Professional Documents
Culture Documents
SISTEM RESPIRASI
A. Pengertian Respirasi
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen
serta menghembuskan udara yang banyak mengandung Karbondioksida keluar dari
tubuh. ( Syaifuddin; 2002 ).
Respirasi adalah pertukaran gas antara individu dan lingkungan atau keseluruhan
proses pertukaran gas antara udara atmosfir
dan darah dan antara darah dengan sel-sel tubuh ( Kozier; 1991 ). Respirasi adalah
pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan
karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari
tubuh melalui paru.
Sistem respirasi adalah system organ yang berfungsi untuk mengambil O2 dari
atmosfer ke dalam sel-sel tubuh untuk mentranspor CO2 yang dihasilkan sel-sel tubuh
kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik juga berfungsi untuk produksi bicara
dan berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing,
dan pengatran hormonal tekanan darah.
B. Anatomi Saluran Respirasi
a. Hidung
Hidung atau naso adalah saluran pernafasan yang pertama. Ketika proses
pernafasan berlangsung, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung akan
menjalani tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan, dan
pelembaban. Hidung terdiri atas bagian- bagian sebagai berikut:
- Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
- Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
- Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang
dinamakan karang hidung ( konka nasalis ), yang berjumlah 3 buah
yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis media, dan konka nasalis
superior.
Diantara konka nasalis terdapat 3 buah lekukan meatus, yaitu: meatus superior,
meatus inferior dan meatus media. Meatus-meatus ini yang dilewati oleh udara
pernafasan , sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak
yang disebut koana.
Dasar rongga hidung dibentuk oleh rahang atas ke atas rongga hidung
berhubungan dengan rongga yang disebut sinus paranasalis yaitu sinus
maksilaris pada rahang atas, sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis
pada rongga tulang baji, dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis.
Pada sinus etmoidalis keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke
konka nasalis . Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman , sel tersebut
terutama terdapat pada di bagian atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat
serabut saraf atau reseptor dari saraf penciuman ( nervus olfaktorius ).
Di sebelah konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat
satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga
pendengaran tengah . Saluran ini disebut tuba auditiva eustachi yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga
berhubungan dengan saluran air mata atau tuba lakrimalis.
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir di sekresi secara
terus-menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan
bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.
b. Faring
Merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius).
- Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi , di bawah basis crania
dan di depan vertebrae cervicalis I dan II. Nasofaring membuka bagian
depan ke dalam cavum nasi dan ke bawah ke dalam orofaring. Tuba
eusthacius membuka ke dalam didnding lateralnya pada setiap sisi.
Pharyngeal tonsil (tonsil nasofaring) adalah bantalan jaringan limfe pada
dinding posteriosuperior nasofaring.
- Orofaring
Merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah).
Orofaring adalah gabungan sistem respirasi dan pencernaan , makanan
masuk dari mulut dan udara masuk dari nasofaring dan paru.
- Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)
Laringofaring merupakan bagian dari faring yang terletak tepat di belakang
laring, dan dengan ujung atas esofagus.
c. Laring (tenggorok)
Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian pangkal
ditutup oleh sebuanh empang tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri
dari tulang-tulanng rawan yang berfungsi ketika menelan makanan dengan
menutup laring.
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula
tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas
esopagus.
Cartilago / tulang rawan pada laring ada 5 buah, terdiri dari sebagai berikut:
- Cartilago thyroidea 1 buah di depan jakun ( Adam’s apple) dan sangat jelas
terlihat pada pria. Berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai
jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan
tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu
yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.
- Cartilago epiglottis 1 buah. Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol
keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang
V cartilago thyroideum. Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari
bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas
jalan masuk laring.
- Cartilago cricoidea 1 buah yang berbentuk cincin. Cartilago berbentuk
cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah
cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane
cricotyroidea. Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan
cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana cricottracheale
menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I.
- Cartilago arytenoidea 2 buah yang berbentuk beker. Dua cartilago kecil
berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica
vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang
menonjol kedepan
Laring dilapisi oleh selaput lender , kecuali pita suara dan bagian epiglottis
yang dilapisi olehsel epithelium berlapis.
c. Paru-Paru
Pengaturan pernafasan
Sistem kendali memiliki 2 mekanismne saraf yang terpisah yang
mengatur pernafasan. Satu system berperan mengatur pernafasan volunter dan
system yang lain berperan mengatur pernafasan otomatis.
1. Pengendalian Oleh saraf Pusat ritminitas di medula oblongata
langsung mengatur otot otot pernafasan. Aktivitas medulla
dipengaruhi pusat apneuistik dan pnemotaksis. Kesadaran bernafas
dikontrol oleh korteks serebri. Pusat Respirasi terdapat pada
Medullary Rhythmicity Area yaitu area inspirasi & ekspirasi,
mengatur ritme dasar respirasi , Pneumotaxic Area terletak di bagian
atas pons dan berfungsi untuk membantu koordinasi transisi antara
inspirasi & ekspirasi, mengirim impuls inhibisi ke area inspirasi
paru-paru terlalu mengembang, dan Apneustic Area yang berfungsi
membantu koordinasi transisi antara inspirasi &
ekspirasi dan mengirim impuls ekshibisi ke area inspirasi.
2. Pengendalian secara kimia pernafasan dipengaruhi oleh : PaO2, pH,
dan PaCO2. Pusat khemoreseptor : medula, bersepon terhadap
perubahan kimia pd CSF akibat perub kimia dalam darah.
