Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Fefi Putri Novianty
NIM. S10014
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak Skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, Msi, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta
2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Kepala Program Studi
iv
5. Ibu Regina Soeyan S. Ag selaku sekretariat Panti Wredha Dharma Bhakti
Kasih Surakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan
penelitian.
6. Seluruh partisipan yang telah berperan dalam penelitian ini dan telah
persatu.
7. Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma
8. Orang tua tercinta yang tak henti – hentinya mendoakan penulis dan selalu
9. Kakak dan adik tercinta yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
10. Teman – teman seperjuangan dan seangkatan yang tak pernah berhenti
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu dalam penyusunan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan
kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
SURAT PERNYATAAN....................................................................................iii
ABSTRAK ..........................................................................................................xv
ABSTRACT ........................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
vi
1. Definisi Lansia ..............................................................10
vii
2.2 Kerangka Teori .....................................................................29
3.2.2 Sampel.........................................................................32
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN
Kelamin .......................................................................45
BAB V PEMBAHASAN
ix
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel
tidur 47
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xiv
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2014
Abstrak
xv
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA
2014
Abstract
The increase number of elderly due to the increase in life expectancy will
bring about problems in health field. One of them is sleep disorder that is poor
sleep quality. The poor sleep quality will cause the elderly to experience fatigue,
concentration difficulty, frequent drowsiness during the day, and no fresh feeling
soon after getting up in the morning. Such problems may be dealt with
pharmacological and non-pharmacological therapies. The latter can be done by
utilizing keroncong music therapy and lavender aromatherapy.
The objective of this research is to investigate the effect of keroncong music
therapy and lavender aromatherapy on the improvement of sleep quality of the
elderly.
This research used the quasi experimental quantitative research method with
pretest and posttest without control design. The samples of the research were
taken by using the purposive sampling technique. They consisted of 20 elderly
respondents at Dharma Bhakti Kasih Nursing Home of Surakarta.
The statistical analysis with the Wilcoxon Test shows that the value of p is
0.001, meaning that there is an effect of the administration of keroncong music
therapy and lavender aromatherapy on the improvement of sleep quality of the
elderly at Dharma Bhakti Kasih Nursing Home of Surakarta.
Thus, the elderly experiencing the poor sleep quality are suggested to apply
keroncong music therapy and lavender aromatherapy with the aid of health
practitioners as to improve their sleep quality.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama
umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lanjut usia (Anwar 2010).
Jumlah penduduk lanjut usia di dunia pada tahun 2007 sebesar 18,96 juta jiwa
dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009 (U.S. Census Bureau
International Data Base 2009). Jumlah penduduk lanjut usia di indonesia pada
tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa atau 8,9% dengan usia harapan hidup 66,2
tahun dan pada tahun 2010 meningkat sebesar 23,9 juta jiwa atau 9,77%
dengan usia harapan hidup 67,4 tahun (Badan Pusat Statistik 2010).
Gangguan tidur yang dialami oleh lanjut usia antara lain sering terjaga pada
malam hari, sering terbangun pada dini hari, sulit untuk tertidur, dan rasa
lelah pada siang hari (Davison dan Neale 2006). Faktor yang dapat
1
2
pada lanjut usia cukup tinggi, dilaporkan 40-50% dari populasi lanjut usia di
Beberapa dampak dari gangguan tidur pada lanjut usia antara lain
emosi menjadi tidak stabil, sulit untuk berkonsentrasi, dan kesulitan dalam
mengambil suatu keputusan (Wold 2004). Dampak tersebut lebih tinggi pada
seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari
bila dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per
biasa digunakan dan dianggap paling efektif adalah obat tidur, dimana jika
gangguan tidur yaitu terapi pengaturan tidur, terapi psikologi, dan terapi
mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang menyebabkan penderita sulit
tidur. Terapi relaksasi dapat dilakukan dengan cara relaksasi nafas dalam,
relaksasi otot progresif, latihan pasrah diri, terapi musik dan aromaterapi.
