You are on page 1of 23

A.

Definisi
Masalah seksual pada pria sering diartikan sebagai gangguan fungsi seksual pada salah satu atau
lebih aspek fungsi seksual (www.bkkbn.go.id). Gangguan fungsi seksual terjadi pada dorongan
seksual, reaksi organ kelamin terhadap rangsangan sampai pada orgasme sebagai puncak reaksi
seksual.

B. Penyebab Gangguan Fungsi Seksual Pria Lanjut Usia


Gangguan fungsi seksual pada pria lansia disebabkan oleh :
1. Faktor fisik
dapat berupa kelainan lokal pada organ kelamin atau penyakit sistemik.
2. Faktor psikis
adalah hal-hal kejiwaan yang mengurangi atau menghilangkan reaksi seksual pada seseorang.
Beberapa gangguan yang menyebabkan masalah seksual pada pria lanjut usia (lansia) adalah :
1. Hilangnya dorongan atau gairah seksual
Baik wanita maupun pria dapat mengalami penurunan atau kehilangan dorongan seksual/gairah
seksual. Sering terkesan gangguan seksual lebih umum dialami oleh wanita padahal banyak pula
pria yang mengalami masalah tersebut. Ada dua jenis hilangnya dorongan seksual yaitu primer dan
sekunder. Yang dimaksud hilangnya dorongan seksual primer adalah bila tidak ada dorongan
seksual sejak semula, sedangkan sekunder bila pria mengalami kehilangan dorongan seksual,
padahal sebelumnya normal.
Hilangnya dorongan seksual ini dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun psikis. Penyebab psikis
antara lain perasaan bersalah karena telah berselingkuh, stres berkepanjangan. Sedangkan
penyebab fisik yang dapat menyebabkan hilangnya dorongan seksual antara lain gangguan
hormon( menurunnya kadar hormon testosteron dan hormon tiroid), kepayahan yang berlebihan
(seperti pada penyakit hati, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru), konsumsi obat
penenang dan narkotik (www.bkkbn.go.id).
2. Disfungsi ereksi (impotensi)
Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang cukup
untuk melakukan hubungan seksual. Ada pria yang sejak semula tidak pernah mencapai ereksi,
kelainan ini disebut disfungsi ereksi primer. Penderita disfungsi ereksi primer tidak pernah berhasil
melakukan hubungan seksual. Sedangkan bila penderita sudah pernah berhasil melakukan
hubungan seksual, tetapi kemudian gagal karena suatu sebab yang mengganggu ereksinya disebut
disfungsi ereksi sekunder. Disfungsi ereksi ini bisa disebabkan oleh faktor psikis dan fisik. Apapun
penyebab disfungsi ereksi, baik faktor psikis maupun faktor fisik, pada akhirnya terjadi hambatan
dalam relaksasi otot polos korpus kavernosum penis sehigga darah tidak dapat mengalir masuk,
sehingga akibatnya ereksi tidak terjadi. Hal inilah yang menjadi dasar hambatan ereksi pada
disfungsi ereksi (impotensi).
Penyebab psikis (kejiwaan) antara lain :
a. Stress
Karena pekerjaan di kantor, kemacetan lalu lintas, atau yang menyebabkan ketegangan lainnya.
b. Rasa rendah diri
Misalnya istri gajinya lebih besar, atau selalu memandang rendah suaminya.
c. Sakit hati atau tersinggung
Tersinggung atas kata-kata atau perlakuan istri, juga bisa mengakibatkan impoten. Istri
mengatakan kok ’burung’ suaminya kecil, kok ini, kok itu dan sebagainya, sehingga suaminya
’tersinggung’dan tidak bisa ereksi lagi. Istri yang cerewet juga bisa membuat suami sebel, lama-
lama impoten.
d. Cemas dan takut
Hal ini sering juga terjadi pasangan yang setelah pernikahannya berjalan satu tahun belum
mempunyai keturunan lalu memeriksakan dirinya ke dokter. Dokternya kemudian mengatakan
bahwa dia mandul, sehingga mempengaruhi pikirannya, jadi takut dan sedihnya akhirnya bisa juga
menyebabkan impoten.
e. Lelah dan letih
Hal ini bisa juga menyebabkan penis kurang bergairah dan loyo. Oleh karena itu jagalah stamina
dan kebugaran tubuh setiap saat.
Sedangkan Penyebab fisik yang dapat mengakibatkan disfungsi ereksi antara lain:
a. Penyakit.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan impotensi antara lain : diabetes melitus (sakit gula),
kolesterol tinggi, dan beberapa jenis operasi seperti operasi pada prostat dan penis.
b. Merokok
Kebiasaan merokok bisa menjadi penyebab impotensi karena nikotin dalam rokok yang terserap
oleh darah akan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, termasuk penyumbatan pembuluh
darah dalam penis.
c. Obatan-obatan
Pemakaian obat-obatan tertentu dengan dosis tinggi dan tidak terkontrol bisa menyebabkan
impotensi. Obat-obatan tersebut antara lain : obat anti hipertensi, anti depresi, barbiturat, hormon
estrogen, mariyuana, narkotik, dan obat penenang.
d. Minuman dan makanan
Kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol dan makanan yang mengandung kolesterol tinggi
dapat menyumbat pembuluh darah.

3. Ejakulasi dini (premature ejaculation)


Seorang pria dianggap mengalami ejakulasi dini bila ia tidak mampu mengontrol ejakulasinya
sehingga pasangannya tidak sempat mencapai orgasme. beberapa derajat ejakulasi dini yaitu :
a. Ejakulasi terjadi sebelum penis menyentuh alat kelamin wanita.
b. Ejakulasi terjadi segera setelah terjadi persentuhan dengan labia vagina.
c. Ejakulasi terjadi segera setelah terjadi penetrasi vagina.
d. Ejakulasi terjadi setelah pergeseran singkat dengan vagina.
Berdasarkan data ini maka ejakulasi dianggap sebagai suatu gangguan yang bersifat psikofisiologik.
Ada beberapa masalah yang melatar belakangi terjadinya ejakulasi dini yaitu: hubungan suami istri
yang tidak harmonis, perasaan tidak senang terhadap pasangannya, dan rasa takut terhadap
wanita. Teori lain yang dikemukakan ialah akibat adanya gangguan pada sistem saraf yang
mengatur ejakulasi (www.bkkbn.go.id).
4. Ejakulasi terhambat (retard ejaculation)
Pada gangguan ini, terjadi ketidakmampuan mengalami ejakulasi di dalam vagina. Gangguan ini
dapat terjadi primer,yaitu tidak pernah mencapai ejakulasi. Sedangkan ejakulasi terhambat yang
sekunder berarti sebelumnya pernah mencapai ejakulasi secara normal, tetapi karena sebab
tertentu. Kemudian mengalami hambatan ejakulasi saat masih di dalam vagina. Ada beberapa
kelompok penderita berdasarkan kemampuan mencapai ejakulasi,yaitu:
a. Penderita baru dapat mencapai ejakulasi setelah melakukan masturbasi ( onani ).
b. Penderita dapat mencapai ejakulasi melalui rangsangan oleh pasangannya,misalnya secara
manual atau seks oral ( oral sex/fellatio )
c. Sebagian penderita tetap tidak mencapai ejakulasi dengan cara apapun.
Ejakulasi terhambat dapat disebabkan oleh faktor fisik atau faktor psikis. Penyebab fisik meliputi
gangguan anatomi pada kelamin, kerusakan saraf, dan obat-obat yang mengganggu fungsi saraf,
misalnya guenethidine.
Tetapi sebagian besar ejakulasi terhambat disebabkan oleh faktor psikis,misalnya sejak masa kecil
diberi pelajaran atau informasi bahwa perbuatan seks merupakan suatu dosa atau sesuatu yang
kotor, rasa takut terjadi kehamilan, ataupun akibat trauma psikoseksual yang dialami pria.

