You are on page 1of 27

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Letak dan Luas Wilayah

Secara Geografis, luas wilayah Kelurahn Tolo Selatan sekitar 3,14 km2 .

Batasan wilayah kelurahan panaikang yaitu :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bonto Lembangan

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batang

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tolo dan Tolo Timur.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tolo Barat

2. Profil Pesantren Nahdatul Ulum

Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto

ini berada lokasi yang bisa dijangkau oleh masyarakat, Tepatnya di kawasan

lembaga pendidikan di Kabupaten Jeneponto. Jalur kendaraan yang mudah

dijangkau dari segala arah, sehingga memudahkan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari di pesanren

1) Visi

Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto

Visi adalah gambaran pesantren yang diinginkan di masa depan secara utuh,

sedangkan misi adalah tindakan untuk mewujudkan visi, antara visi dan misi

merupakan dua hal yang saling berkaitan. Adapun visi sekolah yaitu “Unggul

dalam Ilmu agama Dan Teknologi Berdasarkan Budaya Bangsa”,

33
34

2) Misi

a. Menumbuhkan penghayatan pengamalan terhadap ajaran agama dan budi

pekerti

b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif agar mencapai

prestasi yang optimal

c. Menerapkan disiplin ke dalam kegiatan sehari-hari sehingga tercipta

suasana kondusif

d. Menyediakan wadah penyaluran bakat dan minat siswa dalam bidang

dakwah dan sainstek

e. Menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan belajar

mengajar dan kegiatan ekstra kurikuler

Secara keseluruhan jumlah siswa pada Pesantren Nahdatul Ulum Kel.

Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto berdasarkan hasil keseluruhan

administratif yang dilakukan oleh penulis untuk tahun 2012/2013 dapat dilihat

dari tabel berikut.

Tabel 1 Jumlah Murid dan Tenaga Pendidik Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’
Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto

Tenaga Pendidik
Nama Pesantren Jumlah Murid PNS Non PNS
Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan 261 orang 24 Orang 2 Orang
Sumber: Kantor Tata Usaha Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec.
Kelara Kab. Jeneponto Tahun Ajaran 2014/2014

Berdasarkan data tentang keadaan siswa pada Pesantren Nahdatul Ulum

Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto di atas, jika dibandingkan jumlah

atau perbandikan ideal antara jumlah siswa dengan jumlah tenaga pengajar, yakni
35

10: 1 dimana setiap 10 orang siswa dibina oleh 1 orang guru, maka dengan

distribusi siswa pada kelas I belum ada pembagian jurusan maupun menurut

pembagian jurusan yang rata-rata setiap jurusan berkisar antara 20 sampai 59

orang siswa siswi, maka perbandingan antara pengajar yang ada berjumlah 25

orang atau setiap tenaga pengajar membina 5 orang siswa-siswi, sehingga kegitan

belajar mengajar pada Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara

Kab. Jeneponto dapat dikatakan cukup lancar.

3. Sarana dan Prasarana

Menurut Arif. S. Sudirman, dalam bukunya yang berjudul Media

Pendidikaan, Pengertian, Pengembangan dan pemanfaatannya, mengemukakan

bahwa sarana dan prasarana pendidikan adalah segala sesuatu yang langsung

maupun tidak langsung mempengaruhi proses pembelajaran, misalnya, gedung

sekolah, perpustakaan, laboratorium serta tempat-tempat atau sarana lain yang

sengaja dirancang untuk tujuan belajar siswa.1

Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang

standar nasional pendidikan bab 1 pasal (1) ayat (8) menjelakan bahwa Standar

sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,

perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan

rekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.2

1
Arif S. Sadiman et., Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemammfaatannya(cet. I; Jakarta: Rajawali, 1989), h. 6.
2
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Bab (1) Pasal (1) Ayat (8).
36

Dari uraian tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa sarana dan

prasarana pendidikan adalah semua fasilitas, baik yang menyangkut material

maupun non material yang diperlukan dalam segala bentuk interaksi kegiatan

proses belajar mengajar.

Hal tersebut juga dapat diungkapkan oleh wakil pimpinan bidang sarana

dan prasarana Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto

Subran Junus, S.Pd Yang mengatakan bahwa :

Keadaan sarana dan prasarana adalah penunjang keberhasilan bagi proses


belajar mengajar di sekolah ini, jumlah siswa begitu pula dengan
laboratorium bahasa, laboratorium kimia, fisika, sudah memadai dengan
tuntutan jurusan di sekolah ini. Demikian pula halnya dengan
perpustakaan, alat-alat olahraga dan kesenian.3

Untuk lebih jelasnya tentang keadaan sarana dan parasarana Pesantren


Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 2 : Keadaan Prasarana Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara
Kab. Jeneponto Tahun Ajaran 2012/2013

Keadaan Ruang
Baik Rusak ringan Rusak berat
No Jenis Ruang Total
Luas Luas Luas
Jml Jml Jlm
M2 M2 M2
1 Ruang Teori/Kelas 18 1232 4 288 1 56 23
2 Laboratorium IPA - - - - - - -
3 Laboratorium Bahasa - - - - 1 96,25 1
4 Laboratorium Biolagi 1 144 - - - - 1
5 Laboratorium Fisika - - - - 1 108
6 Laboratorium Kimia - - - - - - -
7 Laboratorium IPS - - - - - - -
8 Ruang Computer - - - - - - -
9 Ruang Berpustakaan 1 120 - - - - -
10 Ruang Keterampilan - - - - 1 180 1
11 Ruang Serbaguna - - - - - - -
12 Ruang UKS - - - - - - -

3
subran Junus, S.Pd. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana pada Pesantren
Nahdatul Ulum, Wawancara (Kantor pimpinan Nahdatul Ulum, Tanggal 15 Mei 2013).
37

