You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi, dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap serta perilaku hidup bersih sehat, melalui pendekatan
pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment). Dengan demikian masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri melalui penerapan hidup sehat dan menjaga serta meningkatkan status
kesehatannya(1).
PHBS dikembangkan adanya lima tatanan, yaitu dirumah atau tempat tinggal, di sekolah,
di tempat kerja, di tempat-tempat umum, dan di sarana kesehatan. Dari sini dikembangkan
rumah tangga PHBS, sekolah PHBS, institusi kesehatan PHBS, tempat kerja PHBS, tempat
umum PHBS sehingga dapat mendukung terwujudya kawasan sehat sampai ke indonesia
sehat1) .
Salah satu tatanan PHBS adalah di lingkungan sekolah, dimana sekolah merupakan
tempat kedua bagi anak berinteraksi setelah keluarga. Sementara itu populasi anak dalam
suatu komunitas sangat besar 40%-50%. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009,
Indonesia memiliki sekitar 79,4 juta anak usia 8-18 tahun. Namun upaya menjaga kesehatan
mereka masih menjadi tantangan bagi semua pihak, sehingga promosi kesehatan terkait
PHBS di institusi pendidikan merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai
penyakit. Institusi pendidikan dianggap sebagai tempat yang strategis sebagai tempat untuk
mempromosikan kesehatan sekolah karena munculnya berbagai penyakit yang menyerang
anak usia sekolah umumnya berkaitan dengan rendahnya PHBS yang dapat menyebabkan
angka kejadian penyakit semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga menjadi kejadian
luar biasa (KLB).

PHBS di sekolah meliputi 8 indikator yang keseluruhan akan mempengaruhi status


kesehatan anak sekolah. Salah satu indikator PHBS yang tidak bisa dipisahkan dari
aktivitas anak sekolah setiap hari adalah perilaku membuang sampah pada tempatnya.

1
Konsumsi makanan oleh anak di sekolah akan menyisakan limbah berupa sampah yang
apabila tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan bahkan memunculkan
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, kecoa, tikus yang menimbulkan berbagai macam
penyakit antara lain diare, kecacingan, DBD, dan lain sebagainya. Badan kesehatan dunia
atau WHO menyatakan setiap tahun 100.000 anak meninggal dunia akibat diare dan data
dari Departemen Kesehatan tahun 2005 menyatakan prevalensi kecacingan pada anak
sekolah mencapai 40%-60% kasus.
Sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan bagi generasi penerus bangsa belum
maksimal melaksanakan PHBS. Hal ini terlihat dari banyaknya sekolah yang masih
dikotori dengan sampah yang dihasilkan oleh warga sekolah. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan seharusnya dapat menerapkan cara mengelola sampah dengan baik dan benar.
Anak-anak dalam keseharian masih membuang sampah di sembarang tempat meskipun
sekolah sudah mengajarkan membuang sampah di sembarang tempat dapat menyebabkan
penyakit serta merugikan orang lain sendiri, dan juga lingkungan. Banyak hal yang
mempengaruhi ketaatan siswa dalam membuang sampah pada tempatnya seperti sarana
prasarana pembuangan sampah di sekolah, contoh perilaku dari guru maupun teman,
pengetahuan siswa tentang membuang sampah pada tempatnya, serta dampak yang dapat
ditimbulkan jika membuang sampah di sembarang tempat. Sampai saat ini kesadaran
masyarakat untung membuang sampah pada tempatnya masih rendah termasuk anak-anak
di lingkungan sekolah penting untuk diperhatikan untuk mencegah berbagai macam
penyakit yang dapat muncul dan menghindari pencemaran lingkungan.
Sekolah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar perilaku
untuk kehidupan anak selanjutnya. Oleh karena itu pendidikan kesehatan di sekolah
sangat penting karena dalam hal ini anak sebagai agen of change di masyarakat.
Pengetahuan yang diberikan anak di sekolah khususnya tentang kesehatan akan
mengubah sikap anak dan akan berdampak pada perilakunya. Saat ini dukungan sekolah
terhadap PHBS pada anak dirasa kurang maksimal, hal ini terlihat dari minimnya bahkan
tidak tersedianya sarana dan prasarana atau fasilitas untuk mendukung keberhasilan
PHBS seperti pengelolaan sampah yang kurang baik sehingga siswa terbiasa membuang
sampah tidak pada tempatnya. Dalam hal ini sekolah khususnya guru harus mampu
berperan sebagai pembimbing, pengajar, pelatih agar dapat dijadikan panutan bagi anak
didiknya.
Promosi kesehatan di lingkungan sekolah yang dicanangkan WHO menggunakan
model holistik meliputi aspek mental, fisik dan lingkungan yang melibatkan keluarga

2
sebagai pendorong. Sekolah yang menjadi sasaran tempat penelitian adalah sekolah dasar
di wilayah kerja puskesmas Pekik Nyaring, kecamatan Pondok Kelapa. Hasil wawancara
dan observasi didapatkan data masih banyak sampah yang berserakan di sekolah
meskipun guru sudah mengajarkan perilaku membuang sampah pada tempatnya di
sekolah dan menyediakan fasilitas untuk pembuangan sampah. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap anak sekolah dengan penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) membuang sampah pada tempatnya di sekolah
tersebut. Ruang lingkup penelitian ini meliputi responden yaitu siswa sekolah dasar di
wilayah kerja puskesmas Pekik Nyaring kabupaten Bengkulu Tengah. Dimana dari siswa
digali informasi mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan yang hubungannya dengan
PHBS membuang sampah pada tempatnya, yang berdampak pada status kesehatan
mereka sebagai generasi penerus bangsa yang harus memiliki sumber daya manusia yang
sehat dan berkualitas.
Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan merupakan masa
keemasan untuk menanamkan perilaku hidup bersih sehat, sehingga dalam hal ini sekolah
sebagai tempat belajar mengajar juga merupakan ancaman penularan penyakit jika tidak
dikelola dengan baik. Selain tidak terjadwalnya materi PHBS, peran sekolah dalam
pengembangan kesehatan sekolah juga belum optimal. Tidak tersedianya sarana dan
prasarana atau fasilitas untuk mendukung keberhasilan PHBS seperti pengelolaan sampah
yang kurang baik sehingga siswa terbiasa membuang sampah tidak pada tempatnya,
jamban yang kurang bersih dan sehat, kantin yang tidak sehat, dan sebagainya. Hal inilah
yang menyebabkan tingginya angka penyakit pada anak sekolah terkait dangan rendahnya
PHBS.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah penelitian adalah bagaimana
gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan anak sekolah dengan penerapan PHBS pada
tempatnya yaitu sekolah dasar di wilayah kerja puskesmas Pekik Nyaring ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum :
Meningkatkan derajat kesehatan siswa SD di wilayah kerja puskesmas Pekik Nyaring
melalui peningkatan PHBS di sekolah

