You are on page 1of 11

REVIEW JURNAL EKONOMI

Mata Kuliah Literasi Ekonomi

Dosen:
Prof. Dr. H. Eeng Ahman, M.S.

Oleh:
Saiful Almujab (1603234)

PENDIDIKAN EKONOMI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirobbil’alamin sebagai ungkapan puji syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Review Jurnal” ini dengan baik. Makalah ini kami gunakan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Literasi Ekonomi.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan krtik dan saran dari pembaca yang nantinya akan kami gunakan
sebagai perbaikan kedepanya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan pembaca.

Bandung September 2017

Penulis
REVIEW JURNAL EKONOMI

Judul penelitian REPOSISI FUNGSI LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN


NON BANK DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN EKONOMI
KERAKYATAN, PENERAPAN GOODGOVERNANCE DAN
PENGEMBANGAN OTONOMI DAERAH
Penulis Lintang Venusita
Nama jurnal Jurnal Ekonomi dan Bisnis Aktual, Vol. 2, Nomor 2, Juni 2013,
hlm. 67-75
Tahun terbit 2013
Latar Belakang Perkembangan paradigma dan orientasi pembangunan kearah
Penelitian kemandirian suatu daerah menuntut daerah tersebut melakukan
percepatan pertumbuhan pembangunan. Hal ini sejalan dengan
diberlakukannya otonomi daerah sehingga menuntut masing-
masing daerah untuk mempersiapkan segala potensi, kemampuan
dan infrastruktur daerah untuk mencapai keberhasilan otonomi
daerah. Tidak hanya otonomi daerah yang dituntut kepada para
pimpinan daerah melainkan juga dibangunnya suatu sistem
pemerintahan daerah yang berbasis good governance. Namun tidak
semua pelaku bisnis baik perusahaan yang berskala kecil maupun
besar telah berperan serta dalam pemberdayaan ekonomi
kerakyatan. Hal ini disebabkan belum adanya aturan yang
mewajibkan para pelaku bisnis untuk berpartisipasi dalam
pengembangan ekonomi kerakyatan. Selain itu kurangnya
perhatian pemerintah terhadap keikutsertaan pengembangan
ekonomi kerakyatan. Terdapat beberapa perusahaan yang peduli
terhadap eksistensi ekonomi kerakyatan, diantaranya lembaga
perbankan baik milik pemerintah maupun swasta seperti Bank
Rakyat Indonesia yang membentuk BRI Kredit Mikro, Bank
Mandiri Kredit Mikro dan Bank Danamon Mikro. Lembaga
keuangan bank tersebut telah menyalurkan sejumlah bantuan
permodalan kepada para pelaku ekonomi kerakyatan dengan
mengedepankan ketersediaan jaminan yang dimiliki oleh
pengusaha kecil. Bentuk kemitraan ini masih sebatas pemberian
modal semata namun masih belum nampak adanya pembinaan dan
pemberian ketrampilan dan keahlian agar para pelaku ekonomi
kerakyatan dapat lebih mendiri lagi dalam menjalankan usahanya.
Bahkan terjadi kecenderungan dalam pemberian pinjaman modal
hanya sebatas bantuan financial yang berlangsung dalam jangka
pendek semacam suntikan dana. Padahal pelaku ekonomi
kerakyatan tidak hanya memerlukan kucuran dana segar dalam
jangka pendek melainkan pula pembinaan terhadap eksistensi
ekonomi kerakyatan yang bukan hanya menjadi tugas dari
pemerintah pusat dan daerah dalam hal ini dinas perdagangan dan
perindustrian melainkan dari seluruh komponen pelaku bisnis.
