Komunikasi pembangunan telah berkembang dari konsep top-down menjadi bottom-up dan partisipatif yang melibatkan masyarakat. Pendekatan partisipatif saat ini lebih difokuskan pada pemberdayaan masyarakat melalui identifikasi masalah dan solusi secara kolektif dalam rangka mencapai tujuan pembangunan.
Komunikasi pembangunan telah berkembang dari konsep top-down menjadi bottom-up dan partisipatif yang melibatkan masyarakat. Pendekatan partisipatif saat ini lebih difokuskan pada pemberdayaan masyarakat melalui identifikasi masalah dan solusi secara kolektif dalam rangka mencapai tujuan pembangunan.
Komunikasi pembangunan telah berkembang dari konsep top-down menjadi bottom-up dan partisipatif yang melibatkan masyarakat. Pendekatan partisipatif saat ini lebih difokuskan pada pemberdayaan masyarakat melalui identifikasi masalah dan solusi secara kolektif dalam rangka mencapai tujuan pembangunan.
Pada 1958 hingga 1986, komunikasi pembangunan disambut dengan
antusiasme dan optimisme, tetapi tahun-tahun berikutnya, optimisme mengenai topik komunikasi pembangunan pun menurun dan riset di bidang akademis mengenai komunikasi pembangunan menyusut (Sarvaes 2008). Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh kekecewaan para akademisi mengenai konsep top-down yang awalnya dipersepsikan harus diadopsi. Konsep top-down yang dikemukakan oleh Rogers sebagai dasar teoritis yang populer untuk inisiatif pembangunan yang dikenal dengan difusi inovasi (Inagaki 2007). Kritik juga muncul dari sisi paradigma modernisasi yang banyak disetujui baik dari akademisi maupun praktisi. “Komunikasi pembangunan juga dianggap kehilangan tenaganya sebagaimana orang-orang yang kecewa terhadap kebijakan pemerintah,” ujar Kiran Prasad dari Universitas Sri Padmavati Mahila di India (Khan 2013). Lebih lanjut, Khan (2013) mengatakan banyak akademisi mengobservasi bahwa sebagian besar pemerintahan Asia pada kurun waktu 1980 hingga 2000 meliberalisasi sektor industri telekomunikasi dan media mereka sehingga lebih beroerientasi pada sisi komersial yang bertolak belakang dengan orientasi pembangunan. Munculnya alternatif-alternatif terhadap paradigma lama tentang pembangunan menyiratkan bahwa peranan komunikasi dalam pembangunan harus berubah (Rogers 1976). Konsep komunikasi pembangunan telah berkembang dari awalnya proses linier yang top-down yang tidak mempertimbangkan sikap dan perilaku individu menjadi proses bottom-up dan partisipatif, mencari konsensus dan kepemilikan di tingkat akar rumput (Grossroots). Komunikasi harus mampu memimpin khalayaknya yang miskin dan dalam kondisi tidak beruntung untuk memahami alasan dari masalah mereka sendiri dan mengidentifikasi solusi untuk diterima menggunakan usaha kolektif. Bentuk pasif dan linier komunikasi sudah basi dan tidak efektif lagi (Call 2011 dalam Carciotto dan Dinbabo 2013). Kritik paradigma modernisasi sejak tahun 1970an telah mengajukan berbagai model pengembangan baru yang secara kolektif disebut "pendekatan partisipatif" yang diprakarsai oleh Freira melalui pedagogi pembebasan (Inagaki 2007). Hingga saat ini, pendekatan partisipatif banyak digunakan negara-negara berkembang dalam konsep pembangunan. Komunikasi pembangunan adalah segala upaya, cara dan teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan kepada masyarakat yang menjadi sasaran, agar dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan (Dilla 2007, Harun dan Ardianto 2011). Lebih lanjut, Dilla (2007) dalam konsep tersebut, komunikasi pembangunan dilihat sebagai usaha mengkomunikasikan pembangunan kepada masyarakat, agar ikut serta dalam memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, komunikasi pembangunan berperan penting dalam proses pembangunan. Sarvaes (2008) komunikasi pembangunan adalah berbagi pengetahuan yang bertujuan mencapai konsensus untuk tindakan yang memperhitungkan kepentingan, kebutuhan dan kapasitas semua pihak. Malkins (1996) mengemukakan bahwa komunikasi pembangunan melibatkan penggunaan komunikasi yang strategis dalam perancangan dan implementasi dalam pembangunan untuk mengurangi masalah sosial dalam masyarakat yang sedang berkembang. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilakukan untuk perubahan sosial yang terencana, melibatkan pemerintah dan berbagai pihak (pemangku kepentingan) dalam implementasi program-program pembangunan yang ditujukan kepada masyarakat. Secara konseptual, komunikasi pembangunan bersumber dari teori komunikasi dan teori pembangunan yang saling menopang. Teori komunikasi digunakan untuk menjembatani arus informasi (ide, gagasan) baru, dari pemerintah kepada masyarakat atau sebaliknya. Melalui proses komunikasi, pesan-pesan pembangunan dapat diteruskan dan diterima khalayak untuk tujuan perubahan. Teori pembangunan digunakan sebagai karakteristik bentuk perubahan yang diinginkan secara terarah, dan progresif, dari satu kondisi ke kondisi yang lain, atau dari satu keadaan menuju keadaan yang lain (Dilla 2007). Komunikasi pembangunan memiliki peran dalam pengarahan dan penyebaran ide-ide, gagasan inovasi dari tingkat akar rumput (grossroots). Servaes (2008) perubahan komunikasi pembangunan terjadi pada arah komunikasi pembangunan linier menjadi komunikasi dua arah (dialog), komunikasi tidak terpusat pada komunikator, tetapi memberikan perhatian kepada penerima pesan, serta menekankan pada pemahaman makna daripada penyebaran informasi. Tufte dan Mefalopluos (2009) menjabarkan konsep kerangka heuristik pendekatan komunikasi pembangunan.
Tabel 1. Konsep Pendekatan Komunikasi Pembangunan
Komunikasi Model Difusi Inovasi Model Partisipatif (Dua- Pembangunan (Satu-arah/komunikasi arah/Komunikasi Dialogis monolog) Definisi Kekurangan informasi Kerjasama dengan pemangku Permasalahan kepentingan rendah Aspek Budaya Budaya sebagai Budaya dianggap sebagai penghambat cara dan kesatuan hidup Aspek Katalis Agen perubahan berasal Menjalin kerjasama dengan dari luar agen dari dalam dan luar Aspek Pendidikan Gaya pendidikan Bank Gaya pendidikan bebas (Bank Pedogogy) (Liberating pedagogy) Aspek Kelompok Pasif, target merupakan Aktif, target merupakan Sasaran peserta pemangku kepentingan Cara Membujuk Dialog, menyesuaikan berkomunikasi dengan masalah sosial, mengatasi masalah Tujuan utama Perilaku individu Perilaku individu dan sosial, perubahan norma sosial dan hubungan sosial Hasil yang Perubahan perilaku Hubungan kerjasama yang diharapkan individu, orientasi erat dan menimbulkan terhadap jumlah tindakan bersama (Collective action) Durasi aktifitas Jangka pendek Jangka menengah dan panjang Sumber: Tufte dan Mefalupolus (2009)
Komunikasi pembangunan pada model difusi inovasi mencakup berbagai
strategi yang bertujuan untuk memecahkan masalah karena "kurangnya pengetahuan dan informasi". Agen perubahan eksternal mendorong proses, tanpa sedikit ruang untuk berpartisipasi. Pada model partisipatif lebih menekankan adanya perilaku yang kolektif dan reflektif oleh pemangku kepentingan yang terkait. Pusat perhatian pada model partisipatif ini adalah pemberdayaan masyarakat dengan keterlibatan aktif dalam identifikasi masalah, pengembangan solusi dan implementasi strategi. Pendekatan komunikasi yang mendukung model partisipatoris memunculkan beberapa atau semua tema berikut: (1) partisipasi para penerima manfaat yang dimaksud di berbagai atau semua tahapan siklus proyek/program, (2) horizontal dialog bukan transmisi informasi vertikal, (3) penanaman kepercayaan dan saling pengertian daripada persuasi, (4) tindakan tingkat lokal dan bukan program tingkat nasional, (5) pengetahuan lokal, (6) peran spesialis pembangunan sebagai fasilitator dan peserta yang setara daripada pengambil keputusan, (7) proses komunikasi dan bukan hasil yang spesifik, dan (8) penggunaan komunikasi untuk mengartikulasikan hubungan sosial yang mendalam. Dari sudut pandang pragmatik, komunikasi partisipatif dapat menjadi alat strategis untuk mencapai tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya (Inagaki 2007).
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu
Manajemen konflik dalam 4 langkah: Metode, strategi, teknik-teknik penting, dan pendekatan operasional untuk mengelola dan menyelesaikan situasi konflik