1.3.2 Tujuan khusus :


1. Mengetahui pengetahuan siswa mengenai PHBS di sekolah dasar wilayah kerja
puskesmas Pekik Nyaring kecamatan Pondok Kelapa.

3
2. Mengetahui sikap siswa mengenai PHBS di sekolah dasar wilayah kerja puskesmas
Pekik Nyaring kecamatan Pondok Kelapa.
3. Mengetahui tindakan siswa mengenai PHBS di sekolah dasar wilayah kerja
puskesmas Pekik Nyaring kecamatan Pondok Kelapa.

1.4 Manfaat Penelitian :


1. Sebagai bahan masukkan bagi pimpinan / tenaga pengajar di sekolah dasar wilayah kerja
puskesmas Pekik Nyaring kecamatan Pondok Kelapa untuk menerapkan Perilaku Hidup
Bersih Sehat agar terhindarnya dari penyakit yang berhubungan dengan rendahnya PHBS.
2. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan PHBS.
3. Sebagai tahap penerapan keilmuan penulis dalam melakukan penelitiann pada bidang
kesehatan yang diperoleh selama mengikuti program internsip di Puskesmas Pekik Nyaring
4. Sebagai masukkan bagi puskesmas Pekik Nyaring untuk membantu mengawasi
pelaksanaan program PHBS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 1193/MENKES/SK/X/2004 adalah salah satu kebijakan nasional yaitu promosi
kesehatan untuk mendukung pencapaian visi indonesia sehat 2010. Berikut penjelasan
tentang PHBS yang meliputi pengertian, tatanan dan indikator.

2.11 Pengertian PHBS

4
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dan berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakat.

PHBS adalah wujud pemberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu
mempraktekkan PHBS. Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam
tatanan masing-masing dan masyarakat agar dapat menerapkan cara hidup sehat dengan
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

2.1.2 Tatanan PHBS

Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain,


berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah,
tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat umum. Dalam penelitian ini adalah tatanan
institusi pendidikan yang tujuannya adalah mengevaluasi pelaksanaan program untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat.

2.1.3 Indikator PHBS

Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktivitas pokok yang dijalankan telah
sesuai dngan rencana dan menghasilkan dampak yang diharapkan. Dengan demikian
indikator merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan
dengan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian.

2.2 PHBS di Tatanan Sekolah

2.2.1 Sekolah

Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapih dengan segala
aktivitasnya direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum. Sekolah adalah
tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal, dimana terjadi
transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada anak didiknya. Sekolah
memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa
5
anak, maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah juga mempunyai fungsi
sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak.

2.2.2 PHBS di Sekolah

PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS dan berperan aktif
dalam mewujudkan sekolah sehat.

2.2.3 Manfaat PHBS di Sekolah

a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman
penyakit.

b. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi


belajar peserta didik

c. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu


menarik minat orang tua

d. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan

e. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi sekolah atau daerah lain

2.3 Indikator PHBS di Sekolah

2.3.1 Mencuci Tangan Dengan Air Mengalir dan Sabun

Mencuci tangan merupakan langkah yang cukup penting untuk mencegah penyebaran
penyakit. Tangan merupakan salah satu jalur penularan berbagai penyakit menular seperti
penyakit gangguan usus dan pencernaan (diare, muntah) dan berbagai penyakit lainnya yang
dapat berpotensi membawa kepada arah kematian.

Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti tidak
efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan dengan sabun.
Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya menyebabkan sesorang harus
mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun
menjadi lebih efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan
digosok dan bergesek dalam upaya melepaskannya. Didalam lemak dan kotoran yang
6
menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah tangan menjadi harum setelah
dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangilah
yang membuat cuci tangan dengan sabun menarik untuk dilakukan.

Untuk mengatasi kuman dibutuhkan pengertian akan pentingnya kebiasaan mencuci


tangan oleh siapapun. Bukan hanya sekedar mencuci tangan saja melainkan juga
menggunakan sabun dan dilakukan di bawah air yang mengalir karena sabun mengurangi
atau melemahkan kuman yang ada di tangan.

Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi
dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk
menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. PBB telah mencanangkan tanggal 15
Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan dengan Sabun Sedunia.

2.3.2 Mengkonsumsi Jajanan Sehat di Kantin Sekolah

Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan dan hal ini dapat
membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat. Banyak pencemaran
secara mikrobiologis dan kimiawi. Makanan jajanan dapat menyumbang asupan energi bagi
anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Oleh karena itu, makanan
jajanan memiliki peranan penting pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Jadi,
untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak
aman, perlu dilakukan untuk promosi keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru,
orangtua, murid, serta pedagang.

Anak-anak sekolah umunya setiap hari menhabiskan ¼ waktunya di sekolah,


demikian halnya berpengaruh pada pola makan anak. Sebagai orang tua mungkin perlu kita
sadari bahwa makanan dari luar rumah(disekolah) memberikan kontribusi terhadap
pemenuhan kebutuhan energi sebesar 31,1%.

Makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak bermutu mengakibatkan timbulnya resiko
bagi kesehatan dan memiliki dampak negatif jangka panjang terhadap pembentukkan
generasi bangsa. Peningkatan perhatian kesehatan anak usia sekolah melalui makanan jajanan
yang sehat ini diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang sehat, cerdas dan berprestasi
yang merupakan aset bangsa di masa mendatang.