Metode Pemberdayaan ekonomi rakyat perlu memperoleh prioritas dalam
pembangunan ekonomi nasional, sehingga para pelaku ekonomi
rakyat (pengusaha kecil, menengah dan koperasi) dapat menjadi
pelaku utama dalam perekonomian nasional, terutama dengan
pengalaman masa krisis yang terjadi saat ini. Berdasarkan
perspektif tersebut, titik berat berat pemberdayaan ekonomi
kerakyatan akan terletak pada upaya mempercepat pembangunan
pedesaan dan daerah pinggiran perkotaan sebagai tempat
bermukim dan berusaha sebagian besar subyek dan obyek
pembangunan bangsa ini, dimanamereka berusaha sebagai petani,
nelayan, pedagang maupun pengusaha home industry.
Pemberdayaan ekonomi rakyat yang dilakukan harus mampu
mengatasi dan mengurangi kendala dan hambatan yang dihadapi
oleh pengusaha kecil, menengah, dan koperasi pada sektor industri
pengolahan serta pedagang kecil yang sering disebut kaki lima di
sektor perdagangan dan jasa. Keterbatasan dan hambatan-
hambatan tersebut antara lain keterbatasan sumberdaya manusia,
keterbatasan akses modal dan sumber-sumber pembiayaan
aktivitas ekonominya sehari-hari. Dengan demikian, perlu
dikembangkan kemampuan profesionalisme pelaku usaha pada
sektor usaha kecil tersebut secara berkesinambungan, agar mampu
mengelola dan mengembangkan usahanya secara berdaya guna dan
berhasil guna, sehingga dapat mewujudkan peran utamanya dalam
segala bidang yang mendukung pengembangan ekonomi
kerakyatan.
Hasil Upaya mereposisi fungsi lembaga keuangan bank dan non bank
untuk memberdayakan ekonomi
kerakyatan yang sebagian besar terdiri dari pelaku usaha kecil atau
mikro dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah, pembangunan
harus diarahkan pada upaya untuk memajukan harkat, martabat,
kualitas, serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat. Dalam
konteks itu berarti pembangunan tidak hanya bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup tetapi juga bertujuan untuk
meningkatkan kemauan dan kemampuan manusia dalam
melestarikan pembangunan secara mandiri. Pemberdayaan
ekonomi kerakyatan yang melibatkan peran serta lembaga
keuangan bank dan non bank mikro akan lebih mengakomodir
kepentingan pelaku usaha mikro yang kesulitan permodalan dan
kemampuan untuk eksis di era persaingan bisnis saat ini. Bagi
usaha mikro yang mempunyai keterbatasan jaminan untuk
mendapatkan bantuan modal hendaknya tetap mendapat perhatian
yang serius, selagi usaha mikro mempunyai kemampuan untuk
mengembalikan modal pinjaman dan mampu mengembangkan
usaha lebih pesat lagi, maka bantuan permodalan dapat diberikan
kepada usaha mikro tersebut. Selain bantuan permodalan, yang
lebih penting lagi tambahan bantuan ketrampilan dan peningkatan
kemampuan untuk bisa menjalankan bisnis dan usahanya lebih
professional lagi seperti pengetahuan tentang kualitas produk dan
pengetahuan pemasaran poduk maupun jasa. Pemberdayaan
ekonomi kerakyatan bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah
dapat dilakukan sebagai wujud dari penurunan angka kemiskinan
dengan memberikan bantuan modal, dan bekal ketrampilan serta
penguasaan tehnologi yang murah namun berkualitas.

