You are on page 1of 32

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Kompresor merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk

menaikkan tekanan fluida compressible (bisa dimampatkan) seperti udara dan

gas. Kenaikkan tekanan udara/gas yang dihasilkan oleh kompresor

disebabkan adanya proses pemampatan yang dapat berlangsung secara

intermitten (berselang) ataupun kontinyu. Penambahan energi ini bisa terjadi

disebabkan adanya gerakan mekanik yang dirubah kedalam energi kinetik

dan sisanya merupakan energi panas.

1. Teori Thermodinamika I

Hukum Thermodinamika 1 ( Hukum kekekalan energi ) menyatakan

bahwa energi tidak dapat diciptaan dan tidak dapat dimusnahkan. Perubahan

energi dari bentuk yang satu selalu dapat terjadi. Pada kompresi di dalam

telah terjadi perubahan dari energi mekanik dalam bentuk kerja dari

penggerak mula yang dikonversi menjadi energi berupa fluida power.

Secara teoritis dalam hukum termodinamika proses kompresi dapat

berlangsung pada tiga keadaan yang berbeda, yaitu:

a. Proses kompresi isothermal

Bila suatu gas dikompresikan, maka ini berarti ada energi

mekanik yang diberikan dari luar kepada gas. Energi ini diubah

menjadi energi panas sehingga temperatur gas akan naik jika tekanan

semakin tinggi. Temperatur dapat dijaga tetap jika proses kompresi ini

dibarengi dengan pendinginan untuk mengeluarkan panas yang

6
7

terjadi. Isothermal artinya temperatur tetap Persamaan ini dapat ditulis

sebagai:

P1.𝑣1=P2.𝑣2 = tetap…………………………………………….. (2.1)

Pada keadaan yang sesungguhnya, meskipun silinder

didinginkan sepenuhnya, tidak mungkin untuk menjaga temperatur

udara yang tetap dalam silinder, oleh karena itu teori ini tidak banyak

digunakan dalam evaluasi ataupun rancang bangun.[2]

b. Proses komprsi adiabatic reversible (isentropik)

Teori ini menyatakan bahwa “Jika silinder diisolasi secara

sempurna terhadap panas, maka kompresi akan belangsung tanpa ada

panas yang keluar dari gas atau masuk kedalam gas. Persamaan ini

dapat ditulis sebagai:[2]

𝑃.𝑣𝑘=tetap…………………………………….................... (2.2)

Dimana 𝑘= 𝐶𝑃/𝐶𝑉……………………………….….......... (2.3)

Jika dibandingkan dengan rumus kompresi isothermal dapat

dilihat bahwa untuk pengecilan volume yang sama, kompresi

adiabatik akan menghasilkan tekanan yang lebih tinggi daripada

kompresi isothermal. Teori ini biasa digunakan untuk perhitungan

rancang bangun kompresor.[2]

c. Proses kompresi politropik, untuk evaluasi unjuk kerja

Kompresi pada kompresor yang sesungguhnya bukan

merupakan proses isothermal karena ada kenaikan temperatur, namun

juga bukan proses adiabatik karena ada panas yang dipancarkan

keluar. Jadi kompresi yang sesungguhnya ada diantara keduanya yang


8

disebut proses kompresi politropik. Hubungan antara p dan v dapat

dirumuskan sebagai:

P.𝑣𝑛 = tetap……………………………………….................... (2.4)

n adalah indeks politropik dan harganya terletak antara 1 dan

k. Jadi: 1< n < k, harga tekanan yang dihasilkan oleh proses ini lebih

besar dari proses isothermal dan lebih kecil dari proses adiabatik

untuk pengecilan volume yang sama, proses ini biasanya digunakan

untuk evaluasi kinerja kompresor.[2]

Gambar II.1. Diagram Proses Kompresi

B. Klasifikasi Kompresor

Berdasarkan cara pemampatan terhadap fluida kerja (udara/gas)

kompresor dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu pemampatan

intermittent (berselang) dan pemampatan kontinyu. Pemampatan intermittent

adalah pemampatan terhadap gas/udara yang masuk sampai keluar kompresor

dilakukan secara periodik, kompresor ini disebut dengan positive displacement

compressor. Sedangkan pemampatan kontinyu adalah pemampatan terhadap


9

gas/udara yang masuk sampai keluar dilakukan secara terus menerus,

kompresor yang menggunakan cara ini ada dua jenis yaitu dynamic compressor

dan ejector. Pengklasifikasian kompresor dapat dilihat pada diagram dibawah

ini:[2]

