You are on page 1of 7

MAKALAH

ALAT UKUR THOMPSON DAN CIPOLETTI

Disusun Oleh :

PRIETA F. MULYONO (16313916)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014
1. DEBIT DAN KECEPATAN
1.1 Debit Air
Debit adalah suatu koefisien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu
sumber persatu-satuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter / detik. Debit aliran adalah
laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai
per satuan waktu (Asdak,2002). Satuan debit adalah meter kubir per detik (m3/s), digunakan
dalam pengawasan kapasitas atau daya tampung air di sungai atau bendungan agar dapat
dikendalikan. Pengukuran debit dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Pengukuran debit dengan bending.
b. Pengukuran debit berdasarkan kerapatan larutan obat.
c. Pengukuran kecepatan aliran dan luas penampang melintang, dalam hal ini untuk
mengukur kecepatan arus digunakan pelampung atau pengukur arus dengan kincir.
d. Pengukuran dengan menggunakan alat-alat tertentu seperti pengukur arus magnetis,
pengukur arus gelombang supersonis.

1.2 Pengukuran Debit


Secara umum pengukuran debit dipermukaan bebas dilakukan untuk mengetahui berapa
debit aktual yang ada untuk pemanfaatan atau pengendalian aliran suatu badan air.
Pengukuran debit umumnya dilakukan pada waktu-waktu tertentu dan sering kali berkaitan
dengan usaha untuk mendapatkan rating curve. Semakin banyak pengukuran dilakukan akan
semakin teliti analisa data. Untuk menentukan jumlah pengukuran yang dilakukan tergantung
kepada:
a. Tujuan pengukuran.
b. Kepekaan aliran permukaaan bebas.
c. Ketelitian yang ingin dicapai.
Terdapat dua metode pengukuran debit aliran permukaan bebas, yaitu:
a. Pengukuran tidak langsung
1) Pelampung
2) Pengukuran dengan Current Meter
3) Menggunakan Persamaan Manning
b. Pengukuran langsung
1) Alat Ukur Pintu Romjin
2) Sekat Ukur Thompson
3) Alat Ukur Parshall Flume
4) Alat Ukur Cipoletti

2. SEKAT UKUR THOMPSON (V-NOTCH)


Sekat ukur ini berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90º, disebut sesuai dengan
nama orang yang menggunakan pertama kali yaitu orang Inggris bernama Y. Thompson.
Sekat ukur ini digunakan untuk mengukur debit yang relatif kecil dan sering dipakai untuk
mengukur air saluran tersier dan kwarter atau di kebun tebu. Alat ini dapat dibuat dalam
bentuk yang dapat dipindah-pindahkan (portable). Sekat ukur ini menggunakan rumus
sebagai berikut:
Q = 0,0186 h5/2
Keterangan:
Q = debit air (liter/detik)
h = tinggi muka air (sentimeter)
Alat ukur debit air pada saluran terbuka tersebut memiliki konsep yang sederhana, yaitu
hubungan antara kedalaman air dan lajunya dipengaruhi oleh bentuk dan dimensi alatnya.
Perhitungan debitnya menggunakan persamaan yang menggunakan tinggi air atau head.
Adapun pertimbangan yang biasa digunakan dalam pemilihan alat ukur tersebut antara lain
biaya pembuatan dan pemasangannya, biaya perawatan, dimensi kanal, debit, dan
karakteristik airnya (kejernihan, berlumpur, sampah). Biasanya pemilihan alat ukur ini
didasarkan pada besar-kecilnya debit air yang akan diukur.

2.1 Pengukuran Dengan Thompson (V-Notch)


Alat yang diperlukan:
a. Sekat V-notch, dibuat dari pelat logam (baja, aluminium, dan lain-lain) atau dari kayu
lapis.
b. Penggaris, tongkat ukur atau pita ukur.
Cara Pengukuran:
a. Tempatkan sekat pada aliran yang akan diukur, pada posisi yang baik sehingga sekat
betul-betul mendatar atau ”h” pada kedua sisinya adalah sama.
b. Ukur h dengan penggaris, tongkat ukur dan pita ukur.

Keadaan untuk pengukuran :


a. Aliran di hulu dan di hilir sekat harus tenang.
b. Aliran hanya melalui sekat, tidak ada kebocoran pada bagian atas atau samping sekat.
c. Aliran harus mengalir bebas dari sekat, tidak menempel pada sekat.

Gambar sekat thompson (V-Notch)