13 Ruang Praktek Kerja - - - - - - -


14 Bengkel - - - - - - -
15 Ruang Pameran - - - - - - -
16 Ruang Gambar - - - - - - -
17 Koperasi Siswa/Toko - - - - - - -
18 Ruang BP/ BK - - - - - - -
19 Ruang Kepala Sekolah 1 3x3 1 - - - 1
20 Ruang Guru 1 6x4 1 - - - 1
21 Ruang Tata Usaha 1 3x3 1 - - - 1
22 Ruang OSIS 1 4 - - - - -
23 Kamar Mandi/WC Guru 1 2x1,5 - - - - 1
24 Kamar Mandi/ WC Siswa 1 2x1,5 - - - - 1
25 Mushallah 1 12x12 - - - - 1
26 Ruang Dinas Kep. Sekolah - - - - - - -
27 Ruang Dinas Guru - - - - - - -
28 Ruang Dinas Penjaga Sekolah - - - - - - -
29 Ruang Sanggar MGMP - - - - - - -
30 Ruang PKG - - - - - - -
31 Asrama Siswa - - - - - - -
32 Unit Produksi - - - - - - -
Sumber Data : Kantor Tata Usaha Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab.
Jeneponto Tahun Ajaran 2013/2014.

Tabel 3 : Keadaan Sarana Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara
Kab. Jeneponto Tahun Ajaran 2012/2013
Nama Alat/ Judul Jumlah Keadaan Alat/Buku Jumlah
No Baik Rusak Ringan Rusak Berat Total
Buku
I Alat pendukung Administrasi
1. 1. Computer. 2 - - 2
2. 2 Mesin Ketik 3 - - 3
3. 3. Lemari Kabinet 1 - - 1
4. 4. Mesin Stensil 1 - - 1
5. 5. Lemari 20 - - 20
6. 6. Rak Buku 4 - - 4
50 - - 50
7. 7. Meja Guru/Tata Usaha
50 - - 50
8. 8. Kursi Guru/ Tata Usaha
500 - - 500
9. 9. Meja Siswa
500 - - 500
10. Kursi Siswa
Alat Media Belajar
II
(a)
Buku Paket 250 - - 250
1. 1. Fisika 460 - - 460
2. 2. Kimia 163 - - 163
3. 3. Bahasa Inggris 170 - - 170
4. 4. Matematika 245 - - 245
190 - - 190
5. 5. Biologi
130 - - 130
6. 6. Bahasa Indonesia
135 - - 135
7. 7. Pendidikan Agama
230 - - 230
8. 8. Sejarah Nasional dan Umum - - 335
335
9. 9. Pendidikan Jasmani 230 - - 230
- - 450
38

10. Ekonomi 450 - - 350


11. Sosiologi 350 - - 490
12. Geografi 490 - - 193
13. Sejarah Budaya 193 - - 40
14. Tata Negara 40 - - 90
15. Antropologi 90 - - 160
16. Pendidikan Seni
160
Buku Petunjuk Guru
- - 85
(b) 85 - - 81
1. 1. Matematika
81 - - 122
2. 2. Bahasa Inggiris
122 - - 125
3. 3. Biologi 125
4. 4. Fisika
(c) Alat Peraga - - 60
1. 1. Jangka 60 - - 24
2. 2. Globe 24 - - 12
3. 3. Peta 12
III 4. Alat Olahraga
- - 6
6 - - 4
1. 1. Volley Ball
4
2. 2. Bola Kaki

Sumber Data : Kantor Tata Usaha Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara
Kab. Jeneponto Tahun Ajaran 2013/2014.

Dengan memperhatikan tabel tersebut dapatlah dilihat secara konkrit

mengenai keadaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Pesantren Nahdatul

Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto, baik sarana berupa

pelengkapan mobiler, alat perlengkapan olahraga dan kesenian maupun prasarana

gedung seperti ruang laboratorium, perpustakaan dan kantor pimpinan pesantren

serta ruang guru yang keseluruhannya telah dapat menunjang proses kegiatan

belajar mengajar pada sekolah tersebut.

B. Pelaksanaan Kegiatan-Kegiatan Eksrakurikuler dan Model Pelaksanaannya

Pada Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab.

Jeneponto.

Program ekstrakurikuler keagamaan adalah berbagai program kegiatan

yang diselenggarakan di luar jam pelajaran dalam rangka memberikan arahan bagi

peserta didik untuk dapat mengamalkan ajaran agama yang diperolehnya melalui
39

kegiatan belajar dikelas serta untuk mendorong pembentukan pribadi peserta didik

dan penanaman nilai-nilai agama dan akhlakul karimah peserta didik. Tujuannya

adalah membentuk manusia yang terpelajar dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan

akademik dan ekstrakurikuler pada peseta didik yang dinyatakan lulus untuk satu

jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Keunggulan

akademik dinyatakan dengan nilai yang dicapai oleh peserta didik. Keunggulan

ekstrakurikuler dinyatakan dengan ketrampilan yang diperoleh siswa selama

mengikuti program ekstrakurikuler keagamaan. Di luar kerangka itu, mutu luaran

juga dapat dilihat dari nilai-nilai hidup yang dianut, moralitas, dorongan untuk maju

dan lain-lain yang diperoleh peserta didik selama menjalani pendidikan.

Program ekstrakurikuler keagamaan ini merupakan kegiatan tambahan

diluar jam pelajaran yang wajib diikuti oleh seluruh siswa-siswa Pesantren

Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto. Kegiatan ini

sendiri selain bertujuan untuk menunjang mutu pendidikan agama islam dan

mewujudkan tujuan dari pendidikan agama islam sendiri. Program ekstrakurikuler

keagamaan ini juga bertujuan untuk menciptakan madrasah yang unggul dan

berkarakter maksudnya adalah madrasah yang unggul pada setiap ilmu

pengetahuan agama dan pengetahuan umum serta menciptakan anak didik yang

berkarakter atau yang dikehendaki dalam islam sendiri adalah berakhlakul

karimah (moralitas yang baik). Hal ini diungkapkan oleh Kepala sekolah, Ibu Drs.