Gambar II.2 Klasifikasi Kompresor

C. Kompresor Reciprocating

Kompresor reciprocating termasuk dalam jenis positive displacement

compressor dengan prinsip kerja memampatkan dan mengeluarkan gas/udara

secara intermittent (berselang) dari dalam silinder dengan cara mempersempit

volume. Seperti dilihatkan dalam gambar II.2, kompresor torak pada dasarnya
10

dibuat sedemikian rupa hingga gerakkan putar dari penggerak mula diubah

menjadi gerakkan bolak-balik. Gerakan ini diperoleh dengan menggunakan

poros engkol dan batang penggerak yang menghasilkan gerakan bolak-balik

pada torak. Gerakan torak ini akan menghisap udara kedalam silinder dan

memampatkannya sehingga terjadilah kompresi.[1]

Gambar II.3 Kompresor Reciprocating superior

1. Prinsip Kerja kompresor Reciprocating

Jika gas/udara dalam ruangan tertutup diperkecil volumenya,

maka gas akan mengalami pemampatan/kompresi sehingga tekanannya

makin besar. Prinsip kerja kompesor reciprocating dinyatakan sebagai

diagram indikator yang menunjukkan perubahan pergerakan torak, posisi

katup, dan menggambarkan perubahan tekanan serta volume dalam

silinder.
11

Pada umumnya prinsip kerja kompresor terdiri dari 4 tahap yaitu:

ekspansi, hisap, kompresi, dan discharge. Berikut adalah penjelasan

mengenai prinsip kerja ke 4 langkah tersebut: [2]

a. Langkah Ekspansi

Pada waktu torak mencapai titik mati atas, antara sisi atas

torak dengan kepala silinder masih ada volume sisa yang besarnya

V1. Karena adanya volume sisa ini ketika torak mengakhiri langkah

kompresinya di atas torak masih ada sejumlah gas dengan volume

sebesar V1 (volume sisa) dan tekanan sebesar Pd (tekanan discharge).

Jika kemudian torak memulai langkah hisapnya, katup isap tidak akan

membuka sebelum sisa gas diatas torak berekspansi sampai

tekanannya turun dari pd menjadi ps.

b. Langkah Hisap

Torak terus bergerak kebelakang, setelah gas/udara

berekspansi, katup hisap terbuka dan gas/udara masuk kedalam

silinder. Tekanan dalam silinder relative konstan. Diagram P-V

menunjukkan torak bergerak pada satu arah sampai TMB. Diagram P-

V menunjukkan bahwa volume gas/udara yang dihisap tidak sebesar

V2 18 .

c. Langkah Kompresi

Kemudian torak mulai bergerak kedepan (berlawanan arah).

Udara/gas dikompresikan, dimana kedua valve suction dan discharge

tertutup. Volume udara/gas mengecil dan tekanan bertambah sampai

sedikit diatas tekanan discharge.


12

d. Langkah Discharge

Kemudian torak meneruskan langkah menekan udara/gas

keluar melewati valve discharge, langkah tersebut dinamakan langkah

discharge, selama langkah discharge tekanan udara/gas didalam

silinder relative konstan. melainkan lebih kecil, yaitu hanya sebesar

volume hisap, kalau digambarkan dengan diagram P-V yaitu antara

titik 4 sampai titik 1.

2. Diagram P-V Kompresor Reciprocating

Keempat langkah prinsip kerja tersebut dapat digambarkan dengan

diagram P-V sebagai berikut:

Gambar II.4 Diagram P-V Kompresor Reciprocating Single Action


13

Gambar II.5 Diagram P-V Kompresor Reciprocating Double Action


14

Gambar II.6 Diagram P-V dan T-S Kompresor Reciprocating Multi Stage

3. Klasifikasi Kompresor Reciprocating

a. Berdasrkan Unit Penggerak:

1) Motor listrik

2) Motor bakar torak: motor gas, motor bensin, dan motor diesel

3) Turbin uap

b. Berdasarkan Tekanan:

1) Tekanan rendah : 200-500 psig

2) Tekanan menengah : 500-2500 psig

3) Tekanan Tinggi : 2500-4800 psig


15

c. Berdasarkan Kecepatan Torak:

1) Kecepatan rendah : 360-450 rpm

2) Kecepatan menengah : 450-500 rpm

3) Kecepatan tinggi : 500-1000 rpm

d. Berdasarkan Konstruksi:

1) Posisi Silinder:

a) Vertikal/Tegak

b) Horizontal/Mendatar

c) V-Type

2) Jumlah Silinder

a) Satu silinder (Simplex)

b) Dua silinder (Duplex)

c) Banyak Silinder (Multiplex

e. Berdasarkan Jumlah tingkat:

