You are on page 1of 9

ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

HIPOSPADIA: BAGAIMANA KARAKTERISTIKNYA DI INDONESIA

Daniel Mahendra Krisna1, Akhada Maulana2


1Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
2Bagian Urologi Universitas Mataram

Korespondensi: danielkrisna24@yahoo.com

ABSTRAK

Hipospadia merupakan kelainan kongenital berupa adanya muara urethra


yang terletak proximal dibandingkan lokasi yang seharusnya. Kelainan ini terjadi
ketika masa embrio dan dipengaruhi berbagai keadaan. Hipospadia patut di
waspadai dewasa ini karena perkembangan prevalensinya di beberapa negara
yang cukup pesat tanpa diketahui penyebabnya. Beberapa faktor resiko seperti
paparan estrogen atau zat anti-androgen pada masa kehamilan dapat dihindari
untuk menurunkan resiko terjadinya hipospadia. Keluhan yang paling sering
terjadi adalah pancaran urin yang melemah ketika berkemih, sampai terjadinya
gangguan aktivitas seksual maupun infertilitas. Pengobatan sejak dini disarankan
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan komplikasi yang rendah. Teknik
operasi sudah berkembang pesat dan beberapa memiliki keunggulan masing-
masing, namun untuk hipospadia distal paling sering adalah Tubularization
Incised of urethral Plate (TIP) dan pada hipospadia proximal adalah teknik 2 stage
graft. Di Indonesia beberapa penelitian dilakukan dan menemukan angka
kejadian yang cukup merata untuk kelainan hipospadia, dengan tipe yang
bervariasi. Hipospadia distal banyak ditemukan di Indonesia dan teknik TIP
sebagai tatalaksana masih menjadi pilihan utama.

Kata Kunci: hipospadia, prevalensi, Indonesia, karakteristik.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 325


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

HYPOSPADIA: HOW IS THE CHARACTERISTICS IN INDONESIA

Daniel Mahendra Krisna1, Akhada Maulana2


1Medical Faculty of Duta Wacana Christian University
2Urology Department Mataram University

Correspondence: danielkrisna24@yahoo.com

ABSTRACT

Hypospadia is a congenital anomaly characterized by a urethral meatus


located proximally to the normal place on the ventral penis. This anomaly is formed
in embryonal phase and affected by various condition. Hypospadia should be has
more attention because there is increasing incidence in developed countries.
Estrogen or anti androgen activity exposure such as pesticide in maternal could be
a risk factor for developing hypospadia, which is should be avoided. The most
common complaint is weakness in micturition stream, to sexual activity problems
such as unsatisfying ejaculation and infertility. Early treatment should be
considered. There is eveidence that early treatment would give better outcomes and
less complication. Surgery technique in pediatric urology is rapidly grows in decade.
Tubularization Incised of urethral Plate (TIP) still be considered as first choice in
distal hypospadia, while 2 stage graft technique in proximal hypospadia. In
Indonesia, some studies found that hypospadia prevalence has equitable
distribution, with various type. Distal hypospadia has been the most common type
of hypospadia in Indonesia and TIP is considered to treating this anomaly.

Keywords: hypospadia, prevalence, Indonesia, characteristic.