2.2 Persamaan Pintu Ukur V-notch


Persamaan V-notch telah distandarkan oleh ISO (1980), ASTM (1993), and USBR
(1997) semuanya memberikan hasil menggunakan Kindsvater-Shen equation:
a. h harus diukur pada minimal 2h dibagian hulu pintu ukur.
b. Tebal ambang ukur antara 0,8 sd 2 mm.
c. Permukaan air dibagian hilir harus min 6 cm dibawah ”ambang ukur bagian bawah”.
d. h harus > 6 cm untuk menghindari kesalahan ukur.
e. Persamaan dikembangkan untuk h antara 38 cm dan h/P < 2,4.
f. Persamaan dikembangkan untuk V-notch yang sempurna, dalam arti h/B harus ≤ 0.2.
g. Lebar saluran rata-rata (B) harus >91 cm.
h. Bagian bawah V-notch harus min. 45 cm diatas bagian dasar saluran bagian hulu.
Apabila alat ukur tidak memenuhi ketentuan diatas, maka alat ukur disebut alat ukur “V-
notch yang tidak sempurna”. Dimana:
a. h/B yang dibutuhkan ≤ 0,4.
b. Dasar ambang ukur bagian bawah cukup 10 cm diatas dasar saluransebelah hulu.
c. Lebar saluran cukup dengan 10 cm, dan h bisa sampai 61 cm (V-notch sempurna
mempunyai h 38 cm).
d. Grafik C yang digunakan berbeda, grafik memberikan hubungan antaraC sebagai fungsi
dari h/P dan P/B dan hanya berlaku untuk V-Notch dengan sudut 900.
e. Pada Standar USBR, 1997 dapat dilihat bahwa Nilai C bergerak dari 0,576sd 0,6;
sedangkan pada V-Notch sempurna dengan sudut 900, nilai C adalah 0,578.

3. ALAT UKUR CIPOLETTI


Alat Ukur Debit Cippolleti adalah suatu alat ukur debit berdasarkan peluapan sempurna
dengan ambang tipis, digunakan untuk mengukur debit saluran yang tidak begitu besar, dan
biasa dipakai pada saluran terti-air (saluran yang langsung ke sawah), sesuai dipakai di
pegunungan dimana tanah mempunyai kemiringan yang cukup besar (Yuwono, 1988).
Alat ukur ini berbentuk trapesium dengan perbandingan sisi 1:4 disebut sesuai dengan
nama orang yang pertama kali menggunakannya, seorang insinyur Itali yang bernama
Cipoletti, dapat digunakan untuk mengukur debit air yang relatif besar. Pengukuran debit air
dengan menggunakan sekat ukur Cipoletti ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Q = 0,0186 b.h3/2

Dimana:
Q = debit air (liter/detik)
b = lebar ambang (sentimeter)
h = tinggi muka air (sentimeter)
Prinsip kerja bangunan ukur Cipoletti di saluran terbuka adalah menciptakan aliran kritis.
Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga ada hubungan tunggal antara
head dengan debit. Dengan kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya
hubungan H dengan Q dapat dinyatakan dengan:
Q=k.H.n
Keterangan:
Q = debit air
h = head
k dan n = konstanta

3.1 Pengukuran Dengan Cipoletti


Alat yang Diperlukan:
a. Sekat Trapesoidal dimana sisi-sisi dalam sekat itu meruncing, dibuat dari pelat logam,
(baja, alumunium dan lain-lain dari kayu lapis. Sekat ini tetap dipasang pada lokasi
pengukuran atau hanya sementara waktu.
b. Penggaris, tongkat ukur atau pita ukur.

Cara Pengukuran:
a. Tempatkan sekat pada aliran (sungai kecil, pelimpahan mata air, dinding pelimpah dan
sebagainya) yang akan diukur, pada posisi yang baik sehingga sekat betul-betul mendatar
atau “h” pada kedua sisinya adalah sama.
b. Ukur “h” dengan penggaris, tongkat uku atau pita ukur.

Keadaan untuk pengukuran:


a. Aliran di hulu dan di hilir sekitar harus tenang.
b. Aliran hanya melalui sekat, tidak ada kebocoran pada bagian atas atau samping sekat.
c. Air harus mengalir bebas dari sekat, tidak menempel pada sekat.

Gambar Sekat Cipoletti


Beberapa pertimbangan dalam pengukuran debit dengan cipoletti:
a. Head (beda elevasi pada ambang dengan muka air di hulu) tidak lebih kecil dari 6 cm
dan tidak lebih besar dari 60 cm untuk debit aliran yang dirancang.
b. Untuk weir berbentuk segi-empat dan trapesium, “head” tidak melebihi 1/3 dari panjang
weir atau lebar ambang (H max ≤ 1/3 L).
c. Lebar ambang weir harus dipilih sedemikian rupa sehingga head untuk debit
rencana mendekati “head maximum” dengan memperhatikan persyaratan (a) dan (b).
d. Elevasi ambang (crest) harus dipasang cukup tinggi sehingga air melimpah
melaluinya dan jatuh bebas (free flow), dengan ruang udara di bawah dan di sekitar
terjunan air (“nappe”).

Alat ukur tipe Cipoletti dan Thompson ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Konstuksi sederhana sehingga dapat dibuat dari bahan-bahan lokal seperti kayu, plat besi
dan sebagainya.
b. Dapat digunakan untuk mengukur debit air pada saluran yang berukuran kecil, misalnya
saluran sekunder dan tersier.
c. Bila diperlukan dibuat dalam bentuk yang dipindah-pindahkan. Sangat cocok untuk areal
perkebunan tebu yang sering pindah-pindah lokasi atau untuk keperluan penelitian
efisiensi irigasi dan kebutuhan air tanaman.
d. Agar dapat berfungsi dengan baik, diperlukan kemiringan aliran air yang cukup dan tidak
cocok dipakai di areal irigasi yang datar.
e. Di muka ambang, mudah terjadi pengendapan lumpur yang dapat mempengaruhi hasil
pengukuran debit dan perlu pemeliharaan yang teratur.

You might also like