1) Satu tingkat (Single Stage)

2) Dua tingkat (Double Stage)

3) Banyak tingkat (Multi Stage)

f. Berdasarkan Metode Kerja:

1) Single acting (kerja tunggal)

Kompresor yang bekerja untuk suction dan discharge

pada satu sisi ujung silinder dengan dua kali gerakkan torak

menghasilkan satu kali discharge.[2]


16

Gambar II.7 Single Action Kompresor

2) Double acting (kerja ganda)

Kompresor yang bekerja untuk suction dan discharge

terjadi pada kedua sisi ujung silinder, dengan dua kali gerakkan

torak menghasilkan dua kali discharge.[2]

Gambar II.8 Double Acting Kompresor

4. Bagian Bagian Kompresor Reciprocating

Kompresor reciprocating merupakan kompresor yang bergerak

translasi untuk memampatkan gas/udara, sementara itu penggerak mula


17

kompresor berupa gerakan putar yang diperoleh dari putaran poros

engkol. Untuk merubah gerak rotasi dari penggerak mula ke dalam gerak

translasi dan bekerja memampatkan gas dengan baik, konstruksi

kompresor reciprocating dirancang dengan beberapa komponen yang

saling mendukung pada bagian yang bergerak maupun komponen yang

tidak bergerak. Overview & bagian-bagian utama Kompresor Cameron

RAM 52 Superior. [1]

Gambar II.9 Bagian Bagian Kompresor Reciprocating

a. Bagian bagian yang bergerak :

1) Crank Shaft

Crank shaft berfungi untuk merubah gerak berputar dari

tenaga penggerak kedalam gerak lurus bolak-balik (translasi).

2) Connecting Rod
18

Connecting rod adalah batang yang menghubungkan antara

crank shaft dan cross hed, berfungsi untuk meneruskan gerakan

(gaya) dari crank shaft ke piston rod melalui cross head.

Gambar II.10 Connection Rod

3) Cross Head

Cross head merupakan bagian yang menghubungkan antara

connecting rod dan piston rod.

Gambar II.11 Cross Head


19

4) Piston dan Piston Ring

a) Piston

Sebagai elemen yang menghandle udara/gas pada

proses expansi, suction, compression, dan discharge

berlangsung.

Gambar II.12 Piston

b) Piston Ring

 Oil ring berfungsi untuk mendistribusikan pelumas secara

merata pada permukaan silinder liner, selain itu untuk

mencegah minyak pelumas masuk keatas permukaan piston

sehingga bercampur dengan gas proses.

 Compression ring berfungsi untuk menahan kebocoran

udara/gas selama proses kompresi berlangsung.

5) Piston Rod

Piston rod adalah batang piston yang menghubungkan

antara piston dengan cross head. Berfungsi untuk meneruskan

gaya dari connecting rod kepada piston.


20

6) Compressor Valve

Compressor Valve berfungsi untuk mengatur pemasukan

dan pengeluaran udara/gas, kedalam/keluar silinder.

Gambar II.13 Compressor Valve

7) Fly Wheel

Fly wheel (roda gila) berfungsi untuk menyimpan

sementara energi dan memberikan energi pada saat proses suction

dan discharge.

b. Bagian bagian yang tidak bergerak

1) Base Plate (frame)

Base plate (frame) berfungsi untuk mendukung bagian kompresor

diatas pondasi.

2) Cross Head Guide

Cros head guide berfungsi sebagai tempat dudukan dan pengarah

gerakan Cross head.


21

3) Cylinder

Cylinder berfungsi sebagai tempat kedudukan cylinder liner dan

water jacket.

4) Stuffing Box

Stuffing box adalah tempat kedudukan carbon ring (sebagai

penyekat kebocoran) dimana piston rod menembus silinder.

5) Suction Line

Suction line berfungsi sebagai saluran masuk silinder.

6) Discharge Line

Discharge line berfungsi sebagai saluran keluar silinder.

7) Cylinder Liner

Cylinder liner berfungsi sebagai lintasan gerakan piston selama

ekspansi, suction, kompresi, dan discharge.

8) Clearence Gas

Clearence gas adalah ruangan celah pada bagian head end dan

crank end yang berfungsi untuk ruang kompresi udara/gas.

9) Water Jacket

Water jacket adalah ruangan dalam silinder untuk sirkulasi air

sebagai pendingin kompresor.