2.3.3 Menggunakan Jamban Yang Bersih dan Sehat

7
Tindakan yang paling penting dan dapat dilakukan sekolah untuk mencegah
penyebarluasan penyakit menular seperti diare adlah membuang kotoran manusia secara
aman yaitu dengan menggunakan jamban. Letak jamban sebaiknya tidak terlalu dekat dengan
ruangan kelas. Jamban antara siswa laki-laki dan siswa perempuan harus dipisahkan agar
kebersihan jamban dapat terjaga dan jamban dilakukan pemeriksaan kebersihan setiap hari.

Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat.
Pentingnya buang air kecil dan besar di jamban bersih adalah untuk menghindari dari
berbagai jenis penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk. Oleh karena itu jamban harus
mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter dari
sumber air dan mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan
sekitar. Syarat jamban sehat meliputi :

a. Tidak mencemari sumber air bersih, untuk ini letak lubang penampungan kotoran
paling sedikit berjarak 10 meter dari sumber air minum. Tetapi kalau keadaan
tanahnya berkapur atau tanah liat yang retak-retak pada musim kemarau, demikian
juga bila letak jamban disebelah atas dari sumber air minum pada tanah yang
miring, maka jarak tersebut hendaknya lebih dari 15 meter.

b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, untuk ini tinja
harus tertutup rapat, misalnya dengan menggunakan leher angsa/penutup yang
rapat.

c. Mudah dibersihkan, aman digunakan untuk ini maka harus dibuat dari bahan-
bahan yang kuat dan tahan lama dan agar lebih irit hendaknya dibuat dari bahan-
bahan yang ada di daerah setempat

d. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang

e. Cukup penerangan

f. Lantai kedap air

g. Luas ruangan cukup atau tidak terlalu rendah

h. Ventilasi cukup baik

i. Tersedia air dan alat pembersih

8
2.3.4 Olahraga Yang Teratur dan Terukur

Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara
kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik
yang terncana dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditunjukkan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

Manfaat olahraga :

1. Meningkatnya kerja dan fungsi jantung, paru, dan pembuluh darah yang ditandai
dengan :

a. Denyut nadi istirahat menurun

b. Isi sekuncup bertambah

c. Kapasitas bertambah

d. Penumpukan asam laktat berkurang

e. Meningkatkan pembuluh darah kolateral

f. Meningkatkan HDL kolestrol

g. Mengurangi aterosklerosis

2. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang yang ditandai pada :

a. Pada anak : mengoptimalkan pertumbuhan

b. Pada orang dewasa : Memperkuat massa tulang, menurunkan nyeri sendi


kronis pada pinggang, punggung dan lutut

3. Meningkatkan kelenturan pada tubuh sehingga dapat mengurangi cedera

4. Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan


mempertahankan berat badan ideal

5. Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit seperti :

a. Tekanan darah tinggi

b. Penyakit jantung Koroner


9
c. Diabetes Melitus

d. Infeksi

6. Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan sensitifitas hormon terhadap


jaringan tubuh

7. Meningkatkan aktivitas sistem kekbalan tubuh terhadap penyakit melalui


peningkatan pengaturan kekebalan tubuh.

2.3.5 Tidak Merokok

Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 200


diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar,
nikotin dan karbon momksida. Persentase merokok tertinggi beradea pada kelompok remaja
(15-19tahun). Hal ini berarti bahaya rokok pada masyarakat yang rentan yakni anak-anak dan
akan berdampak pada masa remaja. Oleh karena itu kebiasaan merokok harus dihindarkan
sejak dini mulai dari tingkat sekolah dasar.

2.3.6 Menimbang Berat badan dan Mengukur Tinggi badan

Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan dketahuinya tingkat pertumbuhan dan
perkembanagan anak dapat memberikan masukan untuk peningkatan konsumsi makanan
yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang
anak normal atau tidak bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang
bersangkutan dengan ukuran anak seusia pada umumnya.

Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan siswa dilakukan pencatatan hasil


penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Kartu Menuju Sehat secara teratur
setiap 6 bulan.

2.3.7 Membuang Sampah Pada Tempatnya

Sampah adalah termasuk yang mempengaruhi kelestarian lingkungan hidup, karena


sampah mempengaruhi lingkungan alam dan sosial, apabila ada kesalahan dalam
pembuangan sampah maka akan berakibat fatal bagi lingkungan. Ketika sampah menumpuk
akan mengakibatkan bencana yang merusak lingkungan, contohnya seperti banjir, longsor,
dan bencana lainnya.
10
Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang sangat besar
manfaatnya, karena hampir di semua kalangan masyarakat, tidak hanya warga miskin, bahkan
mereka yang berpendidikan tinggi pun melakukannya.

2.3.8 Memberantas Jentik Nyamuk

1. Alasan memberantas jentik nyamuk di sekolah

Agar sekolah bebas jentik nyamuk, peserta didik dan masyarakat lingkungan sekolah
terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui nyamuk.

2. Pengertian memberantas jentik nyamuk

Memberantas jentik nyamuk disekolah adalah kegiatan memeriksa tempat


penampungan air bersih yang ada di sekolah ( bak mandi, kolam ) apakah bebas dari jentik
atau tidak.

3. Kegiatan memberantas jentik nyamuk

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M plus ( Menguras, menutup,


mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk). PSN merupakan kegiatan memberantas telur,
jentik dan kepompong nyamuk menular sebagai penyakit seperti demam berdarah, demam
chikunguya, malaria, filariasis ditempat-tempat perkembang biakannya.

3M Plus yang dilakukan pada saat PSN :

a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air

b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas

d. Plus menghindari gigitan nyamuk seperti :

1) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk

2) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai

3) Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak

4) Menaburkan lavarsida (bubuk pembunuh jentik) ditempat-tempat yang sulit


dikuras
11
5) Memelihara ikan pemakan jentik ( cupang, nila 0

6) Menanam tumbuhan pengusir nyamuk ( Lavender )

2.4 Sekolah Dasar

Sekolah dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia,
ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dan merupakan suatu
lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya direncanakan
dengan sengaja yang disebut kurikulum.

1. Fungsi Sekolah

Sekolah memiliki fungsi yakni :

 Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar, memperbaiki,


dan memperdalam atau memperluas tingkah laku anak didik yang dibawa dari
keluarga serta membantu pengembanagan bakat.