5. Disfungsi orgasme
Disfungsi orgasme mengandung pengertian terganggunya fungsi orgasme. Ada tiga macam
disfungsi orgasme yang dapat dialami pria,yaitu :
a. Disfungsi orgasme primer,yang berarti tidak pernah mencapai orgasme dengan cara apapun
sejak semula.
b. Disfungsi orgasme sekunder,yang berarti sebelumnya pernah mencapai orgasme, tetapi
kemudian tidak mampu lagi karena sesuatu sebab.
c. Disfungsi orgasme situasional,yang berarti tidak dapat mencapai orgasme pada situasi atau
keadaan tertentu.
6. Disparunia (dyspareunia)
Disparunia adalah hubungan seksual yang menimbulkan rasa sakit pada pria. Hal ini hampir selalu
disebabkan oleh faktor fisik yaitu infeksi kelamin dan kelenjar kelamin di sekitarnya. Untuk
mengatasi disfungsi seksual ini diperlukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebabnya.
7. Andropause
Andropause adalah kondisi pria diatas usia tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda
dan keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita. Istilah andropause berasal dari bahasa
Yunani, Andro artinya pria sedangkan Pause artinya penghentian. Jadi secara harfiah andropause
adalah berhentinya fungsi fisiologis pada pria. Pada pria penurunan produksi spermatozoa, hormon
testosteron dan hormon – hormon lainnya sedemikian perlahan.
Kesuburan pria menurun dengan bertambahnya usia. Keadaan ini terjadi karena fungsi testis yang
membentuk sel spermatozoa menurun. Selain itu, sebagian pria lansia mengalami suatu keadaan
yang disebut andropause. Selain gejala di atas, pria yang mengalami masa andropause juga
mengalami beberapa keluhan, yaitu kelelahan, hilangnya selera makan dan dorongan seksual,
mudah tersinggung, serta terganggunya daya konsentrasi. Andropause terjadi pada usia sekitar 40-
60 tahun.
Gejala penuaan pada pria bisa ditandai dengan sindrom kekurangan produksi hormon lelaki, atau
testosteron. Selain kekurangan testosteron, pria yang terkena andropatis akan mengalami
penurunan hormon melatonin dan perubahan pada follicle stimulating hormone (FSH) serta
luteinizing hormone (LH). Dua terakhir inilah yang berperan terhadap kejantanan pria.
Jika testosteron menyusut tidak hanya mutu sperma yang menurun tetapi daya ereksi dan libido
juga terganggu. Ini akan membuat pria tidak percaya diri. Seperti halnya wanita, pria juga akan
mengalami gejala-gejala seperti keropos tulang (osteoporosis), kekakuan pembuluh darah jantung,
cepat lelah, dan menurunnya kekebalan tubuh. Bila hormon melatonin ikut berkurang, pria akan
terserang penyakit susah tidur dan mengalami gangguan pigmen pada rambut alias mulai keluar
uban (Arief, 2007).
Kadar testosterone pada laki-laki sehat sangat bervariasi, artinya, seperti halnya menopouse,
andropouse bisa juga dialami pada usia yang lebih muda atau lebih tua. Selain berkaitan dengan
usia, penurunan kadar testosteron juga bisa terjadi samar-samar. Tidak ada cara yang bisa
memperkirakan siapa yang akan mengalami hal ini, juga tidak jelas gejala mana yang muncul
karena gejala yang dialami setiap pria berbeda-beda (www.pjhnk.go.id).
Beberapa gejala-gejala khas andropause adalah :
a. Penurunan libido (gairah seksual) dan impotensi (gagal ereksi)
b. Perubahan suasana hati (mood ), disertai penurunan aktivitas intelektual, kelelahan, depresi,
dan mudah tersinggung.
c. Menurunnya kekuatan otot dan massa otot
d. Lemah dan kurang energi
e. Perubahan emosional, psikologis dan perilaku (misalnya depresi)
f. Berkeringat dan gejolak panas di sekitar leher (hot flash ), yang terjadi secara bertahap
g. Pengecilan organ-organ seks dan kerontokan rambut di sekitar daerah kelamin dan ketiak
h. Peningkatan lemak di daerah perut dan atas tubuh
i. Osteoporosis (keropos tulang) dan nyeri punggung
j. Risiko penyakit jantung.
Risiko osteoporosis
Pada individu yang sehat, jaringan tulang secara konstan rusak dan dibentuk kembali. Pada pasien
osteoporosis, pembentukan kembali jaringan tulang tidak secepat jaringan tulang yang rusak
sehingga lebih banyak jaringan tulang yang rusak dibanding yang terbentuk kembali. Pada pria,
testosteron juga berperan untuk menjaga keseimbangan otot dan tulang. Dengan bertambahnya
usia dan menurunnya kadar testosteron, kemampuan pembentukan kembali jaringan tulang
semakin menurun sehingga pria akan menunjukkan pola yang mirip pada risiko osteoporosis.
Sekitar 1 dari 8 pria di atas usia 50 tahun menderita osteoporosis.
Selain itu, antara usia 40-70 tahun densitas tulang pria menurun hingga 15%. Densitas tulang yang
rendah menyebabkan risiko patah tulang lebih sering, dan disertai nyeri. Pergelangan, pinggang,
tulang punggung, dan tulang rusuk adalah bagian yang paling sering berisiko patah. Kejadian
patah tulang pinggang pada pria usia lanjut meningkat eksponensial, sama seperti yang terjadi
pada wanita. Pada pasien osteoporosis, patah tulang pinggang dapat membahayakan jiwa atau
dapat menyebabkan 1/3 pasien tidak dapat bergerak lagi seperti semula.
Risiko penyakit jantung
Telah lama diketahui bahwa risiko wanita terkena aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
cenderung meningkat setelah menopause. Fenomena yang hampir sama juga terjadi pada pria
karena kadar testosteronnya menurun sejalan dengan proses penuaan. Meskipun penelitian yang
dilakukan belum selengkap seperti yang dilakukan pada wanita, tetapi temuan klinis menunjukkan
adanya hubungan antara kadar testosteron rendah dan peningkatan faktor risiko penyakit jantung
pada pria. Hubungan sebab-akibatnya masih belum diketahui pada percobaan klinis dalam jumlah
kasus yang besar dan masih diperlukan penelitian klinis lanjutan pada kajian bidang ini
(http://kuliahbidan.wordpress.com).
Biasanya, gejala yang dialami laki-laki prosesnya berjalan sangat lambat dan dengan waktu yang
tidak bisa ditentukan. Sikap negatif, stress, alkohol berlebihan, kegemukan, perlukaan atau operasi,
pengobatan, kurang olah raga, vasektomi, dan infeksi dapat memengaruhi permulaan masa ini.