3
kemudian dikeluarkan lewat mulut untuk membuat lebih rileks dan nyaman.
(Sitralita 2010). Latihan pasrah diri adalah suatu metode yang memadukan
antara relaksasi dan dzikir dengan fokus latihan pada pernafasan dan kata
Penelitan yang berkaitan dengan kualitas tidur pada lanjut usia yaitu
otot progresif terhadap peningkatan kualitas tidur lansia di Banjar Peken Desa
Sumerta Kaja didapatkan hasil sebelum diberikan terapi musik kualitas tidur
lansia kurang yaitu sebesar 56,2% dan setelah diberikan terapi musik kualitas
4
tidur sedang memiliki proporsi yang paling banyak yaitu sebesar 68,8%
hasil ada perbedaan tingkat insomnia pada lansia sebelum dan sesudah
(Wijayanti 2012).
orang lansia dengan kualitas tidur baik dan 22 orang lansia masih pada
dirawat di sana. Hasil wawancara dan observasi pada 52 orang lansia terdapat
20 orang lansia yang mengalami masalah gangguan tidur pada malam hari
maupun siang hari. Lansia mengeluh sulit untuk tertidur pada malam hari,
sering terbangun malam hari dan merasa tidur tidak nyeyak. Hal ini
5
dikarenakan adanya perubahan lingkungan sosial yaitu suara yang berisik dan
teman sekamar yang mengganggu kenyamanan lanjut usia untuk tertidur. Hal
yang dilakukan oleh lansia untuk mengatasi masalah gangguan tidur mereka
dengan sendirinya dan cara tersebut dianggap efektif untuk dapat tidur. Lanjut
usia di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta belum mengetahui cara
yang dapat tidur nyenyak, masih ada lansia yang kurang kualitas tidurnya.
Rumusan masalah dalam penilitian ini adalah “Adakah pengaruh terapi musik
lansia ?”
manfaat kepada :
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Judul
Nama Peneliti Metode Hasil Penelitian
Penelitian
Aloysia Perbedaan Rancangan Ada perbedaan
Ispriantari Pengaruh penelitian yang insomnia
(2010) Terapi Musik digunakan pada lansia sebelum
Keroncong adalah dan sesudah diberi
dan Relaksasi rancangan terapi musik keroncong
Otot Quasy dan relaksasi otot
Progresif Experiment progresif sedangkan
terhadap dengan pada kelompok kontrol
8
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
2. Klasifikasi lansia
10
11
(middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (ederly) 60–74 tahun, lanjut
usia tua (old) 75–90 tahun, dan usia sangat tua (very old) lebih dari
mental pada lanjut usia antara lain mudah curiga, bertambah pelit
atau tamak jika memiliki sesuatu dan egois. Yang perlu dimengerti
adalah sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lanjut usia,
jatuh, mudah lelah, nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan
kerja fisik, nyeri pinggang, nyeri pada sendi pinggul, berat badan
2.1.2 Tidur
1. Definisi tidur
(NREM) dan satu tahap rapid eye movement (REM) (Stanley 2007).
fase yaitu gerakan bola mata cepat atau rapid eye movement (REM)
2. Mekanisme tidur
(Stanley 2007).
otot dalam keadaan santai dan tanda-tanda vital menurut tetapi tetap
14
setelah mulai tidur. Hal ini dicirikan dengan respons otonom dari
dibangunkan. Durasi tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-
rata 20 menit.
Siklus tidur terdiri 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode
Perry 2006).
tidak memiliki tahap 4 atau tidur yang dalam (Potter dan Perry
2006).
menjadi lebih pendek dan fase tidur lebih maju sehingga orang lanjut
usia memulai tidur lebih awal dan bangun lebih awal pula. Selain itu
lanjut usia sering terbangun pada malam hari sehingga bangun pagi
terasa tak segar, siang hari mengalami kelelahan dan lebih sering
atau irama suhu tubuh. Suhu tubuh akan berubah naik dan turun
sekitar 2 ºC dari suhu tubuh normal (37ºC). Saat suhu tubuh naik,
tubuh turun seseorang menjadi lebih lelah dan malas. Ritme suhu
level aktivitas yang lebih tinggi dan lebih banyak bertemu cahaya
yang mempercepat tidur yaitu suara musik dengan tempo dan alunan
REM. Dan seseorang yang telah toleran terhadap hal itu akan
5. Kualitas tidur
yang baik dapat membantu kita lebih segar di pagi hari (Sandjaya
2007).