326 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

PENDAHULUAN stabil pada rentang waktu tersebut.8


Hasil ini serupa dengan penelitian
Hipospadia merupakan kelain-
yang dilakukan oleh Aho et al di
an kongenital yang paling sering
Finlandia untuk mengetahui
ditemukan pada anak laki-laki.1,2,3
prevalensi hipospadia di tahun 1970-
Kata hipospadia berasal dari bahasa
1994.1 Di negara Eropa terjadi
Yunani yaitu Hypo, yang berarti
peningkatan prevalensi hipospadia
dibawah, dan Spadon, yang berarti
pada tahun 1970-1980 tanpa
lubang.4,5 Hipospadia dapat di-
diketahui penyebabnya. Di Amerika
definisikan sebagai adanya muara
Serikat berdasarkan Metropolitan
urethra yang terletak di ventral atau
Atlanta Congenital Defect Program
proximal dari lokasi yang seharus-
(MACDP) dan the Nationwide Birth
nya. Kelainan ini terbentuk pada
Defects Monitoring Program (BDMP)
masa embrional karena adanya defek
terdapat peningkatan 2 kali lipat
pada masa perkembangan alat
terhadap insidens hipospadia.5,7 Hal
kelamin dan sering dikaitkan dengan
ini dikaitkan dengan peningkatan
gangguan pembentukan seks primer
insidensi kelahiran prematur, berat
ataupun gangguan aktivitas seksual
lahir bayi rendah, ataupun
saat dewasa.6
terpaparnya janin terhadap zat
Belum ada penelitian yang
progestin atau anti androgen.
menyebutkan angka kejadian
Di Indonesia prevalensi
Hypospadia yang pasti di Indonesia.
hipospadia belum dketahui secara
Namun terdapat beberapa penelitian
pasti. Limatahu et al menemukan 17
yang tersebar di beberapa daerah di
kasus di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau
Indonesia yang menemukan kasus
Manado pada periode Januari 2009-
ini tidak dalam jumlah yang sedikit.
Oktober 2010.9 Duarsa et al
Hal ini menguatkan fakta bahwa
melakukan penelitian deskriptif
hipospadia di Indonesia memilki
terhadap kasus hipospadia pada
angka kejadian yang cukup tinggi,
Januari 2009 hingga april 2012 di RS
namun kurangnya pengetahuan
Sanglah Bali menemukan sebanyak
masyarakat mengenai kelainan ini
53 kasus.10 Tirtayasa et al juga
menyebabkan tidak banyak kasus
melakukan penelitian mengenai hasil
yang dapat ditangani di rumah sakit,
luaran dari pembedahan
ataupun fasilitas dan tenaga
urethroplasty pada kasus hipospadia
kesehatan yang belum merata
di RS M. Djamil Padang pada rentang
sehingga kasus ini tidak terdeteksi.
Januari 2012 - Januari 2014 dengan
Diharapkan melalui tinjauan
jumlah 44 kasus.11 Maritzka et al
pustaka ini dapat meningkatkan
pada studi observasinya pada
kewaspadaan terhadap kelainan
rentang tahun 2010-2012 di Jawa
hipospadia di Indonesia.
Tengah menemukan 120 kasus,
Prevalensi & Insidensi sedangkan Mahadi et al menemukan
Prevalensi hipospadia di dunia 24 kasus pada rentang tahun 2009-
sangat luas secara geografis dan 2011 di RS Kanujoso Djatiwibowo
bervariasi. Insidensi kelainan ini Balikpapan.12,13 Di RS Cipto
berkisar 1:250 kelahiran bayi atau Mangunkusumo Jakarta, Aritonang
1:300 kelahiran bayi. Peningkatan et al melakukan studi retrospektif
insidensi hipospadia masih menuai mengenai komplikasi TIP pada
berbagai kontroversi.5,8 Bergman et al rentang tahun 2002-2014 mendapat-
melakukan penelitian epidemiologi kan sampel sebanyak 124 kasus.14
mengenai prevalensi hipospadia dari Hal ini menunjukkan bahwa pada
tahun 2001-2010 menemukan daerah yang berbeda secara etnis dan
bahwa insidens hipospadia cukup geografis hipospadia dapat ditemu-

