Professional Documents
Culture Documents
MelaluiPendekatanSaintifik
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................... 2
3. Penilaian Ketrampilan........................................................................30
A. Kompetensi ............................................................................................34
BAB IV PENUTUP...................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 47
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka
mencapai tujuan tersebut disusun standar nasional pendidikan, terdiri atas: standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses menyebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis
agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran
dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum Lampiran IV Pedoman Umum Pembelajaran, menyebutkan
bahwa Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya
seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang
seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara
bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan
pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik
secara individual maupun kelompok yang mengacu pada Silabus.
Selain itu Direktorat Pembinaan SMA menyiapkan kemampuan guru melalui workshop
dan bimbingan teknis terutama dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
saintifik serta merancang dan melakukan penilaian autentik, mengembangkan materi
pembelajaran, mengembangkan langkah pembelajaran serta merancang dan
melaksanakan penilaian autentik berdasarkan silabus dan buku. Selanjutnya untuk
memfasiltasi guru Bahasa Prakarya dan Kewirausahaan secara individual dan
kelompok dalam mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran dalam berbagai
modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya
Direktorat PSMA menyusun naskah model pembelajaran dengan pendekatan saintifik
dan menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
masing-masing mata pelajaran.
B. Tujuan
Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata pelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan
memafaatkan buku sumber yang ada. Secara khusus naskah ini bertujuan:
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup naskah ini terdiri atas:
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang Implementasi
Kurikulum
9. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 156928/MPK.A/KR/2013
tentang Implementasi Kurikulum 2013
10. Peraturan lain tentang Kurikulum 2013 yang berlaku
BAB II
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. (1) Objektif, berarti penilaian berbasis
pada standardan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. (2) Terpadu, berarti
penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan
pembelajaran, dan berkesinambungan. (3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien
dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. (4) Transparan,
berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat
diakses oleh semua pihak. (5) Akuntabel, berarti penilaian dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek
teknik, prosedur, dan hasilnya. (6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta
didik dan guru.
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir,
namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran
Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari
ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana
mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri
(discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum,
prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi
berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988). Dengan
demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan
aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan
sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.
Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah. Metode ilmiah
pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian spesifik dan detail
Metode ilmiah umumnya memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau fakta melalui
observasi dan eksperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis.
Sebenarnya apa yang kita bicarakan dengan metode ilmiah merujuk pada: (1) adanya
fakta, (2) sifat bebas prasangka, (3) sifat objektif, dan (4) adanya analisa. Selanjutnya
secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme untuk
mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode
ilmiah. Ada juga yang mengartikan pendekatan ilmiah sebagai mekanisme untuk
memperoleh pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis. Pendekatan ilmiah ini
memerlukan langkah-langkah pokok:
1. Mengamati
2. Menanya
3. Mengumpulkan Informasi
4. Mengasosiasi
5. mengomunikasikan
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar
Prakarya dan Kewirausahaan sebagai berikut:
1. Mengamati
peserta didik untuk secara luas dan bervariasi melakukan pengamatan melalui
kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi
peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk
memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu
benda atau objek. Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu,
seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Dalam pembelajaran mata pelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan pengamatan dapat dilakukan terhadap hal- hal
sebagai berikut, contoh:
Kegiatan mengamati dapat dilakukan melalui berbagai media yang dapat diamati
siswa, misalnya: surat kabar, video, gambar, grafik, bagan, dsb.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-
langkah seperti berikut ini.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan
observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale),
catatan anekdot (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal
(mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-
nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang ,
berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan
anekdot dapat berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai
kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang
diobservasi. Alat mekanik dapat berupa berupa alat mekanik yang dapat dipakai
untuk memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh
subjek atau objek yang diobservasi.
2. Menanya
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang
diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa
yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik). Kegiatan menanya dapat mengembangkan kompetensi kreativitas, rasa
ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis
yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Guru perlu
membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan
tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak
berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat
hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari
guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke
tingkat dimana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari
kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya
dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya
maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi
dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang
ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal
sampai sumber yang beragam. Jika peserta didik merasa kesulitan
mengemukakan pikiran dan gagasannya, guru dapat mengajukan pertanyaan
yang dapat menjadi inspirasi bagi peserta didik. Pertanyaan guru dimaksudkan
untuk membimbing dan memandu peserta didik agar pembelajaran dapat berjalan
secara efektif. Misalnya: Apa yang dapat saya peroleh melalui pembelajaran
prakarya dan kewirausahaan? Kerajinan apa saja yang dapat dijadikan prakarya
dan kewirausahaan? Berikut fungsi bertanya dalam pembelajaran:
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang
suatu tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
rancangan untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas
substansi pembelajaran yang diberikan.