 Mengembangkan kepribadian peserta didik dapat bergaul dengan guru dan


teman-temannya sendiri, taat kepada peraturan atau disiplin dan dapat terjun
di masyarakat berdasarkan norma yang berlaku.

2. Faktor yang mempengaruhi lingkungan sekolah ;

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan sekolah yang sehat adalah :

a. Persediaan air bersih yang terdiri dari air ledeng dan bukan air ledeng

b. Fasilitas cuci tangan yaitu disediakan kran-kran atau tempat air untuk cuci tangan

c. WC yang memenuhi syarat kesehatan

d. Tempat pembuangan sampah yang mudah dijangkau dan memenuhi syarat


kesehatan

e. Saluran pembuangan air limbah yang lancar

f. Program sanitasi makanan sekolah, misalnya warung sekolah juga harus


memenuhi syarat kesehatan

g. Bangunan sekolah dan letaknya


12
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif untuk menggambarkan


pengetahuan, sikap dan tindakan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada
anak-anak.

3.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah dasar wilayah kerja puskesmas Pekik Nyaring
kecamatan Pondok Kelapa.

3.2.1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan September 2013

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi terjangkau adalah seluruh siswa SD kelas 5 dan 6 di desa Pekik Nyaring
periode September 2013 sebanyak 637 orang. Subjek penelitian adalah seluruh lansia
yang termasuk ke dalam populasi terjangkau dan memenuhi kriteria penelitian.

13
3.3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
a) Siswa kelas 5 – 6 SD
b) Siswa yang kooperatif
c) Siswa yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian
2. Kriteria Eksklusi
a) Siswa yang tidak sehat secara mental.
b) Siswa yang mempunyai lebih dari satu penyakit kronik berat

3.3.3. Sampel Penelitian

Besar sampel
Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus.

Rumus populasi infinit:


No = Zα2 x P x Q
d2
Zα = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96
P = Persentase siswa SD yang telah berperilaku hidup bersih sehat dalam skala
nasional tahun 2013*= 38.7 %
Q = Prevalensi/proporsi yang tidak mengalami peristiwa yang diteliti = 1 – 0.39
= 0.61
d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0.05
No = (1.96)2 x 0.39 x 0.61 = 365.5 ~ pembulatan 366
(0.05)2
*Penelitian sebelumnya pada tahun 2007 menurut Riskesdas

Rumus populasi finit:


n = n0
(1 + n0/N)
n = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit.
n0 = Besar sampel dari populasi yang infinit
N = Besar sampel populasi finit ( Seluruh siswa SD kelas 5-6 di desa Pekik
Nyaring periode September 2013 )
n = 366
(1 + 366/637)
= 266 siswa

14
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 266 orang. Adapun teknik sampling
yang digunakan adalah stratified sampling dipisahkan menjadi dua kelompok responden
yaitu :

1. Kelompok anak-anak yang berusia 9-11 tahun atau kelompok anak dengan pendidikan SD
kelas V

2. Kelompok anak-anak yang berusia 12-13 tahun atau kelompok anak dengan pendidikan
SD kelas VI

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui
pembagian kuesioner dan diikuti dengan wawancara langsung dengan anak-anak kelas 5-6 di
SD wilayah kerja puskesmas Pekik Nyaring kecamatan Pondok Kelapa.

3.5. Definisi Operasional

1. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu anak-anak tentang PHBS, yang terjadi
setelah anak-anak memperoleh informasi PHBS.

2. Sikap (attitude) adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari anak-anak

3. Tindakan atau praktrek (practice) adalah perbuatan nyata anak-anak

3.6 Aspek Pengukuran

Dalam aspek pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat


pengetahuan, sikap dan tindakan tentang PHBS pada anak-anak kelas 5-6 SD di wilayah
kerja puskesmas Pekik Nyaring kecamatan Pondok Kelapa.

3.6.1. Pengetahuan

Pengetahuan ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah
diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 dan total skor sebanyak 36.

15
Adapun kriteria pertanyaan tingkat pengetahuan mempunyai tiga pilihan dengan
pemberian skor sebagai berikut :

A. Skor jawaban pertanyaan nomor 1 s/d 4 yaitu :

1. Jawaban a, dengan skor 3

2. Jawaban b, dengan skor 2

3. Jawaban c, dengan skor 1

B. Skor jawaban pertanyaan nomor 5 s/d 8 yaitu :

1. Jawaban a, dengan skor 2

2. Jawaban b, dengan skor 1

3. Jawaban c, dengan skor 3

C. Skor jawaban pertanyaan nomor 9 s/d 12 yaitu :

1. Jawaban a, dengan skor 1

2. Jawaban b, dengan skor 2

3. Jawaban c, dengan skor 3

Berdasarkan kriteria pemberian skor, pengetahuan anak dikategorikan dengan skala


pengukuran sebagai berikut :

1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memilih jawaban yang memiliki
nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan

2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban yang memiliki nilai (skor) = (sama dengan)
40%-75% dari total skor seluruh pertanyaan

3. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai < (kurang dari)
40% dari total skor seluruh pertanyaan

3.6.2. Sikap

Sikap ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi
bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 dan total skor sebanyak 36.
16
Adapun kriteria pertanyaan tingkat sikap anak-anak mempunyai tiga pilihan dengan
pemberian skor sebagai berikut :

A. Skor jawaban pertanyaan 1 s/d 6 yaitu :

1. Setuju, dengan skor 3

2. Ragu-ragu, dengan skor 2

3. Tidak setuju, dengan skor 1

B. Skor jawaban pertanyaan nomor 7 s/d 12 yaitu :

1. Setuju, dengan skor 1

2. Ragu-ragu, dengan skor 2

3. Tidak setuju, dengan skor 3

Berdasarkan kriteria pemberian skor, sikap anak-anak dikategorikan dengan skala


pengukuran sebagai berikut :

1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memilih jawaban yang memiliki
nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan

2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) = (sama
dengan) 40%-75%

3. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) < (kurang
dari) 40% dari total skor seluruh pertanyaan