St. Aisyah, sebagai berikut:

“Dengan program kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan nuansa religi


di lingkungan sekolah. Hal ini bertujuan ingin mewujudkan sekolah yang
unggul dan berkarakter. Sehingga harapannya dengan adanya kegiatan ini
40

dapat membentuk akhlakul karimah atau membentuk karakter pribadi


muslim bermoralitas yang baik. Hal ini dimulai dari pengamalan ibadah
dengan peningkatan ibadah insya Allah akan berpengaruh pula pada moral
siswa sendiri.”4

Bukan hanya itu saja, ibu Dra. Nasriani selaku guru agama menambahkan

pula bahwasanya program ini dicanangkan dengan harapan dapat membentuk

kondisi atau nuansa yang religi pada madrasah serta membudayakan dan

membiasakan para siswa dalam pengamalan ibadahnya.Pendidikan agama tidak

hanya sekedar teori saja namun ada wujud pengamalan yang nyata.

“Tujuan utama nya adalah untuk meningkatkan pengalaman ibadah siswa,


anak-anak tambah religious, disamping itu shoat jama’ah diharapkan
mendapatkan nilai pahala lebih, dan rasa kebersamaan tinggi.Memberikan
pengaruh moral bagi siswa yaitu siswa lebih tertib, disiplin dantawadhu”.5
Dari wawancara tersebut menunjukkan bahwa Program ekstrakurikuler

keagamaan ini, bersifat positif bagi siswa juga pada seluruh warga

madarasah.Menurut guru-guru program ini tidak hanya bertujuan untuk

membentuk akhlakul karimah namun keseluruhan pribadi siswa.

Dalam pelaksanaan program ekstrakurikuler keagamaan ini bukan hanya

menjadi tanggung jawab bagi kepala sekolah dan guru-guru PAI saja melainkan

seluruh guru dari disiplin ilmu lain dan karyawan di Pesantren Nahdatul Ulum

Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto. Guru-guru disini selain ikut serta

berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan juga memiliki tanggung jawab untuk

mendidi, mengarahkan, membimbing serta mengawasi pelaksanaan program ini.

4
Drs. St. Aisyah, Kepala Sekolah Pesantren Nahdatul Ulum, wawancara pribadi,
Jeneponto, 12 Maret 2014.
5
Nasriani, Guru Qur’an Hadist Pesantren Nahdatul Ulum, wawancara pribadi,
Jeneponto, 11 Januari 2014.
41

Melalui pelaksanaan program ekstrakurikuler keagamaan yang bersifat

rutin ini untuk menciptakan nuansa islami atau religi, yakni dimana para siswa

dibiasakan pada saat tiba di sekolah untuk mengucapkan salam, berjabat tangan

dengan para guru, kemudian dilanjutkan dengan langsung menuju musholla untuk

melaksanakan doa dan membaca al-Qur’an dipimpin oleh seorang siswa bersama

seluruh warga madrasah sekaligus melaksanakan sholat dhuha berjama’ah.

Setelah itu pada jam istirahat ke dua yakni pukul 12.00 siswa melaksanakan sholat

dhuhur berjama’ah dan diadakan kegiatan kultum bagi yang bertugas. Dan pada

akhir pembelajaran sebelum pulang para siswa melaksanakan sholat ashar

berjama’ah.

Program ekstrakurikuler keagamaan rutin ini pelaksanaanya dijadwalkan

secara rapi dan testruktur. Berikut akan dijelaskan tentang pelaksanaan program

ekstrakurikuler keagamaan yang rutin dan wajib diikuti oleh seluruh warga

madrasah, baik siswa, guru, serta karyawan.

a. Doa bersama dan membaca Al-qur’an

Program ekstrakurikuler keagamaan pertama adalah doa bersama dan

membaca al-Qur’an yaitu surah yasin setiap pagi bagi seluruh warga madrasah

bertempat di musholla. Programini bertujuan mengajarkan pada siswa sebagai

hamba yang baik untuk mengawali setiap kegiatannya dengan mengharap ridho

Allah SWT.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Rahmat S.Pd, selaku guru

Aqidah Akhlak, sebagai berikut :

“Sebelum proses belajar mengajar atau sebelum siswa masuk kelas untuk
memulai pelajaran adanya do’a bersama yakni membaca surat yasin yang
42

dipimpin oleh salah satu siswa yang bertugas, dan membawa surat yasin
serta lembaran buku-buku yang berisi sholawat, baik sholawat tib,
sholawat nariyah sholawat fatih dan lain-lain. Diharapkan sebelum belajar
siswa terbiasa berdoa memohon ridho dari Allah SWT. Bagi siswa yang
mungkin mempeunyai kemampuan minim membaca akan diberikan
tambahan bimbingan untuk belajar membaca al-Qur’an disore hari.”6

Untuk setiap hari jum’at doa bersama dan membaca al-Qur’an diganti

dengan membaca tahlil, istighosah dan lain-lain hanya untuk hari jum’at. Seperti

yang disampaikan oleh, Ibu Drs. St. Aisyah.

“Setiap hari jum’at secara bergantian tidak hanya membaca surat yasin,
tetapi membaca istighosah, tahli, mungkin jum’at ini membaca yasin,
jum’at berikutnya tahlil, jum’at berikutnya lagi istighosah dan seterusnya”7

Dengan kegiatan doa bersama ini para siswa merasakan adanya tambahan

kegiatan positif bagi mereka, berikut ini tanggapan dari Abdur Rahman siswa

Pesantren Nahdatul Ulum, mengatakan:

“Senang sekali dengan adanya kegiatan doa bersama dan membaca al-
qur’an bersama setiap pagi hari dimusholla, soalnya saya merasakan ada
hal positif yang saya dapatkan ketika melaksanakan kegiatan tersebut
untuk mengawali kegiatan saya.”8

b. Sholat Dhuha berjama’ah

Sholat dhuha berjama’ah dilaksanakan setelah membaca do’a dan al-Qur’an

sebanyak 4 rakaat. Sholat dhuha berjama’ah merupakan salah satu amalan ibadah

sunnah yang wajib dilaksanakan, seperti yang dipaparkan oleh Bapak Hamzah, S.