tidur, latensi tidur, serta aspek subjektif seperti tidur dalam dan
(Siregar 2011).
fisik akibat kekurangan tidur antara lain ekspresi wajah (area gelap
tanda psikologis antara lain menarik diri, apatis, merasa tidak enak
2013).
lewat mulut untuk membuat lebih rileks dan nyaman. Relaksasi otot
antara relaksasi dan dzikir dengan fokus latihan pada pernafasan dan
Quality Index (PSQI). Alat ini merupakan alat untuk menilai kualitas
tidur. Alat ini terdiri dari 19 poin pertanyaan yang berada di dalam 7
(Buysse 1988).
21
1. Definisi
Terapi musik terdiri dari dua kata yaitu terapi dan musik. Kata
kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai
kalangan usia. Bagi orang sehat, terapi musik bisa dilakukan untuk
2009).
adalah guide imagery and music dari Helen Bony, creatif music
Juliette Alvin.
Bermain musik adalah fokus dalam sesi terapi dan mulai dari awal
2006).
3. Manfaat musik
responden.
tempat mana yang ingin peneliti sembuhkan, dan suara itu mengalir
lebih 30 menit hingga satu jam tiap hari, namun jika tidak memiliki
tidak menggunakan jenis musik rock and roll, disco, metal dan
yang dibedakan atas fekuensi alfa, beta, theta, dan delta. Gelombang
2011).
7. Musik keroncong
ukulele dan juga sebagai nama dari jenis musik khas Indonesia yang
cepat dan lincah. Keroncong abadi memiliki irama yang lambat dan
lembut dan alunan tempo yang lamban. Musik dengan tempo lamban
(Wijayanti 2012).
2.1.4 Aromaterapi
1. Definisi
dan berasal dari kata “terapi”, yang artinya suatu perawatan yang
langsung pada rasa sakit dari luka bakar atau melepuh ringan
(Sharma 2011).
tanah liat. Alat ini mempunyai rongga seperti gua untuk meletakkan
lilin kecil atau lampu minyak dari tanah dan di bagian atas terdapat
yang dipilih kemudian nyalakan lilin atau lampu. Setelah air dan
otak yang dikaitkan dengan suasana hati, emosi, memori, dan belajar
Faktor penyebab
gangguan tidur : Pemenuhan
Gangguan kebutuhan Kualitas
1. Lingkungan tidur tidur tidur
2. Obat –obatan
berkurang
3. Penyakit
4. Aktivitas
1. Farmakologi
- pemberian obat tidur seperti
golongan obat
benzodiazepine
2. Nonfarmakologi
- terapi relaksasi nafas dalam
- relaksasi otot progresif
- latihan pasrah diri
- terapi musik
- aromaterapi
- Terapi Musik
Keroncong Kualitas Tidur
- Aromaterapi
Lavender
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan pre and post
test without control. Pada desain penelitian ini, peneliti hanya melakukan
dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan pre test (Dharma
2011). Adapun skema desain pre and post test without control sebagai
berikut:
R 01 X1 02
Keterangan :
R : Responden penelitian
31
32
3.2.1 Populasi
3.2.2 Sampel
2013). Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah :
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
variabel lain. Faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada
lansia.