Review Jurnal 2
Judul penelitian Kinerja Keuangan Sebagai Pemediasi Pengaruh Intensitas Resarch
and Development dan Aset Tidak Berwujud Pada Nilai Perusahaan
Penulis A Prawira Kurniawan dan I Made Mertha
Nama jurnal E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Vol 14.1.
Januari (2016)
Tahun terbit 2016 (Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2012-2014)
Latar Belakang Nilai perusahaan (value of the firm) tercermin dari nilai saham
Penelitian perusahaan yang beredar. Semakin tinggi harga saham, maka nilai
perusahaan dan kemakmuran pemegang saham juga akan
meningkat. Dilakukannya R&Dbertujuan untuk menciptakan suatu
produk baru atau mengembangkan produk yang sudah ada agar
bisa menarik para konsumen sehingga adanya peningkatan jumlah
konsumen dan konsumen menjadi loyal terhadap perusahaan dan
nantinya akan berdampak pada peningkatan pendapatan bagi
perusahaan. Apabila perusahaan mampu memanfaatkan komponen
aset tidak berwujud dengan baik, maka kinerja perusahaan akan
meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan nilai perusahaan.
Nilai buku dari aset tidak berwujud lebih kecil dibandingkan nilai
pasarnya, hal ini disebabkan oleh adanya konservatisme akuntansi
dan dengan demikian dapat menurunkan relevansi nilai dari
informasi akuntansi. Pengukuran, perlakuan, dan penyajian aset
tidak berwujud dalam laporan keuangan yang tidak sesuai dengan
definisinya menyebabkan munculnya nilai tersembunyi atau
unexplained value. Penyebab lainnya adalah ketidakkonsistenan
standar terkait perlakukan aset tidak berwujud baik yang berasal
dari kombinasi bisnis maupun yang dihasilkan secara internal.
Metode Pada Perusahaan Manufaktur . Penelitian ini menggunakan
variabel pemediasi return on asset karena return on asset mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aset
yang dimiliki. Apabila perusahaan mampu memanfaatkan
komponen aset tidak berwujud dengan baik, maka kinerja
perusahaan akan meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan
nilai perusahaan.
Hasil Intensitas R&D dan INTAVberpengaruh positif dan signifikan
pada nilai perusahaan dan kinerja perusahaan, kinerja perusahaan
berpengaruh positif dan signifikan pada nilai perusahaan, kinerja
perusahaan tidak memediasi hubungan antara intensitas R&D dan
INTAV terhadap nilai perusahaan.