Ag., sebagai berikut :

“Sholat dhuha sendiri memberikan tambahan bagi anak-anak untuk


melaksanakan amalan sunnah serta untuk meningkatkan keimanan. Dan

6
Rahmat, guru Aqidah Akhlak Pesantren Nahdatul Ulum, wawancara pribadi,
Jeneponto, 15 Januari 2014
7
Drs. St. Aisyah, Kepala Sekolah Pesantren Nahdatul Ulum, wawancara pribadi,
Jeneponto, 12 Maret 2014
8
Abdur Rahman, Siswa Pesantren Nahdatul Ulum, wawancara pribadi, Jeneponto, 11
Desember 2013.
43

untuk mengharapkan rizqi berupa ilmu yang bermanfaan dan ilmu yang
barakah”9

Ibadah sholat dhuha ini mengajarkan pada para siswa untuk terbiasa

mengerjakan amalan sunnah. Zunia Mutmainnah siswi pesantren Nahdatul Ulum

mengatakan:

“Karena sholat dhuha setiap pagi dilaksanakan rutin secara berjamaah.


Kita juga sudah diajarkan untuk sholat dhuha hal tersebut sangat
bermanfaat bagi saya. Insya Allah saya juga melaksanakan rutin dirumah
jadi kalau tidak mengerjakan terasa ada yang kurang, hal ini karena sudah
menjadi kebiasaan.”10

c. Sholat Dhuhur Berjama’ah

Sholat dalam bahasa arab berarti Do’a, sedangkan yang di maksud sholat

disini adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang

dimulai dengan takbir, dan di sudahi dengan salam. Sholat dhuhur dilaksanakan

secara berjama’ah oleh seluruh warga madrasah agar tercipta kebersamaan dan

kekeluargaan. Diketahui bahwasanya ibadah sholat lebih utama dilaksanakan secara

berjama’ah dan pahala yang didapatkan juga lebih banyak dibandingkan dengan

sholat sendiri

Pelaksanaan sholat dhuhur berjama’ah ini pada istirahat kedua tepatnya

setelah jam pelajaran 5-6 pada pukul 12.00. Pelaksanaannya sama seperti pada

umumnya di musholla. Pelaksanaan sholat dhuhur ini juga terstruktur dengan baik

hal ini dibuktikan dengan adanya jadwal untuk tiap kelas yang bertugas sebagai

muadzin, hal ini bertujuan melatih ketrampilan, dan pengamalan ibadah para siswa-

siswinya. Sedangkan yang bertugas sebagai imam adalah para guru atau staf

9
Hamzah, Guru Pesantren Nahdatul Ulum, wawancara pribadi, Jeneponto, 11 Desember
2013.
10
Zunia Mutmainnah, Siswa Pesantren Nahdatul Ulum, wawancara pribadi, Jeneponto,
11 Desember 2013
44

karyawan yang telah terjadwal pula untuk guru-guru atau karyawan yang tidak

mendapatkan tugas sebagai imam bertanggung jawab untuk mendampingi para

peserta didik yang melaksanakan sholat dhuhur.

Dalam hasil wawancara dengan Bapak Misbahul Arif, S. Pd.I.,

mengatakan bahwa

“Pelaksanaan sholat dhuhur ini pada jam pelajaran 5-6, dan yang bertugas
sebagai muaadzin sesuai dengan jadwal yakni perwakilan kelas.”11

d. Kultum/ Khitobah

Pelaksanaan kultum/khitobah ini dilaksanakan sebelum atau setelah sholat

dhuhur dan mengikuti jadwal sholat dhuhur.Kultum/khitobah ini disampaikan

oleh para siswa dari perwakilan setiap kelas bergantian setiap harinya sesuai

dengan jadwal dan materi kultum telah ditentukan.

“Setelah sholat dhuhur, dilanjutkan oleh kultum oleh masing-masing


perwakilan kelas yang terjadwal, materi kultum telah dijadwalkan oleh
pengampu guru Pai, dari guru Fiqh, Qur’an Hadist, SKI, Akhidah Akhlak.
Anak-anak menyampaikan kultum sesuai materi yang telah ditentukan
agar tidak menyampaikan hal-hal yang ngelantur, tetapi apa yang
disampaikan berbobot dan anak-anak sendiri mengembangkan materi
tersebut.”12

Kultum ini bertujuan agar melatih para siswa untuk menyampaikan sedikit

ilmunya di depan orang banyak dan mengeksplor pengetahuan agama siswa.

Kultum atau khitobah ini sudah ditentukan temanya jadi jika ingin maju kedepan,

mereka tinggal mencari bahannya sajabaik dari buku-buku atau internet. Membuat

materi kultumnya biasanya dikerjakan bersama-sama satu kelas bukan hanya

11
Misbahul Arif, Guru Pesantren Nahdatul Ulum, wawancara pribadi, Jeneponto, 29
Desember 2013.
12
Hamzah, Guru Pesantren Nahdatul Ulum, wawancara pribadi, Jeneponto, 14 Desember
2013.
45

tugas untuk yang maju ke depan saja melainkan tugas bersama satu kelas, jadi

bisa belajar bersama juga dari membuat isi materi khitobah tadi. Memang awalnya

takut untuk maju tetapi kalau sudah ngomong di depan sudah tidak gugup lagi,

akhirnya timbul keberanian juga.

e. Membaca Asmaul Husna

Asmaul husna ini dibaca pada setiap hari kamis saja untuk lebih

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan para siswa.dan hal ini bertujuan

mengarah pada SKUA (standar kecakapan ubudiyah dan akhlakul karimah).