Tabel 3.1
Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
sosial bagi
seseorang dari
berbagai usia
Aromaterapi Minyak Tungku - - -
essensial yang pemanas
berasal dari dan minyak
tumbuhan aromaterapi
yang lavender
digunakan
untuk
pengobatan
kesehatan dan
mempengaruhi
suasana hati
Dependen
Peningkatan suatu keadaan Kuisioner Nilai 0 Ordinal - Kualitas
Kualitas dimana tidur PSQI sampai tidur
Tidur yang dijalani (Pittsburg dengan 3 baik =
seorang Sleep sesuai PSQI ≤
individu Quality dengan 5
menghasilkan Index) yang komponen - Kualitas
kesegaran dan terdiri dari pertanyaan tidur
kebugaran tujuh buruk =
ketika komponen PSQI ≥
terbangun berupa 5
kualitas
tidur
subjektif,
tidur laten,
lama tidur,
efisiensi
tidur,
gangguan
tidur,
pemakaian
obat tidur
dan
disfungsi
siang hari
36
lagu keroncong sebagai pemutar musik dan timer untuk terapi musik,
serta alat dokumentasi (buku dan bolpoin). Kuesioner ini terdiri dari 19
poin pertanyaan yang terdiri dari 7 komponen nilai yaitu kualitas tidur
pada pertanyaan nomor 2 dan 5.a dengan pilihan jawaban tidak pernah
dan tiga kali atau lebih dalam seminggu = 3. Komponen 3 yaitu lama
skor 0-21, kualitas tidur baik jika memiliki nilai PSQI ≤ 5 dan kualitas
Index (PSQI) yang telah diuji validitas dan reliabilitas oleh peneliti
apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabel berarti instrumen yang bila
ini menggunakan uji cronbach’s alpha dengan hasil 0,841. Nilai uji
tersebut lebih besar dari 0,6 maka kuesioner ini dinyatakan reliabel
Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari
test untuk kualitas tidur lansia, melakukan pemberian terapi musik dan
masing responden yaitu satu kali sehari dalam waktu 30 menit selama 7
hari.
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
komputer.
1. Analisis univariat
tengah dari suatu nilai atau pengamatan yang disusun, serta nilai
2. Analisis bivariat
ܶ െ ሾሺ ͳሻȀͶሿ
ൌ
ඥሺ ͳሻሺʹ ͳሻ
ʹͶ
Keterangan :
n = jumlah sampel
analisa datanya yaitu apabila p value > 0,05 maka H0 diterima artinya
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta yang
terletak di Jalan Kalingga Utara V Bayan Kadipiro Surakarta. Panti tersebut berdiri
sejak tanggal 19 November 2001 dan merupakan salah satu Yayasan Panti Katolik di
Surakarta yang dikelola oleh pengurus yayasan dan pengurus panti termasuk
perawat. Kegiatan yang rutin dilakukan di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih
Surakarta ini adalah pembinaan hidup rohani setiap hari senin, kratifitas/kerajinan
tangan setiap hari selasa, rekreasi setiap hari rabu, kerja bhakti setiap hari kamis,
senam pagi setiap hari jumat dan perayaan syukur ekaristi atau misa setiap hari sabtu.
Selain kegiatan tersebut beberapa lansia yang masih aktif biasanya melakukan
kegiatan sehari-hari seperti membantu memasak dan membersihkan tempat tidur dan
Penelitian ini dilakukan selama 14 hari yaitu pada tanggal 10 februari hingga
23 februari 2014. Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian, lansia yang
diberi terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender secara bersamaan di kamar
masing – masing responden yaitu satu kali sehari dalam waktu 30 menit selama 7
44
45
terbanyak adalah usia 60-74 tahun sebanyak 15 (75%) orang dan usia
4.2.1 Kualitas tidur sebelum diberikan terapi musik keroncong dan aromaterapi
lavender
4.2.2 Kualitas tidur sesudah diberikan terapi musik keroncong dan aromaterapi
lavender
(55%) mengalami kualitas tidur baik dan sebanyak 9 orang (45%) masih
4.3.1 Pengaruh sebelum dan sesudah pemberian terapi musik keroncong dan
tabel sebesar 2,093 sehingga Z hitung (3,371) > Z tabel (2,093) dengan p value
PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah didapat yaitu meliputi
terbanyak adalah usia 60-74 tahun (75%) sebanyak 15 orang. Lanjut usia
rentan terhadap berbagai penyakit seperti nyeri pinggang, nyeri dada, nyeri
sendi, pusing dan gangguan tidur (Bandiyah 2009). Hal tersebut dapat
terjadi pada lanjut usia dini karena adanya proses degenerasi dan hal ini
tidur yang kurang pada lanjut usia terjadi karena adanya penurunan yang
progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4, beberapa lansia hampir tidak
memiliki tahap tidur NREM 4 dan tidur yang dalam (Potter dan Perry 2006).
