sebanyak 26 orang
(44,83%)
c.tidak tahu - -
c.tidak tahu - -
c.tidak tahu - -
21
4. Frekuensi gosok gigi yang baik
sehari :
b.1 kali - -
c.tidak tahu - -
b.tidak tahu - -
usah dibersihkan
b.tidak tahu - -
b.tidak tahu - -
22
protein
9. Jamban/toilet sehat :
a.tidak tahu - -
c.di sungai - -
a.tidak tahu - -
a.tidak tahu - -
Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa seluruh 100% responden mengetahui alasan cuci
tangan pakai sabun yaitu agar kuman dan kotoran terbuang dari kulit serta frekuensi mandi
satu hari yaitu dua kali.
23
Pengetahuan responden tentang gosok gigi jawaban terbanyak 96,5%, sedangakan yang
memiliki alasan agar mulut bersih dan sehat 3,45%. Demikian juga pengetahuan tentang
frekuensi gosok gigi yan baik jawaban terbanyak 100%.
Pengetahuan responden tentang kapan waktu cuci tangan terbanyak yaitu setelah BAB
dan BAK sebesar 31,04% sedangkan setelah makan 68,96%. Pengetahuan responden
tentang penyebab sakit perut terbanyak yaitu karena kuku panjang mengandung telur
100%. Pengetahuan responden tentang jawaban/toilet yang sehat, responden yang
menjawab jamban dengan bentuk leher angsa , tersedia air bersih dan lap pengering
81,03%, sedangkan yang tidak menimbulkan bau-bauan sebesar 18,97%. Pengetahuan
responden tempat buang sampah yang baik sebesar 100%. Pengetahuan responden
tentang alasan kebersihan rambut perlu dijaga jawaban terbanyak yaitu agar rambut dan
kulit kepala bersih dan sehat sebesar 93,10%, sedangkan agar tidak ada kutu di kepala
6,9%. Pengetahuan alasan perlunya tidur yang terbanyak yaitu agar pertumbuhan baik dan
memulihkan tenaga kembali sebesar 100%.
1. Baik 55 94,82%
2. Sedang 3 5,18%
3. Buruk - -
Total 58 100%
Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa seluruh pengetahuan responden tentang PHBS di
SDN 239/IX yang paling banyak yaitu pengetahuan dengan kategori baik sebesar 94,82%
dan tindakan dengan kategori sedang 5,18%
N % N % n % Jumlah %
24
2 12-13 28 100 - - - - 28 100
tahun
Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa tindakan responden usia 9-11 tahun tentang PHBS di
SDN 239/IX dengan kategori baik sebesar 90%, sedangkan kelompok 12-13 tahun memiliki
pengetahuan dengan kategori baik sebesar 100%.
Untuk mengetahui sikap responde di SDN 239/IX maka dilakukan pengumpulan data
melakukan kuesioner yang diikuti dengan wawancara. Berikut ini adalah hasil
pengumpulan data tentang sikap responden tentang PHBS di SDN 239/IX
26
Tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa seluruh responden 100% setuju bahwa makan sayur
dan buah-buahan setiap hari, kuku harus bersih dan pendek, cuci tangan sebelum makan,
cuci tangan pakai sabun setelah BAB dan BAK, mandi harus pakai sabun mandi, cuci
rambut sebaiknya pakai shampoo, sampah jangan ditumpuk dipekarangan rumah, kegiatan
olahraga meningkatkan kebugaran tubuh dan tidak boleh merokok dalam ruangan.
Responden yang setuju baju yang kita pakai diganti sekali dalam satu hari sebesar
67,24% , ragu- ragu sebesar 3,44% , tidak setuju sebesar 29,32%. Responden yang setuju
anak-anak baiknya tidur lebih atau sama dengan dari delapan jam setiap hari 13,79%,
ragu-ragu 5,17% , tidak setuju 81,04%. Responden yang setuju menggosok gigi dua kali
sehari 5,17% , ragu-ragu 3,44% , tidak setuju 91,39%
1. Baik 56 96,55%
2. Sedang 2 3,45%
3. Buruk - -
Total 58 100%
Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa seluruh sikap responden tentang PHBS di SDN
239/IX yang paling banyak yaitu sikap dengan kategori baik sebesar 96,55% dan tindakan
dengan kategori sedang 3,45%
Tabel 4.9 Distribusi Sikap responden tentang PHBS berdasarkan kelompok umur
responden di SDN 239/IX
n % N % n % Jumlah %
27
tahun
Tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa sikap responden usia 9-11 tahun tentang PHBS di SDN
239/IX dengan kategori baik sebesar 93,33%, sedangkan kelompok 12-13 tahun memiliki
pengetahuan dengan kategori baik sebesar 100%.