Dalam hasil wawancara dengan Misbahul Arif, S. Pd. I., mengatakan sebagai

berikut:

“…bahwasanya membaca asmaul husna ini bertujuan untuk meningkatkan


keimanan dan ketaqwaan para siswanya, juga agar siswa mengenal serta
menghafal nama-nama Allah SWT yang baik. Dan hal ini mengarah pada
program SKUA (standar kecakapan ubudiyah dan akhlakul karimah)”13

Asmaul Husna merupakan cerminan dari perilaku Allah SWT terhadap

umatnya. Karena itu bila nama-nama itu kita sebut sebagai suatu pemohonan,

maka akan mempunyai pengaruh yang sangat besar.

f. SMS (Sedekah Minimal Seribu)

Program sedekah minimal seribu ini dilaksanakan pada setiap hari

jumat.Hal ini bertujuan membiasakan anak didik untuk bershodaqah dan

infaq.Uang dari SMS ini selain untuk bershodaqah atau infaq juga untuk

menunjang sarana prasarana pembelajaran PAI, seperti membeli Al-Qur’an, tafsir

13
Misbahul Arif, Guru Pesantren Nahdatul Ulum, wawancara pribadi, Jeneponto, 29
Desember 2013
46

maupun alat peraga pembelajaran contohnya peraga jenazah dan lain-lain. Berikut

hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, ibu Dra.St. Aisyah mengatakan:

“Program SMS ini dikelola oleh bendahara PAI selain untuk shodaqah dan
infaq digunakan untuk menunjang sarana prasarana pembelajaran PAI
seperti membeli Al-Qur’an, Tafsir, peraga jenazah, kain kaffan dan lain
sebagainya”14

Tanggapan para siswa dengan adanya Program SMS (sedekah minimal

seribu), dari hasil wawancara dengan Abdur Rahman sebagai berikut:

“Sms rutin setiap hari jumat, biasanya dari rumah saya sudah menyediakan
uang sendiri yang saya sisihkan dari uang jajan.Saya juga tidak merasa
dibebani begitu juga dengan teman-teman yang lain karena uangnya untuk
dibelikan alat-alat yang mendukung pelajaran agama kalau ada praktek,
sehingga praktis kita tidak diribetkan dengan biaya praktek karena sudah
disediakan dari sekolah. Manfaat yang lain belajar untuk terbiasa
bershodaqah soalnya kalau tidak ada program seperti ini mungkin jarang
yang mau bershodaqah walaupun seribu.Banyak juga dari teman-teman
yang mengeluarkan uang lebih dari 1000 untuk program SMS ini.”15

Program kegiatan ekstrakurikuler keagamaan ini sangat bermanfaat bagi

para siswanya, siswa memiliki tanggung jawab untuk wajib melaksanakan

program tersebut.Hal ini dapat diamati dari antusias siswa dan ketertiban siswa

dalam pelaksanaan program. Berbagai program ekstrakurikuler keagamaan yang

bersifat rutin harian ini memberikan nilai positif bagi siswa. Siswa jadi merasa

lebih religius dan lebih baik dalam ibadah soalnya dikerjaan bersama-sama,

seneng banget. Saat dimulai kegiatan ini, ada beberapa diantara siswa merasa

terpaksa dan terbebani, namun lama kelamaan sudah terbiasa karena sudah

melakukannya berulang-ulang jadi merasa sebagai sebuah kewajiban dan terus

bisa melakukan kegiatan ini tidak hanya disekolah tapi juga dirumah.

14
St. Aisyah, Kepala Sekolah Pesantren Nahdatul Ulum, wawancara pribadi, Jeneponto, 12 Maret
2014
15
Abdur Rahman, Siswa Pesantren Nahdatul Ulum, wawancara pribadi, Jeneponto, 17
Desember 2013
47

g. Pramuka

Kedudukan kegiatan ekstrakurikuler dalam sistem kurikulum hendaknya

tidak dipandang sebagai pengisi waktu luang, tetapi ditempatkan sebagai

komplemen kurikulum yang dirancang secara sistematis yang relevan dengan

upaya meningkatkan mutu pendidikan. Seluruh aktivitas didedikasikan pada

peningkatan kompetensi peserta didik. Penyelenggaraan kegiatan kurikuler

maupun ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan potensi

peserta didik.

Dasar Penyelenggaraan Gerakan Pramuka sebagai Landasan Hukum diatur

berdasarkan:

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 tahun 1961 Tentang

Gerakan Pramuka

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 118 tahun 1961 Tentang

Penganugerahan Pandji kepada Gerakan Pendidikan Kepanduan Pradja Muda

karana

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 Tentang

Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka

5. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 203 tahun 2009

Tentang Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A tahun 2013

tentang Implementasi Kurikulum 2013 pada Lampiran III, kegiatan

ekstrakurikuler merupakan perangkat operasional (supplement dan


48

complements) kurikulum yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana

kerja tahunan dan kalender pendidikan sekolah.

Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler pada

satuan pendidikan dengan menerapkan sistem reguler adalah bentuk kegiatan

pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan pada Gugus depan (Gudep) yang ada

di satuan pendidikan dan merupakan kegiatan pendidikan kepramukaan secara

utuh. Oleh karena itu apabila satuan pendidikan memilih sistem reguler dan belum

memiliki Gudep, maka harus terlebih dahulu menyiapkan sistem pengelolaan

pendidikan kepramukaan melalui Gudep.

Aktivitas Sistem Reguler:

a. Bersifat sukarela sesuai dengan bakat dan minat peserta didik

b. Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran.

c. Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali.

d. Sepenuhnya dikelola oleh Gugus Depan Pramuka pada satuan atau gugus

satuan pendidikan.

e. Pembina kegiatan adalah Guru Kelas /Guru Matapelajaran selaku Pembina

Pramuka dan/atau Pembina Pramuka serta dapat dibantu oleh Pembantu

Pembina (Instruktur Muda/Instruktur Pramuka) yang telah mengikuti Kursus

Mahir Dasar (KMD).