C. Epidemiologi Disfungsi Ereksi Pria Lanjut Usia


Disfungsi Ereksi (DE) tidak dianggap sebagai bagian normal dari penuaan. Namun, ini berkaitan
dengan perubahan fisiologis dan psikologis berkaitan dengan umur. Pada survey komunitas yang
diadakan oleh Massachusetts Male Aging Study (MMAS) pada laki-laki dengan rentang umur 40 –
70 tahun, 52% responder dilaporkan memiliki beberapa derajat DE. DE sempurna terjadi pada 10%
responder. DE moderat terjadi pada 25% dan DE minimal pada 17% responder. Insiden DE
moderat dan berat meningkat dua kali lipat pada umur 40 dan 70. Pada National Health and Social
Life Survey (NHSLS), dimana menjadi sampel nasional mewakili populasi pria umur 18-59 tahun,
10% pria dilaporkan tidak dapat menjaga ereksi (serupa dengan proporsi pria dengan DE
sempurna pada survey MMAS). Insiden tertinggi adalah pria dengan umur 50-59 tahun (21%) dan
pria miskin (14%), perceraian (14%) dan kurang pendidikan (13%)...
Insiden terjadinya DE juga meningkat pada pria dengan keadaan medis tertentu seperti DM,
obesitas, gejala saluran kemih bagian bawah akibat benign prostatic hyperplasia (BPH), penyakit
jantung, hypertensi, dan penurunan kadar HDL. Merokok merupakan faktor resiko bermakna untuk
perkembangan DE. Pengobatan untuk DM dan penyakit jantung merupakan faktor resiko
penambah. Terdapat peningkatan resiko DE pada pria yang telah menjalani radiasi atau operasi
kanker prostate dan pada mereka dengan cedera medulla spinalis bagian bawah. Penyebab
psikologis DE adalah depresi, kemarahan, atau stress akibat kehilangan pekerjaan atau penyebab
lainnya (http://cetrione.blogspot.com).
D. Pencegahan dan Penanganan Masalah Seksual Pria Lansia
Pada pria lansia pencegahan dan penanganan masalah seksual ada beberapa macam yaitu :
keseimbangan hidup (seks dan olahraga), pemeriksaan, pengobatan, dan terapi.
1. Keseimbangan Hidup (Seks dan Olahraga )
Dahulu orang beranggapan "seks hanya untuk orang muda saja". Belakangan timbul pandangan
bahwa seks justru penting untuk golongan lansia sebagai kenikmatan hidup yang perlu dipelihara,
bahkan kalau perlu bisa ditingkatkan. Dalam kehidupan biologis, pria pada umumnya lebih
terangsang dengan apa yang dilihat dan dikhayalkan, sedangkan wanita terangsang oleh apa yang
didengar dan dirasakan. Kenyamanan ini tetap ada menjelang dan selama usia senja. Proses
menua tidak hanya dialami wanita, pria pun merasakan kemunduran sekalipun belum tentu dengan
kecepatan yang sama. Kemunduran dalam daya tarik lahiriah karena bertambah tua seperti : kulit
makin keriput, perut makin gendut, dahi makin lebar, adalah normal. Namun, belum tentu
kemampuan seksualnya tidak ada lagi. Sesekali gagal mungkin saja, cobalah lagi berikutnya.
Pemeliharaan kesehatan, khususnya kesehatan seksual, diharapkan masih bisa dinikmati bersama
sampai akhir hayat. Justru pada periode lansia, ketika anak-anak sudah tinggal terpisah, diperlukan
ikatan dan kenikmatan seksual yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Ini merupakan salah
satu faktor penting yang memberikan kebahagiaan sampai akhir hayat. Kehidupan seksual adalah
suatu total contact yang terdiri dari hubungan fisik, mental dan seksualnya sendiri. Kondisi
hubungan seksual dan nonseksual dengan pasangan hidup memberikan pengaruh yang besar.
Makin baik hubungan, makin memuaskan kehidupan seksual. Maka, seks makin bertambah lama
sampai tidak ada batasnya. Hampir setiap orang yang menjalani usia lanjut akan mengalami
masalah seksual. Sebagian besar menghadapinya sebagai hal yang memalukan untuk dibicarakan,
sebagian lagi menganggapnya sebagai bagian proses penuaan yang alamiah dan tidak bisa
diperbaiki. Sikap optimis inilah yang perlu dibina sehingga mampu memperbaiki kehidupan seks
dan menghadapinya sebagai suatu penyakit biasa yang dapat diobati. Dorongan seks suami istri
yang menurun dapat disebabkan macam-macam penyakit fisik, penurunan hormon testosteron,
konflik seksual dan nonseksual, serta gangguan mental atau obat-obatan tertentu. Apabila
hambatan-hambatan tadi bisa diatasi, pada umumnya dorongan seks dapat berlangsung sampai
lansia.
Olahraga adalah penunjang kesehatan seksual yang sangat penting pada lansia. Olahraga yang
teratur akan menghasilkan peredaran darah tetap terpelihara ke seluruh tubuh, khususnya ke alat
kelamin yang akan sangat membantu kesehatan seksual. Kontak seksual yang cukup teratur dan
dapat dinikmati bersama adalah kunci penting untuk kesehatan seksual lansia. Yang dimaksud
dengan seks bukan hanya senggama, melainkan juga berciuman, cumbuan, pelukan sayang, dan
sebagainya. Keterbukaan dan kesadaran bahwa suami dan istri bertambah tua, sekalipun mungkin
saja dengan kecepatan yang berbeda. Kelak akan diperlukan untuk bisa menikmati masa tua
dengan tenang dan bahagia
(http://www.balipost.co.id).
Seringkali sulit untuk menyadari bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada andropause
berhubungan lebih dari sekedar keadaan eksternal karena semua itu terjadi ketika para pria mulai
mempertanyakan nilai-nilai, pencapaian harapan dan tujuan hidupnya, atau yang juga dikenal
sebagai krisis usia pertengahan. Krisis usia pertengahan dan andropause yang dialami para pria
sering mempengaruhi aspek kejiwaan (psikis)nya, sehingga penanggulangannya perlu dilakukan
dengan cara meningkatkan kualitas hidup pasien agar dapat tetap melakukan hal yang bermanfaat
dan menyenangkan. Pengobatan andropause harus mencakup aspek psikis dan fisik. Tanpa
kombinasi keduanya, maka hasil pengobatan tidak akan optimal. Pendekatan spiritual dapat
membantu seseorang menjadi lebih realistis menerima fakta kehidupan dan menganggap setiap
kekurangan sebagai tantangan. Pada kasus-kasus tertentu seperti depresi berat atau yang
menjurus pada gangguan jiwa diperlukan pertolongan ahli jiwa (psikolog) atau dokter spesialis jiwa
(psikiater). Setiap kiat yang dijalankan untuk mengurangi gejala-gejala dan risiko andropause
tersebut harus digabungkan dengan pendekatan gaya hidup yang baik seperti diet yang optimal,
olahraga teratur, pengelolaan cekaman (stress) dan menghentikan minum alkohol dan merokok
(http://kuliahbidan.wordpress.com).
2. Pemeriksaan
Andropause sering kurang terdiagnosis karena gejala-gejalanya tidak jelas dan beragam antara
satu pria dengan pria lain. Bahkan, beberapa pria sulit untuk mengakui bahwa mereka mengalami
masalah. Sering para dokter tidak menduga kadar testosteron yang rendah sebagai penyebab
masalah, sehingga faktor-faktor ini sering mengarahkan dokter untuk mengambil kesimpulan
bahwa gejala-gejala itu berhubungan dengan keadaan penyakit lain (misalnya depresi) atau hanya
berhubungan dengan penuaan, sehingga sering mendorong pasien untuk menerima kenyataan
bahwa mereka tidak muda lagi. Penentuan diagnosis lebih mudah dilakukan dengan cara
penerapan hormon steroid seks untuk memastikan gejala-gejala andropause. Pemeriksaan itu
mencakup:
· mengukur kadar testosteron bebas dalam darah, atau
· menghitung indeks androgen bebas (free androgen index, FAI) = total testosteron x 100/SHBG.

