You are on page 1of 5

Journal of Research and Technologies, Vol. 2 No.

1 Juni 2016
P-ISSN No. 2460 – 5972
E-ISSN No. 2477 – 6165

PRODUKSI BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH


MENGGUNAKAN KATALIS KALSIUM OKSIDA

Yulia Tri Rahkadima1*dan Putri Abdi 2


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas NU Sidoarjo1*
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas WR. Supratman Surabaya2
*E-mail: yuliarahkadima@gmail.com

Abstract

The transesterification reaction has performed to convert waste cooking oils into biodiesel with
assistant of heterogen catalyst of calcium oxide using reactor in a laboratory . The reaction was
performed in two stages that is the esterification followed transesterification reaction. The aim
of research is to study the effect of temperature and time reaction on viscosity and biodiesel
yield. The results showed that obtained biodiesel had viscosity value in accordance with SNI
04-7182-2006 about diesel-fuel viscosity. At lower temperature (40, 45, and 50C), the longer
reaction time could lead to the increasing of biodiesel yield. Meanwhile, at higher temperature
reaction (55C and 60C) the longer reaction time could reduce biodiesel yield. The highest
biodiesel yield was obtained at following reaction condition: temperature reaction 50 C, 6 hours
reaction time, ratio oil:MeOH = 1:48 molar ratio, % wt CaO = 8% to weight of waste cooking
oil.

Keywords: Biodiesel, Calcium oxide, Transesterification, Waste cooking oil.

Abstrak

Reaksi transesterifikasi telah dilakukan untuk mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel
dengan bantuan katalis heterogen, kalsium oksida, dengan menggunakan reaktor pada skala
laboratorium. Reaksi dilakukan dalam dua tahapan, yaitu reaksi esterifikasi dan dilanjutkan
dengan reaksi transesterifikasi .Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh suhu
reaksi dan waktu reaksi terhadap nilai viskositas dan yield biodiesel. Hasil penelitian
menunjukan bahwa hasil biodiesel yang diperoleh memiliki nilai viskositas yang sesuai dengan
SNI 04-7182-2006 tentang viskositas minyak diesel. Pada suhu yang rendah (40, 45, dan 50C),
semakin lama waktu reaksi maka akan meningkatkan yield biodiesel. Sementara itu, reaksi pada
suhu lebih tinggi (55C dan 60C), semakin lama waktu reaksi maka akan menurunkan yield
biodiesel. Yield biodiesel terbaik sebesar 81.83 % diperoleh dengan kondisi operasi sebagai
berikut suhu 50C selama 6 jam reaksi, ratio minyak:MeOH = 1:48 molar ratio, % wt CaO =
8% terhadap berat minyak jelantah.

Kata kunci: Biodiesel, Kalsium oksida, Transesterifikasi, Minyak jelantah.

1. PENDAHULUAN Biodiesel, energi terbarukan ramah


Meningkatnya konsumsi energi dari lingkungan, merupakan salah satu energi yang
bahan bakar fosil, masalah pemanasan global marak dikembangkan karena menjanjikan
dan polusi serta kepedulian terhadap untuk menjadi pengganti bahan bakar fosil.
cadangan energi di masa yang akan datang Biodiesel yang diproduksi dengan reaksi
mendorong berbagai upaya untuk transesterifikasi menggunakan katalis
menciptakan energi terbarukan pengganti homogen dari berbagai macam bahan baku
bahan bakar fosil (Semwal dkk, 2011). (minyak tumbuhan dan lemak hewan) telah