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima
pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu sama lain.
3. Mengumpulkan Data/Mengeksplorasi
4. Mengasosiasi/Menalar/Mengolah Informasi
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang
bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi
yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang bertentangan. Informasi tersebut menjadi dasar
bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari
keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang
ditemukan. Kegiatan ini dapat mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat
aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Mengasosiasi adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan
Mengasosiasi sering juga disebut menalar. Penalaran dimaksud merupakan
penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris
yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah
tidak selalu tidak bermanfaat.
5. Mengomunikasikan
a. Menciptakan stimulus
c. Mengumpulkan data/mencoba
d. Mengolah Data
e. Memverifikasi data
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya jawaban atas pernyataan masalah.
Verifikasi bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,
pernyataan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak.
f. Menarik kesimpulan
a. secara klasikal, peserta didik memiliki pengetahuan awal yang lebih baik
pada keterampilan berbicara dan menulis. Bagi peserta didik yang kurang
terampil, akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan hubungan antara
konsep-konsep, yang tertulis atau lisan sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustrasi;
c. Menyusun Jadwal
e. Menguji hasil
f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman
Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta
untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan
proyek. guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka
memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
diperoleh suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan
yang diajukan pada tahap awal pembelajaran.
d. perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan proyek.
cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, guru
berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Untuk mempermudah
proses monitoring, guru membuat sebuah rubrik yang dapat merekam
keseluruhan aktivitas yang penting.
Esensi dari tahap ini adalah guru mendorong peserta didik untuk
menyampaikan ide-idenya dan menerima ide mereka. Guru juga harus
mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang
kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas
informasi yang dikumpulkan.
Fase ini merupakan tahap akhir dalam Problem Based Learning. Fase ini
dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan
serta pola pikir yang mereka gunakan. Selama fase ini, guru meminta peserta
didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan
selama proses kegiatan belajarnya.
Penilaian autentik disebut juga penilaian responsif, suatu metode untuk menilai proses
dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang
mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius.
Penilaian autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu
pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses dan hasil
pembelajaran.
1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (apart of,not
apart from instruction),
2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan
masalah dunia sekolah (schoolwork-kind of problems),
3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan criteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
4. Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program
perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu,
hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses
pembelajaran.
1. Penilaian Sikap
Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian
“teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang
digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada
jurnal berupa catatan pendidik.
Jurnal adalah catatan pendidik yang sistematis di dalam dan di luar kelas yang
berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik
berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal dapat memuat penilaian siswa
terhadap aspek tertentu secara kronologis. Kriteria penilaian jurnal adalah sbb:
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali sebelum ulangan harian.
Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari
kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih
peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju
secara personal.
f. Indikator menunjukkan sikap peserta didik dalam situasi yang nyata atau
sebenarnya
j. Mampu memetakan sikap peserta didik dari kemampuan pada level terendah
sampai kemampuan tertinggi.
2. Penilaian Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman
penskoran. Tes uraian mampu memberikan multi jawaban yang memiliki nilai
kebenaran yang sama. Tes uraian menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi, atas
materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis semacam ini memberi kesempatan pada
guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih
tinggi atau kompleks. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen
penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara
individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Penilaian pengetahuan
dilakukan oleh guru secara berkelanjutan, ulangan harian yang terintegrasi
dengan proses pembelajaran, ulangan tengah semester dan ulangan akhir
semester, ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan pendidikan pada kelas
XI (tingkat 5) dengan menggunakan kisi-kisi yang disusun oleh Pemerintah, ujian
tingkat kompetensi pada akhir kelas XII (tingkat 6) yang dilakukan melalui UN dan
Ujian Sekolah.
Tes lisan adalah tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan.
Pelaksanaan Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung antara pendidik dan peserta didik. Kriteria Tes lisan adalah sbb:
a. Tes lisan dapat digunakan jika sesuai dengan kompetensi pada taraf
pengetahuan yang hendak dinilai.