Kadar normal androgen Rata-rata Rentang


Testosteron bebas (pria) 700 ng/dL 300 – 1100 ng/dL
Testosteron bebas (wanita) 40 ng/dL 15 – 70 ng/dL
Indeks androgen bebas 70 – 100 %< 50% muncul gejala andropause
3. Pengobatan
a. Pemberian hormon multiple
Pengobatan utama andropause saat ini adalah pemberian hormon pengganti. Walaupun hormon
yang menurun pada andropause terdiri dari bermacam-macam hormon, namun pemberian hormon
multiple saat ini belum lazim dilakukan dan masih dalam tahap penelitian. Pengobatan yang
dilakukan hanyalah pemberian hormon testosteron . Pemberian hormon testosteron ini dilakukan
dengan hati-hati karena dikhawatirkan akan menimbulkan manifestasi seperti BPH (Benigna Prostat
Hiperplasi) dan Kanker Prostat, walaupun penelitian terakhir membuktikan tidak ada korelasi
langsung antara testosteron dengan BPH dan kanker prostat. Untuk menghindari resiko tersebut
maka sebelum dilakukan pemberian hormon testosteron, pada penderita perlu dilakukan
pemeriksaan rectal (anus) dan PSA (Prostat Spesific Antigent). Pemeriksaan tersebut disarankan
tiap tiga bulan selama pengobatan testosteron (www.bkkbn.go.id).
b. Sulih hormon
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi andropause adalah pemberian hormon
testosteron, yang lebih dikenal sebagai pengobatan sulih hormon (hormone replacement therapy,
HRT) dengan testosteron. Seperti halnya pengobatan sulih hormon estrogen pada wanita
menopause, sulih hormon testosteron pada pria andropause juga efektif dan bermanfaat, serta
tidak menimbulkan rasa sakit. Namun pengobatan ini tidak diberikan kepada semua pria, karena
pada pria dengan gejala-gejala andropause, mungkin juga mengidap masalah kesehatan lain yang
dapat menimbulkan gejala-gejala tersebut.
Terdapat beberapa keadaan yang tidak mengizinkan pria andropause diberikan pengobatan sulih
hormon, yaitu:
· Kanker payudara (pada pria)
· Kanker prostat
Pada beberapa kasus lain, pengobatan sulih hormon ini bahkan mungkin tidak tepat. Pengobatan
sulih hormon testosteron perlu dipertimbangkan apakah akan menjadi pilihan terbaik, apabila
terdapat keadaan berikut ini :
· Penyakit hati
· Penyakit jantung atau pembuluh darah
· Edema (pembengkakan muka, tangan, kaki, telapak kaki)
· Pembesaran prostat
· Penyakit ginjal
· Diabetes mellitus (penyakit gula, kencing manis)
Untuk menentukan rencana pengobatan yang terbaik untuk Anda, dokter perlu diberitahukan
apakah Anda :
· Pernah alergi terhadap androgen atau steroid anabolik
· Berencana memiliki anak lagi, karena dosis tinggi androgen dapat menyebabkan infertilitas.
· Menderita penyakit yang menyebabkan terpaksa di tempat tidur terus.
· Sedang meminum obat lainnya, terutama antikoagulasi (peluruh darah).
Pengobatan sulih hormon testosteron dapat berupa pil atau kapsul yang diminum, suntikan, implan
(susuk dalam tubuh), krim dan patch (tempelan di kulit). Sebelum pemberian obat, perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti kadar hormon masing-masing dalam
tubuh, agar dokter dapat menentukan jenis pengobatan hormonal yang dibutuhkan, berikut
dosisnya. Selama pengobatan, peran dokter sangat besar, karena pengobatan hormon sangat
mungkin menimbulkan penyulit (komplikasi) yang merepotkan. Oleh karena itu, selama
pengobatan periksa ke dokter secara teratur diperlukan untuk memantau perkembangan dan
kesehatan Anda secara keseluruhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengobatan sulih hormon testosteron:
1. Pemeriksaan fisik lengkap. Pria usia lanjut harus mempunyai indikasi jelas untuk diberikan
testosteron.
2. Pemeriksaan laboratorium untuk profil lemak darah, hemoglobin, dan kadar hormon.
3. Penderita hipogonadisme yang diduga disebabkan oleh kelainan pada hipofisis/hipotalamus
harus diperiksa menyeluruh.
4. Pemeriksaan fungsi hati.
5. Pemeriksaan colok dubur dan antigen spesifik-prostat (prostate specific antigen , PSA).
6. Penderita dengan gejala gangguan saluran kemih bawah tidak boleh diberikan pengobatan sulih
hormon testosteron
7. Kanker prostat merupakan kontraindikasi mutlak untuk pemberian testosteron.
8. Pemberian testosteron dianjurkan dalam bentuk ester injeksi, oral, atau tempelan di kulit.
9. Respon klinis merupakan petunjuk terbaik untuk menentukan dosis yang dibutuhkan.
Pengobatan ini bermanfaat untuk mengatasi gangguan fisik andropause akibat berkurangnya libido
dan kemampuan ereksi.
c. Terapi Disfunngsi Ereksi
Terapi Obat Oral
Diawali pada bulan Maret 1998, FDA (Food and Drug Administration) Amerika memberikan izin
dipasarkannya obat antidisfungsi ereksi oral pertama, yaitu golongan PDE5.
Sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis), dan vardenifil (Levitra) merupakan agen oral efektif dan yang
diakui untuk pengobatan DE. Ketiga pengobatan ini telah berkembang secara signifikan dalam
pengobatan DE karena mereka efektif untuk menangani secara luas dari penyebabnya, termasuk
psikogenik, diabetic, vasculogenik, postradical prostatektomi, dan cedera medulla spinalis. Mereka
termasuk golongan pengobatan yang selektif dan penghambat potensial PDE-5, phosphodiesterase
isoform yang dominant ditemukan pada penis.
Obat ini diberikan dalam dosis yang gradual dan memperbaiki ereksi setelah stimulasi seksual.
Onset aksi ini berlangsung sekitar 60 – 120 menit, tergantung dari pengobatan yang digunakan
dan faktor lain yang berpengaruh seperti pola makan terakhir. Dosis inisial yang kurang diberikan
pada pasien lanjut usia, sedang menjalani pengobatan alpha blocker, memiliki insufisiensi renal,
atau yang dalam pengobatan yang menhambat jalur metabolisme CYP3A4 pada hati (misal.,
erythromycin, cimetidine, ketoconazole, dan, kemungkinan, itraconazole dan mibefradil), karena
mereka dapat meningkatkan konsentrasi PDE-5 inhibitor atau menyebabkan hipotensi. Suplemen
testosterone dikombinasikan dengan PDE-5 inhibitor dapat bermanfaat dalam memperbaiki fungsi
ereksi pada pria hipogonad dengan DE yang tidak berespon dengan PDE-5 inhibitor saja. Obat ini
tidak mempengaruhi ejakulasi, orgasme, atau hasrta seksual.
Efek samping yang berhubungan dengan PDE-5 yaitu sakit kepala (19%), wajah merah
merona/flushing (9%), dyspepsia (6%) dan kongesti nasal (4%). Sekitar 7% pria yang
mengkonsumsi sildanefil dapat mengalami perubahan penglihatan warna transient (blue halo
effect), sementara 5% pria yang mengkonsumsi tadalafil mengalami nyeri pada penis.
Kontraindikasi PDE-5 inhibitors adalah terapi nitrat (yang diberikan lewat oral, siblingual, atau
topical) pada pasien penyakit jantung.
Agen ini dapat mengeluarkan efek hipotensinya dan dapat menyebabkan shock yang sangat serius.
Begitupula pada amyl/butyl nitrat memiliki sinergestik fatal pada efeknya terhadap tekanan darah.
PDE-5 inhibitors sebaiknya dihindari pada pasien dengan gagal jantung kongestif dan
cardiomyopati karena adanya resiko kolaps vaskuler. Karena aktivitas seksual dapat meningkatkan
penggunaan kalori fisiologis [5–6 metabolic equivalents (METS)], dokter dianjurkan untuk
memberikan peringatan terhadap pemakaian obat untuk aktivitas seksual pada pasien dengan
penyakit koroner, gagal jantung, hipotensi borderline, dan hypovolemia, dan pemakaian regimen
antihypertensive..

Gambar Viagra, pil biru "sakti" yang mengandung sildenafil.

Terapi Bukan Obat Oral


Obat yang digunakan dengan cara menyuntikkan obat langsung di penis. Gabungan obat ini akan
menyebabkan pembuluh darah penis bertambah lebar, hanya saja efek sampingnya seperti ereksi
terus menerus (priapismus) dan bekas lukan suntikan yang menetap dapat terjadi.
Terapi Bukan Obat

Yaitu Vacuum Devices (alat vakum/jerat penis) Mekanisme kerja alat ini adalah dengan
menciptakan tekanan negative dalam tabung vakum sehingga memaksa darah masuk dalam
ruangan dalam penis dan penis akan membesar (www.pfizerpeduli.com).
Gambar Contoh alat VSD yang tersedia.
Terapi Gen
Terapi gene (plasma pembawa sifat dalam keturunan) mungkin merupakan cara yang bisa
digunakan untuk mengatasi disfungsi ereksi (DE) pada pria yang tidak mempan Viagra. Terapi
Maxi-K gene merupakan transfer gene.
Teknologi transfer gene berpotensi untuk memberi penyembuhan yang cukup lama bagi disfungsi
ereksi. survei terakhir menunjukkan 50 persen pakar urologi bakal menganjurkan perubahan
pengobatan ke perawatan dengan transfer gene. Ereksi yang dialami para pria cukup memuaskan,
derajatnya hingga lima tingkat tertinggi (www.kompas.com).
d. pengobatan Tradisional
Seorang ahli seksologi dari China, Dr Mao menjelaskan dalam situsnya askdrmao.com, mengenai
resep tradisional China. Ia menyebutnya Dragon Male Formula, sebuah ramuan tradisional untuk
mengatasi libido rendah. Formulanya digunakan untuk menyehatkan fungsi testikel, serta
memperbaiki sirkulasi dan sistim hormon. Ramuan dibuat dari akar ginseng, akar morinda, dan
tanduk rusa.

Gambar Akar ginseng.

Obat ini efektif bekerja untuk mengatasi libido rendah, baik untuk pria atau perempuan. Selain itu
juga harus mengurangi stres dengan tidur cukup dan mengkonsumsi makanan kaya zat besi yang
bisa ditemukan pada buncis, kacang, dan biji bunga matahari (http://abdimedia.com).
e. Pembedahan
menanam alat yang menyebabkan penis ereksi, memperbaiki pembuluh darah arteri sehingga
meningkatkan aliran darah ke penis, atau menutup pembuluh darah vena sehingga darah yang
sudah masuk dalam penis tidak keluar lagi.

Gambar Prosthesis penis yang ditanam didalam penis.


Masalah Seksual Pada Pria Usia Lanjut

Seiring dengan berjalannya waktu, pria mengalami masa tua, lemah, dan sakit-sakitan. Demikian
juga dengan potensi seksualnya yang menurun. Potensi seksual pada pria kadang menjadi masalah
yang sangat menggangu bagi kehidupannya sehingga timbul kurang percaya diri
(www.bkkbn.go.id).
Pada pria akan mengalami masa andropause, karena terjadi perubahan bentuk faali pada organ
reproduksi pria secara bertahap dengan tingkat umur yang bervariasi. Penurunan sekresi hormon
androgen atau testosteron yang berpengaruh pada kesuburan dimulai umur 50 tahun, ada juga di
atas 60 tahun (www.bkkbn.go.id). Munurunnya kadar testosteron akan berpengaruh pada
penurunan gairah seksual (libido), menurunnya daya sensitivitas terhadap rangsangan, penurunan
daya orgasme serta menderita disfungsi ereksi atau impoten.

A. Definisi
Masalah seksual pada pria sering diartikan sebagai gangguan fungsi seksual pada salah satu atau
lebih aspek fungsi seksual (www.bkkbn.go.id). Gangguan fungsi seksual terjadi pada dorongan
seksual, reaksi organ kelamin terhadap rangsangan sampai pada orgasme sebagai puncak reaksi
seksual.