3.6.3. Tindakan

Tindakan ini dapai diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi
bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 dan total skor sebanyak 36. Adapun kriteria
pertanyaan tingkat tindakan mempunyai tiga pilihan dengan pemberian skor sebagai berikut :

A. Skor jawaban pertanyaan nomor 1 s/d 4 yaitu :

1. Jawaban a, dengan skor 3

2. Jawaban b, dengan skor 2

17
3. Jawaban c, dengan skor 1

B. Skor jawaban pertanyaan nomor 5 s/d 8 yaitu :

1. Jawaban a, dengan skor 2

2. Jawaban b, dengan skor 1

3. Jawaban c, dengan skor 3

C. Skor jawaban pertanyaan nomor 9 s/d 12 yaitu :

1. Jawaban a, dengan skor 1

2. Jawaban b, dengan skor 3

3. Jawaban c, dengan skor 2

Berdasarkan kriteria pemberian skor, tindakan anak-anak dikategorikan dengan skala


pengukuran :

1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai > (lebih dari) 75%
dari total skor seluruh pertanyaan

2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai = (sama dengan)
40%-75% dari total skor seluruh pertanyaan

3. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai < (kurang dari)
40% dari total skor seluruh pertanyaan

18
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum SDN 239/IX Kecamatan Mestong

SDN 239/IX kecamatan Mestong yang berlokasi di Jl.Pendidikan, Komplek Pertamina,


Tempino. Jumlah murid 218 siswa, jumlah pengajar 11 orang. Murid kelas satu berjumlah
56 siswa dengan jenis kelamin wanita 28 orang dan pria 28 orang, murid kelas dua
berjumlah 41 siswa dengan jenis kelamin wanita 17 orang dan pria 24 orang, murid kelas
tiga berjumlah 36 siswa dengan jenis kelamin wanita 21 orang dan pria 15 orang, murid
kelas empat berjumlah 39 siswa dengan jenis kelamin wanita 14 orang dan pria 25 orang,
murid kelas lima berjumlah 23 siswa dengan jenis kelamin wanita 12 orang pria 11 orang,
murid kelas enam berjumlah 24 siswa dengan jenis kelamin wanita 14 orang dan pria 10
orang.

4.2 Karakteristik Responden

Untuk mengetahui karakteristik responden di SDN 239/IX maka dilakukan pengumpulan


data melakukan kuesioner yang diikuti dengan wawancara pada siswa SDN 239/IX.
Berikut hasil pengumpulan data mengenai karakteristik responden yang terdiri dari umur
responden, jenis kelamin responden dan tingkat pendidikan responden.

19
4.2.1 Umur responden

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur responden di SDN 239/IX

No. Usia Responden Jumlah (n) Persentase (%)

1. 9 tahun 15 25,86%

2. 10 tahun 29 50%

3. 11 tahun 7 12,06%

4 12 tahun 4 6,89%

5 13 tahun 3 5,19%

TOTAL 58 100

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa umur responden yang terbanyak adalah umur 10
tahun sebanyak 29 orang (50%) dan paling sedikit 13 tahun sebanyak 3 orang (5,19%).

4.2.2 Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan responden di SDN


239/IX

NO. Tingkat Pendidikan Responden Jumlah (n) Persentase (%)

1. SD kelas 4 35 60,34%

2. SD kelas 5 23 39,66%

TOTAL 58 100

Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah
SD kelas 4 sebanyak 35 orang (60,34%) dan paling sedikit SD kelas 5 sebanyak 23 orang
(39,66%)

4.2.3 Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan jenis kelamin di SDN 239/IX

20
NO. Jenis Kelamin Responden Jumlah(n) Persentase(%)

1. Laki-laki 32 55,17%

2. Perempuan 26 44,83%

TOTAL 58 100

Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin responden yang terbanyak adalah laki-
laki sebanyak 32 orang (55,17%) dan paling sedikit perempuan sebanyak 26 orang
(44,83%)

4.3 Tingkat Pengetahuan Responden

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden di SDN 239/IX maka dilakukan


pengumpulan data melalui kuesioner yang diikuti dengan wawancara. Berikut ini adalah
hasil pengumpulan data terhadap responden di SDN 239/IX tentang tingkat pengetahuan
tentang PHBS dalam tabel distribusi di bawah ini :

NO. Pengetahuan Jumlah(n) Presentase (%)

1. Alasan cuci tangan pakai sabun :

a.agar kuman dan kotoran terbuang 57 98,27%


dari kulit

b.agat tubuh menjadi wangi 1 1,73%

c.tidak tahu - -

2. Frekuensi mandi dalam sehari :

a.2 kali sehari 57 98,27%

b.satu kali dalam sehari 1 1,73%

c.tidak tahu - -

3. Alasan gosok gigi :

a.agar gigi dan mulut bersih dan 56 96,55%


sehat

b.agar mulut dan nafas tidak bau 2 3.45%

c.tidak tahu - -

21
4. Frekuensi gosok gigi yang baik
sehari :

a.2 kali 58 100%

b.1 kali - -

c.tidak tahu - -

5. Waktu kapan cuci tangan pakai


sabun :

a.setelah makan 4 68,96%

b.tidak tahu - -

c.sebelum makan dan setelah BAB 54 31,04%


dan BAK

6. Penyebab kuku panjang dan


kotor pada kecacingan :

a.karena kuku panjang s - -

usah dibersihkan

b.tidak tahu - -

c.kuku panjang mengandung telur 58 100%

7. Penyebab sakit perut :

a.perut penuh dengan angin 21 36,20%

b. buah dan sayuran - -

c. bakteri, virus atau jamur yang 37 63,8%


masuk bersama makanan

8. Pengetahuan tentang gizi


seimbang:

a.makanan yang menyebabkan - -


kenyang

b.tidak tahu - -

c.makanan beraneka ragam 58 100%


mengandung karbohidrat, lemak,

22
protein

9. Jamban/toilet sehat :

a.tidak tahu - -

b.jamban leher angsa, tersedia air 47 81,03%


bersih, sabun, lap pengering

c.jamban yang tidak menimbulkan 11 18,97%


bau-bauan

10. Tempat buang sampah yang


baik:

a.di jalan raya - -

b.di tong sampah 58 100%

c.di sungai - -

11. Alasan kebersihan rambut perlu


dijaga :

a.tidak tahu - -

b.agar rambut dan kulit kepala 54 93,10%


bersih dan sehat

c.agar tidak ada kutu di kepala 4 6,9%

12. Alasan perlu tidur :

a.tidak tahu - -

b.agar pertumbuhan anak dengan 58 100%


baik dan memulihkan tenaga
kembali

c.agar tidak ngantuk - -

Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa seluruh 100% responden mengetahui alasan cuci
tangan pakai sabun yaitu agar kuman dan kotoran terbuang dari kulit serta frekuensi mandi
satu hari yaitu dua kali.