44
Journal of Research and Technologies, Vol. 2 No. 1 Juni 2016
P-ISSN No. 2460 – 5972
E-ISSN No. 2477 – 6165
marak dikembangkan dalam satu dekade jelantah dapat dikembangkan sebagai bahan
terakhir. baku produksi biodiesel dikarenakan minyak
Pada proses produksi biodiesel, larutan jelantah merupakan sumber trigliserida yang
methanol dan minyak direaksikan dengan jumlahnya sangat banyak dan belum
bantuan alkali hidroksida sebagai katalis dimanfaatkan secara optimal. Selain itu,
untuk mempercepat laju reaksi. penggunaan minyak jelantah sangat
Transesterifikasi dengan menggunakan katalis menjanjikan mengingat bahwa harga minyak
homogen natrium hidroksida dengan bahan jelantah 2-3 kali lebih murah dibandingkan
baku minyak tumbuhan dapat diselesaikan minyak tumbuhan. Sebagai konsekuensi,
dalam waktu yang singkat yaitu 1 jam reaksi diharapkan penggunaan minyak jelantah
(Freedman dkk, 1984). Meskipun sebagai bahan baku pembuatan biodiesel
membutuhkan waktu yang tidak lama, namun dapat menurunkan biaya produksi secara
penggunaan katalis homogen pada proses ini signifikan.
menimbulkan beberapa masalah. Air yang Penelitian ini bertujuan untuk
sangat banyak dibutuhkan untuk proses memproduksi biodiesel dengan menggunakan
pencucian produk untuk menghilangkan bahan baku minyak jelantah dengan bantuan
katalis dalam biodiesel yang dihasilkan. katalis kalsium oksida. Pengaruh beberapa
Penggunaan katalis homogen seperti natrium kondisi operasi seperti suhu dan waktu reaksi
hidroksida juga memicu pembentukan sabun pada proses produksi biodiesel terhadap yield
yang dapat mengurangi produk biodiesel yang biodiesel yang diperoleh dipelajari secara
dihasilkan (Kouzu dkk, 2008). sistematis.
Untuk mengatasi masalah pada
penggunaan katalis homogen, berbagai 2. METODE PENELITIAN
metode baru dikembangkan oleh para peneliti, 2.1. Bahan
salah satunya penggunaan katalis heterogen Minyak jelantah diperoleh dari industri
pada proses pembuatan biodiesel. Produksi makanan skala rumah tangga di daerah
biodiesel menggunakan katalis heterogen Surabaya dan disaring untuk memisahkan
sangat potensial untuk proses produksi yang kotoran yang ada. Semua bahan yang
ekonomis dikarenakan katalis heterogen digunakan dalam penelitian ini baik kalsium
memiliki sifat dapat digunakan kembali oksida ataupun methanol diperoleh dari PT
(reuseable) (Suppes dkk, 2004). Selain itu, Brataco di Surabaya. Ukuran kalsium oksida
katalis heterogen juga memiliki kelebihan (CaO) sebagai katalis diseragamkan 100 mesh
dimana dengan menggunakan katalis dan dikalsinasi selama 2 jam di dalam furnace
heterogen, reaksi transesterifikasi maupun untuk bisa digunakan sebagai katalis.
esterifikasi dapat dilakukan secara simultan
(Furuta dkk, 2004). Katalis padat yang paling 2.2. Produksi Biodiesel dari Minyak
digunakan dalam reaksi transesterifikasi Jelantah Menggunakan Katalis
adalah CaO, hal ini dikarenakan CaO mudah Kalsium Oksida
didapat dan murah. Selain itu CaO yang Produksi biodiesel dilakukan dengan
bersifat tidak larut selama reaksi menjadikan menggunakan dua tahapan, yaitu reaksi
proses purifikasi menjadi lebih mudah. esterifikasi dilanjutkan dengan reaksi
Selain pemilihan proses produksi, transesterifikasi. Reaksi esterifikasi dilakukan
tantangan lain dalam produksi biodiesel untuk menurunkan kadar FFA (Free Fatty
adalah pemilihan bahan baku yang digunakan. Acid atau asam lemak bebas) yang ada dalam
Biaya yang sangat tinggi diperlukan saat bahan baku.
menggunakan minyak tumbuhan sebagai
bahan baku biodiesel. Hal ini menyebabkan  Reaksi Esterifikasi
biaya produksi biodiesel meningkat menjadi Reaksi esterifikasi dilakukan dalam labu
1.5 kali lebih tinggi dibanding biaya produksi leher dua 100 ml dihubungkan dengan
solar. Dengan menggunakan minyak kondensor refluk dan dilengkapi dengan
tumbuhan sebagai bahan baku biodiesel, termometer. Minyak jelantah dipanaskan
biaya bahan baku mencapai 75 % dari total sampai suhu 60C dan kemudian ditambahkan
biaya produksi (Phan, A.N. dan Phan, T.M. , methanol dengan ratio molar 1:6. H2SO4 p.a
2008). Minyak bekas pakai atau minyak sebanyak 2,5 % massa minyak dimasukkan di