Review Jurnal 3
Judul penelitian ANALISIS PERBANDINGAN BANK UMUM
KONVENSIONAL DAN BANK UMUM SYARIAH
Penulis Nuryati, Amethysa Gendis Gumilar
Nama jurnal ProBank: Journal Of Economics And Banking, Vol 1, No 7 tahun
2011
Tahun terbit 2011
Latar Belakang Perkembangan sistem keuangan, khususnya industri perbankan
Penelitian dalam dekade terakhirndapat dikatakan cukup dramastis.
Ketidakstabilan makro ekonomi yang menyebabkan terdepresinya
mata uang domestik secara signifikan dan menyulut tingginya
tingkat bunga dan inflasi yang berujung pada krisis perbankan,
beberapa analis lain berpendapat bahwa ketidak stabilan makro
ekonomi justru disebabkan lemahnya sistem perbankan.
Keberadaan Dual Banking System atau Sistem Perbankan Ganda,
yaitu perbankan berdasar konvensional dan syariah. Perbedaan
antara bank syariah dengan bank konvensional adalah terletak pada
prinsip yang digunakan. Bank syariah beroperasi menggunakan
prinsip bagi hasil untuk menghindari riba, sedangkan bank
konvensional menggunakan bunga dalam operasi dan berprinsip
meraih untung. Bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah
sedangkan pada bank konvensional tidak ada. Bank syariah dan
bank konvensional agar dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik, maka harus mempunyai kinerja keuangan yang baik.
Informasi yang disajikan dalam kinerja keuangan ini dapat
digunakan oleh pihak yang terkait seperti investor, kreditor, dan
pihak luar perbankan untuk memprediksi kinerja keuangan yang
sebenarnya pada setiap periode, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kinerja keuangan yang dievaluasi periode 2008 sampai
2010.
Penulis melakukan analisis terhadap system perbankan antara bank
konvensional dan syariah dengan cara melakukan pengumpulan
data sekunder laporan keuangan kedua system perbankan tersebut
selama periode 2008 hingga 2010. Tujuan dari penelitian ini yaitu
memperoleh rasio keuangan dari perbankan konvensional dan
syariah dengan melihat variabel-variabel utama yang terdiri dari
Kas, giro, Surat-surat berharga yang dimiliki, Obligasi Pemerintah,
kredit yang diberikan, aktiva tetap dan aktiva lain, kewajiban
segera, tabungan, deposito, pinjaman, dan ekuitas. Pos-pos dalam
Daftar Rugi/Laba: pendapatan bunga, beban bunga, Beban
Estimasi Kerugian Komitmen dan Kon tinjensi pendapatan operasi
laikode nnya, pendapatan non operasi, beban non operasi, pajak
dan laba bersih.
Tingkat resiko keuangan Bank umum konvensional dan bank
umum syariah?
Jenis bank di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis bank, yang
dibedakan berdasarkan pem-bayaran bunga atau bagi hasil usaha:
1. Bank yang melakukan usaha secara konvensional.
2. Bank yang melakukan usaha secara syariah.
Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki
persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang,
mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat –
syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP,
proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Perbedaan mendasar
diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal, stuktur
organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja. (Syafi’I
Antonio, 2001).
Metode Subjek Penelitian
Populasi sampel hanya mengambil 2 bank dari beberapa bank yang
terdapat diwilayah Jakarta yaitu Bank Umum Konvensional dan
Bank Umum Syariah. Selanjutnya sampel bank yang diteliti diberi
kode nama bank konvensional ”K” dan bank syariah diberi kode
“S”.
Prosedur Penelitian
Pengumpulan data:
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara
mempelajari data sekunder melalui internet, yaitu laporan
keuangan Bank umum konvensional dan bank umum syariah
periode tahun 2008 – 2010
Teknik analisis
Teknik analisa dalam penelitian ini digunakan tehnik analisis rasio
keuangan dan analisis diskriminan keuangan.
Hasil a. Likuiditas Secara umum rasio likuiditas Bank Syariah “S”
relative lebih baik dibandingkan dengan Bank Konvensional “K”.
Rasio aktiva terhadap pinjaman menunjukan tingkat likuiditas
yang sangat memadai karena diatas 100%.
b. Solvabilitas Rasio pada Bank Syariah “S” lebih tinggi dari pada
Bank Konvensional “K menunjukkan bahwa rasio solvabilitas
Bank Syariah “S” lebih baik dibandingkan dengan Bank
Konvensional “K”.
c. Rentabilitas Rasio rentabilitas kedua Bank adalah positif.
Laba bersih terhadap pendapatan operasi (NPM) baik, dimana pada
Bank Konvensional “K” Keadaan ini menunjukkan bahwa kedua
Bank tersebut mampu memperoleh laba yang wajar, walaupun
NPM Bank Syariah “S” lebih rendah dibandingkan dengan Bank
Konvensional “K”. Hal ini memberikan indikasi bahwa Bank
Konvensional “K” relative lebih efisien dalam pengelolaan
dananya.
d. Tingkat Resiko Keuangan Perbandingan tingkat resiko
keuangan/bisnis menggunakan hasil analisis diskriminan (Z-Score)
menunjukkan kedua Bank tersebut dalam keadaan “firm”. Hal ini
dikarenakan kedua Bank tersebut belum dapat memanfaatkan
assetnya seoptimal mungkin sehingga pendapatan yang didapatkan
juga kurang optimal dan bila tidak dilakukan pengelolaan bisnis
secara lebih baik lagi, dapat menyebabkan kepailitan dalam jangka
pendek.