Tujuan pelaksanaan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler

sistem reguler adalah meningkatkan kompetensi (nilai-nilai dan keterampilan)

peserta didik yang sejalan dan sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, yang memiliki minat dan ketertarikan sebagai anggota
49

pramuka, melalui: aplikasi Dwi Satya dan Dwi Darma bagi peserta didik usia

Siaga, dan aplikasi Tri Satya dan Dasa Darma bagi peserta didik usia Penggalang

dan Penegak.

Bagi siswa sendiri, adanya kegiatan pramuka ini sangat memberi manfaaat

yang besar. Mereka sangat bersemangat mengikuti kegiatan ini. Sebagai mana

diungkapkan oleh seorang siswa melalui salah satu wawancara :

“Saya dan teman teman-teman yang lain sangat senang dengan kegiatan
pramuka ini. Dengan adanya kegiatan ini, saya lebih menjadi disiplin dan
mengerti alam sekitar saya. Semoga kegiatan ini terus-menerus
diadakan”16

Kegiatan ekstrakurikuler memiliki hubungan dengan proses kegiatan

belajar mengajar khususnya di Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec.

Kelara Kab. Jeneponto. Untuk dapat melihat lebih jauh lagi tentang hubungan

tersebut, maka penulis menguraikannya secara singkat tentang dasar hukum

pembentukan kegiatan ekstrakurikuler, yaitu sebgai berikut :

1. Pancasila. Di Negara Republik Indonesia diakui secara bulat oleh

masyarakat bahwa pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum

baik konteks hidup maupun dalam bermasyarakat, bernegara dan dalam

membina kehidupan pribadi. Komitmen yang demikian itu tidak akan

dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia tanpa melalui

pendidikan yang dilanjutkan dengan praktek pengalamannya melalui

kegiatan ekstrakurikuler. Hak ini dapat dipahami bahwa pelajaran yang

diajarkan oleh siswa di bangku sekolah pada umumnya masih bersifat

16
Maifa Ismiati, Siswa Pesantren Nahdatul Ulum, wawancara pribadi, Jeneponto, 17
september 2013
50

teoritis, kerena itu untuk memberikan nilai tambah dalam kehidupan

bermasyarakat memerlukan praktek yang khusus di lapangan. Dikalangan

siswa, pemerintah mengupayakan hal tersebut dengan memberikan

wewenang untuk membentuk OSIS pada setiap jenjang pendidikan. Dari

sinilah dapat dijabarkan program-program yang sesuai sebagai realisasi

pemahaman terhadap pancasila dan pelaksanaannya secara ekstrakurikuler,

misalnya dengan pelaksanaan kegiatan Latihan Kepemimpinan Dasar, dan

lain sebagainya.

2. Undang–Undang Dasar 1945. Dalam batang tubuh Undang Undang Dasar

1945 pasal 28 dinyatakan bahwa kemerdekaan berseriat dan berkumpul

mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, dan sebagainya ditetapkan

oleh undang undang dasar 1945.

Dalam kutipan di atas dapat digaris bawahi bahwa dalam Undang Undang

dasar 1945 tersebut ada jaminan kepada seluruh warga Indonesia untuk

berada dalam suatu organisasi, oleh kerena itu khusus dalam pembinaan

siswa baik di tingkat menengah dibentuklah suatu organisasi yang sah dan

diakui oleh pemerintah yaitu organisasi intra sekolah (OSIS).

3. Undang–Undang No 2 Tahun 1989. Menjelaskan tentang sistem pendidikan

nasional bab VI pasal 24, dinyatakan bahwa setiap peserta didik pada suatu

satuan pendidikan mempunyai hak-hak, yaitu sebagai berikut :


51

1) Mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya

2) Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas pendidikan, baik

untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh

pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibekukan.

3) Mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa atau bantuan lain yang sesuai

dengan persyaratan yang berlaku.

4) Memperoleh penilaian hasil belajarnya.

5) Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang

ditentukan.

6) Mendapat pelayanan khusus bagi yang menyandang cacat.17

Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa aktivitas kegiatan siswa di Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan

Kec. Kelara Kab. Jeneponto memiliki hubungan erat dengan kegiatan

ekstrakurikuler termasuk kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, hal tsrsebut

merupakan salah satu penunjang untuk mencapai target kurikulum atau program

pengajaran yang telah ditentukan setiap jenjang pendidikan.

Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang dilaksanakan pada Pesantren

Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto lebih mengarah

pada upaya menumbuhkan bakat kreativitas para siswa diluar kegiatan yang telah

diprogramkan oleh sekolah yang tercakup dalam kegiatan intrakurikuler dan

ekstrakurikuler. Di dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan pada

Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto, sesuai

17
Republik Indonesia, Undang-Undang System Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Hal. 20.
52

dari pengertian dari pada kegiatan ekstrakurikuler itu sendiri, yaitu kegiatan

diluar sekolah dengan maksud untuk memperluas pengetahuan siswa dalam

rangka mengenal keterkaitan antara mata pelajaran, menyalurkan bakat dan

kreativitas serta membina kepribadian yang utuh, maka kegiatan ekstrakurikuler

keagamaan yang dilakukan oleh Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan

Kec. Kelara Kab. Jeneponto, disamping dilaksanakan oleh para siswa

dilingkungan sekolah atau di luar jam sekolah termasuk pada hari libur, seperti

hari minggu.

C. Bentuk dan Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan Terhadap

Pengembangan Wawasan Keagamaan Siswa

Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan sebagai bagian dari pada kegiatan

kurikuler yang dimaksudkan adalah sebagai penunjang keberhasilan kegiatan

pendidikan secara keseluruhan, tidak diatur secara formal, baik mengenai jenis

ataupun bentuknya, waktu pelaksaannya maupun ketentuan lain yang sifatnya

mengikat, Oleh karena itu didalam pelaksaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan

ini khususnya dilingkungan Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec.