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 327


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

kan dengan jumlah angka yang tidak 17.393 anak laki-laki yang tidak
jauh berbeda, sehingga dapat terpapar zat tersebut hanya di-
disimpulkan prevalensi hipospadia di temukan 44 kasus (OR: 4.99; CI
Indonesia cukup merata. 95%). Tidak ada hubungan antara
hipospadia dengan usia ibu ketika
Etiologi & Faktor Resiko
hamil.
Etiologi hipospadia sangat
Pada Ibu hamil yang
bervariasi dan multifaktorial, namun
melakukan diet vegetarian diperkira-
belum ditemukan penyebab pasti
kan terjadi peningkatan resiko
dari kelainan ini. Beberapa penelitian
terjadinya hipospadia.19 Hal ini dapat
mengemukakan semakin berat
disebabkan adanya kandungan yang
derajat hipospadia, semakin besar
tinggi dari fitoestrogen pada sayuran.
terdapat kelainan yang mendasari.5
Respon Activating Transcription
Beberapa kemungkinan di-
Factor (ATF3) terhadap aktivitas anti-
kemukakan oleh para ahli mengenai
androgen terbukti berperan penting
etiologi hipospadia. Adanya defek
terhadap kelainan hipospadia.20 Pada
pada produksi testosterone oleh
ibu hamil yang mengkonsumsi obat-
testis dan kelenjar adrenal,
obatan anti epilepsy seperti asam
kegagalan konversi dari testosteron
valproat juga diduga meningkatkan
ke dihidrotestoteron, defisiensi
resiko hipospadia.21
reseptor androgen di penis, maupun
Pada anak laki-laki yang lahir
penurunan ikatan antara dihidros-
dengan program Intra-cystolasmic
testoteron dengan reseptor androgen
sperm Injection (ICSI) atau In Vitro
dapat menyebabkan hipospadia.15
Fertilization (IVF) memiliki insidensi
Adanya paparan estrogen atau
yang tinggi pada hipospadia. Intra
progestin pada ibu hamil di awal
uterine growth retardation, berat bayi
kehamilan dicurigai dapat me-
lahir rendah, bayi kembar, turunan
ningkatkan resiko terjadinya
hipospadia juga merupakan faktor
hipospadia. Lingkungan yang tinggi
resiko hipospadia yang dapat
terhadap aktivitas estrogen sering
dikendalikan semasa kehamilan.
ditemukan pada pestisida di sayuran 3,22,23 Chong et al tidak menemukan
dan buah, susu sapi, beberapa
adanya korelasi antara kelahiran
tanaman, dan obat-obatan. Namun
prematur dengan hipospadia.3
beberapa penelitian mengemukakan
Beberapa kelainan yang sering
bahwa pil kontrasepsi tidak
ditemukan bersamaan dengan
menimbulkan hipospadia. 16,17 Be-
hipospadia adalah kelainan
berapa penelitian menemukan bahwa
kromosom dan ambigu genitalia
ibu hamil yang terpapar
seperti hermafrodit maupun
diethylstilbestrol meningkatkan
pseudohermafrodit.24
resiko terjadinya hipospadia. Klip et
al melakukan penelitain pada 8.934 Klasifikasi
anak laki-laki, pada 205 ibu muda Klasifikasi hipospadia terbagi
yang terpapar diethylstilbestrol berdasarkan lokasinya. Klasifikasi
ditemukan 4 kasus hipospadia.17 yang paling sering digunakan adalah
Sedangkan pada 8.729 kelahiran klasifikasi Duckett yang membagi
yang tidak terpapar diethylstilbestrol hipospadia menjadi 3 lokasi, yaitu
hanya ditemukan 8 kasus (OR: 21.3; anterior (Glandular, coronal, dan
CI 95%). Begitu pula Pons et al distal penile), middle (midshaft dan
melakukan survey pada 17.633 anak proximal penile), dan posterior
laki-laki, 3 dari 240 anak laki-laki (Penoscrotal, scrotal, dan perineal).
yang terpapar diethylstilbestrol ketika 25,26 Lokasi yang paling sering
janin menderita hipospadia.18 Dari ditemukan adalah di subcoronal.4

328 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

Klasifikasi hipospadia ber- seharusnya (Perineal, Scrotal,


dasarkan derajat sangat subyektif Penoscrotal).
tergantung dari ahli bedah masing- Di Indonesia berbagai variasi
masing.4 Beberapa ahli membagi ditemukan berdasarkan tipe letak
menjadi: 1) Mild hypospadia/ Grade muara urethra. Mahadi et al
1, yaitu muara urethra dekat dengan menemukan tipe Penile paling
lokasi normal dan berada pada ujung banyak ditemukan (41,7%), Duarsa
tengah glans (glanular, coronal, et al menemukan paling banyak
subcoronal), 2) Moderate adalah tipe Penoscrotal (33.3%),
hypospadia/ Grade 2, muara urethra sama dengan yang didapatkan oleh
berada ditengah-tengah lokasi Limatahu et al, dan Tirtayasa et al
normal dan scrotal (Distal penile, menemukan paling banyak adalah
Midshaft), 3) Severe hypospadia/ tipe middle shaft penile
Grade 3&4, yaitu muara urethra (33.3%).9,10,11,13
berada jauh dari lokasi yang