10) Front and Rear Cylinder Cover

Adalah tutup silinder bagian head end (front cover) dan bagian

crank end (rear cover) yang berfungsi untuk menahan udara/gas tidak

keluar silinder.
22

D. Sistem Penunjang

Sistem yang dimaksud adalah peralatan tambahan selain komponen

utama yang dalam operasinya terpasang pada kompresor itu sendiri sehingga

menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan fungsinya. Dengan

kelengkapan sistem penunjang yang dimiliki kompresor maka dapat

memonitor kondisi operasi kompresor tersebut sehingga kompresor

beroperasi dengan aman sesuai unjuk kerja yang diharapkan. Kelengkapan

sistem penunjang yang dimiliki oleh kompresor antara lain: [3]

1. Sistem Pelumasan

Fungsi dari sistem pelumasan sendiri adalah untuk melumasi

bagian-bagian yang bergerak maupun tidak bergerak seperti: ring piston,

main bearing, crank shaft, crank pin bearing, cross head bushing, stuffing

box, cross head. Pelumasan bagian tersebut dilakukan menggunakan

pompa yang digerakkan oleh motor listrik dengan sistem otomatis. Ada

bagian tertentu yang sengaja tidak dilumasi apabila dalam suatu keadaaan

udara tekan yang dihasilkan harus benar-benar besih dan tidak

terkontaminasi oleh gas atau cairan lainnya, seperti silinder dan stuffing

box. Kompresor Cameron Ram 52 menggunakan pelumasan eksternal

dengan menggunakan dua buah pompa, yaitu pompa Cameron Ram 52

jenis pompa gear digunakan untuk melumasi piston rod, connecting rod,

crankshaft dll. Dan pompa Cameron Ram 52 jenis pompa plunyer yang

digunakan untuk melumasi piston silinder 1,2 dan stuffing box. [3]
23

2. Sistem Pendinginan

Fungsi dari sistem pendinginan pada kompresor adalah untuk

mengurangi temperatur pada bagian-bagian kompresor agar tidak terlalu

tinggi sehingga dapat merusak komponen-komponen kompresor dan

mengurangi temperatur gas/udara yang keluar dari kompresor akibat

proses kompresi agar gas/udara tersebut tidak terkondensasi serta

mengurangi naiknya daya yang dibutuhkan kompresor dan penggerak

untuk kapasitas yang sama akibat naiknya temperatur

gas/udara.discharge. Untuk menjaga agar temperatur tetap pada range

tertentu kompresor Cameron Ram 52 menggunakan intercooler dan

aftercooler, jenis intercooler dan afercooler yang digunakan adalah shell

and tube untuk mendinginkan gas discharge dari kompresor. Sedangkan

untuk mendinginkan silinder dipakai water jacket dengan air

disirkulasikan oleh pompa. [1]

3. Sistem Kontrol dan Pengamanan

Sistem kontrol dimaksudkan untuk mempertahankan kompresor

supaya selalu beroperasi pada kondisi normal operasi, sedangkan sistem

pengaman berfungsi untuk menjaga kompresor agar tetap aman, dan

mendeteksi sedini mungkin bila terdapat kelainan / penyimpangan yang

terjadi pada saat pengoperasian kompresor. Penyimpangan kondisi

operasi tersebut antara lain: [1]

1. Tekanan gas suction dan discharge

2. Tekanan pelumasan

3. Temperatur gas suction dan discharge


24

4. Temperatur pelumasan

5. Temperatur pendinginan

4. Sistem Pengaturan Kapasitas

Latar belakang penggunaan sistem pengaturan kapasitas adalah

bahwa kapasitas yang dihasilkan oleh kompresor harus dapat disesuaikan

dengan jumlah gas yang diperlukan dalam proses. Jika kompresor

dibiarkan running sedangkan gas yang dihasilkan tidak dipakai maka

tekanan akan naik melebihi batas yang diinginkan, oleh sebab itu

kompresor dilengkapi dengan unloader valve dan juga clearance pocket.

Unloader valve dipasang pada saluran masuk dan berfungsi mengatur laju

volume udara/gas yang dihisap sesuai dengan kapasitas yang diperlukan

dalam proses. Unloader valve pada kompresor diatur dengan sistem

instrumentasi pada box panel yang digerakkan secara pneumatic.Sistem

pengaturan kapasitas pada kompresor Cameron Ram 52 Superior

menggunakan sistem unloader valve dan clearence pocket.[1]

E. Panas jenis gas

Panas jenis suatu gas juga didefiniskan sebagai jumlah panas yang

diperlukan untuk menaikan temperatur 1 gram gas tersebut sebesar 1 C,

Seperti pada zat-zat yang lain. [ 2 ]