Kelara Kab.Jeneponto mencakup beberapa bentuk kegiatan, yaitu sebagai berikut :

1. Kegiatan seni

Kegiatan seni atau kesenian sebagai salah satu bentuk kegiatan

ekstrakurikuler pada Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara

Kab. Jeneponto juga tidak sedikit melibatkan siswa pada sekolah tersebut. Dalam

kegiatan ini, para siswa tidak saja mempelajari berbagai kesenian seperti seni tari,

seni rupa, mereka para siswa juga diajarkan dengan latihan berorasi atau Khutbah.
53

Hal ini sebagaimana yang diutarakan oleh Rahmat, S.Pd, yang mengatakan

bahwa:

Untuk mengembangkan bakat dan minat serta kreativitas siswa khususnya


dibidang kesenian disekolah ini, selaku Pembina kesenian tidak henti-
hentinya mengarahkan para siswa agar di dalam melakukan kegiatan-
kegiatan kesenian tersebut, baik itu pada saat latihan persiapan mengikuti
perlombaan maupun pada lomba diadakan. Perhatian ini kami berikan
sebab kegiatan-kegiatan ini sekaligus sebagai bagian dari pada pembinaan
kesenian yang dilaksanakan oleh sekolah.18
Dengan melalui kegiatan ini, para siswa diberi kesempatan sesuai dengan

bakatnya, sehingga akan mendorong lahirnya wawasan dan kreativitasnya dalam

bidang ini. Hal ini penting mengingat bahwa pendidikan dalam hal ini adalah

kegiatan yang bersifat ekstrakurikuler keagamaan yang dilaksanakan di sekolah

lebih banyak didasarkan pada kurikulum yang telah dipersiapkan, sehingga

bentuk, waktu, corak dan hasil-hasil yang diharapkan pada siswa sangat terbatas.

Dengan demikian, adanya kegiatan ini sebagai salah satu bentuk kegaitan

ekstrakurikuler keagamaan pada Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan

Kec. Kelara Kab. Jeneponto akan dapat mendirikan ruang gerak terhadap

pengembangan wawasan, bakat serta kreativitas para siswa di sekolah tersebut.

2. Kegiatan Keagamaan
Kegiatan ekstrakurikuler di bidang keagamaan ini dapat dikatakan tidak

kalah pentingnya dengan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Hal ini

disebabkan karena bidang keagamaan tertujuan untuk membina dan membentuk

kepribadian setiap individu baik dari segi jasmani maupun dari segi rohani.

18
Rahmat, S.Pd, Guru Pembina Kesenian Pada Pesantren Nahdatul Ulum, Wawancara
(Pesantren Nahdatul Ulum, Tanggal 26 Mei 2013).
54

Kegitan ekstrakurikuler di bidang keagamaan yang dilaksanakan oleh

Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto

disamping atas prakarsa para guru khususnya guru-guru pendidikan agama islam

di sekaolah tersebut disekolah tersebut juga ada yang merupakan inisiatif yang

berasal dari para siswa itu sendiri yang di kordinir oleh OSIS pada Pesantren

Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto, seperti yang

dikemukakan oleh Hamzah, S. Ag, salah seorang guru pendidkan agama islam

sekaligus sebagai penanggunggung jawab bidang studi pendidikan agama islam

pada Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto

yang mengatakan bahwa:

Untuk mengatasi permasalahan keterbatasan alokasi waktu yang tersedia


dalam bidang studi pendidikan agama islam yang dalam seminggu hanya
beberapa jam pelajaran dan materi yang begitu banyak, belum ada lagi
adanya pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang menuntut adanya
praktek, oleh sebab itu, untuk mengatasi persoalan ini kami dari guru
khususnya guru pada bidang studi pendidikan agama islam memamfaatkan
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terutama diarahkan kepada para siswa
yang masih belum tahu cara cara melaksanakan ibadah seperti sholat.
Sedangkan bagi mereka yang sudah dapat melaksanakannya namun belum
sempurna, maka untuk menyermpurnakan pelaksanaan ibadah-ibadah
tersebut cukup dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler.19

Sebagaimana halnya permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada

bidang studi lainnya, yaitu keterbatasan alokasi waktu yang tersedia dalam

kegiatan proses kegiatan belajar mengajar pada bidang studi tersebut, maka para

guru bidang studi pendidkan agama islam pada Pesantren Nahdatul Ulum Kel.

Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto dalam mengatasi persoalan

19
Hamzah, S. Ag, Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam/ Penanggung Jawab
Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Pada Pesantren Nahdatul Ulum, Wawancara (Pesantren
Nahdatul Ulum, Tanggal 26 Mei 2013).
55

keterbatasan alokasi waktu tersebut memfaatkan kegiatan ekstrakurikuler dibidang

keagamaan untuk menunjang pengetahuan dan penguasaan siswa terhadap materi-

materi pendidikan agama islam khususnya yang berkaitan dengan materi yang

menuntut adanya praktek seperti praktek sholat wajib maupun sholat sunnah.

D. Tingkat Keberhasilan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan Terhadap


Pengembangan Wawasan Keagamaan pada Pesantren Nahdatul Ulum Kel.
Tolo’ Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto.

Dari berbagai kegiatan yang diprogramkan semuanya mengarah pada satu

tujuan pembentukan moralitas siswanya. Program dikatakan berhasil dalam

membentuk moralitas siwa meliputi beberapa kriteria yaitu:

a. Siswa dapat melaksanakan kegiatan yang diprogramkan oleh madrasah

dilaksanakan dengan disiplin dan tanggung jawab.

b. Siswa dapat melaksanakan kegiatan yang diprogramkan bukan hanya dalam

tataran lingkungan sekolah namun pada kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat

dievaluasi oleh sekolah melalui orang tua.

c. Siswa dapat melafalkan doa-doa, membaca Al-Qur’an dengan baik, menghafal

surat-surat pendek, surat yasin dan lain-lain yang sesuai dengan program

mengarah pada nilai SKUA (Standar Kecakapan Ubudiyah dan Akhlakul

Karimah) yang baik, atau minimal dapat melaksanakan evaluasi SKUA dengan

cukup baik.