Gambar 1. Klasifikasi Hipospadia.30

Chorda adalah adanya pem-


Gejala Klinis
bengkokan menuju arah ventral dari
Gejala yang timbul bervariasi
penis.4 Hal ini disebabkan oleh
sesuai dengan derajat kelainan.
karena adanya atrofi dari corpus
Secara umum jarang ditemukan
spongiosum, fibrosis dari tunica
adanya gangguan fungsi, namun
albuginea dan fasia di atas tunica,
cenderung berkaitan dengan
pengencangan kulit ventral dan fasia
masalah kosmetik pada pemeriksaan
Buck, perlengketan Antara kulit penis
fisik ditemukan muara uretra pada
ke struktur disekitarnya, atau
bagian ventral penis.7 Biasanya kulit
perlengketan Antara urethral plate ke
luar dibagian ventral lebih tipis atau
corpus cavernosa. Keluhan yang
bahkan tidak ada, dimana kulit luar
mungkin ditimbulkan adalah adanya
di bagian dorsal menebal bahkan
pancaran urin yang lemah ketika
terkadang membentuk seperti
berkemih, nyeri ketika ereksi, dan
sebuah tudung. Pada hipospadia
gangguan dalam berhubungan
sering ditemukan adanya chorda.
seksual.5 Hipospadia sangat sering

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 329


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

ditemukan bersamaan dengan yaitu pembentukan glans penis


cryptorchismus dan hernia inguinalis kembali. Glansplasty sering diikuti
sehingga pemeriksaan adanya testis dengan prepucioplasty. 6,27,28
tidak boleh terlewatkan. Usia yang ideal untuk
dilakukan operasi adalah pada usia
Pemeriksaan Penunjang
6-12 bulan. Semakin dini dilakukan
Tidak ada pemeriksaan
operasi semakin mudah perawatan
laboratorium yang disarankan untuk
paska operasinya, termasuk dalam
penegakkan pasti diagnosis
masalah higienitas, pemakaian
hipospadia. USG Ginjal disarankan
kateter, kebutuhan analgesik, dan
untuk mengetahui adanya anomali
perubahan emosi paska operasi.4,6
lainnya pada saluran kemih pad
Beberapa teknik operasi ditemukan
pasien hipospadia. Karyotyping
dan semakin mengalami banyak
disarankan pada pasien dengan
perkembangan. Teknik operasi yang
ambigu genitalia ataupun
paling sering dilakukan adalah
cryptochirdism. Beberapa test seperti
urethroplasty seperti Meatal
elektrolit, 17- hydroxyprogesterone,
Advancement-Glanuloplasty (MAGPI),
testosterone, luteinizing hormon,
Glans Approximation Procedure (GAP),
follicle-stimulating hormon, sex-
dan Tubularization Incision of the
hormon binding globulin, dan
Urethral Plate (TIP).4 Pada hipospadia
beberapa tes genetik dipertimbang-
proximal paling sering digunakan
kan apabila memungkinkan.5
teknik 2 stage graft. Apabila pasien
Tatalaksana ingin disirkumsisi maka kulit
Tujuan dari tatalaksana preputium dapat digunakan sebagai
hipospadia adalah: 1) membuat penis bahan flap, namun apabila pasien
tegak lurus kembali sehingga dapat tidak ingin disirkumsisi maka dapat
digunakan untuk berhubungan dilakukan prepucioplasty dan bahan
seksual, 2) reposisi muara urethra ke flap didapatkan dari mukosa mulut.6
ujung penis agar memungkinkan Indikasi pemilihan teknik operasi
pasien berkemih sambil berdiri, 3) yang tepat dapat dilakukan ber-
membuat neourethra yang adekuat dasarkan lokasi serta derajat
dan lurus, 4) merekonstruksi penis kurvatura penis seperti terlihat pada
menjadi terlihat normal, 5) dan gambar 2. Di Indonesia, teknik yang
menurunkan resiko terjadinya paling sering digunakan adalah TIP
komplikasi seminimal mungkin.4,5,6 seperti yang dilakukan Duarsa et al
beberapa tahap operasi perlu (55.56%), Tirtayasa et al (50%), dan
dilakukan seperti orthoplasty Mahadi et al (95.8%).10,11,13 Hal ini
(Chordectomy) yaitu melakukan dimungkinkan karena teknik TIP
koreksi chorde sehingga penis dapat fleksibel, angka komplikasi rendah,
tegak lurus kembali, lalu dan menghasilkan muara urethra
urethroplasty, yaitu membuat vertikal, dan jenis hipospadia yang
urethra baru yang sesuai dengan ditemukan adalah hipospadia distal.
lokasi seharusnya, serta Glansplasty,

330 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

Gambar 2. Algoritma Teknik Operasi Hipospadia.6

Teknik operasi dilaporkan menjadi dua yaitu komplikasi dini


terdapat beberapa komplikasi yang dan komplikasi lanjutan seperti
sering terjadi. Komplikasi dibagi tertera di Tabel 1.