Namun untuk gas ada dua macam panas jenis yaitu sebagai berikut :

1. Panas jenis pada tekanan tetap

Jika suatu gas dipanaskan atau didinginkan pada tekanan

tetap,maka volumenya akan membesar atau mengecil lebih banyak dari


25

pada zat cair atau zat padat. Dalam hal demikian jumlah panas yang

diperlukan untuk menaikan temperatur sejumlah 1 kg gas tersebut sebesar

1 C disebut panas jenis pada tekanan tetap.Dimana panas jenis biasanya

diberi lambang Cp : 0.24 kcal / kgC : 1.005 kJ/(kgC) . [ 2 ]

2. Panas jenis pada volume tetap

Jika suatu gas dimapatkan didalam suatu bejana tertutup lalu

dipanaskan tanpa dapat berkembang maka tekanan dan temperatur akan

naik.jumlah panas yang diperlukan untuk menaikan temperatur 1 kg gas

ini sebesar 1C jumlah keadaan demikian disebut panas jenis pada

volume tetap. Panas jenis diberi lambang Cv dimana untuk udara Cv: 0.17

kcal(kgC) : 0.712 kJ/(kgC). [ 2 ]

3. Rasio panas jenis

Kedua panas jenis diatas diperbandingkan terlihat bahwa jenis

pada tekanan tetap harganya lebih besar dari pada panas jenis pada

volume tetap.hal ini terjadi karena selain dipakai untuk menaikan

temperatur , sebagian panas yang diberikan dalam pemasangan pada

tekanan tetap dipakai juga untuk melakukan kerja pada waktu gas

mengembang. Perbandingan antara panas jenis pada tekanan tetap dan

panas jenis pada volume tetap adalah rasio panas jenis yang diberi
𝐶𝑝
lambang k . k : . dimana untuk udara kering k : 1.401. Rasio ini
𝐶𝑉

mempunyai peranan penting dalam perhitungan kompresi gas. [ 2 ]


26

Tabel II.1 Panas jenis beberapa gas

Panas jenis
Panas jenis Perbandinga
Rumus Jumlah pada
Nama jelas pada tekanan n panas jenis
molekul Atom volume
tetap ( Cp ) (k)
tetap ( Cv )
Ar Argon 1 0.1233 0.0746 1.667
He Helium 1 1.2425 0.746 1.666
- Udara 2 0.24 0.17 1.401
 Hidrogen 2 3.402 2.402 1.408
N2 Nitrogen 2 0.2350 0.175 1.41
O2 Oksigen 2 0.2419 0.173 1.40
H2O Uap air 3 0.4765 0.340 1.305
Karbon
CO2 dioksida 3 0.211 0.163 1.30
C2H2 Asitilin 4 0.402 0.323 1.24
C2H5OH Alkohol 9 0.435 0.400 1.13

F. Teori kompresi

1. Hubungan antara tekanan dan volume


Hubungan antara tekanan dan volume gas dalam proses kompresi

tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Jika selama

kompresi,temperature gas dijaga tetap ( tidak bertambah panas ) maka

pengecilan volume menjadi setengah kali akan menaikan tekanan menjadi

2 kali lipat. Jadi secara umum dapat dikatakan sebagai berikut “ Jika gas

dikompresi kan pada temperature tetap , maka temperature akan

berbanding terbalik dengan temperature.[ 1 ]

Pernyataan tersebut merupakan hokum boyle dan dapat dirumuskan :

𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2 = Tetap…………………….(2.5)

Dimana :
27

𝑃1 = Tekanan ( kgf/m2 )

𝑉1= Volume ( m3 )

𝑃2 = Tekanan ( kgf/m2 )

𝑉2 = Volume keluar ( m3 )

2. Hubungan antara temperatur dan volume


Dari pengukuran koefesien muai berbagai gas diperoleh

kesimpulan sebagai berikut : “ Semua macam gas apabila dinaikan

temperaturnya sebesar 1 C pada tekanan tetap ,akan mengalami

pertambahan volume sebesar 1/273 dari volumenya pada 0 C begitu

sebaliknya.[ 2 ]

Pernyataan tersebut adalah hukun Charles, Dirumuskan sebagai berikut :

1 1
𝑉1 = 𝑉0 + . 𝑡1. 𝑉0 = 𝑉0 ( 1 + ) … … … … … … … … … ( 2.6)
273 273

Pada temperature 𝑡2 C untuk tekanan tetap sama pula gas mempunyai

volume.