B. Penyebab Gangguan Fungsi Seksual Pria Lanjut Usia


Gangguan fungsi seksual pada pria lansia disebabkan oleh :
1. Faktor fisik
dapat berupa kelainan lokal pada organ kelamin atau penyakit sistemik.
2. Faktor psikis
adalah hal-hal kejiwaan yang mengurangi atau menghilangkan reaksi seksual pada seseorang.
Beberapa gangguan yang menyebabkan masalah seksual pada pria lanjut usia (lansia) adalah :
1. Hilangnya dorongan atau gairah seksual
Baik wanita maupun pria dapat mengalami penurunan atau kehilangan dorongan seksual/gairah
seksual. Sering terkesan gangguan seksual lebih umum dialami oleh wanita padahal banyak pula
pria yang mengalami masalah tersebut. Ada dua jenis hilangnya dorongan seksual yaitu primer dan
sekunder. Yang dimaksud hilangnya dorongan seksual primer adalah bila tidak ada dorongan
seksual sejak semula, sedangkan sekunder bila pria mengalami kehilangan dorongan seksual,
padahal sebelumnya normal.
Hilangnya dorongan seksual ini dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun psikis. Penyebab psikis
antara lain perasaan bersalah karena telah berselingkuh, stres berkepanjangan. Sedangkan
penyebab fisik yang dapat menyebabkan hilangnya dorongan seksual antara lain gangguan
hormon( menurunnya kadar hormon testosteron dan hormon tiroid), kepayahan yang berlebihan
(seperti pada penyakit hati, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru), konsumsi obat
penenang dan narkotik (www.bkkbn.go.id).
2. Disfungsi ereksi (impotensi)
Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang cukup
untuk melakukan hubungan seksual. Ada pria yang sejak semula tidak pernah mencapai ereksi,
kelainan ini disebut disfungsi ereksi primer. Penderita disfungsi ereksi primer tidak pernah berhasil
melakukan hubungan seksual. Sedangkan bila penderita sudah pernah berhasil melakukan
hubungan seksual, tetapi kemudian gagal karena suatu sebab yang mengganggu ereksinya disebut
disfungsi ereksi sekunder. Disfungsi ereksi ini bisa disebabkan oleh faktor psikis dan fisik. Apapun
penyebab disfungsi ereksi, baik faktor psikis maupun faktor fisik, pada akhirnya terjadi hambatan
dalam relaksasi otot polos korpus kavernosum penis sehigga darah tidak dapat mengalir masuk,
sehingga akibatnya ereksi tidak terjadi. Hal inilah yang menjadi dasar hambatan ereksi pada
disfungsi ereksi (impotensi).
Penyebab psikis (kejiwaan) antara lain :

a. Stress
Karena pekerjaan di kantor, kemacetan lalu lintas, atau yang menyebabkan ketegangan lainnya.
b. Rasa rendah diri
Misalnya istri gajinya lebih besar, atau selalu memandang rendah suaminya.
c. Sakit hati atau tersinggung
Tersinggung atas kata-kata atau perlakuan istri, juga bisa mengakibatkan impoten. Istri
mengatakan kok ’burung’ suaminya kecil, kok ini, kok itu dan sebagainya, sehingga suaminya
’tersinggung’dan tidak bisa ereksi lagi. Istri yang cerewet juga bisa membuat suami sebel, lama-
lama impoten.
d. Cemas dan takut
Hal ini sering juga terjadi pasangan yang setelah pernikahannya berjalan satu tahun belum
mempunyai keturunan lalu memeriksakan dirinya ke dokter. Dokternya kemudian mengatakan
bahwa dia mandul, sehingga mempengaruhi pikirannya, jadi takut dan sedihnya akhirnya bisa juga
menyebabkan impoten.
e. Lelah dan letih
Hal ini bisa juga menyebabkan penis kurang bergairah dan loyo. Oleh karena itu jagalah stamina
dan kebugaran tubuh setiap saat.
Sedangkan Penyebab fisik yang dapat mengakibatkan disfungsi ereksi antara lain:
a. Penyakit.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan impotensi antara lain : diabetes melitus (sakit gula),
kolesterol tinggi, dan beberapa jenis operasi seperti operasi pada prostat dan penis.
b. Merokok
Kebiasaan merokok bisa menjadi penyebab impotensi karena nikotin dalam rokok yang terserap
oleh darah akan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, termasuk penyumbatan pembuluh
darah dalam penis.
c. Obatan-obatan
Pemakaian obat-obatan tertentu dengan dosis tinggi dan tidak terkontrol bisa menyebabkan
impotensi. Obat-obatan tersebut antara lain : obat anti hipertensi, anti depresi, barbiturat, hormon
estrogen, mariyuana, narkotik, dan obat penenang.
d. Minuman dan makanan
Kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol dan makanan yang mengandung kolesterol tinggi
dapat menyumbat pembuluh darah.

3. Ejakulasi dini (premature ejaculation)


Seorang pria dianggap mengalami ejakulasi dini bila ia tidak mampu mengontrol ejakulasinya
sehingga pasangannya tidak sempat mencapai orgasme. beberapa derajat ejakulasi dini yaitu :
a. Ejakulasi terjadi sebelum penis menyentuh alat kelamin wanita.
b. Ejakulasi terjadi segera setelah terjadi persentuhan dengan labia vagina.
c. Ejakulasi terjadi segera setelah terjadi penetrasi vagina.
d. Ejakulasi terjadi setelah pergeseran singkat dengan vagina.
Berdasarkan data ini maka ejakulasi dianggap sebagai suatu gangguan yang bersifat psikofisiologik.
Ada beberapa masalah yang melatar belakangi terjadinya ejakulasi dini yaitu: hubungan suami istri
yang tidak harmonis, perasaan tidak senang terhadap pasangannya, dan rasa takut terhadap
wanita. Teori lain yang dikemukakan ialah akibat adanya gangguan pada sistem saraf yang
mengatur ejakulasi (www.bkkbn.go.id).
4. Ejakulasi terhambat (retard ejaculation)
Pada gangguan ini, terjadi ketidakmampuan mengalami ejakulasi di dalam vagina. Gangguan ini
dapat terjadi primer,yaitu tidak pernah mencapai ejakulasi. Sedangkan ejakulasi terhambat yang
sekunder berarti sebelumnya pernah mencapai ejakulasi secara normal, tetapi karena sebab
tertentu. Kemudian mengalami hambatan ejakulasi saat masih di dalam vagina. Ada beberapa
kelompok penderita berdasarkan kemampuan mencapai ejakulasi,yaitu:
a. Penderita baru dapat mencapai ejakulasi setelah melakukan masturbasi ( onani ).
b. Penderita dapat mencapai ejakulasi melalui rangsangan oleh pasangannya,misalnya secara
manual atau seks oral ( oral sex/fellatio )
c. Sebagian penderita tetap tidak mencapai ejakulasi dengan cara apapun.
Ejakulasi terhambat dapat disebabkan oleh faktor fisik atau faktor psikis. Penyebab fisik meliputi
gangguan anatomi pada kelamin, kerusakan saraf, dan obat-obat yang mengganggu fungsi saraf,
misalnya guenethidine.
Tetapi sebagian besar ejakulasi terhambat disebabkan oleh faktor psikis,misalnya sejak masa kecil
diberi pelajaran atau informasi bahwa perbuatan seks merupakan suatu dosa atau sesuatu yang
kotor, rasa takut terjadi kehamilan, ataupun akibat trauma psikoseksual yang dialami pria.