23
Pengetahuan responden tentang gosok gigi jawaban terbanyak 96,5%, sedangakan yang
memiliki alasan agar mulut bersih dan sehat 3,45%. Demikian juga pengetahuan tentang
frekuensi gosok gigi yan baik jawaban terbanyak 100%.

Pengetahuan responden tentang kapan waktu cuci tangan terbanyak yaitu setelah BAB
dan BAK sebesar 31,04% sedangkan setelah makan 68,96%. Pengetahuan responden
tentang penyebab sakit perut terbanyak yaitu karena kuku panjang mengandung telur
100%. Pengetahuan responden tentang jawaban/toilet yang sehat, responden yang
menjawab jamban dengan bentuk leher angsa , tersedia air bersih dan lap pengering
81,03%, sedangkan yang tidak menimbulkan bau-bauan sebesar 18,97%. Pengetahuan
responden tempat buang sampah yang baik sebesar 100%. Pengetahuan responden
tentang alasan kebersihan rambut perlu dijaga jawaban terbanyak yaitu agar rambut dan
kulit kepala bersih dan sehat sebesar 93,10%, sedangkan agar tidak ada kutu di kepala
6,9%. Pengetahuan alasan perlunya tidur yang terbanyak yaitu agar pertumbuhan baik dan
memulihkan tenaga kembali sebesar 100%.

Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Responden tentang PHBS di SDN 239/IX

No. Pengetahuan tentang PHBS Jumlah (n) Presentase (%)

1. Baik 55 94,82%

2. Sedang 3 5,18%

3. Buruk - -

Total 58 100%

Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa seluruh pengetahuan responden tentang PHBS di
SDN 239/IX yang paling banyak yaitu pengetahuan dengan kategori baik sebesar 94,82%
dan tindakan dengan kategori sedang 5,18%

Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan responden tentang PHBS berdasarkan kelompok


umur responden di SDN 239/IX

No Kelompok Tingkat Pengetahuan Total


umur Baik Sedang Buruk

N % N % n % Jumlah %

1 9-11 tahun 27 90 3 10 - - 30 100

24
2 12-13 28 100 - - - - 28 100
tahun

55 94,82% 3 5,18% 0 0 58 100

Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa tindakan responden usia 9-11 tahun tentang PHBS di
SDN 239/IX dengan kategori baik sebesar 90%, sedangkan kelompok 12-13 tahun memiliki
pengetahuan dengan kategori baik sebesar 100%.

4.4 Sikap Responden

Untuk mengetahui sikap responde di SDN 239/IX maka dilakukan pengumpulan data
melakukan kuesioner yang diikuti dengan wawancara. Berikut ini adalah hasil
pengumpulan data tentang sikap responden tentang PHBS di SDN 239/IX

Tabel 4.7 Distribusi sikap responden tentang PHBS di SDN 239/IX

No. Sikap tentang Setuju Ragu-ragu Tidak setuju


PHBS

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

1. Makan sayur 58 100% - - - -


dan buah-
buahan setiap
hari

2. Kuku harus 58 100% - - - -


bersih dan
pendek

3. Cuci tangan 58 100% - - - -


sebelum makan

4. Cuci tangan 58 100% - - - -


pakai sabun
setelah BAB
25
dan BAK

5. Mandi harus 58 100% - - - -


pakai sabun
mandi

6. Cuci rambut 58 100% - - - -


sebaiknya pakai
shampo

7. Baju yang kita 39 67,24% 2 3,44% 17 29,32%


pakai diganti
sekali dalam
satu hari

8. Sampah jangan 58 100% - - - -


di tumpuk
dipekarangan
rumah

9. Anak-anak 8 13,79% 3 5,17% 47 81,04%


baiknya tidur
lebih atau sama
dengan dari
delapan jam
setiap hari

10. Kegiatan 58 100% - - - -


olahraga
meningkatkan
kebugaran tubuh

11. Tidak boleh 58 100% - - - -


merokok dalam
ruangan

12. Menggosok gigi 3 5,17% 2 3,44% 53 91,39%


dua kali sehari

26
Tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa seluruh responden 100% setuju bahwa makan sayur
dan buah-buahan setiap hari, kuku harus bersih dan pendek, cuci tangan sebelum makan,
cuci tangan pakai sabun setelah BAB dan BAK, mandi harus pakai sabun mandi, cuci
rambut sebaiknya pakai shampoo, sampah jangan ditumpuk dipekarangan rumah, kegiatan
olahraga meningkatkan kebugaran tubuh dan tidak boleh merokok dalam ruangan.

Responden yang setuju baju yang kita pakai diganti sekali dalam satu hari sebesar
67,24% , ragu- ragu sebesar 3,44% , tidak setuju sebesar 29,32%. Responden yang setuju
anak-anak baiknya tidur lebih atau sama dengan dari delapan jam setiap hari 13,79%,
ragu-ragu 5,17% , tidak setuju 81,04%. Responden yang setuju menggosok gigi dua kali
sehari 5,17% , ragu-ragu 3,44% , tidak setuju 91,39%

Tabel 4.8 Distribusi sikap responden tentang PHBS di SDN 239/IX

No. Sikap tentang PHBS Jumlah (n) Presentase (%)

1. Baik 56 96,55%

2. Sedang 2 3,45%

3. Buruk - -

Total 58 100%

Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa seluruh sikap responden tentang PHBS di SDN
239/IX yang paling banyak yaitu sikap dengan kategori baik sebesar 96,55% dan tindakan
dengan kategori sedang 3,45%

Tabel 4.9 Distribusi Sikap responden tentang PHBS berdasarkan kelompok umur
responden di SDN 239/IX

No Kelompok Sikap Total


umur Baik Sedang Buruk

n % N % n % Jumlah %

1 9-11 tahun 28 93,33% 2 6,67% - - 30 100

2 12-13 28 100 - - - - 28 100

27
tahun

56 94,82% 2 6,67% 0 0 58 100

Tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa sikap responden usia 9-11 tahun tentang PHBS di SDN
239/IX dengan kategori baik sebesar 93,33%, sedangkan kelompok 12-13 tahun memiliki
pengetahuan dengan kategori baik sebesar 100%.