Review Jurnal 4
Judul penelitian ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK
SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL PERIODE 2003-
2007
Penulis Imam Subaweh
Nama jurnal Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 13, No 2, Halaman 112-121
Tahun terbit 2008
Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah yang demikian cepatnya sangat
Penelitian membutuhkan sumber daya insani yang memadai dan mempunyai
kompetensi dalam bidang perbankan syariah. sistem pembiayaan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah mampu bertahan dan memiliki
kinerja yang lebih baik daripada bank konvensional. Bank syariah
juga mem-punyai potensi yang cukup besar mengingat mayoritas
penduduk Indonesia adalah Muslim dan masih banyak kalangan
umat Islam yang enggan berhubungan dengan pihak bank yang
menggunakan sistem bunga.
Kemunculan bank dengan prinsip syariah, tentu saja memicu
persaingan antar bank. Keadaan tersebut menuntut manajemen
bank untuk ekstra keras dalam meningkatkan kinerjanya. Tingkat
kesehatan bank dapat dinilai dari be-berapa indikator. Salah satu
sumber utama indikator yang dapat dijadikan dasar penilaian
adalah laporan keuangan yang bersangkutan. Berdasarkan laporan
keuangan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim
dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank untuk mengetahui
kinerja keuangan perbankan.
Penulis melakukan analisis terhadap Rasio Keuangan perbankan
antara bank konvensional dan syariah dengan cara melakukan
pengumpulan data sekunder laporan. Data dengan demikian
diperoleh dari Bank Indonesia. Informasi dari laporan keuangan
digunakan untuk menghitung RPT, kredit macet, PA, PE, BOPO,
dan RTA.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui rasio kemampuan bank
(Konvensional dan Syariah) dalam menghimpun dana untuk
disalurkan dalam bentuk kredit
Rasio keuangan yang biasa digunakan dalam analisis kinerja
keuangan perbankan adalah Rasio Pinjaman terhadap Tabungan
(RPT), kredit macet, Pengembalian Aset (PA)., Pengembalian
Ekuitas (PE), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO),
dan Rasio Tabungan terhadap Aset (RTA).
Metode Subjek Penelitian
Populasi sampel hanya mengambil 2 bank dari beberapa bank yang
terdapat diwilayah Jakarta yaitu Bank Umum Konvensional dan
Bank Umum Syariah.
Prosedur Penelitian
Pengumpulan data:
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara
mempelajari data sekunder melalui internet, yaitu laporan
keuangan Bank umum konvensional dan bank umum syariah
periode tahun 2003 – 2007
Teknik analisis
Analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan
statistik deskriptif dan model regresi. Statistik deskriptif digunakan
untuk menilai dan membandingkan kinerja bank. Model regresi
digunakan untuk mengetahui pengaruh RPT dan RTA terhadap PE.
Karena ada dua variabel bebas, yaitu RPT dan RTA, maka
persamaan regresi berganda digunakan.
Hasil Dari hasil tersebut terlihat bahwa hasil perhitungan nilai t equal
variances assumed dapat disimpulkan bahwa Ho diterima karena
derajat signifikansi lebih besar dari α (0,05) yang berarti tidak
terdapat perbedaan kinerja yang signifikan antara bank
konvensional dan bank syariah.
1. Jika dilihat dari perkembangan kinerja keuangannya
selama periode 2003-2007 dan prediksi selama 2008-2012,
kinerja bank syariah lebih baik dari kinerja bank
konvensional.
2. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan regresi
berganda disimpulkan bahwa rasio pinjaman terhadap
tabungan dan rasio tabungan terhadap aset tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengembalian ekuitas,
baik pada bank konvensional maupun syariah.
3. Dari hasil uji perbedaan dua sampel bebas (T-Test)
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja yang
signifikan antara bank konvensional dan bank syariah
Review Jurnal 5
Judul penelitian INDONESIAN TRADE UNDER CHINA FREE TRADE AREA