1
𝑉2 = 𝑉0 ( 1 + ) … … … … … … … … … … … … … … … (2.7)
273

Maka persamaan diatas dapat dirumuskan :

𝑉1 ( 273 + 𝑡1 )
= … … … … … … … … … … … … … … … (2.8)
𝑉2 ( 273 + 𝑡2 )

Dimana :

t = Temperatur (C )

V = Volume ( m3 )
28

3. Hukum Boyle dan Charles

Hukum persamaam keadaan adalah gabungan antara hukum Boyle dan


Charles dinyatakan dengan :

P V = G R T……………………………………………(2.9)

Dimana :

P = Tekanan mutlak ( kgf/m2 )/ ( Pa )

V = Volume ( m3 )

G = Berat gas ( kgf ) / (N)

T = Temperatur mutlak (  𝐾 )

R = Konstanta gas ( m/ 𝐾)

Tabel 11.2 Konstanta gas dari beberapa gas

Gas Udara Oksigen Nitrogen Hidrogen Karbon dioksida


Konstanta gas Kering (  C ) Lembab ( ° C )

R ( m/ K) 29.27 29.46 26.5 30.26 420.6 19.27

G. Proses kompresi gas

1. Cara kompresi

Kompresi gas dapat dilakukan menurut tiga cara yaitu dengan

proses isotermal,adiabatik,dan polytropik.berikut masing masing

prosesnya :

a. Kompresi isotermal

Bila suatu gas dikompresi, maka ada energi luar yang diberikan

kepada gas.Energi ini diubah menjadi energi panas sehingga

temperature gas akan naik jika tekanan semangkin tinggi. Namun,


29

jika proses kompresi dibarengin dengan pendinginan untuk

mengurangi panas yang terjadi maka,temperature dapat terjaga

tetap.proses kompresi ini merupakan proses kompresi isotermal (

temperature tetap ). Biasanya untuk perhitungan analisa teoritis.[ 2 ]

Hubungan persamaanya dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑃1 . 𝑉1 = 𝑃2. 𝑉2 = 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 … … … … … … … … . . ( 2.10)

Dimana :

P = Tekanan ( kg/m2 )

V = Volume ( m3 )

b. Kompresi adiabatik

Jika silinder disolasi sempurna terhadap panas ,maka

kompresi akan berlangsung tanpa ada panas yang keluar dari gas

atau masuk ke dalam gas. Sering dipakai dalam pengkajian teoritis

proses kompresi . [ 2 ]

Hubungan antara tekanan dan volume dalam proses

adiabatik dapat dinyatakan dengan persamaan :

P.vk atau 𝑃1 . 𝑣1𝑘 = 𝑃2 . 𝑣2𝑘 ………………(2.11)

Dimana : k = Cp/Cv

P = Tekanan ( kg/m2 )

V = Volume ( m3 )

c. Kompresi politropik

Proses kompresi pada kompresor yang sesungguhnya terjadi

pada proses ini yaitu kompresi politropik. [ 2 ]


30

Hubungan antara P adan v pada proses ini dapat dirumuskan

sebagai beriku :

𝑃. 𝑣 𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃1. . 𝑣1𝑛 = 𝑃2 . 𝑣2𝑛 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝…………………(2.12)

Dimana :

P = Tekanan ( kg/m2 )

V = Volume ( m3 )

n = Indek politropik nilainya = 1.25

2. Perubahan temperatur

Pada waktu kompresi,tempreatur bisa berubah tergantung pada

jenis proses yang dialami. Untuk masing masing proses antara

temperatur dan tekanan adalah sebagai berikut :[2]

a. Proses isotermal

Dalam proses ini temperatur dijaga tetap sehingga tidak

berubah.[2]

b. Proses adiabatic

Dalam proses ini tidak ada panas yang dibuang keluar

silinder atau dimasukan sehingga seluruh kerja mekanis yang

diberikan dalam proses ini akan dipakai dalam menaikan

temperatur.[2]

Temperatur yang dicapai oleh gas yang keluar dapat

diperoleh secara teoritis dari rumus :

𝑃𝑑 ( 2.13)
𝑇𝑑 = 𝑇𝑠 ( ) ( k-1)/mk……………………………………….
𝑃𝑠
31

Dimana :

𝑇𝑑 = Temperatur mutlak gas keluar kompresor ( C )

𝑇𝑠 = Temperatur isap gas masuk kompresor ( C )

m = Jumlah tingkat kompresi m : 1.2.3……dan untuk

m > 1. Rumus mancakup proses pendinginan pada

pendingin antara intercooler.

𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘


𝑃𝑑 𝑃𝑠 = = perbandingan tekanan
𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑎𝑝 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘

k = Cp/Cv, perbandingan panas jenis

c. Proses politropik

Jika selama proses kompresi udara didinginkan,misalkan

dengan memakai air pendingin untuk silinder sebagai panas yang

timbul akan dikeluarkan. Untuk menghitung temperature kompresi

dapat digunakan grafik perbandingan tekanan. Nilai k dipakai

indeks politropik yang harganya lebih rendah. [ 2 ]

H. Teori perhitungan

1. Menghitung volume perpindahan torak

Pada kompresor kerja ganda.pemapatan tidak hanya terjadi pada

sebelah kiri tetapi juga pada sisi sebalah kanan.Berikut rumus

perhitungan volume perpindahan torak.

𝜋 2 𝜋
𝑉𝑠 = 𝐷 𝑆𝑁 + (𝐷2 − 𝑑 2 ) 𝑆𝑁 … … … … … … … … … . . (2.14)
4 4
32

𝜋
𝑉𝑠 = ( 2𝐷2 − 𝑑 2 ) 𝑆𝑁, (𝑚3 / min) … … … … … … … … . . (2.15)
4

Dimana :

𝑉𝑠 = Volume perpindahan torak ( m3/min )

D = Diameter silinder ( m )

D = Diameter batang torak ( m )

S = Panjang langkah torak ( m )

n = Jumlah putaran permenit ( rpm )

2. Efesiensi volumetrik

Efisiensi volumetrik adalah perbandingan antara kapasitas yang


masuk ke dalam silinder dengan kapasitas perpindahan torak. Efisiensi
volumetrik dipengaruhi oleh:[2]
 Clearance silinder.

 Perbandingan tekanan.

 Faktor kompresibilitas.
maka efisiensi volumetrik dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
𝑄𝑠
𝑛𝑣 =
𝑄𝑡ℎ

Dimana :
𝑄𝑠 = Volume gas yang dihasilkan ( m3/s)
𝑄𝑡ℎ = Perpindahan torak ( m3/s)
33

a. Efesiensi volumetrik pada sisi head end

𝑍𝑑 1
𝑉𝐸𝐻𝐸 = 𝐸𝐶 − 𝑟 − 𝐶𝐻𝐸 𝑥 [ 𝑥 (𝑟 𝑘 − 1)] . % … … … … . . . (2.16 )
𝑍𝑠

Dimana :

EC = Effesiensi valve ( % )

𝑉𝐸𝐻𝐸 = Efesiensi volumetrik sisi head end ( % )

𝐶𝐻𝐸 = Clearance ( Volume sisa ) silinder sisi Head end ( % )

k = eksponen adiabatik dihitung atau dari grafik

r = Perbandingan tekanan ( Rasio )

𝑃𝑑
r= 𝑃𝑠

𝑟𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ( 𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒1 + 𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒 2) 1/𝑛𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒 …………( 2.17 )

b. Efesiensi volumetrik pada sisi crank end ( EV )

Zd 1
EVCE = EC − r − CCE x [ x (r k − 1)] . % … … … … . . ( 2.18)
Zs

Dimana :

EC = Efesiensi Kompresor ( % )

EVCE = Efesiensi volumetrik sisi Crank end ( % )

CCE =Clearance ( Volume sisa ) silinder sisi Crank end (%)

k = eksponen adiabatik dihitung atau dari grafik


r = Perbandingan tekanan ( Rasio )

𝑃𝑑
r= 𝑃𝑠

Dimana : 𝑃𝑠 = Tekanan masuk ( kg/cm2)


𝑃𝑠 = Tekanan keluar ( kg/cm2 )
34

3. Kapasitas Kompresor

Kapasitas kompresor adalah sejumlah fluida baik gas atau udara

yang masuk setiap satuan waktu.Satu hal yang penting dalam

perhitungan kapasitas kompresor bahwa alairan gas berdasarkan nilai

volumetrik kondisi tekanan,temperature,kelembaban relatif dan

komposisi gas pada sisi masuk ( inlet ). Satuan aliran adalah Inlet/actual

cubic feet per minute ( icfm/acfm).Kapasitas kompresor adalah sejumlah

volume udara/gas yang masuk setiap satuan waktu yang dinyatakan

dalam berbagai satuan seperti :[3]

a. Inlet volume flow

b. Actual inlet volume flow ( ACFM )

c. Standart Volume flow ( SCFM )

d. Mass flow rate ( m3/s )

Perpindahan torak menyatakan kemampuan teoritis menghasilkan

kapasitas kompresor ,namun dalam kompresor yang sesungguhnya

volume gas yang dikeluarkan lebih kecil daripada perpindahan torak

tersebut.pada waktu torak mencapai titik mati atas masih ada volume sisa

yang disebut sebagai clearance volume ,karena adanya volume sisa ini

ketika mengakhiri langkah kompresi diatas torak masih ada sejumlah

gas,dan adanya sisa gas ini akan mempengaruhi volume hisap kompresor

seperti diuraikan pada bab sebelumnya.oleh karena itu kapasitas

kompresor bukanlah sebesar volume silinder melainkan volume torak

dikalikan dengan efesiensi volumetric.