dan saat bangun di pagi hari seseorang akan merasa tidak segar dan di siang
48
49
Keadaan stres dapat membuat tidur tidak lelap, susah tidur bahkan
tidak bisa tidur. Stress tingkat tinggi juga menghambat kerja hormon
melatonin yang disekresikan pada saat tidur dalam terutama pada malam
aromaterapi lavender
kecil.
aromaterapi lavender
Hal ini dapat diketahui dari hasil kuesioner yang diberikan pada
aromaterapi lavender.
(Wijayanti 2012).
baik. Gaya hidup lansia yang baik seperti olahraga teratur juga
segar, tidak lemas dan tidak mudah kelelahan karena kondisi fisik
satu jam setiap hari menjelang waktu tidur, secara teratur selama 1
setiap hari sebelum tidur dan secara teratur selama 7 hari. Musik
otak yang berkaitan dengan suasana hati, emosi, memori dan belajar
kimia langsung pada suasana hati kita (Sharma 2009). Hal ini sesuai
therapy ini melatih otot dan pikiran menjadi rileks dengan cara yang
cukup sederhana, selain terapi musik dan aromaterapi terapi ini dapat
Hal ini sesuai dengan teori bahwa terapi musik merupakan sebuah terapi
atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif dan sosial bagi individu dari
jenis musik dan target yang akan distimulasi. Gelombang suara yang
dan Surasta 2011). Kondisi rileks pada seseorang membuat tubuh dapat
beristirahat dengan baik dan tidur menjadi lebih nyenyak sehingga kualitas
lavender yang merupakan bagian dari terapi relaksasi yang digunakan untuk
Ujung saluran ini selanjutnya dihubungkan dengan otak itu sendiri. Bau-
bauan diubah oleh silia menjadi impuls listrik yang dipancarkan ke otak
dalam otak dan justru gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa
retikular (SAR), dimana (SAR) yang berlokasi pada batang otak teratas
akan diambil alih oleh bagian otak yang lain yang disebut BSR (bulbar
dalam memenuhi kebutuhan tidur pada lansia baik secara kuantitas maupun
kualitasnya. Pada penelitian ini peneliti berfokus pada kualitas tidur dimana
seseorang beristirahat dengan baik padahal dengan jam tidur yang terlalu
banyak juga tidak akan bermanfaat bagi tubuh tanpa adanya kualitas tidur
eksternal dimana faktor internal yaitu keadaan fisik dan psikologis pada
seseorang berbeda satu sama lain sehingga apabila terjadi perubahan fisik
terbangun di tengah malam dan sulit untuk memulai tidur. Kualitas tidur
memperlihatkan perasaan lelah, gelisah, lesu dan apatis serta tidak adanya
58
ditunjukkan dengan tidak pusing dan tidak merasa lesu setelah bangun tidur
hati (Sharma 2011). Kedua terapi tersebut saling berkaitan dimana hasil
tersebut membuat lansia mudah untuk tertidur dengan nyenyak dan kualitas
asing dengan dunia penelitian sehingga masih banyak hal yang harus
kendala yang dialami peneliti yaitu responden yang semuanya adalah lanjut
59
usia memiliki tingkat emosi yang lebih tinggi dan perubahan mood yang
atau bercerita dengan teman sekamar. Oleh karena itu peneliti tidak dapat
melakukan penelitian pada jam yang sama setiap harinya. Selain itu
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
tidur baik.
0,001.
6.2 Saran
lansia.
60
61