Siswa diberikan beberapa program untuk dilaksanakan diluar jam

pelajarannya berupa pengamalan ibadah wajib dan sunnah juga diajarkan etika

dan estetika yang baik dimulai dari lingkungan sekolah yang diharapkan dapat
56

membawa dampak bagi siswa pada lingkungan diluar sekolah baik lingkungan

keluarga maupun di lingkungan masyarakat.

Untuk mendukung objektivitas data menyangkut keadaan kegiatan

ekstrakurikuler keagamaan di Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’ Selatan Kec.

Kelara Kab. Jeneponto tersebut, maka penulis mengkonfirmasikannya kepada

guru bidang studi pendidikan agama islam guna mengetahui sejauh mana para

guru merealisasikan tanggung jawab mereka sebagai pendidik sekaligus pengajar,

serta penulis ingin mengetahui sejauh mana para guru melakukan partisipasi

terhadap program-program kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang

dilaksanakan sekolah tersebut.

Tingkat kesadaran para guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawab mereka sebagai pendidik sekaligus sebagai pengajar di sekolah ini,

dirasakan cukup tinggi. Karena jarang terjadi jam pelajaran kosong dalam

kegiatan pengajaran intrakurikuler. Para guru senantiasa datang tepat pada waktu

yang telah di tentukan dan menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-

masing. Kepedulian para guru terhadap para siswa menuju kearah pembentukan

kepribadian keagmaan para siswa dirasakan cukup tinggi, karena mereka selalu

melaksaanakan pengawasan dan merealisasikan tugas jaga dan memproses siswa

yang melanggar tata tertib atau aturan yang telah di tetapkan di sekolah ini,

bahkan keikut sertaaan merekan dalam menyukseskan kegiatan ekstrakurikuler

keagamaan di sekolah ini dirasakan cukup tinggi.

Mencermati keterangan tersebut diatas, maka penulis dapat memberikan

suatu analisa bahwa ciri khas para guru di Pesantren Nahdatul Ulum Kel. Tolo’
57

Selatan Kec. Kelara Kab. Jeneponto ditinjau dari kepribadian keagamaannya

dirasakan cukup tinggi dan menunjukkan sikap tanggung jawab dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik sekaligus sebagai pengajar serta sangat

mencintai kegiatan-kegiatan yang bersipat ekstrakurikuler dalam hal ini juga

terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan tanpa mendeskripkan agama

atau keyakinan terhadap siswa itu sendiri.

E. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Program Ekstrakurikuler


Keagamaan

1. Faktor pendukung pelaksanaan program ekstrakurikuler keagamaan

Program ekstrakurikuler keagamaan bersifat rutin dan wajib bagi siswa di

MAN Purwoasri ini terdapat beberapa faktor pendukung, sehingga dalam

pelaksanaannyabisa berjalan lancar dan tertib. Adapun faktor-faktornya

sebagai berikut:

1) Antusiasme para siswa dalam melaksanakan program ekstrakurikuler

keagamaan cukup bagus dan mendapat respon yang sangat baik.

2) Kerja sama yang baik dari kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa.

Kerja sama yang dimaksudkan adalah adanya koordinasi yang baik dan

pembagian tugas yang baik dari kepala sekolah guru, karyawan serta

para siswa. bukan hanya siswa saja yang ikut berpartisipasi dalam

menjalankan program ekstrakurikuler keagamaan yang rutin ini tapi

seluruh warga di madrasah. Kemudian ikut serta dalam mengawasi dan

membina para siswa dalam pelaksanaan program.


58

3) Pemberian sanksi bagi yang tidak melaksanakan program kegiatan

ekstrakulrikuler keagamaan. Pemberian sanksi ini memang menjadi

pendorong bagi siswa untuk tidak melanggar kewajiban mereka dalam

pelaksanakan program ekstrakurikuler keagamaan. Sanksi memberikan

pula dampak positif bagi kedisiplinan siswa sehingga membentuk moral

siswa menjadi pribadi yang disiplin. Sanksi ini berupa teguran, kemudian

bila melanggar lagi maka akan diberi pembinaan baik dari BK maupun

guru agama, selanjutnya adalah dengan menulis surat pernyataan tidak

menggulangi kesalahan tersebut

2. Faktor Penghambat dalam pelaksanaan program ekstrakurikuler keagamaan

Dalam pelaksanaan program ekstrakurikuler keagamaan di Pesantren

Nahdatul Ulum ini tidak terlepasa dari hambatan-hambatan pula. Hambatan

yang sering ditemui dalam pelaksanaan program ekstrakurikuler keagamaan ini

antara lain:

1) Kurang memadainya sarana prasarana yang mendukung pelaksanaan

program ekstrakuriler keagamaan di MAN Purwoasri, diantaranya adalah

kurang luasnya musholla untuk menampung para siswa dalam

menjalankan kegiatan, kemudian kurangnya tempat wudhu.

2) Faktor yang menghambat selanjutnya adalah dari para peserta didik

sendiri. Karena peserta didik sangat banyak sehingga mereka juga

memiliki karakter pribadi yang berbeda-beda sehingga kemampuan yang

berbeda-beda pula. Terdapat beberapa peserta didik yang memang sulit

untuk diatur dalam pelaksanaan program dan terdapat beberapa anak


59

didik yang mempunyai kemampuan minim dalam hal agama menjadi

tertinggal. Dan hal itu membutuhkan pembinaan secara intensif untuk

individu tersebut.

You might also like