Penulis Tavi Supriana


Nama jurnal International Journal of Free Trade, Vol. 3, No. 2, Halaman 139-
151
Tahun terbit 2011
Latar Belakang Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelaksanaan
Penelitian CAFTA pada besarnya arus perdagangan dan faktor-faktor
perdagangan internasional Indonesia dengan negara-negara
ASEAN dan China dengan menggunakan model gravitasi.
Penelitian sebelumnya menemukan bukti bahwa pengaruh diversi
dan pengaruh kreasi terhadap Cina adalah signifikan, sedangkan
pengaruh kedua efek tersebut terhadap Indonesia adalah tidak
signifikan. Penelitian ini juga menemukan bahwa efek diversi,
yang mengarah pada penurunan kekayaan masyarakat, lebih besar
daripada efek kreasi. Akibatnya, kesenjangan di negara yang
terlibat dalam perjanjian perdagangan menjadi lebih luas.
CAFTA (China-Asean Free Trade Area) merupakan bentuk
kesepakatan antara negara-negara anggota untuk mewujudkan
kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan hambatan
perdagangan barang, baik tarif dan non tarif, peningkatan akses
pasar jasa, peraturan dan regulasi investasi, dan aspek peningkatan
kerja sama ekonomi serta hubungan ekonomi untuk meningkatkan
kesejahteraan anggotanya, dimana ASEAN dan China telah
sepakat untuk menerapkan kerja sama ekonomi yang komprehensif
ini pada tahun 2002 dan pelaksanaannya akan dilakukan secara
bertahap selama periode 10 tahun. CAFTA diantisipasi sebagai
kawasan perdagangan bebas yang memiliki pangsa pasar terbesar
di dunia. CAFTA bertujuan untuk meningkatkan perdagangan
dengan menurunkan hambatan perdagangan, baik hambatan tarif
dan nontarif. Pelaksanaan Perjanjian ini diharapkan dapat
meningkatkan arus perdagangan antara negara-negara anggota
CAFTA. Ini diperlukan untuk menghapus tarif impor di hampir
semua komoditas pertanian Dengan penghapusan hambatan
perdagangan, inefisiensi ekonomi diharapkan menjadi minimal.
Wilayah ekonomi yang diciptakan memiliki pasar dari 1,7 miliar
konsumen, dengan GDP total 2 triliun dolar. Total perdagangan
yang terjadi di wilayah ini diperkirakan mencapai Rp 1,23 triliun..
Peningkatan arus perdagangan juga dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti besarnya perekonomian perdagangan, jarak antara
negara-negara yang umumnya diwakili oleh biaya transportasi,
jumlah penduduk, dan kesamaan faktor budaya dan bahasa.
Metode Metode analisis yang digunakan untuk menguji penentuan faktor
ini juga bervariasi, seperti Computable General Equilibrium (CGE)
model, model keseimbangan parsial, model persamaan simultan,
dan model grafity. Salah satu instrumen yang paling banyak
digunakan untuk menguji penentuan besarnya perdagangan ini
adalah Model Gravitasi.
Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah analisa yang
lebih empiris. Model gravitasi, pada bentuk dasarnya menerka
perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar
negara dalam ukuran ekonominya. Model ini meniru hukum
gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran
fisik diantara dua benda.Model gravitasi menunjukkan adanya sisi
kompetisi di kawasan melalui faktor produksi. Faktor lain seperti
tingkat pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan
perdagangan juga dimasukkan dalam versi lebih besar dari model
ini. Semakin efisien faktor produksi di suatu Negara, maka
semakin positif kontribusinya pada nilai ekspor, dan sebaliknya.
Hasil Pengalihan dan penciptaan efek tidak signifikan mempengaruhi
perdagangan di Indonesia. Namun dengan ukuran ekonomi jauh
lebih kecil, aliran kesenjangan perdagangan antara kedua negara
akan diperluas dengan ukuran PDB meningkat di kedua negara.
Efek penciptaan akan meningkatkan kesejahteraan sedangkan efek
pengalihan akan mengurangi kesejahteraan. Efek pengalihan
Indonesia yang tinggi menunjukkan penurunan besar dalam
kesejahteraan terjadi dalam perdagangan di Indonesia.
Analisis ini menyatakan bahwa pengaruh CAFTA pada
perdagangan tidak nyata, sehingga kesejahteraan menurunkan
lebih banyak dipengaruhi oleh inefisiensi di industri dalam negeri
dari hasil perjanjian. Indonesia harus memulai upaya untuk
meningkatkan efek penciptaan dari perdagangan internasional,
seperti meningkatkan efisiensi di sektor produksi, terutama untuk
barang-barang yang diperdagangkan.
Hasil dari penelitian ini adalah fakta empiris yang mendukung
pendapat ekonom selama bertahun-tahun. Efisiensi dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan infrastruktur dan birokrasi,
mengurangi biaya ekonomi, dan meningkatkan daya saing, seperti
yang telah dilakukan oleh China dan negara anggota ASEAN
lainnya, sebelum negara-negara bersama CAFTA tersebut. Jika
tidak, kesenjangan kesejahteraan antara Indonesia dan China, dan
antara Indonesia dan anggota ASEAN, akan melebar.

You might also like