4.5 Tindakan Responden

Tabel 4.10 Distribusi responden berdasarkan tindakan tentang PHBS di SDN 239/IX

No. Tindakan Responden Jumlah (n) Persen (%)

1. Tempat membuang sampah :

a.ditempat sampah yang tersedia 58 100

b.kadang-kadang ditempah sampah - -

c.disembarangan tempat - -

2. Frekuensi mandi dalam sehari :

a.dua kali 56 96,55%

b.kadang satu kali dan kadang dua kali 2 3,45%

c.satu kali - -

3. Cuci tangan pakai sabun :

a.selalu 58 100%

b.kadang-kadang - -

c.jarang - -

4. Frekuensi gosok gigi dalam sehari :

a.dua kali 58 100%

b.satu kali - -

c.tidak pernah - -

5. Cara membersihkan rambut :

28
a.pakai sabun mandi - -

b.pakai shampo 57 98,27%

c.hanya air saja 1 1,73%

6. Frekuensi makan sayur dalam satu minggu :

a.1 s/d 3 kali seminggu - -

b.tidak pernah - -

c.tiap hari 58 100

7. Frekuensi makan buah dalam satu minggu :

a.1 s/d 3 kali dalam seminggu 43 74,13%

b.tidak pernah - -

c.tiap hari 15 25,87%

8. Lama tidur dalam satu hari :

a.tidak teratur 16 27,58%

b.lebih/sama dengan delapan jam - -

c.kurang dari delapan jam 42 72,42%

9. Tempat buang air kecil dan buang air besar :

a.diatas tanah (ladang/sungai) - -

b.ditoilet/jamban 56 96,55%

c.kadang dijamban/toilet dan kadang diatas 2 3,45%


tanah(ladang atau sungai)

10. Tindakan ganti baju setiap hari :

a.tidak,ganti baju sekali dalam dua hari 5 8,62%

b.ya,selalu ganti baju tiap hari 47 81,03%

c.ya,tapi kadang-kadang 6 10,35%

11. Cuci tangan pakai sabun setelah BAB dan


BAK:

a.tidak pernah - -

b.selalu cuci tangan pakai sabun 57 98,27%

29
c.kadang-kadang 1 1,73%

12. Frekuensi olahraga/aktivitas fisik dalam


seminggu:

a.tidak pernah - -

b.1-3 kali seminggu 58 100%

c.jarang karena capek ke ladang - -

Tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa seluruh responden 100% membuang sampah
ditempah sampah yang tersedia, selalu cuci tangan pakai sabun, makan sayur setiap hari
dalam seminggu, dua kali dalam sehari frekuensi gosok gigi, frekuensi olahraga/aktivitas
fisik dalam seminggu 1-3 kali seminggu.

Responden menunjukkan bahwa 96,55% mandi dua kali sehari, 3,45% kadang satu dan
kadang dua kali. Responden menunjukkan 98,27% mencuci rambut dengan shampoo dan
1,73% hanya dengan air saja.

Responden menunjukkan 74,13% makan buah 1 s/d 3 kali dalam seminggu dan 25,87%
makan buah setiap hari. Responden menunjukkan 27,58% lama tidur dalam satu hari tidak
teratur dan 72,42% kurang dari delapan jam.

Responden menunjukkan 96,55% buang air kecil dan besar di toilet dan 3,45% kadang
dijamban/toilet. Responden menunjukkan 81,035 selalu ganti baju setiap hari, 10,35%
kadang-kadang dan 8,625 tidak ganti baju sekali dalam dua hari.

Responden menunjukkan 98,27% selalu cuci tangan pakai sabun dan 1,73% kadang-
kadang menggunakan sabun.

Tabel 4.11 Distribusi Tindakan Responden tentang PHBS di SDN 239/IX

No. Tindakan tentang PHBS Jumlah (n) Presentase (%)

1. Baik 55 94,82%

2. Sedang 3 5,18%

3. Buruk - -

Total 58 100%

30
Tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa seluruh tindakan responden tentang PHBS di SDN
239/IX yang paling banyak yaitu tindakan dengan kategori baik sebesar 94,82% dan
tindakan dengan kategori sedang 5,18%

Tabel 4.12 Distribusi tindakan responden tentang PHBS berdasarkan kelompok


umur responden di SDN 239/IX

No Kelompok Tindakan Total


umur Baik Sedang Buruk

n % N % n % Jumlah %

1 9-11 tahun 27 90 3 10 - - 30 100

2 12-13 28 100 - - - - 28 100


tahun

55 94,82% 3 5,18% 0 0 58 100

Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa tindakan responden usia 9-11 tahun tentang PHBS di
SDN 239/IX dengan kategori baik sebesar 90%, sedangkan kelompok 12-13 tahun memiliki
pengetahuan dengan kategori baik sebesar 100%

BAB V
31
PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden tentang PHBS

5.1.1 Pengetahuan

Tingkat pengetahuan responden tentang PHBS dapat dilihat pada tabel 4.3 dikatakan bahwa
pengetahuan responden dengan kategori baik sebanyak 55 siswa (94,82%), sedangkan
pengetahuan responden dengan kategori sedang sebanyak 3 orang (5,18%)

Pengetahuan merupakan faktor pemudah (predisposising factor) bagi anak-anak untuk


terlaksananya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dengan demikian faktor ini menjadi
pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya
akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi.

Ada keeratan hubungan antara pengetahuan dalam upaya memperbaiki perilaku. Dengan
demikian meningkatkan pengetahuan akan memberi hasil yang cukup berarti untuk
memperbaiki perilaku. Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi
terbentuknya perilaku, dan perilaku yang disadari pengetahuan akan bertahan lebih langgeng
daripadasa perilaku yang tidak disadari pengetahuan.