Tabel 4.10 Distribusi responden berdasarkan tindakan tentang PHBS di SDN 239/IX
c.disembarangan tempat - -
c.satu kali - -
a.selalu 58 100%
b.kadang-kadang - -
c.jarang - -
b.satu kali - -
c.tidak pernah - -
28
a.pakai sabun mandi - -
b.tidak pernah - -
b.tidak pernah - -
b.ditoilet/jamban 56 96,55%
a.tidak pernah - -
29
c.kadang-kadang 1 1,73%
a.tidak pernah - -
Tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa seluruh responden 100% membuang sampah
ditempah sampah yang tersedia, selalu cuci tangan pakai sabun, makan sayur setiap hari
dalam seminggu, dua kali dalam sehari frekuensi gosok gigi, frekuensi olahraga/aktivitas
fisik dalam seminggu 1-3 kali seminggu.
Responden menunjukkan bahwa 96,55% mandi dua kali sehari, 3,45% kadang satu dan
kadang dua kali. Responden menunjukkan 98,27% mencuci rambut dengan shampoo dan
1,73% hanya dengan air saja.
Responden menunjukkan 74,13% makan buah 1 s/d 3 kali dalam seminggu dan 25,87%
makan buah setiap hari. Responden menunjukkan 27,58% lama tidur dalam satu hari tidak
teratur dan 72,42% kurang dari delapan jam.
Responden menunjukkan 96,55% buang air kecil dan besar di toilet dan 3,45% kadang
dijamban/toilet. Responden menunjukkan 81,035 selalu ganti baju setiap hari, 10,35%
kadang-kadang dan 8,625 tidak ganti baju sekali dalam dua hari.
Responden menunjukkan 98,27% selalu cuci tangan pakai sabun dan 1,73% kadang-
kadang menggunakan sabun.
1. Baik 55 94,82%
2. Sedang 3 5,18%
3. Buruk - -
Total 58 100%
30
Tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa seluruh tindakan responden tentang PHBS di SDN
239/IX yang paling banyak yaitu tindakan dengan kategori baik sebesar 94,82% dan
tindakan dengan kategori sedang 5,18%
n % N % n % Jumlah %
Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa tindakan responden usia 9-11 tahun tentang PHBS di
SDN 239/IX dengan kategori baik sebesar 90%, sedangkan kelompok 12-13 tahun memiliki
pengetahuan dengan kategori baik sebesar 100%
BAB V
31
PEMBAHASAN
5.1.1 Pengetahuan
Tingkat pengetahuan responden tentang PHBS dapat dilihat pada tabel 4.3 dikatakan bahwa
pengetahuan responden dengan kategori baik sebanyak 55 siswa (94,82%), sedangkan
pengetahuan responden dengan kategori sedang sebanyak 3 orang (5,18%)
Ada keeratan hubungan antara pengetahuan dalam upaya memperbaiki perilaku. Dengan
demikian meningkatkan pengetahuan akan memberi hasil yang cukup berarti untuk
memperbaiki perilaku. Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi
terbentuknya perilaku, dan perilaku yang disadari pengetahuan akan bertahan lebih langgeng
daripadasa perilaku yang tidak disadari pengetahuan.
Tingkat pengetahuan responden tentang PHBS berdasarkan kelompok umur di SDN 239/IX
menunjukkan perbedaan antara kelompok. Kelompok umur responden 9-11 tahun secara
keseluruhan 90% memiliki pengetahuan yang baik, sedangka kelompok umur 12-13 tahun
memiliki pengetahuan baik sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
responden menunjukkan bahwa tingginya umur siswa berpengaruh pada tingginya
pengetahuan siswa tentang PHBS.