Kemoreseptor perifer : pada arkus aortik dan arteri karotis
Beberapa kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia :
1. Hipoksia (anoksia)
Defisiensi oksigen karena berkurangnya kadar oksigen dibandingkan kadar
normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan organ. Hal ini dapat disebabkan
karena kekurangan oksigen dalam atmosfer, anemia, gangguan sirkulasi
darah, penyakit paru, adanya zat toksik (karbon monoksida atau sianida).
2. Hiperkapnia
Peningkatan kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai dengan
hipoksia. Jika CO2 berlebih akan meningkatkan respirasi dan konsentrasi
ion hidrogen yang akan menyebabkan asidosis (kadar asam berlebih).
3. Hipokapnia
Penurunan kadar CO2 dalam darah biasanya terjadi akibat hiperventilasi
(pernapasan cepat) dan penghembusan CO2 menyebabkan terjadinya
alkalosis (jumlah bikarbonat berlebih).
4. Asfisia (sufokasi)
Suatu kondisi hipoksia dan hiperkapnia akibat ketidakcukupan ventilasi
pulmonar.
5. Dispnea
Kesukaran bernapas dan berhentinya napas selama 3 menit (dicekik)
sudah bisa menimbulkan kematian.
6. Asma
Asma ditandai dengan kontraksi yang kaku dari bronkiolus yang menyebabkan
kesukaran bernapas. Asma biasanya disebabkan oleh hipersensitivas
bronkiolus (disebut asma bronkiale) terhadap benda-benda asing di udara.
penyebab penyakit ini juga dapat terjadi dikarenakan faktor psikis dan penyakit
menurun.
7. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis merupakan penyakit spesifik yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosae. Bakteri ini dapat menyerang semua organ tubuh,
tetapi yang paling sering adalah paru-paru dan tulang. Penyakit ini
menyebabkan proses difusi oksigen yang terganggu karena adanya bintik-
bintik kecil pada dinding alveolus.
Keadaan ini menyebabkan :
a) Peningkatan kerja sebagian otot pernapasan yang berfungsi untuk
pertukaran udara paru-paru.
b) Mengurangi kapasitas vital dan kapasitas pernapasan.
c) Mengurangi luas permukaan membran pernapasan, yang akan
meningkatkan ketebalan membran pernapasan sehingga menimbulkan
penurunan kapasitas difusi paru-paru.
8. Faringitis
Faringitis merupakan peradangan pada faring sehingga timbul rasa nyeri
pada waktu menelan makanan ataupun kerongkongan terasa kering.
Gangguan ini disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus dan dapat juga
disebabkan terlalu banyak merokok. Bakteri yang biasa menyerang penyakit
ini adalah Streptococcus pharyngitis.
9. Bronkitis
Penyakit bronkitis karena peradangan pada bronkus (saluran yang
membawa udara menuju paru-paru). Penyebabnya bisa karena infeksi kuman,
bakteri atau virus. Penyebab lainnya adalah asap rokok, debu, atau polutan
udara.
10. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru-paru dimana alveolus biasanya terinfeksi
oleh cairan dan eritrosit berlebihan. Infeksi disebarkan oleh bakteri dari satu
alveolus ke alveolus lain hingga dapat meluas ke seluruh lobus bahkan
seluruh paru-paru. Umumnya disebabkan oleh bakteri streptokokus
(Streptococcus), Diplococcus pneumoniae, dan bakteri Mycoplasma
pneumoniae.
11. Emfisema paru – paru
Emfisema disebabkan karena hilangnya elastisitas alveolus. Alveolus
sendiri adalah gelembung-gelembung yang terdapat dalam paru-paru. Pada
penderita emfisema, volume paru-paru lebih besar dibandingkan dengan orang
yang sehat karena karbondioksida yang seharusnya dikeluarkan dari paru-
paru terperangkap didalamnya. Asap rokok dan kekurangan enzim alfa-1-
antitripsin adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paruparu ini.
12. Dipteri
Dipteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphterial yang dapat menimbulkan penyumbatan pada
rongga faring (faringitis) maupun laring (laringitis) oleh lendir yang dihasilkan
oleh bakteri tersebut.
13. Asfiksi
Asfiksi adalah gangguan dalam pengangkutan oksigen ke jaringan yang
disebabkan terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh darah, ataupun
jaringan tubuh. Misalnya alveolus yang terisi air karena seseorang
tenggelam. Gangguan yang lain adalah keracunan karbon monoksida yang
disebabkan karena hemoglobin lebih mengikat karbon monoksida sehingga
pengangkutan oksigen dalam darah berkurang.
14. Kanker paru – paru
Penyakit ini merupakan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali di dalam
jaringan paru-paru. Kanker ini mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru dan
menjalar ke seluruh bagian tubuh. Merokok merupakan penyebab utama dari
sekitar 90% kasus kanker paru paru pada pria dan sekitar 70% kasus pada
wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar resiko untuk
menderita kanker paru-paru. Tetapi tidak menutup kemungkinan perokok
pasif pun mengalami penyakit ini. Penyebab lain yang memicu penyakit
ini adalah penderita menghirup debu asbes, kromium, produk petroleum,
dan radiasi ionisasi.
Daftar pustaka
Ganong, F. William. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 22. Jakarta: EGC