Tingkat pengetahuan responden tentang PHBS berdasarkan kelompok umur di SDN 239/IX
menunjukkan perbedaan antara kelompok. Kelompok umur responden 9-11 tahun secara
keseluruhan 90% memiliki pengetahuan yang baik, sedangka kelompok umur 12-13 tahun
memiliki pengetahuan baik sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
responden menunjukkan bahwa tingginya umur siswa berpengaruh pada tingginya
pengetahuan siswa tentang PHBS.

5.1.2 Sikap

Sikap anak-anak SDN 239/IX mengenai PHBS secara umum baik seperti terlihat pada tabel
4.4 dimana responden yang memiliki sikap baik sebanyak 56 siswa (96,55%), sikap sedang
sebanyak 2 siswa (3,45%), dan tidak ada responden yang memiliki sikap yang buruk.

Sikap responden tentang PHBS berdasarkan kelompok umur di SDN 239/IX tidak
menunjukkan perbedaan yang berarti antara kelompok. Kelompok umur responden 9-11

32
tahun secara keseluruhan 93,33% memiliki pengetahuan yang baik, sedangka kelompok umur
12-13 tahun memiliki pengetahuan baik sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa sikap
responden menunjukkan bahwa tingginya umur siswa berpengaruh pada tingginya sikap
siswa tentang PHBS.

Sikap diturunkan dari pengetahuan responden. Dengan demikian untuk menentukan sikap
harus didasari oleh pengetahuan responden.

Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan PHBS responden dengan tingkat
keeratan hubungan dengan tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa sikap positif responden
yang ditunjukkan oleh sikap menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab
terhadap PHBS akan memberi dampak yang positif juga bagi PHBS mereka.

Sikap adalah satu predisposisi untuk munculnya perilaku dapat dibuktikkan dalam penelitian
ini. Bahwa perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh kepercayaan, keyakinan, kehidupan
emosional, dan kecenderungan untuk berperilaku yang semua itu merupakan komponen
sikap.

5.1.3 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overtbehaviour). Untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga
diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami atau istri, orang tua
atau mertua sangat penting untuk mendukung praktik.Tindakan responden tentang PHBS di
SDN 239/IX secara umum dikategorikan baik, seperti yang disajikan di tabel 4.3 dikatakan
bahwa tindakan responden dengan kategori baik sebanyak 55 siswa (94,82%), sedangkan
tindakan responden dengan kategori sedang sebanyak 3 orang (5,18%).Tindakan responden
tentang PHBS berdasarkan kelompok umur di SDN 239/IX menunjukkan perbedaan antara
kelompok. Kelompok umur responden 9-11 tahun secara keseluruhan 90% memiliki tindakan
yang baik, sedangkan kelompok umur 12-13 tahun memiliki tindakan baik sebesar 100%. Hal
ini menunjukkan bahwa tindakan responden menunjukkan bahwa tingginya umur siswa
berpengaruh pada tingginya tindakan siswa tentang PHBS.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


33
6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa SDN 239/IX tentang PHBS
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan seperti :

1. Tingkat pengetahuan responden tentang PHBS berdasarkan kelompok umur di SDN


239/IX menunjukkan perbedaan antara kelompok. Kelompok umur responden 9-11
tahun secara keseluruhan 90% memiliki pengetahuan yang baik, sedangka kelompok
umur 12-13 tahun memiliki pengetahuan baik sebesar 100%. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan responden menunjukkan bahwa tingginya umur siswa
berpengaruh pada tingginya pengetahuan siswa tentang PHBS.

2. Sikap responden tentang PHBS berdasarkan kelompok umur di SDN 239/IX tidak
menunjukkan perbedaan yang berarti antara kelompok. Kelompok umur responden 9-
11 tahun secara keseluruhan 93,33% memiliki pengetahuan yang baik, sedangka
kelompok umur 12-13 tahun memiliki pengetahuan baik sebesar 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap responden menunjukkan bahwa tingginya umur siswa
berpengaruh pada tingginya sikap siswa tentang PHBS.

3. Tindakan responden tentang PHBS berdasarkan kelompok umur responden 9-11


tahun secara keseluruhan 90% memiliki tindakan yang baik, sedangkan kelompok
umur 12-13 tahun memiliki tindakan baik sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa
tindakan responden menunjukkan bahwa tingginya umur siswa berpengaruh pada
tingginya tindakan siswa tentang PHBS.

6.2 Saran

34
1. Kepada para guru/pengajar di SDN 239/IX agar senantiasa menanamkan nilai-nilai PHBS
kepada para siswa untuk mencegah datangnya berbagai penyakit seperti diare, sakit gigi,
cacingan dan penyakit kulit seperti kudis, kurap dan lain-lain

2. Keadaan para guru/pengajar di SDN 239/IX agar melakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala dan sekaligus memberikan informasi dalam bentuk penyuluham, poster atau leaflet
tentang PHBS.

3. Pemerintah kota Muaro jambi dan dinas terkait seperti dinas kesehatan supaya lebih
proaktif mengupayakan peninjauan tentang sumber daya dan kelayakan fasilitas yang
mendukung higiene dan sanitasi sekaligus memberi donasi serta solusi permasalahan yang
ada di SDN 239/IX dalam rangka mendukung sumber daya manusia yang berkualitas yaitu
sehat jasmani dan rohani serta produktif.

DAFTAR PUSTAKA
35
1. Adisasmito W,2008. Sistem Kesehatan. Jakarta : Rajagrafindo Persada

2. Departemen Kesehatan RI, 2004. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Jakarta :


Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI

3. Departemen Kesehatan RI, 2005. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan. Jakarta :


Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI

4. Departemen Kesehatan RI, 2006. Pengembangan Promosi Kesehatan Didaerah Melalui


Dana Dekon 2006. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI

5. Departemen Kesehatan RI, 2007. Panduan Manajemen PHBS Menuju


Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI

6. Departemen Kesehatan RI, 2007. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di


Kabupaten/Kota. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI

7. Departemen Kesehatan RI, 2008. Informasi Pengendalian Penyakit Menular dan


Penyehatan Lingkungan. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI

36

You might also like