35

Berikut adalah rumus untuk menghitung kapasitas kompresor

reciprocating kerja ganda.

𝑄 = 𝑄𝐻𝐸+ 𝑄𝐶𝐸 …………………………………… ( 2.19 )

𝜋 𝑥 𝐷2𝑥 𝑆 𝑥 𝑛 𝜋 𝑥 ( 𝐷 2 −𝑑2 )𝑥 𝑆 𝑥 𝑛
𝑄={ 𝑥𝐸𝑉𝐻𝐸 } + { 𝑥𝐸𝑉𝐶𝐸 } 𝑥2. (𝑚3 ⁄𝑠)
4 4

……………………………………………………..(2.20)

Dimana :
𝑄𝐻𝐸 = Kapasitas gas masuk sisi head end

𝑄𝐶𝐸 = Kapasitas gas masuk sisi Crank end

Q = Kapasitas gas

D = Diameter silinder ( cm )

D = Diameter batang torak ( cm )

S = Panjang langkah torak ( cm )

n = Jumlah putaran permenit ( rpm )

𝐸𝑉𝐻𝐸 = Efesiensi volumetrik sisi head end ( % )

𝐸𝑉𝐶𝐸 = Efesiensi volumetrik sisi crank end ( % )

4. Perhitungan daya kompresor

Daya kompresor keseluruhan didefisinikan sebagai daya yang


diperlukan untuk memampatkan gas dengan siklus adiabatik ( menurut
perhitungan teoritis,dibagi dengan daya yang sesungguhnya diperlukan
kompresor pada porosnya.sebelum menghitung daya kompresor
sebelumnya kita menghitung daya gas tiap langkah,menghitung daya
penggerak,efesiensi mekanik.
36

a. Menghitung daya gas

Karena kondisi sistem pendinginan gas kompresor dalam

kondisi tidak sempurna dimana T1 ≠ T2 maka perhitungan daya

menggunakan persamaan sebagai berikut.

𝑚𝑘 𝑃𝑠 𝑥𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃 (𝑘−1)/𝑚𝑘
𝐺𝐻𝑃 = [( 𝑃𝑑 ) − 1] . 𝑘𝑊………….( 2.21)
𝑘−1 60000 𝑠

Dimana : 𝑃𝑠 = Tekanan masuk tingkat pertama ( kg/cm2)


𝑃𝑑 = Tekanan keluar tingkat terakhir ( kg/cm2)

𝑄𝑠 = Jumlah volume gas yang keluar dari tingkat terakhir

( m3/s )

k = Cp/Cv
m = Jumlah tingkat kompresi

b. Menghitung Daya penggerak

Untuk menghitung daya penggerak maka dapat dihitung

dengan persamaan sebagai berikut.

𝐼.𝑉.𝐶𝑜𝑠 ∅.√3
𝐷𝐻𝑃 = 𝑥𝑛𝑒𝑚, 𝑘𝑊………………..( 2.22 )
1000

Dimana : DHP = Daya penggerak ( kW )

I = Kuat arus ( Ampere )

V = Tegangan listrik ( Voltage )

Cos ∅ = 0.78

n.Em = efesiensi elektromotor ( % )

c. Menghitung Efesiensi Mekanik


37

Efesiensi mekanik dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

GHP 𝑎𝑣𝑎𝑟𝑎𝑔𝑒
nmek = . 100, %........................ ( 2.23)
DHP.ntrans

Dimana : n.mek = Efesiensi mekanik

GHP = Daya gas ( kW )

DHP = Daya penggerak ( kW )

n.trans = Efesiensi transmisi (%)

d. Menghitung Daya Kompresor

Daya kompresor dapat dihitung dengan persamaan berikut.

GHP 𝑎𝑣𝑎𝑟𝑎𝑔𝑒
CHPtotal = , kW…………….( 2.24)
nmek

Dimana : CHP = Daya kompresor ( kW)

GHP = Daya Gas ( kW)

n.mek = Efesiensi mekanik ( % )

You might also like