Instrumen penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik, baik secara individu atau kelompok, sesuai dengan
karakteristik tugas. Kriteria penugasan adalah sbb:
h. Tugas harus bersifat adil (tidak bias gender atau latar belakang sosial
ekonomi).
3. Penilaian Ketrampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu
dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen
yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
dilengkapi rubrik. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan
kompetensi. Tes Praktik diperlukan penyusunan rubrik penilaian, rubrik tersebut
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus.
Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan
bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi
penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk. Penilaian secara
analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan
produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan
secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
BAB III
ANALISIS KOMPETENSI
A. Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran
adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan
diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang
diperlukan. Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju
semua mata pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti adalah
pijakan pertama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat
kompetensi tertentu. Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji
dalam rumusan kompetensi dasar.
Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA sebagai berikut.
Tabel 3.1.
Standar Kompetensi Lulusan
Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat kompetensi ke
lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat kompetensi keenam untuk kelas
XII. Rumusan kompetensi yang relelevan bagi kelas X sesuai Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.2.
Rumusan Standar Kompetensi Inti Kelas X
Gambar 3.1
Penjelasan Bagan 1;
2. Aloksi waktu/Alat/Bahan/Media
a. Kompetensi Spiritual
Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi
b. Kompetensi Sosial
Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi
c. Kompetensi Pengetahuan
Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi
Menjelaskan
3. Memahami, 3.1 Mengidentifikasi
pengertian desain
menerapkan, desain produk dan
produk dalam
menganalisis pengemasasan
kerajinan tekstil
pengetahuan faktual, karya kerajinan
dengan berbagai
konseptual, tekstil berdasarkan
teknik konstruksi
prosedural konsep berkarya
Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi
berdasarkan rasa dengan pendekatan Membandingkan
ingintahunya tentang budaya setempat aneka karya
ilmu pengetahuan, dan lainnya. kerajinan tekstil
teknologi, seni, Menjelaskan Fungsi
budaya, dan karya kerajinan
humaniora dengan tekstil
wawasan Menentukan Unsur
kemanusiaan, estetika dan
kebangsaan, ergonomis karya
kenegaraan, dan kerajinan tekstil
peradaban terkait Menggambarkan
penyebab fenomena Motif ragam hias
dan kejadian, serta pada kerajinan
menerapkan tekstil
pengetahuan Merancang Teknik
prosedural pada pembuatan benda
bidang kajian yang kerajinan tekstil
spesifik sesuai Merancang
dengan bakat dan Pengemasan karya
minatnya untuk kerajinan tekstil
memecahkan
Menganalisis Desain
masalah.
dan pengemasan
produk tekstil
d. Kompetensi Ketrampilan
Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi
Membuat desain
4. Mengolah, 4.1 Mendesain produk
dan pengemasan
menalar, dan dan pengemasan
produk tekstil
menyaji dalam karya kerajinan
Menyajikan secara
ranah konkret dan berdasarkan konsep
lisan atau tulisan
ranah abstrak berkarya dengan
mengenai karya
terkait dengan pendekatan budaya
kerajinan tekstil.
pengembangan setempat dan
dari yang lainnya.
dipelajarinya di
sekolah secara
mandiri,dan
mampu
menggunakan
metoda sesuai
kaidah keilmuan.
Guru juga harus dapat mengembangkan materi yang kontekstual, baik materi
yang sudah tercantum dalam buku maupun pengembangan dengan
menggunakan sumber lain. Materi yang kontekstual dapat mengintegrasikan
muatan lokal yang mencakup keunggulan lingkungan setempat atau materi
kekinian yang sedang menjadi pembicaraan.
Selanjutnya guru juga harus mencari materi dari buku atau mengembangkannya
dari sumber lain yang dapat diaktualisasikan dalam kegiatan kepramukaan. Dari
materi tersebut dibuat suatu kegiatan yang berisi nilai-nilai kepramukaan untuk
diserahkan dan dilaksanakan kepada dan oleh Pembina Pramuka pada saat
kegaiatan kepramukaan yang terjadwal.