45
Journal of Research and Technologies, Vol. 2 No. 1 Juni 2016
P-ISSN No. 2460 – 5972
E-ISSN No. 2477 – 6165
dalam campuran dan diaduk dengan Analisa GC menggunakan tipe HP 6890
menggunakan magnetic stirrer selama 1 jam. (Hewlett-Packard Inc., Avondale,
Setelah waktu reaksi tercapai, campuran Pennsylvania, USA) gas chromatography
dituangkan di dalam corong pemisah untuk dilengkapi dengan detektor flame ionization.
memisahkan antara lapisan atas (methanol- Kolom yang digunakan adalah HP-1
air-H2SO4) dengan lapisan bawah yaitu crosslinked methyl siloxane column (60m x
lapisan minyak (pretreated oil). Analisis FFA 0.25mm i.d x 1 μm film thickness, Hewlett-
dilakukan untuk memastikan bahwa Packard Inc., Avondale, pennsylvania, US
kandungan FFA di dalam lapisan minyak < 2 159 A). Kondisi operasi sebagai berikut: suhu
%. Proses esterifikasi harus diulang saat detector dan injector diatur pada 250C, suhu
kandungan FFA masih diatas 2%. kolom dijaga pada 200C selama 2 min, dan
kemudian meningkat menjadi 300C
 Reaksi Transesterifikasi 
(15 C/min) dan dijaga selama 10 min. Helium
Reaksi transesterifikasi dilakukan dalam digunakan sebagai gas pembawa dengan
labu leher dua 100 ml dihubungkan dengan kecepatan linier 40 cm/s pada 200C.
kondensor refluk dan dilengkapi dengan
termometer. Campuran methanol dengan  Penentuan Viskositas Produk
perbandingan 1:48 molar ratio terhadap Analisa viskositas dilakukan dengan
minyak jelantah dan katalis CaO sebanyak menggunakan alat viscometer di PT
8% berat dari berat minyak jelantah Pertamina, Perak, Surabaya. Analisa
dimasukkan ke dalam labu leher dua disertai dilakukan pada suhu 40C.
pengadukan dengan menggunakan magnetic
stirrer selama 10 menit. Setelah itu, minyak 3. HASIL DAN DISKUSI
jelantah sebanyak 25 ml ditambahkan dan Kandungan asam lemak bebas (FFA)
dipanaskan pada suhu dan waktu reaksi yang yang tinggi di dalam bahan baku akan
telah ditentukan. Setelah waktu reaksi menjadi masalah serius dalam produksi
tercapai, katalis kalsium oksida disaring biodiesel menggunakan katalis CaO karena
menggunakan kertas saring 0,7 µm kemudian dengan kehadiran asam lemak bebas (FFA)
hasilnya dituangkan di dalam corong pemisah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan
untuk memisahkan antara lapisan atas katalis, dimana katalis dapat berubah menjadi
(biodiesel) dengan lapisan bawah (gliserol). inert compound saat bereaksi dengan FFA
(Kouzu dkk, 2007). Hasil analisis awal
2.3. Analisis kandungan asam lemak bebas dalam baku
 Penentuan Kandungan Asam Lemak menunjukkan bahwa kandungan asam lemak
Bebas bebas cukup tinggi yaitu 6,35%. Proses
Kandungan asam lemak bebas ditentukan esterifikasi diperlukan untuk mengurangi
dengan metode the American Oil Chemists’ kadar asam lemak bebas yang tinggi di dalam
Society (AOCS) menggunakan phenolphtalein bahan baku mengingat asam lemak bebas
sebagai indikator (AOCS, 1997). Sampel dapat menggangu reaksi transesterifikasi
dilarutkan di dalam ethanol pada suhu 60C menggunakan katalis CaO. Proses esterifikasi
dan setelah itu sampel dinetralkan dengan dapat mengubah asam lemak bebas menjadi
menggunakan natrium hidroksida. Massa metil ester asam lemak (biodiesel) dengan
sampel, volume natrium hidroksida untuk bantuan katalis asam. Hasil esterifikasi
selanjutnya digunakan untuk menghitung menunjukkan jumlah FFA yang ada dalam
kandungan asam lemak bebas. minyak jelantah hasil esterifikasi kurang dari
1%. Nilai tersebut sudah dibawah nilai
 Penentuan Kandungan Biodiesel maksimal FFA untuk reaksi transesterifikasi.
Sampel dilarutkan dalam n-hexane dan Dalam pembuatan biodiesel, reaksi
0,5 μl sampel diijeksikan ke GC (Gas transesterifikasi merupakan salah satu cara
Chromatroghaphy). Kurva standar kalibrasi untuk mengurangi berat molekul trigliserida
eksternal diperoleh dengan menggunakan 0,2- serta mengurangi viskositas. Viskositas
20 mg larutan standar. Linoleic methyl ester merupakan salah satu parameter penting
dipilih untuk menentukan faktor kalibrasi dalam kelayakan penggunaan biodiesel dalam
FAMEs dan digunakan untuk semua FAMEs. mesin diesel.