5. Disfungsi orgasme
Disfungsi orgasme mengandung pengertian terganggunya fungsi orgasme. Ada tiga macam
disfungsi orgasme yang dapat dialami pria,yaitu :
a. Disfungsi orgasme primer,yang berarti tidak pernah mencapai orgasme dengan cara apapun
sejak semula.
b. Disfungsi orgasme sekunder,yang berarti sebelumnya pernah mencapai orgasme, tetapi
kemudian tidak mampu lagi karena sesuatu sebab.
c. Disfungsi orgasme situasional,yang berarti tidak dapat mencapai orgasme pada situasi atau
keadaan tertentu.
6. Disparunia (dyspareunia)
Disparunia adalah hubungan seksual yang menimbulkan rasa sakit pada pria. Hal ini hampir selalu
disebabkan oleh faktor fisik yaitu infeksi kelamin dan kelenjar kelamin di sekitarnya. Untuk
mengatasi disfungsi seksual ini diperlukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebabnya.
7. Andropause
Andropause adalah kondisi pria diatas usia tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda
dan keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita. Istilah andropause berasal dari bahasa
Yunani, Andro artinya pria sedangkan Pause artinya penghentian. Jadi secara harfiah andropause
adalah berhentinya fungsi fisiologis pada pria. Pada pria penurunan produksi spermatozoa, hormon
testosteron dan hormon – hormon lainnya sedemikian perlahan.
Kesuburan pria menurun dengan bertambahnya usia. Keadaan ini terjadi karena fungsi testis yang
membentuk sel spermatozoa menurun. Selain itu, sebagian pria lansia mengalami suatu keadaan
yang disebut andropause. Selain gejala di atas, pria yang mengalami masa andropause juga
mengalami beberapa keluhan, yaitu kelelahan, hilangnya selera makan dan dorongan seksual,
mudah tersinggung, serta terganggunya daya konsentrasi. Andropause terjadi pada usia sekitar 40-
60 tahun.
Gejala penuaan pada pria bisa ditandai dengan sindrom kekurangan produksi hormon lelaki, atau
testosteron. Selain kekurangan testosteron, pria yang terkena andropatis akan mengalami
penurunan hormon melatonin dan perubahan pada follicle stimulating hormone (FSH) serta
luteinizing hormone (LH). Dua terakhir inilah yang berperan terhadap kejantanan pria.
Jika testosteron menyusut tidak hanya mutu sperma yang menurun tetapi daya ereksi dan libido
juga terganggu. Ini akan membuat pria tidak percaya diri. Seperti halnya wanita, pria juga akan
mengalami gejala-gejala seperti keropos tulang (osteoporosis), kekakuan pembuluh darah jantung,
cepat lelah, dan menurunnya kekebalan tubuh. Bila hormon melatonin ikut berkurang, pria akan
terserang penyakit susah tidur dan mengalami gangguan pigmen pada rambut alias mulai keluar
uban (Arief, 2007).
Kadar testosterone pada laki-laki sehat sangat bervariasi, artinya, seperti halnya menopouse,
andropouse bisa juga dialami pada usia yang lebih muda atau lebih tua. Selain berkaitan dengan
usia, penurunan kadar testosteron juga bisa terjadi samar-samar. Tidak ada cara yang bisa
memperkirakan siapa yang akan mengalami hal ini, juga tidak jelas gejala mana yang muncul
karena gejala yang dialami setiap pria berbeda-beda (www.pjhnk.go.id).
Beberapa gejala-gejala khas andropause adalah :
a. Penurunan libido (gairah seksual) dan impotensi (gagal ereksi)
b. Perubahan suasana hati (mood ), disertai penurunan aktivitas intelektual, kelelahan, depresi,
dan mudah tersinggung.
c. Menurunnya kekuatan otot dan massa otot
d. Lemah dan kurang energi
e. Perubahan emosional, psikologis dan perilaku (misalnya depresi)
f. Berkeringat dan gejolak panas di sekitar leher (hot flash ), yang terjadi secara bertahap
g. Pengecilan organ-organ seks dan kerontokan rambut di sekitar daerah kelamin dan ketiak
h. Peningkatan lemak di daerah perut dan atas tubuh
i. Osteoporosis (keropos tulang) dan nyeri punggung
j. Risiko penyakit jantung.

Risiko osteoporosis
Pada individu yang sehat, jaringan tulang secara konstan rusak dan dibentuk kembali. Pada pasien
osteoporosis, pembentukan kembali jaringan tulang tidak secepat jaringan tulang yang rusak
sehingga lebih banyak jaringan tulang yang rusak dibanding yang terbentuk kembali. Pada pria,
testosteron juga berperan untuk menjaga keseimbangan otot dan tulang. Dengan bertambahnya
usia dan menurunnya kadar testosteron, kemampuan pembentukan kembali jaringan tulang
semakin menurun sehingga pria akan menunjukkan pola yang mirip pada risiko osteoporosis.
Sekitar 1 dari 8 pria di atas usia 50 tahun menderita osteoporosis.
Selain itu, antara usia 40-70 tahun densitas tulang pria menurun hingga 15%. Densitas tulang yang
rendah menyebabkan risiko patah tulang lebih sering, dan disertai nyeri. Pergelangan, pinggang,
tulang punggung, dan tulang rusuk adalah bagian yang paling sering berisiko patah. Kejadian
patah tulang pinggang pada pria usia lanjut meningkat eksponensial, sama seperti yang terjadi
pada wanita. Pada pasien osteoporosis, patah tulang pinggang dapat membahayakan jiwa atau
dapat menyebabkan 1/3 pasien tidak dapat bergerak lagi seperti semula.
Risiko penyakit jantung
Telah lama diketahui bahwa risiko wanita terkena aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
cenderung meningkat setelah menopause. Fenomena yang hampir sama juga terjadi pada pria
karena kadar testosteronnya menurun sejalan dengan proses penuaan. Meskipun penelitian yang
dilakukan belum selengkap seperti yang dilakukan pada wanita, tetapi temuan klinis menunjukkan
adanya hubungan antara kadar testosteron rendah dan peningkatan faktor risiko penyakit jantung
pada pria. Hubungan sebab-akibatnya masih belum diketahui pada percobaan klinis dalam jumlah
kasus yang besar dan masih diperlukan penelitian klinis lanjutan pada kajian bidang ini
(http://kuliahbidan.wordpress.com).
Biasanya, gejala yang dialami laki-laki prosesnya berjalan sangat lambat dan dengan waktu yang
tidak bisa ditentukan. Sikap negatif, stress, alkohol berlebihan, kegemukan, perlukaan atau operasi,
pengobatan, kurang olah raga, vasektomi, dan infeksi dapat memengaruhi permulaan masa ini.