Tabel 1. Komplikasi Paska Operasi.5


Komplikasi Awal Komplikasi Lanjutan
Perdarahan Fistula Urethrokutaneus
Hematoma Stenosis Meatal
Infeksi pada luka operasi Rekuren atau persistent chordee
Wound Dehiscence Striktur Urethra
Nekrosis kulit Balanitis Xerotica Obliterans
Infeksi Saluran kemih Urethrocele
Retensi Urin Divertikula Urethra

dihindari dan dikendalikan. Di


Prognosis
Indonesia masih belum diketahui
Anak-anak dengan hipospadia
angka insidensi pasti dan apakah
memiliki masa puber dan per-
terdapat peningkatan kejadian
tumbuhan seks sekunder yang
seperti yang terjadi di Amerika dan
normal. Penderita hipospadia
Eropa. Di Indonesia paling sering
memiliki fungsi testis dan androgen
ditemukan hipospadia distal dengan
yang normal. Aktivitas seksual cukup
teknik pembedahan TIP sebagai
memuaskan dan fertilitas tidak
tatalaksananya. Semakin dini
terpengaruh kecuali penderita
dilakukan tindakan rekonstruksi
memiliki kelainan lain yang ber-
semakin baik pula hasil luarannya.
kaitan.4,29
Apabila kelainan ini tidak ditangani
KESIMPULAN dengan baik, beberapa komplikasi
Hipospadia masih menjadi terkait kualitas hidup dapat
masalah kesehatan dengan angka mengganggu penderita, termasuk
insidensi yang tinggi di dunia. kehidupan seksual dan fertilitas.
Kelainan ini merupakan kelainan DAFTAR PUSTAKA
kongenital yang tidak diketahui
1. Aho M, Koivisto A, Tamela TLJ,
dengan pasti penyebabnya. Namun
Auvien A. Is the Incidence of
beberapa faktor resiko dapat
Hypospadias Increasing?

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 331


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

Analysis of Finnish Hospital 10. Duarsa GWK, Nugroho TD.