Selain itu materi juga dikembangkan agar siswa memiliki Lower Order Thinking
Skills (LOTS) dan Higher Order Thinking Skills (HOTS), misalnya ;
Contoh:
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
(Silabus)
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
(Silabus)
teknik, prosedur pembuatan Membuat catatan atau rangkuman
karya, dan hasil membaca dan menyimak
penyajian/pengemasan produk Membuat peta konsep tentang
kerajinan tekstil agar pengetahuan kerajinan tekstil, jenis
terbangun rasa ingin tahu dan bahan dasar, alat, teknik, prosedur
menunjukkan motivasi pembuatan karya, dan
internal. penyajian/pengemasan produk
kerajinan tekstil
Contoh:
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
(Silabus)
Memotivasi siswa membuat pertanyaan
Mengajukan pertanyaan yang
Membat pertanyaan tentang aneka
berkaitan dengan aneka karya
karya yang berkaitan dengan fungsi
yang berkaitan dengan fungsi
karya, bahan dasar, alat, teknik, dan
karya, bahan dasar, alat,
prosedur pembuatan kerajinan tekstil
teknik, dan prosedur
Mengajukan pertanyaan
pembuatan kerajinan tekstil
Contoh:
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
(Silabus)
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
(Silabus)
keberhasilan dan kegagalan tentang keberhasilan dan kegagalan
wirausaha kerajinan tekstil wirausaha kerajinan tekstil
yang ada di wilayah setempat
Membuat rangkuman hasil wawancara
agar terbangun rasa ingin
tahu, bersikap santun,
bangga/cinta tanah air dan
bersyukur sebagai warga
bangsa.
Contoh:
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
(Silabus)
Contoh:
Kompetensi Pengetahuan
Kompetensi Ketrampilan
Catatan:
BAB IV
PENUTUP
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses
pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak
langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Baik pembelajaran langsung
maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah.
Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang
dikembangkan dari KI-3 dan KI-4 berupa kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses
pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2 yang
merupakan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Albanese, M.A. & Mitchell, S.. (1993). Problem BasedLearning: a Review of The Literature on
Outcomes and Implementation Issues. Journal of Academic Medicine
Alexander, D. (2000). The learning that lies between play and academics in afterschool
programs. National Institute on Out-of-School Time. Retrieved from
http://www.niost.org/Publications/papers
Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, And
Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York.
Longman.
Barron, B., & Darling-Hammond, L. (2008). Teaching for meaningful learning: A review of
research on inquiry-based and cooperative learning. Retrieved from
http://www.edutopia.org/pdfs/edutopia-teaching-for-meaningful-learning.pdf.
Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. (1980). Problem BasedLearning: an Approach to Medical
Education. New York: Springer Publishing
Buck Institute for Education. Introduction to Project Based Learning. [Online]. Diakses di
http://www.bie.org/images/uploads/general/20fa7d42c216e2ec171a212e97fd4a9e.p
df (18 Oktober 2011).
Bruner, J. (1996). The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Calabrese Barton, A. (1998). Reframing “science for all” through the politics of poverty.
Educational Policy, 12, 525-541.
Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar . Bandung: Diponegoro. Sugiyono, Prof. Dr.
(2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Das Salirawati, 2009, Penerapan Problem Based Learning Sebagai Upaya Meningkatkan
Kemampuan Peserta Didik Dalam Memecahkan Masalah, Makalah
Florin, Suzanne. 2010. The Success of Project Based Learning. [Online]. Diakses di
http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx (18 Oktober 2011)
Glazer, Evan. (2001). Problem Based Instruction. In M. Orey (Ed.), Emerging Perspectives
on Learning, Teaching, and Technology [Online]. Tersedia:
http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.htm. [17 Juni 2005].
http://www.ase.org.uk/documents/principles-and-big-ideas-of-science-education
Ibrahim, M dan Nur. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press
Karim, S., et al. (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007.
Bandung: Tidak diterbitkan
Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001. Assessing the Effectiveness of Problem-Based
Learning in
Melvin L. & Silberman. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach any Subject. USA:
Allyn & Bacon
Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara RI Tahun 2013 No.71,
Tambahan Lembar Negara)
Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar
dan Menengah;
Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar proses Pendidkan Dasar dan Menengah.
Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
UU No 20 tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional (lembar Negara RI tahun 2003
No. 78, Tambahan lembar Negara RI No. 4301),
Young, Jolee. And Elaine Chapman (2010). Generic Competency Frameworks: a Brief
Historical Overview. Education Research and Perspectives, Vol.37. No.1. The
University of Western Australia.