C. Epidemiologi Disfungsi Ereksi Pria Lanjut Usia


Disfungsi Ereksi (DE) tidak dianggap sebagai bagian normal dari penuaan. Namun, ini berkaitan
dengan perubahan fisiologis dan psikologis berkaitan dengan umur. Pada survey komunitas yang
diadakan oleh Massachusetts Male Aging Study (MMAS) pada laki-laki dengan rentang umur 40 –
70 tahun, 52% responder dilaporkan memiliki beberapa derajat DE. DE sempurna terjadi pada 10%
responder. DE moderat terjadi pada 25% dan DE minimal pada 17% responder. Insiden DE
moderat dan berat meningkat dua kali lipat pada umur 40 dan 70. Pada National Health and Social
Life Survey (NHSLS), dimana menjadi sampel nasional mewakili populasi pria umur 18-59 tahun,
10% pria dilaporkan tidak dapat menjaga ereksi (serupa dengan proporsi pria dengan DE
sempurna pada survey MMAS). Insiden tertinggi adalah pria dengan umur 50-59 tahun (21%) dan
pria miskin (14%), perceraian (14%) dan kurang pendidikan (13%)...
Insiden terjadinya DE juga meningkat pada pria dengan keadaan medis tertentu seperti DM,
obesitas, gejala saluran kemih bagian bawah akibat benign prostatic hyperplasia (BPH), penyakit
jantung, hypertensi, dan penurunan kadar HDL. Merokok merupakan faktor resiko bermakna untuk
perkembangan DE. Pengobatan untuk DM dan penyakit jantung merupakan faktor resiko
penambah. Terdapat peningkatan resiko DE pada pria yang telah menjalani radiasi atau operasi
kanker prostate dan pada mereka dengan cedera medulla spinalis bagian bawah. Penyebab
psikologis DE adalah depresi, kemarahan, atau stress akibat kehilangan pekerjaan atau penyebab
lainnya (http://cetrione.blogspot.com).
D. Pencegahan dan Penanganan Masalah Seksual Pria Lansia
Pada pria lansia pencegahan dan penanganan masalah seksual ada beberapa macam yaitu :
keseimbangan hidup (seks dan olahraga), pemeriksaan, pengobatan, dan terapi.
1. Keseimbangan Hidup (Seks dan Olahraga )
Dahulu orang beranggapan "seks hanya untuk orang muda saja". Belakangan timbul pandangan
bahwa seks justru penting untuk golongan lansia sebagai kenikmatan hidup yang perlu dipelihara,
bahkan kalau perlu bisa ditingkatkan. Dalam kehidupan biologis, pria pada umumnya lebih
terangsang dengan apa yang dilihat dan dikhayalkan, sedangkan wanita terangsang oleh apa yang
didengar dan dirasakan. Kenyamanan ini tetap ada menjelang dan selama usia senja. Proses
menua tidak hanya dialami wanita, pria pun merasakan kemunduran sekalipun belum tentu dengan
kecepatan yang sama. Kemunduran dalam daya tarik lahiriah karena bertambah tua seperti : kulit
makin keriput, perut makin gendut, dahi makin lebar, adalah normal. Namun, belum tentu
kemampuan seksualnya tidak ada lagi. Sesekali gagal mungkin saja, cobalah lagi berikutnya.
Pemeliharaan kesehatan, khususnya kesehatan seksual, diharapkan masih bisa dinikmati bersama
sampai akhir hayat. Justru pada periode lansia, ketika anak-anak sudah tinggal terpisah, diperlukan
ikatan dan kenikmatan seksual yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Ini merupakan salah
satu faktor penting yang memberikan kebahagiaan sampai akhir hayat. Kehidupan seksual adalah
suatu total contact yang terdiri dari hubungan fisik, mental dan seksualnya sendiri. Kondisi
hubungan seksual dan nonseksual dengan pasangan hidup memberikan pengaruh yang besar.
Makin baik hubungan, makin memuaskan kehidupan seksual. Maka, seks makin bertambah lama
sampai tidak ada batasnya. Hampir setiap orang yang menjalani usia lanjut akan mengalami
masalah seksual. Sebagian besar menghadapinya sebagai hal yang memalukan untuk dibicarakan,
sebagian lagi menganggapnya sebagai bagian proses penuaan yang alamiah dan tidak bisa
diperbaiki. Sikap optimis inilah yang perlu dibina sehingga mampu memperbaiki kehidupan seks
dan menghadapinya sebagai suatu penyakit biasa yang dapat diobati. Dorongan seks suami istri
yang menurun dapat disebabkan macam-macam penyakit fisik, penurunan hormon testosteron,
konflik seksual dan nonseksual, serta gangguan mental atau obat-obatan tertentu. Apabila
hambatan-hambatan tadi bisa diatasi, pada umumnya dorongan seks dapat berlangsung sampai
lansia.
Olahraga adalah penunjang kesehatan seksual yang sangat penting pada lansia. Olahraga yang
teratur akan menghasilkan peredaran darah tetap terpelihara ke seluruh tubuh, khususnya ke alat
kelamin yang akan sangat membantu kesehatan seksual. Kontak seksual yang cukup teratur dan
dapat dinikmati bersama adalah kunci penting untuk kesehatan seksual lansia. Yang dimaksud
dengan seks bukan hanya senggama, melainkan juga berciuman, cumbuan, pelukan sayang, dan
sebagainya. Keterbukaan dan kesadaran bahwa suami dan istri bertambah tua, sekalipun mungkin
saja dengan kecepatan yang berbeda. Kelak akan diperlukan untuk bisa menikmati masa tua
dengan tenang dan bahagia
(http://www.balipost.co.id).
Seringkali sulit untuk menyadari bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada andropause
berhubungan lebih dari sekedar keadaan eksternal karena semua itu terjadi ketika para pria mulai
mempertanyakan nilai-nilai, pencapaian harapan dan tujuan hidupnya, atau yang juga dikenal
sebagai krisis usia pertengahan. Krisis usia pertengahan dan andropause yang dialami para pria
sering mempengaruhi aspek kejiwaan (psikis)nya, sehingga penanggulangannya perlu dilakukan
dengan cara meningkatkan kualitas hidup pasien agar dapat tetap melakukan hal yang bermanfaat
dan menyenangkan. Pengobatan andropause harus mencakup aspek psikis dan fisik. Tanpa
kombinasi keduanya, maka hasil pengobatan tidak akan optimal. Pendekatan spiritual dapat
membantu seseorang menjadi lebih realistis menerima fakta kehidupan dan menganggap setiap
kekurangan sebagai tantangan. Pada kasus-kasus tertentu seperti depresi berat atau yang
menjurus pada gangguan jiwa diperlukan pertolongan ahli jiwa (psikolog) atau dokter spesialis jiwa
(psikiater). Setiap kiat yang dijalankan untuk mengurangi gejala-gejala dan risiko andropause
tersebut harus digabungkan dengan pendekatan gaya hidup yang baik seperti diet yang optimal,
olahraga teratur, pengelolaan cekaman (stress) dan menghentikan minum alkohol dan merokok
(http://kuliahbidan.wordpress.com).
2. Pemeriksaan
Andropause sering kurang terdiagnosis karena gejala-gejalanya tidak jelas dan beragam antara
satu pria dengan pria lain. Bahkan, beberapa pria sulit untuk mengakui bahwa mereka mengalami
masalah. Sering para dokter tidak menduga kadar testosteron yang rendah sebagai penyebab
masalah, sehingga faktor-faktor ini sering mengarahkan dokter untuk mengambil kesimpulan
bahwa gejala-gejala itu berhubungan dengan keadaan penyakit lain (misalnya depresi) atau hanya
berhubungan dengan penuaan, sehingga sering mendorong pasien untuk menerima kenyataan
bahwa mereka tidak muda lagi. Penentuan diagnosis lebih mudah dilakukan dengan cara
penerapan hormon steroid seks untuk memastikan gejala-gejala andropause. Pemeriksaan itu
mencakup:
· mengukur kadar testosteron bebas dalam darah, atau
· menghitung indeks androgen bebas (free androgen index, FAI) = total testosteron x 100/SHBG.

Kadar normal androgen Rata-rata Rentang


Testosteron bebas (pria) 700 ng/dL 300 – 1100 ng/dL
Testosteron bebas (wanita) 40 ng/dL 15 – 70 ng/dL
Indeks androgen bebas 70 – 100 %< 50% muncul gejala andropause