46
Journal of Research and Technologies, Vol. 2 No. 1 Juni 2016
P-ISSN No. 2460 – 5972
E-ISSN No. 2477 – 6165

Gambar 2. Pengaruh Waktu dan Suhu Reaksi


Gambar 1. Pengaruh Waktu dan Suhu Reaksi Terhadap Yield Produk yang Diperoleh
Terhadap Viskositas Produk yang Diperoleh
Namun yield produk memiliki
Viskositas minyak jelantah sebagai kecenderungan menurun dengan kenaikan
bahan baku sekitar 36-50 cSt sedangkan waktu reaksi saat reaksi berjalan pada suhu
viskositas minyak diesel menurut SNI 04- yang lebih tinggi yaitu suhu 55C dan 60C.
7182-2006 adalah 2,3–6,0 cSt. Pengaruh Laju konversi meningkat seiring dengan
waktu reaksi terhadap viskositas produk yang lamanya waktu reaksi. Semakin lama waktu
diperoleh dapat dilihat pada Gambar 1. Pada reaksi, maka konversi trigliserida menjadi
suhu reaksi lebih rendah, yaitu suhu 40, 45, biodiesel akan semakin besar. Penurunan
dan 50C, kenaikan waktu reaksi yield produk dengan meningkatnya waktu
menyebabkan penurunan nilai viskositas reaksi pada suhu reaksi yang lebih tinggi
produk. Viskositas produk menurun dari 5.17 (55C dan 60C) kemungkinan disebabkan
cSt ke 4,12 cSt, 4.82 cSt ke 4.54 cSt dan dari oleh sifat kalsium oksida yang dapat
4.75 cSt ke 4.43 cSt pada suhu reaksi 40, 45, mengabsorpsi produk saat jumlah produk
dan 50C secara berurutan. Sementara itu , dalam keadaaan berlebih (Taufiq-Yap, 2011).
untuk suhu lebih tinggi yaitu suhu 55C dan Pada waktu reaksi 3 jam, kenaikan suhu
60C, kenaikan waktu reaksi menyebabkan reaksi menyebabkan kenaikan yield biodiesel
meningkatnya nilai viskositas produk. yang diperoleh. Namun dengan perpanjangan
Di sisi lain, viskositas produk memiliki waktu reaksi, reaksi pada suhu tinggi (60C)
kecenderungan untuk menurun ketika suhu menyebabkan penurunan yield biodiesel
reaksi dinaikan dari 40C ke 50C pada secara signifikan. Yield biodiesel menurun
berbagai waktu reaksi. Katalis CaO memiliki dari 81,7% menjadi 59,9% saat waktu reaksi
kemampuan konversi yang tinggi dalam diperpanjang dari 3 jam menjadi 6 jam pada
waktu yang cepat, namun saat waktu reaksi suhu 60C. Secara umum, suhu reaksi
diperpanjang akan terbentuk emulsi putih di memberikan efek positif terhadap
dalam produk. Emulsi ini yang dapat peningkatan laju reaksi. Peningkatan suhu
meningkatkan viscositas produk (Taufik- akan meningkatkan intensitas tumbukan antar
Yap, 2011). CaO merupakan katalis molekul reaktan sehingga memungkinkan
hererogen yang memiliki karakteristik untuk semakin besarnya konversi reaksi
cenderung membentuk endapan (Gryglewicz, transesterifikasi terjadi (Ma dan Hanna,
S., 1999). Nilai viskositas produk yang 1999). Yield biodiesel terbaik sebesar 81,83%
diperoleh masih dalam range standar nasional diperoleh dengan kondisi operasi sebagai
Indonesia untuk viskositas minyak diesel. berikut suhu 50 C selama 6 jam reaksi, ratio
Pengaruh waktu reaksi terhadap yield minyak:MeOH = 1:48 molar ratio, % wt CaO
produk yang diperoleh dalam berbagai suhu = 8% terhadap berat minyak jelantah.
ditampilkan pada Gambar 2. Suhu reaksi
lebih rendah, yaitu suhu 40, 45, dan 50C, 4. KESIMPULAN
kenaikan waktu reaksi menyebabkan Produksi biodiesel dari minyak jelantah
peningkatan yield produk. Yield produk naik dengan bantuan katalis CaO telah berhasil
dari 62,07 % ke 77,77%, 70,95% ke 80,10 % dilakukan. Hasil penelitian menunjukan
dan dari 77.02% ke 81.83% pada suhu reaksi bahwa hasil biodiesel yang diperoleh
40, 45, dan 50C secara berurutan. memiliki nilai viskositas yang sesuai dengan