Discharge Data 1970-1994. Characteristics of Hypospadias
Environ Heath Petrsect. 2000: Cases in Sanglah General
108;463-465. Hospital, Bali-Indonesia: A
/npr//ehpnetl.niehs.nih.opv/do Descriptive Study . Bali Med J.
cs/2000 2016: 5(1); 13-16.
2. Lund L, Engebjerg M, Pedersen L, 11. Tirtayasa PMW, Zulfiqar Y,
Ehrenstein V, Nørgaard M, Alvarino. The Outcomes of
Sørensen H. Prevalence of Urethroplasty for Hypospadias
Hypospadias in Danish Boys: A Repair in M. Djamil Hospital,
Longitudinal Study, 1977–2005. Padang, Indonesia. Journal of
European Urology. Advances in Medical and
2009;55(5):1022-1026. Pharmaceutical Sciences. 2015:
3. Chong J, Wee C, Ho S, Chan D. 4(2); 1-5.
Factors associated with 12. Maritzka Z, Santosa A, Ariani
hypospadias in Asian newborn MD, Juniarto AZ, Farad SMH.
babies. Journal of Perinatal Profile of Hypospadias Cases in
Medicine. 2006;34(6). Central Java, Indonesia. Journal
4. Giannantoni A. Hypospadias of Biomedicine and Translational
Classification and Repair: The Research. 2015: 1; 16 – 21.
Riddle of the Sphinx. European 13. Mahadi EP, Tarmono,
Urology. 2011;60(6):1190-1191. Prastyawan W. Profil hipospadia
5. Leung A. Robson W. di rsud dr. kanujoso djatiwibowo
Hypospadias: an update. Asian balikpapan juli 2009 – juni 2011.
Journal of Andrology. Jurnal Urologi Universitas
2007;9(1):16-22. Airlangga
6. Snodgrass WT, Bush NC. 14. Aritonang J, Rodjani A, Wahyudi
Hypospadia. In In Campbell M, I. Relationship Between
Wein A, Kavoussi L, Walsh P. Complicating Factors Of
Campbell-Walsh urology. Hypospadia and Complications
Philadelphia: Elsevier; 2016; After TIP: A retrospective Study.
p2565-77 Indonesian Journal of Urology.
7. Center for the Study & Treatment 2016: 23(2);103-107.
of Hypospadias | UCSF 15. Albers N, Ulrichs C, Gluer S,
Department of Urology [Internet]. Hiort O, Sinnecker GH,
Urology.ucsf.edu. 2016 [cited 9 Mildenberger H, et al. Etiologic
November 2016]. Available from: classification of severe
https://urology.ucsf.edu/researc hypospadias: implications for
h/children/center-study- prognosis and management. J
treatment-hypospadias Pediatr 1997; 131: 386–92.
8. Bergman J, Loane M, Vrijheid M, 16. Carmichael SL, Shaw GM,
Pierini A, Nijman R, Addor M et al. Laurent C, Lammer EJ, Olney RS.
Epidemiology of hypospadias in The National Birth Defects
Europe: a registry-based study. Prevention Study. Paediatr
World J Urol. 2015;33(12):2159- Perinat Epidemiol 2005; 19: 406–
2167. 12.
9. Limatahu N, Oley MH, Monoarfa 17. Klip H, Verloop J, van Gool JD,
A. Angka Kejadian Hipospadia Di Koster ME, Burger CW, van
RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Leeven FE, et al. Hypospadias in
Manado Periode Januari 2009- sons of women exposed to
Oktober 2012. ECL. 2013: 1(2);1- diethylstilbestrol in utero: a cohort
6 study. Lancet 2002; 359: 1102–7.

332 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

18. Pons JC, Papiernik E, Billon A, paracentric inversion of


Hessabi M, Duyme M. chromosome 14. Eur J Pediatr
Hypospadias in sons of women 1986; 144: 503–4.
exposed to diethylstilbestrol in 25. Mouriquand PD, Persad R,
utero. Prenat Diagn 2005; 25: Sharma S. Hypospadias repair:
418–9. current principles and
19. Joffe M. Are problems with male procedures. In: Br J Urol 76.
reproductive health caused by 1995. 76(3); 9–22.
endocrine disruption? Occup 26. Orkiszewski M. A standardized
Environ Med 2001; 58: 281–7. classification of hypospadias.
20. Baskin LS, Himes K, Collborn T. Journal of Pediatric Urology.
Hypospadias and endocrine 2012;8(4):410-414.
disruption: is there a connection? 27. Purnomo BB, Daryanto B,
Environ Health Perspect 2001; Seputra KP. Pedoman Diagnosis
109: 1175–83. & Terapi SMF Urologi
21. Arpino C, Brescianini S, Robert E, Laboratorium Ilmu Bedah. RSU
Castilla EE, Cocchi G, Cornel MC, Dr. Saiful Anwar/ Fakultas
et al. Teratogenic effects of Kedokteran Universitas
antiepileptic drugs: use of an Brawijaya Malang. 2010; 36.
international database on www.urologimalang.com/?wpfb_
malformations and drug exposure dl=18
(MADRE). Epilepsia 2000; 41: 28. Purnomo BB, Dasar-dasar
1436–43. Urologi, Sagung Seto, 2008, hal
22. Fredell L, Kockum I, Hansson E, 152-153.
Holmner S, Lundquist L, 29. Soomro NA, Neal DE. Treatment
Lackgren G, et al. Heredity of of hypospadias: an update of
hypospadias and the significance current practice. Hosp Med 1998;
of low birth weight. J Urol 2002; 59: 553–6.
167: 1423–7. 30. Center for Disease Control and
23. Ericson A, Kallen B. Congenital Prevention. Congenital
malformations in infants born Malformation of Genital Organ.
after IVF: a population-based 2015.(Internet).<https://www.cd
study. Hum Reprod 2001; 16: c.gov/ncbddd/birthdefects/surv
504–9. eillancemanual/photo-
24. Leung AK, Hoo JJ. A case of atlas/gen.html?> accessed March
perineal hypospadias with 9, 2017.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 333

You might also like