3. Pengobatan
a. Pemberian hormon multiple
Pengobatan utama andropause saat ini adalah pemberian hormon pengganti. Walaupun hormon
yang menurun pada andropause terdiri dari bermacam-macam hormon, namun pemberian hormon
multiple saat ini belum lazim dilakukan dan masih dalam tahap penelitian. Pengobatan yang
dilakukan hanyalah pemberian hormon testosteron . Pemberian hormon testosteron ini dilakukan
dengan hati-hati karena dikhawatirkan akan menimbulkan manifestasi seperti BPH (Benigna Prostat
Hiperplasi) dan Kanker Prostat, walaupun penelitian terakhir membuktikan tidak ada korelasi
langsung antara testosteron dengan BPH dan kanker prostat. Untuk menghindari resiko tersebut
maka sebelum dilakukan pemberian hormon testosteron, pada penderita perlu dilakukan
pemeriksaan rectal (anus) dan PSA (Prostat Spesific Antigent). Pemeriksaan tersebut disarankan
tiap tiga bulan selama pengobatan testosteron (www.bkkbn.go.id).
b. Sulih hormon
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi andropause adalah pemberian hormon
testosteron, yang lebih dikenal sebagai pengobatan sulih hormon (hormone replacement therapy,
HRT) dengan testosteron. Seperti halnya pengobatan sulih hormon estrogen pada wanita
menopause, sulih hormon testosteron pada pria andropause juga efektif dan bermanfaat, serta
tidak menimbulkan rasa sakit. Namun pengobatan ini tidak diberikan kepada semua pria, karena
pada pria dengan gejala-gejala andropause, mungkin juga mengidap masalah kesehatan lain yang
dapat menimbulkan gejala-gejala tersebut.
Terdapat beberapa keadaan yang tidak mengizinkan pria andropause diberikan pengobatan sulih
hormon, yaitu:
· Kanker payudara (pada pria)
· Kanker prostat
Pada beberapa kasus lain, pengobatan sulih hormon ini bahkan mungkin tidak tepat. Pengobatan
sulih hormon testosteron perlu dipertimbangkan apakah akan menjadi pilihan terbaik, apabila
terdapat keadaan berikut ini :
· Penyakit hati
· Penyakit jantung atau pembuluh darah
· Edema (pembengkakan muka, tangan, kaki, telapak kaki)
· Pembesaran prostat
· Penyakit ginjal
· Diabetes mellitus (penyakit gula, kencing manis)
Untuk menentukan rencana pengobatan yang terbaik untuk Anda, dokter perlu diberitahukan
apakah Anda :
· Pernah alergi terhadap androgen atau steroid anabolik
· Berencana memiliki anak lagi, karena dosis tinggi androgen dapat menyebabkan infertilitas.
· Menderita penyakit yang menyebabkan terpaksa di tempat tidur terus.
· Sedang meminum obat lainnya, terutama antikoagulasi (peluruh darah).
Pengobatan sulih hormon testosteron dapat berupa pil atau kapsul yang diminum, suntikan, implan
(susuk dalam tubuh), krim dan patch (tempelan di kulit). Sebelum pemberian obat, perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti kadar hormon masing-masing dalam
tubuh, agar dokter dapat menentukan jenis pengobatan hormonal yang dibutuhkan, berikut
dosisnya. Selama pengobatan, peran dokter sangat besar, karena pengobatan hormon sangat
mungkin menimbulkan penyulit (komplikasi) yang merepotkan. Oleh karena itu, selama
pengobatan periksa ke dokter secara teratur diperlukan untuk memantau perkembangan dan
kesehatan Anda secara keseluruhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengobatan sulih hormon testosteron:
1. Pemeriksaan fisik lengkap. Pria usia lanjut harus mempunyai indikasi jelas untuk diberikan
testosteron.
2. Pemeriksaan laboratorium untuk profil lemak darah, hemoglobin, dan kadar hormon.
3. Penderita hipogonadisme yang diduga disebabkan oleh kelainan pada hipofisis/hipotalamus
harus diperiksa menyeluruh.
4. Pemeriksaan fungsi hati.
5. Pemeriksaan colok dubur dan antigen spesifik-prostat (prostate specific antigen , PSA).
6. Penderita dengan gejala gangguan saluran kemih bawah tidak boleh diberikan pengobatan sulih
hormon testosteron
7. Kanker prostat merupakan kontraindikasi mutlak untuk pemberian testosteron.
8. Pemberian testosteron dianjurkan dalam bentuk ester injeksi, oral, atau tempelan di kulit.
9. Respon klinis merupakan petunjuk terbaik untuk menentukan dosis yang dibutuhkan.
Pengobatan ini bermanfaat untuk mengatasi gangguan fisik andropause akibat berkurangnya libido
dan kemampuan ereksi.
c. Terapi Disfunngsi Ereksi
Terapi Obat Oral
Diawali pada bulan Maret 1998, FDA (Food and Drug Administration) Amerika memberikan izin
dipasarkannya obat antidisfungsi ereksi oral pertama, yaitu golongan PDE5.
Sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis), dan vardenifil (Levitra) merupakan agen oral efektif dan yang
diakui untuk pengobatan DE. Ketiga pengobatan ini telah berkembang secara signifikan dalam
pengobatan DE karena mereka efektif untuk menangani secara luas dari penyebabnya, termasuk
psikogenik, diabetic, vasculogenik, postradical prostatektomi, dan cedera medulla spinalis. Mereka
termasuk golongan pengobatan yang selektif dan penghambat potensial PDE-5, phosphodiesterase
isoform yang dominant ditemukan pada penis.
Obat ini diberikan dalam dosis yang gradual dan memperbaiki ereksi setelah stimulasi seksual.
Onset aksi ini berlangsung sekitar 60 – 120 menit, tergantung dari pengobatan yang digunakan
dan faktor lain yang berpengaruh seperti pola makan terakhir. Dosis inisial yang kurang diberikan
pada pasien lanjut usia, sedang menjalani pengobatan alpha blocker, memiliki insufisiensi renal,
atau yang dalam pengobatan yang menhambat jalur metabolisme CYP3A4 pada hati (misal.,
erythromycin, cimetidine, ketoconazole, dan, kemungkinan, itraconazole dan mibefradil), karena
mereka dapat meningkatkan konsentrasi PDE-5 inhibitor atau menyebabkan hipotensi. Suplemen
testosterone dikombinasikan dengan PDE-5 inhibitor dapat bermanfaat dalam memperbaiki fungsi
ereksi pada pria hipogonad dengan DE yang tidak berespon dengan PDE-5 inhibitor saja. Obat ini
tidak mempengaruhi ejakulasi, orgasme, atau hasrta seksual.
Efek samping yang berhubungan dengan PDE-5 yaitu sakit kepala (19%), wajah merah
merona/flushing (9%), dyspepsia (6%) dan kongesti nasal (4%). Sekitar 7% pria yang
mengkonsumsi sildanefil dapat mengalami perubahan penglihatan warna transient (blue halo
effect), sementara 5% pria yang mengkonsumsi tadalafil mengalami nyeri pada penis.
Kontraindikasi PDE-5 inhibitors adalah terapi nitrat (yang diberikan lewat oral, siblingual, atau
topical) pada pasien penyakit jantung.
Agen ini dapat mengeluarkan efek hipotensinya dan dapat menyebabkan shock yang sangat serius.
Begitupula pada amyl/butyl nitrat memiliki sinergestik fatal pada efeknya terhadap tekanan darah.
PDE-5 inhibitors sebaiknya dihindari pada pasien dengan gagal jantung kongestif dan
cardiomyopati karena adanya resiko kolaps vaskuler. Karena aktivitas seksual dapat meningkatkan
penggunaan kalori fisiologis [5–6 metabolic equivalents (METS)], dokter dianjurkan untuk
memberikan peringatan terhadap pemakaian obat untuk aktivitas seksual pada pasien dengan
penyakit koroner, gagal jantung, hipotensi borderline, dan hypovolemia, dan pemakaian regimen
antihypertensive..

Terapi Bukan Obat Oral


Obat yang digunakan dengan cara menyuntikkan obat langsung di penis. Gabungan obat ini akan
menyebabkan pembuluh darah penis bertambah lebar, hanya saja efek sampingnya seperti ereksi
terus menerus (priapismus) dan bekas lukan suntikan yang menetap dapat terjadi.
Terapi Bukan Obat

Yaitu Vacuum Devices (alat vakum/jerat penis) Mekanisme kerja alat ini adalah dengan
menciptakan tekanan negative dalam tabung vakum sehingga memaksa darah masuk dalam
ruangan dalam penis dan penis akan membesar (www.pfizerpeduli.com).

Terapi Gen
Terapi gene (plasma pembawa sifat dalam keturunan) mungkin merupakan cara yang bisa
digunakan untuk mengatasi disfungsi ereksi (DE) pada pria yang tidak mempan Viagra. Terapi
Maxi-K gene merupakan transfer gene.
Teknologi transfer gene berpotensi untuk memberi penyembuhan yang cukup lama bagi disfungsi
ereksi. survei terakhir menunjukkan 50 persen pakar urologi bakal menganjurkan perubahan
pengobatan ke perawatan dengan transfer gene. Ereksi yang dialami para pria cukup memuaskan,
derajatnya hingga lima tingkat tertinggi (www.kompas.com).
d. pengobatan Tradisional
Seorang ahli seksologi dari China, Dr Mao menjelaskan dalam situsnya askdrmao.com, mengenai
resep tradisional China. Ia menyebutnya Dragon Male Formula, sebuah ramuan tradisional untuk
mengatasi libido rendah. Formulanya digunakan untuk menyehatkan fungsi testikel, serta
memperbaiki sirkulasi dan sistim hormon. Ramuan dibuat dari akar ginseng, akar morinda, dan
tanduk rusa.

Obat ini efektif bekerja untuk mengatasi libido rendah, baik untuk pria atau perempuan. Selain itu
juga harus mengurangi stres dengan tidur cukup dan mengkonsumsi makanan kaya zat besi yang
bisa ditemukan pada buncis, kacang, dan biji bunga matahari (http://abdimedia.com).
e. Pembedahan
menanam alat yang menyebabkan penis ereksi, memperbaiki pembuluh darah arteri sehingga
meningkatkan aliran darah ke penis, atau menutup pembuluh darah vena sehingga darah yang
sudah masuk dalam penis tidak keluar lagi.

Referensi :

1. Arief, Irfan. ”Andropause Bukan Pause Pada Pria.” (18 September 2007).
2. “Disfungsi Ereksi Atasi Dengan Gene Therapy.” http://www.kompas.com (22 Mei 2008).
3. ”Disfungsi Seksual pada Lansia.” http://aufalia.wordpress.com (02 Agustus 2008).
4. ”Erectile Dysfunction.” http://cetrione.blogspot.com (Juni 2008).
5. ”Gairah Sex Pria di atas Usia 50 Tahun.” http://kuliahbidan.wordpress.com (19 Juli 2008).
6. “Kehidupan Seks Bermasalah, Tanda Bahaya Buat Kesehatan.” http://www.duniasex.com (7
Oktober 2008).
7. ”Kesehatan Lanjut Usia.” http://www.medicastore.com (07 Oktober 2008).
8. Kompas, Takasihaeng, Jan. ”Hidup Sehat di Usia Lanjut.” Jakarta : 2000.
9. ”Lansia, Olahraga, dan Seks.” http://balipost.co.id (23 Mei 2004).
10. ”Layanan Seks Untuk Lansia.” http://artina.wordpress.com (30 Mei 2008).
11. “Penanganan Disfungsi Ereksi.” http://www.pfizerpeduli.com (07 Oktober 2008).
12. ” Pria dan Kesehatan Reproduksi.” http://www.bkkbn.go.id (07 Oktober 2008).
13. “Ramuan Atasi Libido Rendah.” http://abdimedia.com (8 september 2008).
14. ”Seks Rutin Cegah Disfungsi Ereksi.” http://18-thn.infogue.com (07 Oktober 2008).
15. ”Waspadai Gangguan Seksual Pada Pria.” http://www.bkkbn.go.id (19 Juli 2008).

You might also like