47
Journal of Research and Technologies, Vol. 2 No. 1 Juni 2016
P-ISSN No. 2460 – 5972
E-ISSN No. 2477 – 6165
SNI 04-7182-2006 tentang viskositas minyak Transesterification of soybean oil with
diesel. Pada suhu yang rendah (40, 45, dan zeolite and metal catalysts. Appl. Catal.
50C), semakin lama waktu reaksi, maka A: Gen. 257, 213–223.
akan meningkatkan yield biodiesel. Furuta, S., Matsuhashi, H., Arata, K. (2004).
Sementara itu, reaksi pada suhu lebih tinggi Biodiesel fuel production with
(55C dan 60C), semakin lama waktu reaksi, solidsuperacid catalysis in fixed bed
maka akan menurunkan yield biodiesel. Yield reactor under atmospheric pressure.
biodiesel terbaik sebesar 81,83 % diperoleh catal. Commun. 5, 721–723.
dengan kondisi operasi sebagai berikut suhu Phan, A. N. dan Phan, T. M. (2008).
50oC selama 6 jam reaksi, ratio Biodiesel production from waste
minyak:MeOH = 1:48 molar ratio, % wt CaO cooking oils. Fuel. 87 (2008) 3490–
= 8 % terhadap berat minyak jelantah. 3496.
Kouzu, M., Yamanaka, S., Kasuno, T.,
DAFTAR PUSTAKA Tajika. M., Aihara, Y., Sugimoto, Y.,
Semwal, S., Arora, A. K., Badoni, R. P., Tuli, Hidaka, J. (2007). Development of
D. K. (2011). Biodiesel production biodiesel production technology from
using heterogenous catalysts. waste cooking oil with calcium oxide as
Bioresource Technology 102. 21561- solid base catalyst. J Jpn Petrol Inst;
2161 50:79–86.
Freedman, B. Pryde, E. H., dan Mounts, T. L. Taufiq-Yap, Y.H., Lee , H.V., Hussein , M.Z.,
(1984). Variables affecting the yield of Yunus, R. (2011). Calcium-based
fatty esters from transesterified mixed oxide catalysts for methanolysis
vegetable oils. J. Am. Oil Chem. Soc., of jatropha curcas oil to biodiesel.
61, 1638-1643. Biomass and Bioenergy 35.827-834.
Kouzu, M., Kasuno, T., Tajika, M., Sugimoto, Gryglewicz S. (1999). Rapeseed oil methyl
Y.,Yamanaka, S., Hidaka, J. (2008). esters preparationusing heterogeneous
Calcium oxide as a solid base catalyst catalysts. Bioresour Technol, 70:249-
for transesterification of soybean oil 53.
and its application to biodiesel Ma F, Hanna MA. (1999). Biodiesel
production. Fuel 87 (2008) 2798-2806. production: A review. Bioresour
Suppes, G. J., Dasari, M. A., Doskocil, E. J., Technol; 70:1–15.
Mankidy, P. J., Goff, M. J., (2004).

48

You might also like