5.1.2 Sikap
Sikap anak-anak SDN 239/IX mengenai PHBS secara umum baik seperti terlihat pada tabel
4.4 dimana responden yang memiliki sikap baik sebanyak 56 siswa (96,55%), sikap sedang
sebanyak 2 siswa (3,45%), dan tidak ada responden yang memiliki sikap yang buruk.
Sikap responden tentang PHBS berdasarkan kelompok umur di SDN 239/IX tidak
menunjukkan perbedaan yang berarti antara kelompok. Kelompok umur responden 9-11
32
tahun secara keseluruhan 93,33% memiliki pengetahuan yang baik, sedangka kelompok umur
12-13 tahun memiliki pengetahuan baik sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa sikap
responden menunjukkan bahwa tingginya umur siswa berpengaruh pada tingginya sikap
siswa tentang PHBS.
Sikap diturunkan dari pengetahuan responden. Dengan demikian untuk menentukan sikap
harus didasari oleh pengetahuan responden.
Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan PHBS responden dengan tingkat
keeratan hubungan dengan tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa sikap positif responden
yang ditunjukkan oleh sikap menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab
terhadap PHBS akan memberi dampak yang positif juga bagi PHBS mereka.
Sikap adalah satu predisposisi untuk munculnya perilaku dapat dibuktikkan dalam penelitian
ini. Bahwa perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh kepercayaan, keyakinan, kehidupan
emosional, dan kecenderungan untuk berperilaku yang semua itu merupakan komponen
sikap.
5.1.3 Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overtbehaviour). Untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga
diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami atau istri, orang tua
atau mertua sangat penting untuk mendukung praktik.Tindakan responden tentang PHBS di
SDN 239/IX secara umum dikategorikan baik, seperti yang disajikan di tabel 4.3 dikatakan
bahwa tindakan responden dengan kategori baik sebanyak 55 siswa (94,82%), sedangkan
tindakan responden dengan kategori sedang sebanyak 3 orang (5,18%).Tindakan responden
tentang PHBS berdasarkan kelompok umur di SDN 239/IX menunjukkan perbedaan antara
kelompok. Kelompok umur responden 9-11 tahun secara keseluruhan 90% memiliki tindakan
yang baik, sedangkan kelompok umur 12-13 tahun memiliki tindakan baik sebesar 100%. Hal
ini menunjukkan bahwa tindakan responden menunjukkan bahwa tingginya umur siswa
berpengaruh pada tingginya tindakan siswa tentang PHBS.
BAB VI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa SDN 239/IX tentang PHBS
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan seperti :
2. Sikap responden tentang PHBS berdasarkan kelompok umur di SDN 239/IX tidak
menunjukkan perbedaan yang berarti antara kelompok. Kelompok umur responden 9-
11 tahun secara keseluruhan 93,33% memiliki pengetahuan yang baik, sedangka
kelompok umur 12-13 tahun memiliki pengetahuan baik sebesar 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap responden menunjukkan bahwa tingginya umur siswa
berpengaruh pada tingginya sikap siswa tentang PHBS.
6.2 Saran
34
1. Kepada para guru/pengajar di SDN 239/IX agar senantiasa menanamkan nilai-nilai PHBS
kepada para siswa untuk mencegah datangnya berbagai penyakit seperti diare, sakit gigi,
cacingan dan penyakit kulit seperti kudis, kurap dan lain-lain
2. Keadaan para guru/pengajar di SDN 239/IX agar melakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala dan sekaligus memberikan informasi dalam bentuk penyuluham, poster atau leaflet
tentang PHBS.
3. Pemerintah kota Muaro jambi dan dinas terkait seperti dinas kesehatan supaya lebih
proaktif mengupayakan peninjauan tentang sumber daya dan kelayakan fasilitas yang
mendukung higiene dan sanitasi sekaligus memberi donasi serta solusi permasalahan yang
ada di SDN 239/IX dalam rangka mendukung sumber daya manusia yang berkualitas yaitu
sehat jasmani dan rohani serta produktif.
DAFTAR PUSTAKA
35
1. Adisasmito W,2008. Sistem Kesehatan. Jakarta : Rajagrafindo Persada
36